106145958 wrap up blok sistem respirasi

Upload: litaaryanti

Post on 04-Jun-2018

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/13/2019 106145958 Wrap Up Blok Sistem Respirasi

    1/19

  • 8/13/2019 106145958 Wrap Up Blok Sistem Respirasi

    2/19

    PILEK PAGI HARI

    Seorang pemuda, 23 tahun sering menderita pilek di pagi hari yang tidak kunjung sembuh

    sejak kecil. Ia setiap pagi selalu bersin-bersin dan keluar ingus encer, apalagi bila udara

    berdebu. Kejadian itu mirip dengan apa yang dialami oleh ayahnya sewaktu muda. Oleh

    kawannya seorang mahasiswa kedokteran disarankan untuk melakukan tes alergi dan

    hasilnya memang pemuda tersebut menderita alergi. Tapi pemuda itu masih bertanya-tanya,

    apa benar ada hubungan alergi yang dideritanya dengan penyakitnya sekarang, dan mengapa

    bisa terjadi demikian? Apakah ada hubungannya dengan seringnya ia memasukkan air wudhu

    ke dalam hidungnya saat akan sholat malam?

  • 8/13/2019 106145958 Wrap Up Blok Sistem Respirasi

    3/19

    SASARAN BELAJAR

    LI.1 : Memahami dan Menjelaskan Anatomi Saluran Pernafasan Atas

    Lo 1.1 Anatomi Makroskopis

    Lo 1.2 Anatomi Mikroskopis

    LI 2 : Memahami dan Menjelaskan Fisiologi Pernafasan

    LI 3 : Memahami dan Menjelaskan Rhinitis

    Lo 3.1 Menjelaskan definisi rhinitis

    Lo 3.2 Menjelaskan klasifikasi rhinitis

    LI 4 : Memahami dan Menjelaskan Rhinitis Alergi

    Lo 4.1 Menjelaskan definisi rhinitis alergi

    Lo 4.2 Menjelaskan klasifikasi dan etiologi rhinitis alergi

    Lo 4.3 Menjelaskan patofisiologi rhinitis alergi

    Lo 4.4 Menjelaskan manifestasi

    Lo 4.5 Menjelaskan Diagnosis dan diagnosis banding

    Lo 4.6 Penatalaksanaan

    Lo 4.7 Komplikasi

    Lo 4.8 Menjelaskan Prognosis rhinitis alergi

    Lo 4.9 Pencegahan

    LI 5 : Memahami dan Menjelaskan Sistem Pernafasan Menurut Pandangan Islam

  • 8/13/2019 106145958 Wrap Up Blok Sistem Respirasi

    4/19

    LI.1 : Memahami dan Menjelaskan Anatomi Saluran Pernafasan Atas

    1.1 Anatomi Makroskopis

    HidungMerupakan organ yang pertama berfungsi dalam saluran pernapasan. Ada 2

    bagian dari hidung, yaitu:

    o Eksternal: menonjol dari wajah, disangga oleh Os. Nasi dan tilangrawan kartilago

    o Internal: permukaan yang bermukosa berupa rongga (vestibulum nasi)yang disekat antara kanan-kiri oleh septum nasi

    Pada vestibulum nasi terdapat cilia yang kasar berfungsi untuk menyaring

    udara. Bagian dalam rongga hidung yang berbentuk terowongan (cavum nasi)

    dimulai dari lubang hidung depan (nares anterior) sampai lubang hidung

    belakang (nares posterior, dibagian ini ada 3 concha nasalis , yaitu:

    o Concha nasalis superioro Concha nasalis mediao Concha nasalis inferior

  • 8/13/2019 106145958 Wrap Up Blok Sistem Respirasi

    5/19

    Ada 4 buah sinus yang berhubungan dengan cavum nasi, yaitu:

    o Sinus sphenoidaliso Sinus frontaliso Sinus maxillariso Sinus eithmoidalis

    Bagian depan dan atas cavum nasi dipersarafi oleh N. Opthalmicus. Mucusa

    hidung dan lainnya dipersarafi oleh ganglion sphenopalatinum. Nasofaring

    dan concha nasalis dipersarafi oleh cabang dari ganglion pterygopalatinum.Sedangkan N. Olfaktorius untuk penciuman.

