tugas gadar

50
MAKALAH KEPERAWATAN GAWAT DARURAT SPGDT(SISTEM PENANGGULANGAN GAWAT DARURAT TERPADU),SURVEY PRIMER DAN SURVEY SEKUNDER Dosen :Ns.Badaruddin S.kep Disusun oleh: 1. HERMANTO 2. L.ARI KURNIAWAN 3. L.ANGGA PRATAMA 4. AYUANA 5. DINI HERAWATI 6. EFRIDA SUSIANA 7. SUSILAWATI 8. YUSMUTIA YUNIARTA YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT SEKOLAH TINGI ILMU KESEHTAN YARSI MATARAM PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN MATARAM

Upload: anto-nie

Post on 27-Jun-2015

2.473 views

Category:

Documents


62 download

TRANSCRIPT

MAKALAH KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

SPGDT(SISTEM PENANGGULANGAN GAWAT DARURAT TERPADU),SURVEY PRIMER DAN

SURVEY SEKUNDER

Dosen :Ns.Badaruddin S.kep

Disusun oleh:

1. HERMANTO

2. L.ARI KURNIAWAN

3. L.ANGGA PRATAMA

4. AYUANA

5. DINI HERAWATI

6. EFRIDA SUSIANA

7. SUSILAWATI

8. YUSMUTIA YUNIARTA

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT

SEKOLAH TINGI ILMU KESEHTAN YARSI MATARAM

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

MATARAM

2011

KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji sukur kita panjatkan kehadirat Allah swt.atas segala rahmat dan hidayahNya

yang telah dilimpahkan pada kami sehingga kami dapatkan menyelesaikan makalah ini tepat pada

waktunya .

Tak lupa pula saya ucapkan terima kasih kepada bapak /ibu dosen yang telah membimbing kami

dalam menyusun makalah ini.

Dalam makalah ini saya berupaya menjelaskan mengenai “SPGDT,PRIMERY SURVEI DAN

SECUNDERY SURVEY ” kita sebagai calon perawat harus bisa bersikap frofesional dalam bidang

kesehatan yang kita dalami saat ini ,khususnya mengenai KEPERAWATAN GADAR,karena semuanya itu

dapat membantu perawat dalam memberikan pelayanan yang optimal. Karena dengan melakukan sebuah

proses keperawatan apalagi mengenai sebuah interprestasi GADAR dalam sebuah kasus dapat

memberikan sebuah intelektualitas serta memberikan pemahaman yang lebih dalam mengenai pasien

dalam keadaan gawat darurat.

Saya menyadari dengan sepenuhnya bahwa makalah yang telah kami susun ini mempunyai

banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan.Oleh karena itu,kami sangat mengharapkan saran dan

kritik, dari pembaca guna mendapatkan perbaikan kearah kesempurnaan .

Akhirnya saya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang

membacanya…

Mataram,5 januari 2011

Penyusun.

KONSEP KOMPONEN SISTEM PENANGGULANGAN GAWAT DARURAT

TERPADU (SPGDT ),SURVEY PRIMER DAN SURVEY SEKUNDER

I.SPGDT (System Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu)

A.Pengertian

Suatu metode yang digunakan untuk penanganan korban yang mengalami kegawatan dengan

melibatkan semua unsur

B .Tujuan

Tercapainya pelayanan kesehatan yang optimal, terarah dan terpadu bagi setiap anggota

masyarakat yang berada dalam keadaan gawat darurat.

Upaya pelayanan kesehatan pada penderita gawat darurat pada dasarnya mencakup suatu rangkaian

kegiatan yang harus dikembangkan sedemikian rupa sehingga mampu mencegah kematian atau cacat yang

mungkin terjadi. Cakupan pelayanan kesehatan yang perlu dikembangkan meliputi:

1. Penanggulangan ditempat kejadian.

2. Transportasi kesarana kesehatan yang lebih memadai.

3. Penyediaan sarana komunikasi.

4. Rujukan ilmu, pasien dan tenaga ahli.

5. Upaya PPGD di tempat rujukan (UGD dan ICU).

6. Upaya pembiayaan penderita

C.Komponen

SPGDT memiliki beberapa komponen/fase:

1.komponen/fase Deteksi

2.Komponen /fase Supresi

3.Komponen /fase Pra Rumah Sakit

4.Komponen/fase Rumah Sakit

5.Komponen /fase Rehabilitas

6.Komponen Penanggulangan Bencana

7.Komponen Evaluasi/Quality Control

8.Komponen Dana

1.fase Deteksi

Pada fase ini dapat dideteksi:

Dimana sering terjadi kecelakaan Lalu Lintas

Buruknya kualitas helm sepeda motor yang dipakai

Jaraknya orang memakai swafety belt

Daeraah bekerja di pabrik yang berbahaya

Tempat olahraga /main anak sekolah yang tidak memenuhi syarat

Didaerapat th mana yang sering terjadi tidak criminal

Gedung umum rawan terjadi rubuh/kontruksi tidak sesuai dengan kondisi tanah

Daerah rawan terjadi gempa

2.fase Supresi

Jika kita dapat mendeteksi apa yang dapat menyebabkan kecelakaan atau diamana dapart terjadi

bencana/korban masal maka kita dapat melakukan supresi.

