bab iii - 1. pemerintahan desa-revisi

150
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005 STPMD “APMD” Yogyakarta BAB III ANALISIS 25 DESA DI KABUPATEN KULON PROGO 1. PEMERINTAHAN DESA A. PENGANTAR Pada dasarnya struktur kelembagaan yang berlaku pada desa-desa di Kabupaten Kulon Progo menggunakan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999. Dengan demikian desa yang diatur dalam undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tersebut diatas merupakan perubahan dari desa yang diatur secara seragam dalam Undang- Undang Nomor 5 Tahun 1979, menjadi desa yang memiliki landasan yang kuat dalam membangun masyarakatnya. Disamping itu, desa tidak lagi sebagai bawahan Kecamatan akan tetapi justru sebaliknya desa merupakan “independent Community” yaitu desa dan masyarakatnya berhak berbicara atas kepentingan masyarakatnya sendiri. Struktur yang berlaku menurut Undang- undang Nomor 22 Tahun 1999 seperti pada skema dibawah ini. 58 Sekretariat KEPALA DESA Carik Desa BPD

Upload: putri-setiawati-anggraeni

Post on 27-Jan-2016

30 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

free

TRANSCRIPT

Page 1: Bab III - 1. Pemerintahan Desa-revisi

Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta

BAB III

ANALISIS 25 DESA DI KABUPATEN KULON PROGO

1. PEMERINTAHAN DESA

A. PENGANTAR

Pada dasarnya struktur kelembagaan yang berlaku pada desa-

desa di Kabupaten Kulon Progo menggunakan Undang-undang Nomor

22 Tahun 1999. Dengan demikian desa yang diatur dalam undang-

Undang Nomor 22 tahun 1999 tersebut diatas merupakan perubahan

dari desa yang diatur secara seragam dalam Undang-Undang Nomor

5 Tahun 1979, menjadi desa yang memiliki landasan yang kuat dalam

membangun masyarakatnya. Disamping itu, desa tidak lagi sebagai

bawahan Kecamatan akan tetapi justru sebaliknya desa merupakan

“independent Community” yaitu desa dan masyarakatnya berhak

berbicara atas kepentingan masyarakatnya sendiri. Struktur yang

berlaku menurut Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 seperti pada

skema dibawah ini.

58

Sekretariat BPD

KEPALA DESA

Carik Desa

BagianPemerintahan

BagianPembangunan

BagianKemasyarakatan

BagianKeuanga

Bagian Umum

BPD

Page 2: Bab III - 1. Pemerintahan Desa-revisi

Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta

Keterangan:

__________ : Garis Komando

------------------- : Garis Koordinasi

Berdasarkan skema di atas menunjukan adanya pembagian

kekuasaan kepala desa. Berdasarkan UU No.22 Tahun 1999 Lembaga

Musyawarah Desa (LMD) yang juga diketuai oleh kepala desa diganti

dengan Badan Perwakilan Desa dan dipilih langsung oleh masyarakat.

Kepala Desa tidak lagi sebagai penguasa utama dalam struktur

pemerintahan desa. Kinerja kepala desa dikontrol oleh BPD. Kepala

desa bertanggungjawab kepada BPD melalui laporan

pertanggungjawaban. Kebanyakan BPD Di Kabupaten Kulon Progo

terbentuk pada tahun 2001. Pembentukan BPD di Desa Kulon Progo

berdasarkan pada Peraturan Daerah. Adapun tujuan BPD berdasarkan

perda tersebut sebagai wahana untuk melaksanakan demokrasi

berdasarkan Pancasila. Jumlah anggota BPD di desa Kulon Progo

sangat variatif tergantung jumlah penduduk. Ada satu desa yang

hanya memiliki 7 anggota dalam arti pola minimal, namun ada yang

memiliki sejumlah 15 orang bahkan 17.

Sistem pemilihan anggota BPD di Desa Kulon Progo,

kebanyakan memakai sistem distrik, dimana tiap distrik terdiri dari

beberapa dusun. Namun ada sebagian desa yang memakai juga sistem

pemilihan dengan mengedepankan unsur perwakilan calon dusun.

Masing-masing dusun mengirimkan calonnya, baru diadakan

pemilihan di tingkat desa.

BPD dalam menjalankan fungsinya melakukan penyerapan

aspirasi melalui forum perwakilan tiap Pedukuhan ataupun melalui

tokoh-tokoh masyarakat dan agama. Dalam melakukan proses

penyerapan aspirasi ini berdasarkan penelitian yang dilakukan ada

BPD yang ikut mendorong terbentuknya kelurahan yaitu di Desa

59

DUKUH

Page 3: Bab III - 1. Pemerintahan Desa-revisi

Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta

Margosari, dalam arti BPD mendesakkan usulan agar status Desa

Margosari berubah menjadi kelurahan. Hal ini menurut keterangan

Ketua BPD ada tiga hal yang mendasari mengapa BPD mengajukan

usulan untuk perubahan status ini. Pertama secara geografis letak

Desa Margosari berdekatan dengan wilayah perkotaan. Hal ini juga

didukung adanya pembangunan fasilitas-fasilitas perkantoran milik

pemerintah daerah; Kedua tanah bengkok sulit diharapkan menjadi

bertambah. Hal ini terkait dengan tingkat kesejahteraan perangkat

desa yang minim dan ini, akan berpengaruh pada mekanisme kerja

aparat. Disamping itu, juga dipengaruhi potensi desa yang sulit

berkembang; dan ketiga, karena kondisi internal terkait dengan

kinerja pamong dalam rangka peningkatan pelayanan pada

masyarakat desa. Karena selama ini, masyarakat menilai sebuah

pelayanan hanya sebatas ketika berurusan dengan pemerintah saja.

Artinya kondisi pelayanan semacam ini, hanya sebatas pelayanan

berdasarkan kuantitas tetapi belum mengarah ke kualitas pelayanan.

Sedangkan dalam proses legislasinya BPD menjalankan

fungsinya membuat perdes dengan kepala desa. Dalam melakukan

fungsi pengawasannya BPD di daerah Kulon Progo hampir sebagian

besar telah menjalankan fungsinya misalnya ditemukannya hal yang

berkaitan dengan lemahnya kinerja pemerintahan desa, bahkan tidak

jarang dalam melakukan pengawasannya ada BPD yang melaporakan

kinerja Kepala Desa ke Badan Pengawasan Daerah untuk diadakan

pembinaan. Sedangkan secara administratif bahkan ada BPD yang

pernah melakukan teguran kepada kepala desa. Disamping itu, juga

masalah belum banyaknya desa yang memiliki monografi desa yang

lengkap dan perencanaan belum sesuai dengan yang diharapkan.

Evaluasi terhadap pemerintah desa dilakukan tiap tahun yang dihadiri

oleh Tokoh Masyarakat, Karang Taruna, LPMD, BPD dan Pamong

Desa.

60

Page 4: Bab III - 1. Pemerintahan Desa-revisi

Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta

Namun kebanyakan BPD di Kulon Progo belum begitu serius

membicarakan apabila beralih status menjadi kelurahan berakibat

pengambilalihan aset desa oleh pemerintah kabupaten. Namun juga

ada pendapat dari BPD dengan alih status desa menjadi kelurahan

akan mendorong profesionalisme dalam tubuh aparat pemerintah

dalam hal pelayanan pada masyarakat dan masyarakat dapat

menuntut akan pelayanan yang berkualitas dan lebih baik. Hal ini

disebabkan kondisi Desa terkait dengan beban kerja pamong dan

konpensasi tidak dapat dipertahankan lagi, berkaitan dengan

pengabdian. Selain itu ada pendapat bahwa pemilihan kepala desa

memiliki kelemahan yaitu : pertama; adanya pemilihan langsung

menimbulkan perjudian; kedua calon yang berpotensi dan baik tidak

jadi atau tidak bisa menjadi kepala desa karena kalah suara.

Asumsinya bahwa masyarakat Desa kebanyakan dalam menentukan

pemimpin lokal belum berdasarkan atas rasionalitas kapasitas calon.

Kepala desa dalam menjalankan pemerintahannya dibantu oleh

beberapa kepala bagian. Pada umumnya kepala bagian tersebut

membidangi bagian-bagian khusus, yaitu keuangan, pemerintahan,

pembagunan, kemasyarakatan, kesejahteraan masyarakat dan umum.

Tetapi tidak semua bidang dimiliki oleh desa. Bidang-bidang yang

dapat digabungkan akan digabungkan untuk mengefektifkan

pengorganisasian. Kepala-kepala bagian juga dibantu oleh staf.

Lembaga lain yang ada di desa yang umumnya dibentuk

berdasarkan anjuran pemerintah adalah Lembaga Pembangunan

Masyarakat Desa (LPMD). Tugas dan fungsi LPMD hampir sama

dengan LKMD di masa UU No.5 Tahun 1979. LPMD membantu

pemerintahan desa dalam hal perencanaan pembangunan desa. Pada

setiap RT, LPMD memiliki wakil-wakil yang disebut KKLPMD.

KKLPMD memiliki tugas menjaring aspirasi ditingkat RT yang akan

dijadikan acuan dalam menyusun rencana pembangunan di tingkat

61

Page 5: Bab III - 1. Pemerintahan Desa-revisi

Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta

desa. Proses perencanaan di LPMD berkisar bulan Oktober dan

November. Perencanaan tersebut dilakukan melalui Dukuh dan

KKLPMD yang telah membawa usulan rencana. Di tingkat KKLPMD

melibatkan perwakilan masyarakat (RT) dan tokoh masyarakat

(dukuh). Hasilnya akan diajukan pada forum UDKP di tingkat

kecamatan. Sedangkan evaluasi dilakukan pada saat pra UDKP

bersamaan dengan proses penyusunan usulan rencana. Forum

evaluasi ini dihadiri oleh tokoh masyarakat, pamong desa, Karang

Taruna, dan BPD. Diakui oleh Ketua LPMD bahwa struktur yang ada

dalam LPMD baru sebatas formalitas, sedangkan realisasinya masih

belum terlaksana.

Pembangunan di desa lebih banyak melibatkan swadaya

masyarakat, contoh pembebasan lahan guna pembangunan jalan desa

dan pengerasan jalan (terkait dengan material dan bahan yang

digunakan). Sedangkan bantuan dari kabupaten berupa semen dan

aspal. LPMD yang seyogyanya memberikan masukan dan

merencanakan pembangunan desa, belum dapat berbuat banyak.

Peran-peran yang seharusnya dipegang lebih banyak dijalankan oleh

pemerintah desa dan BPD. Mereka hanya dihadirkan pada saat

pembuatan rencana pembangunan yang akan di ajukan ke kecamatan.

Forum-forum Musbangdus maupun Musbangdes selama ini hanya

bersifat formalitas belaka. Pembahasan hanya difokuskan pada

program apa yang belum turun atau belum terrealisasi diajukan

kembali dan ditambah dengan program-program baru. Aspirasi dari

masyarakat hanya diwakili oleh KKLPMD. Sedangkan pertemuan

dengan seluruh masyarakat di tingkat RT hampir semua desa tidak

melakukannya. Perwakilan RT sudah diangggap sebagai aspirasi dari

masyarakat, baik dalam hal perumusan program maupun

pengambilan kebijakan.

62

Page 6: Bab III - 1. Pemerintahan Desa-revisi

Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta

Dukuh merupakan salah satu lembaga yang membantu

pemerintah desa dalam mengorganisasikan masyarakat yang lebih

kecil. Tiap desa biasanya terdiri dari beberapa pedukuhan dan

dipimpin oleh seorang dukuh. Selain membantu mengorganisasikan

masyarakat, dukuh juga memiliki tugas mengakomodir aspirasi

masyarakat di tingkat pedukuhan. Selain itu duku juga mengemban

tugas sosial kemasyarakatan dibawah pamong. Beberapa lembaga

informal yang dibentuk atas inisiatif masyarakat juga terdapat di

desa. Lembaga–lembaga tersebut umumnya membidangi urusan

tertentu atau golongan tertentu. Karang Taruna, kelompok tani,

kelompok kesenian, kelompok pengajian, dan kelompok arisan adalah

beberapa lembaga dari sekian banyak lembaga yang ada di desa.

Hubungan pemerintah desa dengan lembaga-lembaga desa

cukup positif, tetapi pemerintah desa baru menjalin hubungan dengan

lembaga-lembaga desa ditingkat desa sedangkan ditingkat pedukuhan

masih belum tersentuh oleh pemerintah desa. Relasi yang masih

dimaknai sebatas hubungan dalam hal pengambilan kebijakan melalui

musyawarah desa. Hasil dari hubungan tersebut masih dinilai sebatas

kulit luar, belum dimaknai secara lebih luas sebagai contoh ketika

APBDes telah mengakomodir kebutuhan di tingkat pedukuhan atau

adanya Perdes yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat secara

umum, maka secara politik perdes tersebut sudah cukup representatif

untuk diberlakukan.

Mayoritas dalam setiap pengambilan kebijakan, yang akan

diundang sampai pada batasan Dukuh, itu pun bukan berarti dukuh

telah melakukan pertemuan dahulu dengan masyarakat di pedukuhan.

Bisa jadi usulan dari dukuh merupakan pendapat individu. Setiap ada

rancangan perdes, pamong rembugan dengan BPD, ini dilakukan

secara rutin tahunan. Prakarsa membuat perdes masih berasal dari

pemerintah desa. Perdes tahun 2005 ada 5 (pungutan desa,

63

Page 7: Bab III - 1. Pemerintahan Desa-revisi

Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta

pengelolaan tanah kas desa, APBDes, program kerja tahunan) perdes

dibahas antara pamong dan seluruh anggota BPD.

Hubungan LPMD dengan kelembagaan yang lain terjalin

terutama berkaitan dengan rencana pembangunan dan

pelaksanaannya. LPMD tidak pernah berhubungan dengan BPD.

LPMD lebih banyak berhubungan dengan perangkat terutama dalam

kegiatan membuat perencanaan pembangunan maupun saat

pelaksanaan pembangunan desa. Hubungan pemdes dengan RT, RW.

RT difungsikan sebagai alat kepanjangan pemdes, sedang RW di

Kulon Progo sebagai bentuk paguyuban masyarakat. Dalam hal

perencanaan pembangunan RT, RW masih diberikan peluang untuk

mengusulkan program pembangunan.

Peraturan dan kebijakan-kebijakan desa biasanya tercantum

dalam Peraturan Desa (Perdes). Proses pengambilan keputusan

berupa perdes hanya diikuti oleh BPD dan LPMD, sedangkan

sebelumnya, belum atau tidak mengikut -sertakan masyarakat secara

langsung. Hal ini dimungkinkan karena pemerintah desa menganggap

bahwasanya BPD dan LPMD telah mewakili masyarakat secara

keseluruhan. Anggapan tersebut tidaklah salah, memang seyogyanya

demikian. Tetapi ada proses yang harus dilalui. Yang menjadi masalah

adalah proses tersebut belum berjalan sebagaimana mestinya,

sehingga masyarakat tidak merasa turut dilibatkan. Sejauh ini yang

dihasilkan Perintah Desa masih belum sesuai keinginan, artinya masih

banyak hal-hal yang perlu dibenahi. Perdes-perdes yang ada sejauh ini

setidaknya tidak bertentangan dengan keinginan masyarakat Desa.

Pemerintah Desa maupun BPD masih lambat menyerap aspirasi dari

bawah, hal ini masih dimaklumi oleh sebagian dari pamong karena

sumber daya yang terbatas.

Kebijakan yang ditempuh oleh sebagian besar Pemerintah Desa

masih mengacu pada kebijakan yang telah ditetapkan oleh Kabupaten

64

Page 8: Bab III - 1. Pemerintahan Desa-revisi

Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta

melalui perda-perdanya. Kebijakan mengenai pemerintahan,

pembangunan dan kemasyarakatan masih mengacu pada peraturan

yang dibuat Kabupaten. Bahkan tidak jarang ada perda terlalu jauh

mengintervensi kebijakan di bidang pemerintahan yang akan diambil

oleh Pemerintah Desa. Di bidang pembangunan kebijakan desa dalam

perencaannya berusaha untuk melibatkan masyarakatnya. Namun

pola pembangunan yang direncanakan dari bawah sering kandas di

tingkat atas (Kabupaten ataupun instansi yang lain). Musbangdes dan

UDKP yang dilakukan oleh Kabupaten, sering kali tidak pernah

melibatkan desa. Hal ini menunjukan bahwa tidak ada proses

pengawalan kebijakan desa di tingkat Kabupaten.

Proses pembuatan perdes belum melibatkan warga, draft perdes

cukup dibuat oleh kepala-kepala bagian terutama kepala bagian

pemerintahan bersama-sama dengan Lurah desa, selanjutnya draft

itu diserahkan kepada sekretaris BPD, kemudian diselenggarakan

rapat antara perangkat desa dengan BPD. Setelah menjadi perdes,

pemerintah desa melalui para kepala dukuh melakuakan sosialisasi

dengan cara kepala dukuh memanfaatkan pertemuan RT, RW,

maupun pertemuan dukuh. Partisipasi warga dalam pembuatan

perdes jarang yang melakukan, hanya anggota BPD sesuai distrik

yang diwakilinya sering hadir dalam rapat-rapat dukuh, maupun di

tingkat RT untuk mendengarkan aspirasi warga, yang nanti dibawa

dalam rapat pembuatan perdes di desa. Aspirasi warga dapat

ditampung dan disalurkan pada forum keputusan perdes. Jadi anggota

BPD sudah cukup aktif dalam menjaring aspirasi warga. Anggota BPD

sering juga dalam menyampaikan aspirasi langsung kepada lurah

desa. BPD melakukan rapat rutin tiap bulan, bisa juga pertemuan itu

menghadirkan pamong. Penyusunan perdes tidak pernah

bertentangan dengan Perda. Penyusunan perdes dilakuan dengan

65

Page 9: Bab III - 1. Pemerintahan Desa-revisi

Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta

mempelajari perda dahulu baru menyusun draft perdes. Perdes dibuat

senantiasa bersumber Perda.

Dari kebijakan Pemerintah Desa di bidang pemerintahan,

pembangunan dan kemasyarakatan ini menunjukan bahwa sebagian

besar desa di Kabupaten Kulon Progo masih lebih berorientasi pada

hal-hal yang sifatnya administrasi belum sepenuhnya menyentuh pada

aspek pelayanan kepada masyarakat secara luas. Disamping itu

Pemerintah Desa dalam menentukan kebijakannya belum didasari

adanya Rencana Strategis (Renstra) Desa. Kebijakan masih di

dasarkan pada kebutuhan sesaat dengan berpedoman pada kebijakan-

kebijakan tahun sebelumnya. Hal ini tergambar dalam peratuaran

desa mengenai program desa. Namun rencana pembangunan yang

menyeluruh dari desa yang tergambar dalam bentuk rencana strategis

desa kebanyakan belum ada. Perencanaan program pembangunan di

desa lebih banyak direncanakan dalam bentuk program kerja tahunan

desa.

LPJ Kades disampaikan kepada rakyat melalui BPD, camat dan

Bupati diberi tembusan. Mekanismenya setelah APBDes telah

dilaksanakan, maka masing-masing bagian membuat laporan sesuai

tupoksinya dalam menjalankan tugas tahunan. Setiap bagian

membuat lis kegiatan tahunan, Lurah juga membuat laporan kegiatan

pemerintahan , pembangunan dan kemasyarakatan.

Yang diundang dalam LPJ hanya BPD, masyarakat kebanyakan

belum ada yang ikut mendengarkan LPJ Kades. Dalam LPJ yang hadir

hanya BPD dan seluruh staf desa. Sosialisasi LPJ tidak dilakuan

kepada warga, yang disosialisasikan hanya perdesnya. Penolakan LPJ

belum pernah ada kasus penolakan, yang terjadi diterima tetapi

dengan cacatan. Perbaikan LPJ dilakukan Kades bersama dengan

Kabag. LPJ dibuat sejak ada BPD. LPJ diujudkan dengan bentuk buku

laporan.

66

Page 10: Bab III - 1. Pemerintahan Desa-revisi

Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta

Selama ini Laporan Pertanggungjawaban Kepala Desa hanya

diketahui oleh BPD dan LPMD saja. Belum pernah ada LPJ Kepala

Desa disosialisasikan kepada masyarakat desa. Sehingga yang menilai

akan baik dan tidaknya kinerja kepala desa hanya BPD dan LPMD.

Tetapi setidaknya para pamong menghendaki adanya informasi

tentang LPJ Kepala Desa, karena masyarakat juga ingin mengetahui

apa yang telah dilakukan oleh pemerintah desanya.

Dalam pengkajian dan penelitian tentang alih status Desa

menjadi Kelurahan pada bidang pemerintahan desa digunakan

indikator:

a. Struktur pemerintahan desa;

b. Hubungan pemerintah desa dengan lembaga-lembaga di desa;

c. Hubungan pemerintah desa dengan supradesa;

d. RENSTRA Desa;

e. Perdes dan keputusan-keputusan kepala desa;

f. Laporan Pertanggungjawaban Kepala Desa;

g. Pemilihan Kepala Desa;

h. Tingkat partisipasi masyarakat desa.

B. LAPORAN TIAP DESA

1. Desa Temon Kulon

a. Struktur Pemerintah Desa

Sampai dengan saat ini struktur organisasi pemerintahan desa

masih menggunakan UU.No 22/99. Di Desa Temon Kulon para

pamong menjalankan tugas sesuai tupoksi. Masing-masing bagian

dalam menjalankan pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan

kepada masyarakat desa berdasar UU. 22/99. Demikian pula

dengan kehadiran BPD para pamong menjalankan tugasnya

berdasarkan Perdes yang sudah diputuskan bersama dengan BPD.

67

Page 11: Bab III - 1. Pemerintahan Desa-revisi

Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta

Disamping itu dalam menjalankan tugas sehari-hari mendasarkan

pada Keputusan Lurah Desa.

Peraturan desa tentang jenis pungutan sudah dipasang secara

terbuka, misalnya biaya ganti nama, biaya legalisasi, biaya

peralihan hak, biaya pemeliharaan sarana dan prasaran, dan

sebagainya. Inisiatif pelayanan secara terbuka mengenai pungutan

desa ini berasal dari inisiatif langsung dari kepal desa bersama-

sama dengan BPD. Inisiatif ini dimulai pada tahun 2004 dengan

mendasarkan diri pada Perdes No: 03 tahun 2004.

b. Hubungan Pemerintah Desa Dengan Lembaga-lembaga di

Desa

Hubungan antara pemerintah desa dengan BPD baik

Pemerintah desa menganggap bahwa BPD adalah mitra kerja

mereka. Walaupun ada benturan-benturan namun benturan

tersebut justru dipakai sebagai awal untuk menyatukan persepsi.

setiap ada masalah dalam hubunganannya dengan mekanisme

kerja selalu diselesaikan dengan musyawarah. Rapat koordianasi

BPD dilakukan sebulan sekali yang berlangsung di kantor BPD. .

Sedangkan rapat kordinasi dengan pemerintah desa dilakukan juga

dalam rangka pengesahan peraturan desa. Misalnya pengesahan

peraturan desa mengenai APBDes.

c. Hubungan Pemerintah Desa dengan Supra Desa

Hubungan antara desa dengan kabupaten selama ini cukup

lancar. Hal ini terkait dengan banyaknya bantuan dari kabupaten

yang turun ke desa Temon Kulon ini. Dari bantuan aspal sampai

pembangunan prasarana fisik seperti jalan bunket.Selain bantuan

dana hubungan antara kabupaten dengan desa juga dilakukan

68

Page 12: Bab III - 1. Pemerintahan Desa-revisi

Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta

dengan jalan kabupaten melakukan pembinaan kepada perangkat

desa yang baisanya dilakukan pada akhir tahun.

