pbl blok 25 cephalopelvic disproportion theresia 102012165

21
Tinjauan Pustaka Cephalopelvic Disproportion Theresia 102012165 /D8 10 Juni 2015 Fakultas Kedokteran Universitas Krida Wacana Jl. Arjuna No.6 Jakarta Barat 11510 Telp. 021-56942061 Fax. 021-5631731 Email : [email protected] Pendahuluan Saat ini, istilah seperti disproporsi cephalopelvic (CPD) dan kegagalan kemajuan (failure to progress) sering digunakan untuk menjelaskan persalinan yang tidak efektif sehingga perlu dilakukan section sesaria. Istilah Disproporsi cephalopelvic mulai digunakan sebelum abad ke-20 untuk menjelaskan obstruksi persalinan akibat disparitas (ketidaksesuaian) antara ukuran kepala janin dan panggul ibu sehingga janin tidak dapat keluar melalui vagina. Namun, istilah ini berasal dari masa saat indikasi utama seksio sesaria adalah penyempitan panggul yang nyata akibat rakitis. Saat ini disproporsi seperti itu jarang dijumpai dan sebagian disproporsi disebabkan oleh mal posisi kepala janin atau akibat kontraksi yang tidak efektif. 1 Cephalopelvic Dispropotion Page 1

Upload: theresia-sugiarto

Post on 15-Sep-2015

17 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Blok 25

TRANSCRIPT

Tinjauan Pustaka

Cephalopelvic DisproportionTheresia102012165 /D810 Juni 2015Fakultas Kedokteran Universitas Krida Wacana

Jl. Arjuna No.6 Jakarta Barat 11510 Telp. 021-56942061 Fax. 021-5631731

Email : [email protected]

Saat ini, istilah seperti disproporsi cephalopelvic (CPD) dan kegagalan kemajuan (failure to progress) sering digunakan untuk menjelaskan persalinan yang tidak efektif sehingga perlu dilakukan section sesaria. Istilah Disproporsi cephalopelvic mulai digunakan sebelum abad ke-20 untuk menjelaskan obstruksi persalinan akibat disparitas (ketidaksesuaian) antara ukuran kepala janin dan panggul ibu sehingga janin tidak dapat keluar melalui vagina. Namun, istilah ini berasal dari masa saat indikasi utama seksio sesaria adalah penyempitan panggul yang nyata akibat rakitis. Saat ini disproporsi seperti itu jarang dijumpai dan sebagian disproporsi disebabkan oleh mal posisi kepala janin atau akibat kontraksi yang tidak efektif. 1Kegagalan kemajuan (failure to progress) baik pada persalinan spontan maupun persalinan diinduksi telah menjadi istilah yang semakin popular untuk menggambarkan persalinan yang tidak efektif. Istilah ini juga digunakan untuk tidak adanya kemajuan pembukaan servik atau penurunan janin. 1Anamnesis

Anamnesis adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan wawancara. Anamnesis dapat dilakukan langsung kepada pasien, yang disebut autoanamnesis, atau dilakukan terhadap orang tua, wali, orang yang dekat dengan pasien, atau sumber lain, disebut sebagai aloanamnesis. Termasuk di dalam aloanamnesis adalah semua keterangan dari dokter yang merujuk, catatan rekam medik, dan semua keterangan yang diperoleh selain dari pasiennya sendiri. 2Pada kasus persalinan ini kita lakukan alloanamnesis singkat kepada suami atau wali pasien. Beberapa anamnesi yang perlu ditanyakan adalah identitas pasien, riwayat kehamilan ( berapa kali hamil, komplikasi hamil terdahulu, pernah keguguran dan umur kehamilan ), riwayat persalinan , riwayat persalinan, riwayat penyakit pasien dan riwayat penyakit keluarga. 2Hasil anamnesa yang dapat mendukung disproporsi cephalo pelvic adalah kepala tidak masuk P.A.P dan ada riwayat kehamilan kesalahan letak (LLi, letak bokong), partus yang lalu berlangsung lama, anak mati atau persalinan ditolong dengan alat-alat (ekstraksi vakum atau forsep) dan operasi. 2Pemeriksaan Fisik

a. Inspeksi 2Ibu kelihatan pendek (TB < 145) ruas tulang-tulangnya atau ada skoliosis, kifosis, dll. Kelainan panggul luar (rachitis, dsb) kalau kepala belum masuk P.A.P kelihatan kontur seperti kepala menonjol diatas simfisis.