    FaringMerupakan struktur seperti tuba yang menghubungkan hidung dan rongga

    mulut ke laring. Dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:

    o Nasofaringo Orofaringo Laringofaringeal

  • 8/13/2019 106145958 Wrap Up Blok Sistem Respirasi

    6/19

    Berfungsi untuk menyediakan saluran pada traktus repiratorius dan traktus

    digestivus.

    LaringDaerahnya dimulai dari aditus laringis (pintu laring) sampai batas bawah

    cartilago cricoid. Terbentuk oleh tulang dan tulang rawan. Tulangnya adalah

    Os. Hyoid. Tulang rawannya:

    o Epiglotis: tulang rawan berbentuk sendok. Pada saat ekspirasi inspirasibiasa, epiglotis terbuka. Pada waktu menelan, epiglotis menutup aditus

    laringis agar makanan tidak masuk ke laring.

    o Cartilago tyroid (adams apple): jaringan ikatnya adalah membranathyrohyoid.

    o Cartilago arytenoid: ada 2. Digunakan dalam gerakan pita suaradengan cartilago thyroid.

    o Cartilago cricoid: adalah batas bawah laringDalam cavum laringis terdapat pita suara asli (plica vocalis) dan pita suara

    palsu (plica vestibularis).

  • 8/13/2019 106145958 Wrap Up Blok Sistem Respirasi

    7/19

    1.2 Anatomi Mikroskopis

    Sistem pernapasan merupakan sistem yang berfungsi untuk mengabsorbsi O2 dan

    mengeluarkan CO2 dalam tubuh yang bertujuan untuk mempertahankan homeostasis.

    Fungsi ini disebut sebagai respirasi. Sistem pernapasan dimulai dari rongga

    hidung/mulut hingga ke alveolus, di mana pada alveolus terjadi pertukaran oksigen

    dan karbondioksida dengan pembuluh darah.

    Sistem pernapasan biasanya dibagi menjadi 2 daerah utama:

    Bagian konduksi: meliputi rongga hidung, nasofaring, laring, trakea, bronkus,bronkiolus dan bronkiolus terminalis

    Bagian respirasi: meliputi bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris danalveolus.

    Sebagian besar bagian konduksi dilapisi epitel respirasi, yaitu epitel bertingkatsilindris bersilia dengan sel goblet. Dengan menggunakan mikroskop elektron dapat

    dilihat ada 5 macam sel epitel respirasi yaitu sel silindris bersilia, sel goblet mukosa,

    sel sikat (brush cells), sel basal, dan sel granul kecil.

  • 8/13/2019 106145958 Wrap Up Blok Sistem Respirasi

    8/19

    Ket: epitel respirasi

    Rongga hidungRongga hidung terdiri atas vestibulum dan fosa nasalis. Pada vestibulum di

    sekitar nares terdapat kelenjar sebasea dan vibrisa (bulu hidung). Epitel di

    dalam vestibulum merupakan epitel respirasi sebelum memasuki fosa nasalis.

    Pada fosa nasalis (cavum nasi) yang dibagi dua oleh septum nasi pada garis

    medial, terdapat konka (superior, media, inferior) pada masing-masing dinding

    lateralnya. Konka media dan inferior ditutupi oleh epitel respirasi, sedangkan

    konka superior ditutupi oleh epitel olfaktorius yang khusus untuk fungsi

    menghidu/membaui. Epitel olfaktorius tersebut terdiri atas sel penyokong/sel

    sustentakuler, sel olfaktorius (neuron bipolar dengan dendrit yang melebar di

    permukaan epitel olfaktorius dan bersilia, berfungsi sebagai reseptor dan

    memiliki akson yang bersinaps dengan neuron olfaktorius otak), sel basal

    (berbentuk piramid) dan kelenjar Bowman pada lamina propria. Kelenjar

    Bowman menghasilkan sekret yang membersihkan silia sel olfaktorius

    sehingga memudahkan akses neuron untuk membaui zat-zat. Adanya vibrisa,

    konka dan vaskularisasi yang khas pada rongga hidung membuat setiap udara

    yang masuk mengalami pembersihan, pelembapan dan penghangatan sebelum

    masuk lebih jauh.

