bab i blok 12.docx

Upload: boby-goalers

Post on 08-Feb-2018

233 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 BAB I blok 12.docx

    1/21

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Leptospirosis adalah suatu penyakit zoonosis yang disebabkan oleh mikro organisme

    Leptospira interogans tanpa memandang bentuk spesifik serotipenya. Pada tahun 1886, Adolf

    Weil pertama kali melaporkan penelitiannya tentang penyakit ini. Ia menemukan bahwa penyakit

    ini menyerang manusia dengan gejala demam, ikterus, pembesaran hati dan limpa, serta

    kerusakan ginjal. Leptospirosis sering luput dari diagnosis karena gejala klinis yang tidak

    spesifik dan sulit dilakukan konfirmasi diagnosa tanpa uji labolatorium. Leptospirosis telah

    muncul dibeberapa negara sehingga menjadikan leptospirosis sebagai salah satu penyakit yangperlu diperhatikan.

    Pada kasus kali ini, seorang pasien datang dengan gejala-gejala yang menunjukkan

    bahwa pasien mengalami leptospirosis, tetapi kita harus memastikannya dengan prosedur yang

    sudah ditentukan sebelumnya, yaitu dimulai dari anamnesis yang sesuai, lengkap, dan

    menunjang, kemudian pemeriksaan fisik, dilanjutkan dengan pemeriksaan penunjang, kemudian

    dari hasil pemeriksaan bisa ditentukan working dan differential diagnosis, setelah itu ditentukan

    etiologi dan epidemiologi serta patofisiologi penyakit tersebut, sampai timbul gejala-

    gejala/manifestasi kliniknya. Pasien datang tidak selalu dalam keadaan penyakit masih ringan,

    maka perlu diketahui komplikasi yang mungkin terjadi. Setelah diketahui semua diatas, maka

    perlu dilakukan penatalaksanaan, serta yang paling penting adalah di edukasikan ke pasien

    mengenai pencegahan terjadinya penyakit ini yang berguna untuk kemudian hari. Yang terakhir

    adalah penentuan prognosis pasien terhadap penyakit tertentu.

    1.2 Tujuan

    Untuk mengetahui bagaimana cara melakukan anamnesis yang baik dan apa saja

    pemeriksaan yang tepat untuk pasien. Dari pemeriksaan tersebut kita dapat mengetahui penyakit

    pasien dan mempelajari proses kehidupan dan penularan penyakit pasien. Sehingga kita dapat

    melakukan pencegahan dan pengobatan yang baik dan benar pada pasien, supaya sembuh.

  • 7/22/2019 BAB I blok 12.docx

    2/21

    2

    BAB II

    PEMBAHASAN

    2.1 Anamnesis

    Seorang dokter harus melakukan wawancara yang seksama terhadap pasiennya atau

    keluarga dekatnya mengenai masalah yang menyebabkan pasien mendatangi pusat pelayanan

    kesehatan. Anamnesis adalah wawancara yang dapat mengarahkan masalah pasien ke diagnosis

    penyakit tertentu. Anamnesis memiliki tujuan untuk menentukan diagnosis kemungkinan

    sehingga membantu menentukan langkah pemeriksaan selanjutnya, termasuk pemeriksaan fisik

    dan penunjang. Tehnik anamnesis yang baik disertai dengan empati merupakan seni tersendiri

    dalam rangkaian pemeriksaan pasien secara keseluruhan dalam usaha untuk membuka salurankomunikasi antara dokter dengan pasien. Empati mendorong keinginan pasien agar sembuh

    karena rasa percaya kepada dokter. Penting diperhatikan bahwa fakta yang terungkap selama

    anamnesis harus dirahasiakan meskipun di zaman yang modern ada beberapa bagian yang dapat

    dikecualikan.1

    Buatlah catatan penting selama melakukan anamnesis sebelum dituliskan secara lebih

    baik didalam status pasien. Status adalah catatan medik pasien yang memuat semua catatan

    mengenai penyakit pasien dan perjalanan penyakit pasien. Anamnesis dapat langsung dilakukan

    terhadap pasien (auto-anamnesis) atau terhadap keluarganya atau pengantarnya (alo-anamnesis)

    bila keadaan pasien tidak memungkinkan untuk diwawancarai. Dalam melakukan anamnesis,

    tanyakanlah hal-hal yang logik mengenai penyakit pasien, dengarkan dengan baik apa yang

    dikatakan pasien, jangan memotong pembicaraan pasien bila tidak perlu. Selain melakukan

    wawancara (verbal),maka selama anamnesis juga harus diperhatikan tingkah laku non verbal

    yang secara tidak sadar ditunjukkan oleh pasien.1

    Anamnesis yang baik akan terdiri dari identitas, keluhan utama, riwayat penyakit

    sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit dalam keluarga, anamnesis susunan sistem

    dan anamnesis pribadi (meliputi keadaan sosial ekonomi, budaya, kebiasaan, obat-obatan,

    lingkungan). Pasien dengan sakit menahun, perlu dicatat pasang-surut kesehatannya, termasuk

    obat-obatannya dan aktivitas sehari-harinya.1

  • 7/22/2019 BAB I blok 12.docx

    3/21

    3

    Identitas meliputi nama lengkap pasien, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin, nama

    orang tua atau suami atau isteri atau penanggung jawab, alamat, pendidikan, pekerjaan, suku

    bangsa dan agama. Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan pasien yang membawa pasien

    pergi ke dokter yang ditambahkan keterangan waktu mulai keluhan itu dirasakan. Riwayat

    perjalanan penyakit sekarang merupakan cerita yang kronologis, terinci dan jelas mengenai

    keadaan kesehatan pasien sejak sebelum keluhan utama sampai pasien datang berobat. Setelah

    semua data terkumpul, usahakan untuk membuat diagnosis sementara dan diagnosis diferensial.

    Bila mungkin, singkirkan diagnosis diferensial, dengan menanyakan tanda-tanda positif dan

    tanda-tanda negatif dari diagnosis yang paling mungkin. Riwayat penyakit dahulu bertujuan

    untuk mengetahui kemungkinan hubungan antara penyakit yang pernah diderita dengan

    penyakitnya sekarang.1

    Riwayat penyakit keluarga merupakan bagaian anamnesa yang penting untuk mencari

    kemungkinan penyakit herediter, familial atau penyakit infeksi. Riwayat pribadi meliputi data-

    data sosial, ekonomi, pendidikan dan kebiasaan. Perlu ditanyakan pula apakah pasien

    mengalami kesulitan dalam kehidupan sehari-hari seperti masalah keuangan, pekerjaan dan

    sebagainya. Kebiasaan pasien yang juga harus ditanyakan adalah kebiasan merokok, minum

    alkohol, termasuk penyalahgunaan obat-obat terlarang (narkoba). Pasien-pasien yang sering

    melakukan perjalanan juga harus ditanyakan tujuan perjalanan yang telah dilakukan untuk

