bab 1,2,3 prop
TRANSCRIPT
7/16/2019 bab 1,2,3 Prop
http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-prop 1/51
1
96BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini kanker serviks menduduki urutan kedua dari penyakit kanker
payudara yang menyerang perempuan didunia dan urutan pertama untuk
wanita dinegara sedang berkembang termasuk Indonesia. Kanker serviks
adalah kanker yang terjadi pada leher rahim. Suatu daerah pada organ
reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk kearah rahim, letaknya antara
rahim dan liang senggama (Owen, 2005). Melihat perkembangan jumlah
penderita dan kematian akibat kanker serviks, diperkirakan bahwa sekitar
10% wanita di dunia sudah terifeksi Human Papilloma Virus (HPV). Muncul
fakta baru bahwa semua perempuan mempunyai resiko untuk terkena infeksi
(HPV) (Emilia, 2010).
World Health Organization (WHO) melaporkan 470.606 kasus kanker
serviks dengan kematian 49,6%. Di negara berkembang kanker serviks masih
menempati urutan teratas sebagai penyebab kematian akibat kanker di usia
reproduktif. Hampir 80% kasus berada di negara berkembang seperti
7/16/2019 bab 1,2,3 Prop
http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-prop 2/51
2
Indonesia dengan jumlah kasus 91.451 orang dan kematian 43,02% ( Hakim,
2005).
Insiden kanker serviks menurut DEPKES, 100 per 100.000 penduduk
pertahun, sedangkan dari data Laboratorium Patologi Anatomi seluruh
Indonesia, frekuensi kanker serviks paling tinggi di antara kanker yang ada di
Indonesia, penyebarannya terlihat bahwa 92,4% terakumulasi di Jawa dan
Bali. (Depkes,2010).
Provinsi Riau tahun 2009 terdapat wanita usia subur (WUS) sebanyak
1.485.820 orang sedangkan pasangan usia subur 880.879 orang, yang
melakukan deteksi dini kanker serviks melalui pemeriksaan pap smear
sebanyak 4405 orang. Terdeteksi kanker serviks sebanyak 131 orang (2,97%).
Terbanyak mengenai wanita golongan umur 45-64 tahun yaitu 58 orang
(44,3%) dan terendah mengenai wanita golongan umur 15-24 tahun yaitu 8
orang (6%) (Dinkes TK 1, Pekanbaru).
Faktor risiko terjadinya kanker serviks yang terjadi pada wanita meliputi
wanita yang mempunyai riwayat merokok, penggunaan PIL kontrasepsi
dalam jangka waktu lama (>5 tahun) akan berpotensi untuk berkembang
menjadi ganas, dan wanita yang melahirkan lebih dari 3 kali. Walaupun dalam
arti biologis penyebab kanker serviks belum diketahui, tetapi pada keadaan
tertentu yang berhubungan erat sekali dengan penyakit ini, sehingga dapat
7/16/2019 bab 1,2,3 Prop
http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-prop 3/51
3
dianggap sebagai faktor resiko, antara lain : riwayat merokok, wanita yang
merokok dua kali kemungkinan terkena kanker serviks daripada yang tidak
merokok (Yatim, 2008).
Sosial ekonomi, wanita miskin beresiko tinggi terkena kanker serviks.
Hal ini berkaitan dengan asupan gizi dan nutrisi yang tidak memadai sehingga
kekebalan tubuhya lemah melawan infeksi virus. Selain itu juga karena tidak
mampu melakukan pemeriksaan pap smear secara teratur. Kemudian faktor
risiko berikutnya merokok dapat meningkatkan resiko kejadian kanker
serviks, dimana tembakau mengandung bahan-bahan karsinogen baik yang
dihisap sebagai rokok atau sigaret maupun yang dikunyah. Asap rokok
menghasilkan polycyclic aromatic hydrocarbons heterocyclic amine yang
sangat karsinogen dan mutagen, sedangkan bila dikunyah akan menghasilkan
nitrosamine. Bahan yang berasal dari tembakau yang dihisap terdapat pada
getah serviks wanita perokok dan dapat menjadi kokarsinogen infeksi virus.
Bahkan membuktikan bahwa bahan-bahan tersebut dapat menyebabkan
kerusakan Deoxyribo Nucleic Acid (DNA) epitel serviks sehingga
mengakibatkan neoplasma serviks (Rasjidi, 2007).
Ibu yang mempunyai faktor risiko kanker serviks seperti umur, paritas
dan mempunyai pengetahuan yang kurang baik tentang kanker serviks. Umur
rata-rata perempuan yang terserang kanker serviks sekitar 50-an tahun.
Namun pernah dilaporkan kasus kanker serviks berumur 20 tahun. Sekitar 1%
7/16/2019 bab 1,2,3 Prop
http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-prop 4/51
4
penderita kanker serviks terdiagnosis pada waktu perempuan sedang
hamil/baru saja selesai dari proses persalinan. (Yatim,2008)
Begitu banyak faktor risiko yang menyebabkan terjadinya kanker serviks.
Dalam hal ini penulis ingin mengetahui faktor risiko tersebut juga
mempengaruhi penderita kanker serviks di Ruang Camar III di RSUD Arifin
Achmad Pekanbaru. Karena berdasarkan data awal yang didapat dari
pengolahan data di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, penyakit ginekologi
tertinggi kedua setelah abortus incompletus adalah kanker serviks dan terus
terjadi peningkatan dari tahun ketahun yaitu tahun 2009 berjumlah 66 orang,
tahun 2010 berjumlah 110 orang, tahun 2011 berjumlah 132 orang. (Bina
Program dan Rekam medik RSUD Arifin Achmad Pekanbaru tahun, 2011)
Berdasarkan data diatas, terjadi peningkatan yang cukup tajam dari 3
tahun terakhir, jelas memberikan gambaran bahwa masalah kanker serviks
perlu mendapatkan perhatian dan pencegahan yang baik. Oleh karena itu,
penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Faktor risiko terhadap
kejadian kanker serviks di Ruang Camar III di RSUD Arifin Achmad
Pekanbaru Tahun 2012”.
B. Rumusan Masalah
7/16/2019 bab 1,2,3 Prop
http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-prop 5/51
5
Perempuan yang mempunyai kebiasaan merokok, melakukan aktifitas
seksual dini, merokok, umur, dan mengkonsumsi PIL kontrasepsi mempunyai
risiko mengalami kanker serviks yang semakin meningkat. Banyaknya faktor
risiko yang menyebabkan kanker serviks sehingga dapat mengancam
kesehatan reproduksi dan kematian pada pasien yang menderita kanker
serviks. Tingginya insiden kanker serviks menandakan perlunya upaya
pencegahan dini. Misalnya melakukan pemeriksaan Pap Smear.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah adalah
“Apakah ada hubungan antara faktor risiko terhadap kejadian kanker serviks
di Ruang Camar III RSUD Arifin Achmad Pekanbaru tahun 2012?”.
Sehubungan dengan dampak kanker serviks pada kesehatan reproduksi wanita
sangat buruk dan dapat mengancam hidup para wanita.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian
kanker serviks di Ruang Camar III RSUD Arifin Achmad Pekanbaru
tahun 2011.
