skenario d blok 25-nia

21
KELOMPOK 6 2015 Skenario D Blok 25 Biostatistik & Epidemiologi Puskesmas yang berada di wilayah Keamatan A dipimpin oleh dr. achmad memiliki masalah kesehatan penting pada masyarakatnya yaitu masih tingginya Angka Kematian Bayi, tingginya prevalensi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), masalah kekurangan gizi pada ibu hamil dan balita, serta komplikasi dan penyulit persainan sepeti partus macet dan pendarahan postpartum. Dr. Achmad menduga ada kaitan antara BBLR dan penyulit persalinan dengan masalah kekurangan gizi pada ibu hamil, sehingga memutuskan mengadakan penelitian pada populasi di kecamatan tersebut. Maka disapkan rancangan penelitian pada populasi di kecamatan tersebut. Maka disiapkan rancangan penelitian epidemiologis, dengan mengambil variabel penelitian Berat Badan Lahir dan status gizi ibu dengan kehamilan aterm. Dr. Achmad mengambil 100 sampel ibu hamil aterm yang menderita kurang gizi dan 100 sampel ibu hamil yang cukup gizi. Sampel diikuti sampa semuanya melahirkan bayi. Terdapat 80 bayi BBLR pada kelompok ibu hamil yang kurang gizi, dan 10 bayi BBLR pada kelompok ibu hamil yang cukup gizi. Dr. achmad berharap menemukan hubungan antara faktor kurang gizi semasa kehamilan dan BBLR.

Upload: mandeep-dhillon

Post on 04-Dec-2015

223 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

gerghrthtj

TRANSCRIPT

Page 1: Skenario D Blok 25-Nia

KELOMPOK 6 2015

Skenario D Blok 25

Biostatistik & Epidemiologi

Puskesmas yang berada di wilayah Keamatan A dipimpin oleh dr. achmad memiliki masalah

kesehatan penting pada masyarakatnya yaitu masih tingginya Angka Kematian Bayi, tingginya

prevalensi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), masalah kekurangan gizi pada ibu hamil dan

balita, serta komplikasi dan penyulit persainan sepeti partus macet dan pendarahan postpartum.

Dr. Achmad menduga ada kaitan antara BBLR dan penyulit persalinan dengan masalah

kekurangan gizi pada ibu hamil, sehingga memutuskan mengadakan penelitian pada populasi di

kecamatan tersebut. Maka disapkan rancangan penelitian pada populasi di kecamatan tersebut.

Maka disiapkan rancangan penelitian epidemiologis, dengan mengambil variabel penelitian

Berat Badan Lahir dan status gizi ibu dengan kehamilan aterm. Dr. Achmad mengambil 100

sampel ibu hamil aterm yang menderita kurang gizi dan 100 sampel ibu hamil yang cukup gizi.

Sampel diikuti sampa semuanya melahirkan bayi. Terdapat 80 bayi BBLR pada kelompok ibu

hamil yang kurang gizi, dan 10 bayi BBLR pada kelompok ibu hamil yang cukup gizi.

Dr. achmad berharap menemukan hubungan antara faktor kurang gizi semasa kehamilan dan

BBLR.

Klarifikasi Istilah

BBLR : Bayi yang lahir dengan berat lahir kurang dari 2500 g

tanpa memandang masa kehamilan

Pendarahan postpartum : Perdarahan lebih dari 500 – 600 ml selama 24 jam setelah

anak lahir

Partus macet : Persalinan dengan tidak ada penurunan kepala lebih dari 1

jam untuk nulipara dan multipara

Penelitian epidemiologis : Penelitian yang dilakukan untuk menjelaskan etiologi dari

suatu penyakit atau sekelompok penyakit, gangguan, efek, kondisi,

kematian/ketidakmampuan melalui analisis pada data medis serta epidemiologi dengan

memakai manajemen informasi serta informasi yang bersumber dari setiap bidang atau

Page 2: Skenario D Blok 25-Nia

disiplin ilmu yang benar yang terjadi pada masyarakat

Variabel :Sesuatu yang dapat berubah; faktor atau unsur yang ikut

menentukan perubahan

Sampel : Sesuatu yang digunakan untuk menunjukkan sifat suatu

kelompok yang lebih besar

Identifikasi masalah

a) Paragraf 1- Puskesmas yang berada di wilayah Keamatan A dipimpin oleh dr. achmad

memiliki masalah kesehatan penting pada masyarakatnya yaitu masih tingginya Angka

