blok 10 up 6

23
Blok 10 UP 6 * Unit Pembelajaran 6 I. Mengetahui Tentang Tumor (pengertian, gejala klinis, pathogenesis, diagnose, pencegahan dan pengobatan) II. Mengetahui Respon Imun Terhadap Tumor I. Tumor Tumor adalah sebutan untuk neoplasma atau lesi padat yang terbentuk akibat pertumbuhan sel tubuh yang tidak semestinya. Neoplasma ialah masa jaringan yang abnormal, tumbuh berlebihan , tidak terkordinasi dengan jaringan normal dan tumbuh terus- menerus meskipun rangsang yang menimbulkan telah hilang. Sel neoplasma mengalami transformasi , oleh karena mereka terus- menerus membelah. Pada neoplasma, proliferasi berlangsung terus meskipun rangsang yang memulainya telah hilang. Proliferasi demikian disebut proliferasi neoplastik, yang mempunyai sifat progresif,tidak bertujuan, tidak memperdulikan jaringan sekitarnya,tidak ada hubungan dengan kebutuhan tubuh dan bersifat parasitic. Sel neoplasma bersifat parasitic dan pesaing sel atau jaringan normal atas kebutuhan metabolismenya pada penderita yang berada dalam keadaan lemah . Neoplasma bersifat otonom karena ukurannya meningkat terus. Proliferasi neoplastik menimbulkan massa neoplasma, menimbulkan pembengkakan / benjolan pada jaringan tubuh membentuk tumor (Suwandono, 2010).

Upload: jhonson-de-carl-sitepu

Post on 30-Dec-2015

34 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

learning objective

TRANSCRIPT

Page 1: Blok 10 UP 6

Blok 10 UP 6 *

Unit Pembelajaran 6

I. Mengetahui Tentang Tumor (pengertian, gejala klinis, pathogenesis, diagnose,

pencegahan dan pengobatan)

II. Mengetahui Respon Imun Terhadap Tumor

I. Tumor

Tumor adalah sebutan untuk neoplasma atau lesi padat yang terbentuk akibat

pertumbuhan sel tubuh yang tidak semestinya. Neoplasma ialah masa jaringan yang

abnormal, tumbuh berlebihan , tidak terkordinasi dengan jaringan normal dan tumbuh

terus- menerus meskipun rangsang yang menimbulkan telah hilang. Sel neoplasma

mengalami transformasi , oleh karena mereka terus- menerus membelah. Pada neoplasma,

proliferasi berlangsung terus meskipun rangsang yang memulainya telah hilang.

Proliferasi demikian disebut proliferasi neoplastik, yang mempunyai sifat progresif,tidak

bertujuan, tidak memperdulikan jaringan sekitarnya,tidak ada hubungan dengan kebutuhan

tubuh dan bersifat parasitic. Sel neoplasma bersifat parasitic dan pesaing sel atau jaringan

normal atas kebutuhan metabolismenya pada penderita yang berada dalam keadaan

lemah . Neoplasma bersifat otonom karena ukurannya meningkat terus. Proliferasi

neoplastik menimbulkan massa neoplasma, menimbulkan pembengkakan / benjolan

pada jaringan tubuh membentuk tumor (Suwandono, 2010).

Menurut sifatnya, tumor dibedakan menjadi 2 yaitu tumor benigna dan tumor

maligna. Perbedaannya sebagai berikut:

Benigna Maligna

§ Lambat

§ Encapsulated

§ Non-metastatis

§ Sel diferensiasi sempurna

§ Sel normal

§ Hanya dapat membunuh jika mengenai

organ vital

§ Cepat

§ Invasif, metastasis

§ Sel diferensiasi tidak sempurna

§ Sel abnormal

§ Selalu mematikan

Gejala Klinis

Page 2: Blok 10 UP 6

Secara ringkas gejala-gejala klinis pertumbuhan tumor dapat dibagi ke dalam gejala lokal

dan sistemik. Gejala lokal meliputi pembengkakan, obstruksi (penyumbatan [biasanya

pada pembuluh darah atau organ berongga]), ulserasi (hilangnya epitel dan membran

basalis) pada kulit atau selaput lender, dan kehilangan darah (manifest atau okult).

Sedangkan gejala Sistemik diantaranya adalah penurunan berat badan dan sindroma

paraneoplastik, (Bosman, 1996).

Patogenesis

Telah diketahui bahwa proliferasi dan maturasi atau diferensiasi sel normal diatur secara

ketat oleh sejumlah proto-onkogen yang merangsang pertumbuhan dan berbagai anti-

onkogen atau gen supresor (tumor suppressor genes) yang menghambat pertumbuhan.

