pbl blok 28.docx

Upload: jefry-hanensi

Post on 04-Jun-2018

238 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/13/2019 PBL blok 28.docx

    1/31

    Pendahuluan

    Program kesehatan mempunyai tujuan utama yaitu memberikan perlindungan kepada

    pekerja dari bahaya kesehatan yang behubungan dengan lingkungan kerja dan promosi kesehatan

    pekerja. Lebih jauh lagi adalah menciptakan kerja yang tidak saja aman dan sehat, tetapi juga

    nyaman erta meningkatkan kesejahteraan dan produktivita kerja.

    Aspek dasar perlindungan keehatan adalah manajemen risiko kesehatan, pendidikan dan

    pelatihan, pertolongan pertama dan pengobatan/kuratif.

    Manajemen risiko kesehatan adalah prose yang bertahap dan berkesinambungan.

    Manajemen risiko kesehatan di tempat kerja ini bertujuan untuk; meminimalkan angka kerugian

    akibat kecelakaan dan sakit, meningkatkan kesempatan/peluang untuk meningkatkan produksi

    melalui suasana kerja yang aman, sehat dan nyaman, memotong mata rantai kejadian kerugian

    akibat kegagalan prduksi yang disebabkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja (PAK).

    Kecelakaan Kerja

    Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak diinginkan, terjadi secara tiba-tiba dan

    tidak terduga, serta dapat menyebabkan cedera terhadap tenaga kerja yang mengalaminya.

    Dalam hal suatu kecelakaan kerja menyebabkan cedera kepada tenaga kerja, tenaga kerja yang

    telah memperoleh perawatan dan pengobatan dapat berlanjut menjadi sembuh total tanpa cacat,

    sembuh dengan cacat atau meninggal dunia. Pada kasus terjadi penyebhan total tidak ada

    kecacatan, sedangkan untuk keperluan penyelenggaraan jaminan kecelakaan kerja pada kasus

    meninggal dunia tidak dilakukan penilaian kecacatan, sekalipun mungkin pada kasus tsb

    kecacatan itu ada.1

    Faktor Kecelakaan

    Kecelakaankecelakaan akibat kerja yang sering terjadi banyak di sebabkan oleh faktor

    manusia, faktor lingkungan dan sedikit dipengaruhi oleh faktor alat. Adapun faktor manusia

    dapat dipengaruhi oleh:

  • 8/13/2019 PBL blok 28.docx

    2/31

    a. Latar belakang pendidikan

    Keselamatan kerja memiliki latar belakang sosial ekonomis dan kultural yang sangat luas.

    Tingkat pendidikan, latar belakang kehidupan yang luas, seperti kebiasaan-kebiasaan,

    kepercayaan-kepercayaan, dan lain-lain erat bersangkut paut dengan pelaksanaan keselamatan

    kerja. Demikian juga, keadaan ekonomi ada sangkut pautnya dengan permasalahan keselamatan

    kerja tersebut.

    Di dalam masyarakat yang sedang membangun dan salah satu aspek penting pembangunan

    adalah bidang ekonomi dan sosial, maka keselamatan kerja lebih tampil ke depan lagi,

    dikarenakan cepatnya penerapan teknologi dengan segala seginya termasuk problematik

    keselamatan kerja menampilkan banyak permasalahan, sedangkan kondisi sosial-kultural belum

    cukup siap untuk menghadapinya. Maka dari itu, sebagai akibat tidak cukupnya perhatian

    diberikan disana-sini terlihat adanya problem keselamatan kerja , bahkan kadang-kadang hilang

    sama sekali hasil jerih payah suatu usaha dikarenakan kecelakaan.

    Keselamatan harus ditanamkan seejak anak kecil dan menjadi kebiasaan hidup yang

    dipraktekkan sehari-hari. Keselamatan kerja merupakan satu bagian dari keselamatan pada

    umumnya. Masyarakat harus dibina penghayatan keselamatannya ke arah yang jauh lebih tinggi.

    Proses pembinaan ini tak pernah ada habis-habisnya sepanjang kehidupan manusia. Latar

    belakang pendidikan seseorang dapat mempengaruhi tindakan seseorang dalam bekerja. Orang

    yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi cenderung berfikir lebih panjang atau dalam

    memandanag sesuatu pekerjaan akan melihat dari berbagai segi. Misalnya dari segi keamanan

    alat atau dari segi keamanan diri. Lain halnya dengan orang yang berpendidikan lebih rendah,

    cenderung akan berfikir lebih pendek atau bisa di katakan ceroboh dalam bertindak. Misalnya

    ketika kita melakukan pekerjaan yang sangat beresiko terhadap kecelakaan kerja tetapi kita tidak

    memakai peralatan safety dengan benar. Hal ini yang tentunya akan menimbulkan kecelakaan.

    b. PsikologisFaktor psikolgi juga sangat mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja. Manusia dalam

    pekerjaannya tidak merupakan mesin yang bekerja begitu saja, tanpa perasaan, pikiran dan

  • 8/13/2019 PBL blok 28.docx

    3/31

    kehidupan sosial. Manusia adalah sesuatu yang paling kompleks. Manusia memiliki rasa suka

    dan benci, gembira dan sedih, berani dan takut dan lain-lain sebagainya. Manusia mempunyai

    kehendak, kemauan, angan-angan dan cita-cita. Manusia memiliki dorongan-dorongan hidup

    tertentu. Selain itu, manusia mempunyai pikiran-pikiran dan pertimbangan-pertimbangan, yang

    menentukan sikap dan pendiriannya. Juga manusia mempunyai pergaulan hidup, baik di

    rumahnya atau di tempat kerjanya, maupun masyarakat luas. Maka demikian pulalah seorang

    pekerja memiliki perasaan-perasaan, pikiran-pikiran, dan kehidupan sosial seperti itu. Dan

    faktor-faktor tersebut menyebabkan pengaruh yang tidak sedikit terhadap keadaan pekerja dalam

    pekerjaannya.

    Psikologis seseorang sangat berpengaruh pada konsentrasi dalam melakukan sesuatu

    pekerjaan. Bila konsesntrasi sudah terganggu maka akan mempengaruhi tindakan-tindakan yang

    akan dilakukan ketika bekerja. Sehingga kecelakaan kerja sangat mungkin terjadi. Contoh faktor

    psikologis yang dapat mempengaruhi konsentrasi adalah:

    1. Masalah-masalah dirumah yang terbawa ke tempat kerja2. Suasana kerja yang tidak kondusif3. Adanya pertengkaran dengan teman sekerja4. Dan lai-lain

    c. StresStres yang berhubungan dengan masalah pekerjaan mungkin merupakan satu-satunya faktor

    terpenting yang memengaruhi dunia kerja di Amerika pada saat ini. Stres kerja, begitu istilah

    singkatnya, terjadi ketika seseorang tidak dapat memenuhi tuntuntan atau kebutuhan dari

    pekerjaanya. Terlalu banyak yang harus dilakukan, kurang waktu, dan kurang tenaga kerja atau

    sumber daya untuk menuntaskan pekerjaan. Dalam survei terhadap 1400 orang, lebih dari satu

    pertiga responden menyatakan telah mengalami penambahan beban kerja. Mereka bekerja

    dengan waktu yang lebih panjang dan jam istirahat makan siang yang lebih pendek agar

    pekerjaan bisa selesai. Akibatnya, para pekerja mulai mengalami kehabisan tenaga. Mereka

    benar-benar tidak mampu mengatasinya. Mulai timbul banyak gejala stres secara fisik maupun

    mental. Stres bukan hanya merugikan para tenaga kerja, tapi juga mengganggu kesehatan seluruh

  • 8/13/2019 PBL blok 28.docx

    4/31

    organisasi, baik itu organisasi yang mencari maupun tidak mencari keuntungan, bergerak di

    bidang pendidikan, maupun organisasi pemerintah.

    d. KeterampilanKeterampilan disini bisa diartikan pengalaman seseorang dalam melakukan suatu pekerjaan.

    Misalnya melakukan start/stop pada sebuah peralatan, memakai alat-alat keselamatan, dan lain-

    lain. Pengalaman sangat dibutuhkan ketika melakukan pekerjaan untuk menghindari kesalahan-

    kesalahan yang berakibat timbulnya kecelakaan kerja.

    e. FisikLemahnya kondisi fisik sesorang berpengaruh pada menurunnya tingkat konsentrasi dan

    motivasi dalam bekerja. Sedangkan kita tahu bahwa konsentrasi dan motivasi sangat dibutuhkan

    ketika bekerja. Bila sudah terganggu, kecelakaan sangat mungkin terjadi. Contoh factor fisik ini

    adalah kelelahan, dan menderita suatu penyakit.

    f. AlatKondisi suatu peralatan baik itu umur maupun kualitas sangat mempengaruhi terjadinya

    kecelakaan kerja. Alat-alat yang sudah tua kemungkinan rusak itu ada. Apabila alat itu sudah

    rusak, tentu saja dapat mengakibatkan suatu kecelakaan. Contohnya adalah:

    - Unit alat berat yang sudah tua

    - Alat-alat safety yang sudah rusak

    g. Proses (Safety)Perlindungan tenaga kerja meliputi aspek-aspek yang cukup luas, yaitu perlindungan

    keselamatan, kesehatan, pemeliharaan moral kerja serta perlakuan yang sesuai dengan martabat

    manusia dan moral agama. Perlindungan tersebut bermaksud, agar tenaga kerja secara aman

    melakukan pekerjaannya sehari-hari untuk meningkatkan produksi dan produktivitas nasional.

