tugas bu.heni gadar baru

38
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdarahan pada saluran cerna terutama di sebabkan oleh tukak lambung atau gastritis. Pendarahan saluran cerna dibagi menjadi saluran cerna bagian atasa dan bagian bawah. Pendarahan yang terjadi di saluran cerna bila di sebabkan oleh adanya erosi arteri akan mengeluarkan darah lebih banyak dan dapat dihentikan dengan penatalaksanaan medis saja. Perdarahan saluran cerna adalah suatu perdarahan yang bisa terjadi dimana saja di sepanjang saluran pencernaan, mulai dari mulut sampai anus. Bisa berupa ditemukannya darah dalam tinja atau muntah darah, tetapi gejala bisa juga tersembunyi dan hanya bisa diketahui melalui pemeriksaan tertentu. Perdarahan yang terjadi di saluran cerna bila disebabkan oleh adanya erosi arteri akan mengeluarkan darah lebih banyak dan tidak dapat dihentikan dengan penatalaksanaan medis saja. (Mansjoer, 2000). 1.2 Rumusan Masalah 1. Apakah pengertian perdarahan saluran cerna? 2. Apakah penyebab perdarahan saluran cerna? 3. Bagimanakah tanda dan gejala pendarahan saluran cerna? 4. Bagaimana penatalaksanaan pada perdarahan saluran cerna ? 1

Upload: zieziem

Post on 10-Dec-2015

36 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

gawat darurat tentang saluran cerna internal bleeding

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Bu.heni Gadar Baru

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perdarahan pada saluran cerna terutama di sebabkan oleh tukak lambung atau

gastritis. Pendarahan saluran cerna dibagi menjadi saluran cerna bagian atasa dan bagian

bawah. Pendarahan yang terjadi di saluran cerna bila di sebabkan oleh adanya erosi arteri

akan mengeluarkan darah lebih banyak dan dapat dihentikan dengan penatalaksanaan medis

saja.

Perdarahan saluran cerna adalah suatu perdarahan yang bisa terjadi dimana saja di

sepanjang saluran pencernaan, mulai dari mulut sampai anus. Bisa berupa ditemukannya

darah dalam tinja atau muntah darah, tetapi gejala bisa juga tersembunyi dan hanya bisa

diketahui melalui pemeriksaan tertentu. Perdarahan yang terjadi di saluran cerna bila

disebabkan oleh adanya erosi arteri akan mengeluarkan darah lebih banyak dan tidak dapat

dihentikan dengan penatalaksanaan medis saja. (Mansjoer, 2000).

1.2 Rumusan Masalah

1.      Apakah pengertian perdarahan saluran cerna?

2.      Apakah penyebab perdarahan saluran cerna?

3.      Bagimanakah tanda dan gejala pendarahan saluran cerna?

4.      Bagaimana penatalaksanaan pada perdarahan saluran cerna ?

5.      Bagimana asuhan keperawatan pada perdarahan saluran cerna?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari perdarahan saluran cerna.

2. Untuk mengetahui penyebab dari pendarahan saluran cerna.

3. Untuk mengetahui tanda dan gejala perdarahan saluran cerna.

4. Untuk mengetahui penatalaksanaan pada perdarahan saluran cerna.

5. Untuk mengetahui asuhan keperawatan perdarahan saluran cerna.

1

Page 2: Tugas Bu.heni Gadar Baru

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Perdarahan Saluran Cerna

Perdarahan saluran cerna adalah suatu perdarahan yang bisa terjadi dimana saja di

sepanjang saluran pencernaan, mulai dari mulut sampai anus. Bisa berupa ditemukannya

darah dalam tinja atau muntah darah, tetapi gejala bisa juga tersembunyi dan hanya bisa

diketahui melalui pemeriksaan tertentu. Perdarahan yang terjadi di saluran cerna bila

disebabkan oleh adanya erosi arteri akan mengeluarkan darah lebih banyak dan tidak dapat

dihentikan dengan penatalaksanaan medis saja. (Mansjoer, 2000).

2.2 Klasifikasi

Perdarahan saluran cerna dapat dibagi menjadi 2 yaitu :

1. Perdarahan saluran cerna bagian atas

2. Perdarahan saluran cerna bagian bawah /Lower gastrointestinal bleeding (LGIB)

(Mansjoer, 2000)

2.3 Etiologi

Penyebab perdarahan saluran cerna bagian atas terbanyak di Indonesia adalah karena

pecahnya varises esophagus, dengan rata-rata 45-50% seluruh perdarahan saluran cerna

bagian atas.

1. Etiologi perdarahan saluran cerna bagian atas diantaranya adalah :

- Kelainan esophagus: varises, esophagitis, keganasan

- Kelainan lambung dan duodenum: tukak lambung & duodenum, keganasan, dll

- Penyakit dharah: leukemia, purpura trombositopenia, dll.

