bab iii revisi 1

21
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. RANCANGAN PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorium yaitu melakukan pengujian potensi antibakteri dari fraksi n-heksana daun kesum serta untuk mendapatkan konsentrasi efektif fraksi n-heksana terhadap bakteri uji yang dikembangbiakkan secara secara in vitro. Desain penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL), dimana setiap perlakuan diberikan kondisi yang homogen sehingga diharapkan tidak ada faktor luar yang mempengaruhi aktivitas antibakteri fraksi n-heksana daun kesum terhadap S.typhi. Banyaknya pengulangan perlakuan dalam penelitian ini dihitung menggunakan rumus Frederer : (n-1) (t-1) ≥15; dengan t : jumlah kelompok, n:jumlah pengulangan. Jumlah kelompok perlakuan adalah 7 dengan 2 kelompok kontrol (kontrol positif dan kontrol negatif). Dengan t = 9 maka didapatkan jumlah pengulangan yang dibutuhkan adalah sebagai berikut: (n-1) (9-1) ≥ 15 (n-1) (8) ≥ 15 8n-8 ≥ 15 8n ≥ 15 + 8 28

Upload: an-dika

Post on 22-Dec-2015

228 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

a

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III Revisi 1

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. RANCANGAN PENELITIAN

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorium yaitu melakukan

pengujian potensi antibakteri dari fraksi n-heksana daun kesum serta untuk

mendapatkan konsentrasi efektif fraksi n-heksana terhadap bakteri uji yang

dikembangbiakkan secara secara in vitro. Desain penelitian yang digunakan

adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL), dimana setiap perlakuan diberikan

kondisi yang homogen sehingga diharapkan tidak ada faktor luar yang

mempengaruhi aktivitas antibakteri fraksi n-heksana daun kesum terhadap S.typhi.

Banyaknya pengulangan perlakuan dalam penelitian ini dihitung menggunakan

rumus Frederer :

(n-1) (t-1) ≥15; dengan t : jumlah kelompok, n:jumlah pengulangan. Jumlah

kelompok perlakuan adalah 7 dengan 2 kelompok kontrol (kontrol positif dan

kontrol negatif). Dengan t = 9 maka didapatkan jumlah pengulangan yang

dibutuhkan adalah sebagai berikut:

(n-1) (9-1) ≥ 15

(n-1) (8) ≥ 15

8n-8 ≥ 15

8n ≥ 15 + 8

8n ≥ 23

n ≥ 2,875

Penelitian dapat dilakukan dengan melakukan pengulangan sebanyak 3 kali.

28

Page 2: BAB III Revisi 1

29

B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN

Tempat pelaksanaan penelitian adalah Laboratorium Biologi dan Kimia

Farmasi Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura Pontianak, Laboratorium

Kimia dan Biologi FMIPA Universitas Tanjungpura Pontianak dan Laboratorium

Mikrobiologi Unit Laboratorium Kesehatan (ULK) Pontianak. Penelitian ini akan

dilakukan pada bulan Desember 2013 hingga bulan April 2014.

No AktivitasDesember Januari Februari Maret April

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. Studi Literatur

2. Pembuatan Proposal

3. Pengambilan sampel hingga pembuatan fraksi n-heksana daun kesum

4. Skrining fitokimia

5. Uji Antibakteri

6. Penyusunan hasil

dan pembahasan

C. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN

C.1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah tanaman kesum (P.minus Huds.) yang

tumbuh di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Barat, Kebun

Percobaan Sui. Kakap.

C.2. Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah daun kesum (P.minus Huds.) yang akan

diujikan pada bakteri S.typhi. Bakteri uji diperoleh dari Laboratorium

Tabel 2. Rencana Jadwal Penelitian

Page 3: BAB III Revisi 1

30

Mikrobiologi Pusat Antar Universitas (PAU), Universitas Gadjah Mada,

Yogyakarta.