2. Tujuan Khusus
7/16/2019 bab 1,2,3 Prop
http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-prop 6/51
6
a. Untuk mengetahui hubungan antara kejadian kanker serviks dengan
faktor risiko kanker serviks di Ruang Camar III RSUD Arifin Achmad
Pekanbaru tahun 2011.
b. Untuk mengetahui hubungan antara riwayat merokok terhadap
kejadian kanker serviks di Ruang Camar III RSUD Arifin Achmad
Pekanbaru tahun 2012.
c. Untuk mengetahui hubungan antara penggunaan PIL Kontrasepsi
terhadap kejadian kanker serviks di Ruang Camar III RSUD Arifin
Achmad Pekanbaru tahun 2012.
d. Untuk mengetahui hubungan antara umur terhadap kejadian kanker
serviks di Ruang Camar III RSUD Arifin Achmad Pekanbaru tahun
2012.
e. Untuk mengetahui hubungan antara paritas terhadap kejadian kanker
serviks di Ruang Camar III RSUD Arifin Achmad Pekanbaru tahun
2012.
f. Untuk mengetahui hubungan antara sosial ekonomi terhadap kejadian
kanker serviks di Ruang Camar III RSUD Arifin Achmad Pekanbaru
tahun 2012.
7/16/2019 bab 1,2,3 Prop
http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-prop 7/51
7
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi RSUD Arifin Achmad Pekanbaru
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi
perawat untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan motivasi kelompok
wanita usia dewasa muda untuk melakukan pencegahan dini terhadap
risiko terjadinya kanker serviks, sehingga dapat menjadi masukan dalam
memberikan pendidikan kesehatan dan promosi kesehatan mengenai
prilaku hidup sehat sebagai upaya pencegahan kanker serviks dan untuk
menyebarluaskan informasi kesehatan sebagai upaya pencegahan dini
terhadap risiko terjadinya kanker serviks.
2. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam
pembelajaran asuhan keperawatan maternitas terutama masalah dengan
kanker serviks.
3. Bagi Penelitian Selanjutnya
7/16/2019 bab 1,2,3 Prop
http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-prop 8/51
8
Penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber atau literatur untuk
penelitian selanjutnya terutama yang berkaitan tentang faktor risiko
kanker serviks pada wanita.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
7/16/2019 bab 1,2,3 Prop
http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-prop 9/51
9
A. Tinjauan Teoritis
1. Kanker Serviks
a. Pengertian
Kanker atau keganasan (malignancy) adalah segolongan
penyakit yang ditandai dengan pembelahan sel yang tidak terkendali
dan kemampuan sel-sel tersebut menyerang jaringan biologis atau
hidup lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang
bersebelaha
n (invasi) atau dengan migrasi atau perpindahan sel ketempat
yang jauh (metastasis) melalui peredaran darah, pembuluh getah
bening, dan lain-lain. Pertumbuhan yang tidak terkendali tersebut
disebabkan kerusakan Deoxyribo Nucleic Acid ( DNA), menyebabkan
mutasi di gen vital yang mengontrol pembelahan sel (Emilia, 2010).
American Cancer Society (2008) menyatakan, kanker adalah
sekelompok penyakit yang ditandai oleh pertumbuhan dan
perkembangan sel-sel yang tidak terkontrol dan abnormal. Kanker
dapat dicetuskan oleh faktor eksternal dan faktor internal yang memicu
terjadinya proses karsinogenesis (proses pembentukan kanker). Faktor
ekternal dapat juga berupa infeksi, radiasi, zat kimia tertentu dan juga
konsumsi tembakau, sedangkan mutasi (baik yang diturunkan maupun
7/16/2019 bab 1,2,3 Prop
http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-prop 10/51
10
akibat metabolisme), hormon dan kondisi sistem imun merupakan
faktor internal. Beberapa mutasi dibutuhkan untuk mengubah sel
normal menjadi sel kanker. Mutasi-mutasi tersebut sering diakibatkan
agen biologis, kimia, maupun fisik yang disebut karsinogen. Mutasi
dapat terjadi secara spontan (diperoleh) atau diwariskan (mutasi
germeline). Kanker dapat menyebabkan banyak gejala yang berbeda,
bergantung pada lokasinya dan karakter dari keganasan dan apakah
ada metastasis (Emilia, 2010).
b. Gejala dan Tanda Kanker Serviks
Menurut Dalimartha (2004), gejala dini kanker leher rahim
adalah sebagai berikut :
1. Keputihan, makin lama makin berbau busuk.
2. Perdarahan setelah senggama yang kemudian berlanjut menjadi
perdarahan yang abnormal, terjadi secara spontan walaupun tidak
melakukan hubungan seksual.
3. Sakit waktu hubungan seks.
4. Berat badan yang terus menurun.
7/16/2019 bab 1,2,3 Prop
http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-prop 11/51
11
5. Pada fase invasif dapat keluar cairan berwarna kekuning-kuningan,
berbau dan dapat bercampur dengan darah.
6. Anemia (kurang darah) karena perdarahan yang sering timbul.
7. Terjadi perdarahan pervagina meskipun telah memasuki masa
menoupose.
8. Timbul nyeri panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah bila ada
radang panggul. Apabila nyeri terjadi di daerah pinggang ke
bawah, kemungkinan terjadi hidronefrosis. Selain itu, nyeri dapat
timbul di tempat-tempat lain.
c. Deteksi Dini dan Diagnosa
Deteksi dini kanker serviks secara teratur sangat dianjurkan
bagi setiap wanita, biasanya dimulai tiga tahun setelah wanita aktif
secara seksual atau berusia lebih dari 21 tahun (Zeller, 2007). Selain
dari anamnesa dan pemeriksaan fisik, diperlukan deteksi dini berupa :
1) Pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat)
merupakan metode inspeksi yang sangat sederhana, murah,
nyaman, praktis, dan mudah. Pemeriksaan ini dilakukan dengan
cara mengoleskan larutan asam asetat 3% - 5% pada serviks
7/16/2019 bab 1,2,3 Prop
http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-prop 12/51
12
sebelum melakukan inspeksi visual. Pemeriksaan ini disebut
positif bila terdapat area putih (acetowhite) didaerah sekitar porsi
serviks.
2) Pemeriksaan Pap smear , merupakan pemeriksaan sitologi untuk
mendeteksi karsinoma serviks uteri. Pemeriksaan ini dilakukan
dengan mengambil contoh sel epitel serviks melalui kerokan
dengan spatula khusus, kemudia hasil kerokan dihapuskan pada
kaca objek. Apusan sel pada kaca objek tersebut selanjutnya
diamati di bawah mikroskop oleh ahli patologi ( American Cancer
Society, 2008).
3) Pemeriksaan Deoxyribo Nucleic Acid ( DNA), HPV, merupakan
suatu laboratorium yang dapat mendeteksi tipe-tipe HPV yang
dapat menyebabkan kanker serviks (Zeller, 2007).
Jika diperoleh hasil Pap Smear yang abnormal, maka dibutuhkan
beberapa pemeriksaan tambahan untuk mengkonfirmasi diagnosisi,
mengetahui penyebaran kanker, dan menentukan pilihan pengobatan
(Zeller, 2007).
1) Kolposkopi, merupakan pemeriksaan visual serviks uteri dengan
menggunakan alat optic khusus yang disebut kolposkop.
7/16/2019 bab 1,2,3 Prop
http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-prop 13/51
13
Pemeriksaan ini dapat mengenali dysplasia maupun karsinoma,
baik in situ maupun invasive, dengan baik (Randall, 2005)
2) Biopsi, merupakan gold standart dalam menentukan diagnosis
kanker yaitu dengan mengambil sedikit jaringan lesi kemudia
diperiksa secara histopatologik (Zeller, 2007). Jaringan yang
diambil harus cukup dalam serta meliputi beberapa area di empat
kuadran serviks dan beberapa area vagina yang dicurigai (Randall,
2005).