- Penyakit sistemik lainnya: uremia, dll

- Pemakaian obat yang ulserogenik: golongan salisilat, kortikosteroid, alkohol, dll

2. Perdarahan saluran cerna bagian bawah :

- Tumor ganas

- Polip

- Kolitis ulseratif

- Penyakit Chron

2

Page 3: Tugas Bu.heni Gadar Baru

- Angiodiplasia

- Divertikula

- Hemorhoid

- Fistula rectal

- Hemoragik massif saluran cerna bagian atas

(Suparman, 1987)

2.4 Tanda dan Gejala

Gejalanya bisa berupa :

1. Muntah darah (hematemesis). Hematemesis adalah muntah darah dan biasanya

disebabkan oleh penyakit saluran cerna bagian atas. Melena adalah keluarnya feses berwarna

hitam per rektal yang mengandung campuran darah, biasanya disebabkan oleh perdarahan

usus proksimal (Grace & Borley, 2007)

2. Mengeluarkan tinja yang kehitaman (melena). Tinja yang kehitaman biasanya

merupakan akibat dari perdarahan di saluran pencernaan bagian atas, misalnya lambung atau

usus dua belas jari. Warna hitam terjadi karena darah tercemar oleh asam lambung dan oleh

pencernaan kuman selama beberapa jam sebelum keluar dari tubuh. Sekitar 200 gram darah

dapat menghasilkan tinja yang berwarna kehitaman.

3. Mengeluarkan darah dari rektum (hematoskezia)

4. Waterbrash merupakan regurgitasi isi lambung kedalam rongga mulut. Gangguan

ini dirasakan terdapat pada tenggorokan sebagai rasa asam atau cairan panas yang pahit

5. Pirosis ( nyeri uluhati )

Pirosis sering ditandai sensasi panas. Nyeri uluhati dapat disebabkan oleh refluks asam

lambung atau sekrat empedu kedalam esofahus bagian bawah, keduanya sangat mengiritasi

mukosa.

6. Penderita dengan perdarahan jangka panjang, bisa menunjukkan gejala-gejala

anemia, seperti mudah lelah, terlihat pucat, nyeri dada dan pusing. Jika terdapat gejala-gejala

tersebut, dokter bisa mengetahui adanya penurunan abnormal tekanan darah, pada saat

penderita berdiri setelah sebelumnya berbaring.

7. Gejala yang menunjukan adanya kehilangan darah yang serius adalah denyut nadi

yang cepat, tekanan darah rendah dan berkurangnya pembentukan air kemih. Tangan dan

kaki penderita juga akan teraba dingin dan basah. Berkurangnya aliran darah ke otak karena

kehilangan darah, bisa menyebabkan bingung, disorientasi, rasa mengantuk dan bahkan syok

3

Page 4: Tugas Bu.heni Gadar Baru

8. Pada penderita perdarahan saluran pencernaan yang serius, gejala dari penyakit

lainnya, seperti gagal jantung, tekanan darah tinggi, penyakit paru-paru dan gagal ginjal, bisa

bertmbah buruk. Pada penderita penyakit hati, perdarahan ke dalam usus bisa menyebabkan

pembentukan racun yang akan menimbulkan gejala seperti perubahan kepribadian, perubahan

kesiagaan dan perubahan kemampuan mental (ensefalopati hepatik).

(Sylfia A. Price, 1994 : 359)

2.5 Patofisiologi

Pada gagal hepar sirosis kronis, kematian sel dalam hepar mengakibatkan peningkatan

tekanan vena porta. Sebagai akibatnya terbentuk saluran kolateral dalam submukosa

esopagus dan rektum serta pada dinding abdomen anterior untuk mengalihkan darah dari

sirkulasi splenik menjauhi hepar.

Dengan meningkatnya teklanan dalam vena ini, maka vena tersebut menjadi

mengembang dan membesar (dilatasi) oleh darah (disebut varises). Varises dapat pecah,

mengakibatkan perdarahan gastrointestinal masif. Selanjutnya dapat mengakibatkan

kehilangan darah tiba-tiba, penurunan arus balik vena ke jantung, dan penurunan curah

jantung. Jika perdarahan menjadi berlebihan, maka akan mengakibatkan penurunan perfusi

jaringan. Dalam berespon terhadap penurunan curah jantung, tubuh melakukan mekanisme

kompensasi untuk mencoba mempertahankan perfusi.

