bab iii hasil pelaksanaan pkl (revisi).docx

31
1 BAB III HASIL PELAKSANAAN PKL 3.1 Unit Kerja Praktik Kerja Lapangan 3.2 Uraian Praktik Kerja Lapangan Kegiatan yang telah dilakukan selama 38 hari kerja dalam praktik kerja lapangan (PKL) di PT. Rekayasa Industri adalah sebagai berikut: Pada minggu ke-1 PKL dilaksanakan di PT. Rekayasa Industri (REKIND) yang beralamat di Jl. Kalibata Timur No. 36 Kalibata, Jakarta Selatan. Kegiatan PKL dimulai dengan pengenalan Pembimbing lapangan, adaptasi lingkungan kerja dan pengenalan mengenai PT. Rekayasa Industri yang sedang mengerjakan proyek Exxon Mobil Cepu Ltd. Banyu Urip Project – EPC 5 di Cepu, Jawa Timur. Pada proses pengenalan dibahas mengenai divisi-divisi apa saja yang ada di Proyek dan gambaran umum mengenai pekerjaan yang sedang berjalan di lapangan. Pada minggu ke-2 PKL, kegiatan yang dilakukan adalah pembekalan materi mengenai pekerjaan- pekerjaan yang akan dilakukan di lapangan sebagai

Upload: jypvnf

Post on 10-Dec-2015

101 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III HASIL PELAKSANAAN PKL (Revisi).docx

1

BAB III

HASIL PELAKSANAAN PKL

3.1 Unit Kerja Praktik Kerja Lapangan

3.2 Uraian Praktik Kerja Lapangan

Kegiatan yang telah dilakukan selama 38 hari kerja dalam praktik kerja

lapangan (PKL) di PT. Rekayasa Industri adalah sebagai berikut:

Pada minggu ke-1 PKL dilaksanakan di PT. Rekayasa Industri (REKIND)

yang beralamat di Jl. Kalibata Timur No. 36 Kalibata, Jakarta Selatan.

Kegiatan PKL dimulai dengan pengenalan Pembimbing lapangan, adaptasi

lingkungan kerja dan pengenalan mengenai PT. Rekayasa Industri yang

sedang mengerjakan proyek Exxon Mobil Cepu Ltd. Banyu Urip Project –

EPC 5 di Cepu, Jawa Timur. Pada proses pengenalan dibahas mengenai

divisi-divisi apa saja yang ada di Proyek dan gambaran umum mengenai

pekerjaan yang sedang berjalan di lapangan.

Pada minggu ke-2 PKL, kegiatan yang dilakukan adalah pembekalan

materi mengenai pekerjaan-pekerjaan yang akan dilakukan di lapangan

sebagai pedoman sebelum diberangkatkan ke lokasi proyek di Cepu, Jawa

Timur.

Pada minggu ke-3 kegiatan PKL dilaksanakan di Cepu, Jawa Timur.

Proses pertama yang harus dilewati adalah proses Medical Check Up

(MCU) untuk memenuhi syarat kesehatan sebelum memasuki area proyek.

Setelah itu mengikuti proses Training Health, Safety, Environmen (HSE)

atau Keselamatan Kesehatan Kerja (K3), mengikuti Training pengenalan

materi yang akan dikerjakan pada proyek EPC 5, dan setelah melewati

beberapa tahap tersebut maka ID Badge akan diberikan sebagai tanda

Page 2: BAB III HASIL PELAKSANAAN PKL (Revisi).docx

2

pengenal yang wajib dikenakan selama melakukan proses kegiatan di

lapangan.

Pada minggu ke-4 dan ke-5 PKL, kegiatan yang dilakukan adalah

melakukan pemasangan outlet mounth floor dan mounth wall pada setiap

ruangan yang kemudian dihubungkan ke ruang server untuk melakukan

pertukaran informasi berupa data dan voice. Setelah itu dilanjutkan dengan

melakukan proses pengetesan connectivity B-LAN system di ruang server.

Pada minggu ke-6 PKL, kegiatan yang dilakukan adalah melanjutkan

proses pengetesan connectivity B-LAN system di ruang server dan

melakukan perbaikan pada outlet yang bermasalah.

Pada minggu ke-7 PKL, kegiatan yang dilakukan adalah melanjutkan

perbaikan pada tiap-tiap outlet yang bermasalah yang kemudian

dilanjutkan kembali dengan pengetesan ulang connectivity B-LAN system

di ruang server dan mempersiapkan materi untuk dipresentasikan di depan

pembimbing lapangan.