Kematian Bayi, tingginya prevalensi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), masalah

kekurangan gizi pada ibu hamil dan balita, serta komplikasi dan penyulit persainan

sepeti partus macet dan pendarahan postpartum.

b) Paragraf 2 - Dr. Achmad menduga ada kaitan antara BBLR dan penyulit persalinan

dengan masalah kekurangan gizi pada ibu hamil, sehingga memutuskan mengadakan

penelitian pada populasi di kecamatan tersebut. Maka disapkan rancangan penelitian

pada populasi di kecamatan tersebut. Maka disiapkan rancangan penelitian

epidemiologis, dengan mengambil variabel penelitian Berat Badan Lahir dan status gizi

ibu dengan kehamilan aterm. Dr. Achmad mengambil 100 sampel ibu hamil aterm yang

menderita kurang gizi dan 100 sampel ibu hamil yang cukup gizi. Sampel diikuti sampa

semuanya melahirkan bayi. Terdapat 80 bayi BBLR pada kelompok ibu hamil yang

kurang gizi, dan 10 bayi BBLR pada kelompok ibu hamil yang cukup gizi.

c) Paragraf 3 - Dr. achmad berharap menemukan hubungan antara faktor kurang gizi

semasa kehamilan dan BBLR.

Page 3: Skenario D Blok 25-Nia

Analisis masalah

1. Paragraph 1

a. Bagaimana cara membuat rancangan penilitian untuk masalah-masalah pada kasus?

5,9.10,12

b. Bagaimana cara mengukur angka morbiditas dan mortalitas pada penelitian

epidemiologi? 1,3,5,7

c. Apa jenis penelitian epidemiologi yang digunakan oleh dr. Achmad? 2,4,6,

2. Paragraf 2

a. Apa tujuan dari penelitian epidemiologis? 3,11,1,

b. Bagaimana cara melakukan teknik sampling yang benar? 4,11,2

c. Bagaimana cara penghitungan besar sampel? 5,10,7,8

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penghitungan besar sampel adalah

1.jenis dan rancangan penelitian

2.tujuan penelitian&analisis

3.jumlah populasi atau sampel

4.Karakteristik populasi&cara pengambilan sampel (teknik sampling)

5.jenis (skala pengukuran) data (variabel dependen)Pa

Pada kondisi yang berbeda, cara penentuan besar sampel juga berbeda. Berdasarkan

jenisnya, dibedakan penelitian observasional atau eksperimen. Berdasarkan tujuan

penelitian atau analisisnya, dibedakan diskriptif atau inferensial (estimasi atau

peng jian hipotesis).

Berdasarkan jumlah populasi atau sampelnya, dibedakan satu populasi&sampelatau

lebih dari satu populasi&sampel.

Cara menghitung besar sampel suatu penelitian sangat ditentukan oleh desain penelitian

yang digunakan dan data yang diambil. Jenis penelitian observasional dengan

menggunakan disain cross-sectional akan berbeda dengan case-control study dan

khohor, demikian pula jika data yang dikumpulkan adalah proporsi akan beda dengan

jika data yang digunakan adalah data continue. Pada penelitian di bidang kesehatan

Page 4: Skenario D Blok 25-Nia

masyarakat, kebanyakan menggunakan disain atau pendekatan cross-sectional atau

belah lintang, meskipun ada beberapa yang menggunakan case control ataupun

khohor.

Rumus Sampel Penelitian Cross-sectional

Untuk penelitian survei, biasanya rumus yang bisa dipakai menggunakan proporsi

binomunal (binomunal proportions). Jika besar populasi (N) diketahui, maka dicari

dengan menggunakan rumus berikut:

Dengan jumlah populasi (N) yang diketahui, maka peneliti bisa melakukan pengambilan

sampel secara acak).