Hubungan antara kabupaten dan desa lebih pada hubungan

pengalokasian dana-dana pembangunan. Namun harapan dari

kepala desa Temon Kulon ini dalam hubungan kabupaten dengan

desa ini ditetapkan secara jelas mengenai pengelolaan prasana dan

sarana yang ada di desa, misalnya pembangunan jalan kabupaten

yang mengelola seharusnya kabupaten tapi yang kena imbasnya

kepala desa.Kelayakan bantuan kepada desa-desa yang

membutuhkan juga perlu diperhitungkan. Pemerintah kabupaten

harus betul-betul berani menjemput bola bahkan kalau perlu

meninjau lokasi apakah layak dibiayai atau tidak, karena

seringkali bantuan justru membuat masyarakat tercerai berai.

d. Renstra Desa/Program Kerja tahunan

Renstra dalam arti perencanaan strategis desa yang terukur

belum dibuat. Pamong belum memehami tentang hal itu. Desa

belum memliki perencanaan jangka menegah sehingga arah 5

tahun ke depan tidak pernah terpikirkan. Namun pamong sangat

sadar hal itu sebenarnya penting diketahui dan harus dibuat, tetapi

ke arah itu belum ada rencana pembuatannya (kapasitas membuat

itu belum punya). Untuk melakukan perencanaan pembangunan di

desa ada yang disebut dengan program tahunan. Program tahunan

ini yang oleh desa dipahami sebagai renstra desa.

e. Perdes dan Keputusan-Keputusan Kepala Desa

Proses pembuatan perdes belum banyak melibatkan warga,

draft perdes cukup dibuat oleh kepala-kepala bagian bersama-

sama dengan Lurah desa, selanjutnya draft itu diserahkan kepada

sekretaris BPD.langkah selanjutnya diselenggarakan rapat antara

69

Page 13: Bab III - 1. Pemerintahan Desa-revisi

Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta

perangkat desa dengan BPD. Setelah menjadi perdes, pemerintah

desa melalui para kepala dukuh melakuakan sosialisasi dengan

cara kepala dukuh memanfaatkan pertemuan RT, RW, maupun

pertemuan dukuh. Partisipasi warga dalam pembuatan perdes

jarang yang melakukan, hanya anggota BPD sesuai distrik yang

diwakilinya sering hadir dalam rapat-rapat dukuh, maupun di

tingkat RT untuk mendengarkan aspirasi warga, yang nanti dibawa

dalam rapat pembuatan perdes di desa. Aspirasi warga dapat

ditampung dan disalurkan pada forum keputusan perdes. Jadi

anggota BPD sudah cukup aktif dalam menjaring aspirasi warga.

f. Laporan Pertanggungjawaban Kepala Desa

Kades melakukan LPJ disampaikan kepada rakyat melalui BPD,

camat dan Bupati diberi tembusan.Mekanismenya setelah APBDes

telah dilaksanakan, maka masing bagian membuat laporan sesuai

tupoksinya dalam menjalankan tugas tahunan. Setiap bagian

membuat lis kegiatan tahunan, Lurah juga membuat laporan

kegiatan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan. Yang

diundang dalam LPJ hanya BPD, masyarakat belum ada yang ikut

mendengarkan LPJ Kades. LPJ yang hadir hanya BPD dan seluruh

staf desa.Sosialisasi LPJ tidak dilakuan kepada warga, yang

disosialisasikan hanya perdesnya.

g. Pemilihan Anggota Kepala Desa (Pilkades)

Pemilihan lurah desa pada tahun 2002 menghadirkan dua calon.

Lurah yang yang sekarang menang mutlak dengan memperoleh

suara 70%. Pilkades disini terbilang aman.Menurut keterangan

lurah desa sekarang ini dalam pilkades dia tidak pingin maju

namun karena dorongan dari warga dan untuk mengisi sejarah

hidup dan mengabdikan diri . Visi dan misi kepala desa Temon

70

Page 14: Bab III - 1. Pemerintahan Desa-revisi

Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta

Kulon ke depan adalah membawa desa Temon kulon ke depan ke

arah perubahan yang baik. Untuk mewujudkan perlu ada

kerukunan dan tidak punya janji apa-apa. Pak Lurah berlatar

belakang wiraswasta mebeler sejak tahun 1991. Asli putra desa.

Sedangkan pilihan BPD dilakukan secara Langsung dengan

menggelar pemilihan di desa, sehingga hanya ada satu TPS. Pilihan

anggota BPD ini diikuti oleh 16 calon dari sekitar 1500 pemilih.

Maka berdasarkan ketentuan perda yang ada maka nggota BPD di

desa Temon Kulon ini beranggotakan mininal, yairtu hanya 7

anggota.Namun yang menjadi menarik dari 5 dusun yang ada,

maka berdasarkan pemilihan langsung anggota BPD semua

terwakili.Hal ini menunjukan watak lokalitas dan fanatisme dusun

masih nampak .

h. Tingkat Partisipasi Masyarakat

Partisipasi warga dalam Perencanaan pembangunan desa

diwadahi lewat forum dukuh, dilakukan sebelum musbangdes

dilaksanakan pada tingkat desa. Partisipasi yang dilakukan warga

selama ini lebih mencerminkan usulan-usulan, yang belum

menyentuh pada persoalan yang kongkrit yang dihadapi warga.

Biasanya warga yang masyarakat bawah hanya diam, sehingga

usulan itu kebanyakan disampaikan oleh para tokohnya.

Warga masyarakat selama ini ada yang kritis tetapi sebatas

mengkritisi kegiatan pembangunan (yang bias fisik). warga

nampaknya belum banyak berpartisipasi dalam kebijakan-

kebijakan politik desa yang menyangkut kepentingan warga desa di

masa yang akan datang. Lebih-lebih partisipasi pada kebijakan

yang bersifat kepemerintahan, konon warga itu tinggal ndherek

saja, warga menganggap bahwa urusan pemerintahan itu menjadi

wewenang perangkat desa, warga tak perlu ikut-ikutan.

71

Page 15: Bab III - 1. Pemerintahan Desa-revisi

Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta

2. Desa Wates

a. Struktur Pemerintah Desa

Struktur organisasi pemerintahan desa di desa Wates dalam

penyelenggaraan pemerintahan sehari-hari menggunakan struktur

yang mendasarkan diri pada UU No.22/1999. Berdasarkan struktur

ini maka para pamong desa menjalankan tugas sesuai tupoksi.

Namun dalam menjalankan tupoksinya masing bagian tidak ketat.

Tidak ketat disini berarti bahwa masing-masing bagian tidak harus

dibagi dalam tugasnya dalam menjalankan pemerintahan,

pembangunan, dan pelayanan kepada masyarakat melainkan

masing-masing bagian saling melengkapi. Para pamong dalam

menjalankan tugasnya berdasarkan Perdes yang sudah diputuskan

bersama dengan BPD. Disamping itu juga dalam tugas sehari-hari

mendasarkan pada Keputusan Lurah Desa.

Struktur organisasi dan personalia Pemerintah desa pada

mulanya menggunakan pola empat kepala bagian, namun setelah

kepala bagian umum dikonversikan menjadi sekretaris BPD, maka

kemudian menjadi tiga kepala bagian. Maka secara kelembagan

dan organisasi struktur pemerintahan di desa Wates dapat

dikatakan menggunakan pola minimal. Disamping itu penggunaan

pola minimal ini menguntungkan desa mengingat sumber-sumber

keuangan desa yang sangat terbatas.

Khusus mengenai bagian umum seperti desa-desa di Kabupaten

Kulon Progo pada umumnya merangkap juga sebagai sekretaris

BPD. Hal ini kadang menyebabkan adanya kerancuan dalam

menjalankan fungsinya. Di satu sisi dia sebagai kepala bagian

72

Page 16: Bab III - 1. Pemerintahan Desa-revisi

Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta

umum mendapat bengkok, namun disisi lain dalam menjalankan

fungsinya dia lebih banyak menjalankan fungsi sebagai sekretaris

BPD.

Sedangkan mengenai hubungan tugas atau pembagian

kewenangan dengan perangkat desa menganut pembagian

kewenangan yang jelas tergantung situasi. Dalam arti bahwa

masing-masing bagian mempunyai pembagian tugas yang jelas

namun dengan tetap mementingkan kerjasama antar bagian.

b. Hubungan Pemerintah Desa Dengan Lembaga-

Lembaga Di Desa

Hubungan pemerintah desa dengan BPD di desa Wates menurut

keterangan kepala desa Wates dapat dikatakan relatif baik dan

harmonis. Hal ini sangat tergantung pengelolaan hubungannnya.

Kepala desa Wates dalam membina hubungan dengan BPD

mempunyai prinsip bahwa lurah desa bukan yang paling tahu.

Selama BPD mengkontrol masalah urusan-urusan pemerintahan

tidak masalah, namun kalau menjurus di luar pelaksanaan

pemerintahan lurah desa tidak setuju. Berdasarkan jumlah

penduduk desa tersebut maka BPD memiliki 17 anggota.Latar

belakang anggota BPD sangat beragam ada mantan PNS, swata,

mantan pegawai bank, guru,wiraswasta.

Sedangkan dengan kelembagaan desa lainnya seperti dengan

LPMD, PKK, Karang taruna menurut keterangan lurah desa wates

selama ini tidak menimbulkan masalah.Hubungan tetap menjaga

kebebasan masing-masing lembaga, bahkan untuk mengatasi

kenakalan remaja dan narkoba kepala desa Wates merencanakan

mendidrikan sasana tinju.

c. Hubungan Pemerintah Desa Dengan Supra Desa

73

Page 17: Bab III - 1. Pemerintahan Desa-revisi

Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta

Hubungan pemerintah desa dengan kabupaten relatif baik,

dalam arti kabupaten memberikan bantuan terhadap dana-dana

stimulan kepada desa. Namun yang perlu diperhatikan bahwa

kabupaten kurang memberikan kepada perangkat desa mengenai

peningkatan kapasitas para aparat desa seperti misalnya;

pelatihan-pelatihan yang langsung menggunakan praktek-praktek.

Kabupaten selama ini hanya sekedar penyumbang dana yang

menunjang kegiatan pemerintahan dan pembangunan desa.

Menurut keterangan lurah desa kewenangan desa selama ini

cukup luas, justru kalau nantinya menjadi kelurahan kewenangan

desa menjadi berkurang karena desa hanya sebagai pelaksana.

Tugas-tugas pemerintah desa menjadi dibatasi, terlebih lagi tugas-

tugas di bidang kemasyarakatan. Maka untuk itu perlu dipikirkan

ke depan bagaimana bagaimana masalah desentralisasi ini tidak

hanya berhenti di kabupaten, namun desa juga bisa melaksanakan

desentralisasi, sehingga desa akan tetap menjadi desa seperti

semula atau kelurahan tidak menjadi masalah lagi.

d. Renstra Desa/Program Kerja Tahunan

Proses penyusunan program kerja dilakukan ditingkat desa

yang dilakukan oleh pamong bersama kepala dukuh. Renstra desa

wates ini didasarkan dan diselaraskan dengan program tahunan

desa. Dimana program tahunan ini dijiwai oleh visi dan misi desa

wates. Namun harus diakui renstra desa wates yang iasanya dalam

bentuk program kerja tahunan masih mengedepankan

pembangunan fisik di tingkat dukuh dan merangsang swadaya

masyarakat. Pengembangan kapasitas masyarakat melalui bidang

pendidikan, kesehatan, ekonomi masih perlu ditingkatkan.

e. Perdes dan Keputusan-keputusan Kepala Desa

74

Page 18: Bab III - 1. Pemerintahan Desa-revisi

Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta

Pembuatan dan penyusunan peraturan desa di desa wates

seperti desa-desa di Kabupaten Kulon Progo lebih banyak

dilakukan oleh pemerintah desa. Kepala bagian pemerintah desa

yang paling berperan dalam menyusun perdes ini. Jadi eksekutif

desa masih lebih besar peranannya dalam penyusunan perdes ini.

Dalam penyusunan perdes ini tidak ada pertemuan rutin antara

BPD dengan pemerintah desa kecuali dalam pembahasan untuk

bersama-bersama menyelenggarakan rapat pleno untuk

memberikan masukan perdes yang telah di buat oleh pemerintah

desa. Perdes yang disusun oleh desa wates masih terpaku pada

pembuatan perdes siklus tahunan.

f. Laporan Pertanggungjawaban Kepala Desa

Laporan pertanggungjawabab kepala desa masih dilakukan

sebatas dengan BPD. Selama menjabat sebagai kepala desa sejak

tahun 2002, laporan pertanggungjawaban kepala desa Wates

diterima oleh BPD. Masyarakat boleh hadir dalam penyampaian

LPJ kepala Desa tersebut namun sebatas hanya mendengarkan

dalam forum tersebut.

g. Pemilihan Kepala Desa ( Pilkades)

Pilkades yang diselenggarakan di desa wates cukup dinamis

bahkan dalam pelaksanaannya dan sesudahnya situasinya dapat

digambarkan mencekam dikalangan masyarakat. Calon kepala

desa yang mengikuti pemilihan pada tahun 2002 sebanyak 14

calon. Dari keempat belas calon tersebut akhirnya diambil dua

calon yang menduduki urutan teratas pada putaran pertama.

Urutan pertama dan kedua pada putaran pertama tersebut yang

mengikuti babak final untuk menentukan pemenangnya. Akhirnya

setelah melalui pertarungan yang sengit terpilihlah kepala desa

75

Page 19: Bab III - 1. Pemerintahan Desa-revisi

Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta

yang baru pada tahun 2002 dengan selisih suara hanya terpaut

anggka 600 dengan calon yang kalah.

Setelah terpilih menjadi lurah, maka seharusnya pemenangnya

segera dilantik, namun karena adanya isu money politik, pelantikan

lurah desa menjadi terhambat. Namun setelah menunggu

beberapa saat akhirnya lurah desa wates dilantik juga. Sedangkan

mengenai pemilihan perangkat desa, di desa wates tidak

menggunakan sistem pemilihan langsung seperti di desa-desa

Kabupaten Bantul, namun melalui pengangkatan oleh Bupati untuk

perangkat desa pada masa berlakunya UU NO.5/1979, dan melalui

sistem seleksi oleh BPD dan panitia seleksi pengisian perangkat di

desa untuk pengisian perangkat pada masa berlakunya UU No.UU

No.22/1999

Pemilihan BPD di desa wates cukup ramai. Mengingat desa

wates adalah ibukota Kulon Progo. Disamping itu di Desa wateslah

kaya akan sumber daya manusia maka cukup banyak calon yang

tertarik untuk menjadi anggota BPD.

h. Tingkat Partisipasi Masyarakat

Sebagai pusat ibukota kabupaten maka perkembangan dinamika

masyarakat di bidang sosial, ekonomi, politik dan budaya desa

wates cukup pesat. Partisipasi masyarakat selama ini dalam

swadaya pada bidang pembangunan fisik termasuk di dalamnya

pembangunan sarana dan prasarana cukup tinggi. Hal ini

disebabkankarena adanya dorongan dari masyarakat untuk

berkembang dan maju sebagai ibukota kabupaten.Kerelaan

menyumbangkan materi baik berupa uang maupun barang

kepentingan sarana umum masih menjadi tolok ukur swadaya yang

kemudian dimaknai sebagai bentuk keikutsertaan masyarakat

untuk berpartisipasi.

76

Page 20: Bab III - 1. Pemerintahan Desa-revisi

Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta

Partisipasi di bidang pembangunan ini di desa wates lebih

banyak menjadi tugas LPMD sebagai lembaga pemeberdayaan

masyarakat di desa. Peran dari LPMD di desa wates ini sangat

penting bagi tumbuh dan berkembangnya pembangunan yang

berkelanjutan di desa wates.

3. Desa Giripeni

a. Struktur Pemerintah Desa

Sejak tahun 2001 Desa Giri peni sudah mengunakan Undang-

undang Nomor 22 tahun 1999. Seiring dengan bergulirnya

Undang-undang Nomor 22 tahun 1999,maka dibentuk pula Badan

Perwakilan Desa (BPD). Hadirnya BPD disatu sisi memberikan

keuntungan bahwasanya untuk memikirkan desa tidak cukup

hanya pamong desa saja, BPD adalah lembaga yang juga

diharapkan mampu memikirkan desa. Tetapi ada sebagian desa

yang menganggap kehadiran BPD memunculkan rival baru dalam

arena politik di desa.

Kinerja pemerintah desa dalam mendukung adanya kinerja yang

baik pemerintah desa mewajibkan dukuh untuk piket satu hari

satu.secara bergantian.hal ini dianggap dukuhlah sebagai ujung

tombak pelayanan kepada masyarakat. Bagi perangkat desa ada

yang bandel kepala desa berusaha untuk maju. Dalam rangka

untuk meningkatkan pelayanan maka lurah desa melakukan

beberapa kebijakan, yaitu: pertama kabag dulu satu ruangan

sekarang ruangannya disatukan agar kelihatan kompak dan

kelihatanya kebersamaannya. Kedua, sekretaris BPD yang

merangkap kaur umum tuganya akan ditinjau kembali karena ada

dualisme tugas dan justru sering meninggalkan tugas sebagai kaur

umum. Ketiga mendorong masyarakat untuk mengurus surat

sendiri-sendiri.

77

Page 21: Bab III - 1. Pemerintahan Desa-revisi

Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta

b. Hubungan Pemerintah desa Dengan Lembaga-

lembaga di Desa

Hubungan desa dengan dusun. Dukuh sebagai implementator

dari program-program desa. Tiap bulan mengadakan koordinasi

dan evaluasi. Selain dukuh masih ada bebrapa lembaga desa baik

formal maupun informal di desa. Lembaga-lembaga ini sebenarnya

dapat membantu pemerintahan desa dalam hal penjaringan

aspirasi. Namun selama ini lembaga-lembaga tersebut tidak terlalu

banyak memberikan bantuan pemikiran, hanya lembaga-lembaga

formal seperti BPD dan LPMD namun masih belum optimal,ini

karena selama ini pemerintah desa hampir tidak pernah

mengikutsertakanlembaga informal dalam melakukan perencanaan

desa.

c. Hubungan Pemerintah Desa dengan Supra Desa

Pemerintah kabupaten berkuasa atas Perda untuk mengatur

desa, tidak perduli bahwasanya karakteristik masing-masing desa

berbeda-beda sehingga perlakuan yang seharusnya diterapkanpun

berbeda. Hubungan kabupaten-desa, hubungan ini bersifat

menciptakan ketergantuang desa terhadap kabupaten. Bantuan

yang digulirkan ke desa besar. Pasar desa tidak ada. Kabupaten

lebih bersifat mengarahkan misalnya dalam pembuatan perdes.

Perlu dilengkapi dengan mengadakan pelatihan-pelatihan bagi

perangkat desa untuk meningkatkan SDM. Lurah sangat

tergantung bagaimana elite atas yaitu pemerintah daerah

mensosialisasikan karena masyarakat masih menganut pola patron

klien maksusdnya apa yang disampaikan oleh pihak pemerintah

masih menjadi dasar bertindak.

78

Page 22: Bab III - 1. Pemerintahan Desa-revisi

Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta

d. Renstra Desa/Program Kerja Tahunan

Selam ini rencana strategis jangka panjang belum ada, yang

dilakukan selama ini hanyalah penyusunan rencana utuk satu

tahun yang diajukan tiap tahun. Dalam menyusun renncana prinsip

yang dipakai adalah program tahun sebelumnya. Jadi jika masih

ada program yang tidak disetujui tahun yang lalu maka program

itu akan diajukan lagi. Selama ini program yang disusun lebih

banyak program fisik. Sedangkan untuk program non fisik masih

belum banyak mendapat perhatian.

e. Perdes dan Keputusan-keputusan Kepala Desa

Proses penyusunan perdes dimulai dengan pemerintah desa

mengajukan rancangan. Rancangan tersebut kemudian diserahkan

pada BPD. Kemudian BDP mengumpulkan ketua RT dan beberapa

tokoh tingkat pedukuhan. Hasil yang didapat di tingkat pedukuhan

akan diplenokan di BPD. Hasilnya akan dijadikan Perdes.

Sedangangkan untuk program pembagunan yang lebih banyak

berperan adalah LPMD. Melalui KKLPMD mengumpulkan para

ketua RT dan tokoh masyarakat dan pemuda untuk membahas

program pembangunan untuk satu tahun kedepan. Dasar yang

dipakai adalah program pembangunan tahun sebelumnya. Jika

adayang tidak disetujui atau terealisasi akan diajukan lagi.

Kemudian sisanya barua akan mengajukan program baru.

f. Laporan Pertanggungjawaban Kepala Desa

Laporan Pertanggungjawaban Kepala Desa selama ini melalui

pleno yang dihadiri oleh BPD dan beberapa tokoh masyarakat.

Walaupun bersifat terbuka bagi umum tetapi aturan mainnya

masyarakat hanya sebagai pendengar. Mereka tidak mempunyai

79

Page 23: Bab III - 1. Pemerintahan Desa-revisi

Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta

hak suara maupun hak bicara. Sehingga bisa dikatakan masyarakat

tetap sebagai penonton.

g. Pemilihan Kepala Desa (Pilkada)

Pemilihan kepala desa terjadi pengusungan jago pada dusun

tertentu mengusung dua jago. Hal ini menyebabkan gejolak

sedikit. Justru lurah sekarang ini tidak termasuk dari dusun

tersebut. Lurah sekarang mendapat suara 1550 suara dari sekitar

4400 pemilih. Pak bajuri menang mutlak di 3 TPS dari 10 TPS. Ada

masyarakat dari salah satu pedukuhan masih kagol menyebabkan

kegiatannya macet, karena jagonya nggak jadi.

Pertanggungjawaban diterima dengan cataan.Tingkat partisipasi

warga diatas 90-an%. Pemilihan BPD dibagi dalam 4 daerah

pemilihan berdasarkan geografis. Kursi BPD di Desa Giripeni ada

17.

h. Tingkat Partisipasi Masyarakat

Partisipasi masyarakat terutama dalam pembangunan sudah

cukup baik. Tolok ukur yang dipakai adalah tingkat swadaya

masyarakat tinggi terutama pada saat program pembagunan

bergulir. Ketika pelakasanaan program mulai dilaksanakan maka

masyarakat dengan antusias menyumbangkan materi maupun

tenaga demi berlangsungnya program tersebut.

Partisipasi dalam politik masih sebatas mengikuti pemilihan

kepala dukuh, kepala desa dan BPD. Kontrol dan pengawasan

jalannya pemerintahan desa telah sepenuhnya diserahkan kepada

BPD. Masyarakat berpikir apa yang menurut BPD baik mereka

percaya bahwa hal itu baik untuk masyarakat.

80

Page 24: Bab III - 1. Pemerintahan Desa-revisi

Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta

4. Desa Bendungan

a. Struktur Pemerintah Desa

Seperti halnya desa-desa yang lain, bahwasanya struktur

pemeritahan desa di Desa Bendungan telah menggunakan Undang-

undang Nomor 22 Tahun 1999. Undang-undang ini mengatur

dibentuknya BPD sebagai funsi kontrol dan sebagai patner dengan

kepala desa. Tetapi pada kenyataannya BPD menempatkan diri

lebih tinggi dibandingkan dengan Kepala Desa.

Funsi kontrol pada dasarnya haruslah tepat menempatkannya,

sehingga tidak terjadi arogansi dalam pemerintahan. Fungi BPD

adalah sebagai salah satu kepanjangan tangan dari masyarakat

sehingga hubungannya dengan pemerintahan desa juga berupa

fungsi pertimbangan.Sistempelayanan dilakukansecara 24 jam

bahkan untuk mengejar pelayanan kadangkalapenduduk desa

menemui di rumah kepala desa dan perangkatnya dan setiap bulan

kepala desa mengadakan rapat koordinasi.

b. Hubungan Pemerintah Desa Dengan Lembaga-

lembaga di Desa

Hubungan kerja antara Pemerintah desa dengan BPD, pada

awalnya tidak serasi hal ini disebabkan karena anggota BPD belum

begitu menguasai fungsinya.BPDlebih bertindak sebagai pengawas

daripada mitra kerja.pergantian BPD ditengah jalan juga terjadi.

Bahkan terjadi pergantian ketua BPD sampai empat kali. BPD

sering melakukan teguran kepada pemerintah desa namun kurang

bisa menempatkan fungsinya. Sehingga pengawasannya tidak

efektif.

c. Hubungan Pemerintah Desa Dengan Supra Desa

81

Page 25: Bab III - 1. Pemerintahan Desa-revisi

Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta

Hubungan pemrintah desa dengan kabupaten lebih pada

bantuan pembangunan yang berupa bantuan simultan. Bantuan itu

wujudnya berupa bantuan semen dan aspal. Melalui perdanya

kabupaten melakukan pembinaan kepada desa,contoh : pernah

terjadi kasus kadus diganti dari kabupaten namun rakyat menolak

dan memberontak pilihan dari kabupaten tersebut.

d. Renstra Desa/Program Kerja Tahunan

Dalam proses pembangunan ada mekanisme yang mengaturnya.