Mekanisme ini merangsang tanda-tanda dan gejala-gejala utama yang terlihat pada

saat pengkajian awal. Jika volume darah tidak digantikan, penurunan perfusi jaringan

mengakibatkan disfungsi seluler. Sel-sel akan berubah menjadi metabolsime anaerobi, dan

terbentuk asam laktat. Penurunan aliran darah akan memberikan efek pada seluruh sistem

tubuh, dan tanpa suplai oksigen yang mencukupi sistem tersebut akan mengalami kegagalan

4

Page 5: Tugas Bu.heni Gadar Baru

2.6 Pathway

5

Page 6: Tugas Bu.heni Gadar Baru

2.7 Komplikasi

1. Anemia

2. Dehidrasi

3. Nyeri Dada – jika ada juga penyakit jantung

4. Kehilangan darah

5. Syok

6. Kematian

2.8 Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan kolaboratif :

Intervensi awal mencakup 4 langkah:

(a) Kaji keparahan perdarahan

(b) Gantikan cairan dan produk darah untuk mnengatasi shock

(c) Tegakan diagnosa penyebab perdarahan

(d) Rencanakan dan laksanakan perawatan definitif.

2. Resusitasi Cairan dan Produk Darah

3. Mendiagnosa Penyebab Perdarahan

4. Perawatan Definiti

Terapi

a. Non-Endoskopis

Salah satu usaha menghentikan perdarahan yang sudah lama dilakukan adalah kumbah

lambung lewat pipa nasogastrik dengan air suhu kamar. Prosedur ini diharapkan

mengurangi distensi lambung dan memperbaiki proses hemostatik, namun demikian

manfaatnya dalam menghentikan perdarahan tidak terbukti. Kumbah lambung ini sangat

diperlukan untuk persiapan pemeriksaan endoskopi dan dapat dipakai untuk membuat

perkiraan kasar jumlah perdarahan. Berdasarkan percobaan hewan, kumbah lambung

dengan air es kurang menguntungkan, waktu perdarahan menjadi memanjang,perfusi

dinding lambung menurun dan bisa timbul ulserasi pada mukosa lambung.

Pemberian vitamin k pada pasien dengan penyakit hati kronis yang mengalami perdarahan

SCBA diperbolehkan, dengan pertimbangan pemberiaan tersebut tidak merugikan dan relatif

murah.

Vasopressin dapat menghentikan perdarahan SCBA lewat efek vasokonstriksi pembuluh

darah splanknik, menyebabkan aliran darah dan tekanan vena porta melihat. Digunakan di

6

Page 7: Tugas Bu.heni Gadar Baru

klinik untuk perdarahan akut varises esofagus sejak 1953. Pernah dicobakan pada

perdarahan non varises, namun berhentinya perdarahan tidak berbeda dengan plasebo.

Terdapat dua bentuk sediaan, yakni pitresinyang mengandung vasopressin murni dan

preparat pituitari gland yang mengandung vasopressin dan oksitosin. Pemberiaan

vasopressin dilakukan dengan mengencerkan sediaan vasopressin 50 unit dalam 100 ml

dekstrose 5%, diberikan 0,5-1 mg/menit/IV selama 20-60 menit dan dapat diulang tiap 3

sampai 6 jam; atau setelah pemberian pertama dilanjutkan per infus 0,1-0,5 U/menit.

Vasopressin dapat menimbulkan efek samping serius berupa insufisiensi koroner

mendadak, oleh karena itu pemberiannya disarankan bersamaan preparat nitrat, misalnya

nitrogliserin intravena dengan dosis awal 40 mcg/menit kemudian secara titrasi dinaikkan

sampai maksimal 400mcg/menit dengan tetap mempertahankan tekanan sistolik di atas 90

mmHg.

Somatostatin dan analognya (octreotid) diketahui dapat menurunkan aliran darah splanknik,

khasiatnya lebih selektif dibanding dengan vasopressin. Penggunaan di klinik pada

perdarahan akut varises esofagus dimulai sekitar tahun 1978. Somatostatin dapat

menghentikan perdarahan akut varises esofagus pada 70-80% kasus, dan dapat pula

digunakan pada perdarahan non varises. Dosis pemberian somastatin, diawali dengan bolus

250 mcg/iv, dilanjutkan per infus 250 mcg/jam selama 12-24 jam atau sampai perdarahan

berhenti, octreotid dosis bolus 100 mcg intravena dilanjutkan perinfus 25 mcg/jam selama 8-

24 jam atau sampai perdarahan berhenti.

Obat-obatan golongan antisekresi asamyang dilaporkan bermanfaat untuk mencegah

perdarahan ulang SCBA karena tukak peptik ialah inhibitor proton dosis tinggi. Diawali oleh

bolus omeprazole 80 mg/iv kemudian dilanjutkan per infus 8 mg/KGBB/jam selama 72 jam,

perdarahan ulang pada kelompok plasebo 20% sedangkan yang diberi omeprazole hanya

4,2%. Suntikan omeprazole yang beredar di Indonesia hanya untuk pemberian bolus, yang

bisa digunakan per infus ialah persediaan esomeprazole dan pantoprazole dengan dosis

sama seperti omeprazole. Pada perdarahan SCBA ini antasida, sukralfat, dan antagonis

reseptor H2 dalam mencegah perdarahan ulang SCBA karena tukak peptik kurang

bermanfaat.

