bab 1,2,3 - revisi - 1

61
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prinsip dasar hidup sehat, seperti mengonsumsi makanan sehat dan beragam serta aktif secara fisik menjadi penting bagi anak dan remaja. Penting mengingat anak dan remaja berada pada periode penting untuk proses tumbuh kembangnya (Diana, 2012). Kelebihan berat badan dan obesitas mengancam generasi muda Indonesia. Kondisi yang salah satunya disebabkan kelebihan gizi tersebut, justru membawa kerentanan berbagai penyakit tak menular yang membahayakan (Luisa, 2011). Obesitas merupakan masalah yang kompleks dengan penyebab yang bersifat multifaktorial. Pada usia remaja, dan dewasa muda, obesitas dapat mempengaruhi perkembangan psikososial seseorang. Obesitas biasanya lebih sering terjadi pada usia remaja, pertambahan berat badan tersebut disebabkan oleh gangguan endokrin yang mempengaruhi kondisi fisik 1

Upload: sony-sonicomp

Post on 08-Feb-2016

157 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab 1,2,3 - Revisi - 1

BAB 1PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Prinsip dasar hidup sehat, seperti mengonsumsi makanan sehat dan

beragam serta aktif secara fisik menjadi penting bagi anak dan remaja.

Penting mengingat anak dan remaja berada pada periode penting untuk

proses tumbuh kembangnya (Diana, 2012). Kelebihan berat badan dan

obesitas mengancam generasi muda Indonesia. Kondisi yang salah satunya

disebabkan kelebihan gizi tersebut, justru membawa kerentanan berbagai

penyakit tak menular yang membahayakan (Luisa, 2011). Obesitas

merupakan masalah yang kompleks dengan penyebab yang bersifat

multifaktorial. Pada  usia remaja, dan dewasa muda, obesitas dapat

mempengaruhi perkembangan psikososial seseorang. Obesitas biasanya

lebih sering terjadi pada usia remaja, pertambahan berat badan tersebut

disebabkan oleh gangguan endokrin yang mempengaruhi kondisi fisik

remaja tersebut. Dalam sebuah penelitian memperlihatkan bahwa remaja

dengan obesitas yang dijauhi oleh teman-temannya memiliki

kecenderungan untuk mengalami rasa putus asa yang besar dan memilih

menjadi pendiam dan terisolasi secara sosial. Seseorang yang mengalami

obesitas akan mudah merasa tersisih atau tersinggung. Hal ini akan lebih

parah lagi apabila remaja dengan obesitas tersebut mengalami kegagalan

dalam pergaulan sehari-hari. Seseorang dengan obesitas akan cenderung

dicap sebagai orang yang susah bergaul dan mudah tersinggung. Obesitas

pada remaja sepertinya tidak dapat dipandang dengan sebelah mata,

1

Page 2: Bab 1,2,3 - Revisi - 1

2

mengingat semakin banyaknya remaja yang mengalami obesitas saat ini

(Administrator, 2013)

Remaja juga terbelit masalah kelebihan berat badan. Mengutip riset

kesehatan dasar Kementerian Kesehatan tahun 2007 dan 2010, remaja

perempuan gemuk meningkat dari 23,8 persen menjadi 26,9 persen. Remaja

laki-laki gemuk meningkat dari 13,9 persen menjadi 16,6 persen. Kepala

Subdirektorat Bina Kewaspadaan Gizi Kementerian Kesehatan Erman

Sumarna menyatakan, kasus kelebihan berat badan (overweight—level di

atas obesitas) terus meningkat. Perbandingan hasil riset kesehatan dasar

pada anak usia di bawah lima tahun menunjukkan, kelebihan berat badan

tercatat 12,2 persen pada 2007 dan naik menjadi 14 persen pada 2010

(Luisa, 2011).

Secara ilmiah, obesitas terjadi akibat mengkonsumsi kalori lebih

banyak dari yang diperlukan oleh tubuh. Penyebab terjadinya

ketidakseimbangan antara asupan dan pembakaran kalori ini masih belum

jelas. Namun, ternyata ada faktor lain selain faktor genetik, faktor

kesuburan, efek dari mengkonsumsi obat-obat tertentu, dan aktivitas psikis.

Ada tiga hal yang mempengaruhi munculnya obesitas pada remaja antara

lain teman dekat. Teman adalah seseorang yang berpengaruh dalam

kelangsungan hidup kita, karena tidak sedikit pola hidup kita dengan teman

dekat memiliki kesamaan. Misalnya, ketika teman mengajak makan malam

bersama meskipun kita dalam keadaan tidak lapar, kita tidak bisa menolak

tawaran itu. Insomnia atau kebiasaan sulit tidur. Karena kurang tidur

meningkatkan rasa lapar dan nafsu makan yang memicu terjadinya

Page 3: Bab 1,2,3 - Revisi - 1

3

peningkatan berat badan. Seseorang yang tidak memiliki kegiatan hanya

santai didepan televisi, atau komputer berjam-jam lamanya sambil

menikmati cemilan. Ditambah selalu mengkonsumsi makanan kaya lemak

dan tidak disertai aktivitas fisik yang seimbang cenderung menyebabkan

obesitas (Administrator, 2012). Remaja putri dengan obesitas yang

memiliki harga diri rendah akan mengalami kecemasan dan perasaan tidak

nyaman terhadap penampilan fisiknya, namun jika remaja putri tersebut

memiliki harga diri yang tinggi maka penerimaan terhadap dirinya akan

sangat dihargai tanpa harus merasa cemas dan bersalah terhadap keadaan

fisiknya sehingga dapat bersosialisasi dengan teman sebaya dan

mengaktualisasikan diri (Melati, 2011).

Aktualisasi diri merupakan kemampuan seseorang untuk mengatur

diri sendiri sehingga bebas dan berbagai tekanan, baik yang berasal dalam

diri maupun di luar diri. Kemampuan seseorang membebaskan diri dan

tekanan internal dan eksternal dalam pengaktualisasian dirinya

menunjukkan bahwa orang tersebut telah mencapai kematangan diri.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa aktualisasi dan pada hakekatnya

adalah merupakan hasil dan kematangan diri, dan tidak semua orang dapat

mencapai aktualisasi diri tersebut secara penuh (Asmadi, 2008 : 7). Pada

remaja dengan obesitas yang mempunyai harga tinggi akan mampu

mengaktualisasikan dirinya dan bersosialisasi dengan teman sebaya serta

masyarakat, sebaliknya harga diri yang rendah pada remaja dengan obesitas

akan menyebabkan mereka putus asa, pesimis dan tidak percaya diri.

Page 4: Bab 1,2,3 - Revisi - 1

4

Menurut Harmanto (2006 (38-39) Apapun penyebabnya, obesitas

dapat dicegah dengan penanganan tertentu antara lain dengan pengaturan

diet tertentu, latihan fisik yang cukup, dan perubahan kebiasaan. Sedangkan

menurut Ikawati (2010 : 57) untuk mengatasi obesitas yang pertama tentu

pembatasan makan dan meningkatkan aktivitas Fisik, sehingga asupan

kalori dan penggunaannya menjadi seimbang. Namun jika sulit dilakukan

atau tidak berhasil, maka perlu bantuan obat-obatan, yaitu obat anti

obesitas.

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul hubungan harga diri dengan

kemampuan aktualisasi pada remaja putri obesitas di SMA Negeri 1

Bangsal Mojokerto.