Aktivasi proto-onkogen secara berlebihan dapat terjadi melalui perubahan struktur dalam

gen, translokasi kromosom, peningkatan ekspresi gen atau mutasi pada elemen-elemen

yang mengontrol ekspresi gen bersangkutan. Mutasi demikian sering tampak pada sel-sel

yang berproliferasi secara aktif. Proliferasi berlebihan dapat dicegah oleh gen supresor

yang menghambat pertumbuhan, namun inaktivasi dan atau mutasi gen supresor

menyebabkan hilangnya fungsi supresi pertumbuhan. Amplifikasi onkogen dan atau

inaktivasi gen supresor yang terlibat dalam regulasi pertumbuhan sel mengakibatkan

hilangnya kontrol pertumbuhan dengan risiko terjadinya transformasi ganas, dan sel

menunjukkan sifat pertumbuhan dan sifat-sifat biologik lainnya yang abnormal, (Anonim,

2010).

Beberapa perubahan sel yang menunjukkan ke arah tumor yaitu:

- Hyperplasia : penambahan jumlah sel dalam jaringan

- Metaplasia : transformasi dari suatu sel menjadi sel yang berbeda

- Dysplasia : bentukan abnormal dari suatu jaringan

Pict.1

Salah satu sifat terpenting kanker adalah kemampuan untuk tumbuh infiltrative ke dalam

jaringn sekitarnya. Kemampuan pertumbuhan infiltrative dapat juga menyebabkan

pertumbuhan ke dalam organ yang ada di dekatnya atau ke daam rongga tubuh dan di

dalam bagian tubh itu dapat timbul metastatis. Pembentukan metastasis klinis merupakan

sifat terpenting dari pertumbuhan tumor maligna.

Sel kanker yang tumbuh infiltrative mempunyai kemampuan menembus batas

kompartemen jaringan tempat asal tumbuhnya. Pada infiltrasi ke sekelilingnya proses

selular berikutnya dapat dijumpai: lepasnya sel dari hubungan jaringan, proteolisis

Page 3: Blok 10 UP 6

komponen-komponen matriks ekstraselular dan migrasi kanker yg infiltrative (Bosman,

1996).

Lepas dari hubungan jaringan, Sel epitel dalam jaringan normal berhubungan erat satu

sama lain. Pada adhesi ini yg memegan peranan penting adalah E-cadherine dan integrin.

E-kaderine merupakan glikoprotein transmembran besar yg membuat ikatan homotipik,

artinya bahwa daerah ekstraselular dari dua molekul E-kaderine dapat membuat satu

hubungan yg erat. Sedangkan integrin merupakan molekul transmembran heteromedier yg

merupakan reseptor untuk molekul matriks ekstraseluler. Heteromedier mempunyai

afinitas spesifik thdp molekul-molekul matriks spesifik. Dalam hal ini ternyata sel

infiltrative kehilangan ekspresi E-kaderinenya dan mengalami perubahan dalam ekspresi

integrin (Bosman, 1996).

Antiapoptosis

- Sel normal : kerusakan genetik --> aktifkan program bunuh diri/apoptosis

- Kanker sel : kerusakan genetik --> tidak aktifkan program bunuh diri -->

kerusakan diturunkan ke anak sel (disebut juga dengan transnform cell: heritable

change has occurred in cell)

(Widyarini, 2011)

Angiogenesis

New vascularisation: nutrisi jaringan tumor dan berperan penting untuk metastasis.

Tumour angiogenetic factor/TAF diproduksi oleh sel tumor atau sel radang seperti

makrofag. Heparin-binding fibroblast growth factor (FGF): kemotaktik dan mitogenik

pada endotelial sel dan memicu produksi proteolitik enzim àpenetrasi ke stroma endotel,

(Widyarini, 2011).

Pict.2

VEGF mengawali pertumbuhan pembuluh darah baru yang membawa oksigen dan nutrisi

sehingga tumor bisa membesar. Metastase (pertumbuhan tumor baru) terjadi akibat

perpindahan sel tumor melalui pembuluh darah baru ke bagian tubuh yang lain. VEGF

memberikan sinyal ke pembuluh darah untuk mencegah kematian sel pembuluh darah

secara normal dan juga meningkatkan permiabilitas dinding sel (perembesan pembuluh

darah). Pencegahan kematian sel pembuluh darah mengakibatkan tumbuh dan

berkembangnya jaringan pembuluh darah liar. Peningkatan permeabilitas mengakibatkan

peningkatan tekanan didalam tumor yang dapat menghambat kerja obat kemoterapi

(Anonim2, 2008).

Page 4: Blok 10 UP 6

Metastasis

Penyebaran sel tumor dari satu organ (primer tumor) ke organ lain.

Local invasion: menyebar ke jaringan/ organ sekitar (cervical cancer->urinary bladder dan

ureter; gastric cancer -> pancreas). Lymphatic: breast cancer -> axillary lymph node;

melanoma ->inguinal lymph node; lung cancer -> mediastinalis lymph node.

