blok 25

23
Ketuban Pecah Dini Nur Faiqah binti Abdul Rahman NIM: 102009285 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jl.Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510 Email: [email protected] ----------------------------------------------------------------- ------------------------------------------------------------- BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persalinan merupakan suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup ke dunia luar dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain. Ukuran keberhasilan suatu pelayanan kesehatan tercermin dari penurunan angka kematian ibu sampai pada batas angka terendah yang dapat 1

Upload: annie-bukang

Post on 27-Dec-2015

54 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: blok 25

Ketuban Pecah Dini

Nur Faiqah binti Abdul RahmanNIM: 102009285

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana,Jl.Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510Email: [email protected]

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Persalinan merupakan suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup ke

dunia luar dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain. Ukuran keberhasilan

suatu pelayanan kesehatan tercermin dari penurunan angka kematian ibu sampai pada

batas angka terendah yang dapat dicapai sesuai dengan kondisi dan situasi setempat serta

waktu.

Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda-tanda persalinan

dan ditunggu satu jam sebelum dimulainya tanda-tanda persalinan. Ketuban pecah dini

merupakan masalah penting dalam bidang kesehatan yang berkaitan dengan penyulit

1

Page 2: blok 25

kelahiran prematur dan terjadinya infeksi korioamnionitis sampai sepsis, serta

menyebabkan infeksi pada ibu yang menyebabkan meningkatnya morbiditas dan

mortalitas ibu dan bayi. Ketuban pecah dini kemungkinan besar menimbulkan risiko

tinggi infeksi dan bahaya kompresi tali pusat, maka dalam penatalaksanaan perawatannya

dianjurkan untuk pemantauan ibu maupun janin dengan ketat.

KPD sering kali menimbulkan konsekuensi yang dapat menimbulkan morbiditas dan

mortalitas pada ibu maupun bayi terutama kematian perinatal yang cukup tinggi.

Kematian perinatal yang cukup tinggi ini antara lain disebabkan karena kematian akibat

kurang bulan, dan kejadian infeksi yang meningkat karena partus tak maju, partus lama,

dan partus buatan yang sering dijumpai pada pengelolaan kasus KPD terutama pada

pengelolaan konservatif .

1.2. Tujuan

Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memberikan suatu gambaran, penjelasan yang

lebih mendalam mengenai kelaianan ketuban pecah dini (KPD). Diharapkan masyarakat

dapat melakukan pencegahan dan pengobatan dini dengan cara yang tepat.

1.3. Skenario

Ny. BCL G2P1 umur 27 tahun dengan kehamilan 8 bulan, datang ke UGD dengan

keluhan keluar cairan banyak dari vagina sejak 8 jam yang lalu disertai nyeri perut dan

pinggang bawah. Pada pemeriksaan didapat: Keadaan umum baik, Tekanan darah 130/85

mmHg, Nadi 76x/menit, Pernapasan 20x/menit, fundus uteri 3 jari diatas pusat,

konsistensi unterus lunak kenyal, letak anak memanjang, kepala dibawah, belum masuk

panggul, kontraksi uterus negatif.

2

Page 3: blok 25

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Anamnesis1

Anamnesis pada pasien dengan ketuban pecah dini boleh dilakukan secara auto anamnesis.

Anamnesis dimulakan dengan bertanyaan beberapa pertanyaan secara umum yaitu:

- Keluhan Utama

- Riwayat penyakit sekarang

- Riwayat penyakit dahulu yang berhubungnan dengan penyakit sekarang

- Riwayat pemakaian obat-obatan

- Riwayat penyakit keluarga

Kemudian, beberapa pertanyaan khusus yang dapat ditanyakan pada pasien dengan kondisi

Ketuban Pecah Dini:

- Adakah pasien merasa basah pada vagina atau mengeluarkan cairan yang banyak secara

tiba-tiba dari jalan lahir.

- Adakan cairan berbau khas

- Apakah warna keluarnya cairan tersebut

- Adakah his pasien belum teratur atau belum ada

- Apakah belum ada pengeluaran lendir darah.