    Tenaga kerja harus memperoleh perlindungan dari pelbagai soal di sekitarnya dan pada dirinya

    yang dapat menimpa dan mengganggu dirinya serta pelaksanaan pekerjaannya. Jelaslah, bahwa

    keselamatan kerja adalah satu segi penting dari perlindungan tenaga kerja. Dalam hubungan ini,

    bahaya yang dapat timbul dari mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya,

  • 8/13/2019 PBL blok 28.docx

    5/31

    keadaan tempat kerja, lingkungan, cara melakukan pekerjaan, karakteristik fisik dan mental

    daripada pekerjaannya harus sejauh mungkin diberantas atau dikendalikan.1,2

    Faktor Lingkungan

    Selain faktor manusia yang berperan dalam kecelakaan kerja, terdapat juga faktor

    lingkungan. Faktor lingkungan yang berpengaruh adalah sebagai berikut:

    a. Lokasi/tempat kerja

    Tempat kerja adalah tempat dilakukannya pekerjaan bagi suatu usaha, dimana terdapat

    tenaga kerja yang bekerja, dan kemungkinan adanya bahaya kerja di tempat itu. Disain di lokasi

    kerja yang tidak ergonomis dapat menimbulkan kecelakaan kerja. Tempat kerja yang baikapabila

    lingkungan kerja aman dan sehat.

    b. Perlatan dan perlengkapan

    Proses produksi adalah bagian dari perencanaan produksi. Langkah penting dalam

    perencanaan adalah memilih peralatan dan perlengkapan yang efektif sesuai dengan apa yang

    diproduksinya. Pada dasarnya peralatan/perlengkapan mempunyai bagian-bagian kritis yang

    dapat menimbulkan keadaan bahaya, yaitu:

    1.Bagian-bagian fungsional2.Bagian-bagian operasional

    Bagian-bagian mesin yang berbahaya harus ditiadakan denga jalan mengubah konstruksi,

    member alat perlindungan. Peralatan dan perlengkapan yang dominan menyebabkan kecelakaan

    kerja, antara lain:

    1.Peralatan/perlengkapan yang menimbulkan kebisingan.2.Peralatan/perlengkapan dengan penerangan yang tidak efektif.3.Peralatan/perlengkapan dengan temperature tinggi ataupun terlalu rendah.4.Peralatan/perlengkapan yang mengandung bahan-bahan kimia berbahaya.5.Peralatan/perlengkapan dengan efek radiasi yang tinggi.

  • 8/13/2019 PBL blok 28.docx

    6/31

    6.Peralatan/perlengkapan yang tidak dilengkapi dengan pelindung, dll.

    c. Shift kerja

    Menurut National Occupational Health and Safety Committee, shift kerja adalah bekerja di

    luar jam kerja normal, dari Senin sampai Jumat termasuk hari libur dan bekerja mulai dari jam

    07.00 sampai dengan jam 19.00 atau lebih. Shift kerja malam biasanya lebih banyak

    menimbulkan kecelakaan kerja dibandingkan dengan shift kerja siang, tetapi shift kerja pagi-pagi

    tidak menutup kemungkinan dalam menimbulkan kecelakaan akibat kerja.

    d. Sumber kecelakaan

    Sumber kecelakaan merupakan asal dari timbulnya kecelakaan, bisa berawal dari jenis

    perlatan/perlengkapannya, berawal dari faktor human error, dimana sumber dari jenis kecelakaan

    merambat ke tempat-tempat lain, sehingga menimbulkan kecelakaan kerja.2

    Pencegahan Kecelakaan

    Jelaslah bahwa kecelakaan menelan biaya yang sangat banyak. Dari segi biaya saja

    dapatlah dipahami, bahwa kecelakaan harus dicegah. Pernyataan ini berbeda dari pendapat jaman

    dahulu yang menyatakan bahwa kecelakaan adalah nasib. Tidak! Kecelakaan dapat dicegah, asal

    ada kemauan untuk mencegahnya. Dann pencegahan didasarkan atas pengetahuan tentang sebab-

    sebab kecelakaan itu terjadi.

    Pencegahan kecelakaan berdasarkan pengetahuan tentang sebab-sebab kecelakaan.

    Sebab-sebab kecelakaan di suatu perusahaan diketahui dengan mengadakan analisa kecelakaan.

    Maka dari itu sebab-sebab dan cara analisanya harus betul-betul diketahui.

  • 8/13/2019 PBL blok 28.docx

    7/31

    Pencegahan ditujukan kepada lingkungan, mesin-mesin alat-alat kerja, dan manusia.

    Lingkungan harus memenuhi syarat-syarat diantaranya:

    1. Lingkungan kerja yang baik. Syarat-syarat lingkungan kerja meliputi:a. Ventilasib. Penerangan cahayac. Sanitasi, dand. Suhu udara

    2. Pemeliharaan rumah tangga yang baik. Pemeliharaan rumah tangga perusahaan meliputi:a. Penimbunanb. Pengaturan mesinc. Bejana-bejana, dll.

    3. Keadaan gedung yang selamat, harus memiliki:a. Alat pemadam kebakaranb. Pintu keluar daruratc. Lobang ventilasid. Lantai yang baik

    4. Perencanaan yang baik, meliputi:a. Pengaturan operasib. Pengaturan tempat mesinc. Proses yang selamatd. Cukup alat-alate. Cukup pedoman-pedoman pelaksanaan dan aturan-aturan

    Perencanaan yang baik terlihat dari baiknya garding pada bagian-bagian mesin atau

    perkakas-perkakas yang bergerak, antara lain berputar. Bila ada garding tersebut, harus diketahui

    efektif tidaknya. Atau terlihat pula dari potongan, bentuk-bentuk dan ukuran-ukurannya, alat-alat

    atau perkakas kerja.

  • 8/13/2019 PBL blok 28.docx

    8/31

    Selain tentang perencanaan, juga perawatan mesin-mesin dan perkakas-perkakas kerja

    hharus diperhatikan. Kurangnya perawatan sering mengakibatkan bencana besar, seperti

    meledaknya mesin-mesin diesel. Alat-alat perlindungan berupa kacamata, sarung tangan, pakaian

    kerja yang tepat ukurannya, dan lain-lain.

    Tentang faktor manusia harus diperhatikan adanya aturan-aturan kerja, kemampuan si

    pekerja, kurangnya konsentrasi, disiplin kerja, perbuatan-perbuatan yang mendatangkan

    kecelakaan, ketidakcocokkan fisik dan mental. Aturan-aturan kerja harus lengkap, jelas dan

    dipaksakan, agar pekerja-pekerja melaksanakannya dengan sungguh-sungguh. Ketidakmampuan

    pekerja meliputi kurangnya pengalaman, kurangnya kecakapan, dan lambatnya mengambil

    keputusan. Konsentrasi berkurang biasanya sebagai akibat ngelamun, kurangnya perhatian, dan

    tidak mau memperhatikan atau pelupa. Disiplin kurang harus diatasi dengan peringatan kepada

    pekerja yang melanggar peraturan, atau kepada teman sekerja yang mengganggu seorang

    pekerja. Cara kerja mendatangkan bahaya apabila iseng atau main coba-coba, ambil cara pendek

    atau mudahnya dan sifat tergesa-gesa. Untuk mengatasi ketidakcocokkan fisik perlu diperhatikan

    adanya cacat, kelelahan dan penyakit. Ketidakcocokkan mental yang terutama perlu diatasi ialah

    kelelahan mental berupa kejemuan, sifat pemarah yang hebat dan sangat mudah tersinggung.

    Pemeriksaan kesehatan sebelum dan pada waktu-waktu kerja akan berguna dalam menemukan

    faktor-faktor manusia yang mendatangkan kecelakaan. Latihan-latihan kerja selalu mengurangi

    jumlahnya kecelakaan, oleh karena itu pengalaman dan keterampilan ditingkatkan. Penagawasan

    yang kontinu akan mempertahankan tingkat keselamatan dan usaha-usaha pemberantasan

    kecelakaan. Demikian pula insentive berupa hadiah-hadiah akan meningkatkan usaha-usaha

    pencegahan. Sebaliknya peringatanpun sangat perlu, bahkan sampai kepada pemberhentian

    pekerja-pekerja yang mengabaikan tindakan-tindakan atau aturan-aturan pencegahan kecelakaan.