    mencari kemungkinan tertular penyakit infeksi tertentu di tempat tujuan perjalanannya. Yang

    tidak kalah pentingnya adalah anamnesis mengenai lingkungan tempat tinggalnya, termasuk

    keadaan rumahnya, sanitasi, sumber air minum, ventilasi, tempat pembuangan sampah dan

    sebagainya.1

    2.2 Pemeriksaan Fisik

    Pemeriksaan fisik mempunyai nilai yang sangat penting untuk memperkuat temuan-

    temuan dalam anamnesis. Teknik pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan visual atau

    pemeriksaan pandang (inspeksi), pemeriksaan raba (palpasi), pemeriksaan ketok (perkusi), dan

    pemeriksaan dengar dengan menggunakan stetoskop (auskultasi). Sikap sopan santun dan rasa

    hormat terhadap tubuh dan pribadi pasien yang sedang diperiksa harus diperhatikan dengan baik

    oleh pemeriksa.1

  • 7/22/2019 BAB I blok 12.docx

    4/21

    4

    Dokter akan melaksanakan pemeriksaan fisik yang komprehensif pada sebagian besar

    pasien baru atau pasien yang masuk rumah sakit. Pada pemeriksaan fisik secara komprehensif

    seorang dokter perlu memperhatikan beberapa hal, yaitu keadaan umum pasien, pemeriksaan

    tanda-tanda vital, pemeriksaan kulit, kepala, mata, telinga, hidung, dan tenggorokan,

    pemeriksaan leher, punggung, thoraks atau dada, kelenjar limfe yang penting menentukan

    diagnosis, jantung, abdomen, ekstremitas atas maupun bawah. Pada pemeriksaan keadaan

    umum pasien, perhatikan tinggi badan, perawakan dan perkembangan seksualnya. Tanyakan

    berat badan pasien. Perhatikan postur tubuh, aktivitas motorik, serta cara berjalannya; cara ber-

    pakaian, kerapihan, serta kebersihan dirinya; dan setiap bau badan atau napasnya. Amati

    ekspresi wajah pasien dan perhatikan tingkah laku, dan reaksi terhadap orang lain serta benda-

    benda di lingkungannya. Dengarkan cara pasien berbicara dan perhatikan status kewaspadaan

    atau tingkat kesadarannya.2

    Pemeriksaan yang dilakukan pada pemeriksaan fisik terutama adalah pemeriksaan tanda-

    tanda vital. Pengkajian tanda vital meliputi pemeriksaan suhu, nadi, pernapasan, dan tekanan

    darah adalah tanggung jawab dasar keperawatan dan merupakan metode yang penting untuk

    memantau fungsi tubuh yang vital. Pengukuran yang perlu dilakukan adalah pengukuran

    tekanan darah, frekuensi denyut nadi, dan frekuensi respirasi. Jika ada indikasi, ukur juga suhu

    tubuh. Tanda-tanda vital memberi gambaran tentang fungsi organ-organ spesifik terutama

    jantung dan paru-paru dan juga seluruh sistem tubuh. Pekerja kesehatan mengobservasi tanda-

    tanda vital untuk membentuk pengukuran dasar, mengamati kencederungan, mengidentifikasi

    masalah fisiologis dan memantau respons klien terhadap terapi. Selama pengkajian fisik

    lengkap, dokter akan mengukur semua tanda-tanda vital sekaligus, atau akan menggabungkan

    tanda vital ke dalam langkah pengkajian yang berbeda. Karena hasil yang abnormal dapat

    memberi tahu Anda tentang masalah yang mungkin timbul, Anda lebih baik melakukan

    pengukuran semua tanda vital di bagian awal.2,3

    Nadi merupakan refleksi perifer dari kerja jantung dan penjalaran gelombang dari

    proksimal (pangkal aorta) ke distal. Gelombang nadi tidak bersamaan dengan aliran darah tetapi

    menjalar lebih cepat. Intensitas nadi berhubungan dengan karakteristik pembuluh darah dan

    tekanan nadi. Kecepatan denyut nadi normal pada dewasa yang sehat berkisar dari 50-100

    denyut/menit. Kecepatan pernapasan dan polanya dikendalikan oleh kemosensor-kemosensor

  • 7/22/2019 BAB I blok 12.docx

    5/21

    5

    dan otak. Untuk orang normal, peningkatan konsentrasi karbondioksida dan ion hidrogen dalam

    darah merangsang peningkatan ventilasi. Pemeriksa harus waspada bahwa, peningkatan

    kecepatan pernapasan involunter sering terjadi bila subjek menyadari bahwa pernapasannya

    sedang diamati. Untuk alasan ini, penghitungan kecepatan pernapasan dilakukan secara diam-

    diam. Kecepatan pernapasan normal adalah 12-18x/menit pada orang dewasa. Sistem-sistem

    enzim mamalia dan juga manusia bekerja dengan baik pada satu rentang suhu yang sempit. Oleh

    karena itu suhu tubuh manusia berada pada keadaan yang cukup konstan. Suhu tubuh fisiologis

    manusia rata-rata adalah 37oC. Tekanan darah diukur dalam torr, singkatan dari torricelli, satuan

    tekanan yang sebelumnya dikenali sebagai milimeter air-raksa. Tekanan darah normal pada

    kebanyakan orang dewasa sehat berkisar antara 90/50 dengan 140/90.2

    Pemeriksaan dilanjutkan dengan terhadap kepala, mata, telinga, hidung, dan

    tenggorokan. Terutama pada kasus ini adalah pemeriksaan mata. Untuk mata adalah dengan

    melakukan tes ketajaman visus dan pemeriksaan skrining lapang pandang. Perhatikan posisi dan

    kelurusan kedua mata. Observasi kelopak mata dan inspeksi sklera serta konjungtiva tiap-tiap

    mata. Dengan penyinaran yang arahnya menyilang dari samping, inspeksi tiap-tiap kornea, iris,

    dan lensa.2

    Gambar 1. Regio Abdomen pada Pemeriksaan Fisik.3

    Kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan thoraks posterior dan paru-paru. Inspeksi dan

    palpasi tulang belakang serta otot-otot punggung sebelah atas. Inspeksi, palpasi dan perkusi dada.

    Tentukan ketinggian suara pekak diafragma pada perkusi setiap sisi dada. Dengarkan bunyi

  • 7/22/2019 BAB I blok 12.docx

    6/21

    6

    pernapasan. Dilanjutkan dengan toraks anterior dan paru-paru. Lakukan inspeksi, palpasi, dan

    perkusipada dada. Dengarkan bunyi pernapasan juga. Pemeriksaan selanjutnya adalah pemeriksaan

    sistem kardiovaskular. Dengarkan bunyi jantung pada daerah apeks kordis dan margo sternalis

    inferior dengan menggunakan stetoskop. Dengarkan bunyi jantung pada setiap daerah auskultatorik

    dengan stetoskop membran. Dengarkan bunyi jantung pertama dan kedua, serta splitting

    fisiologik bunyi jantung kedua dan kemungkinan murmur. Pemeriksaan yang cukup penting

    untuk diagnosis pasien adalah pemeriksaan abdomen. Yang dilakukan dengan inspeksi,

    auskultasi, dan perkusi pada abdomen. Palpasi abdomen dengan lembut, kemudian lakukan

    palpasi yang dalam. Lakukan pemeriksaan hepar dan lien dengan perkusi dan kemudian palpasi.