2.2. Pemeriksaan  

2.2.1 Fisik1,2

Inspeksi

Inspeksi dilakukan dengan pengamatan dengan mata biasa akan tampak keluarnya

cairan dari vagina. Sekiranya ketuban baru pecah dan jumlah air ketuban masih

banyak, pemeriksaan ini akan lebih jelas.

Pemeriksaan dengan spekulum.

3

Page 4: blok 25

Dengan menggunakan spekulum, pada KPD akan tampak keluar cairan dari orifisium

uteri eksternum. Kalau belum juga tampak keluar, fundus uteri ditekan, penderita

diminta batuk, mengejan atau mengadakan manuver valsava, atau bagian terendah

digoyangkan, akan tampak keluar cairan dari ostium uteri dan terkumpul pada fornik

anterior.

Pemeriksaan dalam

Pada pemeriksaan dalam, didapat cairan di dalam vagina dan selaput ketuban sudah

tidak ada lagi. Perlu dipertimbangkan mengenai pemeriksaan dalam vagina

dengan tocher , pada kehamilan yang kurang bulan yang belum dalam persalinan

(tidak perlu diadakan pemeriksaan dalam). Karena pada waktu pemeriksaan dalam,

jari pemeriksa akan mengakumulasi segmen bawah rahim dengan flora vagina yang

normal. Mikroorganisme tersebut bisa dengan cepat menjadi patogen. Pemeriksaan

dalam vagina hanya dilakukan kalau KPD sudah dalam persalinan atau yang

dilakukan induksi persalinan dan dibatasi sesedikit mungkin.

2.2.2 Pemeriksaan Penunjang3,4

Pemeriksaan laboratorium

Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa : warna, konsentrasi, bau dan pH nya.

Cairan yang keluar dari vagina ini kecuali air ketuban mungkin juga urine atau sekret

vagina. Sekret vagina ibu hamil pH : 4-5, dengan kertas nitrazin tidak berubah warna,

tetap kuning.

Uji Tes Lakmus (tes Nitrazin)

Jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru menunjukkan adanya air ketuban

(alkalis). pH air ketuban 7 – 7,5, darah dan infeksi vagina dapat menghasilkan tes

yang positif palsu.

Uji Mikroskopik (tes pakis)

4

Page 5: blok 25

Dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek dan dibiarkan kering. Pemeriksaan

mikroskopik menunjukkan gambaran daun pakis.

Pemeriksaan ultrasonografi (USG)

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum

uteri. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit. Namun sering

terjadi kesalahan pada penderita oligohidromnion.

Walaupun pendekatan diagnosis KPD cukup banyak macam dan caranya, namun pada

umumnya KPD sudah bisa terdiagnosis dengan anamnesa dan pemeriksaan sederhana.

2.3. Diagnosa

Working Diagnosis: Ketuban Pecah Dini 1,3,4

Apa yang didefinisikan dengan Ketuban Pecah Dini(KPD) adalah ketuban yang pecah

sebelum persalinan dimulai. Apabila terjadi sebelum kehamilan aterm maka lebih banyak

masalah daripada bila terjadi pada kehamilan saat aterm.

Prinsip Dasar: 

- 60-70% ketuban pecah dini (KPD) berhubungan dengan infeksi.

- Air ketuban berfungsi untuk memberi ruang kepada janin untuk bergerak sehingga

tidak terjadi flaksiditas otot ekstrimitas dan berkembangnya paru.

- Air ketuban penting untuk menghilangkan friksi kinetik yang terjadi pada persalinan

akibat tidak bullet shape nya janin.

- Pada kehamilan preterm pecahnya ketuban akan merangsang persalinan dan kelahiran

(50% persalinan preterm dengan KPD akan berakhir dengan kehamilan)

Klasifikasi KPD5:

5

Page 6: blok 25

1. Ketuban pecah prematur yaitu pecahnya membran khorio-amniotik sebelum onset

persalinan atau disebut juga Premature Rupture Of Membrane = Prelabour Rupture Of

Membrane = PROM. Insiden PROM adalah 6-19% kehamilan.