  • 8/13/2019 106145958 Wrap Up Blok Sistem Respirasi

    9/19

    Ket: epitel olfaktori

    Sinus paranasalisTerdiri atas sinus frontalis, sinus maksilaris, sinus ethmoidales dan sinus

    sphenoid, semuanya berhubungan langsung dengan rongga hidung. Sinus-

    sinus tersebut dilapisi oleh epitel respirasi yang lebih tipis dan mengandung

    sel goblet yang lebih sedikit serta lamina propria yang mengandung sedikit

    kelenjar kecil penghasil mukus yang menyatu dengan periosteum. Aktivitas

    silia mendorong mukus ke rongga hidung.

    FaringNasofaring dilapisi oleh epitel respirasi pada bagian yang berkontak dengan

    palatum mole, sedangkan orofaring dilapisi epitel tipe skuamosa/gepeng.

    LaringLaring merupakan bagian yang menghubungkan faring dengan trakea. Pada

    lamina propria laring terdapat tulang rawan hialin dan elastin yang berfungsi

    sebagai katup yang mencegah masuknya makanan dan sebagai alat penghasil

    suara pada fungsi fonasi. Epiglotis merupakan juluran dari tepian laring,

    meluas ke faring dan memiliki permukaan lingual dan laringeal. Bagian

    lingual dan apikal epiglotis ditutupi oleh epitel gepeng berlapis, sedangkan

    permukaan laringeal ditutupi oleh epitel respirasi bertingkat bersilindris

    bersilia. Di bawah epitel terdapat kelenjar campuran mukosa dan serosa.

  • 8/13/2019 106145958 Wrap Up Blok Sistem Respirasi

    10/19

    Di bawah epiglotis, mukosanya membentuk dua lipatan yang meluas ke dalam

    lumen laring: pasangan lipatan atas membentuk pita suara palsu (plika

    vestibularis) yang terdiri dari epitel respirasi dan kelenjar serosa, serta di

    lipatan bawah membentuk pita suara sejati yang terdiri dari epitel berlapis

    gepeng, ligamentum vokalis (serat elastin) dan muskulus vokalis (otot rangka).

    Otot muskulus vokalis akan membantu terbentuknya suara dengan frekuensi

    yang berbeda-beda.

    Ket: epitel laring

    LI 2 : Memahami dan Menjelaskan Fisiologi Pernafasan dan Mekanisme Pertahanan

    Tubuh

    Respirasi eksternal adalahpertukaran gas antara darah dan atmosfer sedangkan

    respirasi internaladalah pertukaran gas antara darah sirkulasi dengan sel jaringan.

    Empat proses pertukaran gas :

    a. Ventilasib. Distribusi

    Udara yang telah memasuki saluran pernapasan didistribusikan ke paru-paru.

    Kemudian masuk ke dalam alveoli. Udara pertama yang terhirup, masuk ke

    puncak paru kemudian disusul oleh udara di belakangnya, masuk ke basis

    paru. Nilai ventilasi di puncak paru lebih besar dibandingkan nilai ventilasi di

    basis paru.

    c. Perfusi

  • 8/13/2019 106145958 Wrap Up Blok Sistem Respirasi

    11/19

    Perfusi paru adalah distribusi darah di dalam pembuluh kapiler paru. Tekanan

    aliran darah di dalam paru lebih rendah di bandingkan tekanan darah sistemik.

    Sirkulasi darah dalam paru mendapat tahanan, terutama tahanan pada jala-

    kapiler paru (capillary bed). Karena rendahnya tekanan aliran darah di kapiler

    paru, aliran darah di paru sangat terpengaruh oleh gravitasi bumi sehingga

    perfusi di bagian basal paru lebih besar dibandingkan dengan perfusi di bagian

    apex.

    d. Difusi gasPerpindahan molekul O2 dari rongga alveoli melewati membrana kapiler

    alveolar, melintasi pembuluh darah, menembus dinding eritrosit dan akhirnya

    masuk ke dalam sel eritrosit sampai berikatan dengan hemoglobin. Peristiwa

    yang lain di dalam paru yaitu perpindahan CO2dari darah ke alveolar.

    Mekanisme pertahanan tubuh

    Pada keadaan normal, mekanisme pertahanan tubuh baik humoral maupun

    selular tergantung pada aktivasi sel B dan sel T. Aktivasi berlebihan oleh antigen

    atau gangguan mekanisme ini, akan menimbulkan suatu keadaan imunopatologik

    yang disebut reaksi hipersensitivitas.

