tpt jagung bab 1,2,3 [fix]
DESCRIPTION
teknologi produksi tanamanTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Di Indonesia, jagung merupakan bahan pangan pokok kedua setelah beras,
terutama banyak dikonsumsi di pedesaan. Jagung banyak diproduksi dan
dikonsumsi terutama di daerah marginal, karena mempunyai daya adaptasi
yang luas (Widowati, 2012). Pada tahun 1966 konsumsi jagung hanya 26,2 kg
per kapita per tahun dan meningkat menjadi 41,0 kg per kapita per tahun pada
tahun 1999. Walaupun konsumsi jagung lebih rendah namun 14% dari
produksi jagung digunakan untuk diversifikasi bahan pangan seperti industri
tepung, minyak, dan juga untuk industri bahan pakan ternak (Pakpahan, 2007).
Limbah tanaman jagung juga dapat digunakan sebagai pakan ternak.
Sebagai tanaman tropik jagung dapat berproduksi tinggi jika
dibudidayakan pada lingkungan yang sesuai, dengan menggunakan teknologi
agronomi yang tepat. Tanaman jagung tumbuh baik pada daerah dataran
rendah hingga dataran tinggi pada ketinggian sekitar 2200 m dpl,
membutuhkan curah hujan sekitar 600 mm – 1200 mm per tahun dengan
temperatur rata-rata antara 14-30⁰C. Jenis tanah yang sesuai untuk jagung
adalah tanah Alluvial atau tanah lempung yang subur dan bebas dari genangan
air (Kartasapoetra, 1988).
Dalam teknologi produksi, penggunaan teknologi agronomi yang tepat
untuk menanam jagung diharapkan dapat meningkatkan produksinya. Salah
satunya yaitu dengan mengunakan perlakuan pengaturan jarak tanam. Jarak
tanam menentukan populasi, semakin rapat jarak tanamnya semakin banyak
populasinya. Menurut Badan Pengendali Bimas (1997) pengaturan jarak
tanam yang tepat dapat memperkecil persaingan antara tanaman dalam hal
pengembalian unsur hara, air, sinar matahari dan ruang tumbuh tanaman.
Selain itu jarak tanam yang tepat juga dapat menekan pertumbuhan gulma,
sehingga persaingan tanaman dengan gulma dapat dihindari (Anonim, 2012b).
Oleh karena itu jarak tanam harus diatur untuk mendapatkan populasi yang
optimum sehingga diperoleh hasil yang maksimum (Febrina, 2012).
1.2 Tujuan
Tujuan praktikum teknologi produksi tanaman dalam budidaya komoditas
jagung ini adalah untuk mengoptimalkan hasil budidaya komoditas jagung
dengan menggunakan teknologi produksi seperti penggunaan perlakuan jarak
tanam 70 x 20 cm, ada pun tujuan dari perlakuan jarak tanam 70 x 20 cm ini
adalah untuk mengoptimalkan hasil dengan cara mengurangi kompetisi unsur
hara, air dan cahaya antar tanaman atau dengan gulma.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Produksi Tanaman Jagung di Indonesia
Di Indonesia jagung merupakan bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat kedua setelah beras. Di beberapa daerah di Indonesia jagung dijadikan sebagai bahan pangan utama, dan juga sebagai bahan pakan ternak dan industri
Menurut Berita Resmi Stratistik (2015), produksi jagung pada tahun 2013 sebanyak 18.511.853 ton pipilan kering, kemudian naik sebanyak 496.573 ton pada tahun 2014 menjadi 19.008.426 ton. Pada tahun 2015 terjadi peningkatan yang cukup tinggi dengan selisih produksi jagung tahun 2014-2015 sebanyak 1.658.276 ton dengan jumlah produksi mencapai 20.666.702 ton.