Pemeriksaan visual kandung kemih dan kolon dengan sitoskopi dan
protoskopi, serta pemeriksaan imejing seperti chest X-ray, CT-Scan,
dan Magnetic Resonance Imaging ( MRI) untuk mengetahui
penyebaran dari kanker ke organ-organ sekitar (Zeller, 2007).
d. Etiologi Kanker Serviks
Penyebab kanker biasanya tidak dapat diketahui secara pasti
karena penyebab kanker dapat merupakan gabungan dari sekumpulan
faktor, genetik dan lingkungan. Namun ada beberapa faktor
predisposisi yang diduga meningkatkan risiko terjadinya kanker,
sebagai berikut :
7/16/2019 bab 1,2,3 Prop
http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-prop 14/51
14
1. Faktor Keturunan
2. Faktor Lingkungan
3. Faktor Makanan yang mengandung bahan kimia
4. Virus
5. Infeksi
6. Faktor Prilaku
7. Gangguan keseimbangan hormonal
8. Faktor kejiwaan, emosional
9. Radikal Bebas
10. Virus HPV risiko tinggi yang dapat ditularkan melalui hubungan
seksual adalah tipe 7 , 16, 18, 31, 33, 35, 39, 45, 51, 52, 56, 58, 59,
68, 69, dan mungkin masih terdapat beberapa tipe yang lain.
Beberapa penelitian mengemukakan bahwa lebih dari 90% kanker
leher rahim disebabkan oleh tipe 16 dan 18. Dari kedua tipe ini
HPV 16 sendiri menyebabkan lebih dari 50% kanker leher rahim.
e. Klasifikasi Kanker Serviks
7/16/2019 bab 1,2,3 Prop
http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-prop 15/51
15
1) Klasifikasi Histopatologi
Secara histopatologi kanker serviks terdiri atas berbagai
jenis. Dua bentuk yang sering dijumpai adalah karsinoma sel
skuamosa dan adenokarsinoma. Sekitar 80% merupakan
karsinoma serviks jenis skuamosa (epidermoid), 10%
adenokarsinoma dan 5% adalah jenis adenoskuamosa, clear cell,
small cell, verucous cell (Rasidji, 2007).
Jenis histopatologik kanker serviks menurut WHO (2002)
dibagi menjadi sebagai berikut:
1) Karsinoma sel skuamosa terdiri dari beberapa jenis yaitu
berkreatin dan tidak berkreatin,
2) Karsinoma sel skuamosa mikroinvasif
3) Neoplasma intraepithelial serviks (Neoplasma intraepithelial
serviks (NIS) 3/KSS insitu))
4) Lesi jinak sel skuamosa terbagi menjadi; kondiloma
akuminata, papiloma skuamosa, dan polip fibroepitelial.
2) Klasifikasi Stadium
Setelah diagnosis kanker serviks berdasarkan hasil
pemeriksaan histopatologi jaringan biopsi, dilanjutkan dengan
7/16/2019 bab 1,2,3 Prop
http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-prop 16/51
16
penentuan stadium. Tingkat keganasan klinik dibagi menurut
klasifikasi FIGO, 2000 sebagai berikut:
Tabel 2.1
Tingkat Keganasan Klinik Menurut FIGO, 2000 :
Tingkat Kriteria
0 Karsinoma In Situ (KIS) atau karsinoma intra
epithelial.
I
Ia
Ia 1
Ia2
Ib
Ib1
Ib2
Karsinoma masih terbatas pada serviks (perluasan ke
korpus uteri diabaikan).Invasi kanker ke stroma hanya dapat dikenali secara
mikroskopik, lesi yang dapat dilihat secara langsung
walau hanya dengan invasi yang sangat supervisial
dikelompokkan dalam stadium Ib.
Kedalaman invasi ke stroma tidak lebih dari 5 mm
dan lebar lesi tidak lebihdari 7 mm.
Invasi ke stroma dengan kedalaman tidak lebih dari
3 mm dan lebar tidak lebih dari 7 mm.
Invasi ke stroma dengan kedalaman lebih dari 3 mm
tapi kurang dari 5 mm dan lebar tidak lebih dari 7mm.
Lesi terbatas di serviks atau secara mikroskopik
lebih dari Ia.
Besar lesi secara klinis tidak lebih dari 4 cm.
Besar lesi secara klinis lebih dari 4 cm.
II
IIa
IIb
Telah melibatkan vagina, tetapi belum sampai 1/3
bawah atau infiltrasi keparametrium belum sampai
dinding panggul.
Telah melibatkan vagina tapi belum melibatkan
parametrium.
Infiltrasi ke parametrium tapi belum mencapai
dinding panggul
III Telah melibatkan 1/3 bagian bawah vagina atau
adanya perluasan sampai dinding panggul. Kasus
dengan hidroneprosis atau gangguan fungsi ginjal
7/16/2019 bab 1,2,3 Prop
http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-prop 17/51
17
IIIa
IIIb
dimasukkan dalam stadium ini, kecuali kelainan
ginjal dapat dibuktikan oleh sebab lain.
Keterlibatan 1/3 bawah vagina dan infiltrasi parametrium belum mencapai dinding panggul.
Perluasan sampai dinding panggul atau adanya
hidroneprosis atau gangguan fungsi ginjal.
IV
IVa
IVb
Perluasan keluar organ reproduksi.
Keterlibatan mukosa kandung kemih atau mukosa
rektum.
Metastase jauh atau telah keluar dari rongga panggul
f. Penatalaksanaan Kanker Serviks
Pemilihan pengobatan kanker leher rahim tergantung pada lokasi
dan ukuran tumor, stadium penyakit, usia, keadaan umum penderita,
dan rencana penderita untuk hamil lagi. Pengobatan kanker leher
rahim antara lain (Diananda, 2007) :
1. Pembedahan
Pembedahan merupakan salah satu terapi yang bersifat kuratif
maupun paliatif. Kuratif adalah tindakan yang langsung
menghilangkan penyebabnya sehingga manifestasi klinik yang
ditimbulkan dapat dihilangkan. Sedangkan tindakan paliatif adalah
tindakan yang berarti memperbaiki keadaan penderita.
2. Terapi penyinaran (radioterapi)
7/16/2019 bab 1,2,3 Prop
http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-prop 18/51
18
Terapi penyinaran efektif untuk mengobati kanker invasif yang
masih terbatas pada daerah panggul. Pada radioterapi digunakan
sinar berenergi tinggi untuk merusak sel-sel kanker dan
menghentikan pertumbuhannya.
3. Kemoterapi
Apabila kanker telah menyebar ke luar panggul, maka dianjurkan
menjalani kemoterapi. Kemoterapi menggunakan obat obatan
untuk membunuh sel-sel kanker. Obat anti-kanker bisa diberikan
melalui suntikan intravena atau melalui mulut.
4. Terapi biologis
Terapi biologi berguna untuk memperbaiki sistem kekebalan tubuh
dalam melawan penyakit. Terapi biologis tersebut dilakukan pada
kanker yang telah menyebar ke bagian tubuh lainnya.
5. Terapi gen
Terapi gen dilakukan dengan beberapa cara :
a. Mengganti gen yang rusak atau hilang.
b. Menghentikan kerja gen yang bertanggung jawab terhadap
pembentukan sel kanker.