D. VARIABEL PENELITIAN

D.1. Variabel Bebas

Variabel bebas yang digunakan pada penelitian ini adalah fraksi n-heksana

daun kesum (P.minus Huds.) dengan konsentrasi masing-masing 1%, 2%, 4%,

6%, 8%, 10%, 12% dan antibiotik siprofloksasin 5 µg/disk.

D.2. Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah diameter zona hambat dari fraksi n-

heksan daun kesum (P.minus Huds.) terhadap S.typhi.

D.3. Variabel Terkendali

Variabel terkendali dalam penelitian ini adalah variabel yang diusahakan sama

untuk setiap perlakuan yaitu suhu inkubasi, waktu, pH, dan media.

E. DEFINISI OPERASIONAL

E.1. Fraksi n-Heksana Daun Kesum

Fraksi n-heksana daun kesum adalah daun kesum yang telah mengalami proses

fraksinasi dengan metode partisi menggunakan corong pisah dan pemurnian

pelarut menggunakan alat evaporator.

E.2. Konsentrasi Fraksi n-Heksana Daun Kesum

Konsentrasi fraksi n-heksana daun kesum adalah variasi konsentrasi yang

didapat dari fraksi n-heksana daun kesum dengan cara partisi menggunakan

pelarut n-heksana. Alat yang digunakan untuk mengukur adalah timbangan

analitik. Hasil dari pengukuran berupa variasi jumlah konsentrasi dalam (%) pada

setiap tabung. Skala yang digunakan adalah skala numerik.

Page 4: BAB III Revisi 1

31

E.3. Siprofloksasin 5 µg/disk

Siprofloksasin 5 µg/disk adalah antibiotik golongan kuinolon yang

menghambat sintesis asam nukleat dan digunakan sebagai kontrol positif pada

penelitian ini. Siprofloksasin dalam bentuk sediaan 5 µg/disk. Skala yang

digunakan adalah skala numerik.

E.4 Ukuran Zona Hambat

Ukuran zona hambat adalah nilai rata-rata diameter zona bening atau zona

pada medium Mueller Hinton Agar yang tidak ditumbuhi S.typhi yang terbentuk

setelah mendapat perlakuan fraksi daun kesum dan siprofloksasin. Alat yang

digunakan untuk mengukur adalah jangka sorong. Hasil dari pengukuran berupa

diameter zona hambat dalam satuan millimeter. Skala yang digunakan adalah

skala numerik.

F. INSTRUMEN PENELITIAN

F.1. Alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan analitik, pisau,

blender, lemari pendingin, ayakan no.40 mesh, sendok tanduk, bejana maserasi,

batang pengaduk kaca, oven, inkubator, vacuum rotary evaporator, pinset, mag-

netic stirrer, mikropipet, rak tabung, shaker, spektrofotometer, spuit 1 cc, gelas

beker, haemocytometer, Hot Plate , tabung reaksi, penangas air, gelas krusibel,

cawan penguap, corong kaca, desikator, Biological Safety Cabinet (BSC), laminar

air flow (LAF) cabinet, autoklaf, labu ukur 25 mL dan 10 mL , gelas ukur 10 mL,

50 mL, dan 100 mL, gunting , toples plastik besar, batang pengaduk, termometer,

erlenmeyer, penggaris, kamera, cawan petri, jarum ose, pembakar bunsen, pinset,

handscoon, masker, mikroskop, pipet tetes, kaca objek, kaca penutup, pinset,

sarung tangan dan masker.

F.2. Bahan Penelitian

Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah daun kesum (P.minus

Huds.), biakan murni S.typhi, akuades, alumunium foil, cakram kertas, kertas sar-

Page 5: BAB III Revisi 1

32

ing Whatman no.1, kertas sampul coklat, kain kasa, kapas, plastik tahan panas,

kertas tisu, kertas label, kertas karton, Mueller Hinton Agar, Salmonella-Shigella

Agar, media Triple Sugar Iron Agar (TSIA), maltose, sukrosa,metanol (teknis), n-

heksan (teknis), spiritus, pereaksi Mayer, kalium iodida (KI), magnesium (Mg),

asam klorida (HCL) pekat, besi (III) klorida (FeCl3) 5%, besi (III) klorida (FeCl3)