3.3 Pembahasan Hasil Praktik Kerja Lapangan

3.3.1 Melakukan Proses Pemasangan Outlet Mounth Floor pada Masing

masing Ruangan yang Tersebar di Dalam Satu Gedung

Gambar 3.1 adalah diagram alir proses pemasangan outlet mounth floor pada

masing-masing ruangan yang tersebar di dalam satu gedung,

Page 3: BAB III HASIL PELAKSANAAN PKL (Revisi).docx

3

Gambar 3.1. Diagram alir dari Proses pemasangan outlet mounth floor.

MULAI

Mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan

Mengupas Kabel UTP

Memasukan outlet ke dalam

inbow yang sudah terpasang di

dalam lantai (floor).

Memberikan label pada

masing-masing kabel UTP

Memasukan modular ke

dalam outlet

Memasukan masing-masing

core kabel UTP pada modular

Mengencangkan core yang

sudah terpasang pada modular

SELESAI

Page 4: BAB III HASIL PELAKSANAAN PKL (Revisi).docx

4

Langkah-langkah dalam melakukan pemasangan tersebut adalah :

1. Mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan.

Langkah pertama yang dilakukan sebelum melakukan pemasangan

outlet mounth floor adalah dengan mempersiapkan peralatan yang akan

digunakan untuk proses pemasangan/terminasi, dimana peralatan yang akan

digunakan yaitu:

a. Kabel UTP

Gambar 3.2. Kabel UTP.

Gambar 3.3. Kabel type Straight.

b. Modular

.Gambar 3.4. Modular.

Page 5: BAB III HASIL PELAKSANAAN PKL (Revisi).docx

5

c. Outlet

Gambar 3.5. Outlet.

d. Label Printing

Gambar 3.6. Label Printing.

e. Stripper

Gambar 3.7. Stripper.

f. Obeng

Gambar 3.8. Obeng.

Page 6: BAB III HASIL PELAKSANAAN PKL (Revisi).docx

6

g. Tang Potong

Gambar 3.9. Tang Potong.

h. Cutter

Gambar 3.10. Cutter

2. Mengupas Kabel UTP.

Pada proses ini kabel UTP dikupas dengan menggunakan Striper.

3. Memasukan masing-masing core kabel UTP pada modular.

Ini merupakan proses dimana masing-masing core Kabel UTP tipe

straight dimasukan ke dalam modular sesuai dengan aturan dari urutan

kabel UTP tipe straight itu sendiri.

Gambar 3.11. Proses memasukan core kabel UTP pada modular.

4. Mengencangkan core yang sudah terpasang pada modular.

Proses ini dilakukan dengan cara memutar bagian kunci yang ada pada

modular, dimana bagian tersebut berfungsi untuk mengunci core yang

sudah dipasang pada modular agar tetap berada pada jalurnya.

5. Memasukan modular ke dalam outlet.

Proses ini merupakan proses dimana modular yang sudah terpasang

atau diterminasi dimasukan ke dalam outlet secara berurutan.

Page 7: BAB III HASIL PELAKSANAAN PKL (Revisi).docx

7

Gambar 3.12. Proses memasukan modular ke dalam outlet.

6. Memberikan label pada masing-masing kabel UTP.

Proses ini dilakukan agar kabel UTP tidak tertukar satu sama lain

sehingga menjadi penanda yang memudahkan proses pengecekan

connectivity B-LAN system pada cabinet yang berada di ruang server.

7. Memasukan outlet ke dalam inbow yang sudah terpasang di dalam lantai

(floor).

Page 8: BAB III HASIL PELAKSANAAN PKL (Revisi).docx

8

3.3.2 Melakukan Proses Pemasangan Outlet Mouth Wall pada Masing-

masing Ruangan yang Tersebar di Dalam Satu Gedung

Gambar 3.13 adalah diagram alir proses pemasangan outlet mounth wall pada

masing-masing ruangan yang tersebar di dalam satu gedung.

Gambar 3.13.Diagram alir proses pemasangan outlet mounth wall.

MULAI

Mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan

Mengupas Kabel UTP

Memasukan outlet ke dalam

inbow yang sudah tertanam

dalam dinding (wall)

Memberikan label pada

masing-masing kabel UTP

Memasukan modular ke

dalam outlet

Memasukan masing-masing core

kabel UTP pada modular

Mengencangkan atau mengunci core

yang sudah terpasang pada modular

menggunakan pushdown tool.