    Coba meraba kedua ginjal, dan lakukan pula palpasi aorta serta pulsasinya. Jika Anda

    mencurigai adanya infeksi ginjal, lakukan perkusi di daerah posterior pada sudut kostovertebralis

    (Gambar 1).2

    Kasus ini, dimana pasien mengeluh pada nyeri tekan betis, pemeriksaan penting juga

    pada ekstremitas bawahnya.Observasi setiap gerakan yang abnormal. Pemeriksaan pada sendi

    dan otot dilakukan dengan inspeksi dan palpasi untuk mengetahui adanya pembengkakan,

    perubahan warna, rasa panas, dan nyeri tekan.2,3

    2.3 Pemeriksaan Penunjang

    Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk konfirmasi penyakit leptospirosis atau

    keberadaan Leptospira adalah dengan melakukan pemeriksaan darah rutin, uji serologi, kultur,

    dan juga pemeriksaan mikroskopik. Pada pemeriksaan laboratorium darah akan mendapatkan

    hasil sebagai berikut:1,4-5

    1. Hemoglobin (Hb): Prosedur pengambilan sampelnya tidak ada pembatasan pada asupanmakanan atau minuman. Selain itu, turniket yang terpasang harus kurang dari satu menit.

    Bila pengambilan darah lewat darah vena, darah yang dikumpulkan berjumlah 3 sampai 5

    ml dalam tabung tertutup lembayung. Kadar normal Hb adalah pria dewasa: 13.5-17 g/dl,

    wanita dewasa: 12-15 g/dl, bayi baru lahir: 14-24 g/dl, bayi: 10-17 g/dl, anak: 11-16 g/dl.

    2. Hematokrit (Ht): Prosedur pengambilan sampelnya tidak ada pembatasan pada asupanmakanan atau minuman. Selain itu, turniket yang terpasang harus kurang dari dua menit.

    Bila pengambilan darah lewat darah vena, darah yang dikumpulkan berjumlah 3 sampai 5

  • 7/22/2019 BAB I blok 12.docx

    7/21

    7

    ml dalam tabung tertutup lembayung. Kadar normal Ht adalah pria dewasa: 40-54%,

    wanita dewasa:36-46%, bayi baru lahir: 44-65%, usia 1 sampai 3 tahun: 29-40%, usia 4-

    10 tahun: 31-43%.

    3. Sel darah putih (Leukosit): Untuk mengkaji nilai sel darah putih adalah dari hitung darahlengkap. Hal ini dilakukan untuk menentukan adanya infeksi. Jumlah normal sel darah

    putih adalah dewasa: 4500-10000 l, bayi baru lahir: 9000-30000 l, usia 2 tahun: 6000-

    17000 l, usia 10 tahun: 4500-13500 l.

    4. Trombosit: Prosedur pengambilan sampelnya tidak ada pembatasan pada asupanmakanan atau minuman. Bila pengambilan darah lewat darah vena, darah yang

    dikumpulkan berjumlah 3 sampai 5 ml dalam tabung tertutup lembayung. Jumlah normal

    trombosit adalah dewasa: 150000-400000 l, prematur: 100000-300000 l, bayi baru

    lahir: 150000-300000 l, bayi: 200000-475000 l.

    5. Albumin dan globulin: Prosedur pengambilan sampelnya tidak ada pembatasan padaasupan makanan atau minuman. Pengambilan darah vena sebanyak 5-7 ml ditampung

    dalam tabung bertutup merah, cegah terjadinya hemolisis. Kadar normal albumin adalah

    3.5-5.0 g/dl, kadar normal globulin adalah 1.5-3.5 g/dl.

    6. Bilirubin total: Prosedur pengambilan sampelnya harus dengan status puasa kecualiasupan air. Pengambilan darah lewat darah vena, darah yang dikumpulkan 3 sampai 5 ml

    dalam tabung bertutup merah. Kadar normal bilirubin total adalah dewasa: 0.1-1.2 mg/dl,

    bayi baru lahir: 1-12 mg/dl, anak: 0.2-0.8 mg/dl.

    7. Ureum: Prosedur pengambilan sampelnya dianjurkan puasa selama 8 jam sebelumnya.Pengambilan darah lewat darah vena, darah yang dikumpulkan 3 sampai 5 ml di tabung

    bertutup merah, cegah terjadinya hemolisis. Kadar normal ureum adalah dewasa: 5-25

    mg/dl, bayi: 5-15 mg/dl, anak 5-20 mg/dl, lansia: nilai ditemukan sedikit lebih tinggi

    daripada dewasa.

    8. Kreatinin: Prosedur pengambilan sampelnya pada malam sebelum uji dilakukan, pasientidak boleh mengonsumsi daging merah. Pengambilan darah lewat darah vena, darah

    yang dikumpulkan 3 sampai 5 ml di tabung bertutup merah. Kadar normal kreatinin

    adalah dewasa: 0.5-1.5 mg/dl (wanita kadarnya lebih rendah karena massa ototnya yang

    lebih kecil), bayi baru lahir: 0.8-1.4 mg/dl, bayi: 0.7-1.7 mg/dl, anak (2-6 tahun): 0.3-0.6

    mg/dl, anak yang lebih tua: 0.4-1.2 (kadar agak meningkat seiring bertambahnya usia,

  • 7/22/2019 BAB I blok 12.docx

    8/21

    8

    akibat pertambahan massa otot), lansia: kadarnya berkurang akibat penurunan massa otot

    dan penurunan produksi kreatinin.

    Bakteri Leptospira terlalu halus untuk dapat dilihat dengan mikroskop lapangan terang,

    tetapi dapat dilihat jelas dengan mikroskop lapangan gelap atau mikroskop fase kontras.

    Pemeriksaan lapangan gelap atau sediaan darah tebal yang diwarnai dengan Giemsa sesekali

    menunjukkan Leptospira di dalam darah segar yang berasal dari infeksi dini. Pemeriksaan

    lapangan gelap dari urin yang disentrifugasi dapat memberikan hasil pemeriksaan positif.

