spo praktik gadar

41
PEMBALUTAN PENGERTIAN Membalut adalah tindakan untuk menyangga atau menahan bagian tubuh agar tidak bergeser atau berubah dari posisi yang dikehendaki. TUJUAN 1. Menghindari bagian tubuh agar tidak bergeser dari tempatnya 2. Mencegah terjadinya pembengkakan 3. Menyokong bagian badan yang cidera dan mencegah agar bagian itu tidak bergeser 4. Menutup agar tidak kena cahaya, debu dan kotoran ALAT DAN BAHAN 1. Mitella adalah pembalut berbentuk segitiga 2. Dasi adalah mitella yang berlipat – lipat sehingga berbentuk seperti dasi 3. Pita adalah pembalut gulung 4. Plester adalah pembalut berperekat 5. Pembalut yang spesifik 6. Kassa steril 1. Mitella adalah pembalut berbentuk segitiga a. Bahan pembalut terbuat dari kain yang berbentuk segitiga sama kaki dengan berbagai ukuran. Panjang kaki antara 50 – 100 cm. b. Pembalut ini dipergunakan pada bagian kaki yang terbentuk bulat atau untuk menggantung bagian anggota badan yang cedera c. Pembalut ini bisa dipakai pada cedera di kepala, bahu, dada, siku, telapak tangan, pinggul, telapak kaki dan untuk menggantung tangan d. Cara membalut dengan mitela : Salah satu sisi mitella dilipat 3 – 4 cm sebanyak 1 – 3 kali Pertengahan sisi yang telah terlipat diletakkan diluar bagian yang akan dibalut, lalu ditarik secukupnya dan kedua ujung sisi itu diikatkan Salah satu ujung yang bebas lainnya ditarik dan dapat diikatkan pada ikatan b, atau diikatkan pada tempat lain maupun dapat dibiarkan bebas, hal ini tergantung pada tempat dan kepentingannya

Upload: nurul-fahmi-rizka-laily

Post on 01-Jan-2016

109 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

praktek gadar

TRANSCRIPT

Page 1: SPO Praktik Gadar

PEMBALUTANPENGERTIANMembalut adalah tindakan untuk menyangga atau menahan bagian tubuh agar tidak bergeser atau berubah dari posisi yang dikehendaki.

TUJUAN1. Menghindari bagian tubuh agar tidak bergeser dari tempatnya2. Mencegah terjadinya pembengkakan3. Menyokong bagian badan yang cidera dan mencegah agar bagian itu tidak bergeser4. Menutup agar tidak kena cahaya, debu dan kotoran

ALAT DAN BAHAN1. Mitella adalah pembalut berbentuk segitiga2. Dasi adalah mitella yang berlipat – lipat sehingga berbentuk seperti dasi3. Pita adalah pembalut gulung4. Plester adalah pembalut berperekat5. Pembalut yang spesifik6. Kassa steril

1. Mitella adalah pembalut berbentuk segitigaa. Bahan pembalut terbuat dari kain yang berbentuk segitiga sama kaki dengan berbagai ukuran. Panjang kaki antara 50 – 100 cm.b. Pembalut ini dipergunakan pada bagian kaki yang terbentuk bulat atau untuk menggantung bagian anggota badan yang cederac. Pembalut ini bisa dipakai pada cedera di kepala, bahu, dada, siku, telapak tangan, pinggul, telapak kaki dan untuk menggantung tangan

d. Cara membalut dengan mitela : Salah satu sisi mitella dilipat 3 – 4 cm sebanyak 1 – 3 kali Pertengahan sisi yang telah terlipat diletakkan diluar bagian yang akan dibalut, lalu ditarik secukupnya dan kedua ujung sisi itu diikatkan Salah satu ujung yang bebas lainnya ditarik dan dapat diikatkan pada ikatan b, atau diikatkan pada tempat lain maupun dapat dibiarkan bebas, hal ini tergantung pada tempat dan kepentingannya

e. Gambar cara membalut dengan mitela : Luka pada atap tengkorak Luka pada dada Lengan yang cedera Telapak kaki

2. Dasi adalah mitella yang berlipat – lipat sehingga berbentuk seperti dasia. Pembalut ini adalah mitella yang dilipat – lipat dari salah satu sisi segitiga agar beberapa lapis dan

Page 2: SPO Praktik Gadar

berbentuk seperti pita dengan kedua ujung – ujungnya lancip dan lebarnya antara 5 – 10 cmb. Pembalut ini biasa dipergunakan untuk membalut mata, dahi (atau bagian kepala yang lain), rahang, ketiak, lengan, siku, paha, lutut, betis dan kaki terkilir

c. Cara membalut dengan dasi : Pembalut mitella dilipat – lipat dari salah satu sisi sehingga berbentuk pita dengan masing – masing ujung lancip Bebatkan pada tempat yang akan dibalut sampai kedua ujungnya dapat diikatkan Diusahakan agar balutan tidak mudah kendor dengan cara sebelum diikat arahnya saling menarik Kedua ujungnya diikatkan secukupnya

d. Gambar cara membalut dengan dasi : Luka pada mata Luka pada dagu Luka pada ketiak Luka pada sikub3. Pita adalah pembalut gulunga. Pembalut ini dapat dibuat dari kain katun, kain kassa, flanel atau bahan elastis. Yang paling sering adalah dari kassa, hal ini karena kassa mudah menyerap air, darah dan tidak mudah bergeser (kendor)b. Macam – macam pembalut dan penggunaanya : Lebar 2,5 cm : biasa untuk jari – jari Lebar 5 cm : biasa untuk leher dan pergelangan tangan Lebar 7,5 cm :biasa untuk kepala, lengan atas, lengan bawah, betis dan kaki Lebar 10 cm : biasa untuk paha dan sendi panggul Lebar > 10 – 15 cm : biasa untuk dada, perut dan punggung

c. Cara membalut dengan pita : Berdasar besar bagian tubuh yang akan dibalut, maka dipilih pembalutan pita ukuran lebar yang sesuai Balutan pita biasanya beberapa lapis, dimulai dari salah satu ujung yang diletakkan dari proksimal ke distal menutup sepanjang bagian tubuh yang akan dibalut kemudian dari distal ke proksimal dibebatkan dengan arah bebatan saling menyilang dan tumpang tindih antara bebatan yang satu dengan bebatan berikutnya Kemudian ujung yang dalam tadi (b) diikat dengan ujung yang lain secukupnya

d. Gambar cara membalut dengan pita : Pada kepala Pada lengan Pada tumit Pada telapak tangan

Page 3: SPO Praktik Gadar

4. Plester adalah pembalut berperekata. Pembalut ini untuk merekatkan penutup luka, untuk fiksasi pada sendi yang terkilir, untuk merekatkan pada kelainan patah tulangb. Khusus untuk penutup luka, biasa dilengkapi dengan obat anti septikc. Cara membalut luka dengan plester Jika ada luka terbuka : luka diberi obat antiseptik, tutup luka dengan kassa, baru lekatkan pembalut plester Jika untuk fiksasi (misalnya pada patah tulang atau terkilir) : balutan plester dibuat ”strapping” dengan membebat berlapis – lapis dari distal ke proksimal dan untuk membatasi gerakkan tertentu perlu kita yang masing – masing ujungnya difiksasi dengan plester