Namun apabila besar populasi (N) tidak diketahui atau (N-n)/(N-1)=1 maka besar sampel

dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Rumus Lemeshow

Rumus Lemeshow

Keterangan :

n = jumlah sampel minimal yang diperlukan

= derajat kepercayaan

p = proporsi anak yang diberi ASI secara eksklusif

q = 1-p (proporsi anak yang tidak diberi ASI secara eksklusif

d = limit dari error atau presisi absolut

Jika ditetapkan =0,05 atau Z1- /2 = 1,96 atau Z2

1- /2 = 1,962 atau dibulatkan menjadi 4, maka rumus untuk besar N yang diketahui

kadang-kadang diubah menjadi:

Penyederhanaan Rumus Lemeshow

Penyederhanaan Rumus Lemeshow

Page 5: Skenario D Blok 25-Nia

Rumus Sampel Penelitian Case Control dan Kohort

Rumus yang digunakan untuk mencari besar sampel baik case control maupun kohort

adalah sama, terutama jika menggunakan ukuran proporsi. Hanya saja untuk

penelitian khohor, ada juga yang menggunakan ukuran data kontinue (nilai mean).

Besar sampel untuk penelitian case control adalah bertujuan untuk mencari sampel

minimal untuk masing-masing kelompok kasus dan kelompok kontrol. Kadang

kadang peneliti membuat perbandingan antara jumlah sampel kelompok kasus dan

kontrol tidak harus 1 : 1, tetapi juga bisa 1: 2 atau 1 : 3 dengan tujuan untuk

memperoleh hasil yang lebih baik. Adapun rumus yang banyak dipakai untuk

mencari sampel

minimal penelitian case-control adalah sebagai berikut:

Rumus Sampel Case Control dan Kohort

Rumus Sampel Case Control dan Kohort

Pada penelitian khohor yang dicari adalah jumlah minimal untuk kelompok exposure dan

non-exposure atau kelompok terpapar dan tidak terpapar. Jika yang digunakan adalah

data proporsi maka untuk penelitian khohor nilai p0 pada rumus di atas sebagai

proporsi yang sakit pada populasi yang tidak terpapar dan p1 adalah proporsi yang

sakit pada populasi yang terpapar atau nilai p1 = p0 x RR (Relative Risk).

Jika nilai p adalah data kontinue (misalnya rata-rata berat badan, tinggi badan, IMT dan

sebagainya) atau tidak dalam bentuk proporsi, maka penentuan besar sampel untuk

kelompok dilakukan berdasarkan rumus berikut:

Rumus Sampel Case Control dan Kohort 2

Rumus Sampel Case Control dan Kohort 2

Page 6: Skenario D Blok 25-Nia

Penelitian Eksperimental

Menurut Supranto J (2000) untuk penelitian eksperimen dengan rancangan acak lengkap,

acak kelompok atau faktorial, secara sederhana dapat dirumuskan:

(t-1) (r-1) > 15

dimana : t = banyaknya kelompok perlakuan

j = jumlah replikasi

Contohnya: Jika jumlah perlakuan ada 4 buah, maka jumlah ulangan untuk tiap perlakuan

dapat dihitung:

(4 -1) (r-1) > 15

(r-1) > 15/3

r > 6

Untuk mengantisipasi hilangnya unit ekskperimen maka dilakukan koreksi dengan 1/(1-f)

di mana f adalah proporsi unit eksperimen yang hilang atau mengundur diri atau drop

out.

Referensi:

1. Bhisma-Murti, Prinsip dan Metoda Riset Epidemiologi, Gadjah Mata University

Press,1997

2. Lemeshow, S. & David W.H.Jr, 1997. Besar Sampel dalam Penelitian Kesehatan

(terjemahan), Gadjahmada University Press, Yogyakarta

3. Snedecor GW & Cochran WG, Statistical Methods 6th ed, Ames, IA: Iowa State

University Press, 1967

4. Supranto, J. 2000. Teknik Sampling untuk Survei dan Eksperimen. Penerbit PT Rineka

Cipta, Jakarta.

Page 7: Skenario D Blok 25-Nia

dalam sebuah penelitian karena hal ini digunakan untuk menentukan siapa saja anggota

dari populasi yang hendak dijadikan sampel. Untuk itu teknik sampling haruslah

secara jelas tergambarkan dalam rencana penelitian sehingga jelas dan tidak

membingungkan ketika terjun dilapangan.

Sugiyono (2011:62) mengelompokkan teknik sampling menjadi 2 (dua) yaitu

Probability Sampling dan Nonprobability Sampling. Probability Sampling yaitu teknik

pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur

(anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. (Sugiyono, 2011: 63).

Probability Sampling terdiri dari 4 (empat) macam yang akan dijelaskan sebagai

berikut:

1. Simple Random Sampling

Dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi

dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu

(Sugiyono, 2011:64).