Perbaikan kontruksi jalan(engineering)

Pengetatan peraturan lalu lintas (enforcement)

Perbaikan kualitas helm

Pengetatan undang undang lalu lintas

pengetatan peraturan keselamatan kerja

peningkatan patroli keamanan

membuat “disaster mapping”

dll

3.Fase Pra RS

Pada fase ini keberhasilan penanggulangan ngawat darurat tergantung pada beberapa

komponen :

A. Komunikasi

1) Dalam komunikasi hubungan yang sangat diperlukan adalah:

Pusat komunikasi ambulan gawat darurat (contoh:118,pro

Pusat emergency,dll)

Pusat komunikasi ke rumah sakit

Pusat komunikasi polisi(110)

Pusat komunikasi pemadam kebakaran(contih:113)

2) Untuk komunikasi fasilitas pager,radio,telepon,telepon genggam

3) Tugas pusat komunikasi adalah:

Menerima permintaan penolong

Mengirim ambulan terdekat

Mengatur dan memonitor rujukan penderita gawal darurat

Monitor kesiapan rumah sakit yaitu terutama unit gawat darurat dan icu

4) Pada dasarnya pelayanan komunikasi disektor kesehatan terdiri dari:

Komunikasi kesehatan

System komunikasi ini digunakan untuk menunjuang pelayanan

kesehatan dibidang administrative .

Komunikasi medis

System komunikasi ini digunakan untuk menunjang pelayanan kesehatan

dibidang teknis medis.

a) Tujuan

Untuk mempermudah dan mempercepat menyampaian dan

penerimaan informasi data menanggulangi penderita gawat darurat.

b) Fungsi komunikasi medis dalam penanggulangan

penderita gawat darurat adlah:

Untuk memudahkan masyarakat dalam meminta pertolongan

kesararana kesehatan

Untuk mengatur dan membimbing pertolongan medis yang

diberikan ditempat kejadian dan selama perjalanan kesarana

kesehatan yang lebih memadai

Untuk mengatur dan memonitor rujukan penderita gawat

darurat dan puskesmas ke rumah sakit atau antar rumah

sakit

Untuk mengkoordinir pelayanan medic korban bencana

5) Jenis komunikasi

Tekhnologi komunikasi di indonesia telah berkembang pesat dan semakin

modern ,namun demikian sarana komunikasi medis belum sepenuhnya menjangkau dan

dikembangkan diseluruh pelosok tanah air.Oleh karena itu,jenis komunikasi dalam

penanganggulangan penderita gawat darurat dapat berupa:

Komunikasi tyradisional

Kentongan

Beduk

Trompet

Kurir/mulut ke mulut

Komunikasi moder

Telepon/telepon genggam

Radio komunikasi

Teleks/telegram

Facsimile

Computer

Telemetri(EKG data Tranmision).

6) Sarana Komunikasi

Yang dimaksud dengan sarana komunikasi adalah:

1. Sentral komunikasi(pusat komunikasi)

Fungsi pusat komunikasi

Mengkoordinir penanggulangan penderita gawat darurat mulai dari

temapat kejadian sampai ke sarana kesehatan yang sesuai (RS) yaitu

dengan:

a. Menerima dan menganaliasa permintaan pertolongan

b. Mengatur ambulans terdekat ketempat kejadian

c. Menghubungi ke ruimah sakit terdekat untuk mengetahui

fasilitas yangh tersedia (tempat tidur kosong)pada saat itu

yang dapat diberikan untuk penderita gawat darurat

d. Mengatur /memonitor rujukan penderita gawat darurat

Menjadi pusat komando dan mengkoordinasi penaggulangan medis

korban bencana

Berhubungan dengan sentral komunikasi medis dari kota lain ,instansi

lain dan kalau perlu dengan Negara lain

Dapat diambil alih oleh perawat keamanan(ABRI) bila Negara berada

dalam keadaan darurat(perang)

2. Syarat syarat sentral komunikasi

a. Harus mempunyai nomor telepon khusus (sebaiknya 3 digit)

b. Mudah dihubungin dan memberikan pelayanan 24 jam sehari

c. Dilayani oleh tenaga medis atau para medis perawatan yang

terampil dan berpengalaman

3. Syarat alat sentral komunikasi

Telepon

Radio komunikasi

teleks /facsimile

Komputer bila diperlukan

Tenaga yang terampil dan komunikastif

Konsulen medis yang menguasai masalah kedaruratan medis.

7) jaringan komunikasi

Agar rahasia medis setiap penderita tetap terjamin ,maka tenaga untuk keperluan

komunikasi sebaiknya adalah tenaga medis atau para medis perawatan yang telah

dididik dalam bidang penanggulangan penderita gawat darurat bidang komunikasi.

B. Pendidikan

1.Pada orang awam

Pada orang awam adalah orang pertama yang menemukan korban atau pasien

yang mendapat musibah atau trauma .Mereka adalah anggota pramuka,PMR,guru,ibi

rumah tangga,pengemudi,hansip,dan petugas hotel atau restoran.

Kemampuan yang harus dimiliki oleh orang awam adalah:

Mengetahui cara minta tolong misalnya menghubungi melalui telepon ke 118

Mengetahui cara resusitasi jantung paru

Mengetahui cara menghentikan perdarahan

Mengetahui cara memasang pembalut atau bidai

Mengetahui cara transportasi yang baik.