    Pemeriksaan kultur dilakukan dengan mengambil spesimen dari darah atau CSS segera pada

    awal gejala. Dianjurkan untuk melakukan kultur ganda dan mengambil spesimen pada fase

    leptospiremia serta belum diberi antibiotik. Kultur urine diambil setelah 2-4 minggu onset

    penyakit. Jenis uji serologi dapat dilihat pada Tabel 1. Pemeriksaan untuk mendeteksi adanya

    leptospira dengan cepat adalah dengan pemeriksaan Polymerase Chain Reaction (PCR), silver

    stainataufluroscent antibody stain.1,6

    Tabel 1. Tabel Jenis Uji Serologi pada Leptospirosis.3

    Microscopic

    Agglutination Test(MAT)

    Microscopic Sli de

    Agglutination Test (MSAT)Uji carik celup:

    Lepto dip-stick. Leto Tek Lateral Flow.

    Aglutinasi lateks kering/Lepto Tek Dry-

    Dot.Indirect Flourescent Antibody Test

    (IFAT)

    Indirect Haemagglutination Test (IHA)Uji aglutinasi lateks

    Complement Fixation Test (CFT)

    Enzyme-linked Immunosorbant Assay

    (ELISA)

    Microcapsule Agglutination Test

    Patoc-slide Agglutination Test (PSAT)Sensitized Erythrocyte Lysis Test (SEL)

    Counter Immune Electrophoresis (CIE)

    2.4 Working Diagnosis

    Seorang laki-laki berusia 40 tahun datang ke poliklinik karena panas tinggi menggigil

  • 7/22/2019 BAB I blok 12.docx

    9/21

    9

    sejak 4 hari yang lalu, panas terus menerus terutama siang sampai malam hari. Nyeri tekan pada

    betis pasien sejak 5 hari sebelumnya. Daerah tempat tinggalnya banjir 1 minggu yang lalu.

    Penyakit leptospirosis tidak memiliki tanda khas, sehingga penyakit ini sering luput dari

    diagnosa, karena gejala klinis yang ditunjukkan pada pasien bisa merupakan gejala penyakit lain.

    Tetapi berdasarkan pada masa inkubasi 2-26 hari dengan gambaran klinis yang sering terjadi

    seperti demam, menggigil, conjungtivitis, hepatomegali, mialgia, dan lain-lain. Dan cara masuk

    Leptospira ke dalam tubuh manusia melalui kulit, menuju darah dan menyebar, serta setelah

    memasuki fase imun, akan timbul sakit pada otot-otot terutama otot betis. Maka bisa kita bilang

    ini merupakan penyakit leptospirosis, walaupun memang perlu diadakan pemastian diagnosa ini

    melalui pemeriksaan laboratorium untuk darah, CSS (Cairan Serebro Spinalis), dan sebagainya.1

    2.5 Differential Diagnosis

    1. Malaria.Merupakan penyakit yang muncul pada daerah tropis yang membahayakan nyawa yang

    disebabkan oleh infeksi protozoa bernamaPlasmodiumyang ditransmisikan oleh nyamuk

    Anopheles sp. betina. Persamaan malaria dan leptospirosis adalah timbulnya demam

    dengan menggigil. Tetapi malaria memiliki masa periodisitas demamnya pada siang hari,

    sedangkan pasien tidak demam pada siang hari. Malaria juga memiliki manifestasi klinik

    berupa ikterus yang juga dimiliki leptospirosis tetapi kasus ikterus pada malaria hanya

    50%.4

    2. DBD/Demam Berdarah DengueDemam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus

    dengue yang termasuk genus Flavivirus dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot

    dan/atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia, dan

    deatesis hemoragik. Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai dengan

    hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga tubuh.

    Sindrom renjatan dengue adalah demam berdarah dengue yang ditandai oleh

    renjatan/syok. Pada umumnya pasien mengalami fase demam selama 2-7 hari, yang

    diikuti oleh fase kritis selama 2-3 hari. Pada tes laboratorium penderita DBD, akan

    ditemukan leukosit normal ataupun menurun, mulai hari ketiga dapat ditemui limfositosis

  • 7/22/2019 BAB I blok 12.docx

    10/21

    10

    relatif (>45% dari total leukosit) disertai adanya limfosit plasma biru (LBP) >15% dari

    jumlah total leukosit yang pada fase syok akan meningkat. Trombosit pada umumnya

    terdapat trombositopenia pada hari ke-3 sampai 8. Terjadi kebocoran plasma dibuktikan

    dengan peningkatan hematokrit > 20% dari hematokrit awal, umumnya dimulai pada hari

    ke-3 demam. Pada albumin, dapat terjadi hipoproteinemia akibat kebocoran plasma.

    Ureum dan kreatinin bisa juga terdeteksi bila terjadi kerusakan fungsi ginjal. Meskipun

    kemiripan DBD dan Leptospirosis cukup tinggi, tetapi dari pemeriksaan laboratorium,

    jumlah hematokrit pada DBD meningkat sedangkan pada leptospirosis kurang juga

    dengan jumlah trombosit pada DBD berkurang, sedangkan pada leptospirosis tetap, juga

    untuk memastikan bisa dilakukan kultur atau uji mikroskopik.1

    3. Hepatitis A.Hepatitis adalah penyakit infeksi hati yang disebabkan oleh HAV. Penularannya terjadi

    secara fekal-oral melalui air atau makanan yang terkontaminasi. Manifestasi klinik yang

    diberikan hepatitis memang tidak begitu berbeda satu dengan yang lain, dengan gejala

    demam rendah diikuti mialgia ringan, dan juga terdapat ikterus dengan hepatomegali

    ditemukan hampir disemua pasien. Sedangkan pada leptospirosis, masa inkubasi hanya 2-

    26 hari, demam tinggi, mialgia berat sehingga membedakan dari gejala pada pasien.4

    2.6 Etiologi

    Leptospirosis disebabkan oleh genus Leptospira, famili treponematacae, suatu

    mikroorganisme Spirochaeta. Ciri khas organisme ini yakni berbelit, tipis, fleksibel, dengan

    panjang 5 - 15m, dengan spiral yang sangat halus, lebarnya 0,1 - 0,2m (Gambar 2). Salah

    satu ujung organisme sering membengkok, membentuk suatu kait. Terdapat gerak rotasi aktif,

    tetapi tidak ditemukan adanya flagella. Spirochaeta ini demikian halus sehingga dalam

    mikroskop lapangan gelap hanya dapat terlihat sebagai rantai kokus kecil-kecil. Dengan

    pemeriksaan lapangan redup pada mikroskop biasa morfologi leptospira secara umum dapat

    dilihat. Untuk mengamati lebih jelas gerakan leptospira digunakan mikroskop lapangan gelap

    (darkfield microscope).Leptospira membutuhkan media dan kondisi yang khusus untuk tumbuh

    dan mungkin membutuhkan waktu berminggu-minggu untuk membuat kultur yang positif.