Hematogenous: gastric cancer-> liver; breast cancer->bone (hematogenous: liver, brain,

bone lung). Direct seeding across cavity, transcoelomic (across peritoneal cavity): ovarial

carcinoma-> pseudomyxoma peritonei dan omentum; colorectal cancer -> abdomen

Proses metastasis:

- Receptor-mediated attachmen

- Laminin dan fibronectin

- Normal sel: high affinity laminin reseptor pada basement membrane/ membrana basalis

yang dipolarisasikan pada permukaan membrane sel

- Kanker sel: lebih banyak reseptor à tersebar di seluruh membran sel

Pict.3

(Widyarini, 2011)

Diagnosis

Dalam melakukan diagnose yang perlu diperhatikan pertama kali adaah aspek aspek

seperti spesies, bangsa, umur, sex, lokasi terjadinya, sejarah kliis, dan radiografis.

Diagnosa biasa dilakukan dengan biopsy histopatologik, exfoliative sitologi, radiologi,

analisis kimia, preparat temple atau tekan. Sampel yang akan didiagnosa biasanya diambil

dan diawetkan kemudian memeriksa riwayat klinisnya dan memperhatikan gambaran

mikroslopis seperti bentuk dan letaknya, (Kurniasih, 2007).

Pengobatan dan pencegahan

Respon imun terhadap antitumor hanya dapat dilawan dengan sel tumor itu sendiri dan

bukan jaringan normal. Immunoterapi adalah yang paling efektif untuk mengurangi atau

mengelemiasi penggunaan tingginya agen cytotoxic kemoerapi yang menyembuhkan tidak

kepada semua sel. Obat ini dapat menyebabkan keskitan dan kematian yang cukup tinggi

terutama pada penderita cancer.

II. Respon Imun Terhadap Tumor

Pada garis besarnya adanya parasit yang bersifat antigenic tersebut menimbulkan

respon reaksi immunologis dari hospes, ada dua reaksi immunologi yaitu:

A. Reaksi seluler

Page 5: Blok 10 UP 6

Reaksi seluler atau dikenal dengan CMI (cell mediated immunity) adalah reaksi

imunologis yang dimediasi oleh sel-sel pertahanan tubuh hospes, reaksi tersebut

biasanya berlangsung lambat yang memerlukan waktu paling tidak 24jam

dibandingkan dengan reaksi lain yaitu reaksi humoral yang berlangsung hanya

beberapa menit atau jam misalnya reaksianafilaksis, terbentuknya granuloma disekitar

telur capillaria hepatica dalam jaringan hati, telur schistosoma dalam dinding usus

atau ginjal, leishmania dalam lien merupakan manifestasi reaksi immunologis yang

seluler.

B. Reaksi humoral

Merupakan reaksi dimana adanya antien, tubuh memproduksi immunoglobulin

(antibody). Reaksi antigen dan anti body secara in vitro dapat dilihat dengan adanya

presipitasi atau aglutinasi, sedang sacara in vivo dapat dilihat dengan aglutinasi atau

lisis sel yang mengandung antigen dan sel yang mengandung antigen yang mudah di

fagositosis, secara klinis manifestasi reaksi antigen dan antibody adalah streril, kebal,

resisten, atau alergi, bagi hospes dengan timbulnya kekebalan atau resistensi sangat

menguntungkan apalagi kalau sampai tingkat steril tetapi jika yang muncul adalah

reaksi hipersensivitas malah akan merugikan hospes itu sendiri walaupun ada yang

menguntungkan.

Kemungkinan bahwa sistem imun dapat memegang peranan dalam penghancuran sel-

sel tumor yang biasa di sebut dengan penyigian immmun, misalnya banyak tumor

yang diinduksi oleh zat kimia atau virus atau terjadi secara spontan dan sebab yang

tidak diketahui, pada permukaan komponen selny amemperoleh antigen spesifik

(TSA, tumor specific antigen) yang baru yang tidak terdapat dalam jaringan normal,

antigen ini terpapar pada permukaan sel bersifat asing terhadap sistem imun dan

pertahanan tubuh belum pernah terpapar keadaannya.

Limfosit dan makrofag yang telah disenfiasi, yang membelah sel-sel tumor, tumor

juga menginduksi produksi antibody yang beredar, antibody ini membentuk kompleks

dengan antigen tumor dan kompreks imun yang dihasikannya mencegah

penghancuran tumor secara imunologis oleh limfosit dan makrofag, antibody tersebut

diberi nama antibody penghalang, ini sesungguhnya dapat meningkatkan

pertumbuhan tumor.

Pada teknik imunohistonikimia suatu antibody yang mengenal antigen yang

dikehendaki itu sendiri ditunjukkan eksistensinya oleh antibody yang berlabel yang

mengenal epitob antibody pertama, antibody dapat diapakai untuk menentukan tumor

Page 6: Blok 10 UP 6

secara radiologis, antibody dapat dilabel dengan zat radioaktif, disuntikkan ke dalam

hospes dan disana berkaitan dengan sel-sel yang mengekspresikan antigen termaksud,

akhirnya antibody dapat dipakai sebagai terapi, missal sumsum tulang yang

dipengaruhi oleh limfoma dapat diekstraksi dari pasien dan dicampur dengan suatu

antibody komplemen, campuran ini kemudian melisiskan sel-sel tumor yang

mengekspresikan antigen ketika dengan antibody.