Penggunaan balon tamponade untuk menghentikan perdarahan varises esofagus dimulai

sekitar tahun 1950, paling populer adalah sengstaken blakemore tube (SB-tube) yang

mempunyai 3 pipa serta 2 balon masing-masing untuk esofagus dan lambung. Komplikasi

pemasangan SB-tube yang bisa berakibat fatal ialah pneumonia aspirasi, laserasi sampai

perforasi. Pengembangan balon sebaiknya tidak melebihi 24 jam. Pemasangan SB-tube

7

Page 8: Tugas Bu.heni Gadar Baru

seyogyanya dilakukan oleh tenaga medik yang berpengalaman dan ditidaklanjuti dengan

observasi yang ketat.

b. Endoskopis

Terapi endoskopi ditujukan pada perdarahan tukak yang masih aktif atau tukak dengan

pembuluh darah yang tampak. Metode terapinya meliputi; 1). Contact thermal (monopolar

atau bipolar elektrokoagulasi, heater probe) 2). Noncontact thermal (laser 3). Nonthermal

(misalnya suntikan adrenalin, polidokanol, alkohol, cyanoacrylate, atau pemakain klip).

Berbagai cara terapi endoskopi tersebut akan efektif dan aman apabila dilakukan ahli

endoskopi yang termapil dna berpengalaman. Endoskopi terapeutik ini dapat diterapkan

pada 90% kasus perdarahan SCBA, sedangkan sisanya 10% sisanya tidak dapat dikerjakan

karena alasan teknis seperti darah terlalu banyak sehingga pengamatan terhalang atau

letak lesi tidak terjangkau. Secara keseluruhan 80% perdarahan tukak peptik dapat berhenti

spontan, namun pada kasus perdarahan arterial yang bisa berhenti spontan hanya 30%.

Terapi endoskopi yang relatif murah dan tanpa banyak peralatan pendukung ialah

penyuntikan submukosa sekitar titik perdarahan dengan menggunakan adrenalin 1 : 10000

sebanyak 0,5-1 ml tiap kali suntik dengan batas dosis 10 ml atau alkohol absolut (98%) tidak

melebihi 1 ml. Penyuntikan bahan sklerosan sepert alkohol absolut atau polidoklonal

umumnya tidak dianjurkan karena bahaya timbulnya tukak atau perforasi akibat nekrosis

jaringan dilokasi penyuntikan. Keberhasilan terapi endoskopi dalam menghentikan

perdarahan bisa mencapai di atas 95% dan tanpa terapi tambahan lainnya perdarahan

ulang frekuensinya sekitar 15-20%.

Hemostasis endoskopi merupakan terapi pilihan pada perdarahan karena varises esofagus.

Ligasi varises merupakan pilihan pertama untuk mengatasi perdarahan varises esofagus.

Dengan ligasi varises dapat dihindari efek samping akibat pemakaian sklerosan, lebih sedikit

frekuensi terjadinya ulserasi dan striktur. Ligasi dilakukan mulai distal mendekati kardia

bergerak spiral setiap 1-2 cm. Dilakukan pada varises yang sedang berdarah atau bila

ditemukan tanda baru mengalami perdarahan seperti bekuan yang melekat, bilur-bilur

merah, noda hematokistik, vena pada vena. Skleroterapi endoskopi sebagai alternative bila

ligasi endoskopi sulit dilakukan karena perdarahan yang massif, terus berlangsung, atau

teknik tidak memungkinkan. Sklerosan yang bisa digunakan antarla lain campuran sama

banyak polidokanol 3%, NaCl 0,9% dan alkohol absolut. Campuran dibuat sesaat sebelum

skleroterapi dikerjakan. Penyuntikan dimulai dari bagian paling distal mendekati kardia

dilanjutkan ke proksimal bergerak spiral sampai sejauh 5cm. Pada perdarahan varises

8

Page 9: Tugas Bu.heni Gadar Baru

lambung dilakukan penyuntikan cyanoacrylate, skleroterapi untuk varises lambung kurang

baik.

c. Terapi radiologi

Terapi angiografi perlu pertimbangkan bila perdarahan tetap berlangsung dan belum bisa

ditentukan asal perdarahan, atau bila terapi endoskopi dinilai gagal dan pembedahan sangat

berisiko. Tindakan hemostasis yang bisa dilakukan dengan penyuntikan vasopressin atau

embolisasi arterial. Bila dinilai tidak ada kontra indikasi dan fasilitas dimungkinkan, pada

perdarahan varises dapat dipertimbangkan TIPS (Trans Jugular Intrahepatic Porto Systemic

Shunt).

d. Pembedahan

Pembedahan pada dasarnya dilakukan bila terapi medik, endoskopi dan radiologi dinilai

gagal. Ahli bedah seyogyanya dilibatkan sejak awal dalam bentuk tim multi disipliner pada

pengelolaan kasus perdarahan SCBA untuk menentukan waktu yang tepat kapan tindakan

bedah baiknya dilakukan.