1%, pereaksi Molisch, asam asetat (CH3COOH) glasial, H2SO4 pekat, kloroform

(CH3Cl), magnesium sulfat, asam sitrat, kalium hydrogen fosfat, natrium ammo-

nium fosfat, alkohol, pelarut Dimethyl sulfoxide (DMSO) 10 %, media Nutrient

Agar (NA), media Nutrient Broth (NB), karbol kristal ungu, Lugol dan larutan

fukhsin.

G. JALANNYA PENELITIAN

G.1. Penyiapan Bahan Uji

G.1.a. Pengambilan Tanaman

Tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman kesum yang

diambil dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Barat, Kebun

Percobaan Sui. Kakap. Sampel diambil secara purposif yaitu tanpa

membandingkan dengan daerah lain. Pengambilan sampel tanaman dilakukan

pada saat proses fotosintesis berlangsung (pagi hari) maksimal yaitu ditandai

dengan saat-saat tanaman mulai berbunga atau buah mulai masak (Gunawan dan

Mulyani, 2004).

G.1.b. Determinasi Tanaman

Tanaman yang digunakan pada penelitian ini diidentifikasi di Laboratorium

Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Universitas

Tanjungpura.

G.1.c. Pengolahan Sampel

Pengolahan bahan dilakukan dengan memisahkan daun dari tangkai, batang,

dan akar lalu dibersihkan dari sisa-sisa tanah dan kotoran kemudian dicuci dengan

air yang bersih dan mengalir. Bagian tumbuhan yang diambil adalah daun. Daun

kesum yang diambil adalah daun tidak menguning, tidak rusak, tidak busuk dan

Page 6: BAB III Revisi 1

33

bebas hama. Daun kesum yang masih segar dan telah dipisahkan dari batang dan

akarnya, selanjutnya daun dicuci dengan air yang mengalir lalu dikeringkan tanpa

terkena sinar matahari langsung. Kemudian dilakukan pengecilan ukuran dengan

cara diremas-remas sehingga diperoleh simplisia kasar daun kesum. Simplisia

disimpan di dalam wadah yang kedap, di tempat yang kering dan bersih dan

dijauhkan dari sinar matahari secara langsung (Gunawan dan Mulyani, 2004).

G.1.d. Ekstraksi Daun Kesum

Simplisia daun kesum yang telah halus dimasukkan ke dalam bejana maserasi

dan dilakukan maserasi dengan menggunakan pelarut metanol teknis sampai

seluruh simplisia terendam dalam wadah yang tertutup baik dan terlindung dari

cahaya. Perendaman dilakukan selama 5 hari dengan beberapa kali pengulangan

dan sekali-kali diaduk dengan pergantian pelarut selama 24 jam. Ekstrak dari

hasil maserasi disaring kemudian filtratnya diuapkan dengan menggunakan alat

rotary evaporator sehingga di peroleh ekstrak (Wibowo, 2007). Ekstrak disimpan

dalam desikator silika gel agar terhindar dari kontaminasi jamur.

G.1.e. Fraksinasi Daun Kesum

Ekstrak metanol daun kesum diencerkan dengan metanol (10 kali bobot ek-

strak), diaduk terus hingga encer dan homogen, kemudian dimasukkan ke dalam

corong pisah, difraksinasi secara ekstraksi cair-cair dengan pelarut n-heksana. Ek-

straksi cair-cair dilakukan sebanyak 3 kali. Hasil ekstraksi cair-cair dikumpulkan

dan diuapkan pelarutnya menggunakan water bath hingga diperoleh fraksi n-hek-

sana .