    Setiap usaha pencegahan kecelakaan dengan cara menghilangkan atau mengurangi sebab-

    musababnya selalu akan disertai menurunnya angka kecelakaan, yaitu the injury frequency rate

    adalah jumlah yang membawa korban dikalikan 1.000.000 (sejuta) dibagi dengan jumlah jam

    orang-orang yang bekerja dalam perusahaan yang bersangkutan. Injury severity rate adalah

    jumlah hari kerja yang hilang dikalikan 1.000 dibagi dengan jumlah jam orang bekerja dalam

    perusahaan yang bersangkutan. Namun pada suatu saat penurunan angka-angka ini tidak akan

  • 8/13/2019 PBL blok 28.docx

    9/31

    terjadi demikian pesat lagi, tidak seperti penurunan mula-mula. Sebabnya ialah faktor manusia

    yang tak dapat dikoreksi lebih jauh lagi.3

    Alat Pelindung Diri

    Perlindungan tenaga kerja melalui usaha-usaha tehnis pengamanan tempat, peralatan, dan

    lingkungan kerja adalah sangat perlu diutamakan. Namun kadang-kadang keadaan bahaya masih

    belum dapat dikendalikan sepenuhnya, sehingga digunakan alat-alat pelindung diri. Alat-alat

    demikian harus memenuhi persyaratan: (1) enak dipakai; (2) tidak mengganggu kerja; dan (3)

    memberikan perlindungan efektif terhadap jenis bahaya.

    Pakaian kerja harus dianggap suatu alat perlindungan terhadap bahaya-bahaya kecelakaan.

    Pakaian tenaga kerja pria yang bekerja melayani mesin seharusnya berlengan pendek, pas (tidak

    longgar) pada dada atau punggung, tidak berdasi dan tidak ada lipatan-lipatan yang mungkin

    mendatangkan bahaya. Wanita sebaiknya memakai celana panjang, jala rambut, baju yang pas

    dan tidak memakai perhiasan-perhiasan. Pakaian kerja sintetis hanya baik terhadap bahan-bahan

    kimia korosif, tetapi justru berbahaya pada lingkungan kerja dengan bahan-bahan dapat meledak

    oleh aliran listrik statis.

    Alat-alat proteksi diri beraneka ragam macamnya. Jika digolong-golongkan menurut bagian-

    bagian tubuh yang dilindunginya, maka jenis alat-alat proteksi diri dapat dilihat pada daftar sbb:

    Kepala : pengikat rambut, penutup rambut, topi dari berbagai bahan Mata : kacamata dari berbagai gelas Muka : perisai muka Tangan dan jari-jari : sarung tangan Kaki : sepatu Alat pernafasan : respirator/masker khusus Telinga : sumbat telinga, tutup telinga Tubuh : pakaian kerja dari berbagai bahan.4

  • 8/13/2019 PBL blok 28.docx

    10/31

    Sistem Manajemen K3

    Dalam dunia persaingan terbuka pada era globalisasi ini , masyarakat dan internasional

    menerapkan standart acuan terhadap berbagai hal terhadap industri seperti kualitas, manajemen

    kualitas, manajemen lingkungan, serta keselamatan dan kesehatan kerja. Apabila saat ini industri

    pengekspor telah dituntut untuk menerapkan Manajemen Kualitas (ISO-9000, QS-9000) serta

    Manajemen Lingkungan (ISO-14000) maka bukan tidak mungkin tuntutan terhadap penerapan

    Manajemen Keselamatan dan Kesehatan kerja juga menjadi tuntutan pasar internasional. Untuk

    menjawab tantangan tersebut Pemerintah yang diwakili oleh Departemen Tenaga Kerja dan

    Transmigrasi telah menetapkan sebuah peraturan perundangan mengenai Sistem Manajemen

    Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang tertuang dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja

    Nomor : PER.05/MEN/1996.

    Definisi SMK3

    Secara normatif sebagaimana terdapat pada PER.05/MEN/1996 pasal 1, Sistem Manajemen

    Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah bagian dari sistem manajemen keseluruhan

    yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggungjaeab, pelaksanaan, prosedur, proses

    dan sumberdaya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan

    pemeliharaan kebijakan Keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian risiko

    yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan

    produktif.5

    Tujuan dan Sasaran

    Tujuan dan sasaran sistem Manajemen K3 adalah terciptanya sistem K3 di tempat kerja yang

    melibatkan segala pihak sehingga dapat mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit

    akibat kerja dan terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif.

    Alasan Penerapan SMK3

    Karena SMK3 bukan hanya tuntutan pemerintah, masyarakat, pasar, atau dunia internasional

    saja tetapi juga tanggung jawab pengusaha untuk menyediakan tempat kerja yang aman bagi

    pekerjanya. Selain itu penerapan SMK3 juga mempunyai banyak manfaat bagi industri kita

    antara lain :

  • 8/13/2019 PBL blok 28.docx

    11/31

    Manfaat Langsung :

    Mengurangi jam kerja yang hilang akibat kecelakaan kerja. Menghindari kerugian material dan jiwa akibat kecelakaan kerja Menciptakan tempat kerja yang efisien dan produktif karena tenaga kerja merasa aman dalam

    bekerja.

    Manfaat tidak langsung :

    Meningkatkan image market terhadap perusahaan. Menciptakan hubungan yang harmonis bagi karyawan dan perusahaan. Perawatan terhadap mesin dan peralatan semakin baik, sehingga membuat umur alat semakin

    lama.6

    OHSAS

    OHSAS 18001 adalah suatu standar internasional untuk Sistem manajemen Kesehatan dan

    Keselamatan Kerja. Yang terbaru adalah OHSAS 18001:2007 menggantikan OHSAS

    18001:1999 dan dimaksudkan untuk mengelola aspek kesehatan dan keselamatan kerja (K3).

    OHSAS 18001 menyediakan kerangka bagi efektifitas manajemen K3 termasuk kesesuaian

    dengan peraturan perundang-undangan yang diterapkan pada aktifitas anda dan mengenali

    adanya bahaya yang timbul.

    Secara umum, OHSAS 18001 dapat diterapkan kepada setiap organinsasi yang berkeinginan:

    Mengembangkan system manajemen K3 untuk menghilangkan atau mengurangi resikoterhadap individu atau pihak terkait lainnya yang kemungkinan bersentuhan langsung dengan

    kecelakaan.

    Menerapkan, memelihara, atau meningkatkan system manajemen K3. Memastikan bahwa kebijakan K3 telah terpenuhi. Menunjukkan kesesuaian organisasi dengan SMK3 dengan cara:

    o Pernyataan sendiri bahwa organisasi telah memenuhi standar SMK3,o Memperoleh konfirmasi kesesuaian SMK3 oleh pihak ketiga yang memiliki kepentingan

    dengan organisasi, pelanggan dan pemasok.

    o Mendapatkan konfirmasi tentang pernyataan sendiri oleh pihak eksternal organisasi.o Memperoleh sertifikasi/registrasi SMK3 oleh badan sertifikasi.

  • 8/13/2019 PBL blok 28.docx

    12/31

    Organisasi yang mengimplementasikan OHSAS 18001 memiliki struktur manajemen yang

    terorganisir dengan wewenang dan tanggung jawab yang tegas, sasaran perbaikan yang jelas,

    hasil pencapaian yang dapat diukur dan pendekatan yang terstruktur untuk penilaian resiko.

    Keuntungan yang diperoleh dengan menerapkan OHSAS 18001 adalah:

    Kepuasan pelanggan melalui pengiriman produk yang secara konsisten memenuhipersyaratan pelanggan disertai perlindungan terhadap kesehatan dan property para pelanggan.

    Mengurangi ongkos-ongkos operasional dengan mengurangi kehilangan waktu kerjakarena kecelakaan dan penurunan kesehatan dan pengurangan ongkos-ongkos berkenaan

    dengan biaya dan kompensasi hokum.

    Meningkatkan hubungan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan perlindunganpada kesehatan dan property karyawan, para pelanggan dan rekanan.

    Persyaratan kepatuhan hukum dengan pemahaman bagaimana persyaratan suatu peraturandan perundang-undangan tersebut mempunyai pengaruh tertentu pada suatu organisasi dan

    para pelanggan anda.

    Peningkatan terhadap pengendalian manajemen resiko melalui pengenalan secara jelaspada kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penerapan pada pengendalian dan pengukuran.

    Tercapainya kepercayaan masyarakat terhadap bisnis yang dijalankan.

    Kemampuan untuk mendapatkan lebih banyak bisnis khususnya spesifikasi pengadaan

    yang memerlukan sertifikasi sebagai suatu persyaratan sebagai rekanan.