5. Pembalut yang spesifika. Snelverband adalah pembalut pita yang sudah ditambah dengan kassa penutup luka dan steril, baru dibuka pada saat akan dipergunakan, sering dipakai pada luka – luka lebar yang terdapat pada badanb. Sufratulle adalah kassa steril yang telah direndam dengan obat pembunuh kuman. Biasa dipergunakan pada luka – luka kecil

6. Kassa sterila. Adalah kassa yang dipotong dengan berbagai ukuran untuk menutup luka kecil yang sudah diberi obat – obatan (antibiotik, antiplagestik)b. Setelah ditutup kassa itu kemudian baru dibalut

PROSEDUR PEMBALUTAN 1. Perhatikan tempat atau letak yang akan dibalut dengan menjawab pertanyaan ini :a. Bagian dari tubuh yang mana ?b. Apakah ada luka terbuka atau tidak ?c. Bagaimana luas luka tersebut ?d. Apakah perlu membatasi gerak bagian tubuh tertentu atau tidak ?2. Pilih jenis pembalut yang akan dipergunakan ! dapat salah satu atau kombinasi3. Sebelum dibalut jika luka terbuka perlu diberi desinfektan atau dibalut dengan pembalut yang mengandung desinfektan atau dislokasi perlu direposisi4. Tentukan posisi balutan dengan mempertimbangkan :a. Dapat membatasi pergeseran atau gerak bagian tubuh yang memang perlu difiksasib. Sesedikit mungkin membatasi gerak bagian tubuh yang lainc. Usahakan posisi balutan yang paling nyaman untuk kegiatan pokok penderitad. Tidak mengganggu peredaran darah, misalnya pada balutan berlapis, lapis yang paling bawah letaknya disebelah distale. Tidak mudah kendor atau lepas

PEMBIDAIAN

Page 4: SPO Praktik Gadar

PENGERTIANBidai atau spalk adalah alat dari kayu, anyaman kawat atau bahan lain yang kuat tetapi ringan yang digunakan untuk menahan atau menjaga agar bagian tulang yang patah tidak bergerak (immobilisasi)

TUJUAN PEMBIDAIAN 1. Mencegah pergerakan / pergeseran dari ujung tulang yang patah2. Mengurangi terjadinya cedera baru disekitar bagian tulang yang patah3. Memberi istirahat pada anggota badan yang patah4. Mengurangi rasa nyeri5. Mempercepat penyembuhan

MACAM – MACAM BIDAI1. Bidai kerasUmumnya terbuat dari kayu, alumunium, karton, plastik atau bahan lain yang kuat dan ringan. Pada dasarnya merupakan bidai yang paling baik dan sempurna dalam keadaan darurat. Kesulitannya adalah mendapatkan bahan yang memenuhi syarat di lapangan.Contoh : bidai kayu, bidai udara, bidai vakum.

2. Bidai traksiBidai bentuk jadi dan bervariasi tergantung dari pembuatannya, hanya dipergunakan oleh tenaga yang terlatih khusus, umumnya dipakai pada patah tulang paha.Contoh : bidai traksi tulang paha

3. Bidai improvisasiBidai yang dibuat dengan bahan yang cukup kuat dan ringan untuk penopang. Pembuatannya sangat tergantung dari bahan yang tersedia dan kemampuan improvisasi si penolong.Contoh : majalah, koran, karton dan lain-lain.

4. Gendongan/Belat dan bebatPembidaian dengan menggunakan pembalut, umumnya dipakai mitela (kain segitiga) dan memanfaatkan tubuh penderita sebagai sarana untuk menghentikan pergerakan daerah cedera.Contoh : gendongan lengan

PRINSIP PEMBIDAIAN1. Lakukan pembidaian pada tempat dimana anggota badan mengalami cidera ( korban yang dipindahkan)2. Lakukan juga pembidaian pada persangkaan patah tulang, jadi tidak perlu harus dipastikan dulu ada tidaknya patah tulang3. Melewati minimal dua sendi yang berbatasan

SYARAT – SYARAT PEMBIDAIAN1. Siapkan alat – alat selengkapnya

Page 5: SPO Praktik Gadar

2. Bidai harus meliputi dua sendi dari tulang yang patah. Sebelum dipasang diukur dulu pada anggota badan korban yang tidak sakit3. Ikatan jangan terlalu keras dan terlalu kendor4. Bidai dibalut dengan pembalut sebelum digunakan5. Ikatan harus cukup jumlahnya, dimulai dari sebelah atas dan bawah tempat yang patah6. Kalau memungkinkan anggota gerak tersebut ditinggikan setelah dibidai7. Sepatu, gelang, jam tangan dan alat pengikat perlu dilepas

GAMBAR PEMBIDAIAN PADA PATAH TULANG TUNGKAI BAWAHGAMBAR PEMBIDAIAN PADA PATAH TULANG LENGAN ATAS

EVAKUASI

Saat tiba di lokasi kita mungkin menemukan bahwa seorang korban mungkin harus dipindahkan. Pada situasi yang berbahaya tindakan cepat dan waspada sangat penting. Penanganan korban yang salah akan menimbulkan cedera lanjutan atau cedera baru.

MEKANIKA TUBUHPenggunaan tubuh dengan baik untuk memfasilitasi pengangkatan dan pemindahan korban untuk mencegah cedera pada penolong.Cara yang salah dapat menimbulkan cedera. Saat mengangkat ada beberapa hal yang harus diperhatikan :• Rencanakan pergerakan sebelum mengangkat• Gunakan tungkai jangan punggung• Upayakan untuk memindahkan beban serapat mungkin dengan tubuh• Lakukan gerakan secara menyeluruh dan upayakan agar bagian tubuh saling menopang• Bila dapat kurangi jarak atau ketinggian yang harus dilalui korban• Perbaiki posisi dan angkatlah secara bertahapHal-hal tersebut di atas harus selalu dilakukan bila akan memindahkan atau mengangkat korban. Kunci yang paling utama adalah menjaga kelurusan tulang belakang. Upayakan kerja berkelompok, terus berkomunikasi dan lakukan koordinasi.Mekanika tubuh yang baik tidak akan membantu mereka yang tidak siap secara fisik.

