blok 7 up 2.docx

8
Blok 7 UP 2 *bagaimana.obat.bekerja? Uni t Pembelajaran 2 A. Learning Objective 1. Apa saja fase-fase obat di dalam tubuh? 2. Jelaskan mekanisme kerja obat! B. Pembahasan Learning Objective 1. Fase-fase obat di dalam tubuh Sebelum obat tiba pada tempat aksi atau jaringan sasaran, obat akan banak mengalami proses. Secara garis besar proses-proses ini dapat dibagi menjadi tiga tingkat atau fase, yaitu (Anief Moh., 2005): a. Fase Biofarmamsetik atau farmasetik b. Fase farmakinetik c. Fase farmakodinamik Skema perjalanan obat di dalam tubuh dapat digambarkan sebagai berikut:

Upload: jhonson-de-carl-sitepu

Post on 26-Oct-2015

11 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Blok 7 UP 2.docx

Blok 7 UP 2 *bagaimana.obat.bekerja?

Unit

Pembelajaran 2

A. Learning Objective

1. Apa saja fase-fase obat di dalam tubuh?

2. Jelaskan mekanisme kerja obat!

B. Pembahasan Learning Objective

1. Fase-fase obat di dalam tubuh

Sebelum obat tiba pada tempat aksi atau jaringan sasaran, obat akan banak

mengalami proses. Secara garis besar proses-proses ini dapat dibagi menjadi tiga

tingkat atau fase, yaitu (Anief Moh., 2005):

a. Fase Biofarmamsetik atau farmasetik

b. Fase farmakinetik

c. Fase farmakodinamik

Skema perjalanan obat di dalam tubuh dapat digambarkan sebagai berikut:

(Anief Moh., 2005)

a. Fase Biofarmatika (farmasetik)

Fase ini meliputi waktu mulai penggunaan obat melalui mulut hingga pelepasan

zat aktifnya ke dalam cairan tubuh. Dalam fase ini yang penting adalah keterseiaan

Page 2: Blok 7 UP 2.docx

farmasi dari zat aktifnya, yaitu obat diap untuk diabsorbsi. Obat yang berada dalam

bentuk cairan atau sirup akan mencapai ketersediaan farmasi dalam waktu singkat,

karena tidak mengalami fase disintregrasi menjadi granul dan fase melarut (Anief

Moh., 2005).

b. Fase Farmakokinetik

Fase ini meliputi waktu selama obat diangkut ke organ yang ditentukan, setelah

obat dilepas dari bentuk sediaan dan diabsorbsi ke dalam darah yang segera

didistribusikan melalui tiap-tiap jaringan dalam tubuh. Dalam darah obat dapat

mengikat protein darah dan mengalami metabolisme, terutama dalam melintasi hepar,

dan selanjutna akan dieksresikan melalui urine (Anief Moh., 2005).

c. Fase Farmakodinamik

Fase ini merupakan terjadinya interaksi obat dengan tempat aksinya dalam

sistem biologi. Aksi struktur obat, potensinya berhubungan dengan interaksi yang

terjadi dengan struktur khusus letaknya (Anief Moh., 2005).

2. Mekanisme kerja obat

a. Absorpsi

Absorpsi merupakan proses masuknya obat dari tempat pemberian ke dalam darah.

Pada pemberian oabat secara peroral, tempat absorpsi utama adalah usus halus.

Absorpsi sebagian besar obat secara difusi pasif, maka sebagai barler absorpsi adalah

membran sel epitel saluran cerna, yang seperti halnya semua membran sel di tubuh

yang merupakan lipid bilayer. Dengan demikian, agar dapat melintasi membran sel

tersebut, molekul obat harus mempunyai kelarutan lemak (Anonim a, 1995).

Mekanisme Absorpsi

Penetrasi senyawa melalui membran dapat terjadi sebgai berikut (Mutschler Ernst,

1991):

· Difusi

Difusi ini tidak dapat dihambat oleh senyawa analog dan melalui blokade

metabolisme. Difusi pada pengambilan bahan ke dalam organisme terjadi terutama

melalui matriks lipid. Karena itu, kelarutan senyawa yang diabsorpsi dalam lemak

memegang peranan yang menonjol.