    Dengan medium Fletchers dapat tumbuh dengan baik sebagai obligat aerob.1

  • 7/22/2019 BAB I blok 12.docx

    11/21

    11

    Gambar 2.Leptospira.1

    Secara sederhana, genusLeptospiraterdiri atas dua spesies :Leptospira interrogansyang

    patogen dan Leptospira biflexa yang non patogen. Tujuh spesies dari leptospira patogen

    sekarang ini telah diketahui dasar ikatan DNA-nya, namun lebih praktis dalam klinik dan

    epidemiologi menggunakan klasifikasi yang didasarkan atas perbedaan serologis. Spesies L.

    interrogansdibagi menjadi beberapa serogrup dan serogrup ini dibagi menjadi banyak serovar

    menurut komposisi antigennya. Saat ini telah ditemukan lebih dari 250 serovar yang tergabung

    dalam 23 serogrup. Beberapa serovar L. interrogans yang dapat menginfeksi manusia di

    antaranya adalah: L. icterohaemorrhagiae, L. canicola, L. pomona, L. grippothyphosa, L.

    javanica, L. celledoni, L. ballum, L. pyrogenes, L. automnalis, L. hebdomadis, L. batavjae, L.

    tarassovi, L. panama, L. andamana, L. shermani, L. ranarum, L. bufonis, L. copenhageni, L.

    australis, L. cynopteri dan lain-lain. Menurut beberapa peneliti, yang tersering menginfeksi

    manusia adalah L. icterohaemorrhagiae dengan reservoir tikus, L. canicola dengan reservoir

    anjing, dan L. pomona dengan reservoir sapi dan babi.1

    2.7 Epidemiologi

    Leptospirosis tersebar di seluruh dunia, disemua benua kecuali benua Antartika, namun

    terbanyak didapati didaerah tropis. Leptospira bisa terdapat pada binatang piaraan seperti

    anjing, babi, lembu, kuda, kucing, marmut atau binatang-binatang pengerat lainnya seperti tikus,

    tupai, musang, kelelawar, dan lain sebagainya. Di dalam tubuh binatang tersebut, leptospira

    hidup di dalam ginjal/air kemihnya. Tikus merupakan vektor yang utama dari L.

    icterohaemorrhagicapenyebab leptospirosis pada manusia. Dalam tubuh tikus, leptospira akan

    menetap dan membentuk koloni serta berkembang biak di dalam epitel tubulus ginjal tikus dan

  • 7/22/2019 BAB I blok 12.docx

    12/21

    12

    secara terus menerus dan ikut mengalir dalam filtrat urine. Penyakit ini bersifat musiman, di

    daerah beriklim sedang masa puncak insidens dijumpai pada musim panas dan musim gugur

    karena temperatur adalah faktor yang mempengaruhi kelangsungan hidup leptospira, sedangkan

    didaerah tropis insidens tertinggi terjadi selama musim hujan.1

    Manusia biasanya merupakan hospes akhir, penularan antar manusia sangat langka.

    Sebagian besar kasus terjadi pada laki-laki dewasa muda. Kontak tidak langsung dengan hewan

    terinfeksi, melalui air atau tanah yang tercemar urin terinfeksi, merupakan sebab yang lebih

    sering terjadi pada manusia, bila dibandingkan dengan kontak langsung. Bakteri Leptospiratelah

    diisolasi dari sekitar 160 spesies mamalia di daerah beriklim sedang. Pada manusia, penyakit

    leptospirosis pernah timbul pada bayi yang mendapat ASI dari ibu yang terjangkitLeptospira.6

    International Leptospirosis Society menyatakan Indonesia sebagai negara dengan

    insidens leptospirosis tinggi dan peringkat ketiga di dunia untuk mortalitas. Di Indonesia

    Leptospirosis ditemukan di DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Lampung,

    Sumatera Selatan, Bengkulu, Riau, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Bali, NTB, Sulawesi

    Selatan, Sulawesi Utara, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Barat. Pada kejadian banjir besar

    di Jakarta tahun 2002, dilaporkan lebih dari seratus kasus leptospirosis dengan 20 kematian.

    Salah satu kendala dalam menangani leptospirosis berupa kesulitan dalam melakukan diagnostik

    awal. Sementara dengan pemeriksaan sederhana memakai mikroskop biasa dapat dideteksiadanya gerakan leptospira dalam urine. Diagnostik pasti ditegakkan dengan ditemukannya

    leptospira pada darah atau urine atau ditemukannya hasil serologi positip. Untuk dapat

    berkembang biaknya leptospira memerlukan lingkungan optimal serta tergantung pada suhu

    yang lembab, hangat, PH air/tanah yang netral, dimana kondisi ini ditemukan sepanjang tahun

    di daerah tropis. Lingkungan yang lembap dengan pH netral memberikan keadaan yang sesuai

    bagi bakteri Leptospira untuk bertahan hidup di luar tubuh hospes. Tanah yang tercemar urin

    mungkin masih infektif selama 14 hari.1,6

    Penyakit leptospirosis pada dasarnya merupakan infeksi pada hewan. Infeksi yang terjadi

    pada manusia terjadi secara kebetulan, setelah kontak dengan air atau bahan lain yang tercemar

    kotoran hospes hewan. Hewan ini mengeluarkan bakteri Leptospira di dalam urin dan feses,

    selama penyakitnya aktif maupun pada fase pembawa (carrier) yang asimtomatik. Bakteri

  • 7/22/2019 BAB I blok 12.docx

    13/21

    13

    Leptospiratetap hidup pada air tergenang selama beberapa minggu. Ketika orang meminum air

    tersebut, berenang atau mandi di dalamnya, atau mengonsumsi makanan yang tercemar, maka

    dapat timbul infeksi pada orang tersebut. Orang yang sering berkontak dengan air yang tercemar

    oleh tikus (misalnya pekerja tambang, pekerja saluran pembuangan limbah rumah tangga,

    petani, nelayan) mempunyai risiko terbesar untuk terinfeksi. Anak-anak lebih sering

    mendapatkan infeksi melalui anjing, bila dibandingkan dengan orang dewasa.6

    2.8 Patofisiologi

    Manusia dapat terinfeksi melalui kontak dengan air atau tanah, lumpur yang telah

    terkontaminasi oleh urine binatang yang telah terinfeksi leptospira. Infeksi tersebut terjadi jika

    terjadi luka/erosi pada kulit ataupun selaput lendir. Air tergenang atau mengalir lambat yang

    terkontaminasi urine binatang infeksius memainkan peranan dalam penularan penyakit ini,

    bahkan air yang deraspun dapat berperan. Kadang-kadang penyakit ini terjadi akibat gigitan

    binatang yang sebelumnya terinfeksi leptospira, atau kontak dengan kultur leptospira di

    laboratorium. Ekspos yang lama pada genangan air yang terkontaminasi terhadap kulit yang

    utuh juga dapat menularkan leprospira. Orang-orang yang mempunyai resiko tinggi mendapat

    penyakit ini adalah pekerja-pekerja di sawah, pertanian, perkebunan, peternakan, pekerja

    tambang, pekerja di rumah potong hewan atau orang-orang yang mengadakan perkemahan di