B. Rumusan Masalah

Bagaimanakah hubungan harga diri dengan kemampuan aktualisasi

pada remaja putri obesitas di SMA Negeri 1 Bangsal Mojokerto

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengidentifikasi hubungan harga diri dengan kemampuan

aktualisasi pada remaja putri obesitas di SMA Negeri 1 Bangsal

Mojokerto.

Page 5: Bab 1,2,3 - Revisi - 1

5

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi harga diri remaja putri di SMA Negeri 1 Bangsal

Mojokerto.

b. Mengidentifikasi kemampuan aktualisasi pada remaja putri obesitas

di SMA Negeri 1 Bangsal Mojokerto.

c. Menganalisa hubungan harga diri dengan kemampuan aktualisasi

pada remaja putri obesitas di SMA Negeri 1 Bangsal Mojokerto.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti

Penelitian ini menjadi penerapan dari ilmu yang didapatkan

dalam akademik yang diaplikasikan dalam bentuk penelitian kesehatan.

2. Praktis

a. Bagi remaja putri

Hasil penelitian ini dapat dijadikan wawasan pada remaja

putri tentang pentingnya menjaga kesehatan badan dan menghindari

obesitas dan juga menjaga kesehatan jiwa sehingga mampu

beraktualisasi dengan normal

b. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini sebagai dasar untuk melaksanakan

penelitian lebih lanjut berkaitan dengan harga diri dan kemampuan

aktualisasi diri pada remaja putri yang mengalami obesitas pada

siswi SMA Bangsal

3. Teoritis

Page 6: Bab 1,2,3 - Revisi - 1

6

a. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat dipergunakan untuk membantu

guru BP (Bimbingan Penyuluhan) dan siswi dengan obesitas

mengetahui dampak buruk obesitas serta menumbuhkan rasa

percaya diri sehingga mampu mengaktualisasikan dirinya.

b. Bagi Keperawatan

Hasil penelitian ini menyediakan informasi tentang obesitas

dengan harga diri remaja serta bagaimana kemampuan remaja putri

mengaktualisasikan diri sehingga dapat menjadi masukan untuk

melakukan asuhan keperawatan komunitas pada remaja putri

dengan obesitas.

Page 7: Bab 1,2,3 - Revisi - 1

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan teori

1. Konsep Harga Diri

a. Pengertian

Penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh

dengan menganalisis seberapa sesuai perilaku dirinya dengan ideal

diri. Harga diri yang tinggi adalah perasaan yang berasal dan

penerimaan diri sendiri tanpa syarat, walaupun melakukan

kesalahan, kekalahan, dan kegagalan, tetap merasa sebagai seorang

yang penting dan berharga (Stuart, 2007).

Harga diri merupakan penilaian individu terhadap

kehormatan dirinya, yang diekspresikan melalui sikap terhadap

dirinya. Pengertian harga diri adalah penilaian individu terhadap

dirinya sendiri, yang sifatnya implisit dan tidak diverbalisasikan

(Admin, 2010)

b. Krisis harga diri rendah

Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak

berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang

negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan diri. Adanya perasaan

hilang kepercayaan diri, merasa gagal karena tidak mampu mencapai

keinginan sesuai ideal diri. Harga diri seseorang diperoleh dari diri

sendiri dan orang lain. Gangguan harga diri rendah akan terjadi jika

kehilangan kasih sayang, perlakuan orang lain yang mengancam dan

7

Page 8: Bab 1,2,3 - Revisi - 1

8

hubungan interpersonal yang buruk. Tingkat harga diri seseorang

berada dalam rentang tinggi sampai rendah. Individu yang memiliki

harga diri tinggi menghadapi lingkungan secara aktif dan mampu

beradaptasi secara efektif untuk berubah serta cenderung merasa

aman. individu yang memiliki harga diri rendah melihat lingkungan

dengan cara negatif dan menganggap sebagai ancaman (Iyus, 2009)

c. Faktor yang mempengaruhi harga diri

Menurut Peplau dan Sulivan harga diri berkaitan dengan

pengalaman interpersonal, dalam tahap perkembangan dan bayi

sampai lanjut usia seperti good me, rad me, not me, anak sering

dipersalahkan, ditekan sehingga perasaan amannya tidak terpenuhi

dan merasa ditolak oleh lingkungan dan apabila koping yang

digunakan tidak efektif akan menimbulkan harga diri rendah.

Menurut Caplan, lingkungan sosial akan memengaruhi individu,

pengalaman seseorang dan adanya perubahan sosial seperti perasaan

dikucilkan, ditolak oleh lingkungan sosial, tidak dihargai akan

menyebabkan stress dan menimbulkan penyimpangan perilaku

akibat harga diri rendah.

1) Faktor Predisposisi

Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah adalah

penolakan orang tua yang tidak realistis, kegagalan berulang

kali, kurang mempunyai tanggung jawab personal,

ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang tidak realistis.

Page 9: Bab 1,2,3 - Revisi - 1

9

2) Faktor Presipitasi

Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah biasanya

adalah kehilangan bagian tubuh, perubahan penampilan/bentuk

tubuh, kegagalan atau produktivitas yang menurun.

(Iyus, 2009)

d. Tanda-tanda krisis harga diri

1) Mengejek dan mengkritik diri.

2) Merasa bersalah dan khawatir, rnenghukurn atau menolak diri

sendiri.

3) Mengalami gejala fisik, misal: tekanan darah tinggi, gangguan

penggunaan

4) Menunda keputusan.

5) Sulit bergaul.

6) Menghindari kesenangan yang dapat memberi rasa puas.

7) Menarik diri dan realitas, cemas, panik, cemburu, curiga,

halusinasi.

8) Merusak diri: harga diri rendah menyokong klien untuk

mengakhiri hidup

9) Merusak/melukai orang lain.

10) Perasaan tidak mampu.

11) Pandangan hidup yang pesimistis.

12) Tidak menerima pujian.

13) Penurunan produktivitas.

14) Penolakan terhadap kernampuan diri.

15) Kurang memerhatikan perawatan diri.

Page 10: Bab 1,2,3 - Revisi - 1

10

16) Berpakaian tidak rapi.

17) Berkurang selera makan.

18) Tidak berani menatap lawan bicara.

19) Lebih banyak menunduk.

20) Bicara lambat dengan nada suara lemah.

(Iyus, 2009)

e. Kebutuhan Harga Diri Positif

Setiap orang menginginkan harga diri yang positif. Menurut

Vaughan dkk (2002), ini dikarenakan oleh:

1) Harga diri yang positif membuat orang merasa nyaman dengan

dirinya sendiri di tengah kepastian akan kematian yang suatu

waktu akan dihadapinya.

2) Harga diri yang positif membuat orang dapat mengatasi

kecemasan, kesepian, dan penolakan sosial. Dalam hal ini, harga

diri sebagai alat ukur sosial (sociometer) untuk melihat sejauh

mana seseorang merasa diterima dan menyatu dengan

lingkungan sosialnya. Dengan demikian, semakin positif harga

diri yang dimiliki, semakin menunjukkan bahwa ia semakin

merasa diterima dan menyatu dengan orang-orang disekitarnya.

f. Cara Mengukur Harga Diri

Harga diri (self esteem) bisa diukur sama dengan konstrak

psikologi lainnya. Cara mengukurnya bisa secara eksplisit

(dilakukan dengan meminta orang untuk memberikan rating; mulai

dari sangat sesuai hingga sangat tidak sesuai, terhadap sejumlah

pernyataan tentang diri). Pengukuran harga diri (self esteem) juga

Page 11: Bab 1,2,3 - Revisi - 1

11

bisa secara implicit (dilakukan dengan mengukur kecepatan reaksi

orang terhadap sejumlah stimulus yang diasosiasikan dengan diri

subjek).