1. CTL ( Cytotoxic T Lymphocyte )

Banyak studi menunjukkan bahwa tumor yang mengekspresikan antigen unik dapat

memacu CTL / Tc spesifik yang dapat menghancurkan tumor. CTL biasanya

mengenal peptida asat TSA ( Tumor Spesific Agent ) yang diikat MHC-I. CTL

tidak selalu efisien, disamping respons CTL tidak selalu terjadi tumor

( Baratawidjaja, 2009).

2. Sel NK

Sel NK adalah limfosit sitotoksik yang mengenal sel sasaran yang tidak antigen

spesifik dan juga tidak MHC ( Major Histocompability Complex ) dependen.

Diduga bahwa fungsi terpenting sel NK adalah antitumor. Sel NK

mengekspresikan FcR yang dapat mengikat sel tumor yang dilapisis antibody dan

dapat membunuh sel sasaran melalui ADCC dan pelepasan enzyme protease,

perforin, dan granzim ( Baratawidjaja, 2009 ).

3. Makrofag

Makrofag memiliki enzyme dengan fungsi sitotoksik dan melepas mediator

oksidatif seperti superoksid dan oksida nitrit. Makrofag juga melepas TNF-α yang

mengawali apoptosis. Diduga makrofag mengenal sel tumor melalui IgG-R yang

mengikat antigen tumor. Makrofag dapat memakan dan mencerna sel tumor dan

mempresentasikannya ke sel CD4+. Jadi makrofag dapt berfungsi sebagai inisiator

dan efektor imun terhadap tumor ( Baratawidjaja, 2009 ).

Penjelasan Sistem Imun Tubuh Terhadap Cacing Penyebab Tumor (Utami,

1994)

Respon Pejamu terhadap infeksi cacing pada umumnya lebih kompleks oleh karena

pathogen lebih besar dan tidak bisa ditelan oleh fagosit. Pertahanan terhadap banyak

infeksi cacing diperankan oleh aktivasi sel T helper2 ( Th2). Cacing merangsang

subset Th2 sel Cluster of Differentiation ( CD4+) yang melepas Interleukin 4 ( IL-4 )

dan Interleukin 5 ( IL-5 ). IL-4 merangsang produksi IgE dan IL-5 merangsang

perkembangan dan aktivasi eosinofil. IgE yang berikatan dengan permukaan cacing

Page 7: Blok 10 UP 6

diikat eosinofil. Selanjutnya eosinofil diaktifkan dan mensekresi granul enzyme yang

menghancurkan parasit. Eosinofil lebih efektif disbanding leukosit lain karena

eosinofil mengandung granul yang lebih toksik disbanding enzyme proteolitik dan

Reaktif Oxygen Intermediate ( ROI ) yang diproduksi neutrofil dan makrofag. Parasit

yang masuk dalam lumen saluran cerna, pertama dirusak oleh IgG, IgE, dan juga

mungkin dibantu oleh ADCC ( Antibody Dependent Cell Citoxity ). Sitokin yang

dilepaskan sel T yang dipacu antigen spesifik merangsang proliferasi sel goblet dan

sekresi bahan mucus yang menyelubungi cacing yang dirusak. Hal itu memungkinkan

cacing dikeluarkan dari tubuh melalui peningkatan gerakan usus yang diinduksi

mediator sel mast seperti LTD4 dan diare akibat pencegahan absorbs natrium yang

tergantung glukosa oleh histamine dan prostaglandin asal sel mast. Cacing biasanya

terlalu besar untuk fagositosis. Degranulasi sel mast/basofil yang IgE dependen

menghasilkan produksi histamine yang menimbulkan spasme usus temapt cacing

hidup. Eosinofil menempel pada cacing melalui IgG/IgA dan melepas protein

kationik. Myelin Basic Protein ( MBP ) dan Neurotoksin. Polymorfonuklear dan

makrofag menempel melalui IgA/ IgG melepas superoksida, oksida nitrit dan enzyme

yang membunuh cacing ( Baratwidjaja, 2009).

Dikemukakan 4 macam kemungkinan mekanisme respon imun;

1. Mekanisme pertama :dalam respon imun hanya melibatkan sel Th l saja,

karena sel Th2 tidak berperan dalam sekresi sitokin maka terjadi sekresi IFN gama,

IL-2 dan LT yang berlebih, akibatnya terjadi inaktivasi sel B, tidak ada sekresi

antibodi, aktivasi makrofag, respon DTH kuat dan supresi sel Th2; keadaan ini

mengakibatkan parasit-parasit intrasel dapat terbunuh dengan efektif.