2.Pada orang awamk khusus

Yang termasuk disini adalah orang awam yang telah mendapatkan pengetahuan

cara cara penanggulangan kasus gawat darurat sebelum korban dibawa kerumah sakit

atau ambulan dating,mereka dating polisi,hansip,DLLAJR,search and rescue(SAR)

Kemampuan yang harus dimiliki orang awam kusus adalah paling sedikit seperti

kemampuan orang awam ditambah dengan:

Mengetahuio tanda tanda persalinan

Mengetahui penyakit pefrsalinan

Mengetahui penyakit jantuing

Mengtahui penyakit persyarafan

Mengetahui penyakit anak,dll

3.Pada perawat

Perawat harus mampu menanggulangi penderita gawat darurat dengan

gangguan:

a. sistem pernapasan

Mengatasi obstruksi jualan nafas

Membuka jalan napas

Memberi napas buatan

Melakukan resusitasi jantung paru(RJP)dengan didahului penilaian ABC

b. sistem sirkulasi

Mengenal aritmia dan infark jantung

Pertolongan pertama pada henti jantung

Melakukan EKG

Mengenal syok dan sumber pertolongan pertama

c. sistem vaskuler

Menghentikan perdarahan

Memasang infus atau transfusi

Merawat infuse

d. Sistem syaraf

Mengenal koma dan memberikan pertolongan pertama

Memberikan pertolongan pertama pada trauma kepala

e. Sistem pencernaan

Pertolongan pertama pada trauma abdomen dan pengenalan tanda

perdarahan intraabdomen

Persiapan operasi segera(cito)

Kumbah lambung pada pasien keracunan

f. System perkemihan

Pertolongan pertama pada payah ginjal akut

Pemasangan kateter

g. System integumen atau toksikologi

Pertolongan pertama pada luka bakar

Pertolongan pertama pada gigitan binatang

h. Sytem endokrin

Pertolongan pertama pada pasien hipo/hyperglikemia

Pertolongan pertama pasien kritis tiroid

i. System muskuluskeletal

Mengenal patah tulang dan dislokasi

Memasang bidai

Mentransportasikan pasien ke rumah sakit

j. System penginderaan

Pertolongan pertama pada pasien trauma mata tau telinga

Melakukan irigasi matadan telinga

k. Pada anak

Perolongan pertama pada anak dengan kejang

Pertolongan pertama pada anak dengan asma

Pertolongan pertama anak dengan diafre atau konstipasi

C. Transportasi

i. Syarat transportasi penderita

a) Penderita gawat darurat siap ditransportasi bila:

Gangguan pernapasan dan kardiovaskuler telah ditanggulangi

Perdarahan harus dihentikan

Luka harus ditutup

Patah tulang apakah memerlukan piksasi

b) Selama transportasi harus dimonitor

Kesadaran

Pernapasan

Tekanan darah dan denyut nadi

Daerah perlukaan

c) Syarat kendaraan

Penderita dapat terlentang

Cukup luas untuk lebih dari dua pasien dan ;petugas dapat bergerak.

Cukup tinggi sehinnga petugas dapat berdiri dan infus lancar

Dapat melakukan komunikasi ke sentral komunikasi dan rumah sakit

Identitasw yang jelas sehinngga mudah dibedakan dari ambulan lain

d) Syarat alat yang harus ada adalah resusitasi ,oksigen,alat hisap,obat obatan dan

infuse,balut dan bidai,tandu,Ekg transmitter,incubator(untuk bayi) dan alat alat persalinan.

e) Syarat personal

Dua orang perawat yang mengemudi

Telah mendapat pendidikan tambahan gawat darurat

Sebaiknya diasramakan agar mudah dihubungi

f) Klasifikasi ambulans sesuai fungsinya sebagai berikut:

Ambulans transportasi

Ambulans gawat darurat

Ambulans rumah sakit lapangan

Ambulans pelayanan medik bergerak

Kereta jenazah

g) Alat pelindung diri

Keamanan penolong merupakan hal yang sangat penting,sebaiknya dilengkapi

dengan peralatan yang dikenal sebagai APD antara lain:

Sarung tangan lateks

Pada dasarnya semua cairan tubuh dianggap dapat menularkan penyakit

Kaca mata pelindung

Mata juga termasuk pintu gerbang masuknya penyakit kedalam tubuh manusia

Baju pelindung

Mengamankan tubuh penolong dari merembesnya cairan tubuh melalui pakaian

Masker penolong

Mencegah penularan penyakit melalui udara

Masker Resusitasi Jantung Paru

Masker yang dipergunakan untuk memberikan bantuan napas

Helm

Siring resiko adanya benturan pada kepala meningkat.Helm dapat mencegah

terjadinya cedera pada kepala saat melakukan pertolongan .