SELESAI

Page 9: BAB III HASIL PELAKSANAAN PKL (Revisi).docx

9

Langkah-langkah dalam melakukan pemasangan tersebut adalah :

1. Mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan.

Langkah pertama yang dilakukan sebelum melakukan pemasangan

outlet mounth wall adalah dengan mempersiapkan peralatan yang akan

digunakan untuk proses pemasangan/terminasi, dimana peralatan yang akan

digunakan yaitu:

a. Kabel UTP

Gambar 3.14. Kabel UTP.

Gambar 3.15. Kabel UTP Tipe Straight.

b. Modular

Gambar 3.16. Modular.

Page 10: BAB III HASIL PELAKSANAAN PKL (Revisi).docx

10

c. Outlet

Gambar 3.17. Outlet.

d. Label Printing

Gambar 3.18. Label Printing.

e. Stripper

Gambar 3.19. Stripper.

Page 11: BAB III HASIL PELAKSANAAN PKL (Revisi).docx

11

f. Pushdown Tool

Gambar 3.20. Pushdown tool.

g. Obeng

Gambar 3.21. Obeng.

h. Tang Potong

Gambar 3.22. Tang Potong.

i. Cutter

Gambar 3.23. Cutter.

Page 12: BAB III HASIL PELAKSANAAN PKL (Revisi).docx

12

2. Mengupas Kabel UTP.

Pada proses ini kabel UTP dikupas dengan menggunakan Striper.

3. Memasukan masing-masing core kabel UTP pada modular.

Ini merupakan proses dimana masing-masing core Kabel UTP type

straight dimasukan ke dalam modular sesuai dengan aturan dari urutan

kabel UTP type straight itu sendiri.

Gambar 3.24. Proses memasukan core kabel UTP pada modular.

4. Mengencangkan atau mengunci core yang sudah terpasang pada modular

menggunakan pushdown tool.

Proses ini dilakukan dengan cara menempatkan pushdown tool di

celah-celah antar core yang telah dihubungkan ke dalam modular lalu

menekannya, dimana secara otomatis pushdown akan mengunci core

yang sudah terpasang di dalam modular tersebut dan memotong

panjang core yang tersisa agar core yang terpasang ke dalam modular

terlihat rapih.

5. Memasukan modular ke dalam outlet.

Proses ini merupakan proses dimana modular yang sudah terpasang

atau diterminasi dimasukan ke dalam outlet secara berurutan.

6. Memberikan label pada masing-masing kabel UTP.

Proses ini dilakukan agar kabel UTP tidak tertukar satu sama lain

sehingga menjadi penanda yang memudahkan proses pengecekan

connectivity B-LAN system pada cabinet yang berada di ruang server.

7. Memasukan outlet ke dalam inbow yang sudah tertanam pada dinding

(wall).

Page 13: BAB III HASIL PELAKSANAAN PKL (Revisi).docx

13

3.3.3 Pengetesan Connectivity B-LAN System

Proses pengetesan Connectivity B-LAN System ini dilakukan dalam

beberapa tahapan, yaitu:

1. Mempelajari distribusi alur pemasangan dari B-LAN itu sendiri, dimana

distribusi alur pemasangan B-LAN dapat dilihat dari diagram alur dibawah

ini.

Gambar 3.25. Distribusi alur pemasangan dari B-LAN

Dari diagram alur diatas terlihat urutan pendistribusian jaringan B-

LAN mulai dari urutan terendah yaitu outlet-outlet yang berada di dalam

ruangan sampai dengan tingkat dimana jaringan B-LAN itu sendiri dapat

berfungsi sebagaimana mestinya, yaitu dapat menghubungkan komputer-

komputer atau perangkat lain agar dapat dipakai bersama untuk saling

bertukar informasi.

Switch Cisco

Core Switch

Internet

Fiber Optic Patch Panel

Outlet

Patch Panel 24 Port

Page 14: BAB III HASIL PELAKSANAAN PKL (Revisi).docx

14

Proses pendistribusian dimulai dari outlet-outlet yang berada di

setiap ruangan, dimana masing-masing outlet terhubung dengan patch

panel 24 port pada cabinet yang berada di ruang server menggunakan

kabel UTP CAT 6. Type kabel CAT 6 sendiri dipilih karena kabel ini

memiliki kecepatan transmisi data yang tinggi. Selanjutnya patch panel

yang terdapat pada cabinet dihubungkan dengan switch sisco type 3560

yang juga berada di dalam cabinet yang sama dengan menggunakan kabel

UTP CAT 6. Patch panel yang terhubung dengan switch dapat dilihat pada

gambar 3.26.

Gambar 3.26. Gambar interkoneksi outlet ke patch panel dan switch dari

B-LAN sistem.