2. Mekanisme kedua :bila terjadi respon sel Th1 yang kuat tetapi disertai dengan

sedikit respon sel Th2; pengaruh IFN gama, IL-2 dan LT berkurang karena adanya

pengaruh IL-4, IL-5 dan IL-6 yang diproduksi oleh sel Th2. Terjadi aktivasi sel B

dan produksi antibodi, respon DTH tidak sekuat pada mekanisme pertama

3. Mekanisme ketiga :yaitu bila terjadi respon sel Th2 yang kuat, tetapi sedikit

respon sel Th1. Terjadi sekresi IL-4, IL-5 dan IL-6 yang cukup, dapat

menyebabkan sekresi antibodi lebih baik dibandingkan dengan yang terjadi pada

mekanisme 1 dan 2. Produksi IgG2a, IgG 1 karena pengaruh IL-4, IgE tidak

mencolok karena masih ada pengaruh IFN gama. Respon DTH mungkin masih

terjadi, mungkin tidak.

4. Mekanisme keempat :

Page 8: Blok 10 UP 6

Bila respon imun hanya melibatkan sel Th2 saja; pada mekanisme ini terjadi

sekresi antibodi dalam konsentrasi yang tinggi, tidak terjadi aktivasi DTH. Karena

terdapat IL-4 dalam jumlah banyak maka terjadi sekresi IgE dalam jumlah banyak;

makrofag juga teraktivasi tetapi tidak sama dengan keadaan bila respon imun

karena pengaruh sel Thl, adanya IL-5 menyebabkan aktivasi fungsi eosinophil;

dengan demikian gambaran klinis yang timbul adalah gejala alergi.

Daftar Pustaka

Anonim1. 2010. TUMOR MARKER PADA KEGANASAN SERVIKS UTERI

http://digilib.unsri.ac.id/downlo ad/TUMOR%20MARKER%20PADA

%20KEGANASAN%20SERVIKS%20UTERI.pdf (29/03/2011)

Anonim2. 2008.

http://www.roche.co.id/fmfiles/re7175008/Indonesian/media/lembar.informasi/

Onkolo gi/Avastin/Lembar.Informasi.VEGF.dan.Angiogenesis.pdf (29/03/2011)

Baratawidjaja, K.G. 2009. Imunologi Dasar. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia.

Bosman, F.T.; Velde, C.J.H. 1996. Onkologi. Yogyakarta: Gadjah Mada Univesity Press.

Kurniasih. 1993. Pengantar Patologi Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada Univesity Press.

Suwandono, Adji. 2010. Neoplasma.

http://adjisuwandono.staff.uns.ac.id/files/2010/07/introducing-neoplasma.pdf

(29/03/2011)

Utami, B.S. 1994. Respon Imun Pada Filariasis. Jakarta: Pusat Penelitian Penyakit Menular,

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Departemen Kesehatan.

Widyarini, Sitarina. 2011. Patologi Veteriner Tumor.ppt

Page 9: Blok 10 UP 6

Tumor dan Spirocerca Lupi

Diposkan oleh Muhammad Nuriy Nuha Naufal di 01.15

I.                   Learning Objective

1.      Jelaskan pengertian dan macam-macam tumor!

2.      Bagaimana respon imun terhadap tumor?

3.      Jelaskan tentang Spirocerca lupi!

II.                Pembahasan

1.      Jelaskan pengertian dan macam-macam tumor!

Neoplasma ialah masa jaringan yang abnormal, tumbuh berlebihan , tidak terkordinasi

dengan jaringan normal dan tumbuh terus- menerus meskipun rangsang yang

menimbulkan telah hilang. Sel neoplasma mengalami transformasi , oleh karena

mereka terus- menerus membelah. Pada neoplasma, proliferasi berlangsung terus

meskipun rangsang yang memulainya telah hilang. Proliferasi demikian disebut

proliferasi neoplastik, yang mempunyai sifat progresif,tidak bertujuan, tidak

memperdulikan jaringan sekitarnya,tidak ada hubungan dengan kebutuhan tubuh dan

bersifat parasitic. Sel neoplasma bersifat parasitic dan pesaing sel atau jaringan

normal atas kebutuhan metabolismenya pada penderita yang berada dalam keadaan

lemah . Neoplasma bersifat otonom karena ukurannya meningkat terus. Proliferasi

neoplastik menimbulkan massa neoplasma, menimbulkan pembengkakan / benjolan

pada jaringan tubuh membentuk tumor (Suwandono, 2012).

·         Klasifikasi atas dasar Sifat Biologiknya

Atas dasar sifat biologiknya tumor dapat dibedakan atas tumor yang bersifat jinak ( tumor

jinak ) dan tumor yang bersifat ganas (tumor ganas) dan tumor yang terletak antara

jinak dan ganas disebut “ Intermediate” (Suwandono, 2012).