7/16/2019 bab 1,2,3 Prop
http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-prop 19/51
19
c. Menambahkan gen yang membuat sel kanker lebih mudah
dideteksi dan dihancurkan oleh sistem kekebalan tubuh,
kemoterapi, maupun radioterapi.
d. Menghentikan kerja gen yang memicu pembuatan pembuluh
darah baru di jaringan kanker sehingga sel-sel kankernya mati.
Adapun penatalaksanaan kanker serviks berdasarkan stadiumnya
adalah sebagai berikut:
1) Stadium Ia1
Penatalaksanaan pada kanker servik stadium Ia1 adalah
histerektomi totalis atau histerektomi vaginalis. Bila stadium Ia1
diterapi dengan konisasi yang adekuat karenamempertahankan
fertilitas, maka dilakukan pengamatan pap smear 4-10 bulan pasca
konisasi dan pemeriksaan rutin dengan pap smear bila hasilnya
negatif.
2) Stadium Ia2, Ib, dan IIa
a) Penatalaksanaan stadium Ia2 direkomendasikan histerektomi
radikal dan limfadenektomi pelvis. Bila pada stadium Ia2 tidak
disertai dengan invasi limfe-vaskular, maka masih dapat
7/16/2019 bab 1,2,3 Prop
http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-prop 20/51
20
dilakukan histerektomi total ekstrafasial dan limfadenektomi
pelvis.
b) Kanker serviks stadium Ib-IIa2 <4 cm, mempunyai prognosis
yang baik dengan terapi radiasi maupun pembedahan.
c) Terapi standart stadium Ib1/IIa (diameter tumor <4 cm) adalah
histerektomi radikal (tipe II-III) dan limfadenektomi pelvis.
d) Kombinasi terapi primer radiasi dan pembedahan mempunyai
morbiditas yang tinggi, sebaiknya dihindari memberikan terapi
primer kombinasi pembedahan dan radiasi.
e) Adjuvant (indikasi terapi adjuvant: metastasis KGB, metastasis
parametrium, tumor pada tepi sayatan) kemoradiasi
meningkatkan survival dibandingkan radiasi saja. Terapi
adjuvant juga menurunkan residif lokal, meningkatkan masa
bebas tumor dibandingkan pembedahan tanpa terapi adjuvant.
3) Stadium IIb, III, dan Iva
Pengobatan yang terpilih adalah radioterapi lengkap, yaitu
radiasi eksternal dilanjutkan radioterapi intrakaviter. Standart
terapi radiasi merupakan kombinasi radiasi eksternal dan brakiterai
intrakaviter, konkomitan dengan kemoterapi. Pembedahan
7/16/2019 bab 1,2,3 Prop
http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-prop 21/51
21
eksenterasi dapat dilakukan pada stadium Iva yang tidak meluas ke
dinding pelvis, khususnya pada fistula vesikovagina, fistula
rektovagina.
4) Stadium IVb
Pengobatan yang diberikan bersifat paliatif, radioterapi yang
diberikan bersifat radioterapi paliatif.
2. Faktor Risiko Kanker Serviks
Faktor risiko kanker serviks adalah segala sesuatu yang berhubungan
dengan inisiasi transformasi atipik serviks dan perkembangan dari
displasia. Transformasi atipik merupakan daerah atipik (abnormal) yang
terletak diantara sambungan skuamokolumner serviks yang asli dan yang
baru terbentuk akibat metaplasia sel kolumner menjadi skuamosa (Ramli,
2002)
Faktor tersebut adalah terutama berhubungan dengan riwayat seksual,
dan lainnya adalah kontrasepsi, paritas, rokok dll :
7/16/2019 bab 1,2,3 Prop
http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-prop 22/51
22
a. Merokok
Tembakau mengandung bahan-bahan karsinogen baik yang
dihisap sebagai rokok atau sigaret maupun yang dikunyah. Asap rokok
menghasilkan polycyclic aromatic hydrocarbons heterocyclic amine
yang sangat karsinogen dan mutagen, sedangkan bila dikunyah ia
menghasilkan nitrosamine. Bahan yang berasal dari tembakau yang
dihisap terdapat pada getah serviks wanita perokok dan dapat menjadi
kokarsinogen infeksi. Ali dkk, bahkan membuktikan bahwa bahan-
bahan tersebut dapat menyebabkan kerusakan DNA epitel serviks
sehingga mengakibatkan neoplasma serviks (Rasjidi, 2007).
Tabel 2.2
Jenis kanker yang berkaitan dengan pemakaian tembakau
Organ Faktor tambahan
- Rongga mulut, saluran
cerna, atau saluran nafas- Paru
- Pankreas
- Ginjal, saluran kemih
- Serviks
- Alkohol
- Asbestos, debu mineral,
polusi udara
- Diet tinggi lemak, lainnya?
- Diet
- virus
7/16/2019 bab 1,2,3 Prop
http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-prop 23/51
23
Merokok merupakan penyebab penting terjadinya kanker
serviks jenis karsinoma sel skuamosa. Faktor risiko meningkat dua
kali dibandingkan orang yang tidak merokok dengan risiko tertinggi
terdapat pada orang yang merokok dalam jangka waktu yang lama
serta intensitas yang tinggi (jumlah yang banyak). Penelitian yang
menyatakan hubungan antara kebiasaan merokok dengan
meningkatnya risiko seseorang menderita penyakit kanker serviks
sudah cukup banyak. Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan
di Karolinska Institute di Swedia dan dipublikasikan dalam British
Journal of Cancer pada tahun 2001. Menurut Joakam Dillner, M.D.
peneliti yang memimpin riset tersebut, zat nikotin serta racun lain
yang masuk kedalam darah melalui asap rokok mampu meningkatkan
kemungkinan terjadinya kondisi cervical neoplasia atau tumbuhnya
sel-sel abnormal pada leher rahim. Cervical neoplasia adalah kondisi
awal berkembangnya kanker serviks di dalam tubuh seseorang
(Wijaya, 2010).
Setiap ibu yang merokok berarti memasukkan salah satu zat
beracun yang terkandung di dalam sebatang rokok yaitu benzopiren
dan lutidin, yang mana kedua zat tersebut penyebab kanker. Perokok
terserang kanker serviks 2 kali lebih besar dibandingkan yang tidak
merokok (Wijaya, 2010)
7/16/2019 bab 1,2,3 Prop
http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-prop 24/51
24
Sedangkan menurut Evennett (2003) karsinogen terlihat dalam
sekresi leher rahim dalam jumlah sepuluh kali lipat daripada
jumlahnya dalam darah. Merokok 20 batang setiap hari menjadikan 4
kali lebih rentan terserang kanker, dan 40 batang setiap hari
meningkatkan kerentanan 14 kali daripada seorang yang tidak
merokok. Nikotin dalam rokok masuk dalam lendir serviks yang
menutupi leher rahim, sehingga menurunkan ketahanan serviks
terhadap perubahan abnormal. Merokok secara umum juga dapat
menurunkan sistem kekebalan tubuh. Menurut Peters RF yang dikutip
oleh Rasjidi (2007) seorang wanita yang merokok > 5 batang perhari
selama > 20 tahun (dibandingkan < 1 tahun) maka risiko relatife
sebesar 4.
b. Umur
Perempuan yang rawan mengidap kanker serviks adalah
mereka yang berusia >40 tahun dan sangat jarang terjadi pada
perempuan 15 tahun. Kanker serviks juga banyak menyerang usia
manula, yang mungkin karena alasan sederhana bahwa setelah
mengalami menopause banyak dari mereka berfikir bahwa tidak perlu
lagi untuk melakukan tes pap smear (Nurwijaya, 2010). Ada juga
pendapat lain bahwa perempuan yang rawan mengidap kanker serviks
adalah mereka yang berusia 35-50 tahun dan masih aktif berhubungan
7/16/2019 bab 1,2,3 Prop
http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-prop 25/51
25
seksual (prevalensi 5-10%). Meski fakta memperlihatkan bahwa
terjadi pengurangan risiko infeksi menetap atau persisten justru
meningkat. Hal ini diduga karena seiring pertambahan usia, terjadi
perubahan anatomi (retraksi) dan histologi (metaplasia) (Wijaya,
2010).