Mekanisme itu adalah sebelum pak lurah punya usul, pak lurah

tersebut harus musyawarah dengan dukuh, setelah itu dukuh

musyawarah untuk mendengarkan suara rakyatnya. Kalau

pembangunan itu nilainya cukup besar maka biasanya lurah desa

dan kepala dusunnya turun bersama-sama ke rakyat. Sehingga

pembangunan di bendungan ini merata untuk tiap-tiap dusun.

e. Perdes dan Keputusan-Keputusan Kepala Desa

Masalah penyusunan perdes, berasal dari pemerintha desa

khususdari bagian pemerintahan desa. Bahkan dalam proses

penyusunanannya pemerintah desa terlibat sendiri pada saat nanti

BPD tinggal melakukan kontrol.

f. Laporann Pertanggungjawaban Kepala Desa

LPJ lurah sampai sekarang belum ada keterangannya sudah

diterima atau belum, namun berdasarkan bocoran yang diterima

oleh lurah desa.LPJ tersebut sudah ditandatangani.

g. Pemilihan Kepala Desa

Pada saat pilkades Desa Bendungan dapat melaksanakan secara

sehat walaupun banyak calon yaitu sebanyak 6 orang. Calon yang

sudah menjabat menang kembali secara mutlak.

82

Page 26: Bab III - 1. Pemerintahan Desa-revisi

Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta

h. Tingkat Partisipasi Masyarakat

Tingkat partisipasi warga masih cenderung pada swadaya

material dalam pelaksanaan pembangunan di desa. Swadaya itu

dapat berupa uang, bahan bagunan atau penghibahan tanah milik

mereka. Sedangkan untuk partisipasi politik sepertinya hampir

sama dengan desa-desa yang lain. Tetapi jika kita melihat kasus

pencopotan dukuh oleh kabupaten dan dibela oleh masyarakat,

menunjukan pentingnya kepemimpinan tingkat bawah dan campur

tangan kabupaten sampai dengan tingkat pedukuhan di tolak oleh

masyarakat.

5. Desa Triharjo

a. Struktur Pemerintah Desa

Desa Triharjo sama dengan desa-desa yang lain yaitu telah

menggunakan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999. Dimana

menurut undang-undang tersebut diwajibkan pembentukan Badan

Perwakilan Desa. Badan ini nantinya menjadi partner kepala desa

dalam menjalankan roda pemerintahan desa. Desa Triharjo sejak

tahun 2001 telah membentuk Badan Perwakilan Desa.

Pelayanan perangkat desa dibuka tiap hari mulai 08.30-13.30,

pelayanan sesuai dengan job masing-masing dan saling mengisi.

Pelayanan yang banyak dilayani adalah keperluan KTP dan surat-

surat pengantar. Pelayanan yang dilakukan mendekati ramai pada

saat sesudah lebaran dan adanya lowongan pekerjaan, misalnya

pendaftaran CPNS.

b. Hubungan Pemerintah Desa dengan Lembaga-Lembaga di

Desa

83

Page 27: Bab III - 1. Pemerintahan Desa-revisi

Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta

Hubungan antara pemerintah dengan BPD dapat dikatakan

seiring. BPD dalam beberapa kesempatan meberikan masukan

tentang masalah keuangan, pembangunan dan mengingatkan

kepada perangkat desa dalam menjalankan tugasnya sebatas

wewenang yang dipunyai oleh BPD.sebagai contoh : dalam rangka

perbaikan pendapatan perangkat desa, BPD Triharjo mengusulkan

ada tunjangan perangkat desa yang diambilkan dari pendapatan

asli desa. Lurah mendapat tunjangan 400.000,Carik300000 Kepala

bagian 950.000 dibagi untuk jumlah dusun yang ada, dukuh

750.000 dibagi jumlah dukuh yang ada, serta staf mendapat

tunjangan 600.000.

Dalam pemilihan BPD dengan memakai sistem distrik. Pemilihan

BPD ini mendapat sambutan yang cukup baik dari masyarakat. Hal

ini terbukti pada saat dibuka pendaftaran, ada satu distrik yang

menerima calon lebih dari 6 orang.

c. Hubungan Pemerintah Desa dengan Supra Desa

Hubungan dengan kabupaten selama ini berupa adanya

bantuan-bantuan desa, pembinaan perangkat desa dan perda yang

mengatur tentang desa. Bantuan dari pemerintah kabupaten lebih

banyak pada bantuan simultan. Bantuan ini diharapkan akan

memotivasi munculnya swadaya masyarakat. Bantuan dari

kabupaten lebih banyak pada bantuan fisik yaitu berupa semen dan

aspal.

Perda yang disusun kabupanten merupakan juknis dalam

menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan di desa.

Kebanyakan desa-desa mengikuti apa yang tercantum dalam perda.

Belum pernah melakukan sebuah inovasi baru atau trobosan yang

tentunya tidak menyimpang terlalu jauh dengan perda.

84

Page 28: Bab III - 1. Pemerintahan Desa-revisi

Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta

d.Renstra Desa/Program Kerja Tahunan

Desa Triharjo belum pernah membuat rencana srategis jangka

panjang. Selain belum ada keharusan dari pemerintah kabupaten

juga karena pemahaman rencana oleh pemerintah desa adalah

perencanan tahunan yang berupa program-program kerja. Itupun

tanpa diikuti indikator keberhasilan dan indikator proses. Sehingga

penilaian akan pembangunan hanya pada terwujudnya apa yang

telah direncanakan. Belum mengacu pada kualitas sebuah program

atau kaulitas dari hasil sebuah program. Pembangunan yang

mendapat prioritas dari masyarakat adalah selokan, jalan. Artinya

pembangunan masih dititikberatkan pada pembangunan fisik.

Peningkatan SDM bagi aparat Belum pernah dilakukan hanya

mengisi blanko dari kabupaten dan desa hanya digelontor dengan

batuan karitatif.

e. Perdes dan Keputusan-Keputusan Kepala Desa

Mengenai perdes yang aktif tetap perangkat desa. Perdes

digagas oleh carik, kabag pemerintahan desa dan sekretaris BPD

merumuskan perdes bersama-sama. Inisiatif dari pemerintah desa.

Keterlibatan masyarakat masih dinilai pasif. Mungkin sebagian ada

yang punya perhatian tetapi itupun karena tokoh masyarakat. Hasil

rumusan perangkat desa dan sekretaris BPD, baru akan di

plenokan dalam pleno yang dihadiri oleh anggota BPD saja. Hasil

persetujhuan tersebut baru akan disahkan dan dijadikan perdes.

f. Laporan Pertanggungjawaban Kepala Desa

Laporan pertanggungjawaban kepala desa selama ini hanya

diselenggarakan dalam sidang pleno BPD. Walaupun tidak

menutup kemungkinan masyarakat boleh menghadiri tetapi hak-

hak dan kewajibanya terbatas. Sosialisasi pada masyarakat pun

85

Page 29: Bab III - 1. Pemerintahan Desa-revisi

Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta

sebatas pada tokoh masyarakat dan ketua-ketua RT. Laporan

pertanggungjawaban kepala desa dilakukan setahun sekali.

g. Pemilihan Kepala Desa

Pemilihan kepala desa di Desa Triharjo terakhir dilaksanakan

pada tahun 2004. Panitia Pemilihan Kepala Desa diambil dari BPD,

tokoh masyarakat dan beberapa pamong desa. Pada pemilihan

tersebut terdapat lima calon kepala desa. Setelah dilakuklan

penghitungan suara hanya selisih satu suara antara urutan

pertama dengan urutan kedua. Visi dan misi lurah terpilih adalah

meningkatkan pelayanan masyarakat, membenahi kinerja

perangkat.

Sedangkan pemilihan anggota BPD seperti desa-desa yang lain

dapat berjalan dengan demokratis dan mendapat perhatian dari

masyarakat.

h. Tingkat Partisipasi Masyarakat

Di Desa Triharjo untuk melihat partisipasi masyarakat sam

halnya dengan desa-desa lain. Partisipasi masih dimaknai atau

dinilai dari swadaya masyarakat dalam pembangunan desa.

Sedangkan untuk partisipasi politik yaitu dengan mengikuti

pemilihan-pemilihan di desa. Sebagai contoh mengikuti pemilihan

Dukuh, BDP dan Kepala Desa. Sedangkan untuk hal-hal yang

bersifat pengawasan dan pembuatan kebijakan di desa masyarakat

mempercayakan kepada BPD dan perangkat desa.

6. Desa Panjatan

a. Struktur Pemerintah Desa

86

Page 30: Bab III - 1. Pemerintahan Desa-revisi

Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta

Sampai dengan saat ini struktur organisasi pemerintahan desa

masih menggunakan UU.No 22/99. Di Desa panjatan para pamong

menjalankan tugas sesuai tupoksi. Namun dalam menjalankan

tupoksinya masing bagian tidak ketat. Masing-masing bagian

dalam menjalankan pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan

kepada masyarakat desa saling melengkapi. Demikian pula dengan

kehadiran BPD para pamong menjalankan tugasnya berdasarkan

Perdes yang sudah diputuskan bersama dengan BPD. Demikian

juga dalam tugas sehari-hari mendasarkan pada Keputusan Lurah

Desa.

Struktur organisasi dan personalia Pemerintah desa dengan

menggunakan pola minimal, hal ini disebabkan sumber-sumber

keuangan desa yang sangat terbatas, terutama terbatasnya tanah

pelungguh yang tersedia untuk menggaji para pamong terbatas

luasnya. Mengenai job discription masing-masing bagian berjalan

sebagaimana mestinya, mendasarkan pada tupoksinya masing-

masing, namun demikian jika terdapat bagian yang terlalu padat

kegiatannya, masing bagian yang kurang begitu sibuk dapat salin

membantu. Namun khusus mengenai bagian umum seperti desa-

desa di Kabupaten Kulon Progo pada umumnya merangkap juga

sebagai sekretaris desa. Hal ini kadang menyebabkan adanya

kerancuan dalam menjalankan fungsinya. Di satu sisi dia sebagai

kepala bagian umum mendapat bengkok, namun disisi lain dalam

menjalankan fungsinya dia lebih banyak menjalankan fungsi

sebagai sekretaris BPD.

Sedangkan mengenai hubungan lurah dengan perangkat desa

tentang pembagian antara bagian tidak menganut pembagian

kewenangan yang jelas tergantung situasi. Dalam arti bahwa

masing-masing bagian mempunyai pembagian tugas yang jelas

namun tetap mementingkan kerjasama antar bagian. Namun

87

Page 31: Bab III - 1. Pemerintahan Desa-revisi

Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta

demikian ada beberapa bagian yang dipandang masih ada

beberapa pembinaan dari lurah desa. Dalam menyelesaikan

masalah tersebut lurah desa melakukan pembinaan dengan jalan

melakukan pendekatan persuasif.

b. Hubungan Pemerintah Desa dengan Lembaga-Lembaga di

Desa

Hubungan pemerintah desa dengan BPD di desa Panjatan dapat

dikatakan relatif baik, namun diakui oleh kepala desa ada beberapa

anggota BPD yang sudah menjalankan tugasnya dengan baik dalam

arti kreatif, namun juga masih ada yang belum mengerti makna

tugas BPD. BPD dalam pertemuan-pertemuannya dengan

pemerintah desa selalu mengingatkan akan pentingnya pelayanan

yang baik yang harus dilakukan oleh pemerintah desa Berdasarkan

jumlah penduduk desa tersebut maka BPD hanya memiliki 7

anggota.

c. Hubungan Pemerintah Desa dengan Supra Desa

Hubungan pemerintah desa dengan kabupaten relatif baik,

dalam arti kabupaten memberikan bantuan terhadap dana-dana

stimulan kepada desa, namun kadang-kadang dana yang harus

diterima oleh perangkat desa selama triwulan sekali kadang-

kadang terlambat. Namun yang perlu diperhatikan bahwa

kabupaten kurang memberikan kepada perangkat desa mengenai

peningkatan kapasitas para aparat desa seperti misalnmya;

pelatihan-pelatihan yang langsung menggunakan praktek-praktek.

Kabupaten selama ini hanya sekedar penyumbang dana yang

menunjang kegiatan pemerintahan dan pembangunan desa. Oleh

88

Page 32: Bab III - 1. Pemerintahan Desa-revisi

Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta

pemkab dana tersebut diwujudkan Dana Bantuan Desa yang

semula inpres bandes. Penggunaannya untuk kegiatan

pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan. Dana itu

dimasukkan dalam APBDes tiap tahunnya.

d. Renstra Desa/Program Kerja Tahunan

Proses penyusunan program kerja dilakukan ditingkat desa

yang dilakukan oleh pamong bersama kepala dukuh. Renstra desa

panjatan secara faktual belum sempurna betul, dalam arti renstra

desa masih berbentuk program tahunan, dan kebanyakan hanya

menitikberatkan pada program-program fisik. Biasanya dana dalam

renstra ini untuk dana perangsang pembangunan fisik di tingkat

dukuh dan merangsang swadaya masyarakat. swadaya bisa

mencapai 2 kali lipat dari dana bantuan tersebut.

e. Perdes dan Keputusan-Keputusan Kepala Desa

Pembuatan dan penyusunan peraturan desa di desa panjatan

lebih banyak dilakukan oleh pemerintah desa. Kepala bagian

pemerintah desa yang paling berperan dalam menyusun perdes ini.

Jadi eksekutif desa masih lebih besar peranannya dalam

penyusunan perdes ini. Dalam penyusunan perdes ini tidak ada

pertemuan rutin antara BPD dengan pemerintah desa kecuali

dalam pembahasan untuk bersama-bersama menyelenggarakan

rapat pleno untuk memberikan masukan perdes yang telah di buat

oleh pemerintah desa.

f. Laporan Pertanggungjawaban Kepala Desa

Laporan pertanggungjawabab kepala desa masih dilakukan

sebatas dengan BPD. Walaupun terdapat masyarakat yang hadir

tetapi lebih banyak mendengarkan. Hal ini dikarenakan sesuai

dengan hak-hak dalam forum tersebut.

89

Page 33: Bab III - 1. Pemerintahan Desa-revisi

Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta

g. Pemilihan Kepala Desa (Pilkades)

Pilkades yang diselenggarakan di desa Panjatan terakhir

diadakan pada tahun 2002. dalam pilkades ini diikuiti oleh 4 calon.

Dari empat calon tersebut ada calon perempuan sebanyak

satu.dalam proses pemilihan memang pada awal-awalnya

masyarakat terkotak-kotak dalam dukung-mendukung dan semapat

memanas, namun tidak sampai menyebabkan ontran-ontran atau

kericuhan. Setelah melalui pemilihan yang diikuti oleh sekitar 900

pemilih maka desa panjatan berhasil memilih seorang pensiunan

guru untuk menjadi lurah desa dengan menyisihkan lawan-

lawannya walaupun dengan kemenangan atau selisih suara sedikit.

Lurah terpilih di desa panjatan ini kalau ditarik garis keturunan

masih memiliki garis keturunan lurah, karena pamannya

sebelumnya juga menjadi lurah.

Pemilihan BPD di desa Panjatan menurut keterangan para

perangkat desa di bilang- biasa-biasa saja tidak terlalu istimewa.

Pemilihan anggota BPD dengan sistem masing-masing pedukuhan

mengadakan pemilihan sendiri-sendiri yang akan mewakili

dusunnya sebagai anggota BPD. Berapa anggota BPD dari masing-

masing diusun berdasarkan jumlah quota. Dari lima jumlah dusun

maka ditetapkan jumalh anggota BPD sebanyak 7 orang jadi ada

satu dusun yang diwakili lebih dari satu anggota.

h. Tingkat Partipasi Masyarakat

Partisipasi selama ini dalam swadaya pada bidang

pembangunan fisik. Kerelaan menyumbangkan materi baik berupa

uang maupun barang atau pembebasan lahan guna kepentingan

sarana umum masih menjadi tolok ukur swadayayang kemudian

dimaknai sebagai partisipasi. Partisipasi di bidang pembangunan

90

Page 34: Bab III - 1. Pemerintahan Desa-revisi

Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta

ini lebih banyak menjadi tugas nLPMD sebagai lembaga

pemeberdayaan masyarakat di desa panjatan. Peran dari LPMD di

desa panjatan ini belum maksimal betul, dikarenakan ini lembaga

baru sebagai pengganti dari LKMD.

7. Desa Brosot

a. Struktur Pemerintah Desa

Sampai dengan saat ini struktur organisasi pemerintahan desa

masih menggunakan UU.No 22/99. Di Brosot para pamong

menjalankan tugas sesuai tupoksi. Masing-masing bagian dalam

menjalankan pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan kepada

masyarakat desa berdasar UU. 22/99. Demikian pula dengan

kehadiran BPD para pamong menjalankan tugasnya berdasarkan

Perdes yang sudah diputuskan bersama dengan BPD. Demikian

juga dalam tugas sehari-hari mendasarkan pada Keputusan Lurah

Desa.

Struktur organisasi dan personalia Pemerintah desa dengan

menggunakan pola minimal, hal ini disebabkan sumber-sumber

keuangan desa yang sangat terbatas, terutama terbatasnya tanah

pelungguh yang tyersedia untuk menggaji para pamong. Mengenai

job discription masing-masing bagian berjalan sebagaimana

mestinya, mendasarkan pada tupoksinya masing-masing, Namun

demikian jika terdapat bagian yang terlalu padat kegiatannya,

masing bagian yang kurang begitu sibuk dapat salin

membantu.Hubungan lurah dengan perangkat desa. Pembagian

antara bagian tidak menganut pembagian kewenangan yang jelas

tergantung situasi. Dalam arti bahwa masing-masing bagian

mempunyai pembagian tugas yang jelas namun namun tetap

mementingkan kerjasama antar bagian.

91

Page 35: Bab III - 1. Pemerintahan Desa-revisi

Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta

b. Hubungan Pemerintah Desa dengan Lembaga-Lembaga DI

Desa

Hubungan pemerintah desa dengan BPD berjalan baik duduk

satu meja tidak mencari kemenangan khususnya mengenai

pungutan desa, program kerja. LPJ diterima terus oleh BPD. BPD

bahkan pernah memberikan teguran kepada pelayanan. Pelayanan

mulai jam 08.00.Sedangkan dengan lembaga di luar BPD dapat

dikatakan tidak menjadi masalah bahkan saling mendukung satu

sama lain, seperti misalnya dengan LPMD dan PKK.

c. Hubungan Pemerintah Desa dengan Supra Desa

Kabupaten hanya sekedar penyumbang dana, masalah

peraturan selama ini desa mengirim peraturan dalam bentuk

perdes bupati tidak ada penolakan tida ada perbaikan teknis.

Pelatihan bentuk ceramah minim praktek.Bantuan Pemkab yang

menunjang kegiatan pemerintahan dan pembangunan desa. Oleh

pemkab diujudkan Dana Bantuan Desa yang semula inpres bandes.

Penggunaannya untuk kegiatan pemerintahan, pembangunan dan

kemasyarakatan. Dana itu dimasukkan dlam APBDes tiap

tahunnya.

d. Renstra Desa/Program Kerja Tahunan

Proses penyusunan program kerja dilakukan ditingkat desa

yang dilakukan oleh pamong bersama kepala dukuh. Biasanya dana

ini untuk dana perangsang pembangunan fisik di tingkat dukuh dan

merangsang swadaya masyarakat. Swadaya bisa mencapai 2 kali

lipat dari dana bantuan tersebut.

e. Perdes dan Keputusan-Keputusan Kepala Desa

92

Page 36: Bab III - 1. Pemerintahan Desa-revisi

Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta

Tidak ada pertemuan rutin antara BPD dengan pemerintah desa

kecuali dalam membicarakan peraturan-peraturan desa.

Keberadaan forum warga setiap RT ada. Forum itu dilakukan

secara rutin tiap bulan. Dalam forum itu senantiasa dihadiri oleh

kepala dukuh. Keberadaan forum itu sangat membantu pemerintah

desa dalam mensosialisasikan kegiatan pemerintah desa maupun

sebagai wadah untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang

dihadapi oleh warga. Forum-forum ini juga digunakan untuk

menjaring aspirasi dari tingkat bawah.

f. Laporan Pertanggungjawaban Kepala Desa

Laporan pertanggungjawabab kepala desa masih dilakukan

sebatas dengan BPD. Walaupun terdapat masyarakat yang hadir

tetapi lebih banyak mendengarkan. Hal ini dikarenakan sesuai

dengan hak-hak dalam forum tersebut.

g. Pemilihan Kepala Desa (Pilkades)

Pilkades diikuti oleh tujuh peserta dan yang memenangkan

adalah Supeno dengan meraih kemenangan mutlak, yaitu 60%.

Pada saat pilkades Supeno tidak akan mencalonkan namun ada

gerakan dari rakyat untuk mencalonkan dia, yaitu ditandai dengan

adanya penggalangan dana dari masyarakat.

Pemilihan BPD diikuti oleh 13 calon/peserta. Pemilihan BPD

dengan memakai sistem distrik.satu distrik diwakili oleh dua

dusun. Semua dusun terwakili. Tingkat partisipasi masyarakat

adalah 90%.

h. Tingkat Partisipasi Masyarakat

Partisipasi selama ini adalam swadaya pada bidang

pembangunan fisik. Kerelaan menyumbangkan materi baik berupa

93

Page 37: Bab III - 1. Pemerintahan Desa-revisi

Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta

uang maupun barang atau pembebasan lahan guna kepentingan

sarana umum masih menjadi tolok ukur swadaya yang kemudian

dimaknai sebagai partisipasi.

8. Desa Ngentakrejo

a. Struktur Pemerintah Desa

Desa Ngentakredjo adalah sebuah desa yang dalam sistem

penyelenggaraan pemerintahan masih menggunakan Struktur

organisasi pemerintahan berdasarkan UU NO.22/1999.

Berdasarkan struktur ini maka para pamong desa menjalankan

tugas sesuai dengan bidangnya masing-masing. Namun antar

bagian dalam menjalankan tugas dan fungsinya tidak terlalu ketat.

Tidak ketat disini berarti bahwa masing-masing bagian saling

membantu dalam menyelesaikan pekerjaanya sehari-hari,

khususnya dalam menjalankan tugas di bidang pemerintahan,

pembangunan, dan pelayanan kepada masyarakat melainkan

masing-masing bagian saling melengkapi. Demikian pula dengan

kehadiran BPD para pamong dalam menjalankan tugasnya

berdasarkan Perdes yang sudah diputuskan bersama dengan BPD.

Disamping itu juga dalam tugas sehari-hari mendasarkan pada

Keputusan Lurah Desa. Pemerintah desa

mempertanggungjawabkan semua pelaksanaan tugasnya kepada

BPD

Struktur organisasi dan personalia Pemerintah desa

menggunakan pola empat kepala bagian, namun setelah kepala

bagian dikonversikan menjadi sekretaris BPD, maka kemudian

menjadi tiga kepala bagian. Maka secara kelembagan dan

organisasi struktur pemerintahan di desa ngentakredjo

menggunakan pola minimal. Sedangkan khususnya mengenai

94

Page 38: Bab III - 1. Pemerintahan Desa-revisi

Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta

bagian umum seperti desa-desa di Kabupaten Kulon Progo pada

umumnya merangkap juga sebagai sekretaris BPD.

Mengenai hubungan lurah dengan perangkat desa tentang

pembagian kewengan antara lurah desa dengan perangkat di

bawahnya tidak menganut pembagian kewengan yang jelas

tergantung situasi. Dalam arti bahwa masing-masing bagian

mempunyai kewenangannya sendiri-sendiri namun dalam keadaan

tertentu mereka saling membantu dan melengkap.

b. Hubungan Pemerintah Desa dengan Lembaga-

Lembaga DI Desa

Hubungan pemerintah desa dengan BPD di desa ngentakredjo

dapat dikatakan relatif baik dan harmonis. Hal ini karena kepala

desa ngentakredjo dalam membina hubungan dengan BPD

mempunyai prinsip bahwa BPD adalah mitra kepala desa dan

bukan musuh BPD. Selama ini BPD melakukan tugas dan fungsinya

sudah sesuai dengan garisnya. Anggota BPD memiliki anggota

yang memiliki latar belakang yang sangat beragam ada mantan

PNS, swata, mantan pegawai bank, guru,wiraswasta.