Salah satu alat ukur yang sering digunakan untuk mengukur

harga diri (self esteem) secara eksplisit adalah skala Rosenberg

(Weiten, 2012) sebagai berikut (terjemahan kedalam bahasa

Indonesia):

1) Saya merasa sebagai orang yang berguna, paling tidak sama

seperti orang lain.

2) Saya merasa memiliki sejumlah kualitas yang baik.

3) Secara umum, saya cenderung merasa sebagai orang yang gagal.

4) Saya mampu melakukan hal-hal sebaik yang kebanyakan orang

lakukan.

5) Saya merasa tidak memiliki banyak hal yang dibanggakan.

6) Saya memiliki sikap positif terhadap diri sendiri.

7) Secara umum, saya puas dengan diri saya.

8) Saya berharap saya lebih menghargai diri saya sendiri.

9) Saya sering kali merasa tidak berguna.

10) Saya sering kali berpikir saya sama sekali bukan orang yang

baik.

Skala diatas adalah skala untuk mengukur harga diri (self

esteem). Jika pernyataan tersebut sangat tidak sesuai dengan diri,

beri angka 1. Jika tidak sesuai dengan diri, beri angka 2. Jika agak

sesuai dengan diri, beri angka 3. Jika sesuai dengan diri, beri angka

4. Jika sangat sesuai dengan diri, beri angka 5.

Page 12: Bab 1,2,3 - Revisi - 1

12

2. Konsep Dasar Remaja

a. Pengertian Remaja

Masa remaja datang setelah masa kanak-kanak berlalu, dan

disebut sebagai masa pemisah antara masa kanak-kanak dan dewasa.

Sam fase yang tampaknya sangat singkat tetapi sangatlah penting

dan sensitif. Usia 13-18 tahun diriamakan sebagai usia remaja.

Manusia antara usia 13-18 tahun, dan sebagian berpendapat sampai

usia 20 tahun, melewati sam fase tertentu dalam kehidupannya,

antara fase kanak-kanak dan fase kesempurnaan, yang memiliki

aturan-aturan dan permasalahan yang dalam kehidupan manusia

memiliki peran yang sangat penting (Samadi, 2004 : 19)

Masa perkembangan remaja dimulai dengan masa puber,

yaitu umur kurang lebih antara 12-14 tahun. Masa puber atau

permulaan remaja adalah suatu masa saat perkembangan fisik dan

intelektual berkembang sangat cepat. Pertengahan masa remaja

adalah masa yang lebih stabil untuk menyesuaikan diri dan

berintegrasi dengan perubahan permulaan remaja, kira-kira umur 14

tahun sampai umur 16 tahun. Remaja akhir yang kira-kira berumur

18 tahun sampai umur 20 tahun ditandai dengan transisi untuk mulai

bertanggung jawab, membuat pilihan, dan berkesempatan untuk

mulai menjadi dewasa. Dalam bab ini, kita akan melihat bagaimana

perkembangan remaja mempengaruhi pengajaran, kurikulum, dan

struktur sekolah (Sri Esti, 2002 : 93-94)

Page 13: Bab 1,2,3 - Revisi - 1

13

Masa remaja merupakan sebuah periode dalam kehidupan

manusia yang batasan usia maupun peranannya sering kali tidak

terlalu jelas. Pubertas yang dahulu dianggap sebagai tanda awal

keremajaan, ternyata tidak lagi valid sebagai patokan atau batasan

untuk pengkategorian remaja. Karena usia pubertas yang dahulu

terjadi pada akhir usia belasan (15-18 tahun) kini terjadi pada awal

belasan bahkan sebelum usia 11 tahun. Remaja adalah masa-masa

transisi yang sering disebut masa yang paling rawan. Namun dibalik

itu pada masa remaja, ada masa yang paling berkesan dalam hidup.

Kenangan terhadap masa remaja merupakan kenangan yang tidak

mudah dilupakan, sebaik atau seburuk apapun pada saat itu (Tabroni,

2009 : 12).

b. Tahap perkembangan remaja

Menurut Santoso (2010 : 126) tahap perkembangan remaja

dapat dibagi menjadi beberapa kelompok berikut :

1) Tahap/usia/masa remaja awal/pubertas (12-15 tahun)

2) Tahap/usia/masa remaja madya (15-18 tahun)

3) Tahap/usia/masa remaja akhir (18-25 tahun)

Sedangkan menurut Wong (2009 : 598) pembagian masa

remaja adalah sebagai berikut :

1) Masa remaja awal (11-14 tahun)

2) Masa remaja pertengahan (15-17 tahun)

3) Masa remaja akhir (18-20 tahun)

Page 14: Bab 1,2,3 - Revisi - 1

14

c. Perubahan dimensi remaja

Menurut beberapa sumber klasifikasi remaja berdasarkan

perubahan pada dimensi-dimensi berikut :

1) Dimensi biologis / Fisik

Pubertas adalah suatu rangkaian perubahan fisik yang

membuat organisme secara matang mampu berproduksi. Hampir

setiap organ dan sistem tubuh dipengaruhi oleh perubahan ini.

Anak yang sedang mengalami puber awal akan berbeda dengan

puber akhir dalam penampakan luar karena perubahan tinggi,

proporsi tubuh, dan adanya tanda-tanda perkembangan seksual

pertama dan kedua (Sri Esti, 2002 : 94).

2) Dimensi Kognitif

Pada periode ini, idealnya para remaja sudah memiliki

pola pikir sendiri dalam usaha memecahkan masalah-masalah

yang kompleks dan abstrak. Kemampuan berpikir para remaja

berkembang sedemikian rupa sehingga mereka dengan mudah

dapat membayangkan banyak alternatif pemecahan masalah

beserta kemungkinan akibat atau hasilnya. Kapasitas berpikir

secara logis dan abstrak mereka berkembang sehingga mereka

mampu berpikir multidimensi seperti ilmuwan. Para remaja

tidak lagi menerima informasi apa adanya, tetapi akan

memproses informasi itu serta mengadaptasikannya dengan

pemikiran mereka sendiri. Remaja juga mampu

mengintegrasikan pengalaman masa lalu dan sekarang untuk

Page 15: Bab 1,2,3 - Revisi - 1

15

ditransformasikan menjadi konklusi, prediksi, dan rencana untuk

masa depan. Dengan kemampuan operasional formal ini, para

remaja mampu mengadaptasikan diri dengan lingkungan sekitar

mereka (Tabroni, 2009 : 14).

3) Dimensi Moral

Masa remaja juga merupakan masa yang selalu ingin

tahu. Pada periode ini orang akan selalu bertanya tentang

berbagai hal yang dianggapnya baru. Hal-hal baru yang

kemudian menjadi pengalaman dan pengetahuan itu menjadi

sebuah acuan bagi para remaja untuk menentukan mana yang

baik dan mana yang buruk; mana yang benar dan mana yang

salah. Dalam berbagai hal, para remaja sesungguhnya sudah

dapat mengidentifikasi persoalan-persoalan sosial di sekitarnya.