2. Ketuban pecah prematur pada preterm yaitu pecahnya membran Chorio-amniotik

sebelum onset persalinan pada usia kehamilan kurang dari 37 minggu atau disebut juga

Preterm Premature Rupture Of Membrane = Preterm Prelabour Rupture Of Membrane =

PPROM. Insiden PPROM adalah 2% kehamilan.

Differential Diagnosis : Inkontinensia Urin

Pengeluaran urin tanpa disadari dalam jumlah dan frekuensi yang cukup banyak

sehingga mengakibatkan masalah gangguan kesehatan atau sosial

2.4. Manifestasi Klinik4,5

Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina. Aroma

air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan tersebut masih

merembes atau menetes. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus

diproduksi sampai kelahiran. Demam, takikardia pada ibu dan janin, bercak vagina yang

banyak, nyeri perut merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi.

2.5. Etiologi

Walaupun banyak publikasi tentang KPD, namun penyebabnya masih belum diketahui

dan tidak dapat ditentukan secara pasti. Beberapa laporan menyebutkan faktor-faktor

yang berhubungan erat dengan KPD, namun faktor-faktor mana yang lebih berperan sulit

diketahui. Kemungkinan yang menjadi faktor predisposisi adalah6:

1. Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun ascenden dari

vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya KPD.

Penelitian menunjukkan infeksi sebagai penyebab utama ketuban pecah dini.

2. Servik yang inkompetensia, kanalis sevikalis yang selalu terbuka oleh karena

kelainan pada servik uteri (akibat persalinan, kuretase).

6

Page 7: blok 25

3. Tekanan intra uterin yang meningkat secara berlebihan (overdistensi uterus)

misalnya tumor, hidramnion, gemelli. 

4. Trauma oleh beberapa ahli disepakati sebagai faktor predisisi atau penyebab

terjadinya KPD. Trauma yang didapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan

dalam, maupun amnosintesis menyebabkan terjadinya KPD karena biasanya

disertai infeksi

5. Kelainan letak misalnya lintang, sehingga tidak ada bagian terendah yang

menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan terhadap

membran bagian bawah.

6. Keadaan sosial ekonomi yang berhubungan dengan rendahnya kualitas perawatan

antenatal, penyakit menular seksual misalnya disebabkan oleh Chlamydia

trachomatis dan Neischeria gonorhoe.

7. Penyebab dari KPD tidak atau masih belum diketahui secara jelas maka usaha

preventif tidak dapat dilakukan, kecuali dalam usaha menekan infeksi.

8. Faktor lain yaitu: Faktor-faktor yang berhubungan erat dengan KPD, namun

faktor-faktor mana yang lebih berperan sulit diketahui. Kemungkinan yang

menjadi faktor predesposisi adalah faktor yang berhubungan dengan

meningkatnya insidensi KPD antara lain : 

a. Fisiologi selaput amnion/ketuban yang abnormal

b. Inkompetensi serviks

c. Infeksi vagina/serviks

d. Kehamilan ganda

e. Polihidramnion

f. Trauma

g. Distensi uteri

h. Stress maternal

i. Stress fetal

j. Infeksi

k. Serviks yang pendek

l. Prosedur medis

7

Page 8: blok 25

2.6. Epidemiologi

Beberapa peneliti melaporkan hasil penelitian mereka dan didapatkan hasil yang

bervariasi. Insidensi KPD berkisar antara 8 – 10 % dari semua kehamilan. Hal yang

menguntungkan dari angka kejadian KPD yang dilaporkan, bahwa lebih banyak terjadi

pada kehamilan yang cukup bulan dari pada yang kurang bulan, yaitu sekitar 95 %,

sedangkan pada kehamilan tidak cukup bulan atau KPD pada kehamilan preterm terjadi

sekitar 34 % semua kelahiran prematur.