G.2. Pemeriksaan Susut Pengeringan Ekstrak

Penetapan susut pengeringan adalah pengukuran sisa zat setelah pengeringan

pada temperatur 105oC selama 30 menit atau sampai berat konstan yaitu tidak ter-

jadi lagi perubahan bobot atau tidak terjadi lagi perubahan yang signifikan (tidak

lebih dari 5%). Ekstrak ditimbang sebanyak 1 sampai 2 gram dan dimasukkan ke

dalam botol timbang dangkal bertutup yang sebelumnya telah dipanaskan pada

suhu 1050C selama 30 menit dan telah ditara. Sebelum ditimbang ekstrak di-

ratakan dalam botol timbang, dengan menggoyangkan botol. Kemudian dima-

Page 7: BAB III Revisi 1

34

sukkan kedalam ruang pengering, buka tutupnya. Keringkan pada suhu 105oC

hingga bobot tetap. Sebelum setiap pengeringan, biarkan botol dalam keadaan ter-

tutup mendingin dalam desikator hingga suhu kamar (Departemen Kesehatan Re-

publik Indonesia, 2000).

Rumus penetapan susut pengeringan :

Susut pengeringan = (berat awal-berat akhir ekstrak) X 100%

Berat awal ekstrak

Jenis ekstrak ditentukan dengan melihat % susut pengeringan. Jika % susut

pengeringan berada dalam kisaran 0-5% berarti ekstrak kering, jika dalam kisaran

5-30% termasuk dalam ekstrak kental dan apabila berada dalam kisaran > 30%

termasuk dalam esktrak cair (Voigt, 1994 dalam Ansiah, 2013).

G.3. Skrining Fitokimia

Pemeriksaan skrining fitokimia dilakukan terhadap fraksi n-heksana daun

kesum untuk mengetahui kandungan metabolit sekundernya.

G.3.a. Pemeriksaan Alkaloid

Ekstrak sampel sebanyak 1 mL dimasukkan ke dalam tabung reaksi, lalu

ditambahkan 5 tetes kloroform dan beberapa tetes pereaksi Meyer. JIka terbentuk

endapan putih mengindikasikan adanya kandungan alkaloid dalam sampel uji

(Lailatul et al., 2010). Pemeriksaan alkaloid dilakukan triplo.

G.3.b. Pemeriksaan Fenol

Ekstrak sampel sebanyak 4 g ditambahkan beberapa tetes air panas, kemudian

ditambahkan beberapa tetes pereaksi FeCl3 1 %. Jika terbentuk perubahan warna

merah, hijau, atau ungu menunjukkan adanya kandungan fenol dalam sampel uji

(Atmoko dan Ma’ruf, 2009). Pemeriksaan fenol dilakukan triplo.

G.3.c. Pemeriksaan Flavonoid

Ekstrak sampel sebanyak 1 mL dimasukkan ke dalam tabung reaksi, lalu

ditambahkan dengan serbuk magnesium sebanyak satu gram dan larutan HCL

pekat. Perubahan warna larutan menjadi warna kuning menandakan adanya

Page 8: BAB III Revisi 1

35

kandungan sampel uji (Lailatul et al., 2010). Pemeriksaan flavonoid dilakukan

triplo.

G.3.d. Pemeriksaan Saponin

Ekstrak sampel sebanyak 2 mL dimasukkan ke dalam tabung rekasi, lalu

ditambahkan dengan air dan dikocok dengan kuat selama 10 menit. Jika terdapat

buih yang menetap menunjukkan adanya kandungan saponin dalam sampel uji

(Lailatul et al., 2010). Pemeriksaan saponin dilakukan triplo.

G.3.e. Pemeriksaan Tanin

Ekstrak sampel sebanyak 1 mL dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian

ditambahkan beberapa tetes larutan FeCl3 5 %. Jika terjadi perubahan warna

menjadi biru tua menunjukkan adanya kandungan tannin dalam sampel uji

(Lailatul et al., 2010). Pemeriksaan tanin dilakukan triplo.