Di Rumah Sakit Dr.Cipto Mangunkusumo umumnya insidens
kanker serviks sangat rendah dibawah umur 20 tahun, dan sesudahnya
menaik dengan cepat dan menetap sesudah umur 50 tahun. Sedang
karsinoma insitu insidens mulai naik pada umur lebih awal dan puncak
pada umur 30-34 tahun, dan displasia mencapai puncak pada usia 20-
29 tahun dan turun sampai umur 50-59 dan kemudian menaik lagi
pada usia lebih tua (Ramli, 2002).
c. Paritas
Terdapat hubungan yang kuat (Linear) antara jumlah kelahiran
dan kejadian kanker serviks, artinya semakin banyak jumlah anak
yang dilahirkan maka akan semakin mungkin mengalami kanker
serviks. Sangat dianjurkan melakukan pemeriksaan pasca persalinan
(masa puerperium) yaitu hari ke-42 (enam minggu) karena perlukaan
serviks (portio uteri) setelah persalinan dapat menjadi titik awal
7/16/2019 bab 1,2,3 Prop
http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-prop 26/51
26
degenerasi ganas serviks. Serviks yang luka perlu diobati dengan nitra
sargenti tingtura, albutyl tingtura, termokauter, komisasi.
Wanita yang pernah mengalami kehamilan 3 kali atau lebih
maka risiko kanker serviks akan meningkat. Beberapa peneliti
menghubungkannya dengan kondisi sistem imun ibu hamil yang
melemah, yang memungkinkan terjadinya infeksi HPV (Human
Papilloma Virus) dan pertumbuhan kanker. Manajemen persalinan
yang tidak tepat serta jarak persalinan yang terlalu dekat dapat pula
meningkatkan risiko kanker serviks (American cancer society, 2009).
Sama seperti jumlah partner seksual, jumlah kehamilan yang
pernah dialami wanita juga meningkatkan risiko terjadinya kanker
serviks. Sehingga, wanita yang mempunyai banyak anak atau sering
melahirkan mempunyai risiko terserang kanker serviks lebih besar
(Wijaya, 2010).
d. Penggunaan PIL Kontrasepsi
Pemakaian kontrasepsi oral dapat menurunkan jumlah kadar
nutrient (Vitamin C, B12, B6, asam folate B2 dan Zinc) yang terlibat
dalam imunitas. Tercatat bahwa 67 % penderita kanker serviks
mempunyai sedikitnya 1 kadar vitamin abnormal, 38 % terlihat
multiple parameter nutritional abnormal (Emilia, 2010).
7/16/2019 bab 1,2,3 Prop
http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-prop 27/51
27
Menurut Harahap (2002), mekanisme terjadinya kanker serviks
adalah pengaruh pil KB terhadap perubahan epitel kolumnar menjadi
epitel skuamosa atau proses eversi. Epitel kolumnar yang berada di
daerah eversi akan berada dalam vagina yang PHnya rendah sehingga
merangsang terjadinya metaplasia yang apabila terjadi dalam jangka
waktu lama (> 5 tahun) akan berpotensi untuk berkembang menjadi
ganas.
Pemakaian kontrasepsi oral dalam jangka panjang, yaitu lebih
dari 5 tahun dapat meningkatkan risiko kanker serviks dua kali lipat
atau lebih, WHO melaporkan risiko relatif pada pemakaian kontrasepsi
oral sebesar 1,19 kali dan meningkat sesuai dengan lamanya
pemakaian. Perilaku seksual dan skrinning pap smear merupakan
perancu yang paling utama, namun dalam beberapa penelitian yang
terkontrol ditemukan peningkatan insiden 2 kali lipat pada wanita
yang mengkonsumsi kontrasepsi oral lebih dari 5 tahun (Sjamsuddin,
2001).
Menurut Rasjidi (2010), 1,5-2,5 kali bila diminum dalam
jangka panjang, yaitu lebih dari empat tahun akan meningkat risiko
menderita kanker serviks. Sifat khas kontrasepsi hormonal adalah
sebagai berikut : 1) komponen estrogen menyebabkan mudah
tersinggung, tegang, retensi air dan garam, berat badan bertambah,
7/16/2019 bab 1,2,3 Prop
http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-prop 28/51
28
menimbulkan nyeri kepala, perdarahan banyak saat menstruasi,
meningkatkan pengeluaran leukorea, menimbulkan perlukaan serviks.
2) komponen progesterone menyebabkan payudara tegang, kulit dan
rambut kering, menstruasi berkurang, kaki dan tangan sering kram,
liang senggama kering (Rasjidi, 2010)
Namun, apabila hasil pemeriksaan secara mendalam ternyata
seorang wanita memiliki risiko tinggi terhadap kanker serviks, maka
tidak diperkenankan menggunakan pil kontrasepsi tersebut. Apalagi,
dari hasil pemeriksaan skrining seorang wanita positif mengalami
prakanker atau kanker serviks. Meskipun demikian, penggunaan
metode kontrasepsi barrier (penghalang) terutama yang menggunakan
kombinasi mekanik dan hormone memperlihatkan penurunan angka
kejadian kanker serviks yang diperkirakan karena paparan terhadap
agen penyebab infeksi menurun. (Wijaya, 2010).
e. Pendidikan
Pendidikan menurut Harahap 2001 antara tingkat pendidikan
dengan kejadian kanker servik terdapat hubungan yang kuat, dimana
kejadian kanker serviks cenderung lebih banyak terjadi pada wanita
yang berpendidikan rendah disbanding wanita yang berpendidikan
7/16/2019 bab 1,2,3 Prop
http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-prop 29/51
29
tinggi. Tinggi rendahnya pendidikan berkaitan dengan tingkat sosial
ekonomi, kehidupan seks dan kebersihan.
F. Sosial Ekonomi
Wanita di kelas sosio ekonomi yang paling rendah memiliki
faktor risiko lima kali lebih besar daripada faktor risiko pada wanita di
kelas yang paling tinggi. Hubungan ini mungkin dikacaukan oleh
hubungan seksual dan akses ke sistem pelayanan kesehatan. (Harahap,
2002).
