keperawaratan diri tugas gadar

25
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA BANDA ACEH 2014 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT, shalawat dan salam ke pangkuan nabi Muhammad S.A.W, alhamdulillah tugas mandiri blok 6 telah kami selesaikan. Tugas ini berisi rangkuman materi Kebutuhan Self Care : proses keperawatan pada defisit perawatan diri pada pasien dengan imobilitas” yang telah kami pelajari dalam blok 6 ini. Kami berharap laporan mandiri ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Kami menyadari dalam menyusun laporan mandiri ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan laporan mandiri ini nantinya. Banda Aceh, Februari 2014 Penyusun DAFTAR ISI Kata Pengantar i

Upload: hidayatus-solihin

Post on 07-Jul-2016

35 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

anlessss...

TRANSCRIPT

Page 1: Keperawaratan Diri Tugas Gadar

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SYIAH KUALABANDA ACEH

2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, shalawat dan salam ke pangkuan nabi

Muhammad S.A.W, alhamdulillah tugas mandiri blok 6 telah kami selesaikan. Tugas ini

berisi rangkuman materi “ Kebutuhan Self Care : proses keperawatan pada defisit perawatan

diri pada pasien dengan imobilitas” yang telah kami pelajari dalam blok 6 ini.

Kami berharap laporan mandiri ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Kami

menyadari dalam menyusun laporan mandiri ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, kritik

dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan laporan mandiri ini

nantinya.

Banda Aceh, Februari 2014

Penyusun

DAFTAR ISIKata Pengantar  iDaftar Isi  iiBAB I Pendahuluan1.1 Latar Belakang  1`1.2 Rumusan Masalah  11.3  Tujuan Penulisan  21.4  Manfaat Penulisan  2

Page 2: Keperawaratan Diri Tugas Gadar

BAB II Pembahasan2.1 Konsep Defisit Perawatan Diri  12.2  Pengertian Mobilisasi dan Imobilisasi  92.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi  102.4 Klasifikasi  112.5  Patofisiologi  122.6  Proses Keperawatan pada Defisit Perawatan Diri pada Pasien Dengan Imobilitas

16A.    Pengkajian  16B.     Diagnosa Keperawatan  17C.     Intervensi  17D.    Implementasi dan Evaluasi  21

BAB III Penutup3.1 Kesimpulan  23

Daftar Pustaka  24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mobilitas adalah pergerakan yang memberikan kebebasan dan kemandirian bagi

seseorang. Imobilitas didefinisikan secara luas sebagai tingkat aktivitas yang kurang dari

mobilitas normal.

Seorang perawat harus memberikan intervensi yang tepat agar dapat menghambat

terjadinya ketergantungan fisik total. Intervensi yang diarahkan pada pencegahan kearah

konsekuensi-konsekuensi imobilitas dan ketidakaktifan dapat menurunkan kecepatan

penurunannya.

1.2 Rumusan Masalah

            Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang akan dibahas dalam

laporan mandiri ini adalah:

1.      Apa pengertian dari mobilisasi dan imobilisasi?

2.      Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi?

Page 3: Keperawaratan Diri Tugas Gadar

3.      Bagaimana klasifikasi imobilisasi?

4.      Apa saja patofisilogi dari imobilisasi?

5.      Apa itu konsep defisit perawatan diri?

6.      Bagaimana proses keperawatan pada defisit perawatan diri (mandi dan berpakaian) pada

pasien dengan imobilitas?

1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penulisan laporan mandiri ini

adalah:

1.      Untuk menjelaskan pengertian dari mobilisasi dan imobilisasi.

2.      Untuk menjelaskan apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi.

3.      Untuk menjelaskan klasifikasi imobilisasi.

4.      Untuk menjelaskan patofisiologi dari imobilisasi.

5.      Untuk menjelaskan konsep defisit perawatan diri.

6.      Untuk menjelaskan bagaimana proses keperawatan pada defisit perawatan diri (mandi

dan berpakaian) pada pasien dengan imobilitas.

1.4 Manfaat Penulisan

1.      Bagi Penulis

Penulis sekarang menjadi lebih tahu pembahasan seputar tentang apa itu mobilisasi dan

imobilisasi, konsep defisit perawatan diri danbagaimana proses proses keperawatan pada

defisit perawatan diri (mandi dan berpakaian) pada pasien dengan imobilitas.