Uraian 2013 2014 2015(ARAM I)
Perkembangan2013-2014 2014-2015
Absolut % Absolut %(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1. Luas Panen (ha)- Jawa 1.958.883 1.954.175 1.992.667 -4.708 -0,24 38.492 1,97- Luar Jawa 1.862.621 1.882.844 2.004.832 20.223 1,09 121.988 6,48- Indonesia 3.821.504 3.837.019 3.997.499 15.515 0,41 160.480 4,18
2. Produktivitas (ku/ha)- Jawa 51,54 51,98 54,67 0,44 0,85 2,69 5,18- Luar Jawa 45,19 47,00 48,75 1,81 4,01 1,75 3,72- Indonesia 48,44 49,54 51,70 1,10 2,27 2,16 4,36
3. Produksi (ton)- Jawa 10.095.486 10.158.725 10.892.960 63.239 0,63 734.235 7,23- Luar Jawa 8.416.367 8.849.701 9.773.742 433.334 5,15 924.041 10,44- Indonesia 18.511.853 19.008.426 20.666.702 496.573 2,68 1.658.276 8,72
Keterangan: Kualitas produksi Jagung adalah pipilan kering
Sumber: Berita Resmi Statistik Produksi Jagung 2015
Tabel 1. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Jagung Menurut Wilayah, 2013-2015
Dalam rangka meningkatkan Produktivitas Jagung Kementerian Pertanian
menyebutkan dalam Pedoman Teknis GP-PTT Jagung Tahun 2015 bahwa
Peningkatan produktivitas dilakukan melalui upaya penerapan pengelolaan
tanaman terpadu (PTT) dengan komponen utama meliputi pemakaian benih
varietas unggul bermutu termasuk jagung hibrida dan jagung komposit,
peningkatan populasi dengan pengaturan jarak tanam 75 cm x 20 cm atau 70
cm x 20 cm, satu biji per lubang atau 75 cm x 40 cm atau 70 cm x 40 cm, dua
biji per lubang, pemupukan berimbang dan pemakaian pupuk organik, pupuk
bio-hayati, pengapuran pada tanah masam dan pengelolaan pengairan. Selain
itu, untuk memastikan PTT diterapkan maka dilakukan pengawalan,
pendampingan agar jika ada masalah di lapangan dapat ditangani lebih dini.
Strategi peningkatan produktivitas terutama dilaksanakan di wilayah yang
sudah tidak memungkinkan dilakukan perluasan areal tanam, sehingga dengan
penerapan teknologi spesifik lokasi produktivitas tanaman diharapkan masih
dapat ditingkatkan.
2.2 Botani tanaman jagung
2.2.1 Klasifikasi
Klasifikasi tanaman jagung menurut Tjitrosoepomo (2005) bahwa :
tanaman jagung termasuk dalam Kingdom Plantae, Divisi Angiospermae,
Kelas Monocotyledoneae, Ordo Poales, Familia Poaceae, Genus Zea, dengan
nama Spesies Zea mays L.
2.2.2 Morfologi
Daun
Daun jagung adalah daun sempurna. Bentuknya memanjang antara
pelepah dan helai daun terdapat ligula. Ligula ini berbulu dan berlemak,
fungsi ligula adalah mencegah air masuk kedalam kelopak daun dan
batang, tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun. Permukaan daun ada
yang licin dan ada yang berambut. Panjang daun jagung bermacam sekitar
30-150 cm dan lebar 4-15 dengan tulang daun jagung yang sangat keras.
Tepi helaian daun yaitu halus dan bentuk yang berombak. Jumlah daun
jagung tiap tanaman bermacam sekitar 12-18 helai
Bunga
Tanaman jagung merupakan tanaman berumah satu (monocious)
karena bunga jantan terbentuk pada ujung batang, sedangkan bunga betina
terletak pada pertengahan batang. Dimana pada bunga jantan dan betina
berada pada satu tanaman. Tanaman jagung bersifat protrandy, maka
jagung mempunyai sifat penyerbukan silang.
Batang
Untuk batang jagung beruas-ruas yang jumlah sekitar 10-40 ruas,
umumnya jagung tidak bercabang kecuali ketika muncul dari pangkal
batang, yang terjadi pada jagung manis. Panjang batang sekitar 60-300 cm
tergantung dari tipe jagung dan umur tanaman.
Perakaran
Sistem perakaran jagung bermcam-macam yaitu dari akar seminal
yang tumbuh kebawah pada saat biji berkecambah, kemudian akar koronal
yang tumbuh ke atas dari jaringan batang setelah plumula muncul, dan
akar udara yang tumbuh dari buku-buku di atas permukaan tanah.
Tongkol dan Biji
Tanaman jagung mempunyai satu atau dua tongkol, tergantung varietas.
Tongkol jagung diselimuti oleh daun kelobot. Setiap tongkol terdiri atas
10-16 baris biji yang jumlahnya selalu genap. Biji jagung terletak pada
tongkol yang tersusun memanjang, Pada tongkol tersimpan biji jagung
yang menempel erat sedangkan pada buah jagung terdapat rambut yang
memanjang hingga keluar dari pembungkus (Aak,1997).