KPD merupakan komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan kurang bulan, dan

mempunyai kontribusi yang besar pada angka kematian perinatal pada bayi yang kurang

bulan. Pengelolaan KPD pada kehamilan kurang dari 34 minggu sangat kompleks,

bertujuan untuk menghilangkan kemungkinan terjadinya prematuritas dan RDS.7

Faktor risiko untuk terjadinya Ketuban Pecah Dini adalah berkurangnya asam askorbik

sebagai komponen kolagen, kekurangan tembaga dan asam askorbik yang mengakibatkan

pertumbuhan struktur abnormal, antara lainnya merokok.

2.7. Patofisiologi

Selaput ketuban yang membatasi rongga amnion terdiri atas amnion dan korion yang

sangat erat ikatannya. Lapisan ini terdiri atas beberapa sel seperti sel epitel, sel mesenkim

dan sel trofoblas yang terikat erat dalam matriks kolagen. Selaput ketuban berfungsi

menghasilkan air ketuban dan melindungi janin terhadap infeksi. Dalam keadaan normal,

selaput ketuban pecah dalam proses persalinan. Pecahnya selaput ketuban berkaitan

dengan perubahan proses biokimia yang terjadi dalam kolagen matriks ekstraselular

amnion, korion dan apoptosis membrane janin. Membran janin dan desidua bereaksi

terhadap stimuli seperti infeksi dan peregangan selaput ketuban dengan memproduksi

mediator seperti prostaglandin, sitokinin dan protein hormone yang merangsang aktivitas

matrix degrading enzyme.8,9

8

Page 9: blok 25

Ketuban pecah dalam persalinan secara umum disebabkan oleh kontraksi uterus dan

peregangan berulang. Selaput ketuban pecah karena pada daerah tertentu terjadi

perubahan biokimia yang menyebabkan selaput ketuban inferior rapuh, bukan karena

seluruh selaput ketuban rapuh. Terdapat keseimbangan antara sintesis dan degradasi

ekstraselular matriks. Perubahan struktur, jumlah sel dan katabolisme kolagen

menyebabkan aktivitas kolagen berubah dan menyebabkan selaput ketuban pecah.

Faktor risiko untuk terjadinya Ketuban Pecah Dini adalah berkurangnya asam askorbik

sebagai komponen kolagen, kekurangan tembaga dan asam askorbik yang mengakibatkan

pertumbuhan struktur abnormal, antara lainnya merokok.

Degradasi kolagen dimediasi oleh matriks metalloproteinase (MMP) yang dihambat oleh

inhibitor jaringan spesifik dan inhibitor protease. Bila mendekati waktu persalinan,

keseimbangan antara MMP dengan tissue inhibitor of metalloproteinase-1 (TIMP-1)

mengarah pada degradasi proteolitik dari matriks ekstraselular dan membran janin.

Aktivitas degradasi proteolitik ini meningkat menjelang persalinan. Selaput kehamilan

sangat kuat pada kehamilan muda. Pada trimester ketiga selaput ketuban mudah pecah.

Melemahnya kekuatan selaput ketuban ada hubungannya dengan pembesaran uterus,

kontraksi rahim dan gerakan janin. Pada trimester terakhir terjadi perubahan biokimia

pada selaput ketuban memudahkan terjadinya Ketuban Pecah Dini. 5

2.8. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan kehamilan dengan komplikasi ketuban pecah dini perlu

mempertimbangkan morbiditas dan mortalitas immaturitas neonatal yang berhubungan

dengan persalinan dan risiko infeksi terhadap ibu dan janin.

1. Medika Mentosa9

• Kortikosteroid

Pemberian kortikosteroid dapat menekan morbiditas dan mortalitas perinatal pasca

ketuban pecah dini preterm. Kortikosteroid juga menekan risiko terjadinya sindrom

distress pernafasan ( 20 – 35,4% ), hemoragi intraventrikular ( 7,5 – 15,9% ),

9

Page 10: blok 25

enterokolitis nekrotikans ( 0,8 – 4,6% ). Rekomendasi sebagian besar menggunakan

betamethason ( celestone ) intramuscular 12 mg setiap 24 jam selama 2 hari. National

Institute of Health merekomendasikan pemberian kortikosteroid sebelum masa gestasi 30

– 23 minggu, dengan asumsi viabilitas fetus dan tidak ada infeksi intra amniotik.