    Pada intinya, penerapan sistem manajemen apapun sama. Dimulai dari komitmen top level

    managemen, perencanaan, penerapan, pemeriksaan sampai pada tindak lanjut. Bedanya tentu

    pada fokus. Untuk sistem manajemen K3, fokusnya adalah keselamatan dan kesehatan kerja.

    Berikut adalah 25 tahap yang yang perlu dilakukan dalam penerapan sistem manajemen K3,

    lengkap dengan penjelasan tentang maksud dan tujuan dari persyaratan-persyaratan yang

    terkandung dalam OHSAS-18001.7

  • 8/13/2019 PBL blok 28.docx

    13/31

    25 Tahap Penerapan OHSAS-18001

    a. Membuat kebijakan K3Tiga komitmen yang harus ada dalam kebijakan K3 dalam OHSAS-18001 adalah komitmen

    untuk mencegah cidera dan gangguan kesehatan, peningkatan berkelanjutan dan mencapai

    kesesuaian dengan persyaratan yang berlaku terkait K3.

    Tentu, kebijakan harus sesuai dengan sifat dan skala resiko keselamatan dan kesehatan kerja di

    organisasi yang tentu berbeda-beda.

    b. Membentuk teamAda banyak pekerjaan dalam pengembangan sistem manajemen keselamatan yang perlu

    dilakukan bersama-sama. Misalnya, dalam mengidentifikasi proses-proses yang dilakukan

    organisasi, dalam mengidentifikasi dan mengevaluasi resiko bahaya, menentukan pengendalian

    dan sebagainya. Aktifitas-aktifitas tersebut membutuhkan pengetahuan dan pertimbangan dari

    beberapa pihak. Itulah perlunya team. Anggota team paling tidak merepresentasikan semua

    fungsi dalam organisasi, perwakilan pihak manajemen dan juga perwakilan dari karyawan . Baik

    sekali bila juga melibatkan serikat pekerja.

    c. Pelatihan dasarPelatihan dasar perlu diberikan pada team untuk membekali mereka dalam tugas-tugas

    selanjutnya terkait pengembangan sistem manajemen K3. Paling tidak, team harus dibekali

    dengan pemahaman yang baik tentang persyaratan-persyaratan yang terkandung dalam OHSAS-

    18001, metoda-metoda dalam identifikasi dan penilaian resiko bahaya, aspek-aspek keselamatan

    yang relevan dengan aktifitas organisasi.

    d. Mengidentifikasi dan menilai resiko bahayaBahaya keselamatan bisa datang dari berbagai aktifitas yang dilakukan organisasi,

    penggunaan peralatan, ataupun elemen-elemen yang datang dari luar organisasi. Semuanya harus

    dinilai untuk menentukan tingkat resikonya terhadap pekerja.

    1) Tahap pertama adalah identifikasi bahaya.

  • 8/13/2019 PBL blok 28.docx

    14/31

    Untuk organisasi yang sudah menerapkan ISO-9001 dan/atau 14001, akan lebih mudah bila

    identifikasi bahaya dilakukan dengan melihat proses-proses yang dilakukan. Ini tentunya ada

    dalam manual mutu. Hanya langkah awal, untuk selanjutnya akan ada pengembangan-

    pengembangan karena biasanya tidak semua proses dalam organisasi dicantumkan dalam manual

    mutu. Selanjutnya, masih dalam tahap identifikasi bahaya, perlu dilakukan penggalian secara

    lebih mendalam dari proses-proses, bisa dengan aktifitas semacam safety tour, melihat proses

    dari dekat: alat yang digunakan, bagaimana melakukan, dalam kondisi apa dilakukan dan

    sebagainya. Selain itu, perlu juga dilihat catatan-catatan kecelakaan yang pernah terjadi, catatan-

    catatan nyaris celaka (near miss) dan masukan-masukan dari karyawan terkait.

    2) Tahap kedua, dilakukan penilaian resiko dari setiap bahaya.Cara yang paling sederhana adalah memberi skala kuantitatif untuk 2 parameter: tingkat

    bahaya (severity): dari 'tidak mengakibatkan apa-apa' sampai 'mengancam hilangnya nyawa' dan

    tingkat kemungkinan (probability): dari 'tidak mungkin terjadi' sampai 'hampir pasti terjadi'.

    Kedua parameter tersebut lalu dikalikan untuk membentuk angka resiko. Gambar berikut adalah

    contoh form untuk penilaian resiko bahaya.

    Metoda-metoda lain yang dapat digunakan dalam menilai resiko suatu bahaya:

    What-if Analysis HAZOP (Hazard and Operability Study) FMEA (Failure Mode and Effect Analysis) FTA (Fault Tree Analysis) ETA (Event Tree Analysis dan sebagainya.

    e. Menetapkan pengendalian operasionalSetelah mengetahui tingkat resiko dari setiap bahaya yang teridentifikasi, selanjutnya adalah

    menetapkan bagaimana cara pengendalian resiko.Tentu, prioritas harus diberikan kepada bahaya

    dengan tingkat resiko tinggi. Itulah gunalah penilaian resiko: menentukan prioritas. Sejauh

    memungkinkan, cara pengendalian yang harus dipilih adalah menghilangkan resiko. Pilihan

    terakhir adalah penggunaan peralatan-peralatan pengaman. Perlu diingat bahwa pilihan

    'menghilangkan resiko' selalu terkait dengan perubahan suatu aktifitas, entah cara kerja, entah

  • 8/13/2019 PBL blok 28.docx

    15/31

    disain mesin / peralatan, entah material. Pilihan ini tentu wajib melibatkan pihak-pihak yang

    berkompeten dalam perancangan proses.

    f. Menetapkan dan menerapkan prosedur untuk mengidentifikasi persyaratan-persyaratan K3Pertama organisasi harus menentukan cara bagaimana mengakses/memperolah persyaratan-

    persyaratan legal terkait K3. Kedua organisasi harus memilah mana persyaratan-persyaratan

    yang harus diberlakukan. Ada puluhan persyaratan K3 yang dikeluarkan pemerintah, dari yang

    bersifat umum untuk semua organisasi sampai yang membahas suatu pekerjaan dan hal-hal yang

    spesifik yang relevan hanya bila organisasi mempunyai suatu aktifitas tertentu saja.

    g. Menetapkan sasaran dan programDasar dari penetapan sasaran adalah persyaratan-persyaratan K3 yang berlaku dan tingkat

    resiko dari bahaya yang ada. Sasaran kinerja bisa terkait lagging indicator (hasil akhir yang

    ingin dicapai) seperti penurunan tingkat kecelakaan karena bahan kimia, penurunan tingkat

    kecelakaan dalam proses produksi, Penurunan tingkat kecelakaan terkait listrik dan sebagainya,

    bisa juga terkait leading indicator, yaitu apa yang membuat suatu lagging indikator menurun

    seperti peningkatan kompetensi K3 karyawan, kesesuaian pemeliharaan peralatan listrik dengan

    jadwal dan sebagainya.

    Program adalah rencana kerja untuk mencapai sasaran mencakup apa harus dilakukan, siapa

    yang melakukan, kapan harus dilakukan dan diselesaikan. Program harus ditinjau secara berkala.

    h. Menyediakan infrastruktur dan teknologi yang diperlukan untuk penerapan sistemmanajemen K3.

    Fokus tentu saja harus diberikan pada sumber daya yang diperlukan untuk mencegah

    terjadinya kecelakaan, berdasarkan tingkat resiko bahaya yang ada. Masalah keselamatan adalah

    tanggung jawab semua pihak. Top level management memberikan komitem dan sumber daya,

    tetapi yang menjalan sistem adalah karyawan di semua tingkatan. Tanggung jawab dan

    wewenang diperlukan agar setiap fungsi memahami dengan jelas apa yang menjadi tanggung

  • 8/13/2019 PBL blok 28.docx

    16/31

    jawabnya terkait dengan K3.

    i. Menunjuk Management RepresentativeTugas utama MR dalam sistem manajemen K3 sama saja dengan MR di sistem manajemen

    mutu maupun lingkungan: menjamin sistem diterapkan dan diperlihara dan melaporkan kinerja

    sistem kepada pihak menajemen. Tambahan yang menarik dalam OHSAS-18001 adalah bahwa

    identifitas dari MR ini harus tersedia bagi semua orang yang berkerja dibawah kontrol

    organisasi. Tentu persyaratan ini ada maksudnya, misalnya: Bila ada suatu masalah mendesak

    dan keterlibatan seseorang yang dapat mengambil suatu keputusan, maka setiap orang tahu siapa

    orang yang harus dihubungi.

    j. Mengembangkan kompetensi yang diperlukan personil, baik lewat pelatihan ataupun caralain

    Kompetensi yang dibutuhkan:

    Pengetahuan dasar tentang sistem manajemen K3, khususnya untuk team yang merancangsistem.