G.3.f. Pemeriksaan Terpenoid dan Steroid

Ekstrak sampel sebanyak 1 mL ditambahkan dengan 1 mL CH3COOH glasial

dan 1 mL larutan H2SO4 pekat. Jika warna berubah menjadi biru atau ungu,

menunjukkan adanya kandungan kelompok senyawa steroid. Jika terjadi

perubahan warna menjadi merah, menunjukkan adanya kandungan kelompok

senyawa terpenoid (Lailatul et al., 2010). Pemeriksaan terpenoid dan steroid

dilakukan triplo.

G.4. Sterilisasi Alat dan Bahan

Sterilisasi alat dilakukan sebelum semua peralatan digunakan yaitu dengan

cara membungkus semua peralatan dengan menggunakan kertas coklat kemudian

dimasukkan ke dalam autoklaf pada suhu 121oC dengan tekanan 15 psi (per

square inchi) selama 20 menit. Alat yang tidak tahan panas tinggi disterilisasikan

dengan zat kimia berupa alkohol 70 %. Jarum ose disterilkan dengan cara

dipijarkan pada nyala api bunsen (Waluyo, 2007).

G.5. Pembuatan Media

Page 9: BAB III Revisi 1

36

G.5.a. Media Salmonella-Shigella Agar

Media Salmonella-Shigella Agar dibuat dengan cara sebanyak 57 g media

disuspensikan dalam 1 L akuades sambil dipanaskan dan dibiarkan mendidih

secara perlahan untuk melarutkan agar tersebut. Setelah larut, agar tersebut

didinginkan dalam suhu 50oC dan dituang ke dalam cawan petri (Bridson, 1995).

G.5.b. Media Triple Sugar Iron Agar (TSIA)

Media Triple Sugar Iron Agar (TSIA) dibuat dengan cara sebanyak 65 g

media disuspensikan dalam 1 L akuades sambil dipanaskan kemudian

disterilisasi dengan autoklaf pada suhu 121oC dengan tekanan psi (per square

inchi) selama 15 menit (Bridson, 1995).

G.5.c. Media Mueller Hinton Agar (MHA)

Media MHA dibuat dengan cara sebanyak 38 g media dilarutkan dengan 1 L

akuades sambil dipanaskan kemudian disterilisasi dengan autoklaf pada suhu

121oC dengan tekanan psi (per square inchi) selama 15 menit (Bridson, 1995).

G.5.d. Media Nutrient Agar (NA)

Media miring NA dibuat dengan melarutkan 2,3 g agar NA ke dalam 100 mL

akuades dan dipanaskan hingga larut sempurna. Media diukur pHnya sehingga

berada dalam kisaran 7, lalu dimasukkan ke dalam tabung reaksi sebanyak 4 mL

dan disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121oC, tekanan 1 atm selama 15 menit.

Tabung dimiringkan dan didiamkan hingga memadat setelah steril (Waluyo,

2007).

G.5.e. Media Nutrient Broth (NB)

Media Nutrient Broth dibuat dengan cara sebanyak 13 g media dilarutkan

dengan 1 L akuades sambil dicampur kemudian disterilisasi dengan autoklaf pada

suhu 121oC dengan tekanan psi (per square inchi) selama 15 menit (Bridson,

1995).

G.6. Identifikasi Bakteri Uji

Page 10: BAB III Revisi 1

37

G.6.a. Identifikasi Jenis Gram Bakteri Uji dengan Pewarnaan Gram

Bakteri uji yang sudah terfiksasi pada kaca objek ditetesi dengan karbol kristal

ungu selama 60 detik. Setelah itu dicuci dengan akuades. Selanjutnya ditetesi

dengan larutan lugol selama 60 detik. Setelah itu dicuci kembali dengan akuades.

Berikutnya larutan alkohol 96 % diteteskan di atas preparat tersebut sampai tidak

ada warna ungu lagi pada preparat. Setelah itu preparat dicuci kembali dengan

akuades sampai bersih. Langkah selanjutnya Preparat ditetesi dengan dan

dibiarkan selama 45 detik. Setelah itu preparat dicuci lagi dengan akuades,

dikeringkan dan diperiksa dibawah mikroskop. Bakteri Gram positif berwarna

ungu dan bakteri Gram negatif berwarna merah (Gandasoebrata, 2007).

