revisi bab 1

Upload: bagus-kurniawan

Post on 18-Oct-2015

18 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB 1PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangIlmu konservasi gigi merupakan ilmu yang terapinya bertujuan untuk mempertahankan gigi selama mungkin dalam kedudukannya agar berfungsi lebih lama (Abidin, 2007). Pemeliharaan vitalitas pulpa selama prosedur restorasi merupakan salah satu fokus dalam operative dentistry salah satunya adalah dengan cara melindungi pulpa dengan menggunakan pulp capping (Barbosa et al, 2009). Sampai saat ini, kalsium hidroksida merupakan bahan pulp capping yang paling populer. Bahan ini mempunyai banyak kekurangan di antaranya pada pH 12,5 menyebabkan terjadi nekrosis likuidasi terutama pada lapisan superfisial pulpa. Efek toksik dari kalsium hidroksida yang kelihatannya dinetralisir pada lapisan pulpa yang lebih dalam, justru menyebabkan nekrosis koagulasi yang berbatasan dengan jaringan vital, kandungan kimia pada kalsium hidoksida dapat menyebabkan iritasi ringan pada pulpa (Prijambodo, 2007). Oleh karena itu diperlukan alternatif lain untuk bahan pulp capping dari bahan alami yang tidak mengandung bahan kimia dan biokompatibel terhadap jaringan keras dan pulpa gigi, serta memiliki sifat antibakteri, antifungal, antiviral, antioksidan, dan anti inflamasi, yang dapat digunakan sebagai bahan pulp capping salah satunya adalah propolis, karena salah satu persyaratan bahan pulp capping harus mempunyai efek anti bakteri terhadap jaringan pulpa. Selain itu propolis juga dapat menstimulasi dentin reparatif, collagen formation, dan dapat mengurangi inflamasi dari jaringan pulpa (Abhisek et all, 2010; Santos et all, 2002; Sabir, 2005).Propolis atau lem lebah merupakan suatu bahan resin yang dikumpulkan oleh lebah madu dari berbagai macam jenis tumbuhan. Lebah kemudian mencampur bahan resin ini dengan enzim yang disekresikan dari kelenjar mandibula lebah, meskipun demikian komponen yang terdapat di dalam propolis tidak mengalami perubahan (Sabir, 2000). Propolis mengandung senyawa antimikroba yang bersifat bakteriostatik, senyawa bakterisida, senyawa fungistatik, dan fungisida (Bankova, 2000). Berdasarkan analisis dengan menggunakan metode Gas Chromatography-Mass Spectrometry (GC-MS) yang dilakukan oleh (Greenaway et al, 1992) terhadap propolis yang dihimpun oleh lebah yang berasal dari tumbuhan poplar menunjukkan bahwa propolis mengandung berbagai macam senyawa, yaitu: asam amino, asam alifatik dan esternya, asam aromatik dan esternya, alkohol, aldehida, khalkon, dihidrokhalkon, flavanon, flavon, hidrokarbon, keton, dan terpenoid (Sabir, 2005). Flavonoid merupakan senyawa kimia yang bersifat antibakteri, antifungal, antiviral, antioksidan, dan anti inflamasi. Propolis terbukti efektif terhadap bakteri gram positif dan bakteri gram negative. Menurut penelitian Koru et al (2007), senyawa antibakteri dari propolis juga efektif terhadap bakteri rongga mulut seperti Peptostreptococcus anaerobius, Actinomyces naeslundii, Prevotella oralis, Prevotella melaninogenica, Porphyromonas gingivalis, Fusobacterium nucleatum, Veillonella parvula, S. mutans dan Staphylococcus aureus. Senyawa antibakteri ini karena terdapat kandungan flavonoid dan senyawa aromatik seperti cafeic acid, benzoic acid, dan cinnamic acid. Efek anti bakteri flavonoid menyebabkan gangguan metabolisme ion channel yang mengakibatkan gangguan reaksi rantai fosforilasi dan defosforilasi. Sedangkan cafeic acid, benzoic acid, dan cinnamic acid bereaksi pada membran sel dan dinding sel bakteri yang mengakibatkan struktur dan fungsi dari bakteri rusak. (H.Fokt. et all, 2010). Lactobacillus sp adalah merupakan bakteri yang berperan pada lesi karies pada tahap yang lebih lanjut dan dalam, berbeda dengan Streptococcus mutans (S. mutans) yang mengawali proses karies (Roth 1981; Bisla, 2000). Pada umumnya pasien yang datang ke puskesmas atau klinik gigi sudah berada pada tahap karies lanjut dan dalam (Margaretta, 2011). Carlosen et al menemukan pada saliva anak usia 2 tahun, 54% anak ditemukan bakteri Lactobacillus sp, dan Klock & Krasse menemukan 100% pada saliva anak yang menjadi sample ditemukan bakteri Lactobacillus sp. Menurut Chaves de Paz et al, spesies dari Lactobacillus yang sering ditemukan pada saliva orang dewasa yang terkena karies yaitu L. plantarum, L. casei, L. paracasei, L. rhamnosus, L. salivarius, dan L. acidophilus. Jumlah Lactobacillus akan meningkat seiring bertambahnya usia, pemakaian protesa, mengkonsumsi obat-obatan, dan kebiasaan merokok. Sifat kariogenik dari Lactobacillus sp berhubungan dengan metabolisme sukrosa yaitu karena Lactobacillus sp memproduksi exopolysaccharides yang sebagai kunci perlekatan (adherence) dari biofilm (C. Badet & N.B Thebaud, 2008). Menurut hasil penelitian Margitas et al (2010) meneliti KHM ekstrak propolis terhadap bakteri Staphylococcus aureus didapatkan sebesar 6%. dan perbedaan spesies bakteri. Hasil penelitian Kustarchi (2010) terhadap bakteri Escheria coli didapatkan KHM sebesar 10% dan KBM sebesar 20%. Berdasarkan penelitian tersebut, peneliti tertarik untuk mengetahui daya hambat minimum ekstrak propolis terhadap Lactobacillus acidophilus, karena belum ada penelitian sebelumnya yang meneliti konsentrasi minimum ekstrak propolis yang dapat menghambat pertumbuhan Lactobacillus acidophillus.