MEMINDAHKAN KORBANKapan penolong harus memindahkan korban sangat tergantung dari keadaan. Secara umum, bila tidak ada bahaya maka jangan memindahkan korban. Lebih baik tangani di tempat. Pemindahan korban ada 2 macam yaitu darurat dan tidak darurat1. Pemindahan DaruratPemindahan ini hanya dilakukan bila ada bahaya langsung terhadap korbanContoh situasi yang membutuhkan pemindahan segera:• Kebakaran atau bahaya kebakaran

Page 6: SPO Praktik Gadar

• Ledakan atau bahaya ledakan• Sukar untuk mengamankan korban dari bahaya di lingkungannya :– Bangunan yang tidak stabil– Mobil terbalik– Kerumunan masa yang resah– Material berbahaya– Tumpahan minyak– Cuaca ekstrim• Memperoleh akses menuju korban lainnya• Bila tindakan penyelamatan nyawa tidak dapat dilakukan karena posisi korban, misalnya melakukan RJPBahaya terbesar pada pemindahan darurat adalah memicu terjadinya cedera spinal. Ini dapat dikurangi dengan melakukan gerakan searah dengan sumbu panjang badan dan menjaga kepala dan leher semaksimal mungkin.Beberapa macam pemindahan darurat• Tarikan baju• Tarikan selimut atau kain• Tarikan bahu/lengan• Menggendong• Memapah• Membopong• Angkatan pemadam

2. Pemindahan BiasaBila tidak ada bahaya langsung terhadap korban, maka korban hanya dipindahkan bila semuanya telah siap dan korban selesai ditangani.Contohnya :• Angkatan langsung• Angkatan ekstremitas (alat gerak)

POSISI KORBANBagaimana meletakkan penderita tergantung dari keadaannya.• Korban dengan syok• Tungkai ditinggikan• Korban dengan gangguan pernapasan• Biasanya posisi setengah duduk• Korban dengan nyeri perut• Biasanya posisi meringkuk seperti bayi• Posisi pemulihan• Untuk korban yang tidak sadar atau muntahTidak mungkin untuk membahas semua keadaan. Situasi di lapangan dan keadaan korban akan memberikan petunjuk bagaimana posisi yang terbaik.

Page 7: SPO Praktik Gadar

PERALATAN EVAKUASI• Tandu beroda• Tandu lipat• Tandu skop / tandu ortopedi/ tandu trauma• Vest type extrication device (KED)• Tandu kursi• Tandu basket• Tandu fleksibel• Kain evakuasi• Papan spinal

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Transportasi Pasien

Transportasi Pasien adalah sarana yang digunakan untuk mengangkut

penderita/korban dari lokasi bencana ke sarana kesehatan yang memadai dengan

aman tanpa memperberat keadaan penderita ke sarana kesehatan yang memadai.

Seperti contohnya alat transportasi yang digunakan untuk memindahkan korban

dari lokasi bencana ke RS atau dari RS yang satu ke RS yang lainnya. Pada setiap

alat transportasi minimal terdiri dari 2 orang para medik dan 1 pengemudi (bila

memungkinkan ada 1 orang dokter). Prosedur untuk transport pasien antaralain

yaitu :

Prosedur Transport Pasien         :

1.   Lakukan pemeriksaan menyeluruh.

Pastikan bahwa pasien yang sadar bisa bernafas tanpa kesulitan setelah

diletakan di atas usungan. Jika pasien tidak sadar dan menggunakan alat

bantu jalan nafas (airway).

2.   Amankan posisi tandu di dalam ambulans.

Pastikan selalu bahwa pasien dalam posisI aman selama perjalanan ke

rumah sakit.

3.   Posisikan dan amankan pasien.

Selama pemindahan ke ambulans, pasien harus diamankan dengan kuat ke

usungan.

Page 8: SPO Praktik Gadar

4.   Pastikan pasien terikat dengan baik dengan tandu. Tali ikat keamanan

digunakan ketika pasien siap untuk dipindahkan ke ambulans, sesuaikan

kekencangan tali pengikat sehingga dapat menahan pasien dengan aman.

5.   Persiapkan jika timbul komplikasi pernafasan dan jantung.

Jika kondisi pasien cenderung berkembang ke arah henti jantung, letakkan

spinal board pendek atau papan RJP di bawah matras sebelum ambulans

dijalankan.

6.   Melonggarkan pakaian yang ketat.

7.   Periksa perbannya.

8.   Periksa bidainya.

9.   Naikkan keluarga atau teman dekat yang harus menemani pasien

10.                Naikkan barang-barang pribadi.

11.                Tenangkan pasien.

2.2 Teknik Pemindahan Pada Pasien

Teknik pemindahan pada klien termasuk dalam transport pasien, seperti

pemindahan pasien dari satu tempat ke tempat lain, baik menggunakan alat

transport seperti ambulance, dan branker yang berguna sebagai pengangkut

pasien gawat darurat.

1.  Pemindahan klien dari tempat tidur ke brankar

Memindahkan klien dri tempat tidur ke brankar oleh perawat membutuhkan

bantuan klien. Pada pemindahan klien ke brankar menggunakan penarik

atau kain yang ditarik untuk memindahkan klien dari tempat tidur ke

branker. Brankar dan tempat tidur ditempatkan berdampingan sehingga

klien dapat dipindahkan dengan cepat dan mudah dengan menggunakan

kain pengangkat. Pemindahan pada klien membutuhkan tiga orang

pengangkat

2.  Pemindahan klien dari tempat tidur ke kursi

Perawat menjelaskan prosedur terlebih dahulu pada klien sebelum

pemindahan. Kursi ditempatkan dekat dengan tempat tidur dengan

punggung kursi sejajar dengan bagian kepala tempat tidur. Emindahan yang

Page 9: SPO Praktik Gadar

aman adalah prioritas pertama, ketika memindahkan klien dari tempat tidur

ke kursi roda perawat harus menggunakan mekanika tubuh yang tepat.

3.  Pemindahan pasien ke posisi lateral atau prone di tempat tidur

a.              Pindahkan pasien dari ke posisi yang berlawanan

b.              Letakan tangan pasien yang dekat dengan perawat ke dada dan tangan

yang jauh ari perawat, sedikit kedapan badan pasien

c.              Letakan kaki pasien yang terjauh dengan perawat menyilang di atas kaki

yang terdekat

d.              Tempatkan diri perawat sedekat mungkin dengan pasien

e.              Tempatkan tangan perawat di bokong dan bantu pasien

f.               Tarik badan pasien

g.              Beri bantal pada tempat yang diperlukan.

2.3 Jenis-Jenis dari Transportasi Pasien

Transportasi pasien pada umumnya terbagi atas dua : Transportasi gawat

darurat dan kritis .

a.   Transportasi Gawat Darurat :

Setelah penderita diletakan diatas tandu (atau Long Spine Board bila

diduga patah tulang belakang) penderita dapat diangkut ke rumah sakit.

Sepanjang perjalanan dilakukan Survey Primer, Resusitasi jika perlu.

Mekanikan saat mengangkat tubuh gawat darurat

Tulang yang paling kuat ditubuh manusia adalah tulang panjang dan yang

paling kuat diantaranya adalah tulang paha (femur). Otot-otot yang beraksi

pada tutlang tersebut juga paling kuat.

Dengan demikian maka pengangkatan harus dilakukan dengan tenaga

terutama pada paha dan bukan dengan membungkuk angkatlah dengan

paha, bukan dengan punggung.