2.      Bagi Pembaca

Bagi pembaca, makalah ini juga dapat dimanfaatkan sebagai penambah ilmu pengetahuan

mengenai apa itu itu mobilisasi dan imobilisasi, konsep defisit perawatan diri dan

bagaimana proses proses keperawatan pada defisit perawatan diri (mandi dan berpakaian)

pada pasien dengan imobilitas.

BAB II

PEMBAHASAN

Page 4: Keperawaratan Diri Tugas Gadar

2.1 Konsep Dasar Defisit Perawatan Diri

Perawatan diri meliputi segala sesuatu yang dibutuhkan oleh individu dikehidupan

sehari hari.

1.      Definisi

Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi

kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai

kondisi kesehatannya, pasien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika

tidak dapat melakukan perawatan diri.

Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas

perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting.

Menurut Poter dan Perry (2005), personal hygine adalah suatu tindakan untuk

memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis,

kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan

perawatan kebersihan untuk dirinya.

Personal hygine berasal dari bahasa yunani yang berarti personal yang artinya

perorangan dan hygine berarti sehat. Kebersihan perorangan adalah suatu tindakan untuk

memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis.

2.      Jenis-jenis defisit perawatan diri

Ada beberapa jenis defisit perawatan diri :

a.       Kurang perawatan diri : mandi / kebersihan.

Kurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan

aktivitas mandi/kebersihan diri.

b.      Kurang perawatan diri : mengenakan pakaian / berhias.

Kurang perawatan diri (mengenakan pakaian) merupakan

gangguan kemampuan memakai pakaian dan aktivitas berdandan sendiri.

Page 5: Keperawaratan Diri Tugas Gadar

c.       Kurang perawatan diri : makan

Kurang perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan untuk

menunjukkan aktivitas makan.

d.      Kurang perawatan diri : toileting

Kurang perawatan diri (toileting) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan

atau menyelesaikan aktivitas toileting sendiri.

3.      Penyebab defisit perawatan diri

Penyebab kurang perawatan diri adalah sebagai berikut :

a.       Kelelahan fisik

b.      Penurunan kesadaran4.      Pohon masalah

Akibat : Isolasi sosialDefisit Perawatan Diri (Core Problem)

Penyebab: Harga diri rendah

Penyebab kurang perawatan diri adalah :

a.       Faktor prediposisi

1)     Biologis

Penyakit kronis yang menyebabkan pasien tidak mampu melakukan perawatan diri.

Riwayat kesehatan struktur dilobus frontal, dimana lobus tersebut berpengaruh kepada

proses kognitif, ada riwayat keluarga yang menderita gangguan jiwa, gangguan sistem

limbic akan berpengaruh pada fungsi perhatian, memori dan suplai oksigen serta glukosa

terganggu.

2)      Menurunnya Kemampuan Psikologi

Pasien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang

meyebabkan ketidak pedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.

Page 6: Keperawaratan Diri Tugas Gadar

Beberapa masalah psikologi yang menyebabkan defisit perawatan diri diantaranya :

a) Harga diri rendah : pasien tidak mempunyai motivasi untuk merawat diri.

b)      Body image: gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri

misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan

kebersihan dirinya.

3)     Sosial

Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya. Situasi

lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.

b.      Faktor Presipitasi

Faktor presiptasi defisit perawatan diri adalah kurang penurunan motivasi,

kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah atau lemah yang dialami individu sehingga

menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri.

Faktor – faktor yang mempengaruhi personal hygiene adalah:

1)      Body image

Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri

misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan

kebersihan dirinya.

2)      Praktik sosial

Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan

terjadi perubahan pola personal hygiene.

3)      Status sosial ekonomi

Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi,

shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.

4)      Pengetahuan

Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat

meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes mellitus ia harus

menjaga kebersihan kakinya.

Page 7: Keperawaratan Diri Tugas Gadar

5)      Budaya

Disebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.

6)      Kebiasaan seseorang

Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri

seperti penggunaan sabun, sampo dan lain-lain.

7)      Kondisi fisik atau psikis

Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu

bantuan untuk melakukannya.Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene:

1.     Dampak fisik

Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya

kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang sering terjadi adalah : gangguan

integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan

gangguan fisik pada kuku.