    hutan, dokter hewan.1

    Infeksi pada manusia biasanya terjadi melalui kulit atau selaput lendir atau air minum

    atau makanan yang terkontaminasi dengan Leptospira. Selaput mukosa dan kulit yang terluka

    merupakan tempat masuk yang paling mungkin bagi Leptospira patogenik. Setelah masuknya

    bakteri ini, kemudian memasuki aliran darah dan berkembang, lalu menyebar secara luas ke

    jaringan tubuh, termasuk cairan serebrospinal dan mata, tetapi tidak menimbulkan lesi pada

    tempat masuk. Kemudian terjadi respon imunologi baik secara selular maupun humoral sehingga

    infeksi ini dapat ditekan dan terbentuk antibodi spesifik, bakterimia terjadi selama fase

    leptospiremik akut, hospes bereaksi terhadap antibodi yang bersifat leptospirisid bisa berada

    bersama komplemen.1,6

    Leptospirasecara cepat dieliminasi dari semua jaringan tubuh hospes, kecuali pada otak,

    mata, dan ginjal. Leptospira yang bertahan hidup pada otak dan mata boleh dikatakan tidak

  • 7/22/2019 BAB I blok 12.docx

    14/21

    14

    memperbanyak diri sama sekali; akan tetapi, pada ginjal, bakteri ini berkembang biak di dalam

    tubuli kontortus dan dikeluarkan ke dalam urin (fase leptospirurik). Leptospira mungkin

    bertahan di dalam hospes selama berminggu-minggu hingga berbulan-bulan, dan pada rodensia,

    bakteri ini dapat dikeluarkan ke dalam urin sepanjang hidup hewan tersebut. Urin pada fase

    leptospirurik merupakan media penularan penyakit ini. Bagaimana mekanisme bakteri

    Leptospira menyebabkan penyakit sebenarnya masih belum terpecahkan. Leptospira dapat

    dihilangkan dengan fagositosis dan mekanisme humoral. Kuman ini dengan cepat lenyap dari

    darah setelah terbentuknya aglutinin. Setelah fase leptospiremia 4-7 hari, mikroorganisme hanya

    dapat ditemukan dalam jaringan ginjal dan okuler. Leptospiruria berlangsung 1-4 minggu. Tiga

    mekanisme yang terlibat pada patogenese leptospirosis : invasi bakteri langsung, faktor

    inflamasi non spesifik, dan reaksi imunologi.1,6

    Dalam perjalanan pada fase leptospiremia, leptospira melepaskan toksin yang

    bertanggung jawab atas terjadinya keadaan patologi pada beberapa organ. Lesi yang muncul

    terjadi karena kerusakan pada lapisan endotel kapiler. Pada leptospirosis terdapat perbedaan

    antara derajat gangguan fungsi organ dengan kerusakan secara histologik. Pada leptospirosis lesi

    histologis yang ringan ditemukan pada ginjal dan hati pasien dengan kelainan fungsional yang

    nyata dari organ tersebut. Perbedaan ini menunjukkan bahwa kerusakan bukan pada struktur

    organ. Lesi inflamasi menunjukkan edema dan infiltrasi sel monosit, limfosit dan sel plasma.

    Pada kasus yang berat terjadi kerusakan kapiler dengan perdarahan yang luas dan disfungsi

    hepatoselular dengan retensi bilier. Selain di ginjal leptospira juga dapat bertahan pada otak dan

    mata. Leptospira dapat masuk kedalam cairan serebrospinalis pada fase leptospiremia. Hal ini

    akan menyebabkan meningitis yang merupakan gangguan neurologi terbanyak yang terjadi

    sebagai komplikasi leptospirosis. Organ-organ yang sering dikenai leptospira adalah ginjal, hati,

    otot, dan pembuluh darah. Kelainan spesifik pada organ ginjal berupa interstitial nefritis dengan

    infiltarsi sel mononuklear merupakan bentuk lesi pada leptospirosis yang dapat terjadi tanpa

    gangguan fungsi ginjal. Gagal ginjal terjadi akibat tubular nekrosis akut. Adanya peranannefrotoksin, reaksi imunologis, iskemia ginjal, hemolisis, dan invasi langsung mikroorganisme

    juga berperan menimbulkan kerusakan ginjal.1

    Hati menunjukkan nekrosis sentilobuler fokal dengan infiltrasi sel limfosit fokal dan

    proliferasi sel Kuppfer dengan kolestatis. Pada kasus-kasus yang diotopsi, sebagian ditemukan

  • 7/22/2019 BAB I blok 12.docx

    15/21

    15

    leptospira dalam hepar. Biasanya organisme ini terdapat diantara sel-sel parenkim. Pada organ

    jantung, patologi epikardium, endokardium, dan miokardium dapat terlibat Kelainan

    miokardium dapat fokal atau difus berupa intersitital edema dengan infiltrasi sel mononuklear

    dan plasma. Nekrosis berhubungan dengan infiltrasi neutrofil. Dapat terjadi perdarahan fokal

    pada miokardium dan endokarditis. Pada otot rangka, terjadi perubahan- perubahan berupa lokal

    nekrotis, vakuolisasi, dan kehilangan striata. Nyeri otot yang terjadi pada leptospira disebabkan

    invasi langsung leptospira. Dapat juga ditemukan antigen leptospira pada otot. Leptospira dapat

    masuk ruang anterior dari mata selama fase leptospiremia dan bertahan beberapa bulan

    walaupun antibodi yang terbentuk cukup tinggi. Hal ini akan menyebabkan uveitis. Pada sistem

    pembuluh darah terjadi perubahan pada pembuluh darah akibat terjadinya vaskulitis yang akan

    menimbulkan perdarahan. Sering ditemukan perdarahan/pteki pada mukosa, permukaan serosa

    dan alat-alat viscera dan perdarahan bawah kulit.1

    Pada susunan saraf pusat, Leptospira mudah masuk ke dalam cairan serebrospinal (CSS)

    dan dikaitkan dengan terjadinya meningitis. Meningitis terjadi sewaktu terbentuknya respon

    antibodi, tidak pada saat memasuki CSS. Diduga bahwa terjadinya meningitis diperantarai oleh

    mekanisme imunologis. Terjadi penebalan meninges dengan sedikit peningkatan sel

    mononuklear arakhnoid. Meningitis yang terjadi adalah meningitis aseptik, biasanya paling

    sering disebabkan oleh L. canicola. Leptospirosis berat disebut sebagai Weils disease yang

    ditandai dengan ikterus, biasanya disertai perdarahan, anemia, azotemia, gangguan kesadaran,

    dan demam tipe kontinua. Penyakit Weil ini biasanya terdapat pada 1-6 % kasus dengan

    leptospirosis. Penyebab Weils disease adalah serotipe icterohaemorragica pernah juga

    dilaporkan oleh serotipe copenhageni dan bataviae. Gambaran klinis bervariasi berupa

    gangguan renal, hepatik atau disfungsi vaskular.1

    2.9 Manifestasi Klinik

    Manifestasi klinik pada leptospirosis berkaitan dengan penyakit febril/dengan gejala demam

    umum dan tidak cukup khas untuk menegakkan diagnosis. Akibatnya, leptospirosis pada

    awalnya seringkali salah didiagnosis sebagai meningitis atau hepatitis. Secara khas penyakit ini

    bersifat bifasik, dengan fase leptospiremik yang diikuti fase leptospirurik/imun. Tiga sistem