Panduan dalam mengangkat penderita gawat darurat

     1.        Kenali kemampuan diri dan kemampuan pasangan kita. Nilai beban yang akan

     2.        diangkat secara bersama dan bila merasa tidak mampu jangan dipaksakan

Page 10: SPO Praktik Gadar

     3.        Ke-dua kaki berjarak sebahu kita, satu kaki sedikit didepan kaki sedikit

sebelahnya

     4.        Berjongkok, jangan membungkuk, saat mengangkat

     5.        Tangan yang memegang menghadap kedepan

     6.        Tubuh sedekat mungkin ke beban yang harus diangkat. Bila terpaksa jarak

maksimal tangan dengan tubuh kita adalah 50 cm

     7.        Jangan memutar tubuh saat mengangkat

     8.        Panduan diatas berlaku juga saat menarik atau mendorong penderita

b.  Transportasi Pasien Kritis :

Definisi: pasien kritis adalah pasien dengan disfungsi atau gagal pada

satu atau lebih sistem tubuh, tergantung pada penggunaan peralatan

monitoring dan terapi.

Transport intra hospital pasien kritis harus mengikuti beberapa

aturan, yaitu:

1. Koordinasi sebelum transport

Informasi bahwa area tempat pasien akan dipindahkan telah siap

untuk menerima pasien tersebut serta membuat rencana terapi

Dokter yang bertugas harus menemani pasien dan komunikasi antar

dokter dan perawat juga harus terjalin mengenai situasi medis pasien

Tuliskan dalam rekam medis kejadian yang berlangsung selama

transport dan evaluasi kondisi pasien

2. Profesional beserta dengan pasien: 2 profesional (dokter atau perawat)

harus menemani pasien dalam kondisi serius.

Salah satu profesional adalah perawat yang bertugas, dengan

pengalaman CPRatau khusus terlatih pada transport pasien kondisi

kritis

Page 11: SPO Praktik Gadar

Profesioanl kedua dapat dokter atau perawat. Seorang dokter harus

menemanipasien dengan instabilitas fisiologik dan pasien yang

membutuhkan urgent action

3. Peralatan untuk menunjang pasien

Transport monitor

Blood presure reader

Sumber oksigen dengan kapasitas prediksi transport, dengan

tambahan cadangan30 menit

Ventilator portable, dengan kemampuan untuk menentukan

volume/menit, pressure FiO2 of 100% and PEEP with disconnection

alarm and high airway pressure alarm.

Mesin suction dengan kateter suction

Obat untuk resusitasi: adrenalin, lignocaine, atropine dan sodium

bicarbonat

Cairan intravena dan infus obat dengan syringe atau pompa infus

dengan baterai

Pengobatan tambahan sesuai dengan resep obat pasien tersebut

4. Monitoring selama transport.

Tingkat monitoring dibagi sebagai berikut: Level 1=wajib,level

2=Rekomendasi kuat, level 3=ideal

Monitoring kontinu: EKG, pulse oximetry (level 1)

Monitoring intermiten: Tekanan darah, nadi , respiratory rate (level 1

pada pasien pediatri, Level 2 pada pasien lain).

2.4 Transport Pasien Rujukan

Rujukan adalah penyerahan tanggung jawab dari satu pelayanan

kesehatan ken pelayanan kesehatan lainnya.

Page 12: SPO Praktik Gadar

System rujukan upaya kesehatan adalah suatu system jaringan

fasilitas pelayanan kesehatan yang memungkinkan terjadnya penyerangan

tanggung jawab secara timbale-balik atas masalah yang timbul, baik secara

vertical maupun horizontal ke fasilitas pelayanan yang lebih kompeten,

terjangkau, rasional, da tidak dibatasi oleh wilayah administrasi.

Tujuan Rujukan

Tujuan system rujukan adalah agar pasien mendapatkan pertolongan

pada fasilitas pelayanan keseshatan yang lebih mampu sehinngga jiwanya

dapat terselamtkan, dengan demikian dapat meningkatkan AKI dan AKB

Cara Merujuk

Langkah-langkah rujukan adalah :

1.      Menentukan kegawat daruratan penderita

a)      Pada tingkat kader atau dukun bayi terlatih ditemukan penderita yang

tidak dapat ditangani sendiri oleh keluarga atau kader/dukun bayi, maka

segera dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan yang terdekat,oleh karena

itu mereka belum tentu dapat menerapkan ke tingkat kegawatdaruratan.

b)      Pada tingkat bidan desa, puskesmas pembatu dan puskesmas.

Tenaga kesehatan yang ada pada fasilitas pelayanan kesehatan tersebut

harus dapat menentukan tingkat kegawatdaruratan kasus yang ditemui,

sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya, mereka harus

menentukan kasus manayang boleh ditangani sendiri dan kasus mana yang

harus dirujuk.

2.      Menentukan tempat rujukan

Prinsip dalam menentukan tempat rujukan adalah fasilitas pelayanan yang

mempunyai kewenangan dan terdekat termasuk fasilitas pelayanan swasta

dengan tidak mengabaikan kesediaan dan kemampuan penderita.

3.   Memberikan informasi kepada penderita dan keluarga

4.   Mengirimkan informasi pada tempat rujukan yang dituju

a.   Memberitahukan bahwa akan ada penderita yang dirujuk.

b.   Meminta petunjuk apa yang perlu dilakukan dalam rangka persiapan dan

selama dalam

Page 13: SPO Praktik Gadar

perjalanan ke tempat rujukan.

c.       Meminta petunjuk dan cara penangan untuk menolong penderita bila

penderita tidak mungkin dikirim.

5.      Persiapan penderita (BAKSOKUDA)

6.      Pengiriman Penderita

7.      Tindak lanjut penderita :

a)      Untuk penderita yang telah dikembalikan

b)      Harus kunjungan rumah, penderita yang memerlukan tindakan lanjut

tapi tidak melapor

Jalur Rujukan

Alur rujukan kasus kegawat daruratan :

1. Dari Kader

Dapat langsung merujuk ke :

a.       Puskesmas pembantu

b.      Pondok bersalin atau bidan di desa

c.       Puskesmas rawat inap

d.      Rumah sakit swasta / RS pemerintah

2. Dari Posyandu

Dapat langsung merujuk ke :

a)      Puskesmas pembantu

b)      Pondok bersalin atau bidan di desa

Page 14: SPO Praktik Gadar

BASIC LIFE SUPPORT

(BANTUAN DASAR HIDUP)

PendahuluanJika pada suatu keadaan ditemukan korban dengan penilaian dini

terdapat gangguan tersumbatnya jalan nafas, tidak ditemukan adanya nafas dan atau tidak ada nadi, maka penolong harus segera melakukan tindakan yang dinamakan dengan istilahBANTUAN HIDUP DASAR (BHD).