2.Proportionate Stratified Random Sampling

Teknik ini digunakan bila populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen dan

berstrata secara proporsional (Sugiyono, 2011:64).

Contoh: Suatu perusahaan memiliki pegawai dengan pendidikan berstrata lulus (S1 = 50

orang; S2 = 30 orang; SMK = 800 orang; SMA = 400 orang; dan SD = 300 orang).

Maka contoh pengambilan sampel dengan teknik ini adalah dengan asumsi 10% dari

populasi masing-masing strata yang diambil. Jadi dari S1 diambil 5 orang (acak), S2

diambil 3 orang (acak), SMK diambil 80 orang (acak), SMA diambil 40 orang (acak),

dan SD diambil 30 orang (acak). Maka total sampel yang diambil adalah

5+3+80+40+30 = 158 orang.

3.Disproportionate Stratified Random Sampling

Teknik ini digunakan untuk menentukan jumlah sampel, bila populasi berstrata tetapi

Page 8: Skenario D Blok 25-Nia

kurang proporsional (Sugiyono, 2011:64).

Contoh: Suatu perusahaan memiliki pegawai dengan pendidikan berstrata lulus (S1 = 50

orang; S2 = 30 orang; SMK = 800 orang; SMA = 400 orang; dan SD = 300 orang).

Maka pengambilan sampel dengan teknik ini dilakukan secara bebas (seenaknya)

yaitu S1 diambil 50 orang atau semua populasi S1 dan S2 diambil 30 orang atau

semua populasi S2. Sementara kelompok strata yang lain diabaikan karena jumlah

populasinya terlalu besar. Sehingga total sampel yang digunakan adalah 50 + 30 =

80 orang.

4. Cluster Sampling (Area Sampling)

Teknik sampling daerah digunakan untuk menentukan sampel bila obyek yang akan diteliti

atau sumber data sangat luas (Sugiyono, 2011:65).

Contoh: Di kota Banyuwangi terdapat 30 SMP sebagai populasi. Karena itu pengambilan

sampelnya ditentukan sebesar 15 SMP saja dengan pemilihan secara random (acak).

Teknik sampel ini terdiri dari 2 tahap, yaitu (1) tahap penentuan sampel daerah, dan (2) tahap

penentuan orang-orang yang ada di daerah itu.

Sedangkan pada Nonprobability Sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak

memberi peluang/kesempatan yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk

dipilih menjadi anggota sampel. (Sugiyono, 2011: 66). Nonprobability Sampling terdiri dari

6 (enam) macam yang akan dijabarkan sebagai berikut ini:

Sampling Sistematis

Sampling Sistematis adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan dari anggota

populasi yang telah diberi nomor urut (Sugiyono, 2011:66).

Misalnya jumlah populasi 100 orang dan masing-masing diberi nomor urut 1 s/d 100.

Sampelnya dapat ditentukan dengan cara memilih orang dengan nomor urut ganjil

(1,3,5,7,9,…, dst) atau memilih orang dengan nomor urut genap (2,4,6,8,…,dst).

Sampling Kuota

Sampling Kuota adalah teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-

Page 9: Skenario D Blok 25-Nia

ciri tertentu sampai jumlah kuota yang diinginkan (Sugiyono, 2011:67).

Misalnya ingin melakukan penelitian tentang pendapat mahasiswa terhadap layanan kampus.

Jumlah sampel yang ditentukan adalah 500 mahasiswa. Kalau pengumpulan data belum

mencapai kuota 500 mahasiswa, maka penelitian dipandang belum selesai.

Sampling Insidental

Sampling Insidental adalah tekik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja

yang secara kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai

sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data

(Sugiyono, 2011:67).

Sampling Purposive

Sampling Purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu

(Sugiyono, 2011:68). Teknik ini paling cocok digunakan untuk penelitian kualitatif yang

tidak melakukan generalisasi.

Misalnya penelitian tentang kualitas makanan, maka sampel sumber datanya adalah orang

yang ahli makanan atau ahli gizi.

Sampling Jenuh

Sampling Jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan

sebagai sampel (Sugiyono, 2011:68).

Hal ini sering digunakan untuk penelitian dengan jumlah sampel dibawah 30 orang, atau

untuk penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan tingkat kesalahan yang sedikit

atau kecil.

Misalnya jika jumlah populasi 20 orang, maka 20 orang tersebutlah yang dijadikan sampel.