G.6.b. Penanaman pada Medium Salmonella-Shigella Agar

Salmonella-Shigella Agar dibagi 4 kuadran. Selanjutnya bakteri diambil

dengan menggunakan jarum ose dan dilakukan streaking pada agar tersebut

secara berurutan pada tiap kuadran searah jarum jam, tahap berikutnya agar

tersebut diinkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam. Hasil uji positif Salmonella

apabila terbentuk koloni berwarna jernih, kecil, berkeping, dan berbentuk bulat.

Pada beberapa bagian koloni nampak bulatan hitam di tengah koloni yaitu Sulfida

(H2S) yang menjadi ciri khas spesies Salmonella yang menghasilkan sulfur

dibedakan dari spesies Shigella (Lalitha, 2001).

G.6.c. Uji Biokimia dan Uji Gula-Gula

Uji biokimia dilakukan dengan cara bakteri diambil menggunakan jarum ose,

lalu selanjutnya dengan teknik tusukan, jarum ose dimasukkan ke dalam tabung

yang berisi media TSIA. Tahap berikutnya tabung diinkubasi pada suhu 370C

selama 24 jam. Hasil positif untuk bakteri S.typhi jika lereng alkalis, dasar asam,

H2S (+) dan Gas (-). Uji gula-gula dilakukan untuk melihat kemampuan

fermentasi bakteri dalam menentukan kebenaran spesies dengan menggunakan 2

indikator yaitu maltosa dan sukrosa. Uji gula-gula dilakukan dengan cara bakteri

diambil dengan menggunakan jarum ose, selanjutnya jarum ose yang berisi

bakteri dimasukkan ke dalam tabung berisi maltosa dan tabung berisi sukrosa

yang didalamnya telah diisi dengan tabung durham. Jarum ose diaduk didalam

Page 11: BAB III Revisi 1

38

tabung untuk menyatukan bakteri dengan media. Tahap selanjutnya tabung

diinkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam. Adanya fermentasi ditandai dengan

terjadinya perubahan warna media sebelum dan sesudah inkubasi serta dilihat pula

ada tidaknya gelembung pada tabung durham. Hasil positif untuk bakteri S.typhi

yaitu terjadi fermentasi maltosa dan tidak terjadi fermentasi sukrosa (Vandepitte,

2011).

G.7. Persiapan Bakteri Uji

G.7.1. Peremajaan kultur murni bakteri

Kultur murni bakteri S.typhi diinokulasikan sebanyak satu ose pada medium

agar miring NA dalam tabung reaksi dengan cara digoreskan secara aseptik,

kemudian diinkubasikan selama 24 jam pada suhu 37 oC (Irianto, 2006).

G.7.2. Prekultur atau Pembuatan Suspensi Bakteri

Prekultur dibuat dengan cara menginokulasikan 3 ose kultur bakteri dari agar

miring NA ke dalam 100 mL media cair NB yang sudah disterilisasi, selanjutkan

ditempatkan di shaker dengan kecepatan 150 rpm pada suhu 28oC. Pertumbuhan

bakteri dipantau dengan cara mengukur kekeruhan dengan menggunakan

spektrofotometer pada panjang gelombang 500-600 nm hingga diperoleh nilai

OD sebesar ≥ 0,6 generasi/jam (Khotimah, 2003).

G.7.3. Kontrol Negatif

Kontrol negatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah pelarut DMSO

10%.

G.7.4. Kontrol Positif

Kontrol positif yang digunakan dalam penelitian ini adalah siprofloksasin 5

µg/disk.

G.7.5. Pembuatan Larutan Sampel

Fraksi n-heksana daun kesum (P.minus Huds.) dibuat dalam konsentrasi 1%,

2%, 4%, 6%, 8%, 10% dan 12% b/v (g/100mL). Konsentrasi tersebut dibuat

dengan cara menimbang fraksi masing-masing 10 mg, 20 mg, 40 mg, 60 mg, 80

Page 12: BAB III Revisi 1

39

mg, 100 mg, dan 120 mg dengan timbangan analitik, kemudian masing-masing

dilarutkan dengan pelarut DMSO 10% hingga volumenya 1 mL.

