blok 20 up lo 3
DESCRIPTION
Manajemen Unggas KomersialTRANSCRIPT
LEARNING OBJECTIVES
1. Sebutkan dan jelaskan komponen biosecurity farm!
2. Bagaimana cara evaluasi biosecurity?
1. Komponen biosecurity farm:
Biosekuriti adalah suatu konsep yang merupakan bagian integral dari suksesnya sistem
produksi suatu peternakan unggas, dalam mengurangi risiko dan konsekuensi dari
masuknya penyakit infeksius terhadap unggas maupun manusia (Payne, 2002). Biosekuriti
mencakup tiga hal utama: yaitu 1) Meminimalkan keberadaan penyebab penyakit, 2)
Meminimalkan kesempatan agen penyakit berhubungan dengan induk semang dan 3)
Membuat tingkat kontaminasi lingkungan oleh agen penyakit seminimal mungkin.
Selanjutnya bila biosekuriti dilihat dari segi hirarki terdiri atas tiga komponen yakni
biosekuriti konseptual, biosekuriti structural dan biosekuriti operasional (Sudarisman,
2004). Biosekuriti konseptual merupakan biosekuriti tingkat pertama dan menjadi basis
dari seluruh program pencegahan penyakit, meliputi pernilihan lokasi kandang, pemisahan
umur unggas, kontrol kepadatan dan kontak dengan unggas liar, serta penetapan lokasi
khusus untuk gudang pakan atau tempat mencampur pakan. Biosekuriti struktural,
merupakan biosekuriti tingkat kedua, metiputi hal-hal yang berhubungan dengan tata letak
peternakan (farm), pernbuatan pagar yang benar, pembuatan saluran pembuangan,
penyediaan peralatan dekontaminasi, instalasi penyimpanan pakan, ruang ganti pakaian
1
dan peralatan kandang. Sedangkan biosekuriti operasional adalah biosekuriti tingkat
ketiga, terdiri dari prosedur manajemen untuk mencegah kejadian dan penyebaran infeksi
dalam suatu farm. Biosekuriti ini harus ditinjau secara berkala dengan melibatkan seluruh
karyawan, berbekal status kekebalan unggas terhadap penyakit. Biosekuriti operasional
terdiri atas tiga hal pokok, yakni a) pengaturan traffic control, b) pengaturan dalam farm
dan, c) desinfeksi yang dipakai untuk semprot kandang maupun deeping (Zainudin, 2010).
Isolasi
Merupakan serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk memisahkan ayam dari serangan
mikroorganisme patogen penyebab penyakit. Isolasi ini bertujuan untuk mencegah bibit
penyakit masuk ke dalam suatu farm dan menyebar keluar dari farm. Manajemen
peternakan sangat berperan penting dalam penerapan isolasi ini, contohnya dalam
penetapan area bersih dan kotor (Darmawan, 2010). Apabila terdapat ayam baru,
sebaiknya dilakukan isolasi selama 2-3 minggu untuk melakukan swab, test darah,
vaksinasi dan pemberian obat cacing. Selain itu perlu adanya area karantina apabila
terdapat ayam dalam flock yang menunjukan gejala klinis atau mati (Mccrea dan Bradley,
2008).
Contoh penerapan isolasi lainnya yaitu penetapan akses karyawan atau pengunjung yang
boleh masuk ke area farm, penerapan one age farming (peternakan satu umur) pada farm
ayam layer atau penerapan pemeliharaan ayam broiler sistem all in all out (Darmawan,
2010).
2
Pengaturan lalu lintas
Upaya pengaturan lalu lintas orang, peralatan, barang atau kendaraan tamu agar tidak
menyebarkan bibit penyakit masuk ke dalam peternakan. Pengaturan lalu lintas ini berarti
kita harus bisa mengatur kapan DOC/ bibit, pakan, sapronak (obat, vaksin, peralatan
peternakan), litter/ sekam, kotak telur masuk ke dalam farm. Begitu juga sebaliknya kita
harus bisa mengatur bagaimana penanganan atau pengeluaran bangkai ayam, litter keluar
dari lingkungan kandang serta kapan ayam harus dipanen atau diafkir. Pembatasan jumlah
orang dan kendaraan yang masuk ke dalam lingkungan kandang juga masuk dalam konsep
kedua ini (Darmawan, 2010).