· Difusi Terfasilitasi

Pada difusi melalui pembawa, molekul hidrofil berikatan dengan suatu pembawa

yang merupakan protein membran khusus. Pembawa dan kompleks pembawa

Page 3: Blok 7 UP 2.docx

substrat dapat bergerak bebas dalam membran. Dengan demikian penetrasi zat yang

ditransport melalui membran sel lipofil ke dalam bagian dalam sel dipermudah.

· Transport Aktif

Pada transport aktif, suatu senyawa harus ditransport melawan landaian konsentrasi.

Hipotesis kerja transport aktif ialah bahwa terbentuk suatu kompleks terner antara

zat yang ditransport, pembawa, dan ion natrium.

· Pinositosis, Fagositosis, dan Persorpsi

Pada pinositosis tetesan-tetesan cairan kecil diambil dari saluran cerna dan pada

fagositosis, partikel zat padat diambil dari saluran cerna dan memang dengan

demikian, membran permukaan terputar ke atas dan bahan ekstrasel ditutup secara

vesikular.

Faktor-faktor yang mempengaruhi absorpsi ialah (Anief Moh., 2005):

· Kelarutan obat

· Kemampuan obat difusi melintasi membran sel

· Kadar obat

· Sirkulasi darah pada tempat adsorpsi

· Luas permukaan kontak obat

· Bentuk sediaan obat

· Rute penggunaan obat

b. Distribusi

Distribusi adalah proses pengiriman zat-zat dalam obat kepada jaringan dan sel-sel

target. Proses dipengaruhi oleh sistem sirkulasi tubuh, jumlah zat obat yang dapat

terikat dengan protein tubuh serta jaringan atau sel tujuan dari obat tersebut (Ramawati

Dian, 2009).

Dalam darah obat akan diikat olh protein plasma dengan berbagai ikatan lemah. Obat

yang terikat pada protein plasma dibawa oleh darah ke seluruh tubuh. Kompleks obat

terdisosiasi dengan sangat cepat. Obat bebas akan keluar ke jaringan ke tempat kerja

obat, ke jaringan tempat depotnya, ke hati, dan ke ginjal. Di jaringan, obat yang larut

air akan tetap berada di luar sel sedangkan obat larut lemak akan berdifusi melintasi

membran sel dan masuk ke dalam sel tetapiu karena perbedaan pH di dalam sel dan di

luar sel maka obat-obat asam lebih banyak di luar sel dan obat-obat basa lebih banyak

di dalam sel (Anonim a, 1995).

Faktor-faktor yang mempengaruhi distribusi (Anief Moh., 2005):

· Perfusi darah melalui jaringan

Page 4: Blok 7 UP 2.docx

· Kadar gradien, pH dan ikatan zat dengan makromolekul

· Partisi ke dalam lemak

· Transport aktif

· Ikatan obat dengan protein plasma

c. Biotransformasi

Biotransformasi sering disebut juga metabolisme dan merupakan suatu istilah yang

menggambarkan metabolisme obat. Pada dasarnya obat merupakan zat asing yang tidak

diinginkan oleh tubuh dan badan berusaha merombak zat tersebut menjadi metabolit

yang bersifat hidrofil agar lebih lancar diekskresikan melalui ginjal. Jadi reaksi

biotransformasi merupakan peristiwa detoksifikasi. Reaksi biotransformasi dapat

berupa oksidasi, hidrolisa, dan konjugasi. Biotransformasi berlangsung terutama di hati,

di saluran pencernaan, tetapi beberapa obat mengalami biotransformasi di ginjal,

plasma dan mukosa intestinal (Anief Moh., 2005).