    Pengetahuan dan skill untuk mengidentifikasi dan menilai resiko dari bahaya, untuk teamyang bertanggung jawab untuk melakukan pekerjaan ini.

    Pengetahuan tentang aspek-aspek keselamatan yang spesifik yang sesuai dengan aktifitasyang ada dalam organisasi. Misalanya, aktifitas yang melibatkan bahan-bahan berbahaya dan

    beracun, aktifitas transportasi, aktifitas di ketinggian (umumnya untuk organisasi jasa

    konstruksi) dan banyak lagi lainnya aktifitas yang spesifik.

    Pengetahuan dan skill untuk melakukan pekerjaan yang mempunyai resiko bahaya, sesuaidengan prosedur atau kontrol operasional yang ditetapkan, untuk personil yang melakukan

    pekerjaan tersebut.

    Pengetahuan dan skill untuk penanggulangan kondisi darurat. Pengetahuan tentang persyaratan-persyaratan K3 yang berlaku, untuk satu atau beberapa

    orang yang bertanggung jawab untuk mengevaluasi pemenuhan persyaratan-persyaratan

    tersebut.

  • 8/13/2019 PBL blok 28.docx

    17/31

    k. Menetapkan dan menerapkan prosedur untuk mengembangkan kesadaran K3Persyaratan ini similar dengan ISO-14001 (terkait prosedur pengembangan kesadaran

    lingkungan). Dalam ISO-9001 juga ada persyaratan demikian tetapi tidak mencantumkan

    kebutuhan adanya prosedur.

    Membangun kesadaran selalu penting tapi bukanlah pekerjaan yang mudah. Membangun

    kesadaran berarti merubah apa yang ada dalam kepala orang. Tadinya orang percaya bahwa A

    adalah benar, kita ingin agar kepercayaannya berubah: B lah yang benar. Atau, tadinya orang

    tidak terlalu percaya bahwa B adalah penting, kita ingin mereka percaya bahwa B benar-benar

    penting. Kepercayaan atau belief inilah yang akhirnya akan melahirkan kecenderungan perilaku.

    Bukanlah pekerjaan yang mudah untuk membangun kesadaran dan sebetulnya tidak dapat

    dicakup dalam sebuah prosedur. Yang bisa dilakukan oleh organisasi adalah menentukan

    berbagai upaya yang dapat menstimulir berkembangnya kesadaran tentang pentingnya K3.

    Poster, penyebaran informasi perlu untuk 'mengenalkan' dan mengingatkan. Pelatihan dan

    briefing-briefing perlu sebagai alat rational persuation. Keterlibatan karyawan dalam beberapa

    bagian pekerjaan perencanaan aturan juga perlu untuk membangkitkan rasa tanggung jawab yang

    muncul dari dalam diri sendiri. Dan yang tidak kalah penting, adalah keteladanan. Sangat tidak

    mungkin bila, misalnya, seorang manajer ingin membangun kepercayaan karyawan akan

    pentingnya K3 sementara dia sendiri tidak menganggapnya penting.

    l. Menetapkan dan menerapkan prosedur komunikasi internal dan eksternal terkait K3Persyaratan ini similar dengan apa yang ada dalam ISO-14001. Organisasi harus menentukan

    cara-cara untuk mengkomunikasikan hal-hal terkait K3 ke internal organisasi. Misalnya,

    penggunaan bulletion board, atau newsletter untuk menyebarkan informasi tentang kinerja sistem

    manajemen K3. Komunikasi dengan pihak eksternal terkait K3 juga perlu diatur. Misalnya, siapa

    yang bertanggung jawab dan bagaimana menginformasikan aturan-aturan terkait K3 kepada

    kontraktor, siapa yang mewakili organisasi untuk berhubungan dengan instansi terkait K3,

    bagaimana melibatkan masyarakat sekitar dalam penanganan kondisi darurat.

    m.Menetapkan prosedur untuk mengembangkan keterlibatan karyawan dan konsultasiDisini saya sengaja mengatakan hanya menetapkan, tanpa tambahan menerapkan karena

    sesunggunhyna prosedur ini adalah prosedur yang berisi aturan tambahan untuk prosedur yang

  • 8/13/2019 PBL blok 28.docx

    18/31

    lain: Identifikasi dan penialaian resiko bahaya, perencanaan kontrol, perencanaan tanggap

    darurat dan lain-lain yang merupakan proses-proses inti dari sistem manajemen K3. Dalam

    prosedur ini harus disebutkan bagaimana keterlibatan karyawan dibangun. Misalnya, apakah

    dalam aktifitas-aktifitas tersebut diatas setiap karyawan yang terlibat langsung dengan pekerjaan

    yang mempunyai potensi bahaya diikutsertakan dalam pembahasan (direct involvment), ataukah

    hanya perwakilannya saja yang diundang (idirect involvement), apa peranan dari serikat kerja

    harus ditentukan dan sebagainya.

    Terkait konsultasi, intinya adalah pihak manajemen perlu berkonsultasi dengan pihak-pihak

    karyawan dalam mengambil keputusan-keputusan penting terkait K3. Tentu yang dimaksud

    konsultasi disini adalah pertukaran pandangan dan pertukaran gagasan.

    Mengapa OHSAS-18001 memunculkan persyaratan semacam ini? Jawaban yang sederhana

    adalah karena pihak manajemen cenderung berpikir apa yang baik bagi bisnis sedang karyawan

    di pihak lain memikirkan dalam tingkat yang lebih banyak aspek-aspek keselamatan dan

    kesehatan mereka dalam melakukan suatu pekerjaan. Persyaratan tentang keterlibatan dan

    konsultasi dimaksudkan agar kedua pihak saling memahami kedua kecenderungan tersebut.

    n. Penyusunan manual K3Sebetulnya OHSAS-18001 tidak secara eksplisit mensyaratkan adanya manual tetapi

    dokumen ini dapat digunakan untuk memuat kebijakan K3, lingkup sistem manajemen K3 dan

    juga elemen-elemen inti yang terdapat dalam sistem serta acuannya ke dokuman-dokumen lain.

    o. Menetapkan dan menerapkan prosedur pengendalian dokumenIni tentu mudah untuk organisasi yang sudah menerapkan ISO-9001 atau standar sistem

    manajemen lainnya. Yang diperlukan hanyalah merubah lingkup prosedur pengendalian

    dokumen yang sudah ada sehingga mencakup pula dokumen-dokumen yang diperlukan dalam

    sistem manajemen K3.

  • 8/13/2019 PBL blok 28.docx

    19/31

    p. Menetapkan dan menerapkan prosedur untuk mengidentifikasi keadaan daruratProses ini adalah kelanjutan dari proses identifikasi dan penilaian resiko bahaya. Bahaya apa

    saja yang dianggap beresiko dan dapat menimbulkan kondisi darurat? Dalam mengidentifikasi

    ini, organisasi juga perlu melihat kondisi yang pernah terjadi dan juga pengalaman-pengalaman

    dari organisasi yang similar. Kondisi darurat apa yang pernah mereka alami yang dapat diambil

    pelajaran.

    q. Menetapkan dan menguji secara berkala prosedur-prosedur tanggap darurat.Setelah organisasi mengidentifikasi kondisi darurat apa saya yang mungkin terjadi,

    selanjutnya adalah merancang rencana tanggap darurat. Siapa harus melakukan apa pada saat

    kondisi darurat terjadi dan bagaimana melakukannya. Prosedur ini harus disimulasikan secara

    berkala untuk memelihara kesiapan setiap personil dalam menghadapi kondisi darurat sekaligus

    ntuk menguji apakah prosedur dapat berjalan dengan baik atau tidak, apakah prosedur perlu

    diperbaiki atau tidak, apakah perlu adanya perubahan dalam pengaturan peralatan yang

    diperlukan atau tidak dan sebagainya.

    r. Menetapkan dan menerapkan prosedur pemantauan dan pengukuran kinerja K3.What you can't measure can't be improved. Itu kata pepatah mutu. Berlaku juga tentunya

    untuk masalah keselamatan. Organisasi perlu menetapkan apa saja yang diukur, seberapa sering

    dan bagaimana cara mengukurnya. Apa yang diukur bisa bersifat quantitatif, bisa juga qualitatif.

    Quantitatif misalnya, jumlah kecelakaan yang terjadi, termasuk near miss, parameter-parameter

    seperti tingkat kebisingan, getaran, jumlah pemakaian bahan berbahaya (bila ditentukan untuk

    diturunkan) dan sebagainya. Qualitatif misalnya penggunaan checklist-checklist untuk

    pemeriksaan kesesuaian dengan aturan K3, kepatuhan karyawan dalam penggunaan peralatan

    keselamatan dan sebagainya.