Kewajiban pelaku pertolongan pertama,dalam menjalankan tugasnya ada

beberapa kewajiban yang harus dilakukakan:

– Menjaga keselamatan diri,anggota tim,penderita dan orang sekitarnya

– Dapat menjangkau penderita

– Dapat mengenali dan mengatasi masalah yang mengancam nyawa

– Meminta bantuan atau rujukan

– Memberikan pertolongan dengan cepat dan tepat berdasarkan keadaan

korban

– Membantu pelaku pertolongan pertama lainnya

– Ikut menjaga kerahasian medis penderita

– Melakukan komunikasi dengan petugas lain yang telibat

– Mempersiapkan penderita untuk ditransportasi

Kualifikasi pelaku pertolongan pertam,a

Agar dapat menjalankan tugas seorang petugas penolong harus memiliki

kualifikasi sebagai berikut:

– Jujur dan bertanggung jawab

– Kematangan emosi

– Memiliki sikap profesional

– Kemampuan bersosialisasi

– Kemampuan nyata terukur sesuai sertifikasi PMI .Secara

berkesinambungan mengikuti kursus penmyegaran.

– Selalu dalam keadaan siap,khususnya secara fisik

– Mempunyai rasa bangga.

ii. Cara tyransportasi

– Tujuan memindahkan penderita dengan cepat teta[pi selamat

– Kendaraan penderita gawat darurat harus berjalan berhati hati dan menaati

peraturan lalu lintas

4. Fase rumah sakit

a.puskesmas

Ada puskesmas yang buka selama24 jam dengan kemampuan :

– Resusitasi

– Menanggulangi fase gawat darurat baik medis maupun pembedahan

minor

– Dilengkapi dengan laboratorium untuk menunjang diagnostik seperti

pemeriksaan hb,leukosit dan gula darah

– Personal yang dibutuhkan satu dokter umum dan dua sampai tiga

perawat dalam satu shift

b.Instalasi gawat darurat(IGD) dan unit gawat Darurat \

Berhasil atau gagalnya suatau IGD atau UGD tergantung pada:

1).Keadaan penderita waktu tiba di IGD

Tergantung pada mutu penanggulangannya pra rumah sakit

IGD harus aktif meningkatkan mutu penanggulangan pra rumah sakit

2).Keadaan gedung IGD sebaiknya dirancang sedemikian rupa sehingga:

Masyrakat mudah mencapainya

Kegiatan mudah dikontrol

Jarak jalan kaki didalam ruangan tidak jauh tidak ada infeksi silang

Dapat menanggulangi keadaan bencana

3).kualitas dan kuantitas alat alat serta obat obatan:

a).Alat alat atau obat obatan yang diperlukan untuk resusitasi

Suction manual atau otomatis

Oksigen

Respirator manual atau otomatis

Laringoskop

Pipa endotrakeal

Pipa nasotrakeal

Gudel

Spuity dan jarum

Cuff set

EKG

Infuse atau transfusi set serta cvairan dan darah

Cairan dextrose 50% ampul

Morfhin-pepthidin-adrenalin

Tandu dapat posisi tredelenburg

Cricothyrotomy dan trakheastomi set

Gunting

Jarum intra cardiac,dan lain lain

b).Alat alat atau obat obatan untuk menstabilisasi penderita:

WSD set atau jarum fungsi

Bidai segala ukuiran

Sonde lambung

Foley kateter segala ukuran

Venaseksi set

X-ray

Verban untuk luka bakar

c).Alat alat tambahan untuk diagnose dan terapi

Alat alat periksa pengobatan mata

Slip lamp

THT set

Traction kit

Gips

Obstetric genekologi set

Laboratorium urine

Bone set

Pembedahan minor set

Thoracotomy set

Benang benang atau jarum segala ukuran

d)kemampuan dan keterampilan

Golongongan pertama,yang tidak langsung menangani penderita

yaituCS,keamanan,penerangan,kasir

Golongan kedua,yang langsung menangani penderita yaitu

perawat ,dokter dan koasisten :perawat tulang punggung IGD :kualitas

perawat turut menetukan kualitas pelayanan IGD ,perawat yang hrus

memahami perawatan gawat darurat untuk melakukan resusitasi

kardiopulmonar dan life support dan bagi perawat yang memilih kerja

di IGD maka perlu pendidikan lanjutan misalnyaDIII,S1,S2 agar dasar

ilmiahnya kuat.

5.Fase Rehabilitas

Semua penderita yang cedera akibat kecelakaan maupun

bencana harus dilakukan rehabilitas secara mental maupun fisik sehingga

mereka dapat kembali berfungsi di dalam kehidupan masyarakat

6.Penanggulangan Bencana

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang

mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat

yang disebabkan,baik oleh faktor alam dan atau faktor non alam maupun

faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa

manusia,kerusakan lingkungan,kerugian harta benda,dan dampak

psikologis.

Dalam penanggulangan bencana ada beberapa prinsip yang

harus disepakati:

Penanggulangan bencana adalah eksalasi penanggulangan

darurat sehari hari.

Penanggulangan bencana tidak akan berhasil kalau

penaggulangan gawat darurat sehari hari.

Bencana dapat terjadi di daerah urban atau daerah rural.

Bencana dapat terjadi:

Di rumah sakit itu sendiri

Korban bencana dibawa ke UGD/Rsencana

Bencana dalam kota

Bencana di luar kota

Bencana di luar pulau

Bencana nasional

Bencana huru hara/perang

Maka semua rumah sakit harus mempunyai disaster plan sesuai

dengan keadaan diatas.

Dalam penaggulangan bencana diperlukan Rapid Respone dan

Rapid Assesment.