2.2.3 Stadia pertumbuhan tanaman jagung
Pada proses pertumbuhan tanaman jagung dibedakan dalam dua
stadia pertumbuhan menurut subekti (2007) yaitu :
a. Stadia vegetatif
Pada fase vegetatif ini meliputi fase berkecambah, dilanjutkan
fase pertumbuhan vegetatif; akar, batang dan daun yang sangat cepat,
yang akhirnya pertumbuhan vegetatif menjadi lambat hingga
dimulainya stadia generatif.
b. Stadia generatif
Pada stadia ini dimulai dengan pembentukan primordia, proses
pembungaan yang mencakup peristiwa penyerbukan dan pembuahan.
Proses yang terjadi selama terbentuknya primordia hingga terjadi buah
dimasukkan ke dalam fase reproduksi. Sedangkan proses selanjutnya
termasuk fase masak yang dimulai dari perkembangan biji atau buah
hingga biji atau buah siap dipanen/masak.
2.3 Teknik budidaya tanaman
Tanaman jagung adalah tanaman yang mampu tumbuh dengan segala
macam keadaan baik kering pun tanaman jagung dapat tumbuh hingga panen.
Jagung tidak membutuhkan persyaratan tanah yang berlebihan sehingga
tanaman jagung sangat sesuai di tanam di Indonesia. Berikut tahapan budidaya
jagung:
2.3.1 Penyiapan Lahan
Tujuan kegiatan penyiapan lahan untuk mempersiapkan tanah yang
nantinya akan ditanami oleh benih jagung. Mekanisme penyiapan lahan
sangat bergantung pada fisik tanah seperti tekstur tanah. Tanah dengan
bertekstur berat perlu pengolahan yang intensif. Sebaliknya, tanah
bertekstur ringan dapat dilakukan dengan teknik olah tanah konservasi
seperti olah tanah minimum (OTM) atau tanpa olah tanah (TOT). Untuk
lokasi tanaman jagung yang baik tidak tergenang air namun memiliki
kadar air yang cukup. Selain itu pemilihan lokasi untuk tanaman jagung
disesuaikan dengan syarat tumbuh (Rochani, 2007).
2.3.2 Penanaman
Kegiatan penanaman adalah proses transplantasi benih jagung ke
dalam media tanamnya (tanah). Untuk mendapatkan hasil produksi
yang tinggi pada jagung diharapkan disesuaikan jumlah populasi benih
jagung dengan luas tanam. Secara umum, kepadatan tanam anjuran
adalah 66.667 tanaman/ha. Dapat dicapai dengan jarak tanam baris 75
cm, dan 20 cm dalam barisan dengan satu tanaman per lubang, atau
jarak antarbaris 40 cm dengan dua tanaman per lubang.
2.3.3. Pemupukan
Rendahnya ketersediaan unsur hara di dalam tanah berdampak
rendahnya tingkat kesuburan tanah,yang sangat berpengaruh dari hasil
tanaman jagung. Dilakukan penambahan unsur hara sangat diperlukan,
karena unsur hara yang terdapat dalam tanah yang tidak tersedia akan di
tambah dengan dilakukan pemupukan (Tania,2012). Pemupukan adalah
proses pemberian nutrisi dalam tanah yang ditanami tanaman untuk
diserap tanaman sehingga mempengaruhi hasil produksi. Pemupukan
yang baik pada umumnya yaitu dengan pemupukan secara berimbang
untuk meningkatkan produksi jagung. Untuk tumbuh dengan baik pada
tanaman memerlukan unsur hara pada proses pemupukan yaitu unsur
hara esensial yaitu; unsur hara makro, hara mikro serta unsur lainya
yang fungsinya untuk meningkatkan populasi mikroorganisme
(Tania,2012).
Peningkatan pemakaian pupuk buatan pada tanaman maka
berdampak makin kurang efektif dan efisien, serta mengakibatkan
dampak yang kurang menguntungkan terhadap kondisi dalam
tanah.Oleh sebab itu makin harus dilakukan pemanfaatan bahan organik
dan pupuk hayati dalam pengelolaan hara tanah (Moelyohadi,2012). Di
dalam tanah biasanya terdapat unsur P berbentuk organik dan
anorganik. P organik dan P anorganik merupakan sumber utama P bagi
partumbuhan tanama salah satunya untuk tanaman jagung
(Soplanit,2012).
2.3.4 Pengairan
Untuk irigasi yang baik pada tanaman jagung tidak terlalu di
permaslahakan asalkan tanaman mendapatkan air dari irigasi yang
sesuai dengan kebutuhannya. Akan tetapi jika terlalu berlebihan dalam
pemberian maka akan berpengauh produksi jagung bahkan tanaman
jagung menjadi mati karena akarnya mengalami pembusukan.