Pemberian kortikosteroid setelah masa gestasi 34 minggu masih controversial dan tidak

direkomendasikan kecuali ada bukti immaturitas paru melalui pemeriksaan

amniosentesis.

• Antibiotik

Pemberian antibiotic pada pasien ketuban pecah dini dapat menekan infeksi neonatal dan

memperpanjang periode latensi. Sejumlah antibiotik yang digunakan meliputi ampisilin 2

gram dengan kombinasi eritromisin 250 mg setiap 6 jam selama 48 jam, diikuti

pemberian amoksisilin 250 mg dan eritromisin 333 mg setiap 8 jam untuk lima hari.

Pasien yang mendapat kombinasi ini dimungkinkan dapat mempertahankna kandungan

selama 3 minggu setelah penghentian pemberian antibiotik setelah 7 hari.

• Agen Tokolitik

Pemberian agent tokolitik diharapkan dapat memperpanjang periode latensi namun tidak

memperbaiki luaran neonatal. Tidak banyak data yang tersedia mengenai pemakaian agen

tokolitik untuk ketuban pecah dini. Pemberian agen tokolitik jangka panjang tidak

diperkenankan dan hingga kini masih menunggu hasil penelitian lebih jauh.

2. Penatalaksanaan berdasarkan masa gestasi2,5,6

• Masa gestasi dibawah 24 minggu.

Sebagian besar pasien akan mengalami persalinan dalam 1 minggu bila terjadi ketuban

pecah dini dengan periode latensi sekitar 6 hari , dan sebagian besar yang lahir biasanya

mengalami banyak masalah seperti penyakit paru kronik, gangguan neurology dan

perkembangan, hidrosefalus dan cerebral palsy. Sekitar 50% janin dengan ketuban pecah

dini pada minggu ke 19 akan mengalami sindrom Potter, 25% pada mereka yang lahir di

minggu ke 22 dan 10% pada mereka yang lahir setelah maa gestasi 26 mingu. Pasien

10

Page 11: blok 25

harus mendapat konseling mengenai manfaat dan risiko penatalaksanaan akan

kemungkinan bayi tidak dapat bertahan secara normal.

• Masa   gestasi 24 – 31 minggu

Persalinan sebelum masa gestasi 32 memicu morbiditas dan mortalitas neonatal berat.

Bila tidak dijumpai infeksi intraamniotik maka kehamilan diupayakan dipertahankan

hingga 34 minggu. Bila ada infeksi intraamniotik maka pasien akan melahirkan dalam

waktu 1 minggu. Klinisi harus memberikan kortikosteroid dan antibiotik serta melakukan

penilaian menyeluruh mengenai keadaan janin melalui monitoring fetal dan

ultrasonografi. Pemberian kortikosteroid pada masa gestasi 24 -28 minggu tidak banyak

bermanfaat.

• Masa gestasi 32 – 33 minggu

Biasanya Mengalami masalah dengan maturitas paru-paru, induksi persalinan dan

penanganan bayi premature harus segera direncanakan. Upaya mempertahankan

kehamilan lebih lama setelah maturitas paru akan meningkatkan risiko amnionitis

maternal, kompresi umbilical cord, rawat inap yang makin lama dan infeksi neonatal.

• Masa gestasi 34 – 36 minggu

Biasanya klinisi menghindari upaya memperlama kehamilan. Sebuah studi menunjukan

bahwa penatalaksanaan konservatif antara masa gestasi 34 hingga 36 minggu akan

meningkatkan risiko korioamnititis. Walaupun kortikosteroid tidak diindikasikan untuk

kehamilan lewat 34 minggu, pemberian antibiotik tetap dilakukan sebagai profilaksis

infeksi streptococcus group B dan fasilitasi penanganan neonatus perematur harus

disiapkan segera. Ketuban pecah dini preterm atau perterm PROM bukan merupakan

kontraindikasi persalinan pervaginam.