Sedangkan dengan kelembagaan desa lainnya seperti dengan

LPMD dan lembaga-lembaga sosial lainnya yang ada di desa tidak

menimbulkan masalah,hubungan tetap menjaga kebebasan masing-

masing lembaga.

c. HubunganPemerintah Desa dengan Supra Desa

Hubungan pemerintah desa dengan kabupaten relatif baik,

dalam arti kabupaten memberikan bantuan terhadap dana-dana

stimulan kepada desa. Bantuan stimulan ini diberikan kepada desa

95

Page 39: Bab III - 1. Pemerintahan Desa-revisi

Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta

dalam rangka mendorong pembangunan yang ada di desa

ngentakredjo. Namun yang perlu diperhatikan seperti desa-desa di

Kulon Progo bahwa kabupaten kurang memberikan kesempatan

kepada perangkat desa mengenai peningkatan kapasitas para

aparat desa seperti misalnmya; pelatihan-pelatihan yang langsung

menggunakan praktek-praktek. Kabupaten selama ini hanya

sekedar penyumbang dana yang menunjang kegiatan

pemerintahan dan pembangunan desa.

d. Renstra Desa/Program Kerja Tahunan

Proses penyusunan program kerja dilakukan ditingkat desa

yang dilakukan oleh pamong bersama kepala dukuh. Renstra desa

ngentakredjo didasarkan dan diselaraskan dengan program

tahunan desa. Dimana program tahunan ini masih mengedepankan

pembangunan fisik di tingkat masyarakat dan merangsang

swadaya masyarakat. Pengembangan kapasitas masyarakat melalui

bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi dalam perencanaan masih

minim.

e. Perdes dan Keputusan-Keputusan Kepala Desa

Pembuatan dan penyusunan peraturan desa di desa

ngentakredjo seperti desa-desa di Kabupaten Kulon Progo lebih

banyak dilakukan oleh pemerintah desa. Kepala bagian pemerintah

desa yang paling berperan dalam menyusun perdes ini. Jadi

eksekutif desa masih lebih besar peranannya dalam penyusunan

perdes ini. Dalam penyusunan perdes ini tidak ada pertemuan rutin

antara BPD dengan pemerintah desa kecuali dalam pembahasan

untuk bersama-bersama menyelenggarakan rapat pleno untuk

memberikan masukan perdes yang telah di buat oleh pemerintah

96

Page 40: Bab III - 1. Pemerintahan Desa-revisi

Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta

desa. Perdes yang disusun oleh desa ngentakredjo masih terpaku

pada pembuatan perdes siklus tahunan.

f. Laporan Pertanggungjawaban Kepala Desa

Laporan pertanggungjawaban kepala desa masih dilakukan

sebatas dengan BPD. Selama ini pemerintah desa dalam

memberikan laporan pertanggungjawaban kepada BPD tidak

menjadi masalah dan diterima. Dapat dikatakan hubungan antara

pemerintah desa dengan BPD serasi.

g. Pemilihan Kepala Desa (Pilkades)

Pilkades yang diselenggarakan di desa Ngentakredjo cukup

dinamis, isu money politic mewarnai dinamika pelaksanaan

pilkades ini. Setelah melalui pemilihan yang cukup semarak maka

terpilih kepala desa baru. Latar belakang kepala desa baru ini

adalah pensiunan polisi. Sedangkan untuk rekrutmen perangkat

desa lainnya, di desa ngentakredjo tidak menggunakan sistem

pemilihan langsung seperti di desa-desa Kabupaten Bantul, namun

melalui pengangkatan oleh Bupati untuk perangkat desa pada

masa berlakunya UU NO.5/1979, dan melalui sistem seleksi oleh

BPD dan panitia seleksi pengisian perangkat di desa untuk

pengisian perangkat pada masa berlakunya UU No.UU

No.22/1999. Sedangkan mengenai pemilihan anggota BPD dengan

menggunakan sistem distrik dapat berlangsung dengan baik.

h. Tingkat Partisipasi Masyarakat

Partispasi masyarakat desa ngentakredjo dapat dikatakan cukup

baik. Partisipasi masyarakat selama ini dalam swadaya pada

bidang pembangunan fisik termasuk di dalamnya pembangunan

sarana dan prasarana cukup tinggi. Kerelaan menyumbangkan

97

Page 41: Bab III - 1. Pemerintahan Desa-revisi

Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta

materi baik berupa uang maupun barang untuk membangun

kepentingan sarana umum masih menjadi tolok ukur swadaya yang

kemudian dimaknai sebagai bentuk keikutsertaan masyarakat

untuk berpartisipasi.

Partisipasi di bidang pembangunan ini di desa ngentakredjo

lebih banyak menjadi tugas LPMD sebagai lembaga

pemeberdayaan masyarakat di desa. Peran dari LPMD di desa

ngentakredjo ini sangat penting bagi tumbuh dan berkembangnya

pembangunan yang berkelanjutan di desa.

9. Desa Gulurejo

a. Struktur Pemerintah Desa

Struktur organisasi pemerintahan desa sudah menggunakan

UU.No 22/99. Struktur organisasi dan personalia Pemerintah desa

dengan menggunakan pola minimal, hal ini disebabkan sumber-

sumber keuangan desa yang sangat terbatas, terutama terbatasnya

tanah pelungguh yang tyersedia untuk menggaji para pamong

terbatas luasnya. Pandangan pamong pada struktur organisasi

pemerintahan desa berdasarkan UU 22 tahun 1999, umumnya

tidak memjadi persoalan. Yang menjadi sikapnya adalah yang

penting bagaimana menjalankan tugas sesuai dengan jobnya, dan

pelayanan pada masyarakat berjalan lancar.

Kepala desa senantiasa melakukan kontrol terhadap staf, hal ini

dilakukan seminggu dua kali dengan pertemuan rapat koordinasi

pada staf maupun dengan para kepala dukuh. Pendelegasian

wewenang kades jelas ada, ini dilakukan sesuai dengan tupoksi

masing -masing bagian.

b. Hubungan Pemerintah Desa dengan Lembaga-Lembaga Di

Desa

98

Page 42: Bab III - 1. Pemerintahan Desa-revisi

Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta

Hubungan LPMD mekanisme hubungan terjalin terutama

berkaitan dengan rencana pembangunan dan pelaksanaannya.

LPMD tidak pernah berhubungan dengan BPD. LPMD lebih banyak

berhubungan dengan perangkat terutama dalam kegiatan

membuat perencanaan pembanguna maupun saat pelaksanaan

pembangunan desa.

Hubungan pemdes dengan RT, RW . RT difungsikan sebagai alat

kepanjangan pemdes, sedang RW di Kulon Progo sebagai bentuk

paguyuban masyarakat. Dalam hal perencanaan pembangunan RT,

RW masih diberikan peluang untuk mengusulkan program

pembangunan.

Sedangkan untuk hubungan dengan BPD sendiri pada awalnya

masih mengalami kesulitan. Tetapi setelah berjalan beberapa

tahun tidak lagi terjadi. Pemahaman terhadap tupoksi salah satu

penyebab adanya kesulitan dalam hubungan pemerintah desa

dengan BPD. Tetapi begitu tupoksi sudah dipahami oleh BPD maka

tidak lagi ada kesulitan.

c. Hubungan Pemerintah Desa dengan Supra Desa

Hubungan pemkab dengan pemdes dirasakan saling terkait,

pemkab responsif. Hubungan selama ini berupa bantuan-bantuan

pendanaan dan bantuan-bantuan material. Tentang rencana

pelaksanaan UU No. 32/2004, pemkab telah melakukan sosialisasi

melalui Bagian Pemdes Pemkab, BPD juga diajak dalam sosialisasi

tersebut

Bantuan pembiayaan pemkab terhadap program kerja pemdes

dengan cara memberi bantuan dana pembangunan desa. Sekarang

ini ada dana LKM walaupun uangnya belum boleh

dioperasionalkan, desa hanya memperoleh bungan simpanan dana

99

Page 43: Bab III - 1. Pemerintahan Desa-revisi

Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta

LKM tersebut setiap tahunnya, dana tersebut dianggarakan dalam

APBDes tahunan.

d. Renstra Desa/Program Kerja Tahunan

Renstra belum dibuat. Pamong belum memehami ttg hal itu.

Desa belum memliki perencanaan jangka menegah sehingga arah 5

tahun ke depan tidak pernah terpikirkan. Namun pamong sangat

sadar hal itu sebenarnya penting diketahui dan harus dibuat, tetapi

ke arah itu belum ada rencana pembuatannya (kapasitas membuat

itu belum punya).

e. Perdes dan Keputusan-Keputusan Kepala Desa

Perdes masih mengacu pada perda. Prosesnya, BPD melakukan

pertemuan rutin selapanan. Pada pertemuan tersebut selain

sebagai ajang arisan juga untuk menggali aspirasi dari masyarakat.

Kemudian dibuat sebuah raperdes, raperdes tersebut disampaikan

kepada pemerintah desa untuk dipelajari. Kemudian diadakan

pleno dengan BPD dan perangkat desa.

e. Laporan Pertanggungjawaban Kepala Desa

Pada tiap akhir tahun anggaran maka pemerintah desa

membuat laporan pertanggungjawaban. Tiap kabag diberikan

tugas untuk membuat laporan pada bagian masing-masing. Proses

pelaporan LPJ dari kepala desa membuat rancangan kemudian

bersama dengan BPD dikritisi dan dibahas bersama.

Forum laporan pertanggungjawaban kepala desa hanya dihadiri

oleh BPD dan beberapa perangkat desa. Walaupun sudah ada

pengumuman untuk bisa menghadiri forum tersebut tetapi selama

ini belum ada masyarakat yang turut menghadiri forum tersebut.

Laporan pertanggungjawaban disosialisakan kepada warga melalui

dukuh dan ketua-ketua RT.

100

Page 44: Bab III - 1. Pemerintahan Desa-revisi

Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta

f. Pemilihan Kepala Desa (Pilkades)

Pemilihan kepala desa dilakasanakan menggunakan dana

APBDes dan dana bantuan dari pemerintah kabupaten. Panitia

pemilihan terdiri dari BPD, pamong dan tokoh masyarakat. Selama

ini pelaksanaan pemilihan kepala desa di Desa Gulurejo aman dan

berjalan demokratis, tidak ada intervensi dari manapun. Proses

pemilihan kepala desa diawali oleh pembentukan panitia, dimana

panitia tersebut terdiri dari BPD, tokoh masyarakat dan beberapa

pamong. Kemudian diadakan pendaftaran calon. Setelah

pendaftaran calon proses selanjutnya adalah kampanye dimana

dalam kampanye tersebut mengutarakan visi dan misi calon kepala

desa. Dan pada puncaknya adalah pemilihan langsung oleh

masyarakat.

g. Tingkat Partisipasi Masyarakat

Partisipasi masyarakat dilakukan dalam forum-forum rembug

yang ada pada level RT dan dusun. Forum-forum tersebut

dilakukan rutin tiap selapanan. Partisipasi jua dimaknai sebagai

swadaya dalam pembangunan. Swadaya tersebut lebih pada bidang

fisik yaitu berupa material.

10. Desa Jatirejo

a. Struktur Pemerintah Desa

Desa Jatirejo sama dengan desa-desa yang lain yaitu telah

menggunakan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999. Dimana

menurut undang-undang tersebut diwajibkan pembentukan Badan

Perwakilan Desa. Badan ini nantinya menjadi partner kepala desa

101

Page 45: Bab III - 1. Pemerintahan Desa-revisi

Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta

dalam menjalankan roda pemerintahan desa. Desa Jatirejo sejak

tahun 2001 telah membentuk Badan Perwakilan Desa.

Menurut penuturan pamong, bahwa dampak dengan

digunakanya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 adalah kinerja

kepala desa dan pamong semakin meningkat. Pemberian otoritas

yang lebih pada desa memacu untuk lebih profesional juga

regenerasi di tubuh pemerintah desa. Pamong desa untuk periode

sekarang lebih banyak kaum muda. Pelayanan tidak terlalu

bermasalah artinya dari dahulu pelayanan tidak pernah menjadi

hambatan oleh warga desa. Peningkatan terjadi hanya pada jam

kerja pamong lebih, jika dahulu pulang pukul 12.00 WIB sekarang

sampai dengan pukul 14.00 WIB. Hubungan keja antar pamong

sistem yang dipakai adalah saling mengisi.

b. Hubungan Pemerintah Desa dengan Lembaga-

Lembaga di dsa

Hubungan pemerintah desa dengan lembaga-lembaga desa

terutama BPD dan LPMD pada awalnya mengalami kesulitan

karena adanya kesalahfahaman tentang tugas dan fungsi.

Kesalahfahaman tersebut bahkan sudah mengarah pada oposisi

yang selalu mengkritisi atau bahkan mencari sebuah kesalah pada

pemerintah desa. Tetapi ketika pemerintah desa mengadakan

sosialisasi terhadap tugas dan fungsinya kesalahfahaman tersebut

berangsur-angsur berkurang bahkan sekarang tidak ada lagi

masalah. Bahkan lembaga-lembaga tersebut mendapatkan alokasi

dana dari pemerintah desa yaitu honor bagi BPD dan dana

akomodasi untuk rapat dan seragam bagi LPMD. Anggaran

tersebut diambilkan dari dana kas desa.

c. Hubungan Pemerintah Desa dengan Supra Desa

102

Page 46: Bab III - 1. Pemerintahan Desa-revisi

Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta

Peran dan hubungan pemerintah desa dengan kabupaten hanya

sebatas masalah program desa yaitu berkenaan dengan bantuan

terhadap program-program desa. Bantuan tersebut berupa semen

dan aspal. Hal ini kaitanya dengan program pengerasan jalan desa.

Bantuan tersebut langsung disalurkan ke pedukuhan langsung.

d. Renstra Desa /Program Kerja Tahunan

Desa Jatirejo belum pernah membuat rencana srategis jangka

panjang. Hal ini lebih disebabkan karena belum ada keharusan dari

pemerintah kabupaten juga karena pemahaman rencana oleh

pemerintah desa adalah perencanan tahunan yang berupa

program-program kerja. Perencanaan tahunan tersebut juga tanpa

diikuti indikator keberhasilan dan indikator proses. Sehingga

penilaian akan pembangunan hanya pada terwujudnya apa yang

telah direncanakan. Belum mengacu pada kualitas sebuah program

atau kaulitas dari hasil sebuah program.

Pembangunan yang mendapat prioritas dari masyarakat adalah

selokan, jalan. Artinya pembangunan masih dititikberatkan pada

pembangunan fisik. Peningkatan SDM bagi aparat Belum pernah

dilakukan hanya mengisi blanko dari kabupaten dan desa hanya

digelontor dengan batuan karitatif.

e. Perdes dan Keputusan-Keputusan Kepala Desa

Mengenai perdes yang aktif tetap perangkat desa. Pamong desa

mengundang tokoh masyarakat seperti dukuh dan BPD untuk

mengadakan Musbangdes. Hasil dari musbangdes kemudian

menjadi APBDes. Setelah APBDes disetujui dan dana program

turun maka baru akan mengumpulkan para RT dan LPMD untuk

menyelengarakan atau melaksanakan program tersebut.

103

Page 47: Bab III - 1. Pemerintahan Desa-revisi

Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta

Keterlibatan masyarakat masih dinilai pasif. Mungkin sebagian ada

yang punya perhatian tetapi itupun karena tokoh masyarakat.

f. Laporan Pertanggungjawaban Kepala Desa

Laporan pertanggungjawaban kepala desa selama ini hanya

diselenggarakan dalam sidang pleno BPD. Walaupun tidak

menutup kemungkinan masyarakat boleh menghadiri tetapi hak-

hak dan kewajibanya terbatas. Sosialisasi pada masyarakat pun

sebatas pada tokoh masyarakat dan ketua-ketua RT. Laporan

pertanggungjawaban kepala desa dilakukan setahun sekali.

g. Pemilihan Kepala Desa (Pilkades)

Panitia Pemilihan Kepala Desa, Desa Jatirejo diambil dari BPD,

tokoh masyarakat dan beberapa pamong desa. Pemilihan dilakukan

secara langsung oleh masyarakat desa. Sumber dana pemilihan

kepala desa berasal dari dana kas desa dan bantuan dari

kabupaten. Sejauh ini tidak ada indikasi terjadinya KKN bahkan

pembagian sebako yang tahun-tahun sebelumnya ada tetapi untuk

pemilihan terakhir tidak ada.

h. Tingkat Partisipasi Masyarakat

Di Desa Jatirejo untuk melihat partisipasi masyarakat sama

halnya dengan desa-desa lain. Partisipasi masih dimaknai atau

dinilai dari swadaya masyarakat dalam pembangunan desa.

Sedangkan untuk partisipasi politik yaitu dengan mengikuti

pemilihan-pemilihan di desa. Sebagai contoh mengikuti pemilihan

Dukuh, BDP dan Kepala Desa. Sedangkan untuk hal-hal yang

bersifat pengawasan dan pembuatan kebijakan di desa masyarakat

mempercayakan kepada BPD dan perangkat desa.

104

Page 48: Bab III - 1. Pemerintahan Desa-revisi

Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta

11. Desa Banguncipto

a. Struktur Pemerintah Desa

Struktur organisasi pemerintahan desa masih menggunakan

UU.No 22/99. Di Desa Banguncipto para pamong menjalankan

tugas sesuai tupoksi. Masing-masing bagian dalam menjalankan

pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan kepada masyarakat

desa berdasar UU. 22/99. Demikian pula dengan kehadiran BPD

para pamong menjalankan tugasnya berdasarkan Perdes yang

sudah diputuskan bersama dengan BPD. Demikian juga dalam

tugas sehari-hari mendasarkan pada Keputusan Lurah Desa. UU.

22/99 sebenarnya memberikan peluang bagi desa untuk

memperkuat kewenangannya (otonom), dan di desa ada BPD, ini

memberikan garansi adanya demokratisasi, sehingga kepala desa

tidak bisa memegang kekuasaan secara terpusat, tetapi harus

membagi kekuasaannya dengan BPD ini.

b. Hubungan Pemerintah Desa dengan Lembaga-

Lembaga di Desa

Organisasi yang ada di desa kami saat ini seperti BPD, LPMD,

PHBI, PKK, Karang Taruna, kelompok pengajian, kelompok arisan.

Organisasi tersebut semua masih ada dan berjalan semestinya,

walaupun belum maksimal. Organisasi itu juga berperan dalam

memotivasi warga untuk melakukan swadaya terhadap

pembangunan jalan ataupun sarana lainnya. Pemerintahan desa

berperannaktif secar timbal balik,baik hubungan antara lembaga

maupun lembaga atau perkumpulan tersebut dengan pemerintah

desa, secara top down maupun botton-up. Hubungan itu dilakukan

dengan saling koordinasi dan memberi masukan ketika ada

persoalan di desa, seperti kordinasi terkait dengan pembangunan

105

Page 49: Bab III - 1. Pemerintahan Desa-revisi

Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta

jalan, pembangunan masjid maupun mashala, keamanan

lingkungan pedukuhan masing-masing. Pemerintah desa

membangun hubungan dengan perkumpulan tersebut seperti,

bidang fasilitasi, konsultasi, konsolidasi, dan advokasi. Bidang

fasilitasi; kepala desa melakukan upaya fasilitasi terhadap

kebutuhan-kebutuhan perkumpulan terkait dengan masalah

pembangunan desa dan peningkatan sumber daya manusia, seperti

melakukan penyuluhan dan pelatihan yang diadakan oleh

pemerintah kebupaten.

BPD memang belum berperan maksimal, hanya saja secara

kelembagaan mereka sudah melakukan tugasnya menyampaikan

aspirasi warga desa kepada pemerintah desa terkait masalah

pembangunan jalan ataupun dana bantuan untuk pembenahan

sekolah dan juga fasilitas lainnya. Kelompok tani yang sering

melakukan pertemuan di kantor desa juga membahas berbagai

persoalan pertanaian di desa, baik itu masalah benih, pupuk

maupun persoalan penyakit tanaman yang dihadapi oleh para

petani sehingga memudahkan mencari solusinya.

Lembaga BPD selaku lembaga legislasi dan pemerintah desa

selaku lembaga eksekutif selalu membangun hubungan yang

harmonis dengan cara mengadakan sharing pendapat maupun

haering atau kunjungan untuk membahas hal-hal yang bersifat

publik dan berkaitan dengan pembanguan desa dalam kurun waktu

5 atau 6 tahun kedepan. Dan BPD di desa ini setidak sudah sesuai

dengan harapanya masyarakat, hal ini dapat dilihat dari

keterlibatan mereka dalam melakukan penjaringan aspirasi

serta ,menyampaikan aspirasi atau usulan dari waerga desa

kepada pemerintahan desa. Memang BPD sekarang belum optimal

kinerja nya oleh karena itu perlu dioptimlakan kinerjanya dengan

didukung peningkatan sumber daya manusia. BPD dan Kepala desa

106

Page 50: Bab III - 1. Pemerintahan Desa-revisi

Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta

juga secara umum sudah melakukan upaya-upaya penyerapan

aspirasi akan tetapi belum maksimal, dalam artian tidak semua apa

yang menjadi kebutuhan warga dapat dipenuhi, hal ini bisa dilihat

dari ada kecenderungan pembangunan jalan lebih dititik beratkan

pada swadaya masyarakat.

c. Hubungan Pemerintah Desa dengan Supra Desa

Hubungan dengan kabupaten selama ini bersifat bantuan.

Diamana kabupaten sering memberikan bantukan kepada desa.

Selain itu pembinaan dan sosialisasi tentang hal-hal terbaru

berkenaan dengan desa juga sering dilakukan.

d. Renstra Desa

Renstra belum dibuat. Pamong belum memehami tentang hal

itu. Desa belum memliki perencanaan jangka menegah sehingga

arah 5 tahun ke depan tidak pernah terpikirkan. Namun pamong

sangat sadar hal itu sebenarnya penting diketahui dan harus

dibuat, tetapi ke arah itu belum ada rencana pembuatannya

(kapasitas membuat itu belum punya). Yang ada selama ini adalah

rencana untuk satu tahun kedepan.

e. Perdes dan Keputusan-Keputusan Kepala Desa

Selama ini proses penjaringan aspirasi biasanya dari bawah,

dalam artian, warga desa ketika mengadakan pertemuan di tingkat

RT maupun pedukuhan yang dihadiri oleh tokoh masyarakat dan

juga pengurus RT, RW serta melibatkan BPD, mengajukan usulan-

usulan kepada pemerintah desa baik itu mengenai pembangunan

(fisik) maupun masalah ekonomi warga serta keamanan lingkungan

desa yang sifatnya membangun, setelah itu hasil pertremuan itu

kami sampaikan ke kepala desa memalui RT maupun melalui BPD

107

Page 51: Bab III - 1. Pemerintahan Desa-revisi

Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta

jadi proses penjaringan aspirasi itu kadang dilakukan oleh RT,

Dukuh maupun BPD. Dapat dikatakan ada inisiatif dari atas dan

ada juga ada inisiatif dari bawah, tapi selama ini inisiatif justru

lebih cenderung datang dari warga desa. Selama ini yang

cenderung menjadi pusat perhatian yaitu masalah pembangunan

fisik, serta lapangan pekerjaan yang masih minim, serta persoalan

pendapatan desa yang minim pula. Rapat ini juga dihadiri oleh

anggota BPD. Biasanya hasil rapat itu akan dilaksanakan bersama

dan sudah menjadi kesepakatan bersama, termasuk masalah

anggaran untuk tiap pedukuhan untuk membangun sarana dan

prasarana di pedukuhan masing-masing.

Demikian juga dalam pembuatan kebijakan desa, kepala desa

selain melibatkan pamong desa, baik dukuh, kabag atau kaur, juga

melibatkan tokoh masyarakat serta perwakilan dari perkumpulan.

Proses kebijakan ini dibuat melalui rapat desa dimana kepala desa

mengundang peserta tadi, dan pada rapat tersebut setiap peserta

rapat diberikan kesempatan untuk mengungkapkan keluhan dan

masukanya terkait desa kedepan.

f. Laporan Pertanggungjawaban Kepala Desa

Selama ini di desa tetap menggunakan prosedur yang telah

diatur dalam UU, dimana LPJ kades secara vertikal kepada

lembaga/pejabat diatasnya, sedangkan secara horizontal kepada

masyarakat melalui BPD. LPJ dibuat semacam review dari masing-

masing bagian maupun urusan berdasarkan bidang yang ada dan

dirangkum menjadi satu kesatuan dari beberapa satuan kegiatan

yang telah tertera pada restra di pemerintah desa. Yang terlibat

dalam LPJ ini adalah Lurah Desa dan semua aparat desa mulai dari

kaur atau kabag, dukuh sampai RT/RW serta BPD. LPJ ini biasanya

108

Page 52: Bab III - 1. Pemerintahan Desa-revisi

Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta

disampaikan secara tertulis oleh kepala desa dihadapan anggota

BPD yang juga dihadiri oleh seluruh pamong desa.