2.9 Asuhan Keperawatan secara teori

1. Pengkajian

Pengkajian adalah langkah awal dan dasar bagi seorang perawat dalam melakukan

pendekatan secara sistematis untuk mengumpulkan data dan menganalisa, sehingga dapat

diketahui kebutuhan klien tersebut. Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan

membantu menentukan status kesehatan dan pola pertahanan klien serta memudahkan dalam

perumusan diagnosa keperawatan (Doenges,2000).

Cara pengumpulan data dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu observasi,

wawancara dan pemeriksaan fisik. Selain itu dapat juga dengan catatan klien seperti catatan

klinik, dokumentasi dan kasus klien, dan literatur yang mencakup semua material, buku-

buku, majalah dan surat kabar.

Pengkajian pada klien Hematemesis Melena yang merujuk pada kasus Perdarahan

Gastrointestinal atas menurut Doenges (2000) :

a. Anamnesis, Pemeriksaan Fisik dan Laboratorium

Anamnesis: perlu ditanyakan tentang :

9

Page 10: Tugas Bu.heni Gadar Baru

• Riwayat penyakit dahulu: hepatitis, penyakit hati menahun, alkohlisme, penyakit

lambung, pemakaian obat-obat ulserogenik dan penyakit darah seperti leuikemia, dll.

• Pada perdarahan karena pecahnya varises esophgaus, tidak ditemukan keluhan nyeri

atau pedih di daerah epigastrium

• Tanda-gejala hemel timbul mendadak

• Tanyakan prakiraan jumlah darah: misalnya satu gelas, dua gelas atau lainnya

Pemeriksaan Fisik:

• Keadaan umum

• Kesadaran

• Nadi, tekanan darah

• Tanda-tanda anemia

• Gejala hipovolemia

• Tanda-tanda hipertensi portal dan sirosis hati: spider nevi, ginekomasti, eritema palmaris,

capit medusae, adanya kolateral, asites, hepatosplenomegali dan edema tungkai.

Laboratorium:

• Hitung darah lengkap: penurunan Hb, Ht, peningkatan leukosit

• Elektrolit: penurunan kalium serum; peningkatan natrium, glukosa serum dan laktat.

• Profil hematologi: perpanjangan masa protrombin, tromboplastin

• Gas darah arteri: alkalosis respiratori, hipoksemia.

b. Pemeriksaan Radiologis

• Dilakukan dengan pemeriksaan esopagogram untuk daerah esopagus dan double contrast

untuk lambung dan duodenum.

• Pemeriksaan tersebut dilakukan pada berbagai posisi terutama pada 1/3 distal esopagus,

kardia dan fundus lambung untuk mencari ada tidaknya varises, sedini mungkin setelah

hematemisis berhenti.

10

Page 11: Tugas Bu.heni Gadar Baru

c. Pemeriksaan Endoskopi

• Untuk menentukan asal dan sumber perdarahan

• Keuntungan lain: dapat diambil foto, aspirasi cairan dan biopsi untuk pemeriksaan

sitopatologik

• Dilakukan sedini mungkin setelah hematemisis berhenti.

Diagnosa Keperawatan

1. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan aliran intravena.

2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan (kehilangan secara aktif)

3. Resiko gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovolemik karena perdarahan.

INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan Tujuan Intervensi keperawtan

1. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan aliran intravena.

Pantau adanya distensi

Pasien tidak akan mengalami infeksi nosokomial abdomen

Baringkan pasien pada bagian kepala tempat tidur yang ditinggikan jika segalanya

memungkinkan

Pertahankan fungsi dan patensi NGT dengan tepat

Atasi segera mual

Pertahankan kestabilan selang intravena.

Ukur suhu tubuh setiap jam

Pantau sistem intravena terhadap patensi, infiltrasi, dan tanda-tanda infeksi

Ganti letak intravena setiap 48-72 jam dan jika perlu

Ganti larutan intravena sedikitnya tiap 24 jam

Letak insersi setiap shift

Gunakan tehnik aseptik saat mengganti balutan dan selang. Pertahankan balutan bersih dan

steril

Diagnosa keperawatan Tujuan Intervensi keperawtan

2. Kekurangan voleme cairan berhubungan dengan perdarahan (kehilangan Catat

karakteristik muntahsecara aktif) Kebutuhan cairan terpenuhi dan/ atau drainase.

Awasi tanda vital; bandingkan dengan hasil normal klien/sebelumnya. Ukur TD dengan

posisi duduk, berbaring, berdiri bila mungkin .