2.      Dampak psikososial

Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan

kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri,

aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.

c.       Penilaian terhadap stress

Pada mulanya pasien merasa dirinya tidak berharga lagi sehingga merasa tidak

aman dalam berhubungan dengan orang lain. Biasanya pasien berasal dari lingkungan

yang penuh permasalahan, ketegangan, kecemasan dimana tidak mungkin

mengembangkan kehangatan emosional dalam hubungan yang positif dengan orang lain

yang menimbulkan rasa aman. Pasien semakin tidak dapat melibatkan diri dalam situasi

yang baru. Ia berusaha mendapatkan rasa aman tetapi hidup itu sendiri begitu

menyakitkan dan menyulitkan sehingga rasa aman itu tidak tercapai. Hal ini

Page 8: Keperawaratan Diri Tugas Gadar

menyebabkan ia mengembangkan rasionalisasi dan mengaburkan realitas daripada

mencari penyebab kesulitan serta menyesuaikan diri dengan kenyataan. Keadaan dimana

seorang individu mengalami atau berisiko mengalami suatu ketidakmampuan dalam

menangani stressor internal atau lingkungan dengan adekuat karena ketidakadekuatan

sumber-sumber (fisik, psikologis, perilaku atau kognitif).

d.      Mekanisme koping

Mekanisme koping berdasarkan penggolongannya dibagi menjadi 2, yaitu :

1)       Mekanisme koping adaptif

Mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan, belajar dan

mencapai tujuan. Kategorinya adalah pasien bisa memenuhi kebutuhan perawatan diri

secara mandiri.

2)      Mekanisme koping maladaptif

Mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi, memecah pertumbuhan,

menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan. Kategorinya adalah tidak

mau merawat diri

RENTANG RESPONS PERAWATAN DIRI

Adaptif maladaptif

- Pola perawatan - Kadang perawatan diri - Tidak melakukan

diri seimbang kadang tidak perawatan saat stres

-          Pola perawatan diri seimbang, saat pasien mendapatkan stresor dan mampu untuk

berprilaku adaptif, maka pola perawatan yang dilakukan pasien seimbang, pasien masih

melakukan perawatan diri.

-          Kadang perawatan diri kadang tidak, saat pasien mendapatkan stresor kadang – kadang

pasien tidak memperhatikan perawatan dirinya,

-          Tidak melakukan perawatan diri, pasien mengatakan dia tidak peduli dan tidak bisa

melakukan perawatan saat stresor.

Page 9: Keperawaratan Diri Tugas Gadar

e.       Tanda dan gejala

Tanda dan gejala pasien dengan defisit perawatan diri adalah :

1)     Fisik

Badan bau, pakaian kotor, rambut dan kulit kotor, kuku panjang dan kotor, gigi kotor

disertai, mulut bau, penampilan tidak rapi.

2)     Psikologis

Malas, tidak ada inisiatif, menarik diri, isolasi diri, merasa tak berdaya, rendah diri dan

merasa hina.

3)     Sosial

Interaksi kurang, kegiatan kurang, tidak mampu berperilaku sesuai norma. Cara makan

tidak teratur bak dan bab di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak mampu

mandiri.

2.2  Pengertian Mobilisasi dan Imobilisasi

Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah dan

teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat. Mobilisasi diperlukan

untuk meninngkatkan kesehatan, memperlambat proses penyakit khususnya penyakit

degeneratif dan untuk aktualisasi.

Mobilisasi menyebabkan perbaikan sirkulasi, membuat napas dalam dan menstimulasi

kembali fungsi gastrointestinal normal, dorong untuk menggerakkan kaki dan tungkai

bawah sesegera mungkin, biasanya dalam waktu 12 jam.

Imobilisasi adalah suatu kondisi yang relatif, dimana individu tidak saja kehilangan

kemampuan geraknya secara total, tetapi juga mengalami penurunan aktifitas dari

kebiasaan normalnya.

2.3  Faktor-Faktor Yang Mempegaruhi Mobilisasi

Faktor-faktor yang mempegaruhi mobilisasi adalah:

1. Gaya hidup

Page 10: Keperawaratan Diri Tugas Gadar

Mobilitas seseorang dipengaruhi oleh latar belakang budaya, nilai-nilai yang

dianut, serta lingkungan tempat ia tinggal (masyarakat).