Snowball Sampling

Snowball Sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil,

kemudian membesar (Sugiyono, 2011:68).

Misalnya suatu penelitian menggunakan sampel sebanyak 10 orang, tetapi karena peneliti

merasa dengan 10 orang sampel ini datanya masih kurang lengkap, maka peneliti mencari

orang lain yang dirasa layak dan lebih tahu tentang penelitiannya dan mampu melengkapi

datanya.

Sugiyono. 2011. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Page 10: Skenario D Blok 25-Nia

e. Apa saja jenis variable pada penelitian ini?

f. Bagaimana cara mengolah data dan interpretasi data pada penelitian ini? 7,4,1,12

g. Apa saja resiko bias pada penelitian ini? 10,12,3,2,

3. Paragraf 3

a. Bagaimana cara membuat hipotesis yang benar? 5,6,9,12

b. Apa uji statistic yang tepat untuk kasus ini? 1,2,3,4

c. Bagaimana kriteria hipotesis yang dapat diterima? 7,8,9,10,11

1. Hipotesis harus mempunyai daya penjelas

Suatau hipotesis harus merupakan penjelasan yang mungkin mengenai apa yang seharusnya

diterangkan. Ini adalah ktriteria yang sudah jelas dan penting. Sebagi contoh, misalkan anda

mencoba menstater mesin mobil anda, ternyata mesin tidak mau hidup. Hipotesis yang

menyatakan bahwa mesin tidak mau hidup karena anda membiarkan air dikamar madi mengalir

keselokan, bukan merupakan penjelasan tepat. Hipotesis yang mengatakan bahwa akinya mati

adalah penjelasan yang tepat dan perlu diuji.

2. Hipotesis harus menyatakan hubungan yang diharapkan ada diantara variabel-variabel

Suatu hipotesis harus menerka atau menduga hubungan antara dua atau lebih variabel. Dalam

contoh kita diatas, tidak ada gunanya kita menyatakan bahwa “mesin mobil tersebut tidak akan

hidup dan mesin mobil itu mempiunyai jaring-jaring kabel”. Karena sama sekali tidak ada

hubungan antara variabel-variabel yang disebutkan itu. Sehingga tidak ada hubungan yang akan

diajukan untuk diuji.

Hipotesis yang baik akan berbunyi “mesin mobil tidak mau hidup karena ada ketidak bersan

pada jaringan kabelnya”. Kelihatannya kriteria ini sangat jelas tetapi lihat pernyataan berikut ini

apabila anak-anak berbeda satu sama lain dalm konsep diri, mereka akan berbeda satu sama lain

pula dalam hasil belajar ilmu pengetahuan sosial. Pernyataan ini tampaknya seperti suatu

hipotesis, sampai anda sadar bahwa tidak ada pernyataan apapun tentang hubungan yang

diharapkan.

Hubungan yang diharapkan dapat dituliskan dalam bentuk pernyataan konsep diri yang tinggi

mungkin merupakan penyebab hasil belajar yang lebih tinggi dalam bidang ilmu pengetahuan

sosial. Hipotesis itu kemudian dirumuskan akan terdapat hubungan positif atara konsep diri dan

hasil belajar ilmu pengetahuan sosial. Jika yang diramalkan adalah yang sebaliknya yakni konsep

Page 11: Skenario D Blok 25-Nia

diri yang lebih tinggi menjurus pada hasil belajar ilmu pengetahuan sosial yang lebih rendah,

maka hipotesis itu akan berbunyi akan terdapat hubungan negatif antara konsep diri dan hasil

belajar ilmu pengetahuan sosial. Kedua pernyataan itu masing-masing akan memenuhi kriteria

yang kedua ini.

3. Hipotesis harus dapat diuji

Dikatakan bahwa sifat terpenting dari hiotesis yang baik adalah kemampuannya untuk diuji.

Suatu hipotesis yang dapat diuji berarti daat ditahkikan (verifiable) artinya, deduksi,

kesimpulan, dan prakiraan dapat ditarik dari hipotesis tersebut sedemikian rupa, sehingga dapat

dilakukan pengamatan empiris yang akan mendukung atau tidak mendukung hipotesis tersebut.