Selain itu Kepala Desa juga memberikan laporanya kepada

pemerintah kabupaten secara tertulis sebagai upaya pemerintah

menginformasi segala kegiatan dan upaya yang telah dilakukan

oleh kepala desa selama bertugas. Selama ini belum ada penolakan

LPJ kades, BPD dan masyarakat desa menerima LPJ tersebut.

dengan beberapa catatan, khususnya terkait masalah penggunaan

keuangan bantuan pemerintah pusat ataupun bantuan dari pihak

lain diluar desa.

g. Pemilihan Kepala Desa (Pilkades)

Pemilihan kepala desa semua berjalan lancar damai dan tidak

ada masalah, cukup demokratis, dan transparan karena dipilih

secara langsung melibatkan seluruh warga desa. Tidak ada

intimidasi atau iming-iming dari salah satu calon, semua berjalan

sesuai dengan aturan yang telah disepakati bersama oleh warga

dan tokoh masyarakat yang terlibat dalam kepanitiaan. Pemilihan

kepala desa ini juga dihadiri oleh pihak kabupaten sebagai

pengawas jalannya pemlihan.

h. Tingkat Partisipasi Masyarakat

Pembangunan desa jelas melibatkan warga desa, dimana

prosesnya adalah dari menyusun perencanaan atau planning,

pelaksanaan, kontrol, evaluating dan follow up/tindak lanjut.

Keterlibatan warga dalam pembangunan ini dapat dilihat dari

swadaya masyarakat dalam pembangunan desa yang relative tinggi

serta keterlibatan atau partisipasi langsung warga terhadap

pembuatan jalan ataupun pembuatan rumah sekolah. Selama ini,,

kepala desa juga memberikan kesempatan kepada warga untuk

109

Page 53: Bab III - 1. Pemerintahan Desa-revisi

Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta

melakukan kontrol terhadap peran dan kerja-kerja pemerintah

khususnya dalam proyek pembangunan, karena menurut saya

masyarakat sebagai fungsi kontrol kinerja pemerintah desa melalui

lembaga yang ada yaitu BPD.

Masalah pembangunan desa, dapat dikatakan bahwa

pembangunan fisik di desa ini merupakan hasil partisipasi warga

desa melaui swadaya dana dan tenaga, dan itu rutin setiap tahun.

Pemerintah desa memang telah menganggarkan untuk setiap

dusun, anggaran pembangunan sekitar 1 juta- 1,5 juta akan tetapi

itukan tidak cukup, kekurangannya kami sebagai warga harus

melakukan swadaya agar pembangunan itu bisa mencapai target.

Kepala desa sekarang juga memberikan kesempatan kepada warga

untuk melakukan pengawasan terhadap pembangunan yang

dilakukan, dan kami selain melakukan pengawasan langung, juga

memberikan mandat kepada BPD untuk melakukan hal itu

sehingga pemerintah desa tidak berlaku semena-mena ataupun

meyelewengkan dana pembangunan.

12. Desa Tuksono

a. Struktur Pemerintah Desa

Pengalaman menjalankan UU. 5/79. Segala sesuatu desa

seakan-akan hanya pelaksana dari kebijakan kabupaten. Bagi desa

tuksono apapun UU nya tidak manjadi masalah, yang penting dapat

menjalankan sesuai dengan aturannya. Hanya saja dengan UU.

22/99 desa merasakan ada kebebasan dalam menjalankan kinerja

pemerintahan desa. Keberadaan BPD tidak menjadi maslah bagi

kami, sebab kami selalu benjalin hubungan dengan baik, baik

dalam penyusunan perdes maupun dalam melaksanakan kebijakan

kabupaten (perda) maupun dalam kami menjalankan perdes.

110

Page 54: Bab III - 1. Pemerintahan Desa-revisi

Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta

Perdes yang dirancang bersama dengan BPD, pelaksaannya juga

kami diskusikan bersama. Kadang BPD berseberangan dengan

lurah desa. Tetapi bagi kami di tuksono tidak menjadi masalah,

justru kami ada mitra kerja kenapa harus kita musuhi. Kuncinya

bagi kami hubungan kita buat dengan transparan, kemudian

hubngan kekeluarkan secara kental, bukan berarti hubungan

kolusi, tetapi setiap ada masalah kita ajak berembug.

b. Hubungan Pemerintah Desa dengan Lembaga-lembaga di

Desa

Perkumpulan atau organsasi yang ada di desa ini , ditingkat

dusun semua hampir ada seperti perkumpuan arisan bapak-bapak

dan arisan ibu-ibu kelompok simpan pinjam di tingkat RT dan

pedukuhan, kelompok pengajian. Semua masih berfungsi dalam

menjalankan programnya masing-masing. Perkumpulan arisan atas

dasar inisiatif dari warga desa. Perkumpulan arisan ataupun

perkumpulan lainya yang ada di desa selain membahas

programnya masing-masing juga membahas persoalan

pembangunan desa ketika mengadakan pertemuan rutin tersebut.

Seperti kelompk arisan juga memfokuskan diri untuk mebahas

pembangunan desa dengan melakukan insiatif mengajukan

proposal kepada pihak kabupaten untuk meminta dana bantuan

dalam rangka pembangunan jalan-jalan dipedukuhan dan hal ini

dikoordinir oleh RT maupun dukuh masing-masing. Proposal yang

sudah dibikin biasanya disampaikan ke pemdes dulu dan pemdes

yang akan menyampaikannya ke pihak kabupaten.

Kendala yang dihadapi biasanya dana yang dikucurkan tidak

sesuai dengan harapan kami, akan tetapi kami tetap berusaha

dengan cara-cara kami sendiri seperti dengan swadaya agar,

program pembangunan jalan tersebut tetap dilaksanakan. Kades

111

Page 55: Bab III - 1. Pemerintahan Desa-revisi

Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta

juga membangun hubungan baik dengan perkumpulan yang ada di

desa ini dimana kades berupaya dalam satu bulan sekali

memberikan masukan atau pengarahan kepada kelompok-

kelompok tersebut terkait apa yang harus dilakukan, dan yang

diprioritaskan. Akan tetapi kades belum ada memberikan bantuan

dana kepada kelompok-kelompok tersebut.

c. Hubungan Pemerintah Desa dengan Supra Desa

Selama ini hubungan yang dijalin antara desa dengan kabupaten

adalah masih berorientasi antara atasan dan bawahan. Desa

sebagai bawahan masih harus mengikuti beberapa petujuk dari

kabupaten. Petunjuk dari kabupaten dapat berupa perda sebagai

contoh pengaturan tentang tanah bengkok. Hubungan tersebut

juga berupa pembinanaan para pamong desa.

d. Renstra Desa/Program Desa

Rencana strategis jangka panjang belum ada, yang ada baru

rencana jangka pendek yaitu satu tahunan. Prosesnya, dimana tipa-

tiap dukuh diundang bersama-tokoh-tokohnya, kemudian masing-

masing dukuh menceritakan apa saja yang menjadi kebutuhan

setiap pedukuhan itu dan ini yang dikenal dengan sebutan

musbangdus. Hasil musbangdus ini nanti akan dibawa ke

musbangdes. Selama ini usulan dari warga tidak semuanya

terpenuhi karena memang anggaran desa terbatas.

e. Perdes dan Keputusan-Keputusan Kepala Desa

Pemerintah desa sudah melibatkan masyarakat dalam mebuat

kebijakan, hanya saja tidak semua warga, tetapi melalui

perwakilan. Yangbtrelibta diantaranya Dukuh, BPD, LKMD, ketua

RT/RW serta seluruh pamong dalam. Sehingga dapat dikatakan

112

Page 56: Bab III - 1. Pemerintahan Desa-revisi

Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta

kebijakan selama masih diterima oleh masyarakat karena

prosesnya sudah melibtakan perwakilan warga. Pemerintah juga

melibatakan masyarakat dalam pembangunan desa dan bukan

hanya pada kebijakan saja. Keterlibatan itu melalui gotong-royong

membangun jalan serta memberikan swadaya atas pembangunan

tersebut. Hasli pembangunan tersebut jelas dinikmati bersama oleh

seluruh warga desa, maka menjadi tanggungjawab seluruh warga

untuk menjaga dan merawat hasil pembangunan tersebut.

Selama ini proses penjaringan aspirasi yang dilakukan oleh

pemerintah desa biasanya memanfaatkan dukuh. Dukuh yang akan

mengundang warganya ditiap pedukuhan masing-masing

danberkumpul unutk mebhasa apa yang akan dilakukan baik itu

masalah pembangunan jalan, masalah keamanan ataupun masalah

lainnya. Pertemuan ini biasanya atas perintah kepala desa. Ketika

rapat itu ,yang hadir tokoh-tokoh masyarakat, pengurus RT, RW,

karang taruna, dan hampir semua orang tua diundang. Selama ini

ketika ada usulan dari masyarakat melalui dukuh, akan diterima,

kebanyakan dilihat dari penggunaan dana. Dan yang didahulukan

biasanya pembangunan jalan, perbaikan mushola. Pemerintah

memang memberikan bantuan yang telah dianggarkan tiap tahun

untuk setiap pedukuhan sebesar 1 juta sampai 1,5 juta.

e. Laporan Pertanggungjawaban Kepala Desa

Laporan pertanggungjawaban kades selama ini diserahkan

kepada BPD, sebab BPD merupakan lembaga perwakilan yang ada

di desa,dimana anggotanya dipilih secara langung oleh warga di

tiap pedukuhan masing-masing. LPJ kades ini juga melibatkan

tokoh masyarakat, ketua RT, RW, Pamong, Dukuh dan LPMD. LPJ

kades sifatnya tertulis, dimana kades menyampaikan dihadapan

seluruh anggota BPD dan juga undangan yang disebutkan tadi.

113

Page 57: Bab III - 1. Pemerintahan Desa-revisi

Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta

Apabila tidak pas atau tidak sesuai LPJ yang tertulis tersebut

dengan kondisi riil di lapangan, BPD merekomendasikan kepada

kades untuk memperbaiki laporannya itu. Yang terjadi selama ini

(perbaikan laporan), khususnya laporan keuangan. Sikap BPD

ketika ada teguran atau perintah perbaikan LPJ tersebut cukup

terbuka dan menerima setiap masukan dari BPD maupun warga

yang hadir saat penyampian LJP itu.

f. Pemilihan Kepala Desa (Pilkades)

Proses pemilihan kades berjalan dengan baik, soalnya kades

yang terpilih sekarang betul-betul kehendak warga dan masih

disukai warga. Panitia pemilihan kades ini diambil dari tokoh-tokoh

masyarakat yang dipilih secara selektif berdasarkan masukan dari

warga dan tidak boleh berasal dari pedukuhan warga yang

mencalonkan diri sebagai kades. Sedangkan dari pihak kabupaten

tidak ada campur tangan, yang ada kabupaten hanya menjadi

pelindung ataupoun pengawas. Yang menentukan semua kriteria

calon adalah hak panitia pilkades. Pemilihan ini tidak ada unusur

KKN, sebab masyarakat sudah bisa memastikan siap yang akan

menang. Hal ini disebabkan dalam periode sebelumnya kades yang

terpilih kembali ini merupakan sosok yang disukai warga.

g. Tingkat Partisipasi Masyarakat

Partisipasi masih dimaknai sebagai swadaya masyarakat dalam

bidang pembangunan fisik. Swadaya masyarakat setiap tahun

berbeda-beda, tergantung tingkat ekonomi warga. Untuk tahun ini

lebih meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Sumbangan atau swadaya untuk membangun jalan sesuai dengan

kemampuan. Tiap-tiap RT atau pedukuhan memiliki tingkat

swadaya yang berbeda-beda. Dan biasanya swadaya ini sudah

114

Page 58: Bab III - 1. Pemerintahan Desa-revisi

Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta

disepakati terlebih dahulu oleh seluruh anggota masyarakat yang

hadir ketika musyarah di tingkat RT, khususnya besar swadaya

yang harus dikeluarkan oleh tiap-tiap keluarga. Di desa ini, hampir

seluruh warga diundang 2 kali seminggu setiap malam senin untuk

menghadiri pertemuan RT,baik pertemuan Bapak-bapak mupun

pertemuan ibu-bu. Yang dibahas selain persolan pembangunan

desa , juga membicarakan tentang arisan dan pengumpulan dana

kas RT.

13. Desa Salamrejo

a. Struktur Pemerintah desa

Sampai dengan saat ini struktur organisasi pemerintahan desa

masih menggunakan UU.No 22/99. Di Desa Salamrejo para

pamong menjalankan tugas sesuai tupoksi. Masing-masing bagian

dalam menjalankan pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan

kepada masyarakat desa berdasar UU. 22/99. Demikian pula

dengan kehadiran BPD para pamong menjalankan tugasnya

berdasarkan Perdes yang sudah diputuskan bersama dengan BPD.

Demikian juga dalam tugas sehari-hari mendasarkan pada

Keputusan Lurah Desa.

Struktur organisasi dan personalia Pemerintah desa dengan

menggunakan pola minimal, hal ini disebabkan sumber-sumber

keuangan desa yang sangat terbatas, terutama terbatasnya tanah

pelungguh yang tyersedia untuk menggaji para pamong terbatas

luasnya. Tanah kas desa juga sangat sempit hanya kurang lebih 1

Ha.

Mengenai job discription masing-masing bagian berjalan

sebagaimana mestinya, mendasarkan pada tupoksinya masing-

masing, namun demikian jika terdapat bagian yang terlalu padat

kegiatannya, masing bagian yang kurang begitu sibuk dapat salin

115

Page 59: Bab III - 1. Pemerintahan Desa-revisi

Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta

membantu. Hal ini dilakukan teritama kebutuhan pelayanan

kepada penduduk yang sifatnya mendesak. Kabag pemerintahan

selaku pelayanan administrasi kepada penduduk jika banyak yang

minta pelayanan, bisa dibantu bagian yang lain yang pada saat itu

tidak sibuk. Jadi upaya pelayanan prima kepada warga menjadi

prioritas, agar warga datang ke kantor desa untuk mendapatkan

pelayanan tidak kecewa.

Pandangan pamong pada struktur organisasi pemerintahan desa

berdasarkan UU. 22/99, umumnya tidak memjadi persoalan. Yang

menjadi sikapnya adalah yang penting bagaimana menjalankan

tugas sesuai dengan jobnya, dan pelayanan pada masyarakat

berjalan lancar.

b. Hubungan Pemerintah Desa dengan lembaga-lembaga di

Desa

Setiap ada rancangan perdes, pamong rembugan dengan BPD,

ini dilakukan secara rutin tahunan. Prakarsa membuat perdes

masih berasal dari pem des. Perdes tahun 2005 ada 5 (pungutan

desa, pengelolaan tanah kas desa, apbdes, porgram kerja tahunan)

perdes dibahas antara pamong dan seluruh anggota BPD.

Hubungan LPMD mekanisme hubungan terjalin terutama

berkaitan dengan rencana pembangunan dan pelaksanaannya.

LPMD tidak pernah berhubungan dengan BPD. LPMD lebih banyak

berhubungan dengan perangkat terutama dalam kegiatan

membuat perencanaan pembanguna maupun saat pelaksanaan

pembangunan desa.

Hubungan pemdes dengan RT, RW . RT difungsikan sebagai alat

kepanjangan pemdes, sedang RW di KP sebagai bentuk paguyuban

masyarakat. Dalam hal perencanaan pembangunan RT, RW masih

diberikan peluang untuk mengusulkan program pembangunan.

116

Page 60: Bab III - 1. Pemerintahan Desa-revisi

Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta

c. Hubungan Pemerintah Desa dengan Supra Desa

Kabupaten tidak melakukan intervensi dalam kegiatan

pembangunan, tetapi campur tangan itu pada bidang

pemerintahan desa melalui perda-perda. Namun perda dirasakan

oleh pemdes tidak membelenggu. Tetapi malah memberikan

kemudahan terutama perda tentang penghasilan pamong. Luas

tanah lungguh.Lurah 6,125 ha, bagian, carik 5 bagian dan kabag 4

bagian (perda no. 7 tahun 2003). Dukuh 5000 m2. pologoro

diperdeskan 1%.

Kekayaan desa yang diambil alih kabupaten berupa tanah-tanah

yang digunakan untuk bangunan fasilitas sosial, seperti gedung

SD, Puskesmas dll. Sekarang desa mendapat uang sewa dari tanah-

tanah yang semula menjadi milik desa ttp sekarang untuk

keperluan umum.Pemkab sering melakukan sosialisasi kepada

pemdes maupun masyarakat teruttama berkatan program

kabupaten yang berkaitan dengan bantuan kepada desa. Hubungan

pemkab dengan pemdes dirasakan saling terkait, pemkab

responsif.

d. Renstra Desa

Renstra belum dibuat. Pamong belum memehami tentang hal

itu. Desa belum memliki perencanaan jangka menegah sehingga

arah 5 tahun ke depan tidak pernah terpikirkan. Namun pamong

sangat sadar hal itu sebenarnya penting diketahui dan harus

dibuat, tetapi ke arah itu belum ada rencana pembuatannya

(kapasitas membuat itu belum punya).

e. Perdes dan Keputusan-Keputusan Kepala Desa

Proses pembuatan perdes belum melibatkan warga, draft perdes

cukup dibuat oleh bagian-bagian bersama-sama dengan Lurah

117

Page 61: Bab III - 1. Pemerintahan Desa-revisi

Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta

desa, selanjutnya draft itu diserahkan kepada sekretaris BPD

selanjutnya diselenggarakan rapat antara perangkat desa dengan

BPD.

Setelah menjadi perdes, pemerintah desa melalui para kepala

dukuh melakuakan sosialisasi dengan cara kepala dukuh

memanfaatkan pertemuan RT, RW, maupun pertemuan dukuh.

Partisipasi warga dalam pembuatan perdes jarang yang

melakukan, hanya anggota BPD sesuai distrik yang diwakilinya

sering hadir dalam rapat-rapat dukuh, maupun di tingkat RT untuk

mendengarkan aspirasi warga, yang nanti dibawa dalam rapat

pembuatan perdes di desa. Aspirasi warga dapat ditampung dan

disalurkan pada forum keputusan perdes. Jadi anggota BPD sudah

cukup aktif dalam menjaring aspirasi warga. Anggota BPD sering

juga dalam menyampaikan aspirasi langsung kepada lurah desa.

BPD rapat rutin tiap bulan, bisa juga pertemuan itu menghadirkan

pamong.

Konflik BPD dengan pemdes juga ada, tetapi senantiasa bisa

diselesaikan dengan baik. Konflik muncul lebih mencerminkan

konflik yang didasarkan kekritisan warga dalam menaggapi kinerja

pemdes/lurah dalam pelaksanaan pembangunan, terutama rakyat

menghendaki ada transparansi dalam penggunaan dana

pembangunan. Kekritisan warga muncul terutama wilayah/blok

yang kemarin tidak mendukung Lurah desa yang terpilih.Walaupun

ada konflik dalam mekanisme kerja namuan kerjasama antara

pemerintah desa dengan BPD dalam membuat perdes tetap jalan.

Penyusunan perdes tidak pernah bertentangan dengan Perda.

Penyusunan perdes dilakukan dengan mempelajari perda dahulu

baru menyusun draft perdes. Perdes dibuat senantiasa bersumber

Perda. Walaupun kadang terjadi bahwa anggota BPD yang

118

Page 62: Bab III - 1. Pemerintahan Desa-revisi

Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta

berlatarbelakang pendidikan dan pengalaman yang kurang sering

melakukan kontroversi (cenderung waton suloyo).

f. Laporan Pertanggungjawaban Kepala Desa

Kades melakukan LPJ disampaikan kepada rakyat melalui BPD,

camat dan Bupati diberi tembusan. Mekanismenya masing-masing

bagian membuat laporan sesuai tupoksinya dalam menjalankan

tugas tahunan. Setiap bagian membuat lis kegiatan tahunan, Lurah

juga membuat laporan kegiatan pemerintahan , pembangunan dan

kemasyarakatan.

Yang diundang dalam LPJ hanya BPD, masyarakat belum ada

yang ikut mendengarkan LPJ Kades. LPJ yang hadir hanya BPD dan

seluruh staf desa. Sosialisasi LPJ tidak dilakuan kepada warga,

yang disosialisasikan hanya perdesnya. Penolakan LPJ belum

pernah ada kasus penolakan, yang terjadi diterima tetapi dengan

cacatan. Perbaikan LPJ dilakukan Kades bersama dengan Kabag.

LPJ dibuat sejak ada BPD. LPJ diujudkan dengan bentuk buku

laporan.

BPD melakukan kontrol keuangan desa 3 bulanan, dan 6

bulanan berdasar laporan kades. Anggota BPD belum ada yang

secara kritis memeriksa keuangan desa. Hanya yang pernah terjadi

anggota BPD mengkritisi tentang pengelolaan tanah kas desa.

Tanah kas desa disewakan dengan cara lelang yang disampaikan

kepada warga. Namun yang melelang kebanyakan hanya mereka

yang tidak punya tanah pertanian.

g. Pemilihan Kepala Desa (Pilkades)

Pemerintah kabupaten membantu uang sebesar 3,5 juta.

Seluruh biaya pemilihan 12 juta. Kekurangannya dianggarkan oleh

desa dan kekurangan sebesar 4 juta ditutup oleh lurah desa yang

119

Page 63: Bab III - 1. Pemerintahan Desa-revisi

Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta

terpilih, ini dilakukan dengan kontrak sosial dengan calon lurah

sebelaum pemilihan. Lurah desa tidak dilakukan tes oleh pemkab,

tetapi seleksi dilakukan langsung oleh masyarakat melalui pilihan

itu.

h. Tingkat Partisipasi Masyarakat

Musbangdes sebagai forum wadah partispasi masyarakat telah

dilakukan dengan melibatkan tokoh-tokoh masyarakat.

Musbangdes dilakukan setelah APBDes di tok oleh BPD. Berikutnya

baru dilaksanakan musbangdes. Partisipasi warga dalam

Perencanaan pembangunan desa diwadahi lewat forum dukuh,

dilakukan sebelum musbangdes dilaksanakan pada tingkat desa.

Partisipasi yang dilakukan warga selama ini lebih

mencerminkan usulan-usulan, yang belum menyentuh pada

persoalan yang kongkrit yang dihadapi warga. Biasanya warga

yang masyarakat bawah hanya diam, sehingga usulan itu

kebanyakan disampaikan oleh para tokohnya.

Warga masyarakat selama ini ada yang kritis tetapi sebatas

mengkritisi kegiatan pembangunan (yang bias fisik). warga

nampaknya belum banyak berpartisipasi dalam kijakan-kebijakan

politik desa yang menyangkut kepentingan warga desa di masa

yang akan datang. Lebih-lebih partisipasi pada kebijakan yang

bersifat kepemerintahan, konon warga itu tinggal ndherek saja,

warga menganggap bahwa urusan pemerintahan itu menjadi

wenang perngkat desa, warga tak perlu ikut-ikutan.

14. Desa Sukoreno

a. Struktur Pemerintah Desa

UU. 5/79 mengatur secara rinci tentang keberadaan desa,

sehingga desa sekedar kepanjangan pemerintah supra desa. Segala

120

Page 64: Bab III - 1. Pemerintahan Desa-revisi

Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta

sesuatu yang menyangkut desa diatur secara ketat oleh

pemerintah di atasnya. Kepala desa menjadi pusat segala kekuatan

politik. Sedang UU. 22/99 sebenarnya memberikan peluang bagi

desa untuk memperkuat kewenangannya (otonom), dan di desa ada

BPD, ini memberikan garansi adanya demokratisasi, sehingga

kepala desa tidak bisa memegang kekuasaan secara terpusat,

tetapi harus membagi kekuasaannya dengan BPD ini. Sedang pada

UU. 32/04 desa tidak diatur secara jelas, sampai dengan saat

inipun tentang PP nya belaum ada. Sehingga di UU No.22 itu

nikmatnya seperti apa, tetapi sudah diganti. Di UU 32/04 yang

secara demokrasi mengalami kemunduran. Di UU. 32/04 ada

kepastian hak desa untuk memperoleh bagian dari DAU. Ini

membuat tercengan pemerintah kabupaten/kota. Dengan adanya

ini maka seakan-akan kabupaten/kota dipaksakan untuk

mengeluarkan haknya kepada desa. Ini masih pertanyaan, sebab

PP nya belum ada, walaupun sudah ada SE mendagri. SE menteri

kan bisa diabaikan oleh bupati, sebab sampai dengan saat ini draft

ADD di DIY belum ada. Ini pengalaman dengan 3 UU tadi.

Dengan UU 22/99 di sukoreno tidak ada masalah. Semuanya

dapat berjalan dengan baik sebab masing-masing pihak dapat

memahami topoksinya. Antara BPD dengan pamong, saling

melengkapi dan mengoreksi. BPD jauh sebelumnya sudah membuat

tupoksi dengan perdes. Sekarang kinerjanya dengan 22/99, karena

PP penjabaran 32/04 belum ada.