Bantuan hidup dasar terdiri dari beberapa cara sederhana yang dapat membantu mempertahankan hidup seseorang untuk sementara. Beberapa cara sederhana tersebut adalah bagaimana menguasai dan membebaskan jalan nafas, bagaimana memberikan bantuan penafasan dan bagaimana membantu mengalirkan darah ke tempat yang penting dalam tubuh korban, sehingga pasokan oksigen ke otak terjaga untuk mencegah matinya sel otak.

Penilaian dan perawatan yang dilakukan pada bantuan hidup dasar sangat penting guna melanjutkan ketahapan selanjutnya. Hal ini harus dilakukan secara cermat dan terus menerus termasuk terhadap tanggapan korban pada proses pertolongan.

Bila tindakan ini dilakukan sebagai kesatuan yang lengkap maka tindakan ini dikenal dengan istilah RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP).

Untuk memudahkan pelaksanaannya maka digunakan akronim A- B - C yang berlaku universal.

A = Airway control atau penguasaan jalan nafasB = Breathing Support atau bantuan pernafasan

Page 15: SPO Praktik Gadar

C = Circulatory Support atau bantuan sirkulasi lebih dikenal dengan Pijatan Jantung Luar dan

menghentikan perdarahan besar

Setiap tahap ABC pada RJP diawali dengan fase penilaian : penilaian respons, pernafasan dan nadi. 

Penilaian respons.Setelah memastikan keadaan aman, maka penolong yang tiba

ditempat kejadian harus segera melakukan penilaian dini. Lakukan penilaian respons dengan cara menepuk bahu korban dan tanyakan dengan suara lantang.

Aktifkan sistem SPGDTDi beberapa daerah yang Sistem Penanganan Gawat Darurat

Terpadunya sudah berjalan dengan baik, penolong dapat meminta bantuan dengan nomor akses yang ada. Bila penolong adalah tim dari sistem SPGDT maka tidak perlu mengaktifkan sistem tersebut. Prinsipnya adalah saat menentukan korban tidak respons maka ini harus dilaporkan untuk memperoleh bantuan.

Airway Control (Penguasaan Jalan Nafas)

Bila tidak ditemukan respons pada korban maka langkah selanjutnya adalah penolong menilai pernafasan korban apakah cukup adekuat? Untuk menilainya maka korban harus dibaringkan terlentang dengan jalan nafas terbuka.

Lidah paling sering menyebabkan sumbatan jalan nafas pada kasus-kasus korban dewasa tidak ada respons, karena pada saat korban kehilangan kesadaran otot-otot akan menjadi lemas termasuk otot dasar lidah yang akan jatuh ke belakang sehingga jalan nafas jadi tertutup. Penyebab lainnya adalah adanya benda asing terutama pada bayi dan anak.

Penguasan jalan nafas merupakan prioritas pada semua korban. Prosedurnya sangat bervariasi mulai dari yang sederhana sampai yang

Page 16: SPO Praktik Gadar

paling rumit dan penanganan bedah. Tindakan-tindakan yang lain kecil peluangnya untuk berhasil bila jalan nafas korban masih terganggu.

Beberapa cara yang dikenal dan sering dilakukan untuk membebaskan jalan nafas

a. Angkat Dagu Tekan Dahi :

Teknik ini dilakukan pada korban yang tidak mengalami trauma pada kepala, leher maupun tulang belakang.

b. Perasat Pendorongan Rahang Bawah (Jaw Thrust Maneuver)

Teknik ini digunakan sebagai pengganti teknik angkat dagu tekan dahi. Teknik ini sangat sulit dilakukan tetapi merupakan teknik yang aman untuk membuka jalan nafas bagi korban yang mengalami trauma pada tulang belakang. Dengan teknik ini, kepala dan leher korban dibuat dalam posisi alami / normal.

Page 17: SPO Praktik Gadar

Ingat : Teknik ini hanya untuk korban yang mengalami trauma tulang belakang atau curiga trauma tulang belakang

Pemeriksaan Jalan Nafas

Setelah jalan nafas terbuka, maka periksalah jalan nafas karena terbukanya jalan nafas dengan baik dan bersih sangat diperlukan untuk pernafasan adekuat. Keadaan jalan nafas dapat ditentukan bila korban sadar, respon dan dapat berbicara dengan penolong.

Perhatikan pengucapannya apakah baik atau terganggu, dan hati-hati memberikan penilaian untuk korban dengan gangguan mental.

Untuk korban yang disorientasi, merasa mengambang, bingung atau tidak respon harus diwaspadai kemungkinan adanya darah, muntah atau cairan liur berlebihan dalam saluran nafas. Cara ini lebih lanjut akan diterangkan pada halaman cara pemeriksaan jalan nafas.

C. Membersihkan Jalan Nafas

- Posisi PemulihanBila korban dapat bernafas dengan baik dan tidak ada kecurigaan

adanya cedera leher, tulang punggung atau cedera lainnya yang dapat bertambah parah akibat tindakan ini maka letakkan korban dalam posisi pemulihan atau dikenal dengan istilah posisi miring mantap.

Posisi ini berguna untuk mencegah sumbatan dan jika ada cairan maka cairan akan mengalir melalui mulut dan tidak masuk ke dalam saluran nafas.

- Sapuan Jari

Page 18: SPO Praktik Gadar

Teknik hanya dilakukan untuk penderita yang tidak sadar, penolong menggunakan jarinya untuk membuang benda yang mengganggu jalan nafas.

BREATHING SUPPORT (BANTUAN PERNAFASAN)Bila pernafasan seseorang terhenti maka penolong harus berupaya

untuk memberikan bantuan pernafasan.Teknik yang digunakan untuk memberikan bantuan pernafasan yaitu:

a. Menggunakan mulut penolong:

   1. Mulut ke masker RJP   2. Mulut ke APD   3. Mulut ke mulut / hidung

b. Menggunakan alat bantu

Kantung masker berkatup (Bag Valve Mask / BVM)

Page 19: SPO Praktik Gadar

Frekuensi pemberian nafas buatan:Dewasa : 30 kali kompresi, 2 kali pernapasanAnak & Bayi : 30 kali kompresi, 2 kali pernapasan (1 penolong)

15 kali kompresi, 2 kali pernapasan (2 penolong)

Bahaya bagi penolong yang melakukan bantuan pernafasan dari mulut ke mulut:- Penyebaran penyakit- Kontaminasi bahan kimia- Muntahan penderita

Saat memberikan bantuan pernafasan petunjuk yang dipakai untuk menentukan cukup tidaknya udara yang dimasukkan adalah gerakan naiknya dada. Jangan sampai memberikan udara yang berlebihan karena dapat mengakibatkan udara juga masuk dalam lambung sehingga menyebabkan muntah dan mungkin akan menimbulkan kerusakan pada paru-paru. Jika terjadi penyumbatan jalan nafas maka lakukan kembali Airway Control seperti yang dijelaskan di atas.