11

Page 12: Tugas Bu.heni Gadar Baru

Catat respons fisiologis individual pasien terhadap perdarahan, misalnya perubahan mental,

kelemahan, gelisah, ansietas, pucat, berkeringat, takipnea, peningkatan suhu.

Awasi masukan dan haluaran dan hubungkan dengan perubahan berat badan. Ukur

kehilangan darah/ cairan melalui muntah dan defekasi.

Pertahankan tirah baring; mencegah muntah dan tegangan pada saat defekasi. Jadwalkan

aktivitas untuk memberikan periode istirahat tanpa gangguan. Hilangkan rangsangan

berbahaya.

Tinggikan kepala tempat tidur selama pemberian antasida.

Kolaborasi:

7. Berikan cairan/darah sesuai indikasi.

Berikan obat antibiotik sesuai indikasi.

Awasi pemeriksaan laboratorium; misalnya Hb/ Ht

3. Resiko gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan

hipovolemik karena perdarahan.

Resiko gangguan perfusi jaringan tidak terjadi.

Selidiki perubahan tingkat kesadaran, keluhan pusing/ sakit kepala.

Auskultasi nadi apikal. Awasi kecepatan jantung/irama bila EKG kontinu ada.

Kaji kulit terhadap dingin, pucat, berkeringat, pengisian kapiler lambat, dan nadi perifer

lemah.

Catat laporan nyeri abdomen, khususnya tiba-tiba nyeri hebat atau nyeri menyebar ke bahu.

Observasi kulit untuk pucat, kemerahan. Pijat dengan minyak. Ubah posisi dengan sering.

Kolaborasi

Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi

Berikan cairan IV sesuai indikasi.

4. Kurangnya pengetahua berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakitnya

Pengetahuan klien tentang perawatan di rumah bertambah setelah Kaji sejauh mana

ketidakmengertiandiberikan pendidikan kesehatan klien dan keluarga tentang penyakit

yang diderita.

12

Page 13: Tugas Bu.heni Gadar Baru

Diskusikan dengan klien untuk melakukan pendidikan kesehatan.

Berikan penjelasan tentang penyakit yang klien derita, cara pengobatan dan perawatan di

rumah serta pencegahan kekambuhan penyakit.

Berikan kesempatan klien dan keluarga untuk berpartisipasi aktif dalam pendidikan

kesehatan.

Berikan evaluasi terhadap keefektifan pendidikan kesehatan.

13

Page 14: Tugas Bu.heni Gadar Baru

BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 Kasus Semu

Tn. A , laki – laki , 60 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan buang air besar

berwarna hitam sejak 2 minggu yang lalu. Frekuensi BAB 1-2 hari sekali, konsistensi tinja

dikatakan lunak kental. BAB warna hitam dikatakan berlangsung hilang timbul namun tidak

pernah berhenti sepenuhnya dan disertai dengan keluhan nyeri ulu hati, pasien juga mengaku

mempunyai riwayat penyakit maag sejak 4 tahun yang lalu. Hampir tiap hari saat pasien

mengeluh sakit kepala pasien meminum obat aspirin yang beli di warung. Pasien tidak nafsu

makan, tampak lemas, pasien juga mengeluh muntah darah.

Karena keluhan BAB warna hitam, muntah darah 200c, mual, muntah, nyeri ulu hati dan

lemas-lemas, pasien harus dirawat di Rumah Sakit. Kadar hemoglobin pasien saat itu 10,5

mg/dl. Pada pemeriksaan fisik didapatkan penderita dengan kesadaran komposmentis,

tekanan darah 110/60 mmHg, nadi 88 x/menit regular, respirasi 24 x/mnt, dengan temperatur

aksila 36,8 C.

A. Pengkajian

a. Identitas Pasien

Nama : Tn. A

Usia : 60 tahun

No. RM : 344-16-48

Alamat : jombang

Pekerjaan : Pegawai negeri sipil

Pendidikan : STM

Agama : Islam

Status : Menikah, mempunyai 3 orang anak

b. Riwayat kesehatan sekarang

Pasien mengeluh BAB warna hitam, muntah darah, nyeri ulu hati dan lemas-lemas,

pasien harus dirawat di Rumah Sakit. Kadar hemoglobin pasien saat itu 10,5 mg/dl. Pada

pemeriksaan fisik didapatkan penderita dengan kesadaran komposmentis, keadaan umum

baik, tekanan darah 110/60 mmHg, nadi 88 x/menit regular, respirasi 24 x/mnt, dengan

temperatur aksila 36,8 C.

14

Page 15: Tugas Bu.heni Gadar Baru

c. Riwayat Penyakit Dahulu

pasien mengatakan mempunyai penyakit maag sejak 4 tahun yang lalu. Hampir tiap

hari saat pasien mengeluh sakit kepala pasien meminum obat aspirin yang beli di warung

d. Riwayat Penyakit Keluarga

Pasien mengatakan keluarganya tidak memiliki penyakit turunan dan penyakit

menular.

e. Riwayat Psikologis

Pasien terlihat cemas dengan keadaannya sekarang.

f. Latar Belakang Sosial Budaya

Keluarga pasien memberi dukungan sepenuhnya untuk segala keputusan yang

diambil.