G.8. Pengujian Antibakteri

Pengujian daya hambat fraksi n-heksana daun kesum (P.minus Huds.) terhadap

pertumbuhan bakteri S.typhi dilakukan dengan metode difusi menggunakan kertas

saring berdiameter 6 mm. Medium MHA yang telah dipanaskan kemudian

didinginkan sampai suhu ± 40oC, lalu dituang sebanyak 15 mL ke dalam cawan

petri yang telah ditambahkan 0,1 mL kultur bakteri uji berumur 24 jam. Cawan

petri ditutup dan digerakkan agar homogen dan ditunggu hingga media membeku

(Madigan dkk, 1997). Kertas saring yang direndam dalam larutan sampel fraksi n-

heksana daun kesum (P.minus Huds.) dan kontrol negatif DMSO 10% selama 15

menit ditempatkan pada permukaan media yang telah memadat. Kontrol positif

digunakan siprofloksasin dalam bentuk disk dengan dosis 5 µg/disk. Jarak kertas

saring antara 1 dengan yang lainnya sebesar 3 cm dan dari tepi media sebesar 2

cm.

Keterangan : A = Kertas saring ; B = Cawan petri

Gambar 13. Skema peletakan kertas saring pada media uji (Waluyo, 2007)

Media yang telah berisi bakteri uji kemudian diinkubasikan pada suhu 37oC

(Simarmata dkk, 2007). Biakan bakteri dalam media MHA tersebut diamati ada

atau tidak zona hambat yang terbentuk kemudian diameter zona hambat diukur

untuk mengetahui aktivitas dan sifat antibakteri fraksi n-heksana daun kesum

(P.minus Huds.). Diameter zona hambat pada waktu 2 kali 24 jam dikategorikan

tingkat responnya berdasarkan tabel klasifikasi menurut Davis dan Stout (1971).

Page 13: BAB III Revisi 1

40

Tabel 3. Klasifikasi Respon Hambatan Pertumbuhan Bakteri

Diameter Zona Hambat Respon Hambatan

≥ 20 mm Sangat Kuat

11-19 mm Kuat

5-10 mm Sedang

>5 mm Lemah

(Davis dan Stout, 1971 dalam Afriani, 2010)

H. ANALISIS DATA

Data hasil penelitian yang normal dan homogen (setelah diuji dengan uji

Kolmogorov-Smirnov dan uji Leuveune’s) dilanjutkan dengan analisis varian satu

arah (One Way ANOVA) untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh yang signifikan

pemberian fraksi n-heksana daun kesum terhadap S.typhi. Jika terdapat perbedaan

secara bermakna, maka dilanjutkan dengan analisis Post-Hoc Least Significant

Difference (LSD) untuk mengetahui perbedaan secara signifikan dari data satu

kelompok perlakuan fraksi n-heksana daun kesum dengan kelompok lainnya.

Page 14: BAB III Revisi 1

41

I. DIAGRAM ALUR PENELITIAN

Sampel Daun Kesum

Determinasi Tanaman Pembuatan Simplisia Daun Kesum

Ekstraksi Daun Kesum dengan Pelarut Metanol

Ekstrak Metanol Ampas

Fraksi n-Heksana Residu

Fraksinasi Daun Kesum dengan Pelarut n-heksana

Uji Aktivitas Antibakteri S.typhi dengan Metode Disc Diffusion Kirby-Bauer

Skrining FitokimiaVariasi Konsentrasi Fraksi n-Heksana

Aktivitas Antibakteri Fraksi n-heksana daun kesum terhadap S.typhi

Identifikasi Bakteri Uji

Kontrol Positif

Pembuatan Media

Kontrol Negatif

Gambar 12. Alur Penelitian

Analisis Data Menggunakan SPSS