1.      Tumor Jinak ( Benigna )

Tumor jinak tumbuhnya lambat dan biasanya mempunyai kapsul. Tidak tumbuh

infiltratif, tidak merusak jaringan sekitarnya dan tidak menimbulkan anak sebar pada

tempat yang jauh. Tumor jinak pada umumnya disembuhkan dengan sempurna

kecuali yang mensekresi hormone atau yang terletak pada tempat yang sangat penting,

Page 10: Blok 10 UP 6

misalnya disumsum tulang belakang yang dapat menimbulkan paraplesia atau pada

saraf otak yang menekan jaringan otak (Suwandono, 2012).

2.      Tumor ganas ( maligna )

Tumor ganas pada umumnya tumbuh cepat, infiltratif. Dan merusak jaringan sekitarnya.

Disamping itu dapat menyebar keseluruh tubuh melalui aliran limpe atau aliran darah

dan sering menimbulkan kematian (Suwandono, 2012).

3.      Intermediate

Diantara 2 kelompok tumor jinak dan tumor ganas terdapat segolongan kecil tumor yang

mempunyai sifat invasive local tetapi kemampuan metastasisnya kecil.Tumor

demikian disebut tumor agresif local tumor ganas berderajat rendah. Sebagai contoh

ialah karsinoma sel basal kulit (Suwandono, 2012).

·         Klasifikasi atas dasar asal sel / jaringan ( histogenesis )

Tumor diklasifikasikan dan diberi nama atas dasar asal sel tumor yaitu :

1. Neoplasma berasal sel totipoten

Sel totipoten ialah sel yang dapat berdeferensiasi kedalam tiap jenis sel tubuh.Sebagai

contoh ialah zigot yang berkembang menjadi janin. Paling sering sel totipoten

dijumpai pada gonad yaitu sel germinal. Tumor sel germinal dapat berbentuk sebagai

sel tidak berdifensiasi, contohnya : Seminoma atau diseger minoma.Yang

berdiferensiasi minimal contohnya : karsinoma embrional, yang berdiferensiasi

kejenis jaringan termasuk trofobias misalnya chorio carcinoma. Dan yolk sac

carcinoma. Yang berdiferensiasi somatic adalah teratoma (Suwandono, 2012).

2. Tumor sel embrional pluripoten

Sel embrional pluripoten dapat berdiferensiasi kedalam berbagai jenis sel-sel dan sebagai

tumor akan membentuk berbagai jenis struktur alat tubuh. Tumor sel embrional

pluripoten biasanya disebut embiroma atau biastoma, misalnya retinobiastoma,

hepatoblastoma, embryonal rhbdomyosarcoma (Suwandono, 2012).

3. Tumor sel yang berdiferensiasi

Jenis sel dewasa yang berdiferensiasi, terdapat dalam bentuk sel alat-lat tubuh pada

kehidupan pot natal. Kebanyakan tumor pada manusia terbentuk dari sel

berdiferensiasi.

Tata nama tumor ini merupakan gabungan berbagai faktor yaitu perbedaan antara jinak

dan ganas, asal sel epitel dan mesenkim lokasi dan gambaran deskriptif lain

(Suwandono, 2012).

2.      Bagaimana respon imun terhadap tumor?

Page 11: Blok 10 UP 6

Sel kanker dikenal sebagai nonself yang bersifat antigenik pada sistem imunitas tubuh

manusia sehingga ia akan menimbulkan respons imun secara seluler maupun

humoral. Respons sistem imun terhadap sel kanker dapat dibagi dua yaitu humoral

dan seluler (Halim, 2001).

1)      Peranan sistem imun humoral terhadap sel kanker

Imunitas humoral lebih sedikit berperan daripada imunitas seluler dalam proses

penghancuran sel kanker, tetapi tubuh tetap membentuk antibodi terhadap antigen

tumor. Dua mekanisme antibodi diketahui dapat menghancurkan target kanker yaitu :

a)      Antibody dependent cell mediated cytotoxicity (ADCC)

Pada ADCC antibodi IgG spesifik berikatan terhadap Tumor Associated Antigen (TAA)

dan sel efektor yang membawa reseptor untuk bagian Fc dari molekul Ig. Antibodi

bertindak sebagai jembatan antara efektor dan target. Antibodi yang terikat dapat

merangsang pelepasan superoksida atau peroksida dari sel efektor. Sel yang dapat

bertindak sebagai efektor di sini adalah limfosit null (sel K), monosit, makrofag,

Lekosit PMN (polimorfonuklear) dan fragmen trombosit. Ini akan mengalami lisis

optimal dalam 4 sampai 6 jam (Halim, 2001).

b)      Complement Dependent Cytotoxicity

Di sini pengikatan antibodi ke permukaan sel tumor menyebabkan rangkaian peristiwa

komplemen klasik dari C' 1,4,2,3,5,6,7,8,9. Komponen C' akhir menciptakan saluran

atau kebocoran pada permukaan sel tumor. IgM lebih efisien dibanding IgM dalam

merangsang proses complement dependent citotoxicity (Halim, 2001).