Sanitasi (pembersihan dan desinfeksi)
Sanitasi merupakan tindakan untuk membunuh patogen atau bibit penyakit. Sanitasi yang
paling sering dilakukan peternak adalah dengan desinfeksi/ penyemprotan kandang
menggunakan desinfektan. Dengan asumsi desinfektan tersebut akan membunuh bibit
penyakit di kandang atau lingkungan kandang. Sebenarnya tindakan sanitasi tidak hanya
berkaitan dengan desinfeksi saja, namun ada banyak kegiatan lain yang merupakan
sanitasi, seperti sebelum pekerja/tamu masuk ke dalam kandang mencuci tangan
menggunakan sabun, menggunakan baju khusus untuk bekerja, menggunakan alas kaki
(sandal/sepatu boots) khusus untuk masuk ke dalam kandang, celup alas kaki dalam
desinfektan (antisep, medisep) (Darmawan, 2010).
Untuk mengoptimalkan hasil desinfeksi, peternak harus melakukan pembersihan
(cleaning). Pembersihan ini akan menghilangkan zat/material asing yang sering menempel
atau berada di kandang. Materi organik yang masih berada di sekitar kandang (lantai atau
tembok kandang) dapat mempengaruhi kerja desinfektan golongan quats (medisep, zaldes)
dan halogen (antisep, neoantisep, desinsep, kaporit) sehingga kurang efektif bekerja.
Pendukung desinfeksi yang lainnya yaitu dosis pemakaian desinfektan harus tepat, jumlah
larutan harus disesuaikan dengan luasan kandang dan waktu kontak desinfektan harus
sesuai karena akan mempengaruhi desinfektan dalam membunuh bibit penyakit
(Darmawan, 2010).
Agar memudahkan pelaksanaannya, manajemen farm harus membuat perencanaan dan
konsep biosekuriti yang disesuaikan dengan kondisi farm. Serta melibatkan peran aktif
semua elemen peternakan (pemilik, manajer maupun anak kandang). Setelah dilakukan,
perlu juga dilakukan penilaian (audit) terhadap biosekuriti yang telah diterapkan. Hal ini
untuk menjamin biosekuriti telah diterapkan dengan baik (Darmawan, 2010).
3
Prosedur Cleaning dan Desinfeksi (C & D) dapat dilakukan tiap hari, minggu atau bulan.
Prosedur harian yang dapat dilakukan seperti mengganti pakan dan minum, pembersihan
tempat koleksi telur, membersihkan spot area tertentu seperti litter. Proses pergantian air,
pakan dan litter disertai dengan desinfeksi spray tempat untuk menghindari infeksi jamur
dan keringkan sebelum dipakai kembali. Untuk prosedur mingguan, biasanya dilakukan
pada peralatan kebersihan, bak pencelup sepatu, kandang, dan pergantian litter.
Pembersihan dan desinfektan kontainer pakan dilakukan setiap bulan (Mccrea dan
Bradley, 2008).
Ada beberapa golongan desinfektan yang sering digunakan dalam farm:
(Segal, 2010).
2. Evaluasi biosecurity:
Evaluasi dapat dilakukan setiap sebulan sekali dengan melihat record (logbook &
CCTV) dan level desinfektan. Evaluasi biosecurity dapat berupa:
Cleaning dan Desinfeksi, koreksi metode, apa dan dimana penggunaannya;
Parasit eksternal dan vektornya (tikus, kumbang, lalat);
4
Footbath, spray, antiseptik pengunjung (Mccrea dan Bradley, 2008);
Record produksi, seperti telur dan karkas;
Cek adanya infeksi dan mortalitas pada flock (Cox, 2006).
Contoh audit biosecurity:
(Anonim, 2010).
5