b. Palpasi 2Kepala tidak masuk p.a.p atau masih goyang dan terdapat tanda dari OSBORN, yaitu kepala didorong kearah p.a.p dengan satu tangan diatas simpisis pubis sedang tangan lain mengukur tegak lurus pada kepala yang menonjol.

c. Pelvimetri Klinis 21. Pemeriksaan panggul luar: apakah ukurannya kurang dari normal

2. Pemeriksaan dalam (V.T): apakah promontorium teraba, lalu diukur C.D dan C.V: linea innominata teraba seluruhnya atau tidak, spina ischiadica dll

Pemeriksaan umum kadang-kadang sudah membawa pikiran ke arah kemungkinan kesempitan panggul. Sebagaimana adanya tuberkulosis pada kolumna vertebra atau pada panggul, luksasio koksa kongenitalis dan poliomielitis dalam anamnesis memberi petunjuk penting , demikian pula ditemukannya kifosis, ankilosis pada artikulosio koksa di sebelah kanan atau kiri dan lain-lain pada pemeriksaan fisik memberikan isyarat-isyarat tertentu. Pada wanita yang lebih pendek daripada ukuran normal bagi bangsanya , kemungkinan panggul kecil perlu diperhatiakn pula. 2Akan tetapi apa yang dikemukakan di atas tidak dapat diartikan bahwa seorang wanita dengan bentuk badan normal tidak dapat memiliki panggul dengan ukuran-ukuran yang kurang dari normal, ditinjau dari satu atau beberapa segi bidang panggul. Dalam hubungan ini beberapa hal perlu mendapat perhatian. 2Anamnesis tentang persalinan-persalinan terdahulu dapat memberi petunjuk tentang keadaan panggul. Apabila persalinan tersebut berjalan lancar dengan dilahirkannya janin dengan berat badan normal, maka kecil kemungkinan bahwa wanita yang bersangkutan menderita kesempitan panggul yang berarti. 2Pengukuran panggul (pelvimetri) merupakan cara pemeriksaan yang penting untuk mendapat keterangan lebih banyak tentang keadaan panggul. Cara pelaksanaan pelvimetri sudah dibahas dengan lengkap pada fisiologi kehamilan, disini hanya dikemukakan beberapa hal pokok saja. Pelvimetri luar tidak banyak artinya, kecuali untuk pengukuran pintu bawah panggul dan dalam beberapa hal yang khusus seperti panggul miring. 2Pelvimetri dalam dengan tangan mempunyai arti yang penting untuk menilai secara agak kasar pintu atas panggul serta panggul tengah , dan untuk memberi gambaran yang jelas mengenai pintu bawah panggul. Dengan pelvimetri rontgenologi diperoleh gambaran yang jelas tentang bentuk panggul dan ditemuakn angka-angka mengenai ukuran-ukuran dalam ketiga bidang panggul. Akan tetapi pemeriksaan ini pada masa kehamilan mengandung bahaya, khusunya bagi janin . Oleh sebab itu tidak dapat dipertanggung jawabkan untuk menjalankan pelvimetri rontgenologik secara rutin pada masa kehamilan melainkan harus didasarkan atas indikasi yang nyata, baik dalam masa antenatal, maupun dalam persalinan. 2Keadaan panggul merupakan faktor penting dalam kelangsungan persalinan, tetapI yang tidak kurang penting ialah hubungan antara kepala janin dengan panggul ibu. Besarnya kepala janin dalam perbandingan dengan luasnya panggul ibu menentukan apakah ada disproporsi sefalopelvik atau tidak. Masih ada faktor-faktor lain yang ikut menentukan apakah persalinan pervaginam akan berlangsung dengan baik, akan tetapi faktor-faktor ini baru dapat diketahui pada saat persalinan , seperti kekuatan his dan terjadinya moulage kepala janin. Besarnya kepala janin, khususnya diameter biparietalisnya dapat diukur dengan menggunakan sinar rontgen ekan tetapi sefalometri rontgenologi lebih sukar pelaksaannya dan mengandung bahaya seperti pemeriksaan-pemeriksaan rontgenologik lainnya. 2Pengukuran diameter biparietalis dengan cara ultrasonik yang sudah mulai banyak dilakukan memberikan hasil yang cukup memuaskan. Cara ini tidak berbahaya dibandingkan dengan pemeriksaan rontgenologik. Pada hamil tua dengan janin dalam presentasi kepala, dapat dinilai agak kasar adanya disproporsi sefalopelvik dan kemungkinan mengatasinya. 2Untuk hal ini pemeriksaan dengan tangan yang satu menekan kepala janin dari atas kearah rongga panggul sedangkan tangan lain yang diletakkan pada kepala menentukan apakah bagian ini menonjol diatas simpisis atau tidak (metode osborn). 2Pemeriksaan yang lebih sempurna ialah metoda Muller Munro Kerr, tangan yang satu memegang kepala janin dan menekannya kearah rongga panggul, sedangkan 2 jari tangan yang lain dimasukkan kedalam rongga vagina untuk menentukan sampai berapa jauh kepala mengikuti tekanan tersebut. Sementara itu ibu jari tangan yang masuk dalam vagina memeriksa hubungan antara kepala dan simpisis.2d. Pemeriksaan Leopord/Manuever