Staf pemerintah desa tidak ada yang tumpangtindih dalam

menjalankan tugas sehari-hari. namun Carik desa karena menjadi

pengurus Bodronoyo sering meninggalkan tugas luar, tidak

menjadi masalah. Sebab tugas-tugas dapat dilaksanakan dengan

baik. Carik memiliki 4 staf, dahulu dibantu oleh Kabag Umum,

121

Page 65: Bab III - 1. Pemerintahan Desa-revisi

Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta

namun karena sekarang Kabag Umum menjadi sekretaris BPD,

maka tugas-tugasnya dirangkap oleh carik.

b. Hubungan Pemerintah Desa dengan Lembaga-Lembaga

di Desa

Relasi bagus. Relasinya dengan LPMD, BPD, lembaga-lembaga

sosial yang ada bekerjasama secara proporsional, artinya seperti

BPD misalnya, kita beri anggaran setiap tahunnya 14 juta,

sehingga BPD dapat melaksanakan tugas yang didukung dengan

sarana yang memadai. Di APBDes seluruh anggaran kelembagaan

(PKK, Karangtaruna, BPD, LPMD) dll di putuskan lewat keputusan

kepala desa, sebagai amanat Perdes yaitu: Perdes kelembagaan.

Dan dalam APBDesnya semua lembaga-lembaga itu diberi

anggaran.

RT sering dinakali kepala dukuh dalam hal pelaksanaan tugas

pemdes. RW di kulon progo dihapus, alasannya terlalu panjang

birokrasi di desa. Basis sosial ada di RT. Lembaga bentukan non

pemerintah. Kelompok kesenian di sukoreno diwadahi dalam

kelompok budaya, yang diberi anggaran para pengurus/pamong

dlm kelompok kesenian itu. ABDes menganggarkan kelompok-

kelompok kesenian.

Tentang dana APBD yang diberikan di desa termasuk dana

pembentukan UKM yang sekarang setiap desa baru memperoleh

bungan simpanan dari dana UKM tersebut yang besarnya kurang

lebih ada yang 500 juta rupiah. Tetapi perhitungannya secara

proporsional sehingga ada desa yang baru terima dana UKM itu

sebesar 250 juta.

Bagaimana dengan kelompok –kelompok sosial. Ada forum

kelompok forum posko I, khusus pada kelompok pertanian (luas).

Posko I (terdiri lembaga formal dan non formal). Pembinaan

122

Page 66: Bab III - 1. Pemerintahan Desa-revisi

Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta

dilakukan baik secara kelembagaan maupun transfer teknologi

dalam usaha peningkatan produksi. Misalnya: sekarang ini sedang

digalakkan jagung hibrida. Kelompok dalam masyarakat ada 2

yaitu yang dalam bentuk kesenian melalui pamong desa budaya

(pengurus desa budaya/pamong) tugasnya menghimpun potensi

seni, pemuda dll. Yang kedua hubungan kelompok usaha ekonomi

produktif bersama dengan LPMD khusunya seksi ekonomi dan

pembangunan.

Tentang keamanan wilayah ada babinsa desa, untuk pembinaan

keamanan lingkungan dengan membangkitkan kelompok ronda,

gardu-gardu ronda. Ini sangat membantu pemerintah desa dalam

hal ketertiban masyarakat. Mengenai soal kasus perdata, biasanya

polisi dengan pamong berdiskusi sebaiknya kasus ini akan dip

roses lewat hokum positip atau mau cukup diselesaikan dengan

musyawarah yang difasilitasi oleh lurah desa.

c. Hubungan Pemerintah Desa dengan Supra Desa

Pembinaan pemkab terhadap desa sebenarnya dalam bentuk

perda ini bentuk campur tangan). Bagi desa perda sebagai

referensi, desa mempunyai kewenangan untuk melaksanakan

otonominya. Otonomi di kabupaten, sebetulnya otonomi itu harus

mengakui potensi otonomi desa, tapi yang sering terjadi,

kabupaten mengklaim bahwa otonomi ada di kabupaten, sehingga

nampak bahwa otonomi yang beruapa asal usul yang dimiliki desa,

kurang diperhatikan. Pejabat sering mengatakan : otonomi itu ada

dikota/kabupaten, atas hal ini sering digunakan sebagai landasan

mereka untuk melakukan pembinaan kepada desa. Senarnya

otonomi desa sesusai asal-usul, ini masih sering dihargai dalam

pengelolaan tentang sewa tanah kas desa, sewa dengan pihak ke

tiga.

123

Page 67: Bab III - 1. Pemerintahan Desa-revisi

Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta

Hubungan pemerintah desa dengan supradesa kadang perlu

dibicarakan secara serius, khususnya misalnya di desa tersebut

akan kedatangan investasi dalam skala besar, misalnya untuk desa

Sukoreno akan dijadikan pangkalan truk BBM, seperti di rewulu

itu, lalu bagamimana pengaturan hubungan imbal-baliknya?

d. Renstra Desa/Pola Kerja Tahunan

Desa sukorena belum punya renstra. Bentuknya di sukoreno ada

musyawarah pembangunan untuk jangka tahunan. Prosesnya

musyawarah di level RT, Dusun, dan di bawa ke desa. Jangka 5

tahun diagendakan, dengan cara tahun 1 dilaksanakan, tahun ke 2

dilakukan, seterusnya samapai 5 tahun. Visi misi belum punya.

yang ada baru panduan program 5 tahunan (secara parsial masing-

masing bidang/sektoral).

e. Perdes dan Keputusan-Keputusan Kepala Desa

Dimulai dengan musyawarah pembangunan yang dihadiri pada

kepala dukuh dan segenap pamong desa, di pimpin oleh Lurah

Desa. Dalam musbang sekor-sektor pembangunan di bicarakan.

Bagaimana masjid-masjid akan diperbaiki ?, Dari dusun

dibicarakan dengan warga atas usulan-usulan RT, kemudian di

skala prioritaskan dan selanjutnya di bawa di musbang desa, ada

yang diselesi sebab usulan itu sering tidak mencerminkan

kebutuhan tetapi lebih daftar keinginan. Disatu pihak desa

mendengarkan aspirasi hasil musyawarah POSKO I, terutama

program kerja tahunan yang berhubungan usaha peningkatan

produksi dan ekonomi. Di tingkat desa seterusnya disusun panitia

penyusunan draft perdes, masing-masing bagian membuat draft

124

Page 68: Bab III - 1. Pemerintahan Desa-revisi

Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta

sesuai dengan bidangnya masing-masing. Masing masing membuat

dari aspek kerohanian, infrastruktur desa, dari musbangdus, ke

musbangdes dari seluruh rencana pembangunan dirumuskan

dalam bentuk progam kerja tahunan yang akan di perdeskan.

Perdes tentang mekanisme dan tata kerja organisasi

pemerintahan desa/ di rumuskan tupoksinya. Pada tahun 2003

telah dibuat mekanisme program kerja tahunan, tatalaksana,

tupoksi. APBDes yang menetapkan angka-angka panitia yang

terdiri dari paa staf pamong, kemudian di buat draft selanjutnya

ngundang BPD untuk dimintakan persetujuan.

f. Laporan Pertanggungjawaban Kepala Desa

LPJ senantiasa berjalan dengan baik dan mulus. Hal ini

disebabkan masing-masing dapat menjalankan tupoksinya.

Masyarakat tidak secara langsung terlibat, tetapi BPD melakukan

sosialisasi LPJ ke dusun-dusun. BPD melakukan cek and balance

dilakukan tiap triwulan dan semester. Sehingga LPJ itu tinggal

merumuskan laporan. Tentang keuangan desa ada yang lebih

kompenten dalam pengawasannya yaitu Bawasda.

g. Pemilihan Kepala Desa

Proses pemilihan lurah desa berjalan demokratis, pemerintah

kabupaten menfasilitasi dana sebesar Rp.2,500.000,-. Biaya

keseluruhan biaya pilihan lurah 32 juta. Dianggarkan lewat

APBDes. Kekuarangannya ada 40 % dibebnkan pada Lurah terpilih

(ini sudah menjadi persyaratan administrasi pencalonan Lurah

Desa).

125

Page 69: Bab III - 1. Pemerintahan Desa-revisi

Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta

h. Tingkat Partisipasi Masyarakat

Partisipasi masyarakat dilakukan dalam forum-forum rembug

yang ada pada level RT dan dusun. Di tingkat desa lewat

kelembagaan yang resmi, BPD, PKK, LPMD, Karang taruna dan

POSKO I (Petani dan peternak) maupun Pamong desa budaya.

Dalam hal kontrolwarga terhadap kebijakan desa diwakilkan oleh

BPD, karena BPD sudah dapat melakukan penjaringan aspirasi

masyarakat secara langsung.

15. Desa Sentolo

a. Struktur Pemerintah Desa

Keberadaan UU No.5 tahun 1979, UU No.22 tahun 1999 dan UU

No.32 tahun 2004 memang tidak seluruhnya masyarakat paham

akan isi, maksud dan tujuannya, apalagi terkait perbedaan-

perbedaan misi yang diemban oleh ketiga UU tersebut. Demikian

halnya oleh masyarakat desa, hanya sebagian kecil yang mereka

pahami : UU No.5 tahun1979 itu lebih cenderung pada sentralisasi,

UU No 22/99 ada perubahan yang cukup berarti, dimana otonomi

daerah mulai diterapkan bahkan sampai ditingkat desa, sedangkan

UU No 32/2004, dampak bagi desa terhadap keberadaan UU

tersebut adalah Carik akan diganti dari PNS. Persolan lain yang

juga dihadapi oleh masyarakat Desa Sentolo adalah minimnya

sosialisasi setiap kebijakan UU yang baru.

b. Hubungan Pemerintah Desa dengan Lembaga-lembaga

di Desa

Berbicara tentang hubungan kerja antara BPD dengan

pemerintah desa, memang beberapa waktu lalu sempat

menegangkan, dalam artian BPD mencoba menjalankan tugasnya

sesui dengan aturan yang dijabarkan, sehingga beberapa

126

Page 70: Bab III - 1. Pemerintahan Desa-revisi

Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta

aparatpemerintah desa merasa risih dengan kerja-kerja anggota

BPD tersebut yang melakukan pngawasan terhadap pemerintah

desa, namun semua itu masih dalam konteks semangat demokrasi,

jadi hubungan kerja BPD dan pemerintah desa relative baik, dan

BPD-pun terlibat dalam penyusunan perdes itu dan perdes tersebut

selama ini relative masih baik, belum ada demonstrasi ataupun

masyarakat yang mengkomplain atas perdes ataupun keputusan

kepala desa tersebut. Bukan berarti semua masyarakat menerima,

ada juga sebagian kecil yang tidak menerimanya, katakanlah hal

itu terkait denganpersolan pribadi,ataupun ketidakpuasan lainnya.

c. Hubungan Pemerintah Desa dengan Supra Desa

Hubungan antara pemdes sentolo dengan kabupaten masih

dianggap baik, dimana pemerintah kabupaten masih sempat

melakukan koordinasi, kerjasama dan sosialisasi beberapa program

seperti program penyuluhan tentang kesehatan, pertanian, serta

sosialiasi tentang beberapa program bantuan dalam rangka

meningkatkan kehidupan social masyarakat seperti program P2KP

dan Raskin.

Keterlibatan kabupaten juga sempat menjadi masalah di desa

sentolo, hal itu terkait dengan kebijakan pengalihan retribusi dan

pengelolaan pasar sentolo, dimana proses campur tangan tersebut,

pemkab merekomendasikan agar pemdes mau mengalihkan status

pasar desa menjadi milik kabupaten, yang akhirnya pasar tersebut

tetap dikelola pemkab.Tindakan pemkab tersebut ternyata tidak

mendapat tanggapan serius oleh pemdes, dalam artian bisa-bisa

saja, karena pemdes menggap bahwa aturan desa tidak boleh

bertentangan dengan aturan yang lebih tinggi (Perda). Jadi

kewenangan sudah ada sebenarnya kewenangan mengolah adat

127

Page 71: Bab III - 1. Pemerintahan Desa-revisi

Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta

istiadat, kewenangan mengurus tanah bengkok, kewenangan

mengangkat pengurus RT, RW.

d. Renstra Desa/Program Kerja Tahunan

Pemerintah desa sekarang setidaknya, sedikit banyak sudah

sudah berjalan dengan baik dan memahami apa yang diinginkan

oleh masyarakat, kemampuan kepala desa yang tidak diragukan

lagi dengan pengalamanya sehingga dalam menjalankan dan

membuat program yang terkait dengan rencana dan strategi, saya

kira pemerintah desa khususnya kepala desa paham akan hal

tersebut. Hal ini dapat dilihat dari difungsikannya lembaga-

lembaga sosial masyarakat serta lembaga yang dibentuk

pemerintah seperti KKLPMD, PKK dll, sebagai wadah penjaring

aspirasi. Renstra ini kalau betul-betul dilaksanakan secara baik dan

professional, jelas memberikan manfaat yang baik pula, sebab

dengan membuat renstra, karena dapat melakukan perencanaan

pembangunan yang terprogram sehingga pembangunan tersebut

bisa dicapai sesuai target dan mengklasifikasi mana yang penting,

mana yang menjadi kebutuhan utama masyarakat dan lain-lain.

Penyusunan renstra biasanya kepala desa beserta pamongnya,

serta pengurus RT ,RW, dan juga BPD.

e. Perdes dan Keputusan-keputusan Kepala Desa

Proses pembuatan kebijakan biasanya melalui musbangdus

kemudian disampaikan pada musbangdes. Pada pertemuan itu

memang beberapa tokoh masyarakat diundang untuk membahas

persoalan kebijakan tersebut. Namun ada satu hal yang harus

dicatat, terkadang kebijakan itu sudah ada dan disusun oleh

pemerintah desa, nanti pada saat musbangdus tinggal sosialisasi,

128

Page 72: Bab III - 1. Pemerintahan Desa-revisi

Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta

baik itu kebijakan tentang pembangunan jalan, pembangunan

sarana dan prasaran, termasuk kebijakan yang berujud perdes.

e. Laporan Pertanggungjawaban Kepala Desa

Selama ini kalau dilihat dari prosedur yang telah ditentukan

terjadi perbedaan-perbedaan yang membingungkan

masyarakat.Halini juga terjadi di desa Sentolo, kalau pada saat

kepemimpinan kepala desa yang sebelumnya, LPJ kepala desa

kepada BPD, katanya menurut aturan yang baru ( UU No.32/2004)

Kepala desa bertanggung jawab langsung kepada Bupati. Biasanya

LPJ kades tersebut dibuat secara tertulis dan dilaporkan kepada

BPD yang dihadiri oleh pamong desa, dimana kades melaporkan

secara gamblang apa-apa yang telah dikerjakanya dan ini cukup

transparan, kalau hal ini terhadap BPD kan BPD dapat menilai

secara langsung karena anggota BPD bertempat tingal di desa

tersebut.

Sosialisasinya atas LPJ tersebut yaitu melalui tiap pedukuhan

masing-masing, dimana setiap dukuh mengundang RT, RW, dan

tokoh-tokoh masyarakat untuk membicarakan (sosialisasi) tentang

LPJ tersebut. Sedangkan LPJ dalam bentuk keungan reguler

biasanya beliau (kades) menggunakan laporan secara tertulis yang

kemudian akan disampaikan ketika rapat bulanan di kantor desa

tidak semua warga desa hadir tetapi hanya perwakilan dari RT, RW

dan pedukuhan masing-masing.

f. Pemilihan Kepala Desa (Pilkades)

Berbicara tentang pemilihan kepala desa yang baru ini, berjalan

dengan baik tidak ada konflik dan cukup demokratislah. Karena

calon-calon kades tersebut bersaing secara sehat dan positif, dan

tidak ada unsur KKN. Yang menjadi tolak ukur kesuksesan

129

Page 73: Bab III - 1. Pemerintahan Desa-revisi

Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta

pemilihan bisa dilihat sikap menerima kekalahan dengan legowo

dari ke tiga calon yang gagal terpilih tersebut. Justru saat ini ada

juga calon kades yang gagal menjadi anggota BPD, sebenarnya ini

menarik karena mereka tetap memiliki komitmen unuk mengabdi

kepada desanya, terlepas itu apakah ada kepetingan pribadi atau

tidak. Selama proses pemilihan kepala desa sejauh ini tidak ada

campur tangan dari pihak luar maupun pihak kabupaten, dan

cukup mandiri dan independenlah. Memang ada bantuan dari

kabupaten: berupa bantuan tenaga penyuluhan tentang pemilihan

kepala desa tersebut, ada juga bantuan dana. Tentang biaya

pemilihan kepala desa tersebut berasal dari dana khas desa yang

telah dianggarkan oleh pemerintah desa.

g. Tingkat Partisipasi Masyarakat

Warga Desa Sentolo dapat dikatakan sebagianwarga yang

tingkat kesibukannya relative tinggi, keran banyak yang berkerja

disektor buruh, wiraswasta dan sedidkit yang jadi PNS, namuan

demikian terkait denga persolan membanguan desa saya kira

tingkat partisipasi masyarakat cukup bagus, dalam artian bahwa

ketika masyarakat diundang untuk hadir dalam rapat-rapat yang

membahas pembangunan desa baik itu yang dilaksanakan pada

tingkat RT, pedukuhan maupun di kantor desa, mereka hadir cukup

antusias. Masyarakat juga menyampaikan berbagaia persolan

dalam rapat tersebut termasuk tentang berapa sawdaya yang

harus dibutuhkan.

16. Desa Pengasih

a. Struktur Pemerintah Desa

Pengalaman menjalankan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979

bagi Desa Pengasih sangat menarik. Menurut pengakuan kepala

130

Page 74: Bab III - 1. Pemerintahan Desa-revisi

Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta

desa bahwasanya hingga pergantian undang-undang belum

melaksanakan atau mewujudkan Undang-undang Nomor 5 Tahun

1979 secara sempurna. Pengalaman merangkap jabatan antara

LMD dan Lurah desa dirasa sangat merepotkan. Laporan

pertanggungjawaban dibuat oleh kepala desa dan dilaporkan ke

LMD yang dijabat oleh kepala desa itu sendiri dan dinilai sendiri.

Kehadiran Undang-undang Nomor 22 Tahun menuntutadaya

lembaga baru yaitu Badan Perwakilan Desa. BPD berbeda dengan

LMD, BPD anggotanya dipilih langsung oleh masyarakat desa. BPD

berfungsi sebagai mitra kerja guna membangun desa. Tetapi dalam

pelakasananya BPD masih belum optimal menjalankan tugas dan

fungsinya. Sekretaris BPD merupakan Kabag Umum Desa.

b. Hubungan Pemerintah Desa dengan Lembaga-Lembaga

di Desa

Lembaga-lembaga desa sudah sangat banyak bermunculan di

Desa Pengasih baik yang formal yaitu yang merupakan bentukan

pemerintah maupun yang informal yaitu atas inisiatif masyarakat.

Selama ini lembaga-lembaga tersebut menjadi bagian dari desa

untuk memberikan sumbangan pemikiran atau setidanya

kelompok-kelompok ini mempunyai aspirasi terkait dengan

pembangunan di desa.

Untuk menjalankan kegiatanya lembaga-lembaga tersebut juga

mendapatkan bantuan dari pemerintah desa yang berupa dana

operasional. Hanya saja bantuan tersebut merupakan simultan

untuk menumbuhakan swadaya pada anggotanya.

c. Hubungan Pemerintah Desa dengan Supra Desa

Selama ini hubungan desa Pengasih dengan kabupaten baik-

baik saja. Hubungan kabupaten dengan desa lebih pada pembinaan

131

Page 75: Bab III - 1. Pemerintahan Desa-revisi

Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta

dan pemberian bantuan kepada desa. Sampai pada sebuah kasus

Proyek Perumahan PNS oleh kabupaten. Dengan berbekal SK

gubernur dan Bupati maka dilakukan pembebasan tanah kas desa

guna kepentingan proyek tersebut. Pembeliantanah oeh kabupaten

dimaksudkan agar desa dapat membeli tanah baru. Tetapi segala

ketentuan di atur oleh kabupaten. Hal ini dapat dikatakan

bahwasannya kabupaten sudah terlalu jauh ikut campur tangan

dalam urusan di desa.

d. Renstra Desa/Pola Kerja Tahunan

Seperti kebanyakan desa-desa lain rencana strategis belum

dapat diwujudkan. Hal ini karena sumber daya manusia yang

belum memadai, sehingga perencanaan masih sebatas

perencanaan untuk satu tahun kedepan. Program-program yang

diusung masih menitikberatkan pada program-program fisik.

e. Perdes dan Keputusan-keputusan Kepala Desa

Pengambilan keputusan seperti Perdes dan APBDes, lebih

banyak berperan adalah perangkat desa, BPD dan beberapa tokoh

masyarakat seperti ketua RT dan dukuh. Prosesnya bermula dari

perangkat desa dan sekretaris BPD membuat rancangan.

Rancangan tersebut kemudian disosialisasikan kepada RT dan

Dukuh. Pendapat para tokoh tersebut akan diplenokan di tingkat

BPD. Hasil pleno tersebut akan dijadikan perdes maupun APBDes.

f. Laporan Pertanggungjawaban Kepala Desa

Laporan pertanggungjawaban kepala desa biasanya di

sampaikan kepada BPD pada sidang paripurna BPD. Dalam forum

ini memang dibuka oleh umum dan masyarakat diperkenankan

hadir. Tapi masyarakat tidak memiliki hak untuk turut mengkritisi

132

Page 76: Bab III - 1. Pemerintahan Desa-revisi

Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta

laporan pertanggungjawaban kepala desa tersebut. Sehingga

masyarakat tetap saja sebagai pendengar dan penonton.

g. Pemilihan Kepala Desa (Pilkades)

Proses pemilihan kepala desa diawali oleh pembentukan panitia,

dimana panitia tersebut terdiri dari BPD, tokoh masyarakat dan

beberapa pamong. Kemudian diadakan pendaftaran calon. Setelah

pendaftaran calon proses selanjutnya adalah kampanye dimana

dalam kampanye tersebut mengutarakan visi dan misi calon kepala

desa. Dan pada puncaknya adalah pemilihan langsung oleh

masyarakat. Selama pemilihan kepala desa berlangsung dengan

aman, demokratis dan tanpa kecurangan.

h. Tingkat partisipasi Masyarakat

Seperti desa-desa yang lain, partisipasi masyarakat masih dinilai

dari tingkat swadaya mereka dalam pembangunan desa. Swadaya

tersebut berupa masyarakat merelakan sebagian harta baik berupa

uang maupun material lain seperti bahan bagunan, makanan,

minuman dan tanah. Partisipasi dalam bidang politik adalah

bagaimana m,asyarakat mengikuti pemilihan baik pemilihan BPD,

kepala desa maupun pemilihan dukuh. Atau juga menghadiri

pertemuan baik tingkat RT maupun pedukuhan. Sedangkan untuk

pengawasan, masyarakat mempercayakan kepada BPD.

17. Desa Sendangsari

a. Struktur Pemerintah Desa

Struktur pemerintah desa Sendangsari adalah UU No. 22 tahun

1999. Perubahan struktur dalam pemerintahan desa dimengerti

oleh para pamong sebatas perubahan LMD menjadi BPD dan

LKMD menjadi LPMD. Sedangkan untuk pembagian kekuasaan di

133

Page 77: Bab III - 1. Pemerintahan Desa-revisi

Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta

desa antar Kepala Desa dengan BPD masih belum ada, artinya

peran BPD yang seharusnya bisa memberikan dinamika politik di

desa hampir tidak ada. Ini dimungkinkan karena anggapan tentang

dirubahnya LMD menjadi BPD dimaknai bahwa tugas BPD hampir

sama dengan LMDdemikian halnya dengan yang lain. Masalah pola

kerja dan kinerja aparat pemerintah desa, selama ini diakui masih

banyak penyelenggaraan tugas pemerintah desa tumpang tindih.