2.3.5 Pemanenan
Kegiatan panen dilakukan pada saat biji telah masak fisiologis yang
ditandai oleh adanya lapisan hitam pada biji padatanaman jagung.
Tanda-tanda jagung siap panen yang benar yaitu:
a) Umur tanaman mencapai maksimum, yakni setelah pengisian biji
optimal.
b) Daun menguning dan sebagian besar mulai mengering.
c) Klobot sudah kering atau kuning.
d) Bila klobot dibuka, biji terlihat mengkilap dan keras, bila ditekan
dengan kuku tidak membekas pada biji.
e) kadar air biji 25-35%.
2.4 Perlakuan Jarak Tanam Pada Tanaman
Salah satu faktor yang dapat meningkatkan produksi jagung adalah
dengan pengaturan jarak tanam. Pengaturan jarak tanam untuk tanaman
sangat diperlukan agar setiap individu tanaman dapat memanfaatkan semua
faktor lingkungan tumbuhnya dengan optimal, sehingga didapatkan tanaman
yang tumbuh dengan subur dan seragam yang akhirnya produksi dapat
dicapai dengan optimal. Jarak tanam mempengaruhi populasi tanaman,
efisiensi penggunaan cahaya, perkembangan hama penyakit dan kompetisi
antara tanaman dalam penggunaan air dan unsur hara.
Untuk mengamati pengaruh perlakuan jarak tanam pada budidaya
jagung, maka dilakukan perlakuan jarak tanam 70 cm x 20 cm pada jagung
yang dibudidayakan pada lahan praktikum. Seperti yang dinyatakan oleh
Barri (2003) bahwa sistem jarak tanam mempengaruhi cahaya, angin serta
unsur hara yang diperoleh tanaman yang pada akhirnya memberikan
pengaruh yang berbeda pada parameter pertumbuhan dan produksi jagung.
Jarak tanam yang sempit akan meningkatkan populasi yang bertujuan agar
memberikan produksi per hektar yang lebih besar. System baris segitiga
memiliki populasi yang lebih besar dibandingkan satu baris serta dua baris.
Walaupun produksi per tanaman lebih besar pada sistim satu baris, ternyata
dengan populasi yang lebih banyak lebih mampu memberikan produksi per
ha yang lebih maksimal.
BAB III
BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan tempat
Kegiatan praktikum teknologi produksi tanaman pada komoditas jagung
dilakukan di kebun percobaan Kepuharjo Fakultas Pertanian Universitas
Brawijaya, Dukuh, Desa Ngijo, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang.
Waktu praktikum teknologi produksi tanaman dimulai sejak hari senin tanggal
28 september 2015 hingga hari senin 9 november 2015. Berikut adalah
kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam praktikum teknologi produksi
tanaman.
NO WAKTU KEGIATAN KEGIATAN
1 SENIN 28 September 2015
Pengolahan lahan Pembuatan border Pemberian pupuk kandang Pemberian agen hayati
2 SENIN, 5 Oktober 2015
Pengukuran jarak tanam Penanaman Pemberian furadan Penyiraman
3 SENIN, 12 Oktober 2015 Pengamatan Penyiangan Pemberian pupuk sp36
4 SENIN, 19 Oktober 2015
Penyiangan gulma Penyulaman pengamatan pemupukan penyiraman
5 SENIN, 26 Oktober 2015 pemeliharaan pengamatan
6 SENIN, 3 November 2015 pemeliharaan pengamatan
7 SENIN, 9 November 2015 pemeliharaan pengamatan
3.2 Alat dan bahan
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum antara lain adalah gembor
yang berfungsi untuk menyiram tanaman, cangkil yang berfungsi untuk
mempermudah membersihkan gulma, pengolahan tanah, dan melakukan
pembubunan, knapsack sprayer berfungsi sebagai alat pengaplikasian agen
hayati, meteran berfungsi untuk mengukur bedengan dan tinggi tanaman,
papan label untuk membuat tanda identitas kelompok per komoditas, dan tali
rafia untuk membuat border. Bahan yang digunakan dalam praktikum adalah
benih jagung manis yang digunakan sebagai komoditas yang akan ditanam,
pupuk kandang, agen hayati, Furadan, pupuk Urea (3 gr per lubang tanam),
pupuk KCL (2 gr per lubang tanam), dan pupuk SP-36 (4 gr per lubang
tanam).