Beberapa tanda-tanda pernafasan:

Adekuat (mencukupi)- Dada dan perut bergerak naik dan turun seirama dengan pernafasan- Udara terdengar dan terasa saat keluar dari mulut / hidung

Page 20: SPO Praktik Gadar

- Korban tampak nyaman- Frekuensinya cukup (12-20 x/menit)

Kurang Adekuat (kurang mencukupi)- Gerakan dada kurang baik- Ada suara nafas tambahan- Kerja otot bantu nafas- Sianosis (kulit kebiruan)- Frekuensi kurang atau berlebihan- Perubahan status mental

Tidak Bernafas- Tidak ada gerakan dada dan perut- Tidak terdengar aliran udara melalui mulut atau hidung- Tidak terasa hembusan nafas dari mulut atau hidung

Bila menggunakan masker atau APD, pastikan terpasang dengan baik dan tidak mengalami kebocoran udara saat memberikan bantuan pernafasan.

CIRCULATORY SUPPORT (Bantuan Sirkulasi)

Tindakan paling penting pada bantuan sirkulasi adalah Pijatan Jantung Luar. Pijatan Jantung Luar dapat dilakukan mengingat sebagian besar jantung terletak diantara tulang dada dan tulang punggung sehingga penekanan dari luar dapat menyebabkan terjadinya efek pompa pada jantung yang dinilai cukup untuk mengatur peredaran darah minimal pada keadaan mati klinis.

Penekanan dilakukan pada bagian tengah tulang dada. Kedalaman penekanan sekitar 3-5 cm (sesuaikan dengan keadaan pasien).

Page 21: SPO Praktik Gadar

Secara umum dapat dikatakan bahwa bila jantung berhenti berdenyut maka pernafasan akan langsung mengikutinya, namun keadaan ini tidak berlaku sebaliknya. Seseorang mungkin hanya mengalami kegagalan pernafasan dengan jantung masih berdenyut, akan tetapi dalam waktu singkat akan diikuti henti jantung karena kekurangan oksigen.

Pada saat terhentinya kedua sistem inilah seseorang dinyatakan sebagai mati klinis. Berbekal pengertian di atas maka selanjutnya dilakukan tindakan Resusitasi Jantung Paru.

BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1    Pengertian BLS

Resusitasi jantung paru (RJP) merupakan usaha yang dilakukan untuk mengembalikan

fungsi pernafasan dan atau sirkulasi pada henti nafas (respiratory arrest) dan atau henti jantung

(cardiac arrest). Resusitasi jantung paru otak dibagi dalam tiga fase : bantuan hidup dasar,

bantuan hidup lanjut, bantuan hidup jangka lama. Namun pada pembahasan kali ini lebih

difokuskan pada Bantuan Hidup Dasar.

Page 22: SPO Praktik Gadar

Bantuan Hidup Dasar (Basic Life Support, disingkat BLS) adalah suatu tindakan

penanganan yang dilakukan dengan sesegera mungkin dan bertujuan untuk menghentikan proses

yang menuju kematian.

Menurut AHA Guidelines tahun 2005, tindakan BLS ini dapat disingkat dengan teknik

ABC yaitu airway atau membebaskan jalan nafas, breathing atau memberikan nafas buatan, dan

circulation atau pijat jantung pada posisi shock. Namun pada tahun 2010 tindakan BLS diubah

menjadi CAB (circulation, breathing, airway). Tujuan utama dari BLS adalah untuk melindungi

otak dari kerusakan yang irreversibel akibat hipoksia, karena peredaran darah akan berhenti

selama 3-4 menit.

2.2    Langkah-Langkah BLS (Sistem CAB)

1.        Memeriksa keadaan pasien, respon pasien, termasuk mengkaji ada / tidak adanya nafas secara

visual tanpa teknik Look Listen and Feel.

2.        Melakukan panggilan darurat.

3.        Circulation :

           Meraba dan menetukan denyut nadi karotis. Jika ada denyut nadi maka dilanjutkan dengan

memberikan bantuan pernafasan, tetapi jika tidak ditemukan denyut nadi, maka dilanjutkan

dengan melakukan kompresi dada.

           Untuk penolong non petugas kesehatan tidak dianjurkan untuk memeriksa denyut nadi korban.

           Pemeriksaan denyut nadi ini tidak boleh lebih dari 10 detik.

           Lokasi kompresi berada pada tengah dada korban (setengah bawah sternum). Penentuan lokasi

ini dapat dilakukan dengan cara tumit dari tangan yang pertama diletakkan di atas sternum,

kemudian tangan yang satunya diletakkan di atas tangan yang sudah berada di tengah sternum.

Jari-jari tangan dirapatkan dan diangkat pada waktu penolong melakukan tiupan nafas agar tidak

menekan dada.

Page 23: SPO Praktik Gadar

Gambar 1 Posisi tangan

           Petugas berlutut jika korban terbaring di bawah, atau berdiri disamping korban jika korban

berada di tempat tidur

Gambar 2 Chest compression           Kompresi dada dilakukan sebanyak satu siklus (30 kompresi, sekitar 18 detik)

           Kecepatan kompresi diharapkan mencapai sekitar 100 kompresi/menit. Kedalaman kompresi

untuk dewasa minimal 2 inchi (5 cm), sedangkan untuk bayi minimal sepertiga dari diameter

anterior-posterior dada atau sekitar 1 ½ inchi (4 cm) dan untuk anak sekitar 2 inchi (5 cm).

4.        Airway. Korban dengan tidak ada/tidak dicurgai cedera tulang belakang maka bebaskan jalan

nafas melalui head tilt– chin lift. Caranya dengan meletakkan satu tangan pada dahi korban, lalu

mendorong dahi korban ke belakang agar kepala menengadah dan mulut sedikit terbuka (Head

Tilt) Pertolongan ini dapat ditambah dengan mengangkat dagu (Chin Lift). Namun jika korban

dicurigai cedera tulang belakang maka bebaskan jalan nafas melalui jaw thrust yaitu dengan

mengangkat dagu sehingga deretan gigi Rahang Bawah berada lebih ke depan daripada deretan

gigi Rahang Atas.

Page 24: SPO Praktik Gadar

Gambar 3 Head Tilt & Chin Lift

Gambar 4 Jaw Thrust5.        Breathing. Berikan ventilasi sebanyak 2 kali. Pemberian ventilasi dengan jarak 1 detik diantara

ventilasi. Perhatikan kenaikan dada korban untuk memastikan volume tidal yang masuk adekuat.

Untuk pemberian mulut ke mulut langkahnya sebagai berikut :

           Pastikan hidung korban terpencet rapat

           Ambil nafas seperti biasa (jangan terelalu dalam)

           Buat keadaan mulut ke mulut yang serapat mungkin

           Berikan satu ventilasi tiap satu detik

           Kembali ke langkah ambil nafas hingga berikan nafas kedua selama satu detik.

Page 25: SPO Praktik Gadar

Gambar 5 Pernafasan mulut ke mulut           Jika tidak memungkinkan untuk memberikan pernafasan melalui mulut korban dapat dilakukan

pernafasan mulut ke hidung korban.