Remaja dipastikan sudah dapat melakukan proses analisis

sehingga tidak lagi sepenuhnya hanya menjadi objek dan

pemikiran dan doktrin orang lain. Remaja sudah bisa melihat ke

dalam dan keluar. Dengan pengetahuan dan pengalaman yang

dimiliki, remaja sudah dapat beradaptasi pada lingkungan.

Remaja sudah dapat membedakan mana tempat yang cocok bagi

dirinya dan mana yang tidak. Kemampuan berpikir dalam

dimensi moral (moral reasoning) pada remaja berkembang

karena mulai melihat adanya kejanggalan dan

ketidakseimbangan antara yang remaja percayai dahulu dengan

kenyataan yang ada di sekitarnya. Para remaja lalu merasa perlu

Page 16: Bab 1,2,3 - Revisi - 1

16

mempertanyakan dan merekonstruksi pola pikir dengan

“kenyataan” yang baru. Perubahan inilah yang sering mendasari

sikap “pemberontakan” remaja terhadap peraturan atau otoritas

yang selama ini diterima bulat-bulat. Proses seleksi nyata telah

ada dalam jiwa remaja. Nilai-nilai lama yang tidak ditemukan

olehnya pada saat ini, sering menjadi salah satu objek yang

dibenturkan sehingga melahirkan aktivitas-aktivitas yang

nyeleneh dan tidak sedikit yang berbeda dengan keinginan dan

kultur orangtua (Tabroni, 2009 : 15).

4) Dimensi Psikologis

Masa remaja adalah fase tertentu dalam kehidupan.

Perubahan-perubahan yang terjadi pada seseorang karena balig,

dalam beberapa hal sangat mungkin mengubah jalan hidupnya,

dan sampai akhir usia Ia berada dalam kondisi yang tak

diinginkannya. Masa remaja, dalam kondisi normal sekalipun,

menyebabkan guncangan-guncangan yang cukup besar pada

kepribadian para remaja. Dan mungkin guncangan-guncangan

ini membuat kesal orang-orang dewasa yang berhubungan

langsung dengan remaja. Seperti anak kecil yang melakukan

gerakan-gerakan mengkhawatirkan dalam usahanya belajar

beja1an, upaya remaja untuk mencapai balig dan kesempurnaan

kepribadian pun banyak disertai kesalahan-kesalahan (Samadi,

2004 : 20).

Page 17: Bab 1,2,3 - Revisi - 1

17

Satu dan ciri-ciri remaja adalah penampilan reflectivity

atau kecenderungan untuk berpikir tentang apa yang terjadi pada

pikiran diri seseorang dan mempelajari dirinya sendiri. Remaja

mulai melihat lebih dekat diri mereka sendiri untuk

mendefinisikan bahwa diri mereka berbeda. Mereka mulai

menyadari bahwa mereka berbeda antara apa yang mereka pikir

dan rasakan dan apa yang mereka lakukan. Dengan

dibolehkannya mereka menggunakan keterampilan

intelektualnya dalam memutuskan kemungkinan-kemungkinan,

remaja mudah menjadi tidak puas dengan diri mereka sendiri.

Mereka mengkritik sifat-sifat pribadi mereka, membandirigkan

diri mereka sendiri dengan orang lain, dan mencoba mengubah

seperti diri orang lain atau teman lain (Sri Esti, 2002 : 100).

Menurut Santoso (2010 : 129) perkembangan remaja dapat

dijabarkan sebagai berikut :

Tabel 2.1. Perkembangan Remaja

Pola seksual Tegangan emosi Kekuatan dasar

kepribadian

Remaja awal

(12-15 tahun)

Pubertas Krisis percaya

diri dan

kebingungan

identitas

Kesetiaan pada

cita-cita diri dan

kelompok

Remaja

madya (15-18

tahun)

Gejolak nafsu

seksual

Penolakan peran

dan

pemberontakan

terhadap standar

Sikap kritis dan

persahabatan

Page 18: Bab 1,2,3 - Revisi - 1

18

nilai orang tua,

masyarakat, dan

budaya

Remaja akhir

(18-25 tahun)

Penyeimbangan

nafsu seksual

dan keintiman

emosi

Keterisolasian

dan keintiman

emosi

Penemuan diri

dan dunia di luar

diri, serta

pembentukan

identitas

Sedangkan menurut Wong (2009 : 598) pertumbuhan dan

perkembangan selama masa remaja adalah sebagai berikut :

Tabel 2.2. Pertumbuhan Dan Perkembangan Selama Masa Remaja

Masa remaja awal

(11-14 tahun)

Masa remaja

pertengahan

(15-17 tahun)

Masa remaja akhir

(18-20 tahun)

Pertumbuhan

1. Laju pertumbuhan terjadi dengan cepat

2. Puncak kecepatan pertumbuhan

3. Karakteristik seks sekunder muncul

1. Pertumbuhan melambat pada remaja putri

2. Tinggi badan mencapai 95% tinggi badan dewasa

3. Karakteristik seks sekunder berkembang dengan baik

1. Matang secara fisik

2. Pertumbuhan struktur dan reproduktif hampir lengkap

Kognitif

1. Mengeksplorasi kemampuan yang baru ditemukan tentang pikiran abstrak yang terbatas

1. Perkembangan kemampuan untuk berpikir abstrak

2. Menikmati kekuatan intelektual, sering kali sesuai dengan

1. Memperhatikan pemikiran abstrak

2. Dapat menerima dan bertindak pada rentang pilihan yang luas

Page 19: Bab 1,2,3 - Revisi - 1

19

2. Mencari-cari dengan canggung nilai-nilai dan energi yang baru

3. Membandirigkan “normalitas” dengan teman sebaya yang sejenis

idealitas3. Perhatian terhadap

masalah filosofi, politik dan sosial

3. Mampu memandang suatu masalah secara komprehensif

4. Penetapan identitas intelektual dan fungsional

Identitas

1. Merasa senang dengan perubahan tubuh yang cepat

2. Mengujicobakan berbagai peran

3. Pengukuran daya tarik berdasarkan penerimaan atau penolakan teman sebaya

4. Penyesuaian dengan norma-norma kelompok

1. Mengidentifikasikan citra tubuh

2. Sangat berfokus pada diri sendiri, narsisme meningkat

3. Cenderung melihat pada pengalaman diri dalam dan hasil temuan sendiri

4. Kaya akan fantasi kehidupan

5. Idealistis6. Mampu menerima

implikasi di masa depan terhadap perilaku dan keputusan saat ini, penerapannya beragam.