3.3 Cara Kerja
1. Pengolahan lahan
Pengolahan lahan dimulai dengan penggemburan lahan kemudian
dilanjutkan dengan pembuatan bedengan pada lahan yang akan ditanami.
Dilanjutkan dengan pembuatan border pada lahan menggunakan rafia
merah.
2. Pemberian pupuk
Pemberian kandang sebanyak 7,5 kg pada lahan yang akan ditanami.
Selanjutnya pemberian agen hayati dengan menggunakan knapsack
sprayer, aplikasi agen hayati merata pada lahan.
3. Pengukuran jarak tanam
Dilakukan pengukuran Jarak tanam yang digunakan adalah 70 x 20,
kemudian dilanjutkan dengan penanaman, pada setiap lubang ada 2 biji
jagung. Setelah penanaman dilakukan pemberian furadan pada masing-
masing lubang tanaman. Taha terakhir dilakukan penyiraman.
4. Pengamatan
Menghitung jumlah tanaman yang tumbuh pada setiap lubang, dilanjutkan
dengan pemberian pupuk 2 cm di dekat lubang tanam.
5. Penyiangan gulma
Gulma atau tanaman liar yang tumbuh dilakukan penyiangan dengan cara
mencabut dan mengolah tanah menggunakan cangkil.
6. Penyulaman
Mengamati tanaman yang tidak tumbuh sehingga perlu dilakukan
penyulaman dengan memasukkan kembali 2 bibit per lubang dan diberi
furadan.
7. Pemupukan
Dimulai dengan membuat larikan lubang berjarak 2 cm dari tanaman dan
diberikan pupuk KCL serta N
8. Pengamatan
Mengambil 5 titik sampel tanaman untuk diamati tinggi dan jumlah
daunnya pada kelima sampel
9. Penyiraman
Menyiram tanaman dengan menggunakan gembor atau ember merata ke
seluruh tanaman.
10. Pemeliharaan
Melihat kondisi indeks penyakit dan hama yang menyerang tanaman,
menganalisis bagian daun yang terserang penyakit.
3.4 Parameter Pengamatan
1. Tinggi tanaman
Tinggi tanaman jagung diukur dengan menggunakan meteran atau
penggaris. Tanaman yang diukur adalah tanaman yang dijadikan sampel
dan berjumlah 5 tanaman. Cara mengukur tinggi tanaman adalah dengan
meletakkan ujung meteran pada permukaan tanah, menariknya ke atas
secara tegak, dan menyejajarkan dengan tinggi tanaman. Mencatat hasil
pengamatan sesuai ukuran yang tertera pada meteran.
2. Jumlah daun
Menghitung jumlah daun dari 5 sampel tanaman. Cara menghitungnya
adalah menghitung secara manual daun yang telah membuka sempurna
dan mencatat hasil pengamatan.
3. Jumlah tongkol
Tanaman yang dihitung jumlah tongkolnya adalah 5 sampel tanaman.
Cara menghitungnya adalah menghitung jumlah tongkol yang terdapat
pada setiap tanaman sampel secara manual dan mencatat hasil
pengamatan.
4. Bobot segar buah
Tanaman yang ditimbang bobot segar buahnya adalah 5 sampel tanaman.
Caranya adalah tongkol yang telah diambil dari tanamannya ditimbang
beratnya dan mencatat hasil pengamatan.
3.5 Denah Petak PraktikumDenah petak yang digunakan sebagai lahan praktikum teknologi produksi
tanaman jagung Kelas P Agroekoteknologi ialah sebagai berikut:
Keterangan:Jumlah Populasi = 42
= Tanaman Sampel
}U
}
70 cm
20 cm
295 cm
140 cm
1
2
3
4
5
3. Jumlah tongkol
Tanaman yang dihitung jumlah tongkolnya adalah 5 sampel tanaman.
Cara menghitungnya adalah menghitung jumlah tongkol yang terdapat
pada setiap tanaman sampel secara manual dan mencatat hasil
pengamatan.
4. Bobot segar buah
Tanaman yang ditimbang bobot segar buahnya adalah 5 sampel tanaman.
Caranya adalah tongkol yang telah diambil dari tanamannya ditimbang
beratnya dan mencatat hasil pengamatan.
3.5 Denah Petak PraktikumDenah petak yang digunakan sebagai lahan praktikum teknologi produksi
tanaman jagung Kelas P Agroekoteknologi ialah sebagai berikut:
Keterangan:Jumlah Populasi = 42
= Tanaman Sampel
}}
70 cm
20 cm
295 cm
140 cm
U