1. Manuever pertama

Memungkinkan indentifikiasi polus janin- yaitu sefalik atau podalik yang menempati fundus uterurs. Bokong memberikan sensasi massa besar nodular, sedangkan kepala terasa keras dan bulat serta lebih mudah bergerak dan dapat diayun.

2. Manuever kedua

Dilakukan setelah penentuan letak janin, dengan meletakkan telapak tangan di salah satu abdomen ibu, dan dengan memberikan tekanan lembut tetapi dalam. Pada satu sisi, dirasakan struktur yang keras dan resisten punggung. Pada sisi lain, dirasakan bagian kecil irregular yang mudah digerakkan 0 ekstremitas janin. Dengan memperhatikan apakah punggung terarah ke anterior, transversal, atau posterior, dapat ditentukan orientasi janin.

3. Maneuver ketiga

Dilakukan dengan cara ibu jari dan jari jari satu tangan menggenggam bagian terbawah abdomen ibu, tepat diatas simfisis pubis. Jika bagian terendah janin tidak engaged, akan terasa massa yang dapat digerakkan, biasanya kepala. Perbedaan antara kepala dan bokong ditentukan seperti pada maneuver pertama. Namun, jika bagian terendah janin telah masuk jalan lahir (engaged), hasil maneuver ini hanya menunjukkan bahwa bagian terbawah polus janin berada dalam pelvis, dan rinciannya ditentukan melalui maneuver keempat.4. Manuever keempat

Untuk melakukan maneuver keempat, pemeriksa menghadap kearah kaki ibu dan, dengan ujung tiga jari pertama masing masing tangan, memberikan tekanan yang dalam searah aksis aperture pelvis superior. Pada berbagai keadaan, ketika kepala telah berjalan turun ke dalam pelvis, bagian anterior bahu mudah dibedakan melalui maneuver ketiga.

Pemeriksaan Penunjang

1. Pelvimetri sinar X1Walaupun telah digunakan secara lua, prognosis untuk kelahiran pervagina yang berhasil baik pada setiap kehamilan tidak dapat diterapkan menggunakan pelvimetri sinar X saja. Karena itu, pelvimetri sinar X dianggap mempunyai nilai terbatas dalam penatalaksanaan persalinan dengan presentasi kepala.

2. CT Scanning1Keuntungan dibandingkan dengan pelvimetri sinar X adalah berkurangnya pajanan terhadap radiasi, akurasi lebih besar dan lebih mudah digunakan.

3. MRI 1Keuntungan perlvimetri MRI adalah kurangnya radiasi ionisasi, pengukuran yang akurat, pencitraan janin yang komplit dan potensi untuk mengevaluasi distosia jaringan lunak. Penggunaan pencitraan MRI untuk mengukur volume pelvis dan kepala janin dalam usaha untuk mengidentifikasi seorang perempuan yang memiliki resiko yang besar untuk menjalani caesar karena distosia.

Bentuk dan Jenis PanggulPanggul menurut anatominya dibagi dalam 4 jenis pokok. Jenis-jenis panggul ini dengan ciri-ciri pentingnya ialah: 1. Panggul ginekoid, dengan pintu atas panggul yang bundar, atau dengan diameter transversa yang lebih panjang sedikit dari pada diameter antero-posterior dan dengan panggul tengah serta pintu bawah panggul yang cukup luas.