    Menurut Gell dan Coombs, reaksi hipersensitivitas dapat dibagi menjadi 4

    tipe, yaitu tipe I hipersensitif anafilaktik, tipe II hipersensitif sitotoksik yang

    bergantung antibodi, tipe III hipersensitif yang diperani kompleks imun, dan tipe

    IV hipersensitif cell-mediated(hipersensitif tipe lambat). Selain itu masih ada satu

    tipe lagi yang disebut sentivitas tipe V ataustimulatory hipersensitivity.

    Pembagian reaksi hipersensitivitas oleh Gell dan Coombs adalah usaha untuk

    mempermudah evaluasi imunopatologi suatu penyakit. Dalam keadaan sebenarnya

    seringkali keempat mekanisme ini saling mempengaruhi. Aktivasi suatu

    mekanisme akan mengaktifkan mekanisme yang lainnya

    LI 3 : Memahami dan Menjelaskan Rhinitis

    3.1 Menjelaskan Definisi Rhinitis

    Rhinitis adalah inflamasi ( peradangan ) pada membran mukosa di hidung

  • 8/13/2019 106145958 Wrap Up Blok Sistem Respirasi

    12/19

    3.2 Menjelaskan Klasifikasi Rhintis

    Klasifikasi Macamnya Gejala/contoh

    Tradisional

    Vasomotorik Neurogenik, neuropeptida

    Medicamentosa Pemakaian obat

    vasokonstriktor berulang dandalam waktu lama

    Struktural Hipertrofi chonca

    WHO Iniative ARIA (2000)Intermitten < 4 minggu

    Persisten > 4 minggu

    Ringan Tidak mengganggu tidur dan

    aktivitas harian

    Sedang atau Berat Mengganggu tidur dan

    aktivitas harian

    LI 4 : Memahami dan Menjelaskan Rhinitis Alergi

    4.1 Menjelaskan Definisi Rhinitis Alergi

    Penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi alergi pada pasien atopi yang

    sebelumnya sudah tersensitasi dengan alergen yang sama serta dilepaskannya

    suatu mediator kimia ketika terjadi paparan ulangan dengan alergen spesifik

    tersebut.

    4.2 Menjelaskan Klasifikasi dan Etiologi Rhinitis Alergi

    a. Rhinitis Seasonal (hay fever) : alergi yang terjadi karena menghirup alergenyang terdapat secara musiman, seperti serbuk sari bunga

    b. Rhinitis Perrenial : alergi yang terjadi tanpa tergantung musim, hampirsepanjang hari dalam setahun, misalnya alergi, debu, bulu binatang, jamur,

    dan lain-lain. Dan umumnya menyebabkan gejala kronis yang lebih ringan.

    Alergennya umumnya diperoleh dari dalam rumah

    c. Rhinitis Occupational : alergi sebagai akibat paparan alergen tempat kerja,misalnya paparan terhadap agen dengan bobot molekul tinggi, agen berbobot

    molekul rendah atau zat-zat iritan, melalui mekanisme imunologi yang tidak

    begitu diketahui

    4.3 Menjelaskan Patofisiologi Rhinitis

    Diawali dengan fase sensitasi dan diikuti dengan tahap

    provokasi/reaksi alergi. 2 fase alergi yaitu, Immediate phase allergic reaction

  • 8/13/2019 106145958 Wrap Up Blok Sistem Respirasi

    13/19

    (reaksi alergi fase cepat / RAFC) sejak kontak dengan alergen sampai 1 jam

    setelahnya dan Late phase allergic reaction (RAFL) yang berlangsung 2-4 jam

    dengan puncak 6-8 jam setelah pemaparan dan dapat berlangsung sampai 24-48

    jam.

    Pada tahap sensitasi, makrofag atau monosit yang berperan sebagai penyaji

    (Antigen Presenting Cell/APC) akan menangkap alergen dan menjadikannya

    fragmen pendek. Fragmen pendek akan bergabung dengan molekul HLA kelas II

    membentuk komplek peptida MHC kelasi II ( Major Histocompatibility Complex)

    yang kemudian dipresentasikan pada sel T-helper (Th0). Th0 berproliferasi

    menjadi Th 2. IL 4 dan IL 13 mengaktifkan limfosit B yang kemudian

    memproduksi IgE. IgE di permukaan sel akan mengaktifkan mastosit dan atau

    basofil. Kedua rantai IgE akan mengikat alergen spesifik dan terjadinya

    degranulasit mastosit dan basofil dengan akibat terlepasnya mediator kimia yang

    sudah terbentuk terutama histamin. Selain histamin, dilepaskan Newly Formed

    Mediators antara lain Prostaglandin D2, Leukotrien D4, Bradikinin, PAF, dll.