    Bila organisasi menggunakan peralatan tertentu (misalnya mempunyai alat sendiri untuk

    mengukur tingkat kebisingan atau peralatan untuk mengukur suatu parameter variable yang

    mempengaruhi keselamatan), organisasi harus mengkalibrasi dan memelihara alat tersebut untuk

    menjamin kemampuannya dalam mengukur. Ini bisa dimasukkan dalam prosedur kalibrasi yang

    biasanya sudah ada dalam sistem manajemen mutu.

  • 8/13/2019 PBL blok 28.docx

    20/31

    s. Menetapkan dan menerapkan prosedur untuk mengevaluasi pemenuhan persyaratan-persyaratan terkait K3.

    Persyaratan ini similar dengan persyaratan untuk mengevaluasi pemenuhan persyaratan

    lingkungan dalam ISO-14001. Tentu, acuan dalam OHSAS-18001 adalah persyaratan dan

    perundangan terkait K3.

    t. Menetapkan dan menerapkan prosedur untuk investigasi insidenKecelakaan kerja harus dihindari. Kalaupun terjadi, kecelakaan harus dijadikan pelajaran

    yang berharga untuk mengidentifikasi peluang perbaikan.

    Apa yang harus diatur dalam investagsi insiden? Beberapa contoh: Siapa yang melakukan

    investigasi, siapa yang harus diikut sertakan, informasi apa yang harus dikumpulkan (siapa yang

    menjadi korban, dimana, bagaimana terjadinya kecelakaan, kondisi site sebelum terjadinya

    kecelakaan), bagaimana mengumpulkan informasi tersebut, prosedur apa yang sudah ada,

    bagaimana pelaporan harus dilakukan dan sebagainya. Intinya, pengaturan investigasi

    kecelakaan dibuat agar investigasi kecelakaan dilakukan secara sistematis dan dapat menjadi

    masukan yang berguna bagi perbaikan sistem.

    u. Menetapkan prosedur tindakan koreksi dan pencegahanTahapan yang diperlukan dalam tindakan koreksi dan pencegahan sama saja, apapun

    masalahnya, baik terkait mutu, lingkungan ataupun K3. Yang berbeda tentunya adalah kejadian-

    kejadian yang men-trigger diperlukannya tindakan koreksi dan pencegahan: Tahap identifikasi

    non-conformities. Prosedur ini dapat disatukan dengan prosedur yang sudah ada dalam sistem

    manajemen mutu, dengan pengubahan lingkup dan penambahan dalam tahap identifikasi

    masalah. Dalam tindakan koreksi terkait 'nonconformities' di sistem manajemen K3, salah satu

    identifikasi masalah adalah terkait dengan proses investigasi kecelakaan.

    v. Menetapkan dan menerapkan prosedur pengendalian catatanProsedur yang dibutuhkan sama saja dengan prosedur pengendalian catatan dalam ISO-9001.

    Organisasi hanya perlu menambah lingkup dari prosedur sehingga juga mencakup catatan-

    catatan terkait sistem manajemen K3.

  • 8/13/2019 PBL blok 28.docx

    21/31

    w.Menetapkan dan menerapkan prosedur audit internal K3Prinsip-prinsip audit dalam OHSAS-18001 sama dengan ISO-9001 maupun ISO-14001.

    Organisasi tak perlu lagi membuat prosedur baru, cukup memperluas lingkup dari prosedur yang

    sudah ada.

    x. Melakukan tinjauan manajemenTinjauan manajemen dilakukan agar pihak manajemen mengetahui perkembangan dalam

    sistem manajemen K3 yang telah dibangun. Pihak manajemen harus tahu hasil audit yang telah

    dilakukan, kinerja sistem, kecelakaan-kecelakaan yang terjadi dan sebagainya. Persyaratan

    tentang tinjauan manajemen juga similar dengan persyaratan dengan judul yang sama dalam

    ISO-9001 dan ISO-14001. Yang menarik dalam OHSAS-18001 adalah bahwa pihak manajemen

    juga harus mengetahui bukti-bukti hasil dari partisipasi dan konsultasi. Ini semacam penegasan

    bahwa partisipasi dan konsultasi (pertukaran ide dan gagasan antar karyawan dan pihak

    manajemen) penting sekali dalam penerapan sistem manajemen K3.6,7

    Penatalaksanaan Fraktur

    1. Penatalaksanaan secara Umum

    Fraktur biasanya menyertai trauma. Untuk itu sangat penting untuk melakukan

    pemeriksaan terhadap jalan napas (airway), proses pernafasan (breathing) dan sirkulasi

    (circulation), apakah terjadi syok atau tidak. Bila sudah dinyatakan tidak ada masalah lagi, baru

    lakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik secara terperinci. Waktu tejadinya kecelakaan penting

    ditanyakan untuk mengetahui berapa lama sampai di RS, mengingat golden period 1-6 jam. Bila

    lebih dari 6 jam, komplikasi infeksi semakin besar. Lakukan anamnesis dan pemeriksaan fisis

    secara cepat, singkat dan lengkap. Kemudian lakukan foto radiologis. Pemasangan bidai

    dilakukan untuk mengurangi rasa sakit dan mencegah terjadinya kerusakan yang lebih berat padajaringan lunak selain memudahkan proses pembuatan foto.

  • 8/13/2019 PBL blok 28.docx

    22/31

    2. Penatalaksanaan Kedaruratan

    Segera setelah cedera, pasien berada dalam keadaan bingung, tidak menyadari adanya

    fraktur dan berusaha berjalan dengan tungkai yang patah, maka bila dicurigai adanya fraktur,

    penting untuk meng-imobilisasi bagian tubuh segara sebelum pasien dipindahkan.

    Bila pasien yang mengalami cedera harus dipindahkan dari kendaraan sebelum dapat

    dilakukan pembidaian, ekstremitas harus disangga diatas dan dibawah tempat patah untuk

    mencegah gerakan rotasi maupun angulasi. Gerakan fragmen patahan tulang dapat menyebabkan

    nyeri, kerusakan jaringan lunak dan perdarahan lebih lanjut.

    Nyeri sehubungan dengan fraktur sangat berat dan dapat dikurangi dengan menghindari

    gerakan fragmen tulang dan sendi sekitar fraktur. Pembidaian yang memadai sangat penting

    untuk mencegah kerusakan jaringan lunak oleh fragmen tulang. Daerah yang cedera

    diimobilisasi dengan memasang bidai sementara dengan bantalan yang memadai, yang kemudian

    dibebat dengan kencang. Imobilisasi tulang panjang ekstremitas bawah dapat juga dilakukan

    dengan membebat kedua tungkai bersama, dengan ektremitas yang sehat bertindak sebagai bidai

    bagi ekstremitas yang cedera. Pada cedera ektremitas atas, lengan dapat dibebatkan ke dada, atau

    lengan bawah yang cedera digantung pada sling. Peredaran di distal cedera harus dikaji untuk

    menentukan kecukupan perfusi jaringan perifer.

    Pada fraktur terbuka, luka ditutup dengan pembalut bersih (steril) untuk mencegah

    kontaminasi jaringan yang lebih dalam. Jangan sekali-kali melakukan reduksi fraktur, bahkan

    bila ada fragmen tulang yang keluar melalui luka. Pasanglah bidai sesuai yang diterangkan di

    atas.

    Pada bagian gawat darurat, pasien dievaluasi dengan lengkap. Pakaian dilepaskan dengan

    lembut, pertama pada bagian tubuh sehat dan kemudian dari sisi cedera. Pakaian pasien mungkin

    harus dipotong pada sisi cedera. Ektremitas sebisa mungkin jangan sampai digerakkan untukmencegah kerusakan lebih lanjut.

    8,9

  • 8/13/2019 PBL blok 28.docx

    23/31

    Diagnosis Okupasi

    Untuk mendiagnosis suatu Penyakit Akibat Kerja (PAK) dapat melalui 7 langkah berikut:

    1. Tentukan diagnosis klinisnya.2. Tentukan pajanan yang dialami tenaga kerja selama ini.3. Tentukan apakah pajanan tersebut memang dapat menyebabkan penyakit tersebut.4. Tentukan apakah jumlah pajanan yang dialami cukup besar untuk dapat mengakibatkan

    penyakit tersebut.

    5. Tentukan apakah ada faktor lain yang mungkin dapat mempengaruhi.6. Cari adanya kemungkinan lain yang mungkin dapat merupakan penyebab penyakit.7. Buat keputusan apakah penyakit tersebut disebabkan oleh pekerjaannya.

    1) Diagnosis KlinisA. Anamnesis

    Anamnesis merupakan kunci terpenting ditemukannya diagnosis penyakit akibat kerja,

    pertanyaan sederhana apakah pekerjaan pasien dan lebih rinci lagi, tugas apa yang dia lakukan

    sehari-hari, dapat memberi informasi awal untuk seorang dokter menelusuri lebih dalam

    hubungan penyakit yang diderita saat ini dengan pekerjaan yang dijalaninya sehari-hari. Yang

    penting untuk melengkapi anamnesis adalah riwayat penyakit sekarang, dahulu, riwayat penyakit

    keluarga dan riwayat pekerjaan sebelumnya.