  • 7/22/2019 BAB I blok 12.docx

    16/21

    16

    organ yang paling sering terkena adalah susunan saraf pusat, ginjal, dan hati.6 Leptospirosis

    mempunyai dua fase penyakit yang khas, yaitu:

    1. Fase LeptospiremiaMasa inkubasi 2-26 hari, biasanya 7-13 hari dan rata-rata 10 hari. Fase leptospiraemia ini

    ditandai dengan adanya leptospira di dalam darah dan cairan serebrospinal, berlangsung secara

    tiba-tiba dengan gejala awal sakit kepala biasanya di frontal, rasa sakit pada otot yang hebat

    terutama pada paha, betis dan pinggang disertai nyeri tekan. Mialgia dapat diikuti dengan

    hiperestesi (peningkatan sensitivitas dengan menstimulus reseptor) kulit, demam tinggi yang

    disertai menggigil, juga didapati mual dengan atau tanpa muntah disertai mencret, bahkan pada

    sekitar 25% kasus disertai penurunan kesadaran. Pada pemeriksaan keadaan sakit berat,

    bradikardi relatif, dan ikterus (50%). Pada hari ke 3-4 dapat dijumpai adanya konjungtiva

    suffusion dan fotofobia. Pada kulit dapat dijumpai rash yang berbentuk makular, makulopapular

    atau urtikaria. Kadang-kadang dijumpai splenomegali, hepatomegali, serta limfadenopati. Fase

    ini berlangsung 4-7 hari. Jika cepat ditangani pasien akan membaik, suhu akan kembali normal,

    penyembuhan organ-organ yang terlibat dan fungsinya kembali normal 3-6 minggu setelah

    onset. Pada keadaan sakit yang lebih berat demam turun setelah 7 hari diikuti oleh bebas demam

    selama 1 -3 hari, setelah itu terjadi demam kembali. Keadaan ini disebut fase kedua atau fase

    imun.1,6

    2. Fase Imun (fase leptospirurik)Fase imun ini ditandai dengan peningkatan titer antibodi, dapat timbul demam yang

    mencapai suhu 40 C disertai menggigil dan kelemahan umum. Terdapat rasa sakit yang

    menyeluruh pada leher, perut dan otot-otot kaki terutama otot betis. Terdapat perdarahan berupa

    epistaksis, gejala kerusakan pada ginjal dan hati, uremia, ikterik. Perdarahan paling jelas terlihat

    pada fase ikterik, purpura, ptechiae, epistaksis, perdarahan gusi merupakan manifestasi

    perdarahan yang paling sering. Conjunctiva injectiondan conjungtival suffusiondengan ikterus

    merupakan tanda patognomosis untuk leptospirosis. Terjadinya meningitis merupakan tanda

    pada fase ini, walaupun hanya 50% gejala dan tanda meningitis. Tanda- tanda meningeal dapat

    menetap dalam beberapa minggu, tetapi biasanya menghilang setelah 1-2 hari. Pada fase ini

    leptospira dapat dijumpai dalam urin.1,6

  • 7/22/2019 BAB I blok 12.docx

    17/21

    17

    Tabel 2. Manifestasi pada Leptospirosis.1

    Waktu Terjadinya Bentuk Gejala yang Muncul

    Sering Demam, menggigil, mialgia, meningismus (kaku leher,

    photophobia, sakit kepala), conjunctival suffusion, mual, muntah,

    nyeri abdomen, ikterus, hepatomegali,

    Jarang Pneumonitis, perdarahan, diare, oedem, splenomegali, gagal

    ginjal, hematemesis, asites, miokarditis.

    2.10 Penatalaksanaan

    Pengobatan suportif dengan observasi ketat untuk mendeteksi dan mengatasi keadaan

    dehidrsi, hipotensi, perdarahan, dan gagal ginjal sangat penting pada leptospirosis. Gangguan

    fungsi ginjal umumnya dengan spontan akan membaik seiring membaiknya keadaan pasien.

    Namun pada beberapa pasien membutuhkan tindakan hemodialisa temporer.

    Pemberian antibiotik harus dimulai secepat mungkin, biasanya pemberian dalam 4 hari

    setelah onset cukup efektif. Adapun beberapa antibiotik yang dapat digunakan dapat dilihat

    melalui tabel berikut:

    Tabel.2. Pengobatan pada leptospirosis1

    Indikasi Regimen Dosis

    Leptospirosis ringan doksisiklin 2 x 100 mg

    Ampisilin 4 x 500-750 mg

    Amoksisilin 4 x 500 mg

    Leptospirosis sedang /berat Penisilin G 1,5juta unit / 6jam (i.v)

    Ampisilin 1 gr / 6jam (i.v)

  • 7/22/2019 BAB I blok 12.docx

    18/21

    18

    Amoksisilin 1gr / 6jam (i.v)

    Kemoprofilaksis Doksisiklin 200 mg/minggu

    Pada kasus ringan masih diberikan melalui oral, sedangkan dalam kasus berat diberikan

    melalui intravena. Sampai saat ini, penisilin masih merupakan antibiotik pilihan utama. Perlu

    diingat bahwa antibiotika bermanfaat jika masih berada dalam darah (fase leptospiremia).

    Tindakan suportif diberikan sesuai dengan keparahan penyakit dan komplikasi yang timbul.

    Keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basa diatur sebagaimana pada penanggulangan gagal

    ginjal secara umum. Kalau terjadi uremia berat, sebaiknya dilakukan dialisis.1

    2.11 Komplikasi

    Komplikasi yang bisa terjadi pada penderita leptospirosis adalah gagal ginjal berupa

    anuria pada penyakit Weil namun berlangsung singkat. Selain gagal ginjal, bisa terjadi

    miokarditis yang biasanya timbul dan diketahui dengan aritmia sebagai tanda adanya

    miokarditis. ARDS atauAcute Respiratory Distress Syndrome yang ditandai dengan radang pada

    sel parenkim paru-paru dewasa yang mengakibatkan ketidak seimbangan pertukaran udara

    sehingga terjadi hipoksemia serta DIC atau Disseminated Intravascular Coagulation berupa

    pembekuan darah kecil yang patologis, sehingga pembekuan darah normal terganggu, misalnyapada pengambilan darah, atau pada luka pasca-operasi. Pembekuan kecil ini juga mengganggu

    peredaran darah ke organ, antara lain ginjal yang bisa membawa ke kelainan fungsi ginjal.