2.9. Komplikasi

11

Page 12: blok 25

Bergantung kepada usia kehamilan. Dapat terjadi infeksi maternal maupun janin, persalinan

prematur, hipoksia karena kompressi tali pusat, deformitas janin, meningkatnya risiko

insiden sectio caessserian, atau gagal persalinan normal7

1. Infeksi intrauterin

Risiko infeksi ibu dan anak meningkat pada Petuban Pecah Dini. Pada ibu terjadi

koriomnitis. Pada bayi dapat terjadi septikemia, penumonia, omfalitis. Umumnya, terjadi

korioamnionitis sebelum terinfeks. Pada KPD prematur infeksi lebih sering daripada

aterm. Secara umum insiden infeksi sekunder pada KPD meningkat sebanding dengan

lamanya periode laten

2. Prematuritas

Setelah ketuban pecah, biasanya segera disusul oleh persalinan. Periode laten tergantung

umur kehamilan. Pada kehamilan aterm 90% terjadi dalam 24 jam setelah ketuban pecah.

Pada kehamilan antara 28-34 minggu 50% persalinan dalam 24 jam. Pada kehamilan

kurang 26 minggu persalinan terjadi dalam 1 minggu.

3. Deformitas janin

Ketuban pecah dini yang terjadi terlalu dini menyebabkan pertumbuhan janin terhambat,

kelainan disebabkan kompresi muka dan anggota badan janin, serta hipoplasi pulmonar.

4. Hipoksia dan Asfiksia

Dengan pecahnya ketuban terjadi oligohidramnion yang menekan tali pusat hingga terjadi

asfiksia atau hipoksia. Terdapat hubungan antara terjadinya gawat janin dan

oligohidramnion, semakin sedikit air ketuban, janin semakin gawat.

5. Tali pusat menumbung

6. Distosia (partus kering)

12

Page 13: blok 25

2.10. Preventif10

1. Pencegahan primer

Untuk mengurangi terjadinya pecah ketuban dini, dianjurkan bagi ibu hamil untuk

mengurangi aktivitas pada akhir trimester kedua dan awal trimester ke tiga, serta

tidak melakukan kegiatan yang membahayakan kandungan selama kehamilan.

2. Pencegahan sekunder

- Mencegah infeksi intrapartum

- Antibiotika spektrum luas : gentamicin iv 2 x 80 mg, ampicillin iv 4 x 1 mg,

amoxicillin iv 3 x 1 mg, penicillin iv 3 x 1.2 juta IU, metronidazol drip.

- Pemberian kortikosteroid : kontroversi. Di satu pihak dapat memperburuk

keadaan ibu karena menurunkan imunitas, di lain pihak dapat menstimulasi

pematangan paru janin (surfaktan). Di RSCM diberikan, bersama dengan

antibiotika spektrum luas. Hasil cukup baik.

2.11. Prognosis

1. Prognosis Ibu11

a. Infeksi intrapartal/dalam persalinan

Jika terjadi infeksi dan kontraksi ketuban pecah maka bisa menyebabkan sepsis yang

selanjutnya dapat mengakibatkan meningkatnya angka morbiditas dan mortalitas

b. Infeksi puerperalis/ masa nifas

c. Dry labour/Partus lama

d. Perdarahan post partum

e. Meningkatkan tindakan operatif obstetri (khususnya SC)

f. Morbiditas dan mortalitas maternal

13

Page 14: blok 25

2. Prognosis Janin

a. Prematuritas

Masalah yang dapat terjadi pada persalinan prematur diantaranya adalah

respiratory distress sindrome, hypothermia, neonatal feeding problem, retinopathy

of premturity, intraventricular hemorrhage, necrotizing enterocolitis, brain

disorder (and risk of cerebral palsy), hyperbilirubinemia, anemia, sepsis.

b. Prolaps funiculli/ penurunan tali pusat

c. Hipoksia dan Asfiksia sekunder (kekurangan oksigen pada bayi)