2. Panggul antropoid, dengan diameter antero-posterior yang lebih panjang dari pada diameter transversa dan dengan arkus pubis menyempit sedikit. 3. Panggul android, dengan pintu atas panggul yang berbentuk seperti segitiga, berhubungan dengan penyempitan kedepan, dengan spina ischiadica menonjol kedalam dan dengan arcus pubis menyempit.

4. Panggul platipelloid, dengan diameter antero-posterior yang jelas lebih pendek dari pada diameter transversa pada pintu atas panggul, dan dengan arcus pubis yang luas.

Berhubungan dengan faktor-faktor ras dan sosial ekonomi, frekuensi dan ukuran-ukuran jenis-jenis panggul berbeda-beda di antara berbagai bangsa. Dengan demikian standar untuk panggul normal pada seorang wanita Eropa berlainan dengan standar seorang wanita Asia Tenggara. 1,2Panggul disebut sempit apabila ukurannya 1-2 cm kurang dari yang normal. Kesempitan panggul bisa pada inlet (pintu atas panggul), mid pelvis (ruang tengah panggul), outlet ( dasar panggul atau pintu bawah panggul), kombinasi dari inlet,mid pelvis atau outlet. 1,2Apertura Pelvis Superior

Celah superior atau pelvis superior dibatasi oleh promontorium dan ala sacrum di posterior, oleh linea terminalis di lateral, oleh ramus pubis horizontal dan simfisis pubis anterior. Aoertura pelvis superior wanita dibandingkan dengan pelvis pria- secara khas lebih mendekati bulat daripada ovoid. Caldwell mengidentifikasi secara radiografis aperture pelvis superior yang hamper bulat atau ginekoid pada kira kira setengah wanita kulit putih. 1

Empat diameter apertura pelvis superior biasanya dijelaskan: anteroposterior, transversal, dan dua diameter miring. Diameter anteroposterior yang penting secara obstetric adalah jarak terpendek antara promontorium sacrum dan simfisis pubis dan dinamakan konjugata obstetrika. Normalnya sepanjang 10 cm atau lebih. Diameter ini berbeda dengan diameter anteroposterior aperture pelvis superior yang telah diidentifikasi sebagai konjugata vera. Konjugata obstetrika dihitung secara tidak langsung, konjugata diagonalis dikurang 1,5-2cm. Konjugata diagonalis ditentukan dengan mengukur jarak dari batas bawah simfisis ke promontorium sacrum. 1

Diameter transversa terbentuk pada sudut yang tepat terhadap konjugata obstetrika dan menggambarkan jarak terbesar antara linea terminalis pada masing masing sisi. Biasanya memotong konjugata obtetrika pada titik kira kira 4 cm dari promontorium. Masing masing dari kedua diameter oblik berasal dari salah satu sinkondrosis sacroiliaka ke eminensia iliopektinea di sisi yang berlawanan. Panjangnya kurang dari 13 cm. 1Mid Pelvis

Midpelvis diukur setinggi spina iskiadika-midplane, atau bidang terkecil dimensi pelvis. Ini terutama penting pada penurunan kepala bayi pada partus yang macet. Diameter interspina, 10 cm atau sedikit lebih besar, biasanya adalah diameter pelvis terkecil. Diameter anteroposterior setinggi spina iskiadika panjang normalnya minimal 11,5 cm. 1Apertura Pelvis Inferior

Ini terdiri dari dua daerah yang kira kira berbentuk segitiga yang tidak terdapat di bidang yang sama. Daerah tersebut mempunyai basis yang sama yaitu sebuah garis ditarik diantara kedua tuber ischiadrium. Apeks segitiga posterior terletak pada ujung savrum, dan batas lateralnya adalah ligamentum sakrosciatika dan tuber ischiadrium. Segitiaga anterior dibentuk oleh daerah di bawah arkus pubikus. Tiga diameter aperture pelvis inferior biasanya dinyatakan : anteroposterior, transversa, dan sagitali posterior. 1Working Diagnosis

Pintu Atas Panggul yang SempitPintu atas panggul biasanya dianggap sempit karena diameter anteroposterior yang terpendek kurang dari 10 cm atau jika diameter transversal yang paling besar kurang dari 12 cm. diameter pintu atas panggul anteroposterior biasanya diperkirakan dengan mengukur konjugata diagonalis secara manual, yaitu sekitar 1,5 cm lebih besar. Dengan demikian, pintu atas yang sempit biasanya diartikan dengan konjugata diagonalis kurang dari 11,5 cm. 1