    Inilaih yang disebut sebagai Fase alergi reaksi cepat (FARC).

    Rasa gatal pada hidung dan bersin-bersin disebabkan oleh rangsangan

    histamin terhadap ujung saraf vidianus dan hipersekresi kelenjar mukosa dan sel

    goblet dan permeabilitas kapiler meningkat. Gejala lain adalah hidung tersumbat

    akibat vasodilatasi sinusoid.

    4.4 Menjelaskan Manifestasi Klinis

    a. Serangan bersin berulang terutama pada pagi hari atau bila terdapat kontakdengan sejumlah besar debu.

    b. Ingus (rinore) yang encerc. Hidung tersumbatd. Hidung dan mata gatale. Banyak air mata yang keluar (lakrimasi)f. Lipatan hidung melintang (garis hitam melintang pada tengah punggung

    hidung akibat sering menggosok hidung ke atas menirukan pemberian hormat

    (allergic salute))

    g. Lubang hidung bengkakh. Edema kelopak matai. Kongesti konjungtiva

  • 8/13/2019 106145958 Wrap Up Blok Sistem Respirasi

    14/19

    j. Lingkar hitam di bawah mata (allergic shiner)k. Otitis media serosa sebagai hasil hambatan tuba eustachii

    Gejala lain yang tidak khas dapat berupa, batuk, sakit kepala, masalah

    penciuman, mengi, penekanan pada sinus dan nyeri wajah, post nasal drip.

    Beberapa orang juga mengalami lemah dan lesu, mudah marah, kehilangan nafsu

    makan dan sulit tidur

    4.5 Diagnosis dan diagnosis banding

    Anamnesis

    Rhinitis alergi dapat ditegakan apabila 2 atau lebih gejala seperti bersin-bersin

    lebih 5 kali setiap serangan, hidung dan mata gatal, ingus encer lebih dari satu

    jam, hidung tersumbat dan mata merah serta berair maka dinyatakan positif.

    Pemeriksaan Fisik

    Pada muka di dapatkan garis Dennie-Morgan dan allergic shiner serta allergic

    crease yaitu berupa garis melintang pada dorsum nasi bagian sepertiga bawah.

    Dengan rinoskopi ditemukan permukaan hidung basah, berwarna pucat atau

    livid dengan chonca edema dengan sekret yang encer dan banyak. Polip

    hidung dapat memperberat gejala hidung tersumbat. Dapat pula ditemukan

    konjungtivitis bilateral atau penyakit yang berhubungan lainnya seperti

    sinusitis dan otitis media

    Diagnosis Banding

    Rhinitis Vasomotor: suatu keadaan idiopatik yang didiagnosis tanpa adanya

    infeksi, alergi, eosinofilia, perubahan hormonal dan pajanan obat.

    Rhinitis Medikamentosa : suatu kelainan hidung berupa gangguan respon

    normal vasomotor yang diakibatkan oleh pemakaian vasokonstriktor topikal

    dalam waktu lama dan berlebihan sehingga menyebabkan sumbatan hidung

    yang menetap.

  • 8/13/2019 106145958 Wrap Up Blok Sistem Respirasi

    15/19

    Rhinitis Simpleks : penyakit yang diakibatkan oleh virus. Biasanya adalah

    rhinovirus. Sangat menular dan gejala dapat timbul sebagai akibat tidak

    adanya kekebalan atau menurunnya daya tahan tubuh.

    Rhinitis Hipertrofi :Hipertrofi chonca karena proses inflamasi kronis yang

    disebabkan oleh bakteri primer atau sekunder.

    Rhinitis Atrofi : Infeksi hidung kronik yang ditandai adanya atrofi progresif

    pada mukosa dan tulang chonca.