Kalau hipotesis ini benar, maka beberapa akibat tertentu yang dpaat diramalkan harus tampak

nyata. Hipotesis yang dapat diuji memungkinkan peneliti menetapkan, berdasarkan pengamatan,

apakah akibat yang tersirat secara deduktif itu benar-benar terjadi atau tidak. Kalau tidak

demikian tidak mungkin kita akan dapat mengukuhkan atau tidak mengkuhakan hipotesis

tersebut. Dalam contoh kita, hipotesis yang berbunyi “kerusakan mesin mobil itu adalah

hukuman dosa-dosa saya“ rupanya tidak dapat diuji didunia ini.

Banyak hipotesis tau proposisi (pernyataan) yang pada dasarnya tidak dapat diuj. Misalnya

hipotesis pendidikan taman kanak-kanak meningkatkan penyesuaian diri anak sekolah dasar

secara menyeluruh“ akan sangat sulit diuji karaena sangat sulit merumuskan dan mengukur

penyesuaian diri secara menyeluruh ini. Contoh yang lain hipotesis yang berbunyi “penggunaan

karya Ditto dalam mata pelajaran seni, mematikan kreatifitas seni anak“, dalam hal ini kesulitan

itu dapat berupa perumusan dan pengukuran kreativitas seni, disamping petnetapan kriteria untuk

mentukan apakah telah terjadi proses pematian kreativitas atau tidak.

Agar dapat diuji hipotesis harus menghubungkan variabel-variabel yang dapat diukur. Apabila

tidak terdapat alat atau cara untuk mengukur variabel-variabel itu, maka kita tidak mungkin

dapat mengumpulkan data yang diperlukan untuk menguji validitas hipotesis tersebut. Ini tidak

melebih-lebihkan, jika peneliti dapat merumuskan secara spesifik indikator tiap-tiap variabel dan

kemudian mengukur variabel-variabel ini, maka hipotesis itu tidak dapat diuji.

Indikator variabel tersebut disebut batasan operasional. Seperti telah diterangkan sebelumnya

batasan operasional adalah batasan yang menetapkan suatu variabel dengan menyatakan opresi

atau prosedur yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut. Sebagai contoh hipotesis yang

Page 12: Skenario D Blok 25-Nia

berbunyi “ada hubungan positif antara rasa harga diri anak dan hasuil belajar membacanya di

kelas satu”. Agar hipotesis ini memenuhi kriteria dapat diterima, maka variabel-variabel dalam

hipotesis ini harus didefenisikan secara operasional. Rasa harga diri mungkin dirumuskan sebgai

skor yang diperoleh pada skal harga diri (menurut Coppersmith), sedangkan hasil belajar

membaca dirumuskan sebagai skor yang diperoleh pada tes membaca dari california atau

penilaian hasil belajar membaca yang dilakukan oleh guru-guru kelas satu.

Pertimbangan pertama dalam perumusan hipotesis adalah memastikan vabhwa variabel-variabel

dalam hipotesis tersebut telah diberi batasan secara operasional. Hindarilah pemakaian

pengertian yang akan sulit atau tidak mungkin diukur secara memadai. Pengertian-pengertian

seperti kreativitas, otoriterisme, demokrasi, dan sebagainya telah mempunyai arti yang macam-

macam, sehingga kesepakatan mengnai batasan-batasanoperasioanl konsep semacam itu akan

sulit dicapai, atau bahkan tidak mungkin salma sekali. Ingatlah bahwa variabel harus dirumuskan

berdasarkan tingkah laku yang dapat diidentifikasi dan diamati

4. Hipotesis hendaknya konsisten dengan pengetahuan yang sudah ada

Hipotesis yang dikemukakan hendaknya tidak bertentangan dengan hipotesis, teori, dan hukum-

hukum yang sebelumnya sudah mapan. Hipotesis “mobil saya tidak mau hidup karena air akinya

berubah menjadi emas“, pernytaan ini memenuhi tiga kriteria yang pertama, tetapi bertentangan

dengan apa yang diketahui orang tentang sifat-sifat benda, sehingga orang tidak akan

menyelidiki hipotesis tersebut. Hipotesis “mobil itu tidak mau hidup karena air akinya telah

meluap sampai ketingkat rendah” sesuai atau konsisten dengan pengetahuan sebelumnya, dan

karena itu perlu diselidiki. Mungkin tidak akan ada gunanya membuat hipotesis tentang tiadak

adanya hubungan antara konsep diri anak-anak remaja dan kecepatan pertumbuhan badan

mereka, karena bukti-bukti yang mendukung hubungan semacam itu sudah terlalu banyak.