    Informasi mengenai zat toksik yang digunakan di tempat kerja akan sangat membantu

    dalam menegakkan diagnosis. Keterangan tersebut disebut material safely data sheets,

    keterangan ini sangat penting bagi kesehatan, keselamatan dan toksistas pada individu yang

    terpapar secara erat.

    Selain zat toksik yang harus pula diperhatikan oleh dokter perusahaan adalah lingkungan

    fisik seperti kebisingan, panas, penerangan yang baik, makanan dan minuman sehari-hari

    dikomsumsi karyawan, atau paparan bakteri, virus, jamur, parasit pada industri atau laboratorium

  • 8/13/2019 PBL blok 28.docx

    24/31

    kesehatan atau paparan serangga, reptilia pada agro industri maupun industri yang beroperasi

    lapangan seperti hutan, gua dan lain-lain.

    Riwayat pekerjaan harus ditanyakan kepada penderita dengan seteliti-telitinya dari

    pemrulaan sekali smapai dengan waktu terakhir bekerja. Jangan sekali-kali hanya mencurahkan

    perhatian pada pekerjaan yangg dilakukan waktu sekarang, namun harus dikumpulkan informasi

    tentang pekerjaan sebelumnya, sebab selalu mungkin bahwa penyakit akibat kerja yang diderita

    waktu ini penyebabnya adalah pekerjaan atau lingkungan kerja dari pekerjaan terdahulu. Hal ini

    lebih penting lagi jika tenaga kerja gemar pindah kerja dari satu pekerjaan ke pekerjaan lainnya.

    Buatlah tabel yang secara kronologis memuat waktu, perusahaan, tempat bekerja, jenis

    pekerjaan, aktivitas pekerjaan, faktor dalam pekerjaan atau lingkungan kerja yang mungkin

    menyebabkan penyakit akibat kerja. Penggunaan kuestioner yang direncanakan dengan tepat

    sangat membantu.

    Identitas pasien :

    Nama lengkap : Tn. B Jenis kelamin : Laki-laki

    Alamat: Rawamangun, Pulo Gadung, Jaktim Usia : 40 tahun

    Status perkawinan : Menikah Suku bangsa : Jawa

    Pekerjaan : Cleaning Service

    Keluhan utama :

    Tungkai kanan tidak dapat digerakan sejak 6 jam SMRS

    Keluhan tambahan : -

    Riwayat Penyakit Sekarang :

    Pasien datang dengan keluhan tidak dapat menggerakan tungkai kanan sejak 6 jam yang

    lalu sebelum masuk rumah sakit. Keluhan tersebut ditumbulkan karena pasien terjatuh dari lantai

    4 saat bekerja membersihkan jendela kaca dari arah luar tanpa menggunakan alat pelindung diri.

  • 8/13/2019 PBL blok 28.docx

    25/31

    Riwayat Penyakit Dahulu :

    Pasien pernah mengalami keluhan hal yang sama pada tahun 2010 sebanyak dua kali dan

    tahun 2011 sebanyak satu kali.

    Riwayat Pekerjaan :

    Pasien sudah bekerja sebagai Cleaning Service sejak 10 tahun. Pasien mengaku sehari-

    harinya berangkat kerja dengan mengendarai motor.

    Riwayat Penyakit Keluarga :

    Alergi (-) Asma (-) Diabetes (-)

    Stroke (-) Jantung (-) Hipertensi (-)

    B. Pemeriksaan FisikKeadaan Umum : Tampak Sakit Sedang

    Kesadaran : Compos Mentis

    Tanda-tanda Vital :TD120/70 mmHg

    N72x/menit

    Suhu36,7C

    RR16x/menit

    Status Gizi : BB30 kg

    TB150 cm

    IMT14,3

    Bentuk badanatleticus

    Ekstremitas bawah

    - Inspeksi : Luka ringan (memar) di Femur dextra 1/3 distal.Udem (-/-); Deformitas (-/-)

    - Palpasi : Nyeri tekan (-/+)- Move : Gerak (-/-); Nyeri (-/+)- Kekuatan otot : (+5/-)

  • 8/13/2019 PBL blok 28.docx

    26/31

    - Tanda fraktur : (-/+)- Sensoris : (+/+)- Varises : (-/-)- Vaskularisasi : (+/+)- Kelainan kuku dan jari : (-/-)

    Status Lokalis

    Regio Femur dextra

    Look : Normal simetris

    Feel : Nyeri tekan (+) krepitasi 1/3 distal (+)

    Move : Gerak terbatas karena nyeri

    Tidak dilakukan Pemeriksaan Fisik patologis

    2) Pajanan yang dialamiTabel 1. Pajanan dan resiko gangguan kesehatan

    Kegiatan

    Pajanan Resiko

    Penyakit dan

    Kecelakaan

    KerjaFisik Kimia Biologi Ergonomi

    Psiko-

    sosial

    Perjalanan

    pergi dan

    pulang

    kerja

    Sinar

    UV,

    suhu

    panas,

    bising,

    getaran

    Polusi

    lingkungan

    (debu, CO,

    CO2)

    Bakteri,

    jamur,

    virus

    Posisi duduk di

    motor terlalu

    lama

    Stres

    kemacetan,

    kelelahan

    Konjungtivitis,

    ISPA, heat

    fatigue,

    dermatitis,

    gangguan

    muskular,

    kecelakaan

    lalu lintas,

    parestesi

    Bekerjasebagai

    Cleaning

    Service

    Sinar

    UV

    Bahan

    kimia

    pembersih

    ruangan,

    debu

    Bakteri,

    jamur,

    virus

    Posisi

    membersihkan

    kaca dari arah

    luar yang tidak

    aman

    Stres

    pekerjaan,

    kelelahan

    Fraktur

    tulang,

    keracunan,

    ISPA,

    dermatitis,

    gangguan

    muskular,

    kecelakaan

    kerja

  • 8/13/2019 PBL blok 28.docx

    27/31

    3) Hubungan pajanan dengan penyakitErgonomi,(YUNANIERGO = KERJA, NOMOS = NORMA) adalah penerapan ilmu

    biologi manusia sejalan dengan ilmu rekayasa untuk mencapai penyesuaian bersama antara

    pekerjaan dan manusia secara optimum dengan tujuan agar bermanfaat demi efisiensi dan

    kesejahteraan.

    Postur berbahaya merupakan postur yang buruk yang dapat mengurangi efisiensi,

    kenyamanan, dan keamanan pekerja.

    Faal kerja

    Ilmu faal yang dikhususkan untuk manusia yang bekerja disebut ilmu faal kerja atau

    fisiologi kerja. Dalam faal kerja, perhatian utama difokuskan kepada kerja fisik atau otot. Selain

    itu jantung dan sistem peredaran darah, paru dan alat pernapasan lainnya, sistem gastro-intestinal

    (mulut, esophagus, usus, hati dan lainnya) juga memainkan fungsi masing-masing dalam

    mendukung dan menunjang kelancaran berlangsungnya aktivitas dan rangkaian kegiatan

    dilakukan pekerjaan. Untuk kelangsungan pelaksanaan pekerjaan, semua organ terkait dan

    seluruh sistem yang beroperasi dalam tubuh harus berada pada kondisi optimal.

    Untuk pekerjaan fisik, otot adalah bagian tubuh terpenting bagi pelaksanaan aktivitas

    kerja. Namun begitu, bekerjanya otot yang terus-menerus tanpa berhenti bekerja, selalu diikuti

    dengan terjadinya kelelahan, yang memerlukan istirahat untuk pemulihan. Kelelahan otot secara

    fisik antara lain merupakan akibat dari efek zat sisa metabolisme seperti asam laktat, CO 2, atau

    lainnya. Selain itu kelelahan tidak hanya ditentukan oleh kondisi ototnya, tapi juga dipengaruhi

    oleh aspek mental-psikologis.

    Otot dan tulang merupakan dua bagian tubuh yang sangat utama perannya dalam

    mekanisme bekerja fisik. Karena itu dikenal biomekanik, yaitu ilmu dan pengetahuan tentang

    gerakan otot dan tulang, yang penerapannya oleh tenaga kerja dalam melaksanakan pekerjaannyadiharapkan agar dengan tenaga minim dpat dicapai hasil yang optimal atau maksimal, sedangkan

    kesehatan tenaga kerja terpelihara dan tenaga kerja berada pada kondisi nyaman dalam bekerja.