2)      Peranan sistem imun seluler sel kanker

Pada pemeriksaan patologi-anatomik tumor, sering ditemukan infiltrat sel-sel yang terdiri

atas sel fagosit mononuklear, limfosit, sedikit sel plasma dan sel mastosit. Meskipun

pada beberapa neoplasma, infiltrasi sel mononuklear merupakan indikator untuk

prognosis yang baik, pada umumnya tidak ada hubungan antara infiltrasi sel dengan

prognosis. Sistem imun yang nonspesifik dapat langsung menghancurkan sel tumor

tanpa sensitisasi sebelumnya. Efektor sistem imun tersebut adalah sel Tc, fagosit

mononuklear, polinuklear, Sel NK. Aktivasi sel T melibatkan sel Th dan Tc. Sel Th

penting pada pengerahan dan aktivasi makrofag dan sel NK (Halim, 2001).

a)      Sitotoksitas melalui sel T

Kontak langsung antara sel target dan limfosit T menyebabkan interaksi antara reseptor

spesifik pada permukaan sel T dengan antigen membran sel target yang mencetuskan

induksi kerusakan membran yang bersifat lethal. Peningkatan kadar cyclic Adenosine

Page 12: Blok 10 UP 6

Monophosphate (cAMP) dalam sel T dapat menghambat sitotoksisitas dan efek

inhibisi Prostaglandin (PG) E 1 dan PGE2 terhadap sitotoksisitas mungkin

diperantarai cAMP. Mekanisme penghancuran sel tumor yang pasti masih belum

diketahui walaupun pengrusakan membran sel target dengan hilangnya integritas

osmotik merupakan peristiwa akhir. Pelepasan Limfotoksin (LT), interaksi membran-

membran langsung dan aktifitas T cell associated enzyme seperti phospholipase

diperkirakan merupakan penyebab rusaknya membran. Interleukin (IL), interferon

(IFN) dan sel T mengaktifkan pul asel Natural Killer (NK). Sel ini berbentuk large

granulocytic lymphocyte (LGL). Kebanyakan sel ini mengandung reseptor Fc dan

banyak yang mengekspresikan antigen sel T. Lisis sel target dapat terjadi tanpa

paparan pendahuluan dan target dapat dibunuh langsung. Sel NK menunjukkan

beberapa spesifisitas yang lebih luas terhadap target tumor yang biasanya dibunuh

lebih cepat dibanding sel normal. Kematian sel tumor dapat sebagai akibat paparan

terhadap toxin yang terdapat dalam granula LGL, produksi superoksida atau aktivitas

protease serine pada permukaan sel efektor. Sel NK diaktivasi IFN dan II-2 in vitro.

Aktivitas NK dapat dirangsang secara in vitro dengan pemberian IFN, inducer atau

imunostimulan seperti Bacille Calmette Guerin (BCG) dan Corynebacterium (C)

parvum. Penghambatan aktivasi sel NK terlihat pada beberapa PG (PGE1, PGE2,

PGA1 dan PGA2), phorbol ester, glukokortikoid dan siklofosfamid. Pada banyak

kasus, agen ini langsung mempengaruhi aktivitas NK, sel supresor juga dapat

mempengaruhi sel NK. Sel NC (Natural Cytotoxic) juga teridentifikasi

menghancurkan sel tumor. Berbeda dengan sel NK, sel NC kelihatannya distimulasi

oleh IL-3 dan relatif tahan terhadap glukokortikoid dan siklofosfamid. Populasi LAK

(lymphocyte activated killer) cell dapat tumbuh di bawah pengaruh IL-2 (Halim,

2001).

b)      Sitotoksisitas melalui makrofag

Makrofag yang teraktivasi berikatan dengan sel neoplastik lebih cepat dibanding dengan

sel normal. Pengikatan khusus makrofag yang teraktivasi ke membran sel tumor

adalah melalui struktur yang sensitif terhadap tripsin. Pengikatan akan bertambah kuat

dan erat dalam 1 sampai 3 jam dan ikatan ini akan mematikan sel. Sekali pengikatan

terjadi, mekanisme sitotoksisitas melalui makrofag berlanjut dengan transfer enzim

lisosim, superoksida, protease, faktor sitotoksis yang resisten terhadap inhibitor

protease dan yang menyerupai LT. Sekali teraktivasi, makrofag dapat menghasilkan

PG yang dapat membatasi aktivasinya sendiri. Makrofag yang teraktivasi dapat

Page 13: Blok 10 UP 6

menekan proliferasi limfosit, aktivitas NK dan produksi mediator. Aktivasi supresi

dapat berhubungan dengan pelepasan PG atau produksi superoksida. Sebagai

tambahan, makrofag dapat merangsang dan juga menghambat pertumbuhan sel tumor,

yang bergantung dengan bagian yang rentan dari sel tumor, ratio makrofag dengan sel