1. Definisi citra tubuh dan peran gender hampir diperoleh

2. Identitas seksual telah matang

3. Fase konsolidasi identitas

4. Stabilitas harga diri

5. Nyaman dengan pertumbuhan fisik

6. Peran sosial didefinisikan dan dilaksanakan dengan baik

Hubungan dengan orang tua

1. Mendefinisikan batasan kemandirian -kebergantungan

2. Keinginan kuat untuk tetap bergantung pada orang tua sementara mencoba untuk terpisah dari orang tua

3. Tidak ada konflik besar yang terjadi di bawah kontrol orang tua

1. Konflik utama terjadi pada kemandirian dan pengendalian

2. Hubungan orang tua dan anak berada pada titik rendah

3. Dorongan terbesar untuk bebas, pemutusan hubungan

4. Pelepasan emosional akhir dan bersifat irreversibel dari orang tua

1. Perpisahan emosional dan fisik dari orang tua telah dicapai

2. Mandiri dari keluarga dengan sedikit konflik

3. Kebebasan hampir dicapai

Hubungan dengan teman sebaya

Page 20: Bab 1,2,3 - Revisi - 1

20

1. Mencari kelompok sebaya untuk menghadapi ketidakstabilan yang disebabkan oleh perubahan yang cepat

2. Meningkatkan kedekatan, persahabatan yang ideal dengan anggota lain yang sejenis

3. Berebut kekuasaan terjadi di dalam tema sebaya

1. Kebutuhan identitas yang kuat untuk memperkuat citra diri

2. Standar perilaku yang ditetapkan oleh kelompok

3. Penerimaan teman sebaya sangat penting- takut ditolak

4. Mengeksplorasikan kemampuan untuk menarik perhatian teman lawan jenis

1. Kelompok teman sebaya tidak lagi penting dalam hubungan individu

2. Menguji coba hubungan antara pria dan wanita terhadap kemungkinan hubungan yang permanen

3. Hubungan dicirikan dengan memberi dan berbagi

Seksualitas

1. Mengeksplorasikan dan mengevaluasi dirinya

2. Kencan terbatas, biasanya kelompok

3. Keintiman terbatas

1. Berhubungan dengan orang banyak

2. Keyakinan untuk kecenderungan heteroseksual (homoseksual diketahui pada saat ini)

3. Eksplorasi terhadap daya tarik seks

4. Perasaan jatuh cinta5. Membangun

hubungan sementara

1. Membentuk hubungan yang stabil dan perlekatan kepada orang lain

2. Pertumbuhan kapasitas untuk bersama dan menjalani hubungan timbal balik

3. Berkencan sebagai pasangan pria-wanita

4. Keintiman lebih melibatkan komitmen daripada eksplirasi dan romantisme

Kesehatan psikologis

1. Ketidakstabilan mood masih besar

2. Mimpi di siang hari masih sering dan kuat

1. Kecenderungan terhadap pengalaman dari dalam dirinya, lebih instropektif

2. Kecenderungan

1. Emosi lebih konstan

2. Marah lebih cenderung disembunyikan

Page 21: Bab 1,2,3 - Revisi - 1

21

3. Marah diekspresikan dengan kemurungan, luapan rasa marah, dan ejekan secara verbal serta pemberian julukan

untuk menarik diri jika merasa sedih atau terluka

3. Kebimbangan emosi dalam waktu dan rentang waktu

4. Perasaan tidak adekuat umum ditemukan, kesulitan meminta bantuan

3. Konsep Dasar Obesitas

a. Pengertian

Obesisas adalah keadaan kelebihan berat badan di asas

normal. Salah satu cara mengukur normalnya berat badan seseorang

dengan menggunakan ukuran Body Mass lndex (BMI) (Ikawati,

2010 : 55).

Obesitas (kegemukan) adalah suatu keadaan di mana terjadi

penumpukan lemak yang berlebih dalam tubuh sehingga BB

seseorang jauh di atas normal dan dapat membahayakan kesehatan

(Made, 2009 : 122).

Kegemukan dan obesitas pada anak merupakan konsekuensi

dan asupan kalori (energi) yang melebihi jumlah kalori yang dibakar

pada proses metabolisme di dalam tubuh (Genis, 2010 : 15)

Seseorang dikatakan mengalami kegemukan (obesitas) bila

berat badan lebih dan 20% dan BB Ideal (Suharjo, 2008 : 87)

b. Menghitung Obesitas

Obesitas terjadi karena ketidakseimbangan antara energi

yang masuk dan energi yang keluar. Body Mass Index (BMI) atau

Page 22: Bab 1,2,3 - Revisi - 1

22

Indeks Massa Tubuh (IMT) telah diakui sebagai metode paling

praktis dalam menentukan tingkat overwight dan obesitas pada orang

dewasa di bawah umur 70 tahun (Made, 2009 : 122)

IMT dapat dihitung dengan rumus: Berat Badan (dalam satuan

kilogram) dibagi Tinggi Badan pangkat dua (dalam satuan meter

persegi).

IMT =BB ( Kg )TB2 ( m2)

Tabel 2.1 Klasifikasi IMT menurut V/HO

Kategori IMT (kg/m2) Resiko PenyakitUnderweight karang dari 18,5 Rendah (tetapi resiko

terhadap masalah lain meningkat)

Batas normal 18,5-24,9 Rata-rataOverwight Lebih besar dari 25 Rata-rataPra-obesitas 25,0-29,9 MeningkatObesitas I 30,0-34,9 SedangObesitas II 35,0-34,9 BerbahayaObesitas III Lebih besar dari 40,0 Sangat berbahaya(Made, 2009 : 123)

Menurut Suharjo (2008 : 87) ukuran berat badan ideal antara lain :

1) BB Ideal: (Tinggi badan dlm cm — 100) x 0. 9 untuk wanita

2) BB Ideal: (Tinggi badan dlm cm — 100) x I untuk Pria.

3) Lingkar Perut: Wanita > 88 cm; Pria > 102 cm

4) Indeks Massa Tubuh (IMT), yaitu berat badan dalam kg dibagi

tinggi badan dlm meter2, obesitas bila: IMT lebih dan 27 (dulu

lebih dan 30).

5) Bila lingkar perut pada pria> 94 cm dan wanita > 80 cm maka

risiko serangan penyakit kardiovaskuler meningkat dua kali lipat.

Page 23: Bab 1,2,3 - Revisi - 1

23

Bila lingkar perut pria > 102 cm dan wanita 88 cm, maka risiko

penyakit kardiovaskuler meningkat empat kali lipat.

c. Faktor Penyebab Obesitas

Menurut Genis (2010 : 15) Secara Umum, penyebab

kegemukan dan obesitas pada anak belum diketahui secara pasti

hingga saat mi. Namun, pelbagai penelitian ilmiah menunjukkan

bahwa penyebab kegemukan dan obesitas pada anak bersifat

muftifaktor.

Ada tiga faktor yang diketahui berperan besar meningkatkan

risiko terjadiriya kegemukan dan obesitas pada anak, yakni (1) faktor

genetik (keturunan), (2) pola aktivitas, dan (3) pola makan.

Menurut Made, (2009 : 124) Tiga unsur utama pencetus

obesitas adalah faktor genetik, lingkungan, dan psikologis.

Penjelasan terhadap masing-masing faktor tersebut adalah sebagai

berikut:

1) Faktor genetik

Anak punya kemungkinan 40 persen menjadi gemuk

kalau salah satu orangtuanya mengalami obesitas.

Kemungkinannya jadi lebih besar lagi, 80 persen, jika kedua

orangtuanya gemuk. Biasanya, ibu yang memiliki kadar gula

tinggi atau terkena penyakit diabetes mellitus (DM)

kemungkinan akan menurun kepada anak yang dilahirkan dan

anak cenderung overweight (kelebihan berat badan).

2) Faktor lingkungan

Page 24: Bab 1,2,3 - Revisi - 1

24

Faktor ini meliputi pola makan, jumlah dan komposisi zat

gizi dalam makanan, serta intensitas aktivitas tubuh sebagai

akibat gaya hidup modern. Bayi yang diberi makanan padat sejak

sangat dirii akan mengalami obesitas pada umur enam tahun.