2. Ketidakmampuan

Kelemahan fisik dan mental akan menghalangi seseorang untuk melakukan

aktivitas hidup sehari-hari. Secara umum ketidakmampuan dibagi menjadi dua yaitu :

a. Ketidakmampuan primer yaitu disebabkan oleh penyakit atau trauma (misalnya : paralisis

akibat gangguan atau cedera pada medula spinalis).

b. Ketidakmampuan sekunder yaitu terjadi akibat dampak dari ketidakmampuan primer

(misalnya : kelemahan otot dan tirah baring). Penyakit-penyakit tertentu dan kondisi

cedera akan berpengaruh terhadap mobilitas.

3. Tingkat energi

Energi dibutuhkan untuk banyak hal, salah satunya mobilisasi. Dalam hal ini

cadangan energi yang dimiliki masing-masing individu bervariasi.

4. Usia

Usia berpengaruh terhadap kemampuan seseorang dalam melakukan mobilisasi.

Pada individu lansia, kemampuan untuk melakukan aktifitas dan mobilisasi menurun

sejalan dengan penuaan.

2.4  Klasifikasi

Menurut Mubarak (2008) secara umum ada beberapa macam keadaan imobilitas

antara lain :

1. Imobilitas fisik : kondisi ketika seseorang mengalami keterbatasan fisik yang disebabkan

oleh faktor lingkungan maupun kondisi orang tersebut.

2. Imobilitas intelektual : kondisi ini dapat disebabkan oleh kurangnya pengetahuan untuk

dapat berfungsi sebagaimana mestinya, misalnya pada kasus kerusakan otak

3. Imobilitas emosional : kondisi ini bisa terjadi akibat proses pembedahan atau kehilangan

seseorang yang dicintai

Page 11: Keperawaratan Diri Tugas Gadar

4. Imobilitas sosial : kondisi ini bisa menyebabkan perubahan interaksi sosial yang sering

terjadi akibat penyakit.

Rentang Gerak dalam mobilisasi

Dalam mobilisasi terdapat tiga rentang gerak yaitu :

a.       Rentang gerak pasif

Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan

persendian dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya perawat

mengangkat dan menggerakkan kaki pasien.

b.      Rentang gerak aktif

Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan cara

menggunakan otot-ototnya secara aktif misalnya berbaring pasien menggerakkan kakinya.

c.       Rentang gerak fungsional

Berguna untuk memperkuat otot-otot dan sendi dengan melakukan aktifitas yang

diperlukan.

2.5  Patofisiologi

Mobilisasi sangat dipengaruhi oleh sistem neuromuskular, meliputi sistem otot,

skeletal, sendi, ligament, tendon, kartilago, dan saraf. Otot Skeletal mengatur gerakan

tulang karena adanya kemampuan otot berkontraksi dan relaksasi yang bekerja sebagai

sistem pengungkit. Ada dua tipe kontraksi otot: isotonik dan isometrik. Pada kontraksi

isotonik, peningkatan tekanan otot menyebabkan otot memendek. Kontraksi isometrik

menyebabkan peningkatan tekanan otot atau kerja otot tetapi tidak ada pemendekan atau

gerakan aktif dari otot, misalnya, menganjurkan pasien untuk latihan kuadrisep. Gerakan

volunter adalah kombinasi dari kontraksi isotonik dan isometrik. Meskipun kontraksi

isometrik tidak menyebabkan otot memendek, namun pemakaian energi meningkat.

Perawat harus mengenal adanya peningkatan energi (peningkatan kecepatan pernafasan,

fluktuasi irama jantung, tekanan darah) karena latihan isometrik. Hal ini menjadi kontra

indikasi pada pasien yang sakit (infark miokard atau penyakit obstruksi paru kronik).

Page 12: Keperawaratan Diri Tugas Gadar

Postur dan Gerakan Otot merefleksikan kepribadian dan suasana hati seseorang dan

tergantung pada ukuran skeletal dan perkembangan otot skeletal. Koordinasi dan

pengaturan dari kelompok otot tergantung dari tonus otot dan aktifitas dari otot yang

berlawanan, sinergis, dan otot yang melawan gravitasi. Tonus otot adalah suatu keadaan

tegangan otot yang seimbang.

Ketegangan dapat dipertahankan dengan adanya kontraksi dan relaksasi yang

bergantian melalui kerja otot. Tonus otot mempertahankan posisi fungsional tubuh dan

mendukung kembalinya aliran darah ke jantung.

Immobilisasi menyebabkan aktifitas dan tonus otot menjadi berkurang. Skeletal

adalah rangka pendukung tubuh dan terdiri dari empat tipe tulang: panjang, pendek,

pipih, dan ireguler (tidak beraturan). Sistem skeletal berfungsi dalam pergerakan,

melindungi organ vital, membantu mengatur keseimbangan kalsium, berperan dalam

pembentukan sel darah merah.