3. Penelitian terkait
a. Penelitian yang dilakukan oleh Eka (2009), dalam penelitiannya
“Faktor- faktor yang berhubungan dengan kejadian kanker leher rahim
di rsud dr. Moewardi Surakarta, 2008”, metode penelitian dengan
menggunakan rancangan penelitian case control. Sampel adalah
pernah melahirkan, menggunakan kontrasepsi oral, telah terdiagnosis
kanker leher rahim, ditentukan secara fixed disease dengan hasil
penelitian yang telah dilakukan terhadap 48 pasien rawat jalan di
bagian Poli Obsgyn RSUD Dr. Moewardi, diketahui bahwa kanker
leher rahim menyerang sebagian besar responden yang berusia >35
tahun, responden yang menikah pada usia 20, responden yang
7/16/2019 bab 1,2,3 Prop
http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-prop 30/51
30
melahirkan >3 kali, dan responden yang menggunakan kontrasepsi
oral dalam jangka waktu lama yaitu >4 tahun.
b. Penelitian lain yang dilakukan oleh Chintia (2011), yang berjudul
“Hubungan pengetahuan dengan tingkat stress klien kanker serviks di
Ruangan Camar III RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, 2011”, metode
penelitian kuantitatif dengan mengguanakan design korelasi. Sampel
adalah pasien kanker serviks di ruang camar III RSUD Arifin Achmad
Pekanbaru ditentukan secara purposive sampling dengan hasil
penelitian hubungan pengetahuan dengan tingkat stress klien tentang
kanker serviks di ruangan camar III RSUD Arifin Achmad Pekanbaru
tahun 2011 pada tanggal 01-08 juli 2011. Dari 35 responden 20 orang
(57%) pengetahuan tinggi dan 18 orang (51,43%) tingkat stress berat.
c. Menurut penelitian Abenhaim (2011) yang berjudul tentang
“Incidence and obstetrical outcomes of cervical intraepithelial
neoplasia and cervical cancer in pregnancy” (“kejadian dan
kandungan hasil neoplasia intraepitel serviks dan kanker serviks pada
kehamilan”) hasil penelitian didapatkan bahwa kanker serviks jarang
terjadi pada kehamilan. Insiden untuk kanker serviks tampaknya tren
selama periode 10-tahun sementara kejadian CIN dari waktu ke waktu
tampaknya meningkatkan, Pvalue=0,006. Wanita dengan CIN kurang
mungkin untuk menjalani persalinan sesar OR = 0,76 (0,73-0,80)
7/16/2019 bab 1,2,3 Prop
http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-prop 31/51
31
sementara wanita dengan kanker serviks lebih mungkin untuk
memberikan operasi sesar OR = 3,17 (2,51-4,00). Tidak ada
peningkatan risiko kematian ibu terlihat di antara wanita dengan CIN
atau kanker leher rahim juga tidak ada peningkatan risiko emboli paru
atau trombosis vena dalam. Persyaratan untuk transfusi darah secara
signifikan lebih tinggi pada kelompok kanker serviks (14,2%, nilai
Pvalue 0,0001).
d. Penelitian lain yang dilakukan oleh Jensen (2002) dalam penelitiannya
“Case-control study of risk factors for cervical neoplasia in Denmark.
II” (“Studi kasus-kontrol faktor risiko untuk neoplasia serviks di
Denmark. II) didapatkan bahwa Faktor risiko seksual, reproduksi dan
kelamin untuk neoplasia serviks diteliti dalam studi berbasis populasi
kasus-kontrol 586 wanita dengan histologis diverifikasi, karsinoma sel
skuamosa serviks in situ, dan 59 wanita dengan invasif skuamosa-sel
kanker serviks. Untuk CIS, ini termasuk merokok seumur hidup (pack-
tahun) (P<0,0001), tahun dengan intrauterine device (P = 0,0004), dan
proporsi kehidupan aktif secara seksual tanpa menggunakan
kontrasepsi penghalang (P=0,003). Untuk penyakit serviks invasif,
mereka includedthe panjang kehadiran di sekolah (P=0,005) dan
proporsi kehidupan aktif secara seksual tanpa menggunakan
kontrasepsi penghalang (P = 0,03). Faktor-faktor ini dianggap sebagai
7/16/2019 bab 1,2,3 Prop
http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-prop 32/51
32
variabel perancu potensial dan dengan demikian diizinkan dalam
analisis statistik selanjutnya.
4. Kerangka Konsep
Skema 2.1
Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependen
5. Hipotesis
Merokok
Umur
Paritas (Jumlah
Kelahiran)
Penggunaan PIL
Kontrasepsi
Sosial Ekonomi
Pendidikan
Kanker Serviks
7/16/2019 bab 1,2,3 Prop
http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-prop 33/51
33
Hipotesis adalah sebuah pernyataan tentang hubungan yang
diharapkan antara dua variabel atau lebih yang dapat di uji secara
empiris, biasanya terdiri dari pernyataan terhadap adanya variabel
independent dan dependent (Hidayat, 2007).
1. Hipotesis nol (Ho) : Tidak ada hubungan faktor risiko kanker serviks
dengan kejadian kejadian kanker serviks.
2. Hipotesis alternative (Ha) : Ada hubungan faktor risiko kanker
serviks dengan kejadian kanker serviks.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian
Dilihat dari cara pengumpulan data, pengolahan dan pembahasan jenis
penelitian kuantitatif dengan rancangan penelitian Cross Sectional, yaitu
rencana penelitian dengan melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat
7/16/2019 bab 1,2,3 Prop
http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-prop 34/51
34
bersamaan (sekali waktu) dengan maksud untuk mengetahui hubungan
dengan variabel. Dimana data-data yang berkaitan dengan variabel
independent maupun dependent dikumpulkan secara bersamaan untuk
mendapatkan informasi tentang faktor risiko yang berhubungan dengan
kejadian kanker serviks.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di ruang Camar III RSUD Arifin
Achmad Pekanbaru. Adapun alasan penulis memilih lokasi ini adalah
Karena RSUD Arifin Achmad merupakan rumah sakit tempat rujukan
yang memiliki pelayanan spesialisasi dan lokasinya berada ditengah kota
sehingga mudah dijangkau oleh masyarakat.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan mulai Januari 2013.
C. Populasi, Sampel, dan Sampling
1. Populasi
7/16/2019 bab 1,2,3 Prop
http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-prop 35/51
35
Populasi adalah seluruh subjek atau objek dengan karakteristik
tertentu yang akan diteliti (Hidayat, 2003). Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh pasien kanker serviks yang dirawat di Ruang Camar III
RSUD Arifin Achmad Pekanbaru tahun 2012 berjumlah 90 orang.
2. Sampel
Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau
sebagaimana dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat,
2003). Adapun jumlah responden penelitian diambil berdasarkan besar
rumus sampel ada sebanyak 47 orang.
2)(1 d N
N n
+
=
Keterangan :
n : Jumlah Sampel
N : Jumlah Populasi
d : Tingkat kesalahan / ketepatan yang diinginkan (0,1)
2)1,0(1321
132
+
=n
)01,0)(132(1
132
+
=n
32,11
132
+
=n
7/16/2019 bab 1,2,3 Prop
http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-prop 36/51
36
= 57
Jumlah sampel yang digunakan peneliti sebanyak 57 orang.
2. Sampling
Sampling merupakan proses menyeleksi porsi dari populasi untuk
dapat mewakili populasi. Teknik sampling merupakan cara-cara yang
ditempuh dalam pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang
benar-benar sesuai dengan keseluruhan subjek penelitian (Nursalam,
2003).
Teknik pengambilan sampel yang akan digunakan oleh peneliti
pada penelitian ini adalah accidental sampling , yaitu siapa saja yang
secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel
bila orang yang kebetulan ditemui cocok sebagai sumber data. Teknik ini
biasanya dilakukan karena keterbatasan waktu, tenaga, dan dana sehingga
tidak dapat mengambil sampel yang besar dan jauh. Keuntungan dari pada
teknik ini adalah terletak pada ketepatan peneliti memilih sumber data
sesuai dengan variabel yang diteliti (Arikunto, 2002).