target dan status fungsional makrofag. Indometasin dapat menghambat

efek perangsangan makrofag pada pertumbuhan tumor ovarium yang diperkirakan

prostaglandin mungkin berperan sebagai mediatornya. Macrophage derived factor

dapat merangsang pertumbuhan tumor dan menekan imunitas sel T. Akumulasi

makrofag dalam tumor mungkin menggambarkan interaksi makrofag kompleks dari

beberapa faktor dan juga kinetik produksi monosit oleh sumsum tulang. Jadi status

fungsional makrofag dalam tumor juga berperan selain jumlahnya. Makrofag bila

diaktifkan oleh limfokin, endotoksin, RNA dan IFN akan menunjukkan aktivasi

berupa adanya perubahan morfologik, biokimiawi dan fungsi sel. Makrofag yang

diaktifkan biasanya menjadi sitotoksik nonspesifik terhadap sel tumor in vitro.

Makrofag dapat pula berfungsi sebagai efektor pada ADCC terhadap tumor. Di

samping itu makrofag dapat menimbulkan efek negatif berupa supresi yang disebut

makrofag supresor. Hal tersebut dapat disebabkan oleh tumor itu sendiri atau akibat

pengobatan (Halim, 2001).

Urutan enam langkah kematian sel kanker. Sebuah sel kanker telah bermigrasi melalui

lubang-lubang dari membran dilapisi matriks dari atas ke bawah, simulasi migrasi

alami sel kanker menyerang antara, dan kadang-kadang melalui, endotelium vaskular.

Perhatikan paku atau pseudopodia yang merupakan ciri khas dari sel kanker

menyerang (1). Sebuah buffy coat yang mengandung sel darah merah, limfosit dan

makrofag ditambahkan ke bagian bawah membran. Sekelompok makrofag

mengidentifikasi sel kanker sebagai benda asing dan mulai menempel pada sel

kanker, yang masih memiliki paku nya (2). Tampil: Makrofag mulai menyatu dengan,

dan menyuntikkan racun ke dalam, sel kanker. Sel mulai mengumpulkan dan

kehilangan paku nya (3). Sebagai sel makrofag menjadi halus (4). Sel kanker muncul

kental dalam tahap terakhir sebelum mati. Benjolan ini sebenarnya makrofag menyatu

dalam sel kanker (5). Sel kanker kemudian kehilangan morfologi, menyusut dan mati

(6) (Anonim, 2012).

3.      Jelaskan tentang Spirocerca lupi!

1.      Etiologi

Cacing Spirocerca lupi ditemukan didalam tumor kerongkongan, lambung dan aorta

Page 14: Blok 10 UP 6

anjing serta berbagai hewan pemakan daging lainnya. Cacing dewasa berukuran 3-8

cm, berwarna merah, dan terdapat melingkar didalan tumor jaringan ikat pada dinding

kerongkongan atau organ lainnya., Telur cacing berdinding tebal,oval dan dinding

lateral yang hamper parallel. Ukuran telur 30 x 12µ, berisi larva stadium pertama

(Anonim, 2008).

2.      Siklus Hidup

Tinja,bahan muntahan → telur → dimakan oleh kumbag tahi → larva stadium 3→

Hospes paratenik (ayam, hewan pengerat dan kadal)→ larva membentuk kista →

hospes paratenik dimakan anjing →larva membuat liang pada lambung bermigrasi

dalam lapisan luar arteri visceral dan aorta sampai kerongkongan dan lambung →

dewasa.

Periode pre paten : 17-18 minggu (Anonim, 2008).

3.      Gejala Klinis

- Migrasi larva : perdarahan dan radang

- Nafsu makan hilang

- Muntah

- Iritasi menyebabkan tremor

- Aneurisma aorta

- Rupture pembuluh darah

- Osteoarthropati paru-paru sekunder (Anonim, 2008).

4.      Diagnosa

- Berdasarkan gejala klinis

- Menemukan telur cacing dalan tinja atau bahan muntahan

- Pemeriksaan radiology atau gastro-endoskopi (Anonim, 2008).

5.      Pengobatan

diethylcarbamazine, disophenol, levamisole, albendazole and fenbendazole.

Belakangan ini pemberian 400µg/kg ivermectin and doramectin melalui subkutan

lebih mujarab (Anonim, 2008).

III.             Daftar Pustaka

Anonim. 2008. Neoplasia Akibat Infeksi Spirocerca Lupi.http://www.vet-klinik.com/Pets-

Animals/Neoplasia-akibat-infeksi-Spirocerca-lupi.html. Diakses Pada 26 Maret 2012

Anonim, 2012. Imunitas. http://id.wikipedia.org/wiki/Imunitas. Diakses Pada 26 Maret

2012

Page 15: Blok 10 UP 6

Halim, Binarwan., M Fauzie Sahil. 2001. Imunologi Kanker. Medan: FK USU

Suwandono, Adji. 2012. Neoplasma.

http://adjisuwandono.staff.uns.ac.id/files/2010/07/introducing-neoplasma.pdf. Diakses

26 Pada Maret 2012