Secara klinis dan saat ini, dengan pencitraan pelvimetri, penting untuk mengindentifikasi diameter anteroposterior terpendek yang merupakan tempat yang harus dilewati oleh kepala janin, terkadang, korpus dari vertebrae sacral pertama bergeser ke depan sehingga jarak terpendek sebenarnya dapat berada antara promontorium sacral abdominal ini dan simfisis pubis.1

Sebelum persalinan, diameter biparietal janin telah menunjukkan ratarata 9,5 sampai sebesar 9,8 cm. Dengan demikian, mungkin sulit dibuktikkan atau bahkan tidak mungkin bagi sebagian janin untuk melalui pintu atas panggul yang diameter anteroposteriornya kurang dari 10 cm. Mengert dan Kaltreider, dengan menggunakan pelvimetri sinar-x, menunjukkan bahwa insidensi sulitnya pelahiran meningkat dengan angka yang kurang lebih sama, baik pada diameter anteroposterior pintu atas panggul yang kurang dari 10 cm maupun diameter transversal yang kurang dari 12 cm. seperti yang diperkirakan, jika kedua diameter sempit, distosia jauh lebih berat daripada jika hanya salah satunya yang sempit. 1

Pintu atas panggul yang sempit memainkan perang penting dalam menghasilkan presentasi abnormal. Pada nulipara normal, bagian terendah pada kehamilan aterm biasanya turun dalam rongga panggul sebelum awitan persalinan. Namun, jika pintu atas panggul sempit, penurunan biasanya tidak terjadi sampai setelah awitan persalinan, atau tidak sama sekali. Presentasi kepala masih dominan, tetapi kepala terapung bebas diatas pintu atas panggul atau ke arah lebih lateral pada salah satu fossa iliaca, karena itu, sedikit saja pengaruh dapat menyebabkan perubahan presentasi janin. Pada perempuan yang panggulnya sempit, presentasi wajah dan bahu terhitung tiga kali lebih sering, dan prolapsusus tali pusat terjadi empat sampai enam kali lebih sering. 1Panggul Tengah Sempit

Temuan ini lebih sering daripada pintu atas panggul yang sempit. Keadaan ini seringkali menyebabkan terhentinya kepala bayi dalam posisi melintang, yang berpotensi menyebabkan operasi midforseps yang sulit atau pelahiran Caesar. 1

Bidang obstetric pangggul tengah membentang dari batas inferior simfisis melalui spina ischiadica dan menyentuh os sacrum dekat dengan taut vertebrae keempat dan kelima. Secara teoretis, garis transversal menghubungkan spina ischiadica dan membagi panggul tengan menjadi anterior dan posterior. Bagian anterior panggul tengah di bagian anteriornya dibatasi oleh batas bawah simfisis pubis dan bagian lateralnya oleh ramus ischiopubis, bagian posterior panggul tengan di bagian dorsal dibatasi ole hos sacrum dan bagian lateralnya oleg ligamentum sacrospinale, membentuk bawtas bawah incisura ischiadica mayor. 1

Ukuran panggul tengah rata rata adalah sebagai berikut : transversal, atau spinosus interischial, 10,5 cm; anteroposterior; dari batas bawah simfisis pubis ke taut S4-S5, 11,5 cm; dan sagitalis posterior, dari tutuk tengah garis interspinosus ke titik yang sama di os sacrum, 5 cm. definisi panggul tengah yang sempit belum akurat seperti definisi pintu atas panggul yang sempit. Meskipun demikian, panggul tengah biasanya sempit jika jumlah diameter interspinosus dan sagitalis posterior normal, 10,5 cm ditambah 5 cm, atau 15,5 cm menjadi 13,5 cm atau kurang. Konsep ini ditekankan oleh Chen dan Huang dalam mengevaluasi kemungkinan sempitnya panggul tengah. Terdapat alasan untuk mencurigai sempitnya panggul tengah bila diameter interspinosus kurang dari 10 cm. ketika ukurannya kurang dari 8 cm, panggul tengah sempit. 1Pintu Bawah Panggul yang Sempit