Gambar 3.26 merupakan gambar yang memperlihatkan hubungan

atau interkoneksi dari outlet yang tersebar di beberapa ruangan dengan

patch panel dan switch dari B-LAN sistem yang berada di ruangan server.

Dari gambar tersebut dapat dijabarkan bahwa swith memiliki 48 port

dimana setiap switch dapat dihubungkan dengan 2 buah patch panel yang

masing-masing memiliki 24 port dengan menggunakan kabel UTP CAT 6.

Patch panel yang memiliki 24 port sendiri dibagi kembali menjadi 4

bagian yang berarti setiap satu patch panel hanya dapat digunakan untuk

mengoneksikan 6 buah outlet. Hal tersebut dikarenakan satu outlet terdiri

dari 4 port.

Page 15: BAB III HASIL PELAKSANAAN PKL (Revisi).docx

15

Dari gambar tersebut juga terlihat bahwa masing-masing outlet

diberikan label atau nama sebagai penanda untuk mengetahui keberadaan

outlet-outlet yang tersebar di dalam satu gedung dengan tujuan

mempermudah proses pengetesan agar outlet satu tidak tertukar dengan

outlet lainnya. Begitupun dengan switch, setiap port yang menghubungkan

switch dengan patch panel juga diberikan label sebagai penanda. Sebagai

contoh, dari gambar terlihat label “LDO886002-01X”. 01X sendiri

merupakan label yang diberikan untuk outlet satu yang kemudian masing-

masing port pada outlet tersebut dihubungkan dengan port-port yang ada

pada patch panel. Dari gambar terlihat bahwa port 1 dari outlet

dihubungkan dengan port 1 pada patch panel kemudian dibuhungkan

kembali dengan port 1 pada switch, port 2 dari outlet dihubungkan dengan

port 2 pada patch panel kemudian dihubungkan kembali dengan port 2

pada switch, begitupu seterusnya.

Switch yang telah dihubungkan dengan patch panel 24 port

tersebut akan menghasilkan keluaran 4 kabel core (2 main – 2 standby)

yang kemudian dihubungkan dengan FOPP (Fiber Optik Patch Panel)

menggunakan patch core yang berkonektor LC-LC, dimana FOPP

merupakan terminal untuk kabel Fiber Optik yang berasal atau ditarik dari

beberapa Gedung yang menggunakan fasilitas B-LAN.

2. Melakukan Pengetesan Pada Setiap Port

Setelah mengetahui distribusi alur pemasangan dari B-LAN dan

mengetahui data-data mengenai hubungan antara port yang ada pada patch

panel dengan port yang ada pada outlet, maka langkah selanjutnya adalah

melakukan proses pengetesan connectivity B-LAN system dengan

menggunakan alat kabel tester (cable analyzer) DSX 5000. Langkah

pertama yang dilakukan dalam proses pengetesan yaitu memasukan salah

satu ujung konektor dari cable analyzer ke port pada patch panel yang

berada di dalam cabinet di ruang server, dan memaskan konektor yang lain

ke port pada outlet yang terdapat di tiap-tiap ruangan sampai terlihat pada

Page 16: BAB III HASIL PELAKSANAAN PKL (Revisi).docx

16

cable analyzer bahwa port yang dihubungkan antar konektor satu dengan

yang lainnya benar-benar terdeteksi telah terhubung. Apabila port pada

patch panel dan port pada outlet telah terhubung maka akan tampil

notifikasi yang berada pada bagian kiri atas layar alat tester seperti yang

terlihat pada gambar 3.27 berikut.

Gambar. 3.27. Tampilan saat kedua port yang sedang di test sudah

terhubung.

Setelah kedua port saling terhubung maka langkah selanjutnya

adalah menekan tombol test pada alat terster tersebut seperti yang terlihat

pada gambar 3.28 dibawah ini.

Gambar. 3.28. Tampilan pada layar tester UTP

Setelah melakukan proses pengetesan connectivity B-LAN system maka

akan terdapat 3 kemungkinan hasil yang di dapat baik itu berupa PASS,

PASS*, maupun FAIL.

Page 17: BAB III HASIL PELAKSANAAN PKL (Revisi).docx

17

Gambar 3.29 merupakan data contoh hasil pengetesan connectivity

B-LAN system dengan hasil PASS, dimana PASS memiliki arti bahwa

connectivity dari B-LAN tersebut baik atau tidak terjadi kesalahan dimana

setiap port yang menghubungkan outlet dengan patch panel sudah dapat

digunakan.