Mengakibatkan kompresi tali pusat, prolaps uteri, dry labour/pertus lama, apgar

score rendah, ensefalopaty, cerebral palsy, perdarahan intrakranial, renal failure,

respiratory distress.

d. Sindrom deformitas janin

Terjadi akibat oligohidramnion. Diantaranya terjadi hipoplasia paru, deformitas

ekstremitas dan pertumbuhan janin terhambat (PJT).

e. Morbiditas dan mortalitas perinatal

BAB III

14

Page 15: blok 25

PENUTUP

Ketuban pecah dini menyebabkan hubungan langsung antara dunia luar dan ruagan dalam

rahim sehingga memudahnya terjadi infeksi asenden. Salah satu fungsi selaput ketuban adalah

melindungi atau menjadi pembatas dunia luar dan ruagan dalam rahim sehingga mengurangi

kemungkinan infeksi. Makin lama periode laten, makin besar kemungkinan infeksi dalam rahim,

persalinan prematuritas dan selanjutnya meningkatkan kejadian kesakitan dan kematian ibu dan

atau janin dalam rahim.

Protokol pengelolaan yang optimal harus memprtimbangkan 2 hal tersebut di atas dan

faktor-faktor lain seperti fasilitas serta kemampuan untuk merawat bayi yang kurang bulan.

Meskipun tidak ada satu protokol pengelolaan yang dapat untuk semua kasus KPD, tetapi harus

ada panduan pengelolaan yang strategis, yang dapat mengurangi mortalitas perinatal dan dapat

menghilangkan komplikasi yang berat baik pada anak maupun pada ibu.

DAFTAR PUSTAKA

15

Page 16: blok 25

1. Ketuban Pecah Dini. Sarwono Prawirohardjo. Ilmu Kebidanan edisi keempat 2008.

Halaman 675- 82

2. Cunningham, F.G., Et all. 2005. William Obstetrics, 22nd edition. Chapter 21 Disorders

of Aminic Fluid Volume. Pages 525-533. USA : McGRAW-HILL

3. Preterm Rupture Membrane. Kenneth J, F.Gary et all. William Manual of Obstetrics 22nd

edition. Page 209-10

4. Prof. dr. Ida Bagus Gde Manuaba, SpOG. Ilmu kebidanan, Penyakit kandungan &

Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta ECG; h 230

5. Kenneth J. Leveno,F. Gary Cunningham, Norman F. Gant, James M. Alexander, Steven

L. Bloom, Brian M. Casey, Jodi S. Dashe, Jeanne S. Sheffield, Nicole P. Yost. Obstetri

Williams Panduan Ringkas. Edisi 21. Jakarta ECG, 2009 ;h 469

6. Prof . dr. I.B.G. Manuaba, Sp.OG, dr, I.A. Chandranita Manuaba, Sp.OG, dr. I.B.G Fajar

Manuaba, Sp.OG Penghantar Kuliah Obstetri. Jakarta ECG, 2007; h 457-8

7. Manuaba I.B.G, Chandranita Manuaba I.A, Fajar Manuaba I.B.G.(eds) Pengantar Kuliah

Obstertri. Bab 5: Penyulit Yang Menyertai Kehamilan ,Bab 6: Komplikasi Umum Pada

Kehamilan. Ketuban Pecah Dini. Cetakan Pertama. Jakarta. Penerbit EGC. 2007; p 229-

32,456-60.

8. I.B.G. Manuaba, I.A. Chandranita Manuaba, I.B.G. Fajar Manuaba. Pengantar Kuliah

Obstetri. Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2007; h. 456-60.

9. Benzion Taber. Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi. Penerbit Buku

Kedokteran EGC. 2001; h. 368-73.

10. Ketuban pecah dini. Diunduh dari: http://www.bayisehat.com/pregnancy-mainmenu-

39/182-ketuban-pecah-dini-kpd.html 25 Mei 2012

11. Ketuban Pecah Dini. DIunduh dari: http://3rr0rists.net/medical/ketuban-pecah-dini.html

25 Mei 2012

16