Temuan ini biasanya didefinisikan sebagai diameter tuberositas instersikial sebesar 8 cm atau kurang. Pintu bawah panggul secara kasar dianalogikan dengan dua segitiga, dengan tuberositas insterischial yang dianggap sebagai dasar keduanya. Sisi segitiga anterior adalah ramus pubis, dan apeksnya adalah permukaan inferoposterior simfisi pubis. Segitiga posterior tidak memiliki sisi tulang tetapi apeknya dibatasi oleh ujung vertebrae sacral terakhir dan bukan ujung is coccyges. Pengurangan diameter intertuberositas yang diikuti oleh penyempitan segitiga anterior pasti menyebabkan terdorongnya kepala janin kea rah posterior. Floberg skk., melaporkan bahwa panggul bawah yang sempit ditemukan sebanyak hamper 1 persen pada lebih dari 1400 nulipara dengan kehamilan aterm yang dipilih secara acak. Pintu bawah yang sempit saja dapat menyebabkan distosia, tetapi tidak banyak yang disertai dengan panggul tengah yang sempit, karena pintu bawah yang sempit seringnya disertai panggul tengah yang sempit. 1

Walaupun disproporsi antara kepala janin dan pintu bawah panggul tidak cukup kuat untuk menimbulkan distosis berat, hal ini mungkin berperan penting dalam menyebabkan robekan perineum. Dengan makin menyempitnya arcus pubis, oksiput tidak dapat keluar lasngsung di bawah simfisis pubis, tetapi terdorong kuat jauh ke bawah permukaan ramus ischipubicus. Selanjutnya perineum menjadi sangat terdistensi dan, dengan demikian memiliki peluang besar untuk laserasi. 1Differential Diagnosis

Lilitan Tali Pusat

Biasanya terdapat pada leher anak. Lilitan tali pusat menyebabkan tali pusat menjadi relative pendek dan mungkin juga menyebabkan letak defleksi. Setelah kepala anak lahir, lilitan perlu segera dibebaskan melalui kepala atau digunting dengan 2 kocher.3Etiologi

Istilah cephalopelvic disproportion mulai digunakan pada abad 20 untuk menggambarkan adanya hambatan persalinan akibat ketidakseimbangan ukuran kepala bayi dengan pelvis ibu. 3Penyebab dari cephalopelvic disproporsi: 41. Janin yang besar

2. Panggul sempit

Epidemiologi Data dari Reproductive Health Library menyatakan terdapat 180 sampai 200 juta kehamilan setiap tahun.Dari angka tersebut terjadi 585.000 kematian maternal akibat komplikasi kehamilan dan persalinan. Sebab kematian tersebut adalah perdarahan 24,8%, infeksi dan sepsis 14,9%, hipertensi dan preeklampsi/eklampsi 12,9%, persalinan macet (distosia) 6,9%, abortus 12,9%, dan sebab langsung yang lain 7,9%. 5Komplikasi Komplikasi pada kehamilan 61. Pada kehamilan muda rahim yang bertambah besar dapat tertahan/terhalang keluar dari true pelvic, jarang dijumpai kecuali pada panggul sempit absolute 2. Pada kehamilan lanjut, inlet yang sempit tidak dapat dimasuki oleh bagian terbawah janin, menyebabkan fundus uteri tetap tinggi dengan keluhan sesak, sulit bernafas, terasa penuh diulu hati dan perut besar 3. Bagian terbawah anak goyang dan tes Osborn (+) 4. Perut seperti abdomen pendulus (perut gantung) 5. Dijumapa kesalahan-kesalahan letak, presentasi dan posisi 6. Lightning tidak terjadi, fiksasi kepala tidak ada, bahkan setelah persalinan dimulai 7. Sering dijumpai tali pusat terkemuka dan menumbung

Komplikasi pada persalinan 61. Persalinan akan berlangsung lama 2. Sering dijumpai ketuban pecah dini

3. Karena kepala tidak mau turun dan ketuban sudah pecah sering terjadi tali pusat menumbung 4. Moulage kepala berlangsung lama 5. Pada panggul sempit menyeluruh bahkan sering didapati inertia uteri primer 6. Partus yang lama akan menyebabkan pereganga SBR dan bila berlarut-larut dapat menyebabkan ruptur uteri 7. Dapat terjadi simfisiolisis, infeksi intrapartal 8. Partus lama mengakibatkan penekanan yang lama pada jaringan lunak menyebabkan edema dan hematoma jalan lahir yang kelak dapat menjadi nekrotik dan terjadilah fistula.