1.2 Rumusan masalahBerdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:a. Pada konsentrasi berapa ekstrak propolis dapat menghambat dan membunuh bakteri Lactobacillus acidophillus.

1.3 Tujuan Penelitian1.3.1 Tujuan umumUntuk mengetahui efek anti bakteri dari ekstrak propolis. 1.3.2 Tujuan KhususUntuk mengetahui besar konsentrasi ekstrak propolis yang dapat menghambat dan membunuh Lactobacillus acidophillus.

1.4 Manfaat penelitian1.4.1Manfaat Teoritisa. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi penjelasan tentang besar konsentrasi ekstrak propolis yang efektif menghambat pertumbuhan Lactobacillus sp.

1.4.2 Manfaat Praktisa. Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi kepada masyarakat luas dan ilmu pengetahuan tentang manfaat ekstrak propolis yang dapat digunakan sebagai anti mikroba.b. Pemberian ekstrak propolis untuk bahan pulp capping diharapkan dapat mempercepat waktu kesembuhan pulpa dan pembentukan dentin reparatif, serta akan mengurangi resiko terjadinya infeksi pulpa maupun nekrosis pulpa sehingga kelangsungan hidup pulpa gigi dapat dipertahankan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Abhishek Parolia, et all. Propolis and its potential uses in oral health. Int Jou Med and Med Sci. Vol. 2(7) pp. 210-215, July 2010. Available online http://www.academicjournals.org/ijmms. 2. Abidin, Trimurni. 2007. Inovasi Perawatan Konservasi Gigi Melalui Teknologi Tissue Engineering. Pidato pengukuhan Guru Besar Fakultas Kedokteran Gigi USU. 3. Bankova, V. 2000. Determining Quality in Propolis Samples. http://www. apitherapy.org/ determiningquality.html.4. Barbosa AV, Sampaio GC, Gomes FA, de Oliveira DP, de Albuquerque DS, Sobral AP:Short-term analysis of human dental pulps after direct capping with portland cement.Open Dent J; 2009;3:31-5.5. Bisla S. 2000. Dental Caries- Student Project. http//www.Dental-Caries.html.6. C. Badet and N.B. Thebaud. Ecology of Lactobacilli in the Oral Cavity: A Review of Literature. The Open Jou Microbiol, 2008, 2, 38-48. Bentham Science Publishers Ltd. 7. Departemen Kesehatan RI. 2005. Survei Kesehatan Nasional. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2004. Vol 3. Jakarta: Badan Litbangkes: 18-20.8. Diah, Setyorini. 2009. Daya Antimikroba Ekstrak Propolis Terhadap Koloni Staphylococcus Aureus Secara in Vitro. Skripsi Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Malang. 9. Greenaway W., English S., May J., and Whatley F. R. (1992a), Analysis of phenolics of bud exudates of Populus koreana, Populus maximowiczii and Populus suaveolens by GC-MS. Z. Naturforsch. 47 c, 313317.10. H. Fokt, A. Pereira, A.M Ferreira, A. Cunha, and C. Anguiar. 2010. How do bees prevent hive infections; The Antimicrobial properties of Propolis. Current Research Technology and Education Topics in Applied Microbiology and Microbial Biotechnology. A. Mendez- Villas (Ed).11. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional. 2007. http://kesehatan.kebumenkab.go.id/data/lapriskesdas.pdf.12. Margareta. Penyakit Gigi Mulut Menduduki Urutan 5 Besar di Kota Bogor. http://www.bataviase.co.id/node/574691 accesed 20 Feb 2011.13. Prijambodo, Sri Kunarti. 2007. Stimulasi Aktivitas Fibroblas Pulpa Dengan Pemberian Tgf-1 Sebagai Bahan Perawatan Direct Pulp Capping : Penelitian Eksperimental. PhD Theses. Airlangga university.14. Robert M. Love. Invasion of dentinal tubules by root Canal bacteria. Endodontic Topics. 2004, 9, 5265.15. Roth GI, Robert Calmes. 1981. Oral biology. USA: C.V Mosby Company. pp:335, 340-360.16. Siquera&Lopez, 1999. Mechanism of Antimikrobial activity of Clasium Hidroxide: a critical review. Int J Endo. Vol 32,pp 361369,Sept 1999.17. Titin, Widyawati. 2010. Uji Daya Antibakteri Ekstrak Propolis Terhadap Bakteri Escherichia Coli Secara In Vitro. . Skripsi Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 18. Tuncer ZEN,et all. 2010. In Vitro Activity of Turkish Propolis Samples Against Anaerobic Bacteria Causing Oral Cavity Infections. Kafkas Univ Vet Fak Derg; Research article. (2): 293-298.

Salah satu persyaratan bahan pulp capping harus mempunyai efek anti bakteri. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian menggunakan

Pada proses kesembuhan, terjadi tunnel defectt pada pembentukan jembatan dentin yang akan memudahkan masuknya bakteri dan memperlambat proses kesembuhan. Untuk mencegah terjadinya infeksi, perlu mempercepat kesembuhan dengan memicu proses regenerasi sel. Suatu proses kesembuhan diperlukan molekul pensinyal untuk memulai kaskade siklus sel agar terjadi mitosis untuk regenerasi odontoblas membentuk dentin reparatif.