Didalam sejarah ilmu pengetahuan diketahui bahwa orang-orang seperti Einstein, Newton,

Darwin, Copernicus, dan lain-lainnya telah mengmabngkan hipotesis yang benar-benar

revolusioner dan bertentangan dengan pengetahuan yang telah diterima orag pada masa itu.

Tetapi, harus diingat bahwa karya para pelopor itu bukan merupakan penolakan sama sekali

terhadap pengethuan sebelumnya, karena penemuan mereka merupakan penataan kembali

pengetahuan terdahulu menjadi teori yang lebih memuaskan. Dalam banyak hal, terutama bagi

peneliti pemula, dianjurkan agar hipotesis yang akan dibuat disesuaikan dengan pengetahuan

Page 13: Skenario D Blok 25-Nia

yang sudah mapan dibidang itu. Sekali lagi, hal ini menunjukkan pentingnya pemeriksaan

kepustakaan yang mendalam, sehingga hipotesis-hipotesis itu akan dapat dirumuskan

berdasarkan penelitian-penelitian dibidang tersebut yang telah dilaporkan sebelumnya.

5. Hipotesis hendaknya dinyatakan sesederhana dan seringkas mungkin

Menyatakan hipotesis secara sederhana bukan saja memudahkan pengujian hipotesis tersebut,

melainkan juga dapat menjadi dasar bagi enyusunan laporan yang jelas dan mudah dimengerti

pada akhir penyelidikan. Seringkali kita perlu memecah hipotesis yang sangat umum menjadi

beberapa hipotesis khusus, agar menjadi jelas dan dapat diuji. Juga disarankan agar bahasa atau

istilah yang dipakai dalam hipotesis tersebut sederhana, sehingga dapat diterima untuk

menyampaikan maksud yang dikehendaki.

Banyak rumusan hipotesis yang ditolak sesudah diuji secara empiris. Hipotesis tersebut adalah

ramalan yang tidak didukung oleh data. Dalam sejarah enelitian ilmiah, hipotesis yang tidak

berhasil didukung oleh data jauh lebih banyak dari pada hipotesis yang didukung oleh data. Para

peneliti yang telah berpengalaman sadar bahwa hipotesis yang ditolak itu merupakan bagian dari

pengalaman ilmiah yang telah diperkirakan dan juga berguna. Hipotesis yang ditolak itu dapat

menyebabkan ditinjaunya kembali teori itu dan sering dapat meberikan keterangan yang lebih

dekat danlebih besar mengenai keadaan yang sebenarnya.

Hipotesis yang tidak didukung oleh data apapun mungkin ada gunanya, karena hipotesis tersebut

menunjukkan perlunya dipertimbangkan aspek-aspek lain dari suatu masalah. Dengan demikian

dapat membawa peneliti selangkah lebih dekat kepada penjelasan yang dapat diterima. Dalam

merumuskan hipotesis yang pertama harus diperhatikan adalah menghindari kekaburan atau

ketidakjelasan.

Meskipun suatu hipotesis telah mendapat dukungan data, tidak berarti bahwa hipotesis tersebut

terbukti benar, kecuali dalam hal induksi sempurna. Hipotesis tidak pernah terbukti. Hipotesis

hanya dapat dinyatakan didukung atau tidak didukung oleh data. Hipotesis pada dasarnya

bersifat mungkin, bukti-bukti empiris yang diperoleh dapat membuat peneliti berkesimpulan

bahwa penjelasan tersebut mungkin benar, atau bahwa ia pantas menerima hipotesis tersebut,

tetapi tidak pernah membuktikan hipotasis.

.Learning Issue

Page 14: Skenario D Blok 25-Nia

Penelitian epidemiologi 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12

Hipotesis

Penelitian yang dilakukan oleh dr. Achmad adalah penelitian epidemiologi deskriptif.

JAWABAN DIKIRIM MULAI DARI HARI SELASA 19/05/2015 JAM 4.00PM– 7.00PM.

The last 3 who sends, will be decided for Printing the report, making PPT and Beloved Presentator.

Email your answers to the one and only : [email protected]

1. Adil

2. Izza

3. Niko

4. Audy

5. Okta

6. Bagus

7. Sintong

8. Nia

9. Rozak

10. Geethaa

11. Mandeep

12. Karthik

Tutor: dr. Debby H.H, M.Kes (081994877961) Email Dokter : [email protected]