Rapid Response

Daerah Urban:

Keamanan ada polri jumlah 110

Rescue ada dinas kebakaran ada 113

Kesehatan ada UGD ada 118

Ketiga unsur /akses masyarakat ini sebaiknya berada dibawah satu

atap,sehingga terbiasa bekerja sama dalam keadaan gawat darurat

sehingga terbiasa bekerja sama dalam keadaan gawat darurat sehari

hari maupun dalam keadaan bencana.

Daerah Rural :

Mungkin ketiga unsur diatas tidak ada dan dapat dimanfaatkan :

Babinsa ada keamanan / rescue

Hansip ada keamanan / rescue

Puskesmas ada kesehatan

Rapid Assesment

Informasi tentang beratnya kerusakan dan jumlah / beratnya korban harus didapat dalam 2-4 jam.

Hanya ketiga unsur tersebut yang dapat melakukan ini dan melapor ke atas masing-masing.

– Dalam penaggulangan bencana kita harus selalu bekerja sama dengan ABRI karena :

UGD 118, Fakultas kedokteran, rumah sakit pendidikan mempunyai keahlian.

7. Evaluasi/Quality assurance/control.

Memonitor penanggulangan penderita.

Mengevaluasi terus-menerus

Kebutuhan untuk pengembangan

Dampak pada morbiditas dan mortalitas

Yaitu melakukan Quality Management Program.

Untuk itu semua system harus ditunjang pleh program assesment and improvement baik

untuk fase pra RS maupun Fase RS/UGD dan penanggulangan bencana. Selain itu juga harus

dilakukan kriteria audit yang menjamin kualitas pelayanan medis.

8. Dana

Seperti juga dengan pelayanan Rumah sakit dimana dana didapat dari:

Pemerintah

Swasta

Modal Asing.

Maka dalam penaggulangan gawat darurat sehari hari maupun bencana, dan dapat diperoleh dari

ketiga unsur diatas. Sebenarnya setiap manusia indonesia yang dapat musibah baik trauma maupun

nontrauma, sumber dananya yaitu:

Jasa raharja

Pegawai negri

Pegawai swasta

Orang mampu

Askes

Astek

Asuransi komersial

Subsidi PEMDA.

II.PRIMARY SURVEY

Primary survey adalah penilaian awal terhadap pasien, bertujuan untuk mengidentifikasi secara

cepat dan sistematis dan mengambil tindakan terhadap setiap permasalahan yang mengancam jiwa.

Primary survey harus dilakukan dalam waktu tidak lebih dari 2-5 menit. Penanganan

yang simultan terhadap trauma dapat terjadi bila terdapat lebih dari satu keadaan yang

mengancam jiwa.

Hal tersebut mencakup:

1). Airway

Nilai jalan napas. Dapatkah pasien berbicara dan bernapas dengan bebas? Bila ada

sumbatan, langkah-langkah yang harus dipertimbangkan adalah:

Chin lift/jaw thrust (lidah melekat pada rahang)

Suction (bila tersedia)

Guedel airway/nasopharyngeal airway

Intubasi. Pertahankan posisi leher dalam keadaan immobile pada posisi netral

Airway Dan Cervical Control

Prioritas pertama adalah airway, karena sumbatan airway adalah penyebab utama

kematian dibandingkan dengan breathing dan sirkulasi. Oleh karena itu jalan nafas harus tetap

terjaga dan terbuka, biasanya obstruksi jalan nafas total yang sering sekali menyebabkan

kematian. Head tilt-chin lift dan jaw trust harus kita lakukan agar jalan nafas tetap terbuka

dalam hal ini look, listen and feel dapat juga kita lakukan. Walaupun look, listen and feel adalah

pemeriksaan pada breathing perlu diingat bahwa setiap penderita yang dapat berbicara dengan

jelas untuk sementara menjamin bahwa jalan nafasnya tidak ada masalah.

Dengan look,listen,feel kita dapat mengetahui beberapa hal diantaranya ada sumbatan

jalan nafas partial / sumbatan total karena memang kedua hal inilah yang kita cari dan temukan

pada pemeriksaan jalan nafas. Obstruksi jalan nafas dapat disebabkan oleh benda asing,

cairan, lidah jatuh ke belakang pada penderita tidak sadar, kelainan anatomis dan beberapa

fraktur di daerah wajah dan trachea, luka bakar ( trauma inhalasi ), dsb.

Usaha untuk membebaskan jalan nafas harus melindungi vertebra servical, karena

kemungkinan patahnya tulang servical harus selalu diperhitungkan.

Adapun kemungkinan patahnya tulang servikal diduga bila :

1. Trauma dengan penurunan kesadaran

2. Adanya luka / trauma tumpul diatas klavikula

3. Multi trauma

4. Biomekanik trauma yang mendukung

Pada prinsipnya apabila kita curiga fraktur servikal maka tidak boleh dilakukan ekstensi,

fleksi, head tilt-chin lift ataupun rotasi.