    Pemeriksaan Penunjang

    - In-vitro:SDT eosinofil normal atau meningkat. IgE sering kali menunjukan nilai

    normal, kecuali bila tanda alergi pada pasien lebih dari satu macam penyakit.

    Lebih bermakna dengan RAST (Radio Immuno Sorbent Test) atau ELISA

    (Enzym Linked Immuno Sorbent Assay Test)

    - In-vivo:Tes cukit kulit atau SET (Skin End-point Titration). SET dilakukan untuk

    alergen inhalan dengan menyuntikan alergen dalam berbagai konsentrasi yang

    bertingkat kepekatannya. Derajatalergi serta dosis inisial untuk desensitisasidapat diketahui. Untuk alergi makanan, diagnosis pastinya ditegakkan dengan

    diet eliminasi dan provokasi. Alergen ingestan secara tuntas lenyap dalam

    waktu 5 hari.

    4.6 Tatalaksana

    Medikamentosa

    Antihistamin antagonis H-1 sebagai inti pertama pengobatan rhinitis alergi

    dalam kombinasi atau tanpa kombinasi dengan dekongestan secara peroral. Dibagi

    menjadi 2 golongan, generasi-1 (klasik) dan generasi-2 (non-sedatif). Generasi H-

    1 bersifat hipofilik sehingga dapat menembus sawar darah otak dan plasenta serta

    mempunyai efek kolinergik. Dekongestan dipakai hanya untuk menghindari

    terjadinya rhinitis medikamentosa. Preparat kortikosteroid intranasal dipilih

    bila gejala trauma sumbatan hidung tidak kunjung membaik setelah diberi

    antihistamin. Antikolinergik topikal adalah ipratropium bromida, bermanfaat

  • 8/13/2019 106145958 Wrap Up Blok Sistem Respirasi

    16/19

    untuk mengatasi rinore karena aktifitas inhibisi reserptor kolinergik permukaan sel

    efektor.

    Dekongestan, obat ini golongan simpatomimetik yang beraksi pada reseptor

    alfa-adregenik pada mukosa hidung untuk menyebabkan vasokonstriksi, menciutkan

    mukosa yang membengkak dan memperbaiki pernafasan, contohnya pseudofedrin,

    efedrin sulfat dan fenilpropanolamin. Penggunaan agen topikal yang lama dapat

    menyebabkan rhinitis medikamentosa, dimana hidung kembali tersumbat akibat

    vasodilatasi perifer. Dekongestan oral secara umum tidak dianjurkan karena efek

    klinisnya masih meragukan dan memiliki banyak efek samping. Dari keempat obat

    dekongestan yang banyak dipakai, fenilopropanolamin dan efedrin memiliki indeks

    terapi yang sempit. Keduanya dapat menyebabkan hipertensi pada dosis mendekati

    terapetiknya.

    Kortikosteroid Nasal, merupakan obat yang paling efektif untuk mengatasi

    rhinitis alergi hingga saat ini. Efek utama steroid topikal pada mukosa hidung antara

    lain mengurangi inflamasi dengan memblok pelepasan mediator, menekan kemotaksis

    neutrofil, mengurangi edema intrasel, dan menghambat reaksi fase lambat yang

    diperantarai sel mast. Sedangkan efek sampingnya meliputi bersin, perih pada mukosa

    hidung, sakit kepala dan infeksi Candidia albicans.

    Sodium Kromolin, bekerja dengan mencegah degranulasi sel mast dan

    pelepasan mediator, termasuk histamin. Efek sampingnya paling sering adalah iritasi

    lokal.

    Ipratropium Bromida, bermanfaat pada rhintis alergi perennial atau rhinitis

    alergi yang persisten, obat ini memiliki sifat antisekretori jika digunakan secara lokal

    dan bermanfaat untuk mengurangi hidung berair. Efek sampingnya tingan, meliputi

    sakit kepala, epistaksis, dan hidung terasa kering.

    Operatif

    Tindakan konkotomi (pemotongan konka inferior) bila konka hipertrofi berat

    dan tidak dapat dikecilkan dengan cara kauterisasi memakai AgNO325% atau

    troklor asetat.

    Imunoterapi

  • 8/13/2019 106145958 Wrap Up Blok Sistem Respirasi

    17/19

    Desensitasi, hiposensitasi dan netralisasi. Desensitasi dan hiposensitasi

    membentuk blocking antibody. Keduanya untuk alergi inhalan yang gejalanya

    berat, berlangsung lama dan pengobatan lain belum memuaskan.