    Biomekanik memberikan informasi tentang gerakan dan kekuatan pada pengguanaan leher dan

    kepala, tulang belakang, lengan, tangan, kaki, jari, dan sebagainya. Otot dan tulang merupakan

    faktor dominan dalam menentukan kekhususan seorang tenaga kerja dalam hal ukuran tinggi

  • 8/13/2019 PBL blok 28.docx

    28/31

    badan dan ukuran tubuh atau pun segmennya. Ukuran-ukuran tubuh menentukan kemampuan

    fisik tenaga kerja untuk bekerja.

    Peralatan kerja dan mesin perlu diserasikan dengan ukuran tubuh tenaga kerja untuk

    tujuan meraih hasil kerja yang secara kualitatif dan kuantitatif memuaskan serta tenaga kerja

    merasakan kemudahan dalam melakukan pekerjaannya. Karena itu berkembang ilmu

    antropometri, yaitu ilmu tentang ukuran tubuh dan segmen-segmennya, baik dalam keadaan

    statis maupun dinamis yang sangat besar manfaatnya bagi keperluan pelaksanaan pekerjaan

    dengan tujuan agar tenaga kerja sehat dan produktif bekerja. Ukuran tubuh demikian antara lain:

    1. Berdiri: tinggi badan, tinggi bahu, tinggi siku, tinggi pinggul, panjang depa, dan panjang

    lengan.

    2. Duduk: tinggi duduk, panjang lengan atas, panjang lengan bawah dan tangan, tinggi lutut,

    jarak lekuk lutut-garis punggung, jarak lekuk lutut-telapak kaki.

    Selain ukuran postur dan segmen tubuh demikian, masih banyak ukuran antropometris

    segmen tubuh yang perlu diketahui dengan pengukuran untuk digunakan untuk digunakan dalam

    upaya penyesuian faktor manusia dengan mesin dan peralatan serta perlengkapan kerja dan juga

    guna menetapkan cara kerja yang serasi dengan faktor manusia.

    Di bawah ini dikemukakan beberapa pedoman penerapan ergonomi sebagai pegangan:

    1. Sikap tubuh dalam melakukan pekerjaan sangat dipengaruhi oleh bentuk, ukuran, susunandan penempatan mesin dan peralatan serta perlengkapan kerja, cara kerja mengoperasikan

    mesin dan peralatan yang merinci macam gerak, arah dan kekuatannya yang harus dilakukan.

    2. Untuk standarisasi bentuk dan ukuran mesin dan peralatan kerja, harus diambil ukuranterbesar sebagai dasar serta diatur suatu cara, sehingga dengan ukuran tersebut mesin dan

    peralatan kerja dapat dioperasikn oleh tenaga kerja yang ukuran antropometrisnya kurang

    dari standar. Sebagai contoh kursi yang tingginya dapat dinaik turunkan sesuai angka

    antropometris tenaga kerja yang duduk di kursi tersebut.

    3. Ukuran antropometris statis terpenting sebagai dasar desain dan pengoperasian mesin danperalatan kerja.

    4. Standar ukuran meja kerja bagi pekerjaan yang dilakukan dengan berdiri:

  • 8/13/2019 PBL blok 28.docx

    29/31

    a. pada pekerjaan tangan (manual) yang dilakukan dengan cara berdiri, tinggi meja kerjasebaiknya 5-10 cm di bawah tinggi siku.

    b. apabila bekerja dilakukan dengan berdiri dan pekerjaan dikerjakan diatas meja dan jikadataran tinggi siku dinyatakan sebagai dataran 0 maka bidang kerja:

    i. untuk pekerjaan memerlukan ketelitian 0 + (5-10) cm;ii. untuk pekerjaan ringan 0(5-10) cm;

    iii. untuk bekerja berat yang perlu mengangkat barang berat dan memerlukanbekerjanya otot punggung 0(10-20) cm

    5. Dari segi otot, posisi duduk yang paling baik adalah sedikit membungkuk, sedangkan dariaspek tulang, terbaik adalah duduk yang tegak, agar punggung tidak bungkuk dan otot perut

    tidak berada pada keadaan yang lemas. Sebagai jalan keluar, dianjurkan agar digunakan

    posisi duduk yang tegak dengan diselingi istirahat dalam bentuk sedikit membungkuk.

    6. Tempat duduk yang baik memenuhi persyaratan sebagai berikut:a. tinggi dataran duduk dapat diatur dengan papan injakan kaki sehingga sesuai dengan tinggi

    lutut, sedangkan paha berada dalam keadaan datar.

    b. tinggi papan sandaran punggung dapat diatur dan menekan dengan baik kepada punggung

    c. lebar alas duduk tidak kurang dari lebar terbesar ukuran antropometris pinggul

    7. Pekerjaan berdiri sedapat mungkin diubah menjadi pekerjaan yang dilakukan dengan posisiduduk. Bagi tenaga kerja, disediakan tempat duduk dan diberi kesempatan untuk duduk.

    8. Arah penglihatan untuk berdiri adalah 23-370ke bawah, sedangkan untuk duduk 32-440kebawah sesuai posisi kepala yang pada keadaan istirahat.

    9. Kemampuan seseorang bekerja seharian adalah 8-10 jam, lebih dari itu efisiensi dan kulitaskerja akan menurun.

    10.Pemeliharaan penglihtan dilakukan sebaik-baiknya terutama penyelenggaraan pencahayaandan penerangan yang baik terutama berkaitan dengan kepentingan pelaksanaan pekerjaan.

    11.Batas kemampuan atau kesanggupan bekerja sudah tercapai, apabila bilangan nadi kerjamencapai angka 30/menit di atas bilangan nadi istirahat, dan kembali normal setelah istirahat

    sesudah 15 menit.

  • 8/13/2019 PBL blok 28.docx

    30/31

    4) Pajanan yang dialami cukup besar untuk menyebabkan penyakitTn. B sudah bekerja selama 10 tahun di perusahaan tersebut, resiko kecelakaan kerja

    yang dia alami cukup besar. Selain itu, Tn. B saat bekerja dalam hal yang beresiko, seperti

    membersihkan jendela dari arah luar tidak menggunakan alat pelindung diri. Hal ini

    meningkatkan resiko kecelakaan kerja. Melalui anamnesis riwayat penyakit dahulu, Tn. B

    mengaku pernah mengalami hal yang sama sebanyak tiga kali, hal ini membuktikan bahwa

    pajanan yang Tn. B alami cukup besar karena menyebabkan kejadian yang berulang.

    5) Peranan faktor individuTingkat pengetahuan mengenai K3 yang kurang, kurangnya perhatian akan keselamatan

    dalam bekerja dan lingkungan kerja, dan kesadaran gizi pekerja yang rendah, serta kesadaran

    akan perlunya pemakaian APD (Alat Pelindung Diri) yang kurang, sangat meningkatkan resiko

    terjadinya kecelakaan kerja.

    6) Faktor lain diluar pekerjaanKebiasaan merokok, pajanan yag ada di rumah, dan pekerjaan lain yang dilakukan selain

    Cleaning Service.

    7)

    Diagnosis okupasiFraktur femur dextra 1/3 distal yang dialami Tn. B ialah disebabkan oleh Penyakit Akibat

    Kerja. Hal ini diakibatkan oleh posisi ergonomi Tn. B yang tidak efisien terhadap pekerjaannya

    yang beresiko. Tn. B berdiri dari arah luar jendela untuk membersihkan kaca tanpa

    memperhatikan keselamatannya, Tn. B tidak menggunakan alat pelindung diri dan berdiri dalam

    posisi yang berbahaya. Oleh karena itu, hal ini mengakibatkan Tn. B terjatuh dan mengalami

    kecelakaan kerja yang membuat femur dextra 1/3 distalnya mengalami fraktur.10

  • 8/13/2019 PBL blok 28.docx

    31/31

    Daftar Pustaka

    1. P.K. Suma'mur. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: P.T TokoGunung Agung. 2009.h:292-301.

    2. LaDou J. Current occupational and environmental medicine. Edisi 4. USA: McGraw-Hill Companies;2007.h.310-32.

    3. Baratwidjaja GK, Harjono KT. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid II, Edisi ke-3.Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;2001.h.94-6.

    4. R.K, Sumamur. Higiene perusahaan dan kesehatan kerja (Hiperkes). Jakarta: CVSagung Seto; 2009. h. 272-579.

    5.

    Jeyaratnam J., Koh D. Buku ajar praktik kedokteran kerja. Jakarta: Penerbit BukuKedokteran EGC; 2010. h. 351-66.

    6. Suardi R. Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja: manajemen risiko.Jakarta: Penerbit PPM; 2007. H. 1,8, 88-90.

    7. Ridley, John. Kesehatan dan keselamatan kerja. Edisi ketiga. Jakarta: Erlangga;2008.h.39-144.

    8. Kurniawidjaja LM. Teori dan aplikasi kesehatan kerja. Jakarta: UI Press;2010.h.67-9.