Adapun langkah-langkah dalam pemasangan neck collar adalah sbb:

1. Penolong pertama melakukan immobilisasi secara manual pada kepala dan leher

2. Penolong kedua mengukur leher dengan cara membuat garis khayal dari dagu ke arah

sudut rahang (angulus mandibula) lalu tempatkan jari sampai pangkal leher (clavicula)

3. Tempatkan jari di tempat untuk mengukur pada neck collar, lalu ganti ukuran pada neck

collar

4. Masukkan neck collar di bawah leher dengan perlahan jangan sampai posisi leher

berubah

5. Lakukan sapuan dada lalu posisikan pada dagu sehingga neck collar mengelilingi leher.

6. Setelah itu amankan neck collar dengan velcro

7. Pastikan collar pada posisi nyaman

8. Jaga posisi leher dan kepala selama proses pemasangan

Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mempertahankan dan membebaskan jalan napas

akibat lidah jatuh kebelakang adalah sebagai berikut :

Head Tilt (ektensi kepala)

Dengan menekan kepala (dahi) ke bawah maka jalan napas akan berada

dalam posisi yang lurus dan terbuka. Tindakan ini tidak dianjurkan lagi karena besarnya

pergerakan yang ditimbulkan pada servikal.

Chin Lift (angkat dagu)

Mengangkat dagu menggunakan jari dengan maksud lidah yang menyumbat

jalan napas dapat terangkat sehingga jalan napas terbuka. Jika dilakukan dengan

bener cara ini tidaka akan banyak menimbulkan gerakan pada servikal.

jaw Thrust (mendorong rahang)

Mendorong mandibulan (rahang) korban kea rah depan dengan maksud ynag

sama dengan chin lift. Mandibula diangkat ke atas oleh jari tengah di sudut rahang

(angulus mandibula), dorongan di dagu dilakukan dengan menggunakan ibu jari, dan

jari telunjuk sebagai penyeimbang di ramus mandibula.

Orofaringeal Airway ( Guedel)

Alat ini berfungsi untuk menjaga jalan napas agar tetap bebas dari sumbatan.

Oropharygeal Airway dimasukkan ke dalam mulut dan diletakkan di belakang lidah.

Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mempertahankan dan membebaskan jalan napas

pada sumbatan yang disebabkan oleh cairan adalah sebagai berikut:

Finger Sweep

Teknik sapuan jari biasanya dilakukan pada penderita yang tidak sadar. Pada

tindakan ini, penolong menggunakan jarinya untuk membuang benda padat atau cairan

yang mengganggu jalan napas. Telebih dahulu mulut koban dibuka dengan

menggunakan maneuver chin lift atau jaw thrust, atau dapat pula menggunakan finger

cross-menyilangkan telunjuk dan ibu jari untuk membuka mulut korban untuk

mengeluarkan cairan, dapat dibantu dengan menggunakan bahan yang mudah

menyerap cairan. Jangan memasukkan jari terlampau dalam karena bisa menimbulkan

rangsangan muntah.

Suction

Dapat dilakukan dengan kateter suction atau alat suction khusus seperti yang

dipakai di kamar operasi. Untuk cairan (darah, secret, dsb) dapat dipakai soft tip tetapi

unutk materi yang kental sebaiknya memakai tipe yang rigid. Di lapangan, dapat dibuat

suction sederhana menggunakan spuit 10cc atau lebih besar dan selang kecil.

Recovery Position

Posisi ini dapat digunakan untuk membuang cairan dari rongga mulut atau

jalan napas. Jika cairan sulit keluar maka dapat dibantu dengan finger sweap. Tindakan

ini tidak dapat dilakukana pada korban dengan tanda adanya cedera pada leher, tulang

belakang, atau cedera lain yang dapat bertambah parah akibat posisi ini.

Usaha-usaha unutk membebaskan jalan napas dari obstruksi total akibat banda

asing dapat dilakukan dengan :

Back Blow-Back Slap

Tepukan pada punggung di antara kedua scapula, dengan maksud

memberikan tekanan yang besar pada rongga dada, dapat dilaukukan pada semua

usia korban.

Pada korban yang masih sadar, tepukan punggung dapat dilakukan dalam

keadaan berdiri. Penolong menompang tubuh korban di bagian dada mengunakan

tangan terkuat, tubuh korban sedikit dibungkukkan untuk memudahkan benda asing

keluar melalui mulut. Pada korban tidak sadar, tepukan pada korban dapat dilakukan

pada posisi korban miring stabil, dengan syarat tidak adanya cedera leher dan tulang

belakang.

Abdominal Thrust

Tekanan pada perut di gunakan untuk memberikan untuk memberikan

tekanan pada rongga dada. Tekanan dilakukan di daerah epigastrium (daerah antara

pusat dan xipoideus). Pada korban sadar dapat dilakukan sambil berdiri. Penolong

seperti memeluk korban dari belakang dan melakukan tekanan dengan kedua tangan

kearah belakang atas. Pada korban tidak sadar, tekanan pada perut dapat dilakukan

dengan menaiki tubuh korban. Tekanan diberikan dengan sudut 45 derajat ke arah

belakang atas. Pertolongan ini tidak dianjurkan untuk dilakukan pada korban anak-anak

dibawah usia 8 tahun, bayi, wanita hamil, dan orang gemuk.

Chest Thrust

Tekanan pada dada dilakukan dengan memberikan tekanan di daerah 2/3

strenum. Pada orang dewasa tekanan diberikan dengan bantuan berat badan

penolong-sama dengan pijatan jantung luar. Sedangkan pada bayi, tekanan cukup

dilakukan dengan dua jari.

Semua usaha pembebasan jalan napas pada penderita tersedak dilakukan

sebanyak 5 kali, setelah itu lakukan evaluasi terhadap jalan napas, jikatidak ada

pebaikan, maka usaha tersebut dapat diulangi.