Bahkan kepala desa sering merangkap pekerjaan, artinya hal-hal

yang sebenarnya tidak harus dilaksanakan dan bisa dilaksanakan

oleh Kabag atau staf tetapi dikerjakan oleh kepala desa. Dengan

kata lain bahwa pendelegasian, pembagian dan interfensi dalam

melaksanakan tugas dan fungsi sebagai aparatur desa masih belum

optimal, sehingga pendelegasian dan pembagian tugas belum

berfungsi dengan baik. Tetapi setidaknya masyarakat melihat

bahwa pelayanan yang diberikan sudah cukup baik. Artinya sangat

jarang masyarakat dalam mengurus berbagai hal tidak dapat

dilayani pada saat itu juga.

b. Hubungan Pemerintah Desa dengan lembaga-Lembaga

di Desa

Hubungan pemerintah desa dengan lembaga-lembaga desa

cukup positif, tetapi pemerintah desa baru menjalin hubungan

dengan lembaga-lembaga desa ditingkat desa sedangkan ditingkat

pedukuhan masih belum tersentuh oleh pemerintah desa. Relasi

yang masih dimaknai sebatas hubungan dalam hal pengambilan

kebijakan melalui musyawarah desa. Hasil dari hubungan tersebut

masih dinilai sebatas kulit luar, sebagai contoh ketika APBDes

telah mengakomodir kebutuhan ditingkat pedukuhan atau adanya

Perdes yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat secara

umum. Sehingga relasi belum dimaknai secara lebih luas.

134

Page 78: Bab III - 1. Pemerintahan Desa-revisi

Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta

Mayoritas dalam setiap pengambilan kebijakan, yang akan

diundang sampai pada batasan Dukuh, itu pun bukan berarti dukuh

telah melakukan pertemuan dahulu dengan masyarakat di

pedukuhan. Bisa jadi usulan dari dukuh merupakan pendapat

individu.

c. Hubungan pemerintah Desa dengan Supra Desa

Pembinaan darikabupaten dimaknai oleh pamong sebagai

sebuah kebijakan yang berupa keputusan dari kabupaten, sebagai

contoh kebijakan ditingkat desa yang telah disetujui oleh

masyarakat desa belum dapat dijalankan apabila belum mendapat

persetujuan dari pemerintah kabupaten. Pihak pemerintah desa

masih melihat bahwasannya hal yang demikian adalah sesuatu

yang wajar karena beranggapan bahwa desa adalah bawahan

kabupaten. Kewenangandesa lebih banyak ketika menyusun

rencana pembangunan dan APBDes, tetapi dalam pelaksanaannya

masih tetap menunggu persetujuan dari pemerintah kabupaten.

Sosialisasi program kabupaten yang terkait dengan desa lebih

banyak dilakukan oleh pemerintah desa melalui musyawarah desa,

sedangkan dari kabupaten sendiri masih jarang terjadi.

d. Renstra Desa/Pola Kerja Tahunan

Rencana strategis belum dimaknai sebagai hal yang sangat

penting, artinya rencana strategis belum mengacu pada satu

tujuan sehingga pola yang ada adalah menapung aspirasi berupa

keluhan dari setiap pedukuhan di wilayahnya. Dan hal itu masih

sebatas hal-hal yang bersifat fisik. Jadi perencanaan strategis

masih dipahami sebagai penyusunan program dari tiap pedukuhan

atau tiap RT. Perencanaan pembangunan desa dimulai dengan

melakukan musyawarah dengan tokoh masyarakat dan para dukuh

135

Page 79: Bab III - 1. Pemerintahan Desa-revisi

Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta

oleh BPD. Dari setiap dukuh akan memberikan usulan tentang hal-

hal yang perlu dibenahi di pedukuhannya masing-masing.

Rendahnya sumber daya manusia di dalam tubuh BPD maupun

pemerintah desa diakui sebagai hal yang menjadi salah satu faktor

penghambat dalam merespon keinginan dan aspirasi dari

masyarakat. Keterlibatan masyarakat dalam pembuatan

perencanaan desa berada pada tingkat pedukuhan. Dimana ada

musyawarah di tingkat pedukuhan.

e. Perdes dan Keputusan-Keputusan Kepala Desa

Proses pengambilan keputusan berupa perdes hanya diikuti oleh

BPD dan LPMD, sedangkan sebelumnya belum atau tidak mengikut

sertakan masyarakat secara langsung. Hal ini dimungkinkan

karena pemerintah desa menganggap bahwasanya BPD dan LPMD

telah mewakili masyarakat secara keseluruhan. Anggapan tersebut

tidaklah salah, memang seyogyanya demikian. Tetapi ada proses

yang harus dilalui. Yang menjadi masalah adalah proses tersebut

belum berjalan sebagaimana mestinya, sehingga masyarakat tidak

merasa turut dilibatkan. Sejauh ini yang dihasilkan Perintah Desa

masih belum sesuai keinginan artinya basih banyak hal-hal yang

perlu dibenahi. Perdes-perdes yang ada sejauh ini setidaknya tidak

bertentangan dengan keinginan masyarakat Desa. Pemerintah

Desa maupun BPD masih lambat menyerap aspirasi dari bawah, hal

ini masih dimaklumi oleh sebagian dari pamong karena sumber

daya yang terbatas.

f. Laporan Pertanggungjawaban Kepala Desa

Selama ini Laporan Pertanggungjawaban Kepala Desa hanya

diketahui oleh BPD dan LPMD saja. Belum pernah ada LPJ Kepala

Desa disosialisasikan kepada masyarakat desa. Sehingga yang

136

Page 80: Bab III - 1. Pemerintahan Desa-revisi

Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta

menilai akan baik dan tidaknya kinerja kepala desa hanya BPD dan

LPMD. Tetapi setidaknya para pamong menghendaki adanya

informasi tentang LPJ Kepala Desa, karena masyarakat juga ingin

mengetahui apa yang telah dilakukan oleh pemerintah desanya.

g. Pemilihan Kepala Desa (Pilkades)

Selama ini proses pemilihan kepala desa sudah baik artinya

sudah sesuai dengan ketentuan yang diberikan dari pemerintah

kabupaten. Intervensi yang dilakukan oleh kabupaten menurut

pamong berupa peraturan dan tata tertib pemilihan. Fasilitas yang

diberikan oleh pemerintah kabupaten berupa kotak suara dan

dana. Pemilihan ini juga dibiayai oleh masyarakat, sebagai contoh

rapat persiapan pemilihan dan konsumsi pada waktu pra

pelaksanaan. Partisipasi masyarakat dalam bidang politik memang

hanya sebatas ikut serta dalam pemilihan baik kepaladesa, BPD,

maupun dukuh. Sedangkan pengawasan kinerja kepala desa masih

dipahami sebagai tugas BPD saja, apalagi pengawasan terhadap

kinerja BPD dan Dukuh hampir pasti tidak ada.

h. Tingkat Partisipasi Masyarakat

Partisipasi masyarakat oleh masyarakat desa sendiri masih

dimaknai sebagai keikutsertaan menyumbang (swadaya) atau

berperan dalam kegiatan desa menyangkut pembangunan sarana

umum terutama yang bersifat fisik. Partisipasi sendiri oleh

masyarakat desa belum dimaknai sebagai sesuatu yang lebih luas.

Sehingga anggapan mereka tingkat partisipasi mereka tinggi

dalam pembagunan desa. Bantuan dari Pemerintah Kabupaten

hanya berupa simultan untuk merangsang swadaya masyarakat.

Swadaya itu berupa materi, tenaga dan hibah tanah yang terkena

pembangunan sarana umum desa.

137

Page 81: Bab III - 1. Pemerintahan Desa-revisi

Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta

18. Desa Margosari

a. Struktur Pemerintah Desa

Tokoh-tokoh desa mayoritas tidak mengetahui perubahan

undang-undang yang mengatur penyelenggaraan pemerintah desa.

Sebagian beralasan karena pemerintah desa tidak

mensosialisasikan kepada mereka. Struktur pemerintah desa di

Desa Magosari menurut beberapa tokoh masyarakat masih banyak

yang perlu dibenahi. Hal ini lebih terkait pada masalahpola kerja

dan kinerja aparat pemerintah desa. Selama ini diakui masih

banyak penyelenggaraan tugas pemerintah desa tumpang tindih.

Bahkan kepala desa sering merangkap pekerjaan, artinya hal-hal

yang sebenarnya tidak harus dilaksanakan dan bisa dilaksanakan

oleh Kabag atau staf tetapi dikerjakan oleh kepala desa. Dengan

kata lain bahwa pendelegasian, pembagian dan interfensi dalam

melaksanakan tugas dan fungsi sebagai aparatur desa masih belum

optimal, sehingga pendelegasian dan pembagian tugas belum

berfungsi dengan baik. Tetapi setidaknya masyarakat melihat

bahwa pelayanan yang diberikan sudah cukup baik. Artinya sangat

jarang masyarakat dalam mengurus berbagai hal tidak dapat

dilayani pada saat itu juga.

b. Hubungan Pemerintah Desa dengan Lembaga-Lembaga di

Desa

Hubungan pemerintah desa dengan lembaga-lembaga desa

cukup positif, tetapi pemerintah desa baru menjalin hubungan

dengan lembaga-lembaga desa ditingkat desa sedangkan ditingkat

pedukuhan masih belum tersentuh oleh pemerintah desa. Relasi

yang dimaknai oleh informan masih sebatas hubungan dalam hal

pengambilan kebijakan melalui musyawarah desa. Hasil dari

138

Page 82: Bab III - 1. Pemerintahan Desa-revisi

Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta

hubungan tersebut masih dinilai sebatas kulit luar, sebagai contoh

ketika APBDes telah mengakomodir kebutuhan ditingkat

pedukuhan atau adanya Perdes yang berkaitan dengan

kepentingan masyarakat secara umum. Sehingga relasi belum

dimaknai secara lebih luas.

c.Hubungan Pemerintah Desa dengan Supra Desa

Campur tangan kabupaten dimaknai oleh informan sebagai

sebuah kebijakan yang berupa keputusan dari kabupaten, sebagai

contoh kebijakan ditingkat desa yang telah disetujui oleh

masyarakat desa belum dapat dijalankan apabila belum mendapat

persetujuan dari pemerintah kabupaten. Pihak pemerintah desa

masih melihat bahwasannya hal yang demikian adalah sesuatu

yang wajar karena beranggapan bahwa desa adalah bawahan

kabupaten. Kewengan desa lebih banyak ketika menyusun rencana

pembangunan dan APBDes, tetapi dalam pelaksanaannya masih

tetap menunggu persetujuan dari pemerintah kabupaten.

Sosialisasi program kabupaten yang terkait dengan desa lebih

banyak dilakukan oleh pemerintah desa melalui musyawarah desa,

sedangkan dari kabupaten sendiri masih jarang terjadi.

d.Renstra Desa/Program Kerja Tahunan

Rencana strategis belum dimaknai sebagai hal yang sangat

penting, artinya rencana strategis belum mengacu pada satu

tujuan sehingga pola yang ada adalah menmpung aspirasi berupa

keluhan dari setiap pedukuhan di wilayahnya. Dan hal itu masih

sebatas hal-hal yang bersifat fisik. Perencanaan pembangunan desa

dimulai dengan melakukan musyawarah dengan tokoh masyarakat

dan para dukuh oleh BPD. Dari setiap dukuh akan memberikan

usulan tentang hal-hal yang perlu dibenahi di pedukuhannya

139

Page 83: Bab III - 1. Pemerintahan Desa-revisi

Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta

masing-masing. Rendahnya sumber daya manusia di dalam tubuh

BPD maupun pemerintah desa diakui sebagai hal yang menjadi

salah satu faktor penghambat dalam merespon keinginan dan

aspirasi dari masyarakat. Keterlibatan masyarakat dalam

pembuatan perencanaan desa berada pada tingkat pedukuhan.

Dimana ada musyawarah di tingkat pedukuhan.

e.Perdes dan Keputusan-Keputusan Kepala Desa

Proses pengambilan keputusan berupa perdes hanya diikuti oleh

BPD dan LPMD, sedangkan sebelumnya belum atau tidak mengikut

sertakan masyarakat secara langsung. Hal ini dimungkinkan

karena pemerintah desa menganggap bahwasanya BPD dan LPMD

telah mewakili masyarakat secara keseluruhan. Anggapan tersebut

tidaklah salah, memang seyogyanya demikian. Tetapi ada proses

yang harus dilalui. Yang menjadi masalah adalah proses tersebut

belum berjalan sebagaimana mestinya, sehingga masyarakat tidak

merasa turut dilibatkan. Sejauh ini yang dihasilkan Perintah Desa

Margosari masih belum sesuai keinginan artinya basih banyak hal-

hal yang perlu dibenahi. Perdes-perdes yang ada sejauh ini

setidaknya tidak bertentangan dengan keinginan masyarakat Desa

Margosari. Pemerintah Desa Margosari maupun BPD masih lambat

menyerap aspirasi dari bawah, hal ini masih dimaklumi oleh

sebagian dari informan karena sumber daya yang terbatas.

f.Laporan Pertanggungjawaban Kepala Desa

Selama ini Laporan Pertanggungjawaban Kepala Desa hanya

diketahui oleh BPD dan LPMD saja. Belum pernah ada LPJ Kepala

Desa disosialisasikan kepada masyarakat desa. Sehingga yang

menilai akan baik dan tidaknya kinerja kepala desa hanya BPD dan

LPMD. Tetapi setidaknya para informan menghendaki adanya

140

Page 84: Bab III - 1. Pemerintahan Desa-revisi

Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta

informasi tentang LPJ Kepala Desa, karena masyarakat juga ingin

mengetahui apa yang telah dilakukan oleh pemerintah desanya.

g. Pemilihan Kepala Desa (Pilkades)

Selama ini proses pemilihan kepala desa di Desa Margosari

sudah baik artinya sudah sesuai dengan ketentuan yang diberikan

dari pemerintah kabupaten. Intervensi yang dilakukan oleh

kabupaten menurut informan berupa peraturan dan tata tertib

pemilihan. Fasilitas yang diberikan oleh pemerintah kabupaten

berupa kotak suara dan dana. Pemilihan ini juga dibiayai oleh

masyarakat, sebagai contoh rapat persiapan pemilihan dan

konsumsi pada waktu pra pelaksanaan.

h. Tingkat Partisipasi Masyarakat

Partisipasi masyarakat oleh masyarakat Desa Margosari sendiri

masih dimaknai sebagai keikutsertaan menyumbang (swadaya)

atau berperan dalam kegiatan desa menyangkut pembangunan

sarana umum. Partisipasi sendiri oleh masyarakat Desa Margosari

belum dimaknai sebagai sesuatu yang lebih luas. Sehingga

anggapan mereka tingkat partisipasi mereka tinggi dalam

pembagunan desa. Bantuan dari Pemerintah Kabupaten hanya

berupa simultan untuk merangsang swadaya masyarakat. Swadaya

itu berupa materi, tenaga dan hibah tanah yang terkena

pembangunan sarana umum desa.

19. Desa Karangsari

a. Struktur Pemerintah Desa

Selamaini diakui masih penyelenggaraan tugas pemerintah desa

karangsari masih tumpang tindih. Kepala desa merangkap

pekerjaan, artinya hal-hal yang sebenarnya tidak harus

141

Page 85: Bab III - 1. Pemerintahan Desa-revisi

Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta

dilaksanakan dan bisa dilaksanakan oleh Kabag atau staf tetapi

dikerjakan oleh kepala desa. Dengan kata lain bahwa

pendelegasian, pembagian dan interfensi dalam melaksanakan

tugas dan fungsi sebagai aparatur desa masih belum optimal,

sehingga pendelegasian dan pembagian tugas belum berfungsi

dengan baik. Tetapi setidaknya masyarakat melihat bahwa

pelayanan yang diberikan sudah cukup baik. Artinya sangat jarang

masyarakat dalam mengurus berbagai hal tidak dapat dilayani

pada saat itu juga.

b.Hubungan Pemerintah Desa dengan Lembaga-Lembaga Di

Desa

Hubungan pemerintah desa dengan lembaga-lembaga desa

cukup positif, masing-masing kelembagaan desa dapat

menjalankan tugas sesuai dengan fungsinya dan akan saling

mengadakan kordinasi apabila diperlukan. Relasi di desa

karangsari sebatas hubungan dalam hal pengambilan kebijakan

melalui musyawarah desa. Sehingga relasi belum dimaknai secara

lebih luas. Sebagai bagian yang terpisahkan dari kordinasi diantara

lembaga-lembaga desa.

c. Hubungan Pemerintah Desa dengan Supra Desa

Kewenangandesa lebih banyak ketika menyusun rencana

pembangunan dan APBDes, tetapi dalam pelaksanaannya masih

tetap menunggu persetujuan dari pemerintah kabupaten.

Sosialisasi program kabupaten yang terkait dengan desa lebih

banyak dilakukan oleh pemerintah desa melalui musyawarah desa,

sedangkan dari kabupaten sendiri masih jarang terjadi.

d. Renstra Desa/Program Kerja Tahunan

142

Page 86: Bab III - 1. Pemerintahan Desa-revisi

Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta

Rencana strategis belum dimaknai sebagai hal yang sangat

penting, sebagai sebuah rencana strategis. Renstra desa masih

sebatas hal-hal yang bersifat fisik. Jadi perencanaan strategis

masih dipahami sebagai penyusunan program dari tiap pedukuhan

atau tiap RT. Perencanaan pembangunan desa dimulai dengan

melakukan musyawarah dengan tokoh masyarakat dan para dukuh

oleh BPD. Dari setiap dukuh akan memberikan usulan tentang hal-

hal yang perlu dibenahi di pedukuhannya masing-masing.

Rendahnya sumber daya manusia di dalam tubuh BPD maupun

pemerintah desa diakui sebagai hal yang menjadi salah satu faktor

penghambat dalam merespon keinginan dan aspirasi dari

masyarakat. Keterlibatan masyarakat dalam pembuatan

perencanaan desa berada pada tingkat pedukuhan. Dimana ada

musyawarah di tingkat pedukuhan.

e. Perdes dan Keputusan-Keputusan Kepala Desa

Proses-proses pengambilan kebijakan dalam bentuk perdes

jarang mengikutsrtakan rakyat secara langsung. Semuanya masih

sebatas intern BPD. Pembuatan perdes hanya diwakili oleh tokoh

masyarakat, dukuh dan RT. Itupun hanya sebatas penggalian

aspirasi sedangkan pengodongan dan pemutusannya antara BPD

dan Pemerintah Desa saja.

Hal ini dimungkinkan karena pemerintah desa menganggap

bahwasanya BPD telah mewakili masyarakat secara keseluruhan.

Anggapan tersebut tidaklah salah, memang seyogyanya demikian.

Tetapi ada proses yang harus dilalui. Yang menjadi masalah adalah

proses tersebut belum berjalan sebagaimana mestinya, sehingga

masyarakat tidak merasa turut dilibatkan. Sejauh ini yang

dihasilkan Perintah Desa masih belum sesuai keinginan artinya

basih banyak hal-hal yang perlu dibenahi. Perdes-perdes yang ada

143

Page 87: Bab III - 1. Pemerintahan Desa-revisi

Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta

sejauh ini setidaknya tidak bertentangan dengan keinginan

masyarakat Desa. Pemerintah Desa maupun BPD masih lambat

menyerap aspirasi dari bawah, hal ini masih dimaklumi oleh

sebagian dari pamong karena sumber daya yang terbatas.

f. Laporan Pertanggungjawaban Kepala Desa.

Selama ini Laporan Pertanggungjawaban Kepala Desa hanya

diketahui oleh BPD saja. Belum pernah ada LPJ Kepala Desa

disosialisasikan kepada masyarakat desa. Sehingga yang menilai

akan baik dan tidaknya kinerja kepala desa hanya BPD dan LPMD.

Tetapi setidaknya para pamong menghendaki adanya informasi

tentang LPJ Kepala Desa, karena masyarakat juga ingin

mengetahui apa yang telah dilakukan oleh pemerintah desanya.

Laporan pertanggungjawaban Kepala Desa hanya dihadiri oleh

BPD dan perangkat desa. Masyarakat masih sebatas penonton

diluar arena, itu pun sebagian desa masih ada yang tidak

mempublikasikan adanya laporan pertanggungjawaban Kepala

Desa.Demikian juga mekanisme laporan pertanggungjawaban

kepala desa di desa karangsari mirip dengan mekanisme yang

sering terjadi seperti tersebut di atas.

g. Pemilihan Kepala Kepala Desa

Forum-forum pemilihan di desa antara lain adalah pemilihan

kepala desa, pemilihan BPD dan pemilihan dukuh. Secara formal

rekrutmen Kepala Desa di desa-desa Kulon Progo dilakukan

melalui suatu proses pemilihan langsung. Dasar hukum yang

dipakai dalam pelaksanaan pemilihan Kepala Desa ini berdasarkan

Peraturan Daerah Kabupaten. Proses pemilihan Kepala Desa ini

didahului dengan pembentukan panitia tingkat desa. Biasanya yang

duduk sebagai panitia adalah tokoh-tokoh desa dan perwakilan

pedukuhan.Sama halnya dengan pemilihan kepala desa, pemilihan

144

Page 88: Bab III - 1. Pemerintahan Desa-revisi

Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta

dukuh dan BPD diawali dengan proses pencalonan dan seleksi.

Kemudian kampanye dan pemilihan langsung. Pada dasarnya

semua pemilihan di desa tidak jauh berbeda. Proses ini dilalui oleh

semua pemilihan.

Selama ini proses pemilihan kepala desa sudah baik artinya

sudah sesuai dengan ketentuan yang diberikan dari pemerintah

kabupaten. Intervensi yang dilakukan oleh kabupaten menurut

pamong berupa peraturan dan tata tertib pemilihan. Fasilitas yang

diberikan oleh pemerintah kabupaten berupa kotak suara dan

dana. Pemilihan ini juga dibiayai oleh masyarakat, sebagai contoh

rapat persiapan pemilihan dan konsumsi pada waktu pra

pelaksanaan. Partisipasi masyarakat dalam bidang politik memang

hanya sebatas ikut serta dalam pemilihan baik kepal desa, BPD,

maupun dukuh. Sedangkan pengawasan kinerja kepala desa masih

dipahami sebagai tugas BPD saja, apalagi pengawasan terhadap

kinerja BPD dan Dukuh hampir pasti tidak ada.

Mekanisme pemilihan kepala desa di karangsasri melalui

mekanisme tersebut di atas dan dapat dikatakan sudah cukup

berhasil serta demokratis.

h. Tingkat Partisipasi Masyarakat

Partisipasi masyarakat oleh masyarakat desa sendiri masih

dimaknai sebagai keikutsertaan menyumbang (swadaya) atau

berperan dalam kegiatan desa menyangkut pembangunan sarana

umum terutama yang bersifat fisik. Partisipasi sendiri oleh

masyarakat desa belum dimaknai sebagai sesuatu yang lebih luas.

Sehingga anggapan mereka tingkat partisipasi mereka tinggi

dalam pembagunan desa. Bantuan dari Pemerintah Kabupaten

hanya berupa simultan untuk merangsang swadaya masyarakat.

145

Page 89: Bab III - 1. Pemerintahan Desa-revisi

Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta

Swadaya itu berupa materi, tenaga dan hibah tanah yang terkena

pembangunan sarana umum desa.

20. Desa Hargorejo

a. Struktur Pemerintah Desa

Polakerja dan kinerja aparat pemerintah desa hargorejo diakui

masih banyak penyelenggaraan tugas pemerintah desa tumpang

tindih. pendelegasian, pembagian dan interfensi dalam

melaksanakan tugas dan fungsi sebagai aparatur desa masih belum

optimal, sehingga pendelegasian dan pembagian tugas belum

berfungsi dengan baik. namun masyarakat melihat bahwa

pelayanan yang diberikan sudah cukup baik. Artinya sangat jarang

masyarakat dalam mengurus berbagai hal tidak dapat dilayani

pada saat itu juga.

b. Hubungan Pemerintah Desa dengan Lembaga-Lembaga di

Desa

Relasi kelembagaan desa di Hargorejo dalam hal pengambilan

kebijakan melalui musyawarah desa. LPMD yang seyogyanya

memberikan masukan dan merencanakan pembagunan desa,

belum dapat berbuat banyak. Peran-peran yang seharusnya

dipegang lebih banyak dijalankan oleh pemerintah desa dan BPD.

Mereka hanya dihadirkan pada saat pembuatan rencana

pembangunan yang akan di ajukan ke kecamatan. Forum-forum

Msbangdus maupun Musbangdes selama ini hanya bersifat

formalitas belaka. Pembahasan hanya difokuskan pada program

apa yang belum turun atau belum terrealisasi diajukan kembali dan

ditambah dengan program-program baru.