Tujuan metabolisme obat adalah mengubah obat yang nonpolar (larut lemak) menjadi

polar (larut air) agar dapat diekskresikan melalui ginjal atau empedu. Dengan

perubahan ini obat aktif umumnya diubah menjadi inaktif, tapi sebagian berubah

menjadi lebih aktif, kurang aktif, atau menjadi toksik (Anonim a, 1995).

Reaksi metabolisme terdiri dari reaksi fase I dan reaksi fase II. Reaksi fase I terdiri dari

oksidasi, reduksi, dan hidrolisis, yang mengubah obat menjadi polar, dengan akibat

menjadi inaktif, lebih aktif, atau kurang aktif. Fase II merupakan reaksi konjugasi

dengan substrat endogen : asam glukoronat, asam sulfat, asam asetat, atau asam amino,

dan hasilnya menjadi sangat polar, dengan demikian hampir selalu tidak aktif. Interaksi

dalam metabolisme obat berupa induksi atau inhibisiu enzim metabolisme, terutama

enzim cytocrome P450. Induksi berarti peningkatan sintesis enzim metabolisme pada

tingkat transkripsi sehingga terjadi peningkatan kecepatan metabolisme obat yang

menjadi substrat enzim yang bersangkutan, akibatnya diperlukan peningkatan dosis

obat tersebut, berarti terjadi toleransi farmakokinetik (Anonim a, 1995)

Reaksi konjugasi berlangsung melibatkan transferase yang kebanyakan spesifik. Reaksi

konjugasi mencakup : reaksi antara senyawa yang mempunyai gugus hidroksil alkohol

atau fenol, gugus amino, gugus sulfhidril, dan sebagaian juga gugus karboksil dengan

senyawa tubuh sendiri yang kaya akan energi, dan reaksi penggabungan antara senyawa

asing, setelah diaktivasi dengan senyawa tubuh sendiri (Mutschler Ernst, 1991).

d. Ekskresi

Page 5: Blok 7 UP 2.docx

Ekskresi adalah proses mengeluarkan obat atau zat-zat sisa metabolismenya dari dalam

tubuh. Ginjal berfungsi untuk mengeluarkan sebagian besar sisa metabolisme tersebut,

sebagian yang lain dikeluarkan melalui paru-paru dan intestinal. Penurunan fungsi

ginjal akan sangat berpengaruh buruk pada proses ini (Ramawati Dian, 2009).

Eliminasi obat melalui ginjal merupakan kejadian yang kompleks, dan mengakibatkan

terjadinya beberapa proses yaitu :

· Filtrasi Glomeruli

Obat yang terikat protein plasma tetap tinggal dalam aliran darah, hanya saja obat

yang ada di air plasma yang tersaring. Bila obat yang tersaring diekskresikan semua

dalam urine maka kecepatan klierens tergantung pada kecepatan filtrasi glomeruli

dan konsentrasi obat dalam plasma. Tetapi tidak semua obat demikian,untuk

kreatinin dan inulin ukuran kecepatan filtrasi glomeruli karena obat tidak terikat

protein plasma dan tidak diekskresikan dan semua beban tersaring diekskresikan ke

dalam urine. Untuk obat yang berupa asam lemah atau basa lemah, rasio obat

terionisasi dibandingkan tidak terionisasi dalam filtrat glomeruli adalah tergantung

pada pH filtrat glomeruli dan konstante ionisasi (Ka) obat ( Anief Moh., 2005).

· Sekresi Tubuli Aktif

· Reabsorpsi Pasif

Reabsorpsi merupakan proses pasif meskipun ada juga mekanisme transport spesifik

untuk banyak substansi, termasuk vitamin, elektrolit, glukosa, dan asam amino.

Tingkat reabsorpsi pasif tergantung sifat-sifat fisika kimia obat atau metabolit.

DAFTAR PUSTAKA

Anief Moh. 2005. Farmasetika. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Mutschler, Ernst. 1991. Dinamika Obat. Bogor : Penerbit ITB.

Anonim a. 1995. Farmakologi dan Terapi. 1995. Jakarta : UI.

Ramawati Dian. 2009. Medikasi.