Krikotiroidotomi

Tindakan pembebasan jalan napas harus senantiasa dievaluasi. Dan

dilakukan dengan cepat. Jika semua tindakan tersebut tidak berhasil, maka dapat

tindakan yang dilakukan dalah membuat jalan napas pintas pada leher. Dengan jalan

membuat jalur ventilasi baru di daerah tenggorokan, diantaratulang krikoid dan tirod.

Tindakan ini dikenal dengan Krikotiroidotomi.

Jika usaha-usaha penanganan jalan napas telah dilakukan dan jalan napas

dinyatakan bebas, kembali lakukan penilaian (re-evaluasi), jika ditemukan hembusan

napas maka pertahankan jalan napas. Jika tidak ada hembusan napas maka segera

periksa pernapasan (breathing).

2). Breathing

Breathing dinilai sebagai bebasnya airway dan adekuatnya pernapasan diperiksa

kembali. Bila tidak adekuat, langkah-langkah yang perlu dipertimbangkan adalah:

Dekompresi dan drainase dari tension pneumothorax/haemotrhorax

Penutupan trauma dada terbuka

Ventilasi artificial

Berikan oksigen bila tersedia

3). Circulation

Nilai sirkulasi, sebagai supplai oksigen dan bebasnya airway, dan adekuatnya

pernapasan diperiksa kembali. Bila tidak adekuat, langkah-langkah yang perlu dipertimbangkan

adalah:

Hentikan perdarahan eksternal

Pasang 2 IV line berkaliber besar (14 atau 16 G) bila memungkinkan Berikan cairan bila

tersedia

4). Disability

Penilaian neurologis cepat (apakah pasien sadar, member respon suara terhadap

rangsang nyeri, atau pasien tidak sadar). Tidak ada waktu untuk melakukan pemeriksaan

Glasgow Coma Scale, maka sistem AVPU pada keadaan ini lebih jelas dan cepat:

Awake (A)

Verbal response (V)

Painful response (P)

Unresponsive (U)

5). Exposure

Tanggalkan pakaian pasien dan cari apakah ada luka. Bila pasien disangkakan mengalami trauma

leher maupun spinal, immobilisasi dalam suatu garis lurus sangat penting

III.SURVEI SEKUNDER(SECONDARY SURVEY )

A.Pengertian

Mencari perubahan-perubahan yang dapat berkembang menjadi lebih gawat dan mengancam jiwa

apabila tidak segera diatasi dengan pemeriksaan dari kepala sampai kaki (head to toe)

Survei sekunder dilakukan hanya setelah survey primer telah selesai, resusitasi dilakukan

dan penderita stabil.

Survei sekunder adalah pemeriksaan kepala sampai kaki ( HEAD TO TOE EXAMINATION

) secara sistemik termasuk pemeriksaan tanda-tanda vital, serta periksa tiap lubang tubuh (finger

in orifice) serta tanda BTLS:

Bentuk

Tumor

Luka

Sakit

Pemeriksaan kepala meliputi tidak ada depresi tulang tengkorak, fraktur terbuka tulang

tengkorak, otorrhea, atau rhinorrhea (CSF keluar dari telinga atau hidung). Membran timpani harus

dievaluasi untuk mengetahui perdarahan.

Mata harus diinspeksi untuk hematom periorbital (”racoon’s eyes”), dan area mastoid

harus diinspeksi untuk melihat adanya ekimosis (battle’s sign), ini semua mengindikasikan adanya

fraktur tulang basis crania.

Pada penderita yang tidak sadar atau gawat, kemungkinan untuk luput dalam

mendiagnosis cukup besar, dan merupakan pertolongan yang besar bagi dokter yang bertugas di

rumah sakit apabila dilaporkan kelainan yang ditemukan pada survei sekunder. Sekali lagi

ditekankan bahwa survei sekunder hanya dilakukan apabila penderita telah stabil.

a) Anamnesis

Setiap pemeriksaan yang lengkap memerlukan anamnesis, Apabila anamnesis tidak

bisa dilakukan pada penderita maka anamnesis bisa didapatkan melalui petugas lapangan

atau keluarga.

Tidak lupa ditanyakan riwayat :

KOMPAK :

K = keluhan

O = Obat

M = Makanan

P = Penyakit

A = Alergi

K = Kejadian

SAMPLE :

S = Sign and symptom

A = Alergi

M = Medikasi ( obat yang diminum saat ini )

P = Past illness (penyakit penyerta ) / Pregnancy

L = Last meal

E =Even / environment ( lingkungan ) yang berhubungan dengan kejadian.