32,2
132=n
7/16/2019 bab 1,2,3 Prop
http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-prop 37/51
37
D. Instrumen Pengumpulan Data
1. Alat ukur dan skala ukur penelitian
Alat pengumpulan data yang digunakan adalah lembaran kuesioner
yang berisi pertanyaan dimana alternative jawaban ya dan tidak. Untuk
menjawab sesuai pilihan responden cukup memberikan berupa tanda
tertentu yaitu check list (√) atas jawaban yang telah disediakan, jawaban
yang benar akan diberikan bobot nilai 1 (satu) dan jawaban yang salah
diberikan dengan bobot nilai 0 (nol) (Arikunto, 2002).
Data yang diperlukan pada penelitian ini dikumpulkan dengan
menggunakan alat ukur kuesioner dengan lembar check list, kemudian
didapatkan data sekunder. Data sekunder dalam penelitian ini dilakukan
melalui pengumpulan seluruh status rekam medis penderita kanker serviks
tahun 2011, yang diperlukan adalah data demografi penderita kanker
serviks tersebut. Kemudian untuk latar belakang diambil data-data melalui
dokumen yang bersumber dari Dinas Kesehatan Provinsi Riau tahun 2009
dan pengolahan data Rekam Medis RSUD Arifin Achmad Pekanbaru.
Uji validitas adalah tingkat keandalan dan kesahihan alat ukur
yang digunakan. Instrument dikatakan valid berarti menunjukkan alat ukur
yang dipergunakan untuk mendapatkan data itu valid atau dapat digunakan
7/16/2019 bab 1,2,3 Prop
http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-prop 38/51
38
untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Uji validitas berguna untuk
mengetahui apakah ada pernyataan-pernyataan pada kuesioneryang harus
dibuang atau diganti karena dianggap tidak relevan. Uji reliabilitas
berguna untuk menetapkan apakah instrument dapat digunakan lebih dari
satu kali, paling tidak boleh responden yang sama akan menghasilkan data
yang konsisten (Sugiyono, 2007).
Tujuan uji validitas dan reabilitas adalah untuk mengetahui apakah
item-item pertanyaan dapat dimengerti oleh responden dengan mudah
tanpa mengalami kesulitan. Apabila dalam uji coba ini ditemukan
kesulitan baik dari redaksi ataupun bahasa yang menyulitkan akan
diadakan revisi kembali. Tujuan lain yang sangat penting adalah untuk
mengetahui validitas dan reabilitas dari item-item dalam pertanyaan.
2. Kisi-Kisi Kuesioner
Untuk mempermudah dalam pengumpulan data maka diperlukan
kisi-kisi untuk kuesioner yang akan diedarkan kepada responden. Oleh
karena itu, peneliti mencoba membuat kisi-kisi kuesioner yang akan
dibagikan kepada responden guna pertanyaan yang akan dibuat nanti
menjadi lebih terstruktur dan valid. Dapat dilihat pada tabel 3.1:
Tabel 3.1
Kisi-Kisi Kuesioner
No Materi Pertanyaan Nomor Soal Jumlah Soal
7/16/2019 bab 1,2,3 Prop
http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-prop 39/51
39
1. Merokok 1,2 2
2. Paritas 1,2,3 3
3. Pendidikan 1,2,3,4,5 5
4. Penggunaan PIL KB 1,2 2
5. Sosial Ekonomi 1,2,3 3
6. Umur 1,2,3,4 4
7. Kanker Serviks 1,2 2
E. Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional
1. Identifikasi Variabel
Variabel adalah prilaku atau karakteristik yang memberikan nilai
beda terhadap sesuatu (benda, manusia dll) (Soeparto, dkk, 2002).
Jenis-jenis variabel :
a. Variabel bebas (independent)
Variabel bebas (independen) ini merupakan variabel yang menjadi
sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel
bebas dalam penelitian ini adalah Merokok, Prilaku Seksual, Umur,
Paritas (Jumlah Kelahiran), dan Penggunaan PIL Kontrasepsi
(Hidayat, 2003).
7/16/2019 bab 1,2,3 Prop
http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-prop 40/51
40
b. Variabel terikat (dependent)
Variabel dependen ini merupakan variabel yang dipengaruhi atau
menjadi akibat karena variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian
ini adalah kanker serviks.
2. Definisi Operasional
Definisi operasional yaitu mendefinisikan variabel secara
operasional dan berdasarkan karakteristik yang diamati dalam melakukan
pengukuran secara cermat terhadap suatu obyek atau fenomena dengan
menggunakan parameter yang jelas (Hidayat, 2003).
Tabel 3.2
Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional
No Variabel Definisi
Operasional
Alat Ukur Skala
Ukur
Hasil Ukur
1. Merokok Respondenyang
mempunyai
riwayat
merokok
Kuesioner Ordinal 1. Ya = 0
2. Tidak = 1
2. Umur Usia Kuesioner Ordinal 1. Berisik
7/16/2019 bab 1,2,3 Prop
http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-prop 41/51
41
responden
yang dihitung
berdasarkantanggal
kelahirannya.
: jika > 40 Th
2. Tidak berisiko jika ≤ 40 Th
3. Paritas Responden
yang pernah
mengalami
melahirkan
bayi yang
hidup
maupun
bayi yang
sudah
meninggal.
Kuesioner Ordinal 1. Risiko Tinggi
kanker leher
rahim > 3 kali
2. Risiko Rendah
kanker leher
rahim ≤3 kali
4. Penggunaan PIL
KB
Penggunaan
PIL KB
minimal 5
tahun oleh
wanita
penderita
kanker serviks
Kuesioner Ordinal 1. Ya : jika
menggunakan
≥5 th.
2. Tidak : jika
menggunakn ≤
tahun.
5. Pendidikan Responden
yang
berpendidikan
Terakhir
Kuesioner Ordinal 1. Rendah : Tidak
Sekolah,SD,da
SMP.
2. Tinggi : SMA
dan Perguruan
Tinggi.
6. Sosial Ekonomi Jumlah
pendapatan
yang dimiliki
oleh suami
dan wanita
penderita
kanker
Kuesioner Ordinal 1. Rendah : jika
dibawah Upah
minimum
Regional
(UMR) (≤Rp.
1.135.000)
7/16/2019 bab 1,2,3 Prop
http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-prop 42/51
42
serviks. 2. Tinggi : jika
diatas upah
MinimumRegional
(UMR)
(≥Rp.1.135.00
7. Kanker Serviks Suatu keadaan
yang ditandai
dengan ada
tidaknya
kanker pada
organ leher rahim.
Status
Pasien
Cheklist 1. Tidak Berisiko
Stadium I-II
2. Berisiko :
Stadium III-IV
E. Prosedur Pengumpulan Data
Data yang diperlukan pada penelitian ini dikumpulkan dengan
menggunakan alat ukur kuesioner, kemudian didapatkan data sekunder. Data
sekunder yaitu pengumpulan seluruh status rekam medis penderita kanker
serviks tahun 2011, yang diperlukan adalah data demografi penderita kanker
serviks tersebut. Kemudian untuk latar belakang diambil data-data melalui
dokumen yang bersumber dari Dinas Kesehatan Provinsi Riau tahun 2009 dan
pengolahan data Rekam Medis RSUD Arifin Achmad Pekanbaru.