3) Faktor psikologis

Unsur stres ikut mempengaruhi berat badan di samping

kesalahan pola asuh anak, seperti terlalu memanjakan dan selalu

menuruti kemauannya. Selain itu, lingkungan yang

memperlakukan mereka dengan anggapan buruk )uga bisa

menyebabkan obesitas. Anak yang kurang disenangi dalam

pergaulan. misalnya. akan sering menarik diri. Akibatnya,

aktivitas fisik berkurang dan otomatis menambah

kegemukannya.

Menurut Ikawati (2010 : 56) Ada beberapa faktor yang dapat

menyebabkan seseorang mengalami obesitas, antara lain :

1) Secara genetik, obesitas umumnya cenderung bersifat menurun.

Sebenarnya tak hanya masalah genetik, keluarga umumnya juga

“menurunkan” pola makan dan gaya hidup yang bisa

berkontribusi terhadap kejadian obesitas. Misalnya orang tua

yang membiarkan anaknya makan apa saja dan bahkan

memfasilitasi anak untuk makan makanan yang enak dan

berlemak. Tentunya akan mempengaruhi perkembangan dan

berat badan si anak.

Page 25: Bab 1,2,3 - Revisi - 1

25

2) Faktor lingkungan memberikan pengaruh yang signifikan,

misalnya kemudahan mendapatkan fast food yang umumnya

berkolesterol tinggi, pekerjaan yang kurang memungkinkan

banyak gerakan fisik tubuh, atau lebih mengutamakan rasa

makanan ketimbang faktor nutrisi di dalam memilih makanan.

3) Faktor yang tak kalah penting adalah faktor psikologis karena

dapat mempengaruhi kebiasaan makan seseorang. Ada sebagian

orang makan lebih banyak sebagai respon terhadap keadaan

mood negatif seperti sedih, bosan, atau marah. Sebagian lagi

mungkin mengalami gangguan makan seperti dorongan makan

yang kurang terkendali (binge eating) walaupun sudah kenyang,

atau kebiasaan ngemii yang sulit dihentikan. Orang-orang seperti

mi sangat berisiko terhadap kegemukan. dan perlu mendapatkan

perlakuan khusus, seperti konseling arau terapi psikologi lainnya.

4) Selain tiga faktor di atas, penyebab lain obesitas bisa berupa

penyakit atau penggunaan obat tertentu. Penyakit hipotiroid,

cushing’s syndrome, dan depresi dapat memicu makan

berlebihan. Beberapa obat seperti steroid dan antidepresan

tertentu juga memiliki efek samping peningkatan berat badan.

Dalam masalah kegemukan (obesitas), faktor keturunan

memang berperanan. Anak dan satu orang tua yang obesitas

mempunyai kecenderungan obesitas 40%, sedangkan dan kedua

orang tua obesitas kecenderungan jadi obesitas 70% - 90% adalah

obesitas. Faktor utama kegemukan (obesitas) adalah makan secara

Page 26: Bab 1,2,3 - Revisi - 1

26

berlebihan, terutama makan di luar waktu makan (ngemil) (Suharjo,

2008 : 88).

Menurut Harmanto (2006 : 38) faktor penyebab kegemukan

secara rinci sebagai berikut.

1) Faktor biologis seperti kecepatan metabolisme dan jumlah

minimum energi yang dibutuhkan seseorang berperan penting

dalam mengatur berat badan. Beberapa orang, secara alami

menggunakan lebih banyak kalori untuk melakukan fungsi-

fungsi utama dalam tubuh.

2) Obesitas ditentukan juga oleh faktor genetik. Anak-anak yang

mengalami obesitas, biasanya orang tuanya juga mengalami hal

yang sama. Sampai saat mi belum diketahui secara pasti, gen apa

yang menyebabkan obesitas tersebut.

3) Gaya hidup modern, dengan meningkatnya konsumsi kalori dan

berkurangnya aktivitas fisik, berperan penting dalam

menyebabkan obesitas. Restoran siap saji menyediakan banyak

pilihan, makanan kemasan dan soft drink. Di samping

menawarkan kemudahan, makanan mi juga tinggi dalam hal

kandungan lemak, gula dan kalori.

4) Kurangnya aktivitas serta penggunaan alat-alat untuk

mempermudah pekerjaan, seperti remote control, menyebabkan

tertimbunnya lemak di dalam tubuh.

Page 27: Bab 1,2,3 - Revisi - 1

27

d. Dampak Dari Obesitas

Menurut Vivi (2004 dalam Melati, 2011 : 10) dampak

obesitas dapat terjadi dalam jangka panjang maupun jangka pendek,

misalnya :

1) Gangguan psikososial, rasa rendah diri, depresif dan menarik diri

dari lingkungan. Hal ini karena anak obesitas sering menjadi

korban bahan olok-olokan teman main dan teman sekolah. Dapat

pula karena ketidakmampuan untuk melaksanakan suatu tugas

atau kegiatan terutama olahraga akibat adanya hambatan

pergerakan oleh obesitasnya.

2) Pertumbuhan fisik atau linier yang lebih cepat dan usia tulang

yang lebih lanjut dibanding usia biologinya.

3) Masalah ortopedi akibat beban tubuh yang terlalu berat.

4) Gangguan pernafasan seperti infeksi saluran nafas, tidur ngorok,

sering mengantuk siang hari.

5) Gangguan endokrin seperti menars lebih cepat terjadi.

e. Mengatasi Obesitas

Menurut Harmanto (2006 (38-39) Apapun penyebabnya,

obesitas dapat dicegah dengan penanganan tertentu antara lain

dengan pengaturan diet tertentu, latihan fisik yang cukup, dan

perubahan kebiasaan. Penanganan umum yang biasa dilakukan untuk

menurunkan berat badan adalah dengan

1) Asupan nutrisi seimbang dan diet rendah kalori. Para ahli

merekomendasikan diet 1.200 — 1.500 kalori/hari. Biasanya

Page 28: Bab 1,2,3 - Revisi - 1

28

dengan proporsi 60 % karbohidrat, 30 % lemak dan 10 %

protein. Namun, pengurangan jumlah kalori yang masuk ke

tubuh sendiri, kurang efektif untuk penurunan berat badan dalam

jangka waktu lama.

2) Latihan fisik (olahraga) adalah hal yang paling efektif untuk

penurunan berat badan dalam jangka panjang.

3) Kombinasi antara banyak makan dan kurangnya aktivitas fisik

dapat meningkatkan kemungkinan penambahan berat badan.

Waktu, tempat dan aktivitas tertentu juga emosi memiliki

hubungan dengan kebiasaan banyak makan dan kurangnya

latihan fisik.

Menurut Ikawati (2010 : 57) untuk mengatasi obesitas yang

pertama tentu pembatasan makan dan meningkatkan aktivitas Fisik,

sehingga asupan kalori dan penggunaannya menjadi seimbang.

Namun jika sulit dilakukan atau tidak berhasil, maka perlu bantuan

obat-obatan, yaitu obat anti obesitas.

Obat anti obesitas adalah obat-obat yang dapat menurunkan

atau mengontrol berat badan. Obat-obat ini bekerja dengan

mengubah proses fundamental dalam tubuh dan regulasi berat badan,

dengan cara menekan nafsu makan, mempengaruhi metabolisme,

atau mengurangi absorpsi makanan/kalori.