B. Objektif

Pemeriksaan Umum

Keadaan Umum : px tampak gelisah, menyeringai dan memegangi dadanya

Kesadaran : composmentis (sadar penuh)

TTV TD :110/60mmHg

RR :24x/menit

Nadi :88x/menit

Suhu :36,80C

GCS : 4,5,6

15

Page 16: Tugas Bu.heni Gadar Baru

3.2 Pemeriksaan Fisik

a. Kepala : inspeksi : simetris bagian kiri dan kanan, penyebaran rambut merata,

pendek,lurus, rambut sedikit beruban

palpasi : tidak ada nyeri tekan dan edema

b. Mata : - simetris

- Konjungtiva berwarna pucat

- Sklera berwarna putih

- Pupil mengecil bila ada cahaya

- Tidak ada tekanan intra okuler

c. Hidung : inspeksi : hidung simetris,tidak ada sekret, tidak ada polip, tidak

pernafasan cuping hidung

palpasi : tidak ada nyeri tekan

d. Mulut : - tidak ada lesi, mulut dan gigi bersih

e. Telinga : inspeksi : bentuk simetris, agak kotor, tidak ada massa

Palpasi : tidak ada nyeri tekan

f. Leher : inspeksi : bentuk simetris, tidak ada pembesaran tiroid, tidak ada

bendungan vena jugularis

palpasi : tidak ada nyeri tekan dan massa

g. Dada : inspeksi :bentuk simetris, tidak ada lesi, tidak ada massa

palpasi : ada nyeri tekan

paru-paru : palpasi :tidak ada fraktur costae

perkusi :bunyi resonan

auskultasi :tidak ada ronchi,wheezing.

Jantung :Palpasi :ictus cordis pada ICS 4-5

Tidak ada oedema.

Perkusi :bunyi pekak.

auskultasi :tidak ada bunyi tambahan

h. Abdomen :Inspeksi :bentuk simetris

Auskultasi :bising usus 10-14x/menit

Perkusi :suara timpani

Palpasi :tidak ada nyeri tekan

i. Genetalia :tidak terkaji

j. Anus :tidak terkaji

16

Page 17: Tugas Bu.heni Gadar Baru

k. Punggung :Bentuk simetris,tidak ada oedema dan nyeri tekan.

l. Ekstermitas : - Atas

Inspeksi :simetris, tidak ada oedema/massa,terpasag infus pada

tangan kiri.

Palpasi :tidak ada nyeri tekan/oedema

-Bawah

Inspeksi :simetris, tidak ada odem.

Pemeriksaan Penunjang

-Tes USG

-Tes laboratorium

Terapi

- Terapi Non edoskopi (bilas lambung)

- Terapi endoskopi

- Terapi radiologi

17

Page 18: Tugas Bu.heni Gadar Baru

3.3 Analisa data

Diagnosa Keperawatan 1

Tanggal Data Masalah Etiologi

Ds :

Pasien mengeluh muntah

darah ,mual, muntah, BAB

berwarna hitam dan tidak

nafsu makan.

Do :

TD :110/60mmHg

RR :24 x/menit

Nadi :88x/menit

Suhu :36,80C

Hb: 10,5 mg/dl

Pasien tampak gelisah

Kekurangan volume

cairan

Perdarahan

Diagnosa Keperawatan 2

Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan yang ditandai dengan :

Ds :

Pasien mengeluh muntah darah, BAB berwana hitam, tidak nafsu makan.

Do :

TD :110/60mmHg

RR :24 x/menit

Nadi :88x/menit

Suhu :36,80C

Hb: 10,5 mg/dl

Pasien tampak gelisah

Diagnosa Keperawatan 2

18

Page 19: Tugas Bu.heni Gadar Baru

Tanggal Data Masalah Etiologi

Ds :

Pasien mengeluh nyeri ulu

hati

Penilaian nyeri :

P : px mengatakan nyeri ulu

hati

Q : sedang

R :dada terasa sakit

S :5-6 (sedang)

T :hilang timbul

Do :

TD :110/60mmHg

RR :24 x/menit

Nadi :88x/menit

Suhu :36,80C

Hb: 10,5 mg/dl

Pasien tampak gelisah

Nyeri akut Agens cedera

(biologis)

Diagnosa Keperawatan 2

Nyeri akut b/d agens cedera (biologis) yang ditandai dengan :

Ds :

Pasien mengeluh nyeri dada.