Sendi adalah hubungan di antara tulang, diklasifikasikan menjadi:

- Sendi sinostotik mengikat tulang dengan tulang mendukung kekuatan dan stabilitas.

Tidak ada pergerakan pada tipe sendi ini. Contoh: sakrum, pada sendi vertebra.

- Sendi kartilaginous/sinkondrodial, memiliki sedikit pergerakan, tetapi elastis dan

menggunakan kartilago untuk menyatukan permukaannya. Sendi kartilago terdapat pada

tulang yang mengalami penekanan yang konstan, seperti sendi, kostosternal antara

sternum dan iga.

- Sendi fribrosa/sindesmodial, adalah sendi di mana kedua permukaan tulang disatukan

dengan ligamen atau membran. Serat atau ligamennya fleksibel dan dapat diregangkan,

dapat bergerak dengan jumlah yang terbatas. Contoh: sepasang tulang pada kaki bawah

(tibia dan fibula) .

Page 13: Keperawaratan Diri Tugas Gadar

- Sendi sinovial atau sendi yang sebenarnya adalah sendi yang dapat digerakkan secara

bebas dimana permukaan tulang yang berdekatan dilapisi oleh kartilago artikular dan

dihubungkan oleh ligamen oleh membran sinovial. Contoh: sendi putar seperti sendi

pangkal paha (hip) dan sendi engsel seperti sendi interfalang pada jari.

- Ligamen adalah ikatan jaringan fibrosa yang berwarna putih, mengkilat, fleksibel

mengikat sendi menjadi satu sama lain dan menghubungkan tulang dan kartilago.

Ligamen itu elastis dan membantu fleksibilitas sendi dan memiliki fungsi protektif.

Misalnya, ligamen antara vertebra, ligamen non elastis, dan ligamentum flavum mencegah

kerusakan spinal kord (tulang belakang) saat punggung bergerak.

- Tendon adalah jaringan ikat fibrosa berwarna putih, mengkilat, yang menghubungkan

otot dengan tulang. Tendon itu kuat, fleksibel, dan tidak elastis, serta mempunyai panjang

dan ketebalan yang bervariasi, misalnya tendon akhiles/kalkaneus.

- Kartilago adalah jaringan penghubung pendukung yang tidak mempunyai vaskuler,

terutama berada disendi dan toraks, trakhea, laring, hidung, dan telinga. Bayi mempunyai

sejumlah besar kartilago temporer. Kartilago permanen tidak mengalami osifikasi kecuali

pada usia lanjut dan penyakit, seperti osteoarthritis.

- Sistem saraf mengatur pergerakan dan postur tubuh. Area motorik volunteer utama,

berada di konteks serebral, yaitu di girus prasentral atau jalur motorik.

- Propriosepsi adalah sensasi yang dicapai melalui stimulasi dari bagian tubuh tertentu

dan aktifitas otot. Proprioseptor memonitor aktifitas otot dan posisi tubuh secara

berkesinambungan. Misalnya proprioseptor pada telapak kaki berkontribusi untuk

memberi postur yang benar ketika berdiri atau berjalan. Saat berdiri, ada penekanan

pada telapak kaki secara terus menerus. Proprioseptor memonitor tekanan, melanjutkan

informasi ini sampai memutuskan untuk mengubah posisi.

Page 14: Keperawaratan Diri Tugas Gadar

2.6 Proses Keperawatan Pada Defisit Perawatan Diri (Mandi dan Berpakaian) pada Pasien

dengan Imobilitas

Kasus:

Seorang wanita berumur 50 tahun dirawat di ruang UGD selama 3 hari. Setelah dilakukan

pengkajian, pasien mengatakan nyeri pada saat bergerak atau tidak dan pasien belum

mampu bergerak bebas. Setelah diinspeksi, pasien tampak lemah, hanya terbaring,

terdapat luka akibat fraktur. Wajah pasien terlihat meringis dan berminyak, kulit kering

dan kusam, badan pasien pun bau dan pakaian tampak kotor. Diagnosa medis: Fraktur

Fibula Dekstra. Asuhan keperawatan apa yang harus dilakukan perawat?

A.    Pengkajian

NO. Symptom Etiologi Problem

1 DS : Pasien Mengeluh nyeri.

DO : Tampak Luka robekan

akibat fraktur.