    Kedua komplikasi ini memiliki progresi yang cepat dan tiba-tiba yang kemudian akan membawa

    pasien untuk menderita Multisystem Organ Failure, yang menyebabkan kematian. Kebanyakan

    kematian terjadi sekitar 14 hari.4

    Selain yang disebutkan diatas, komplikasi lain yang mungkin adalah terjadinya uveitis

    kronik dan relaps/kekambuhan. Uveitis sendiri adalah peradangan pada lapisan tengah mata

    yang terdiri dari iris, korpus siliaris/ciliary body, dan koroidea. Peradangan ini pada leptospirosis

    kemungkinan terjadi karena manifestasi klinik Leptospira yang berada di ruang anterior mata

    yang berhubungan langsung dengan iris dan mungkin menyebar ke korpus siliaris dan

    koroideanya.4

  • 7/22/2019 BAB I blok 12.docx

    19/21

    19

    Kelainan yang spesifik dapat terjadi pada ginjal, hati, jantung, otot rangka, mata, pembuluh darah

    dan sistim saraf pusat. Kelainan tersebut adalah :

    Pada ginjal : interstitial nefritis dengan infiltrasi sel mononuklear merupakan bentuk lesi pada

    leptospirosis yang dapat terjadi tanpa adanya gangguan fungsi ginjal. Nekrosis akut dapat

    menyebabkan terjadinya gagal ginjal. Peran nefrotokson, reaksi imunologis, iskema ginjal,

    hemolisis dan invasi langsung mikroorganisme juga dapat menyebabkan terjadinya kerusakan

    ginjal.1,7

    Pada Hati : hati akan menunjukan nekrosis sentilobuler fokal dengan limfosit fokal fan

    proliferasi sel Kupfer dengan kolestasis. Pada kasus yang diotopsi, Leptospira akan ditemukan

    diantara sel-sel parenkim.1,7

    Pada Jantung : epikardium, endokardium dan miokardium dapat mengalami kelainan.

    Miokardium dapat fokal atau difus intersitial edema dengan infiltrasi sel monokuler dan plasma.

    Nekrosis berhubungan dengan infiltrasi neutrofil. Dapat terjadi pendarahan fokal pada

    miokardium dan endokarditis.1,7

    Pada Otot Rangka : dapat terjadi nekrotis lokal, vakuolisasi dan kehilangan striata. Nyeri otot

    yang terjadi disebabkan oleh invasi langsung oleh Leptospira. Antigen Leptospira dapat

    ditemukan juga pada jaringan otot.1,7

    Pada Mata : pada fase leptospiremia, leptospira dapat masuk kedalam mata dan dapat bertahan

    selama beberapa bulan walaupun antobodi yang terbentuk sangan tinggi. Hal ini akan

    menyebabkan. Uveitis.1,7

    Pada Pembuluh Darah : akan terjadi vaskulitis yang akan menimbulkan perdarahan. Perdarahan

    yang sering ditemukan adalah perdarahan pada mukosa, permukaan serosa dan alat-alat viscera

    dan perdarahan pada bawah kulit.1,7

    Pada Susunan saraf pusat : leptospira yang masuk kedalam cairan cerebrospinalis akan

    menyebabkan terjadinya respon imunologi yang akan memicu terjadinya penebalan meninges.

    Menginitis yang terjadi biasanya aseptik dan disebabkan oleh Leptospira interrogans var.

    canicola.1,7

  • 7/22/2019 BAB I blok 12.docx

    20/21

    20

    Weil disease merupakan Leptospirosis berat yang ditandai dengan adanya ikterus yang biasanya

    disertai dengan pendarahan anemia, azotemia, gangguan kesadaran dan demam kontinua.1,7

    2.13 Prognosis

    Jika tidak ada ikterus, penyakit jarang fatal. Pada kasus dengan ikterus, angka kematian

    5% pada umur di bawah 30 tahun, dan pada usia lanjut mencapai 30-40%. Juga kematian sangat

    jarang terjadi bila tidak disebabkan karena perdarahan masif, dan gagal ginjal akut atau kadang-

    kadang gagal jantung.1,4

    2.14 Pencegahan

    Pencegahan leptospirosis khususnya di daerah tropis sangat sulit. Banyaknya hospes

    perantara dan jenis serotipe sulit untuk dihapuskan. Bagi mereka yang mempunyai resiko tinggi

    untuk tertular leptospirosis harus diberikan perlindungan berupa pakaian khusus yang dapat

    melindunginya dari kontak dengan bahan-bahan yang telah terkontaminasi dengan kemih

    binatang reservoar. Pemberian doksisiklin 200 mg perminggu dikatakan bermanfaat untuk

    mengurangi serangan leptospirosis bagi mereka yang mempunyai resiko tinggi dan terpapar

    dalam waktu singkat. Penelitian terhadap tentara Amerika di hutan Panama selama 3 minggu,

    ternyata dapat mengurangi serangan leptospirasis dari 4-2% menjadi 0,2%, dan efektifitas

    pencegahan hingga 95%.1

    Vaksinasi terhadap hewan-hewan tersangka reservoar sudah lama direkomendasikan,

    tetapi vaksinasi terhadap manusia belum berhasil dilakukan, masih memerlukan penelitian lebih

    lanjut.1

  • 7/22/2019 BAB I blok 12.docx

    21/21

    21

    BAB III

    PENUTUP

    3.1 Kesimpulan

    Leptospirosis adalah suatu penyakit zoonosis yang disebabkan oleh mikroorganisme

    Leptorspira interrogans. Mudahnya manusia terinfeksi Leptospira dikarenakan begitu banyak

    cara masuk bakteri tersebut, dan juga begitu banyak reservoir yang ada. Itulah sebabnya

    pencegahan perlu dilakukan bagi orang-orang yang kiranya akan lebih mudah terinfeksi, dengan

    pemberian antibiotik untuk kekebalan tubuhnya, atau dengan pakaian khusus yang melindungi

    dari terkena bakteri ini. Juga demikian dengan binatang penyebarnya juga harus diberi vaksin

    agar tidak menyebabkan banyak manusia disekitar yang terinfeksi. Melihat pentingnya

    pengetahuan tentang penyakit, baik patologinya, gambaran klinisnya, komplikasinya, dan

    pengobatannya, membuat pembelajaran klinik menjadi begitu penting dikuasai dan dipelajari

    oleh seorang dokter yang akan berguna bagi pasiennya nanti.

    Manusia dapat terinfeksi secara insidental. Gejala klinis yang terjadi dapat berupa gejala

    ringan sampai berat bahkan dapat menyebabkan kematian apabila terlambat diberi pengobatan.

    Diagnosis yang tepat dan penatalaksanaan yang dilakukan sedini mungkin dapat mencegah

    penyakit ini menjadi berat. Pencegahan dini bagi orang-orang yang sering terekspose denganLeptospira akan dapat melindungi orang-orang tersebut dari Leptospirosis.