Komplikasi pada anak 61. Infeksi intrapartal 2. Kematian janin intrapartal (KJIP) 3. Prolaps funikuli 4. Perdarahan intracranial 5. Kaput suksedaneum sefalo-hematoma yang besar 6. Robekan pada tentorium serebri dan perdarahan otak karena moulage yang hebat dan lama

Penatalaksanaan Seksio sesarea

Section caesarea merupakan pembedahan obstetric untuk melahirkan janin yang viable melalui abdomen. 7

Section casesarea segmen bawah, insisi melintang dilakukan pada segmen bawah uterus. Segmen bawah uterus tidak begitu banyak mengandung pembuluh darah dibandingkan segmen atas sehingga risiko pendarahan lebih kecil. Karena segmen bawah terletak di kavum pritonei, kemungkinan infeksi pascabedah juga tidak begitu besar. Disamping itu, risiko rupture uteri pada kehamilan dan persalinan berikutnya akan lebih kecil bila mana jaringan parut hanya terbatas pada segmen bawah uterus. Kesembuhan luka biasanya baik karena segmen bawah merupakan bagian uterus yang tidak begitu aktif. 7

Section caesarea klasik, insisi klasik hanya kadang kadang dilakukan. Cara ini dikerjakan kalau segmen bawag tidak terjangkau karena adanya perlekatan atau rintangan plasenta, kalau terdapat vena varikosa pada segmen bawah, dan kadang kadang juga dilakukan bagi janin yang letaknya melingtang serta untuk melakukan histerektomi caesarea.

Indikasi, section caesarea elektif dilakukan kalau sebelumnya sudah diperkirakan bahwa pelahiran per vagiman yang normal tidak cocok atau tidak aman. Pelahiran dengan section caesarea dilakukan untuk : plasenta previa, letak janin yang tidak stabil dan tidak bias dikoreksi, riwayat obstetric yang jelek, disproporsi sefalopelvik, infeksi herpesvirus II (genital), riwayat section caesarea klasik, diabetes (kadang kadang), presentasi bokong (kadang kadang), penyakit atau kelainan yang berat pada janin, seperti eritoblastosis atau retardasi pertumbuhan yang nyata. 7

Sectio caesarea emergensi dilakukan untuk induksi persalinan yang gagagal, kegagalan dalam kemajuan persalinan, penyakit fetal atau maternal, diabetes atau pre-eklamsia yang berat, persalinan macet, prolapses funikuli, perdarahan hebat dalam persalinan, tipe tertentu malpresentasi janin dalam persalinan. 7Prognosis Apabila persalinan dengan disproporsi sefalopelvik dibiarkan berlangsung sendiri tanpa pengambilan tindakan yang tepat,timbul bahaya bagi ibu dan janin. Tetapi jika dilakukan tindakan yang pembedahan maupun secsio secaria yang tepat maka akan mendapatkan prognosis baik.

Kesimpulan

Disproporsi cephalopelvic adalah keadaan yang menggambarkan ketidaksesuaian antara kepala janin dan panggul ibu sehingga janin tidak dapat keluar melalui vagina. Disproporsi cephalopelvic disebabkan oleh panggul sempit, janin yang besar ataupun kombinasi keduanya. Penatalaksanaan pada CPD adalah dilakukan seksio sesarea. Evaluasi pasca persalinan sebaiknya dilakukan untuk menentukan prognosis persalinan berikutnya.

Daftar Pustaka

1. Cunningham, Leveno, Bloom, et all. Obstetri Williams volume 1. Edisi ke-23 .Jakarta: EGC; 2004.h.488-93.

2. Errol N, John S. At a glance: obstetri & ginekologi. Edisi ke-2. Jakarta: Erlangga; 2009.h. 76-9.

3. Sastrawinata S, Martaadisoebrata D, Wirahkusumah FF. Ilmu kesehatan reproduksi : obstetric patologi. Edisi ke 2. Jakarta : EGC ; 2005.h.38.

4. Mochtar,R. Sinopsis obstetri volume 2. Edisi ke-2. Jakarta: EGC; 2004.h.332-8.

5. Llewellyn D, Jones. Dasar-dasar obstetri dan ginekologi. Edisi ke-6. Jakarta: EGC; 2006.h.157-60.

6. Heller L. Gawat darurat ginekologi dan obstetri. Jakarta: EGC; 2004.h.115-9.

7. Farrer H. Perawatan maternitas. Edisi ke 2. Jakarta : EGC; 1999.h.161.Cephalopelvic DispropotionPage 13