Inkontinuitas

jaringan

Nyeri

2 DS : Pasien mengeluh nyeri

jika bergerak.

DO : Pasien tampak lemah dan

meringis saat bergerak.

Imobilisasi Gangguan mobilitas

fisik

3 DS : Pasien mengatakan belum

mampu bergerak bebas.

DO : Wajah pasien berminyak,

kulit kering dan kusam, badan

pasien pun bau.

Kelemahan Defisit perawatan diri

B.     Diagnosa Keperawatan

Page 15: Keperawaratan Diri Tugas Gadar

1.      Nyeri berhubungan dengan inkontinuitas jaringan ditandai dengan pasien mengeluh nyeri

dan tampak luka robekan akibat fraktur.

2.      Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan imobilitas ditandai dengan Pasien

mengeluh nyeri jika bergerak, pasien tampak lemah dan meringis jika bergerak.

3.      Defisit perawatan diri : mandi +3 berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan pasien

belum mampu bergerak bebas, pasien belum mampu mandi dan berpakaian, tampak

lemah, kulit kusam, lembab, berbau dan pakaian tampak kotor.

C.     Intervensi

N

O.

Diagnosa

KeperawatanTujuan Intervensi Rasionalisasi

1. Nyeri

berhubungan

dengan

inkoninuitas

jaringan

ditandai

dengan pasien

mengeluh

nyeri dan

tampak luka

robekan akibat

fraktur.

Setelah dilakukan

perawatan selama

2x24 jam:

-Pasien dapat

beradaptasi dengan

nyeri yang dialami

Kriteria Hasil :

-Mengungkapkan

nyeri dan tegang di

perutnya berkurang

-Dapat melakukan

tindakan untuk

mengurangi nyeri

-Kaji intensitas,

karakteristik dan

derajat nyeri.

-Pertahankan tirah

baring.

-Terangkan nyeri

yang diderita

pasien dan

penyebabnya.

-Pengkajian yang

spesifik

membantu

memilih

intervensi yang

tepat.

-Meminimalkan

stimulasi atau

meningkatkan

relaksasi.

-Meningkatkan

koping pasien

dalam melakukan

guidance

Page 16: Keperawaratan Diri Tugas Gadar

 -Kolaborasi

pemberian

analgetika.

mengatasi nyeri.

-Mengurangi

onset terjadinya

nyeri dapat

dilakukan dengan

pemberian

analgetika.

2. Gangguan

Mobilitas Fisik

berhubungan

dengan imobili

tas ditandai

dengan Pasien

mengeluh

nyeri jika

bergerak,

pasien tampak

lemah dan

meringis jika

bergerak.

Setelah dilakukan

perawatan selama

3x24 jam:

-Pasien akan

menunjukkan

tingkat mobilitas

optimal.

Kriteria hasil:

-Melakukan

pergerakkan dan

perpindahan.

- Mempertahankan

mobilitas optimal

yang dapat di

toleransi

-Kaji kebutuhan

akan pelayanan

kesehatan dan

kebutuhan akan

peralatan.

-Tentukan tingkat

motivasi pasien

dalam melakukan

aktivitas.

-Ajarkan dan

pantau pasien

dalam hal

penggunaan alat

bantu.

-Mengidentifikasi

masalah,

memudahkan

intervensi.

-Mempengaruhi

penilaian terhadap

kemampuan

aktivitas apakah

karena

ketidakmampuan

ataukah

ketidakmauan.

-Menilai batasan

kemampuan

aktivitas optimal.

Page 17: Keperawaratan Diri Tugas Gadar

3. Defisit

Perawatan Diri

: Mandi +3 

berhubungan

dengan

kelemahan

ditandai

dengan pasien

belum mampu

bergerak

bebas, pasien

belum mampu

mandi dan

berpakaian,

tampak

lemah, kulit

kusam,

lembab, berbau

dan pakaian

tampak kotor.

Setelah dilakukan

asuhan

keperawatan

selama 2 x 20

menit:

-Pasien dan

keluarga mampu

merawat diri

sendiri

Kriteria Hasil:

-Pasien tampak

bersih dan segar

-Pasien mampu

melakukan

perawatan diri

secara mandiri atau

dengan bantuan.

-Kaji kemampuan

pasien untuk

melakukan

perawatan diri.

-Ganti pakaian

yang kotor dengan

yang bersih.