Menurut Suharjo (2008 : 88) Ada beberapa cara yang dapat

dilakukan untuk menurunkan berat badan yang aman, antara lain

sebagai berikut:

Page 29: Bab 1,2,3 - Revisi - 1

29

1) Mengurangi asupan kalori 300- 500 kalori sehari dan kebutuhan

berat badan ideal.

2) Jangan makan di luar waktu makan, jangan makan selagi

beraktivitas.

3) Makanlah banyak sayuran dan buah-buahan yang banyak karena

mi akan membuat rasa kenyang, tetapi kalorinya rendah. Lebih

baik makan sayuran dan buah-buahan dulu baru makan yang

lainnya.

4) Makanlah pada pagi hari sebagai seorang raja, makan siang

sebagai orang kaya, dan makan malam sebagai orang miskin,

atau tidak makan malam atau hanya makan buah-buahan dan

sayuran.

5) Jangan berpuasa bila mau menurunkan berat badan. Pada waktu

berpuasa kecepatan BMR lambat sehingga pembakaran tubuh

jadi lambat. Setelah buka puasa orang makan apa saja, terutama

yang manis-manis karena merasa sangat lapar.

6) Janganlah makan terlambat atau sudah lapar. Rasa lapar

membuat makanan yang tidak enak menjadi enak dan semua

makanan akan disantap.

7) Bila mau makan, ingatlah masih ada hari esok untuk makan lagi.

8) Hindari makanan yang manis-manis dan makanan yang tinggi

lemak.

Page 30: Bab 1,2,3 - Revisi - 1

30

4. Konsep Dasar Aktualisasi

a. Pengertian

Kebutuhan aktualisasi diri adalah tingkatan kebutuhan yang

paling tinggi menurut Maslow dan Kalish. Aktualisasi diri adalah

kemampuan seseorang untuk mengatur diri dan otonominya sendiri

serta bebas dan tekanan luar. Lebih dan itu, aktualisasi diri

merupakan hasil dan kematangan diri. Tidak semua orang dapat

mencapai aktualisasi diri secara utuh. Hal mi dikarenakan dalam diri

manusia terdapat dua kekuatan yang saling tank. Kekuatan pertama

mengarah pada pertahanan diri individu, yang kemudian

memunculkan perasaan takut salah, takut menghadapi risiko,

mengagungkan masa lalu dengan mengabaikan masa sekarang dan

masa datang, ragu-ragu dalam mengambil keputusan/bertindak, dan

sebagainya. Sementara kekuatan kedua mengarah pada keutuhan diri

dan terwujudnya seluruh potensi diri yang dimiliki sehingga

memunculkan rasa percaya diri dan penerimaan diri secara utuh.

Sekali lagi, kedua kekuatan ini akan selalu saling memengaruhi dan

saling tank sepanjang perjalanan hidup manusia sampai akhir

hidupnya (Asmadi, 2008 : 22)

b. Karakteristik Pencapaian Aktualisasi Diri

Menurut Abraham Maslow, ada beberapa karakteristik yang

menunjukkan seseorang mencapai aktualisasi diri.

1) Mampu melihat realitas secara lebih efisien.

Page 31: Bab 1,2,3 - Revisi - 1

31

Karakteristik/kapasitas mi memungkinkan seseorang

untuk mengenali kebohongan, kecurangan, dan kepalsuan orang

lain. Selain itu, ia akan mampu menganalisis berbagai persoalan

kehidupan manusia secara kritis dan mendalam. Kemampuan

melihat realitas kehidupan apa adanya akan menumbuhkan sikap

tidak emosional dan lebih objektif. Individu akan mendengar apa

yang seharusnya ia dengar, bukan mendengar apa yang

diinginkan atau ditakuti oleh orang lain. Pengamatan yang tajam

terhadap realitas hidup akan menghasilkan pola pikir yang

cemerlang, menerawang jauh ke depan tanpa dipengaruhi oleh

kepentingan atau keuntungan sesaat.

2) Penerimaan terhadap diri sendiri dan orang lain apa adanya.

Individu yang telah mencapai aktualisasi diri akan mampu

menerima diri sendiri dan orang lain apa adanya. Ia akan melihat

orang lain seperti melihat dirinya sendiri, yang penuh dengan

kekurangan dan kelebihan. Sifat mi akan menumbuhkan sikap

toleransi terhadap orang lain dan juga kesabaran yang tinggi di

dalam menerima diri sendiri dan orang lain. Individu akan

menerima dengan lapang dada terhadap kritik, saran, ataupun

nasihat dani orang lain terhadap dirinya.

3) Spontanitas, kesederhanaan, dan kewajaran. Individu yang

mengaktualisasikan dirinya dengan benar akan

memanifestasikannya di segala tindakan, perilaku, dan gagasan

yang ia tunjukkan- spontan, wajar, dan tidak dibuat-buat. Sifat

Page 32: Bab 1,2,3 - Revisi - 1

32

mi akan melahirkan sikap lapang dada terhadap apa yang

menjadi kebiasaan masyarakat selama hal tersebut tidak

bertentangan dengan prinsip utamanya. Akan tetapi, jika

kebiasaan lingkungan/masyarakat sudah bertentangan dengan

prinsip yang diyakininya, ia tidak segan-segan menentangnya

(mis., adat-istiadat yang amoral, kebohongan, kehidupan sosial

yang tidak manusiawi).

4) Terpusat pada persoalan. Bagi individu yang telah mencapai

aktualisasi diri, seluruh perilaku, pikiran, dan gagasannya tidak

lagi ditujukan untuk kebaikan dirinya, melainkan untuk kebaikan

dan kepentingan umat manusia. Dengan kata lain, Seluruh

pikiran, perilaku, dan gagasan individu berpusat pada persoalan

yang tengah dihadapi umat manusia, bukan pada persoalan yang

sifatnya egoistis.

5) Memisahkan diri: kebutuhan akan kesendirian. Pada umumnya,

individu yang telah mencapai aktualisasi diri cenderung

memisahkan diri dan lingkungan. Sikap mi didasarkan atas

persepsinya mengenai sesuatu yang ia anggap benar tanpa perlu

menunjukkan sikap egois. Ia merasa tidak bergantung atas

pikiran orang lain. Sikap yang demikian membuatnya tenang dan

tenteram dalam menghadapi hujatan dan orang lain. Ta

senantiasa menjaga

Page 33: Bab 1,2,3 - Revisi - 1

33

6) Otonomi: kemandirian terhadap budaya dan 1ingkunan. Individu

yang. telah mencàpai aktualisasi diri tidak akan menggantungkan

dirinya pada lingkungan.

7) Kesegaran dan apresiasi yang berkelanjutan. Pada individu yang

mampu mengaktualisasikan dirinya, mi merupakan manifestasi

rasa syukur atas segala potensi yang dimiliki. Individu akan

diliputi perasaan senang, kagum, dan tidak bosan terhadap apa

yang ia miliki meskipun hal tersebut biasa saja.

8) Kesadaran sosial. Pada orang yang mampu mengaktualisasikan

dirinya, jiwanya cenderung diliputi perasaan simpati, iba, kasih

sayang, dan ingin membantu orang lain walaupun orang tersebut

berperilaku jahat terhadap dirinya. Dorongan mi akan

memunculkan kesadaran sosial yang membuat individu memiliki

rasa bermasyarakat.