Penilaian nyeri :

P : px mengatakan nyeri ulu hati

Q : sedang

R : dada terasa sakit

S : 5-6 (sedang)

T : hilang timbul

Do :

19

Page 20: Tugas Bu.heni Gadar Baru

TD :110/60mmHg

RR :24 x/menit

Nadi :88x/menit

Suhu :36,80C

Hb: 10,5 mg/dl

Pasien tampak gelisah

3.5 Implementasi

kasus 1

20

Page 21: Tugas Bu.heni Gadar Baru

Tanggal Implementasi Respon

1. Mengamati tanda-tanda vital.

c)   2.  Mencatat karakteristik muntah

atau drainase.

d)  3.  Mencatat respons fisiologis

individual pasien

e)  4.  Mengawasi masukan dan

haluaran kehilangan darah/ cairan

melalui muntah dan defekasi.

g)  5.   Mempertahankan tirah baring,

untuk mencegah muntah.

6.   6. Memberikan cairan intravena

melalui infuse untuk mengganti

cairan yang hilang.

1. Px berkeringat dan tampak

lemas

2. Px kooperatif

3. Px kooperatif

4. Px tampak pucat

5. Px mengikuti perintah perawat

dengan pelan.

6. Px kooperatif dengan tindakan

yang di berikan oleh petugas.

kasus 2

21

Page 22: Tugas Bu.heni Gadar Baru

Tanggal Implementasi Respon

1. Kolaborasi :

Memberikan obat sesuai

indikasi

2. Mengamati tanda - tanda

vital

3. Memantau karakteristik

nyeri,catat laporan

verbal,dan non verbal.

4. Mengambil gambaran

lengkap terhadap nyeri dari

pasien termasuk lokasi,

intesitas,

lamanya,penyebaran,kualita

s.

5. Memberikan lingkungan

yang nyaman dan aktivitas

perlahan.

1. Px berkeringat dan tampak

lemas

2. Px kooperatif

3. Px kooperatif

4. Px tampak pucat

5. Px mengikuti perintah perawat

dengan pelan.

6. Px kooperatif dengan tindakan

yang di berikan oleh petugas.

3.6 Evaluasi

Tanggal Diagnose 1 Evaluasi

Kekurangan volume cairan S:

22

Page 23: Tugas Bu.heni Gadar Baru

berhubungan dengan

perdarahan.

Pasien sudah tidak muntah

darah ,mual, muntah.

BAB berwarna hitam dan

nafsu makan baik.

O :

TD :110/80mmHg

RR :24 x/menit

Nadi :88x/menit

Suhu :36 0C

Hb: 10,5 mg/dl

Pasien tampak sedikit tenang

A: masalah teratasi sebagian

P : intervensi di lanjutkan

Tanggal Diagnose 1 Evaluasi

Nyeri akut b/d agens cedera

(biologis)

S:

Pasien masih sedikit mengeluh nyeri

ulu hati

Penilaian nyeri :

P : px masih sedikit nyeri ulu hati

Q : sedang

R :dada sedikit terasa sakit

S : 4-5 (sedang)

T : nyeri timbul ketika muntah dan

hilang setelah diberikan obat

O :

TD :110/80mmHg

RR :24 x/menit

23

Page 24: Tugas Bu.heni Gadar Baru

Nadi :88x/menit

Suhu :36 0C

Hb: 10,5 mg/dl

Pasien tampak sedikit tenang

A: masalah teratasi sebagian

P : intervensi di lanjutkan

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

24

Page 25: Tugas Bu.heni Gadar Baru

Perdarahan saluran cerna adalah suatu perdarahan yang bisa terjadi dimana saja di

sepanjang saluran pencernaan, mulai dari mulut sampai anus. Bisa berupa

ditemukannya darah dalam tinja atau muntah darah, tetapi gejala bisa juga

tersembunyi dan hanya bisa diketahui melalui pemeriksaan tertentu. Penyebab

perdarahan saluran cerna bagian atas diantaranya adalah :

- Kelainan esophagus: varises, esophagitis, keganasan

- Kelainan lambung dan duodenum: tukak lambung & duodenum, keganasan,

dll

- Penyakit dharah: leukemia, purpura trombositopenia, dll.

- Penyakit sistemik lainnya: uremia, dll

- Pemakaian obat yang ulserogenik: golongan salisilat, kortikosteroid, alkohol,

dll

B. SARAN

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi perawat dalam memberikan asuhan

perawatan khususnya keperawatan Kegawat Daruratan agar menjadi perawat yang

handal dan tindakannya sesuai prosedur.

DAFTAR PUSTAKA

25

Page 26: Tugas Bu.heni Gadar Baru

Gallo & hudak ,1987.” Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik Volume 2 Edisi

VI”Jakarta: EGC

Noer ssaifoellah, 1996.” Ilmu penyakit dalam”. Jakarta: Gaya baru:

Dongoes emarilyan

Heather T. Herdman,2012-2014 “Nanda Internasional Diagnosa

Keperawatan”Jakarta: EGC

26