-Berikan pujian

pada pasien tentang

kebersihannya.

-Bimbing keluarga

pasien

memandikan /

menyeka pasien

-Mengkaji

kemampuan

pasien untuk

melakukan

perawatan diri

memudahkan

intervensi

selanjutnya.

-Mengganti

pakaian

melindungi pasien

dari kuman dan

meningkatkan

rasa nyaman.

-Memberikan

pujian membuat

pasien merasa

tersanjung dan

lebih kooperatif

dalam kebersihan.

-Membimbing

keluarga dan

pasien agar

keterampilan

dapat diterapkan

Page 18: Keperawaratan Diri Tugas Gadar

D.    Implementasi dan Evaluasi

Diagnosa Implementasi Evaluasi

Dx. 1 -Mengkaji intensitas,

karakteristik dan derajat nyeri.

-Melakukan tirah baring

terhadap pasien.

-Memberitahu pasien nyeri

yang diderita dan

penyebabnya.

-Melakukan tindakan

kolaborasi berupa pemberian

analgetika.

S : Pasien mengatakan nyeri

berkurang.

O : Luka robekan sudah

hampir kering.

A : Masalah teratasi sebagian.

P : Intervensi dilanjutkan.

Dx. 2 -Mengkaji kebutuhan

pelayanan kesehatan dan

kebutuhan pasien terhadap

peralatan.

-Menentukan tingkat motivasi

pasien dalam melakukan

aktivitas.

-Mengajarkan dan memantau

pasien dalam menggunakan

S : Pasien mengatakan sudah

mampu bergerak walau masih

membutuhkan bantuan.

O: Wajah pasien tidak lagi

meringis dan beberapa

aktivitas bisa dilakukannya

(makan, mengganti baju).

A: Masalah teratasi sebagian

P: Intervensi dilanjutkan

Page 19: Keperawaratan Diri Tugas Gadar

alat bantu.

Dx. 3 -Mengkaji kemampuan pasien

dalam melakukan perawatan

diri.

-Mengganti pakaian pasien

dengan pakaian yang bersih.

-Memberikan pujian tentang

kebersihan diri pasien.

-Membimbing keluarga pasien

untuk memandikan/menyeka

pasien.

S : Pasien mengatakan lebih

nyaman dan segar.

O : Tidak tercium bau, pakaian

pasien telah terganti dan pasien

tampak bersemangat

A: Masalah teratasi sebagian

P: Intervensi dilanjutkan

BAB III

PENUTUP

1.1  Kesimpulan

Page 20: Keperawaratan Diri Tugas Gadar

1.      Mobilitas adalah kemampuan seseorang untuk bergerak bebas , mudah dan teratur yang

bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat. Sedangkan Imobilisasi adalah suatu

kondisi yang relatif, dimana individu tidak saja kehilangan kemampuan geraknya secara

total, tetapi juga mengalami penurunan aktifitas dari kebiasaan normalnya.

2.      Faktor-faktor yang mempegaruhi mobilisasi adalah: gaya hidup, ketidakmampuan,

tingkat energi dan usia.

3.      Jenis-jenis imobilisasi adalah: imobilisasi fisik, imobilisasi intelektual, imobilisasi

emosional dan imobilisasi sosial.

4.      Mobilisasi sangat dipengaruhi oleh sistem neuromuskular, meliputi sistem otot, skeletal,

sendi, ligament, tendon, kartilago, dan saraf.

5.      Konsep Perawatan diri meliputi segala sesuatu yang dibutuhkan oleh individu

dikehidupan sehari hari.

6.      Asuhan keperawatan yang harus dilakukan pada pasien dengan defisit perawatan diri

dilakukan dengan melakukan pengkajian, menentukan diagnosa keperawatan,

Menentukan intervensi dengan tujuan dan kriteria hasil, implementasi dan evaluasi.

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2008. Konsep dan aplikasi kebutuhan dasar pasien. Jakarta : Salemba Medika.

Potter & Perry. 2006. Buku Ajar Fundal Mental Keperawatan Konsep, Proses dan Praktik. Edisi 4.

Jakarta : EGC.

Sulistyowati, D. & Handayani, F.2012. Jurnal Studies Nursing. Personal Hygene Menurut Persepsi

Pasien Imobilisasi Fisik. 1. 169-174.

Wilkinson, Judith M. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria

Hasil NOC. Jakarta : EGC.