9) Hubungan interpersonal. Orang yang mampu mengaktualisasikan

diri cenderung memiliki hubungan yang baik dengan orang lain

meskipun ia tidak cocok dengan perilaku masyarakat di

sekitarnya.

10) Demokratis. Orang yang mampu mengaktualisasikan diri

memiliki sifat demokratis. Sifat mi dimanifestasikan dengan

perilaku yang tidak membedakan orang lain berdasarkan

golongan, etnis, agama, suku, ras, status sosial-ekonomi, partai,

dan lainnya.

Page 34: Bab 1,2,3 - Revisi - 1

34

11) Rasa humor yang bermakna dan etis. Rasa humor yang dimiliki

individu yang mampu mengaktualisasikan dirinya berbeda

dengan rasa humor kebanyakan orang.

12) Kreativitas. Kreatif merupakan karakteristik lain yang dimiliki

oleh individu yang mampu mengaktualisasikan dirinya.

13) Kemandirian. Individu yang telah mencapai aktualisasi diri akan

mampu mempertahankan pendirian dan keputusan yang ia ambil

dan tidak akan goyah atau terpengaruh oleh berbagai guncangan

atau kepentingan.

14) Pengalaman puncak. Individu yang mampu mengaktualisasikan

diri akan memiliki perasaan yang menyatu dengan alam.

(Asmadi, 2008 : 23-27)

c. Hambatan Aktualisasi Diri

Untuk mencapai tingkat kebutuhan aktualisasi diri mi banyak

hambatan yang menghalanginya. Secara umum hambatan tersebut

terbagi dua yakni internal dan eksternal. Hambatan internal adalah

hambatan yang berasal dan dalam diri seseorang, seperti

ketidaktahuan akan potensi diri serta perasaan ragu dan takut

mengungkapkan potensi diri, sehingga potensinya terus terpendam.

Hambatan eksternal adalah hambatan yang berasal dan luar

diri seseorang, seperti budaya masyarakat yang tidak mendukung

upaya aktualisasi potensi diri seseorang karena perbedaan karakter.

Pada kenyataannya lingkungan masyarakat tidak sepenuhnya

menunjang upaya aktualisasi diri warganya. Jadi, faktor lingkungan

Page 35: Bab 1,2,3 - Revisi - 1

35

di masyarakat berpengaruh terhadap upaya mewujudkan aktualisasi

diri. Artinya, aktualisasi diri dapat dilakukan jika lingkungan

mengizinkannya. Hal tersebut berarti bahwa potensi seseorang

sepenuhnya telah tercapai apabila seseorang telah mencapai

aktualisasi diri secara penuh (Asmadi, 2008 : 7)

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi aktualisasi diri

Orang yang mampu mengaktualisasikan dirinya sangat

memahami bahwa ada eksistensi atau hambatan lain tinggal

(indwelling) didalam (internal) atau di luar (eksternal)

keberadaannya sendiri yang mengendalikan perilaku dan

tindakannya untuk melakukan sesuatu.

1) Internal

Faktor internal ini merupakan bentuk hambatan yang berasal dari

dalam diri seseorang, yang meliputi :

a) Ketidaktahuan akan potensi diri

b) Perasaan ragu dan takut mengungkapkan potensi diri,

sehingga potensinya tidak dapat terus berkembang

Potensi diri merupakan modal yang perlu diketahui, digali

dan dimaksimalkan. Sesungguhnya perubahan hanya bisa terjadi

jika kita mengetahui potensi yang ada dalam diri kita kemudian

mengarahkannya kepada tindakan yang tepat dan teruji (Melati,

2011 : 21).

Page 36: Bab 1,2,3 - Revisi - 1

36

2) Eksternal

Faktor eksternal merupakan hambatan yang berasal dari

luar diri seseorang, seperti :

a) Budaya masyarakat yang tidak mendukung upaya aktualisasi

potensi diri seseorang karena perbedaan karakter. Pada

kenyataannya lingkungan masyarakat tidak sepenuhnya

menunjang upaya aktualisasi diri warganya.

b) Faktor lingkungan

Lingkungan masyarakat berpengaruh terhadap upaya

mewujudkan aktualisasi diri. Aktualisasi diri dapat dilakukan

jika lingkungan mengizinkannya (Asmadi, 2008).

Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

terhadap pembentukan dan perkembangan perilaku individu,

baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosio-psikologis.

c) Pola asuh

Pengaruh keluarga dalam pembentukan aktualisasi

diri anak sangatlah besar artinya. Banyak faktor dalam

keluarga yang ikut berpengaruh dalam proses perkembangan

anak. Salah satu faktor dalam keluarga yang mempunyai

peranan penting dalam pengaktualisasian diri adalah praktik

pengasuhan anak.

Aktualisasi diri merupakan kemampuan seseorang

untuk mengatur diri sendiri sehingga bebas dari berbagai

Page 37: Bab 1,2,3 - Revisi - 1

37

tekanan, baik yang berasal dari dalam diri maupun di luar

diri. Kemampuan seseorang membebaskan diri dari tekanan

internal dan eksternal dalam pengaktualisasian dirinya

menunjukkan bahwa orang tersebut telah mencapai

kematangan diri. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa

aktualisasi diri tersebut secara penuh. Hal ini disebabkan oleh

terdapatnya dua kekuatan yang saling tarik-menarik dan akan

selalu mempengaruhi di dalam diri manusia itu sendiri

sepanjang perjalanan hidup manusia. Kekuatan yang satu

mengarah pada pertahanan diri, sehingga yang muncul adalah

rasa takut salah atau tidak percaya diri, takut menghadapi

resiko terhadap keputusan yang akan diambil, mengagungkan

masa lalu dengan mengabaikan masa sekarang dan

mendatang, ragu-ragu dalam mengambil

keputusan/bertindak, dan sebagainya. Sementara kekuatan

yang lainnya adalah kekuatan yang mengarah pada keutuhan

diri dan terwujudnya seluruh potensi diri yang dimiliki,

sehingga yang muncul adalah kepercayaan diri dan

penerimaan diri secara penuh (Asmadi, 2008).

Page 38: Bab 1,2,3 - Revisi - 1

38

A. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah abstraksi dari suatu realita agar dapat

dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan

antara variabel. (Nursalam, 2008:55)

Sumber : Modifikasi Anggraeni (2009), Azwar (2007)

Keterangan :

: diteliti

: tidak diteliti

Gambar 2.2 Kerangka konseptual sikap ibu tentang bonding attachment pada bayi usia 1-12 bulan di Desa Gayaman Kecamatan Mojoanyar Kabupaten Mojokerto

Sikap ibu tentang bonding attachment pada bayi usia

1-12 bulan1) Komponen Kognitif2) Komponen Afektif3) Komponen Konatif

Remaja Putri

Positif Skor T > 50

Negatif Skor T < 50

Faktor-faktor yang mempengaruhi Sikap:

1. Pengalaman pribadi2. Kebudayaan3. Orang lain yang

dianggap penting4. Media massa5. Institusi atau lembaga

pendidikan dan lembaga agama

6. Faktor emosi dari individu

Proses pertumbuhan dan Perkembangan

Page 39: Bab 1,2,3 - Revisi - 1

39