Pemeriksaan fisik :

(1). Pemeriksaan kondisi umum menyeluruh:

Posisi saat ditemukan

Tingkat kesadaran

Sikap umum, keluhan

Trauma, kelainan

Keadaan kulit

(2). Periksa kepala dan leher

Rambut dan kulit kepala

Perdarahan, pengelupasan, perlukaan, penekanan

Telinga

Perlukaan, darah, cairan

Mata

Perlukaan, pembengkakan, perdarahan, reflek pupil, kondisi kelopak mata, adanya

benda asing, pergerakan abnormal

Hidung

Perlukaan, darah, cairan, nafas cuping hidung, kelainan anatomi akibat trauma

Mulut

Perlukaan, darah, muntahan, benda asing, gigi, bau, dapat buka mulut/ tidak

Bibir

Perlukaan, perdarahan, sianosis, kering

Rahang

Perlukaan, stabilitas, krepitasi

Kulit

Perlukaan, basah/kering, darah, suhu, warna

Leher

Perlukaan, bendungan vena, deviasi trakea, spasme otot, stoma, stabilitas tulang

leher

Periksa dada

Flail chest, nafas diafragma, kelainan bentuk, tarikan antar iga, nyeri tekan,

perlukaan (luka terbuka, luka mengisap), suara ketuk/perkusi, suara nafas

Periksa perut

Perlukaan, distensi, tegang, kendor, nyeri tekan, undulasi

Periksa tulang belakang

Kelainan bentuk, nyeri tekan, spasme otot

Periksa pelvis/genetalia

Perlukaan, nyeri, pembengkakan, krepitasi, inkontinensia

Periksa ekstremitas atas dan bawah

Perlukaan, angulasi, hambatan pergerakan, gangguan rasa, bengkak, denyut nadi,

warna luka

b) Laboratorium

Pada fase Rumah Sakit.

Pemeriksaan laboratorium termasuk level creatine kinase, elektrolit, dan serum serta

pemeriksaan urine.

B.Tujuan

Untuk mendeteksi penyakit atau trauma yang diderita pasien sehingga dapat ditangani lebih lanjut

C.Peralatan

Stetoskop, tensi meter, jam, lampu pemeriksaan/senter, gunting, thermometer, catatan, alat tulis

Prosedur :

Anamnesis :

Riwayat “AMPE” yang harus diingat yaitu :

A : Alergi

M : Medikasi (obat yang diminum sebelumnya)

P : Past illness (penyakit sebelumnya)/Pregnancy (hamil)

E : Event/environment (lingkungan yang berhubungan dengan kegawatan)

Pemeriksaan fisik :

1. Pemeriksaan kondisi umum menyeluruh

a. Posisi saat ditemukan

b. Tingkat kesadaran

c. Sikap umum, keluhan

d. Trauma, kelainan

e. Keadaan kulit

2. Periksa kepala dan leher

a. Rambut dan kulit kepala

Perdarahan, pengelupasan, perlukaan, penekanan

b. Telinga

Perlukaan, darah, cairan

c. Mata

Perlukaan, pembengkakan, perdarahan, reflek pupil, kondisi kelopak mata, adanya benda asing,

pergerakan abnormal

d. Hidung

Perlukaan, darah, cairan, nafas cuping hidung, kelainan anatomi akibat trauma

e. Mulut

Perlukaan, darah, muntahan, benda asing, gigi, bau, dapat buka mulut/ tidak

f. Bibir

Perlukaan, perdarahan, sianosis, kering

g. Rahang

Perlukaan, stabilitas, krepitasi

h. Kulit

Perlukaan, basah/kering, darah, suhu, warna

i. Leher

Perlukaan, bendungan vena, deviasi trakea, spasme otot, stoma, stabilitas tulang leher

3. Periksa dada

Flail chest, nafas diafragma, kelainan bentuk, tarikan antar iga, nyeri tekan, perlukaan (luka terbuka, luka

mengisap), suara ketuk/perkusi, suara nafas

4. Periksa perut

Perlukaan, distensi, tegang, kendor, nyeri tekan, undulasi

5. Periksa tulang belakang

Kelainan bentuk, nyeri tekan, spasme otot

6. Periksa pelvis/genetalia

Perlukaan, nyeri, pembengkakan, krepitasi, inkontinensia

7. Periksa ekstremitas atas dan bawah

Perlukaan, angulasi, hambatan pergerakan, gangguan rasa, bengkak, denyut nadi, warna luka

Perhatian !

1. Perhatikan tanda-tanda vital (sesuai dengan survei primer)

2. Pada kasus trauma, pemeriksaan setiap tahap selalu dimulai dengan pertanyaan adakah : D-E-C-A-P-B-L-S

D : Deformitas

E : Ekskoriasi

C : Contusio

A : Abrasi

P : Penetrasi

B : Bullae/Burn

L : Laserasi

S : Swelling/Sembab

3. Pada dugaan patah tulang selalu dimulai dengan pertanyaan adakah : P-I-C

P : Pain

I : Instabilitas

C : Crepitasi

DAFTAR PUSTAKA

Atmaja,INK.2009.Sistem Penaggulangan Gawat Darurat Secara Terpadu.Depkes RIRSUP Sanglah(ed)Pelatih Basic Trama Life supports.Sanglah.Denpasar Bali

Tabran H.Prof,Dr.1998 .Agenda Gawat Darurat.Bandung:Alumni

John A.baswik.Ir.Md.1988.Perawatan Gawat Darurat.Jakarta:ALUMNI

http://dokter-medis.blogspot.com/2009ECARA /06/survei-sekunder-secondary-survey.html

http://dr.irman.blogspot.com/2009/10/gawat darurat-primary survey.html

http://henaz.com/2010/02/primary survey.html

http://www.iqbaldctr2002.co.cc/2009/11/pendahuluan-penanganan-trauma umumnya.html

http://saiful saanin.com/2010/03/sistem-penanggulangan-gawat darurat-terpadu.html