           Untuk pemberian melalui bag mask pastikan menggunakan bag mask dewasa dengan volume 1-

2 L agar dapat memeberikan ventilasi yang memenuhi volume tidal sekitar 600 ml.

           Setelah terpasang advance airway maka ventilasi dilakukan dengan frekuensi 6 – 8

detik/ventilasi atau sekitar 8-10 nafas/menit dan kompresi dada dapat dilakukan tanpa interupsi.

           Jika pasien mempunyai denyut nadi namun membutuhkan pernapasan bantuan, ventilasi

dilakukan dengan kecepatan 5-6 detik/nafas atau sekitar 10-12 nafas/menit dan memeriksa

denyut nadi kembali setiap 2 menit.

           Untuk satu siklus perbandingan kompresi dan ventilasi adalah 30 : 2, setelah terdapat advance

airway kompresi dilakukan terus menerus dengan kecepatan 100 kali/menit dan ventilasi tiap 6-8

detik/kali.

6.        RJP terus dilakukan hingga alat defibrilasi otomatis datang, pasien bangun, atau petugas ahli

datang. Bila harus terjadi interupsi, petugas kesehatan sebaiknya tidak memakan lebih dari 10

detik, kecuali untuk pemasangan alat defirbilasi otomatis atau pemasangan advance airway.

7.        Alat defibrilasi otomatis. Penggunaanya sebaiknya segera dilakukan setelah alat tersedia/datang

ke tempat kejadian. Pergunakan program/panduan yang telah ada, kenali apakah ritme tersebut

Page 26: SPO Praktik Gadar

dapat diterapi kejut atau tidak, jika iya lakukan terapi kejut sebanyak 1 kali dan lanjutkan RJP

selama 2 menit dan periksa ritme kembali. Namun jika ritme tidak dapat diterapi kejut lanjutkan

RJP selama 2 menit dan periksa kembali ritme. Lakukan terus langkah tersebut hingga petugas

ACLS (Advanced Cardiac Life Support ) datang, atau korban mulai bergerak.

2.3    Perbedaaan Langkah-Langkah BLS Sistem ABC dengan CAB

No ABC CAB

1 Memeriksa respon pasien Memeriksa respon pasien termasuk

ada/tidaknya nafas secara visual.

2 Melakukan panggilan darurat dan

mengambil AED

Melakukan panggilan darurat

3 Airway (Head Tilt, Chin Lift) Circulation (Kompresi dada dilakukan

sebanyak satu siklus 30 kompresi,

sekitar 18 detik)

4 Breathing (Look, Listen, Feel,

dilanjutkan memberi 2x ventilasi

dalam-dalam)

Airway (Head Tilt, Chin Lift)

5 Circulation (Kompresi jantung +

nafas buatan (30 : 2))

Breathing ( memberikan ventilasi

sebanyak 2 kali, Kompresi jantung +

nafas buatan (30 : 2))

6 Defribilasi

Alasan untuk perubahan sistem ABC menjadi CAB adalah :

           Henti jantung terjadi sebagian besar pada dewasa. Angka keberhasilan kelangsungan hidup

tertinggi dari pasien segala umur yang dilaporkan adalah henti jantung dan ritme Ventricular

Fibrilation (VF) atau pulseless Ventrivular Tachycardia (VT). Pada pasien tersebut elemen RJP

yang paling penting adalah kompresi dada (chest compression) dan defibrilasi otomatis segera

(early defibrillation).

Page 27: SPO Praktik Gadar

           Pada langkah A-B-C yang terdahulu kompresi dada seringkali tertunda karena proses

pembukaan jalan nafas (airway) untuk memberikan ventilasi mulut ke mulut atau mengambil alat

pemisah atau alat pernafasan lainnya. Dengan mengganti langkah menjadi C-A-B maka

kompresi dada akan dilakukan lebih awal dan ventilasi hanya sedikit tertunda satu siklus

kompresi dada (30 kali kompresi dada secara ideal dilakukan sekitar 18 detik).

           Kurang dari 50% orang yang mengalami henti jantung mendapatkan RJP dari orang sekitarnya.

Ada banyak kemungkinan penyebab hal ini namun salah satu yang menjadi alasan adalah dalam

algoritma A-B-C, pembebasan jalan nafas dan ventilasi mulut ke mulut dalam Airway adalah

prosedur yang kebanyakan ditemukan paling sulit bagi orang awam. Memulai dengan kompresi

dada diharapkan dapat menyederhanakan prosedur sehingga semakin banyak korban yang bisa

mendapatkan RJP. Untuk orang yang enggan melakukan ventilasi mulut ke mulut setidaknya

dapat melakukan kompresi dada.

2.4    Penggunaan Sistem ABC Saat ini :

1.         Pada korban tenggelam atau henti nafas maka petugas sebaiknya melakukan RJP konvensional

(A-B-C) sebanyak 5 siklus (sekitar 2 menit) sebelum mengaktivasi sistem respon darurat.

2.         Pada bayi baru lahir, penyebab arrest kebanyakan adalah pada sistem pernafasan maka RJP

sebaiknya dilakukan dengan siklus A-B-C kecuali terdapat penyebab jantung yang diketahui.

2.5    Emergency Medical Service

Upaya Pertolongan terhadap penderita gawat darurat harus dipandang sebagai satu system

yang terpadu dan tidak terpecah-pecah. Sistem mengandung pengertian adanya komponen-

komponen yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi, mempunyai sasaran (output)

serta dampak yang diinginkan (outcome). Sistem yang bagus juga harus dapat diukur dengan

melalui proses evaluasi atau umpan balik yang berkelanjutan. Alasan kenapa upaya pertolongan

penderita harus dipandang sebagai satu system dapat diperjelas dengan skema di bawah ini :

Page 28: SPO Praktik Gadar

Injury & Pre Hospital Hospital Stage Rehabilitation

       First Responder

       Ambulance Service 24

jam

       Emergency Room

       Operating Room

       Intensif Care Unit

       Ward Care

       Fisical

       Psycological

       Social

Berdasarkan skema di atas, kualitas hidup penderita pasca cedera akan sangat bergantung

pada apa yang telah dia dapatkan pada periode Pre Hospital Stage bukan hanya tergantung pada

bantuan di fasilitas pelayanan kesehatan saja. Jika di tempat pertama kali kejadian penderita

mendapatkan bantuan yang optimal sesuai kebutuhannya maka resiko kematian dan kecacatan

dapat dihindari. Bisa diilustrasikan dengan penderita yang terus mengalami perdarahan dan tidak

dihentikan selama periode Pre Hospital Stage, maka akan sampai ke rumah sakit dalam kondisi

gagal ginjal.

Begitu cedera terjadi maka berlakulah apa yang disebut waktu emas (The Golden periode).