Page 18: BAB III HASIL PELAKSANAAN PKL (Revisi).docx

18

Gambar 3.29. Data pengetesan yang

menunjukan hasil PASS

Page 19: BAB III HASIL PELAKSANAAN PKL (Revisi).docx

19

Gambar 3.30 merupakan data contoh hasil pengetesan connectivity

B-LAN system dengan hasil PASS*, dimana PASS* memiliki arti bahwa

connectivity dari B-LAN tersebut sudah terbilang baik namun masih

terdapat sedikit kesahalan sehingga harus dilakukan perbaikan sebelum

port yang menghubungkan outlet dengan patch panel dapat digunakan.

Faktor yang biasanya menyebabkan pengetesan menghasilkan PASS*

adalah faktor dari pemasangan kebel UTP dengan modular yang kendor

sehingga harus dilakukan perbaikan dengan mengencangkan kabel UTP

yang dihubungkan dengan modular tersebut.

Page 20: BAB III HASIL PELAKSANAAN PKL (Revisi).docx

20

Gambar 3.30. Data pengetesan yang menunjukan hasil PASS*

Gambar 3.31 merupakan data contoh hasil pengetesan connectivity

B-LAN system dengan hasil FAIL, dimana FAIL memiliki arti bahwa

connectivity dari B-LAN tersebut gagal sehingga harus dilakukan

perbaikan pada port-port yang bermasalah. Dari hasil Praktek Kerja

Lapangan, maka dapat diidentifikasi bahwa rata-rata faktor yang

menyebabkan pengetesan menghasilkan FAIL adalah faktor dari kabel

UTP yang putus ditengah dan faktor dari ketidaksesuaian jalur

pemasangan core kabel UTP dengan modular sehingga terjadi cross atau

persilangan core kabel UTP.

Page 21: BAB III HASIL PELAKSANAAN PKL (Revisi).docx

21

Gambar 3.31. Data pengetesan yang menunjukan hasil FAIL

3.4 Identifikasi Kendala yanlg Dihadapi

Selama 38 hari kerja melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di PT.

Rekayasa Industri, banyak keterampilan dan pengalaman yang diperoleh dan juga

kendala-kendala yang dihadapi. Keterampilan dan Pengalaman yang diperoleh

antara lain :

1. Mengenal dan mengetahui secara langsung mengenai PT. Rekayasa

Industri EPC 5 yang bergerak pada pembangunan fasilitas infrastruktur.

2. Dapat melakukan proses terminasi dan melakukan pengetesan connectivity

B-LAN system dengan menggunakan Cable Analyzer DSX 5000 (tester

UTP).

3. Dapat membaca hasil pengukuran tes connectivity B-LAN system pada

Cable Analyzer DSX 5000 (tester UTP).

3.4.1 Kendala Pelaksanaan Tugas

Adapun kendala-kendala yang dihadapi selama Praktek Kerja Lapangan (PKL)

antara lain :

1. Keterbatasan APD (Alat Perlindungan Diri) yang diberikan sehingga APD

gunakan secara bergantian dengan rekan PKL yang lain karena pekerja

tidak diperbolehkan masuk ke lokasi proyek.

2. Sempat terjadi kericuhan di lokasi proyek yang menyebabkan berhentinya

seluruh kegiatan proyek selama 2 hari sehingga menjadi kendala dalam

pelaksanaan PKL.

Page 22: BAB III HASIL PELAKSANAAN PKL (Revisi).docx

22

3. Tidak diperbolehkan untuk mengkonfigurasi B-LAN sistem yang ada di

lokasi, karena proses konfigurasi hanya boleh dilakukan oleh pihak dari

Exxon Mobil.

4. Sulitnya mencari waktu untuk melakukan bimbingan dengan pembimbing

lapangan karena keterbatasan waktu yang dimiliki pembimbing lapangan

tersebut.

3.4.2 Cara Menghadapi Kendala

Cara menghadapi kendala yang dihadapi adalah sebagai berikut :

1. Menggunakan APD secara bergantian dengan rekan PKL sebelum APD

dilengkapi oleh pihak HSE di proyek.

2. Mengikuti prosedur yang ada dengan berkumpul di “Titik Kumpul” atau

area aman agar mempermudah proses evakuasi.

3. Bertanya Kepada Karyawan-karyawan, Rekanan serta Pembimbing di PT.

Rekayasa Industri.

4. Melakukan diskusi dengan Pembimbing Lapangan mengenai data – data

apa saja yang dapat diperlihatkan di dalam Laporan Praktik Kerja

Lapangan memberikan hasil yang baik.