Prosedur pengumpulan data di RSUD Arifin Achmad melalui tahapan sebagai
berikut:
7/16/2019 bab 1,2,3 Prop
http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-prop 43/51
43
1. Setelah proposal disetujui oleh pembimbing, lalu peneliti mengurus surat
izin penelitian dari STIKes Payung Negeri ke RSUD Arifin Achmad
Pekanbaru.
2. Setelah surat izin meneliti keluar dari RSUD Arifin Achmad Pekanbaru,
peneliti pergi menuju Instalasi Rekam Medik untuk meminta data.
3. Setelah mendapat persetujuan dari Instalasi Rekam Medik, peneliti
menuju ke ruangan Camar III dan mendatangi perawat yang sedang dinas.
4. Meminta perawat untuk menandatangani lembar persetujuan untuk diteliti
yang mana telah dijelaskan terlebih dahulu tujuan dari diadakannya
penelitian.
5. Membagikan lembar kuesioner dan menjelaskan cara pengisian kuesioner.
6. Setelah responden selesai mengisi kuesioner, peneliti mengumpulkan data
yang telah didapat untuk diolah.
F. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data
1. Pengolahan Data
Data yang sudah dikumpulkan diolah terlebih dahulu dengan cara
sebagai berikut :
7/16/2019 bab 1,2,3 Prop
http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-prop 44/51
44
a. Editing
Setelah kuesioner selesai diisi kemudian dikumpulkan langsung oleh
peneliti, selanjutnya diperiksa kelengkapan apakah data dapat dibaca
atau tidak dan kelengkapan isian. Jika isian belum lengkap responden
diminta melengkapi lembar kuesioner pada saat itu juga.
b. Coding
Untuk mempermudah penelitian dalam pengumpulan data peneliti
member kode berupa angka pada lembar kanan atau kuesioner.
c. Tabulasi (Tabulating)
Tabulasi adalah membuat table-tabel yang berisikan data yang telah
diberi kode sesuai dengan analisis yang dibutuhkan (Hasan, 2006).
2. Analisis Data
7/16/2019 bab 1,2,3 Prop
http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-prop 45/51
45
Analisis data penelitian dengan menggunakan analisis univariat
dan bivariate dengan menggunakan perangkat lunak computer program
SPSS.
a. Analisis Univariat
Analisis yang digunakan untuk melihat gambaran masing-
masing variabel penelitian dengan menggunakan tabel distribusi yaitu
gambaran variabel independent dan variabel dependent kanker serviks.
F
P = X100
N
Keterangan :
P = Persentase
F = Jumlah sikap positif dan negative
N = Jumlah pertanyaan (Mahfud, 2009)
b. Analisis Bivariat
Untuk melihat ada tidaknya hubungan faktor risiko kejadian
kanker serviks terhadap kejadian kanker serviks menggunakan analisis
7/16/2019 bab 1,2,3 Prop
http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-prop 46/51
46
uji statistic yaitu Chi- square dengan derajat kepercayaan 95% (
=0,05).
Kemudian untuk mengetahui apakah variabel independent
merupakan faktor risiko atau tidak terhadap variabel dependent maka
menggunakan ratio prevalence adalah jumlah subyek dengan efek
positif dibagi dengan jumlah subyek dengan efek positif pada semua
subyek dengan faktor risiko negative. Rasio prevalensi dari suatu
penyakit dalam populasi berkomunitas dengan faktor risiko yang
dipelajari atau timbul sebagai akibat faktor risiko tertentu dengan
rumus pada tabel dibawah ini sebagai berikut :
Tabel 3.3
Faktor risiko kejadian kanker serviks berdasarkan Umur di
Ruang Camar III RSUD Arifin Achmad Pekanbaru
Kanker Serviks
Umur
Stadium
I-II
Stadium
III-IV
N
Berisiko: jika > 40 th a b a + b
Tidak berisiko: jika ≤40
Th
c d c + d
N a + c b + d a+b+c+d
7/16/2019 bab 1,2,3 Prop
http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-prop 47/51
47
Tabel 3.4
Faktor risiko kejadian kanker serviks berdasarkan
Merokok di Ruang Camar III RSUD
Arifin Achmad Pekanbaru
Kanker Serviks
Merokok
Stadium
I-II
Stadium
III-IV
N
Ya : 0 a b a + b
Tidak : 1 c d c + d
N a + c b + d a+b+c+d
Tabel 3.5
Faktor risiko kejadian kanker serviks berdasarkan
Sosial Ekonomi di Ruang Camar III RSUD
Arifin Achmad Pekanbaru
Kanker Serviks
Sosial Ekonomi
Stadium
I-II
Stadium
III-IV
N
Rendah: jika dibawah UMR
(≤Rp. 1.135.000)
a b a + b
Tinggi : jika diatas upah UMR
((≥Rp.1.135.000)
c d c + d
N a + c b + d a+b+c+d
Tabel 3.6
7/16/2019 bab 1,2,3 Prop
http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-prop 48/51
48
Faktor risiko kejadian kanker serviks berdasarkan
Paritas di Ruang Camar III RSUD Arifin
Achmad Pekanbaru
Kanker Serviks
Paritas
Stadium
I-II
Stadium
III-IV
N
Risiko Tinggi kanker leher rahim
> 3 kali
a b a + b
Risiko Rendah kanker leher rahim
≤3 kali
c d c + d
N a + c b + d a+b+c+d
Tabel 3.7
Faktor risiko kejadian kanker serviks berdasarkan
Penggunaan PIL KB di Ruang Camar III RSUD
Arifin Achmad Pekanbaru
Kanker Serviks
Pengguna PIL KB
Stadium
I-II
Stadium
III-IV
N
Ya : jika menggunakan ≥5 th. a b a + b
Tidak : jika menggunakn ≤5
th.
c d c + d
N a + c b + d a+b+c+d
7/16/2019 bab 1,2,3 Prop
http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-prop 49/51
49
Tabel 3.8
Faktor risiko kejadian kanker serviks berdasarkan
Pendidikan di Ruang Camar III RSUD Arifin
Achmad Pekanbaru
Kanker Serviks
Pendidikan
Stadium
I-II
Stadium
III-IV
N
Rendah : Tidak Sekolah,SD,SMP
a b a + b
Tinggi : SMA,Perguruan Tinggi c d c + d
N a + c b + d a+b+c+d
Tabel 3.9
Faktor risiko kejadian kanker serviks berdasarkan
Kanker Serviks di Ruang Camar III RSUDArifin Achmad Pekanbaru
Kanker Serviks
Kanker Serviks
Stadium
I-II
Stadium
III-IV
N
Tidak Berisiko : Stadium I-II a b a + b
Berisiko : Stadium III-IV c d c + d
N a + c b + d a+b+c+d
7/16/2019 bab 1,2,3 Prop
http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-prop 50/51
50
3. Etika Penelitian
Masalah Etika penelitian merupakan masalah yang sangat penting
dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan berhubungan
langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan.
Etika penelitian yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut :
1. Lembar Persetujuan (Informed Consent)
Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti
dan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.
Informed Consent diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan
tujuan agar subyek mengerti maksud dan tujuan penelitian dan
mengetahui dampaknya. Jika subyek bersedia maka mereka harus
menandatangani lembar persetujuan dan jika responden tidak bersedia
maka peneliti harus menghormati hak responden tersebut.
2. Tanpa Nama (Anomity)
Yaitu tidak memberikan atau mencantumkan nama responden
pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar
pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.
3. Kerahasiaan (Confidentiality)