Satu jam pertama juga sangat menentukan sehingga dikenal istilah The Golden Hour. Setiap

detik sangat berharga bagi kelangsungan hidup penderita. Semakin panjang waktu terbuang

tanpa bantuan pertolongan yang memadai, semakin kecil harapan hidup korban. Terdapat 3

faktor utama di Pre Hospital Stage yang berperan terhadap kualitas hidup penderita nantinya

yaitu :

   Siapa penolong pertamanya

   Berapa lama ditemukannya penderita,

   kecepatan meminta bantuan pertolongan

Penolong pertama seharusnya orang awam yang terlatih dengan dukungan pelayanan

ambulan gawat darurat 24 jam. Ironisnya penolong pertama di wilayah Indonesia sampai saat

tulisan ini dibuat adalah orang awam yang tidak terlatih dan minim pengetahuan tentang

Page 29: SPO Praktik Gadar

kemampuan pertolongan bagi penderita gawat darurat.. Kecepatan penderita ditemukan sulit kita

prediksi tergantung banyak faktor seperti geografi, teknologi, jangkauan sarana tranport dan

sebagainya. Akan tetapi kualitas bantuan yang datang dan penolong pertama di tempat kejadian

dapat kita modifikasi.

Pada fase rumah sakit, Unit Gawat Darurat berperan sebagai gerbang utama jalan

masuknya penderita gawat darurat. Kemampuan suatu fasilitas kesehatan secara keseluruhan

dalam hal kualitas dan kesiapan dalam perannya sebagai pusat rujukan penderita dari pra rumah

tercermin dari kemampuan unit ini. Standarisasi Unit Gawat Darurat saat ini menjadi salah satu

komponen penilaian penting dalam perijinan dan akreditasi suatu rumah sakit. Penderita dari

ruang UGD dapat dirujuk ke unit perawatan intensif, ruang bedah sentral, ataupun bangsal

perawatan. Jika dibutuhkan, penderita dapat dirujuk ke rumah sakit lain.

Uraian singkat di atas kiranya cukup memberikan gambaran bahwa keberhasilan

pertolongan bagi penderita dengan criteria gawat darurat yaitu penderita yang terancam nyawa

dan kecacatan, akan dipengaruhi banyak factor sesuai fase dan tempat kejadian cederanya.

Pertolongan harus dilakukan secara harian 24 jam (daily routine) yang terpadu dan terkordinasi

dengan baik dalam satu system yang dikenal dengan Sistem Pelayanan gawat Darurat Terpadu

(SPGDT). Jika bencana massal terjadi dengan korban banyak, maka pelayanan gawat darurat

harian otomatis ditingkatkan fungsinya menjadi pelayanan gawat darurat dalam bencana

(SPGDB). Tak bisa ditawar-tawar lagi, pemerintah harus mulai memikirkan terwujudnya

penerapan system pelayanan gawat darurat terpadu.

Komponen penting yang harus disiapkan diantaranya :

1.        Sistem komunikasi

Page 30: SPO Praktik Gadar

Kejelasan kemana berita adanya kejadian gawat darurat disampaikan, akan memperpendek

masa pra rumah sakit yang dialami penderita. Pertolongan yang datang dengan segera akan

meminimalkan resiko-resiko penyulit lanjutan seperti syok hipovolemia akibat kehilangan darah

yang berkelanjutan, hipotermia akibat terpapar lingkungan dingin dan sebagainya. Siapapun

yang menemukan penderita pertama kali di lokasi harus tahu persis kemana informasi

diteruskan. Problemnya adalah bagaimana masyarakat dapat dengan mudah meminta tolong,

bagaimana cara membimbing dan mobilisasi sarana tranportasi (Ambulan), bagaimana kordinasi

untuk mengatur rujukan, dan bagaimana komunikasi selama bencana berlangsung.

2.        Pendidikan

Penolong pertama seringkali orang awam yang tidak memiliki kemampuan menolong yang

memadai sehingga dapat dipahami jika penderita dapat langsung meninggal ditempat kejadian

atau mungkin selamat sampai ke fasilitas kesehatan dengan mengalami kecacatan karena cara

tranport yang salah. Penderita dengan kegagalan pernapasan dan jantung kurang dari 4-6 menit

dapat diselamatkan dari kerusakan otak yang ireversibel. Syok karena kehilangan darah dapat

dicegah jika sumber perdarahan diatasi, dan kelumpuhan dapat dihindari jika upaya evakuasi &

tranportasi cedera spinal dilakukan dengan benar. Karena itu orang awam yang menjadi

penolong pertama harus menguasai lima kemampuan dasar yaitu :

           Menguasai cara meminta bantuan pertolongan

           Menguasai teknik bantuan hidup dasar (resusitasi jantung paru)

           Menguasai teknik mengontrol perdarahan

           Menguasai teknik memasang balut-bidai

           Menguasai teknik evakuasi dan tranportasi

Page 31: SPO Praktik Gadar

Golongan orang awam lain yang sering berada di tempat umum karena bertugas sebagai

pelayan masyarakat seperti polisi, petugas kebakaran, tim SAR atau guru harus memiliki

kemampuan tambahan lain yaitu menguasai kemampuan menanggulangi keadaan gawat darurat

dalam kondisi :

           Penyakit anak

           Penyakit dalam

           Penyakit saraf

           Penyakit Jiwa

           Penyakit Mata dan telinga

           Dan lainya sesuai kebutuhan sistem

Penyebarluasan kemampuan sebagai penolong pertama dapat diberikan kepada masyarakat

yang awam dalam bidang pertolongan medis baik secara formal maupun informal secara berkala

dan berkelanjutan. Pelatihan formal di intansi-intansi harus diselenggarakan dengan

menggunakan kurikulum yang sama, bentuk sertifikasi yang sama dan lencana tanda lulus yang

sama. Sehingga penolong akan memiliki kemampuan yang sama dan memudahkan dalam

memberikan bantuan dalam keadaan sehari-hari ataupun bencana masal.

3.        Tranportasi

Alat tranportasi yang dimaksud adalah kendaraannya, alat-alatnya dan personalnya.

Tranportasi penderita dapat dilakukan melalui darat, laut dan udara. Alat tranportasi penderita ke

rumah sakit saat ini masih dilakukan dengan kendaraan yang bermacam-macam kendaraan tanpa

kordinasi yang baik. Hanya sebagian kecil yang dilakukan dengan ambulan, itupun dengan

ambulan biasa yang tidak memenuhi standar gawat darurat. Jenis-jenis ambulan untuk suatu

wilayah dapat disesuaikan dengan kondisi lokal untuk pelayanan harian dan bencana.

Page 32: SPO Praktik Gadar

4.        Pendanaan

Sumber pendanaan cukup memungkinkan karena system asuransi yang kini berlaku di

Indonesia. Pegawai negeri punya ASKES, pegawai swasta memiliki jamsostek, masyarakat

miskin mempunyai ASKESKIN. Orang berada memiliki asuransi jiwa

5.        Quality Control

Penilaian, perbaikan dan peningkatan system harus dilakukan secara periodic untuk

menjamin kualitas pelayanan sesuai tujuan.