    4.7 Komplikasi

    Polip Hidung : Inspisited mucous gland, akumulasi sel-sel inflamasi yang

    banyak, hiperplasia epitel, hiperplasia sel goblet, dan metaplasia skuamosa.

    Otitis media : terutama pada anak-anak

    Sinusitis paranasal : Inflamasi mukosa satu atau lebih sinus paranasal akibat

    edema ostia sinus oleh proses alergis dalam mukosa yang menyebabkan sumbatan

    ostia sehingga terjadi penurunan oksigenasi dan tekanan udara rongga sinus. Hal

    tersebut menyuburkan pertumbuhan bakteri aerob yang akan menyebabkan

    rusaknya fungsi barier epitel.

    4.8 Prognosis

    Prognosis baik jika penderita tidak terpajan dengan alergen dan belum terjadi

    komplikasi serta tidak memiliki predisposisi seperti asma dan riwayat keluarga.

    4.9 Pencegahan

    Cara terbaik untuk mencegah timbulnya alergi adalah dengan menghindari

    alergen. Ada 3 tipe pencegahan:

    1. Mencegah terjadinya tahap sensitasi; menghindari paparan terhadapalergen inhalan selama hamil, menunda pemberian susu formula dan

    makanan padat

    2. Mencegah gejala timbul dengan cara terapi medikamentosa3. Pencegahan melalui edukasi

    LI 5. Memahami dan Menjelaskan Sistem Pernapasan Dalam Islam

    Saat berwudhu disunnahkan menghirup air ke dalam hidung (istinsyaq) dan

    mengeluarkannya (istinsyar) sebanyak tiga kali agar kebersihan dan kesehatan hidung

    terjaga. Hidung manusia terbebas dari kotoran selama 4-5 jam, kemudian hidung

  • 8/13/2019 106145958 Wrap Up Blok Sistem Respirasi

    18/19

    manusia menjadi kotor karena udara yang terhirup. Dengan istinsyaq dan istinsyar

    membuat hidung dalam keadaan sehat dan bersih.

    Selain itu, penelitian ilmiah yang dilakukan oleh Muhammad Salim membuktikan

    bahwa orang-orang yang tidak berwudhu lebih rentan terkena ISPA daripada orang-

    orang yang berwudhu. Dari penelitian didapatkan bahwa dengan menghirup air ke

    hidung sebanyak 3 kali dapat membersihkan mikroba yang menempel pada rongga

    hidung, sehingga hidung benar-benar bersih dari mikroba penyebab ISPA, radang

    paru-paru, demam rematik dan alergi rongga hidung.

  • 8/13/2019 106145958 Wrap Up Blok Sistem Respirasi

    19/19

    Daftar Pustaka

    Baratawidjaja, Kamen G, Iris Rengganis (2010).Imunologi Dasar. Edisi 9. Jakarta :

    Balai Penerbit FKUI

    El-Bantanie, Muhammad Syafiie (2010).Dahsyatnya Terapi Wudhu. Jakarta :

    Gramedia Pustaka Utama

    Hardjodisastro, Daldiyono (2006).Menuju Seni Ilmu Kedokteran : Bagaimana Dokter

    Berpikir, Bekerja, dan Menampilkan Diri. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

    Herawati, Sri, Rukmini, Sri (2000).Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung

    Tenggorok : Untuk Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi. Jakarta : EGC

    Kumala, Poppy [et.al] (1998).Kamus Saku Kedokteran Dorland. Edisi 25. Jakarta : EGC

    Leeson CR, Leeson TS, Paparo AA (1996).Buku Ajar Histologi. Edisi 5. Jakarta : EGC

    Raden, Inmar (2011).Anatomi Kedokteran Sistem Kardiovaskular dan Sistem Respiratorius.

    Jakarta : Balai Penerbit FKUY

    Sherwood, Lauralee (2001).Fisiologi Manusia : Dari Sel ke Sistem. Edisi 2. Jakarta : EGC

    Seopardi, Efiaty Arsyad, Iskandar, Nurbaiti, Bashiruddin, [et.al] (2007). Buku Ajar Ilmu

    Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Edisi 6. Jakarta : Balai Penerbit

    FKUI