146

Page 90: Bab III - 1. Pemerintahan Desa-revisi

Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta

c. Hubungan Pemerintah Desa dengan Supra Desa

Campur tangan kabupaten dimaknai oleh pamong sebagai

sebuah kebijakan yang berupa keputusan dari kabupaten, sebagai

contoh kebijakan ditingkat desa yang telah disetujui oleh

masyarakat desa belum dapat dijalankan apabila belum mendapat

persetujuan dari pemerintah kabupaten. Pihak pemerintah desa

masih melihat bahwasannya hal yang demikian adalah sesuatu

yang wajar karena beranggapan bahwa desa adalah bawahan

kabupaten. Kewengan desa lebih banyak ketika menyusun rencana

pembangunan dan APBDes, tetapi dalam pelaksanaannya masih

tetap menunggu persetujuan dari pemerintah kabupaten.

Sosialisasi program kabupaten yang terkait dengan desa lebih

banyak dilakukan oleh pemerintah desa melalui musyawarah desa,

sedangkan dari kabupaten sendiri masih jarang terjadi.

d. Renstra Desa/Program Kerja Tahunan

Rencana strategis belum dimaknai sebagai hal yang sangat

penting, artinya rencana strategis belum mengacu pada satu

tujuan sehingga pola yang ada adalah menmpung aspirasi berupa

keluhan dari setiap pedukuhan di wilayahnya. Dan hal itu masih

sebatas hal-hal yang bersifat fisik. Jadi perencanaan strategis

masih dipahami sebagai penyusunan program dari tiap pedukuhan

atau tiap RT. Perencanaan pembangunan desa dimulai dengan

melakukan musyawarah dengan tokoh masyarakat dan para dukuh

oleh BPD. Dari setiap dukuh akan memberikan usulan tentang

hal-hal yang perlu dibenahi di pedukuhannya masing-masing.

Rendahnya sumber daya manusia di dalam tubuh BPD maupun

pemerintah desa diakui sebagai hal yang menjadi salah satu faktor

penghambat dalam merespon keinginan dan aspirasi dari

147

Page 91: Bab III - 1. Pemerintahan Desa-revisi

Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta

masyarakat. Keterlibatan masyarakat dalam pembuatan

perencanaan desa berada pada tingkat pedukuhan. Dimana ada

musyawarah di tingkat pedukuhan.

e. Perdes dan Keputusan-Keputusan Kepala Desa

Proses pengambilan keputusan berupa perdes hanya diikuti oleh

BPD sebagai wakil rakyat. menganggap bahwasanya BPD telah

mewakili masyarakat secara keseluruhan. Anggapan tersebut

tidaklah salah, memang seyogyanya demikian. Tetapi ada proses

yang harus dilalui. Yang menjadi masalah adalah proses tersebut

belum berjalan sebagaimana mestinya, sehingga masyarakat tidak

merasa turut dilibatkan. Sejauh ini yang dihasilkan Perintah Desa

masih belum sesuai keinginan artinya basih banyak hal-hal yang

perlu dibenahi. Perdes-perdes yang ada sejauh ini setidaknya tidak

bertentangan dengan keinginan masyarakat Desa. Pemerintah

Desa maupun BPD masih lambat menyerap aspirasi dari bawah, hal

ini masih dimaklumi oleh sebagian dari pamong karena sumber

daya yang terbatas.

Aspirasi dari masyarakat hanya diwakili oleh RT, Dukuh dan

KKLPMD. Sedagkan pertemuan dengan seluruh masyarakat di

tingkat RT hapir semua desa tidak melakukan. Perwakilan RT

sudah diangggap sebagai aspirasi dari masyarakat, baik dalam hal

perumusan program maupun pengambilan kebijakan.

f. Laporan Pertanggungjawaban Kepala Desa

Selama ini Laporan Pertanggungjawaban Kepala Desa hanya

diketahui oleh BPD.jarang ada LPJ Kepala Desa disosialisasikan

kepada masyarakat desa. Sehingga yang menilai akan baik dan

tidaknya kinerja kepala desa hanya BPD dan LPMD. Tetapi

setidaknya para pamong menghendaki adanya informasi tentang

148

Page 92: Bab III - 1. Pemerintahan Desa-revisi

Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta

LPJ Kepala Desa, karena masyarakat juga ingin mengetahui apa

yang telah dilakukan oleh pemerintah desanya. Laporan

pertanggungjawaban Kepala Desa hanya dihadiri oleh BPD dan

perangkat desa. Masyarakat masih sebatas penonton diluar arena,

itu pun sebagian desa masih ada yang tidak mempublikasikan

adanya laporan pertanggungjawaban Kepala Desa. Desa Hargorejo

dalam melakukan pertanggungjawaban kepala desa juga memalui

mekanisme pertanggungjawaban kepala desa ke BPD, masyarakat

boleh tahu dan melihat, namun sejauh ini belum pertnah

masyarakat menggunakan hak untuk melihat mekanisme

pertanggungjawaban ini.

g. Pemilihan Kepala Desa

Selama ini proses pemilihan kepala desa sudah baik artinya

sudah sesuai dengan ketentuan yang diberikan dari pemerintah

kabupaten. Intervensi yang dilakukan oleh kabupaten menurut

pamong berupa peraturan dan tata tertib pemilihan. Fasilitas yang

diberikan oleh pemerintah kabupaten berupa kotak suara dan

dana. Pemilihan ini juga dibiayai oleh masyarakat, sebagai contoh

rapat persiapan pemilihan dan konsumsi pada waktu pra

pelaksanaan. Partisipasi masyarakat dalam bidang politik memang

hanya sebatas ikut serta dalam pemilihan baik kepal desa, BPD,

maupun dukuh.

Sedangkan pengawasan kinerja kepala desa masih dipahami

sebagai tugas BPD saja, apalagi pengawasan terhadap kinerja BPD

dan Dukuh hampir pasti tidak ada. Sedangkan untuk pengisian

jabatan perangkat desa seperti Kepala-kepala Bagian dilakukan

melalui mekanisme tidak pilihan langsung tetapi dilakukan dengan

mekanisme tidak langsung, yaitu melalui ujian baik tertulis maupun

lisan. Hasil seleksi baik tertulis, lisan dilakukan melalui mekanisme

149

Page 93: Bab III - 1. Pemerintahan Desa-revisi

Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta

rapat bersama antara BPD dengan Kepala Desa beserta panitia

yang lain. Bagi yang terpilih melalui seleksi tersebut akan dilantik

oleh Kepala Desa.

h. Tingkat Partisipasi Masyarakat

Partisipasi masyarakat oleh masyarakat desa sendiri masih

dimaknai sebagai keikutsertaan menyumbang (swadaya) atau

berperan dalam kegiatan desa menyangkut pembangunan sarana

umum terutama yang bersifat fisik. Partisipasi sendiri oleh

masyarakat desa belum dimaknai sebagai sesuatu yang lebih luas.

Sehingga anggapan mereka tingkat partisipasi mereka tinggi

dalam pembagunan desa. Bantuan dari Pemerintah Kabupaten

hanya berupa simultan untuk merangsang swadaya masyarakat.

Swadaya itu berupa materi, tenaga dan hibah tanah yang terkena

pembangunan sarana umum desa.

Peran politik masyarakat secara langsung hanya pada Pilkades

dan Pemilihan BPD. Peran-peran lain seperti pengambilan

keputusan perencanaan pembangunan masih berupa perwakilan

pedukuhan dan tokoh masyarakat. Hal yang demikian sudah

dianggap bahwa perwakilan tersebut sudah merupakan

representatisi dari masyarakat desa.

21. Desa Giripurwo

a. Struktur Pemerintah Desa

Struktur pemerintah desa telah menganut Undang-undang No.

22 tahun 1999. Sama dengan desa-desa lainnya perubahan UU

dimengerti oleh para pamong sebatas perubahan LMD menjadi

BPD dan LKMD menjadi LPMD. Dalam UU No.22 Tahun 1999

Kepala Desa harus memperhatikan suara BPD. BPD inilah yang

bertugas mengkontrol pelaksanaan tugas Kepala Desa beserta

perangkatnya. Disamping itu juga pertanggungjawaban Kepala

150

Page 94: Bab III - 1. Pemerintahan Desa-revisi

Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta

Desa dalam UU No5 tahun 1979 kepada Bupati melalui Camat.

Sedangkan dalam UU No.22 Tahun 1999 pertanggungjawabannya

kepada rakyat melalui BPD.

Sedangkan untuk pembagian kekuasaan di desa antar Kepala

Desa dengan BPD masih belum ada, artinya peran BPD yang

seharusnya bisa memberikan dinamika politik di desa hampir tidak

ada. Ini dimungkinkan karena anggapan tentang dirubahanya LMD

menjadi BPD dimaknai bahwa tugas BPD hampir sama dengan

BPD, demikian halnya dengan yang lain. Masalah pola kerja dan

kinerja aparat pemerintah desa, selama ini diakui masih banyak

penyelenggaraan tugas pemerintah desa tumpang tindih. Bahkan

kepala desa sering merangkap pekerjaan, artinya hal-hal yang

sebenarnya tidak harus dilaksanakan dan bisa dilaksanakan oleh

Kabag atau staf tetapi dikerjakan oleh kepala desa. Dengan kata

lain bahwa pendelegasian, pembagian dan interfensi dalam

melaksanakan tugas dan fungsi sebagai aparatur desa masih belum

optimal, sehingga pendelegasian dan pembagian tugas belum

berfungsi dengan baik. Tetapi setidaknya masyarakat melihat

bahwa pelayanan yang diberikan sudah cukup baik. Artinya sangat

jarang masyarakat dalam mengurus berbagai hal tidak dapat

dilayani pada saat itu juga.

b. Hubungan Pemerintah Desa dengan Lembaga-Lembaga di

Desa

Hubungan pemerintah desa dengan lembaga-lembaga desa

cukup positif, tetapi pemerintah desa baru menjalin hubungan

dengan lembaga-lembaga desa ditingkat desa sedangkan ditingkat

pedukuhan masih belum tersentuh oleh pemerintah desa. Relasi

yang masih dimaknai sebatas hubungan dalam hal pengambilan

kebijakan melalui musyawarah desa. Hasil dari hubungan tersebut

151

Page 95: Bab III - 1. Pemerintahan Desa-revisi

Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta

masih dinilai sebatas kulit luar, sebagai contoh ketika penyusunan

Perdes yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat secara

umum. Sehingga relasi belum dimaknai secara lebih luas.

Mayoritas dalam setiap pengambilan kebijakan, yang akan

diundang sampai pada batasan Dukuh, itu pun bukan berarti dukuh

telah melakukan pertemuan dahulu dengan masyarakat di

pedukuhan. Bisa jadi usulan dari dukuh merupakan pendapat

individu.

Sedangkan dalam proses legislasinya BPD menjalankan

fungsinya membuat perdes dengan kepala desa. Sedangkan dalam

melakukan fungsi pengawasannya BPD pernah melakukan teguran

secara keras kepada mantan kepala desa, karena berkaitan dengan

lemahnya kinerja pemerintahan desa, bahkan dalam

perkembangannya BPD melaporakan kinerja Kepala Desa

Giripurwo ini ke Badan Pengawasan Daerah untuk diadakan

pembinaan terkait dengan penyalahgunaan Dana Bantuan Desa

Sedangkan secara administratif BPD pernah melakukan teguran

kepada kepala desa, misalnya menegur kades berkaitan dengan

laporan pertanggungjawabannya yang tidak sesuai di masa akhir

jabatannya Kepala Desa Giripurwo. Sedangkan untuk LPMD

sebagian masih belum terbentuk sebagai contoh Desa Giripurwo

belum mempunyai LPMD.

c. Hubungan Pemerintah Desa dengan Supra Desa

Campur tangan kabupaten dimaknai oleh pamong sebagai

sebuah kebijakan yang berupa keputusan dari kabupaten, sebagai

contoh kebijakan ditingkat desa yang telah disetujui oleh

masyarakat desa belum dapat dijalankan apabila belum mendapat

persetujuan dari pemerintah kabupaten.

152

Page 96: Bab III - 1. Pemerintahan Desa-revisi

Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta

Pihak pemerintah desa masih melihat bahwasannya hal yang

demikian adalah sesuatu yang wajar karena beranggapan bahwa

desa adalah bawahan kabupaten. Kewengan desa lebih banyak

ketika menyusun rencana pembangunan dan APBDes, tetapi dalam

pelaksanaannya masih tetap menunggu persetujuan dari

pemerintah kabupaten. Sosialisasi program kabupaten yang terkait

dengan desa lebih banyak dilakukan oleh pemerintah desa melalui

musyawarah desa, sedangkan dari kabupaten sendiri masih jarang

terjadi.

d. Renstra Desa/Program Kerja Tahunan

Rencana pembangunan yang menyeluruh dari desa yang

tergambar dalam bentuk rencana strategis desa kebanyakan belum

ada. Rencana strategis belum dimaknai sebagai hal yang sangat

penting, artinya rencana strategis belum mengacu pada satu

tujuan sehingga pola yang ada adalah menmpung aspirasi berupa

keluhan dari setiap pedukuhan di wilayahnya. Dan hal itu masih

sebatas hal-hal yang bersifat fisik. Jadi perencanaan strategis

masih dipahami sebagai penyusunan program dari tiap pedukuhan

atau tiap RT.

Perencanaan pembangunan desa dimulai dengan melakukan

musyawarah dengan tokoh masyarakat dan para dukuh oleh BPD.

Dari setiap dukuh akan memberikan usulan tentang hal-hal yang

perlu dibenahi di pedukuhannya masing-masing. Rendahnya

sumber daya manusia di dalam tubuh BPD maupun pemerintah

desa diakui sebagai hal yang menjadi salah satu faktor penghambat

dalam merespon keinginan dan aspirasi dari masyarakat.

Keterlibatan masyarakat dalam pembuatan perencanaan desa

berada pada tingkat pedukuhan. Dimana ada musyawarah di

tingkat pedukuhan.

153

Page 97: Bab III - 1. Pemerintahan Desa-revisi

Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta

e. Perdes dan Keputusan-Keputusan Kepala Desa

Proses pengambilan keputusan berupa perdes hanya diikuti oleh

BPD dan LPMD, sedangkan sebelumnya belum atau tidak mengikut

sertakan masyarakat secara langsung. Hal ini dimungkinkan

karena pemerintah desa menganggap bahwasanya BPD dan LPMD

telah mewakili masyarakat secara keseluruhan. Anggapan tersebut

tidaklah salah, memang seyogyanya demikian. Tetapi ada proses

yang harus dilalui.

Yang menjadi masalah adalah proses tersebut belum berjalan

sebagaimana mestinya, sehingga masyarakat tidak merasa turut

dilibatkan. Sejauh ini yang dihasilkan Perintah Desa masih belum

sesuai keinginan artinya basih banyak hal-hal yang perlu dibenahi.

Perdes-perdes yang ada sejauh ini setidaknya tidak bertentangan

dengan keinginan masyarakat Desa. Pemerintah Desa maupun BPD

masih lambat menyerap aspirasi dari bawah, hal ini masih

dimaklumi oleh sebagian dari pamong karena sumber daya yang

terbatas.

f. Laporan Pertanggungjawaban Kepala Desa

Selama ini Laporan Pertanggungjawaban Kepala Desa hanya

diketahui oleh BPD dan LPMD saja. Belum pernah ada LPJ Kepala

Desa disosialisasikan kepada masyarakat desa. Sehingga yang

menilai akan baik dan tidaknya kinerja kepala desa hanya BPD dan

LPMD. Tetapi setidaknya para pamong menghendaki adanya

informasi tentang LPJ Kepala Desa, karena masyarakat juga ingin

mengetahui apa yang telah dilakukan oleh pemerintah desanya.

g. Pemilihan Kepala Desa(Pilkades)

154

Page 98: Bab III - 1. Pemerintahan Desa-revisi

Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta

Selama ini proses pemilihan kepala desa sudah baik artinya

sudah sesuai dengan ketentuan yang diberikan dari pemerintah

kabupaten. Intervensi yang dilakukan oleh kabupaten menurut

pamong berupa peraturan dan tata tertib pemilihan. Fasilitas yang

diberikan oleh pemerintah kabupaten berupa kotak suara dan

dana. Pemilihan ini juga dibiayai oleh masyarakat, sebagai contoh

rapat persiapan pemilihan dan konsumsi pada waktu pra

pelaksanaan.

Partisipasi masyarakat dalam bidang politik memang hanya

sebatas ikut serta dalam pemilihan baik kepal desa, BPD, maupun

dukuh. Sedangkan pengawasan kinerja kepala desa masih

dipahami sebagai tugas BPD saja, apalagi pengawasan terhadap

kinerja BPD dan Dukuh hampir pasti tidak ada.

h. Tingkat Partisipasi Masyarakat

Partisipasi masyarakat oleh masyarakat desa Giripurwo

dimaknai sebagai keikutsertaan menyumbang (swadaya) atau

berperan dalam kegiatan desa menyangkut pembangunan sarana

umum terutama yang bersifat fisik. Partisipasi sendiri oleh

masyarakat desa belum dimaknai sebagai sesuatu yang lebih luas.

Sehingga anggapan mereka tingkat partisipasi mereka tinggi

dalam pembagunan desa. Bantuan dari Pemerintah Kabupaten

hanya berupa simultan untuk merangsang swadaya masyarakat.

Swadaya itu berupa materi, tenaga dan hibah tanah yang terkena

pembangunan sarana umum desa.

22. Desa Jatisarono

a. Struktur Pemerintah Desa

Struktur Pemerintahan Desa berdasarkan UU No.22 Tahun

1999 berbeda dibandingkan dengan struktur pemerintahan

155

Page 99: Bab III - 1. Pemerintahan Desa-revisi

Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta

berdasarkan UU No.5 tahun 1979. tetapi untuk Desa Jatisarono

struktur pemerintah desa-nya telah menganut Undang-undang No.

22 tahun 1999. Berdasarkan UU No.22 Tahun 1999 ini kedudukan

Kepala Desa berbeda bila dibandingkan dengan UU No.5 tahun

1979. Kepala Desa berdasarkan UU No.22 Tahun 1999 bukan lagi

merupakan Pusat kekuasaan yang ada di desa. Kepala Desa dewasa

ini harus berbagi kekuasaan dengan Badan Perwakilan Desa (BPD).

Kepala Desa dikontrol oleh BPD dalam menjalankan

pemerintahannya.

Perubahan struktur dalam pemerintahan desa dimengerti oleh

para pamong sebatas perubahan LMD menjadi BPD dan LKMD

menjadi LPMD. Sedangkan untuk pembagian kekuasaan di desa

antar Kepala Desa dengan BPD masih belum ada, artinya peran

BPD yang seharusnya bisa memberikan dinamika politik di desa

hampir tidak ada. Ini dimungkinkan karena anggapan tentang

dirubahanya LMD menjadi BPD dimaknai bahwa tugas BPD hampir

sama dengan BPD, demikian halnya dengan yang lain.

Masalah pola kerja dan kinerja aparat pemerintah desa, selama

ini diakui masih banyak penyelenggaraan tugas pemerintah desa

tumpang tindih. Bahkan kepala desa sering merangkap pekerjaan,

artinya hal-hal yang sebenarnya tidak harus dilaksanakan dan bisa

dilaksanakan oleh Kabag atau staf tetapi dikerjakan oleh kepala

desa. Dengan kata lain bahwa pendelegasian, pembagian dan

interfensi dalam melaksanakan tugas dan fungsi sebagai aparatur

desa masih belum optimal, sehingga pendelegasian dan pembagian

tugas belum berfungsi dengan baik. Tetapi setidaknya masyarakat

melihat bahwa pelayanan yang diberikan sudah cukup baik. Artinya

sangat jarang masyarakat dalam mengurus berbagai hal tidak

dapat dilayani pada saat itu juga.

156

Page 100: Bab III - 1. Pemerintahan Desa-revisi

Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta

b. Hubungan Pemerintah Desa dengan Lembaga-

Lembaga di Desa

Hubungan pemerintah desa dengan lembaga-lembaga desa

cukup positif, tetapi pemerintah desa baru menjalin hubungan

dengan lembaga-lembaga desa ditingkat desa sedangkan ditingkat

pedukuhan masih belum tersentuh oleh pemerintah desa. Relasi

yang masih dimaknai sebatas hubungan dalam hal pengambilan

kebijakan melalui musyawarah desa.

Hasil dari hubungan tersebut masih dinilai sebatas kulit luar,

sebagai contoh ketika APBDes telah mengakomodir kebutuhan

ditingkat pedukuhan atau adanya Perdes yang berkaitan dengan

kepentingan masyarakat secara umum. Sehingga relasi belum

dimaknai secara lebih luas. Mayoritas dalam setiap pengambilan

kebijakan, yang akan diundang sampai pada batasan Dukuh, itu

pun bukan berarti dukuh telah melakukan pertemuan dahulu

dengan masyarakat di pedukuhan. Bisa jadi usulan dari dukuh

merupakan pendapat individu.

c. Hubungan pemerintah Desa dengan Supra Desa

Campur tangan kabupaten dimaknai oleh pamong sebagai

sebuah kebijakan yang berupa keputusan dari kabupaten, sebagai

contoh kebijakan ditingkat desa yang telah disetujui oleh

masyarakat desa belum dapat dijalankan apabila belum mendapat

persetujuan dari pemerintah kabupaten.

Pihak pemerintah desa masih melihat bahwasannya hal yang

demikian adalah sesuatu yang wajar karena beranggapan bahwa

desa adalah bawahan kabupaten. Kewengan desa lebih banyak

ketika menyusun rencana pembangunan dan APBDes, tetapi dalam

pelaksanaannya masih tetap menunggu persetujuan dari

pemerintah kabupaten. Sosialisasi program kabupaten yang terkait

157

Page 101: Bab III - 1. Pemerintahan Desa-revisi

Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta

dengan desa lebih banyak dilakukan oleh pemerintah desa melalui

musyawarah desa, sedangkan dari kabupaten sendiri masih jarang

terjadi.

d. Renstra Desa/Program Kerja Tahunan

Dibidang pembangunan kebijakan desa dalam perencaannya

berusaha untuk melibatkan masyarakatnya. Namun pola

pembangunan yang direncanakan dari bawah sering kandas di

tingkat atas (Kabupaten ataupun instansi yang lain). Musbangdes

dan UDKP yang dilakukan oleh Kabupaten sering desa tidak

pernah diajak. Hal ini menunjukan bahwa tidak ada proses

pengawalan kebijakan desa di tingkat Kabupaten.

Musyawarah ini bertujuan merumuskan program kerja satu

tahun ke depan. Hasil perumusan program tersebut diajukan ke

tingkat kecamatan. Selanjutnya kecamatan yang akan membawa

usulan tersebut ke kabupaten. Program yang diajuakan lebih

banyak pada pembangunan fisik. Masyarakat juga diberikan

keleluasaan oleh Pemerintah Desa untuk ikut mengawasi

pelaksanaan program tersebut.

Rencana strategis belum dimaknai sebagai hal yang sangat

penting, artinya rencana strategis belum mengacu pada satu

tujuan sehingga pola yang ada adalah menmpung aspirasi berupa

keluhan dari setiap pedukuhan di wilayahnya. Dan hal itu masih

sebatas hal-hal yang bersifat fisik. Jadi perencanaan strategis

masih dipahami sebagai penyusunan program dari tiap pedukuhan

atau tiap RT. Perencanaan pembangunan desa dimulai dengan

melakukan musyawarah dengan tokoh masyarakat dan para dukuh

oleh BPD. Dari setiap dukuh akan memberikan usulan tentang hal-

hal yang perlu dibenahi di pedukuhannya masing-masing.

Rendahnya sumber daya manusia di dalam tubuh BPD maupun

158

Page 102: Bab III - 1. Pemerintahan Desa-revisi

Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta

pemerintah desa diakui sebagai hal yang menjadi salah satu faktor

penghambat dalam merespon keinginan dan aspirasi dari

masyarakat. Keterlibatan masyarakat dalam pembuatan

perencanaan desa berada pada tingkat pedukuhan. Dimana ada

musyawarah di tingkat pedukuhan.

e. Perdes dan Keputusan-Keputusan Kepala Desa

Kebijakan yang ditempuh oleh sebagian besar Pemerintah Desa

masih mengacu pada kebijakan yang telah ditetapkan oleh

Kabupaten melalui perda-perdanya. Kebijakan mengenai

pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan masih mengacu

pada peraturan yang di buat Kabupaten. Bahkan tidak jarang ada

perda terlalu jauh mengintervensi kebijakan di bidang

pemerintahan yang akan diambil oleh Pemerintah Desa.

Proses pengambilan keputusan berupa perdes hanya diikuti oleh

BPD dan LPMD, sedangkan sebelumnya belum atau tidak mengikut

sertakan masyarakat secara langsung. Hal ini dimungkinkan

karena pemerintah desa menganggap bahwasanya BPD dan LPMD

telah mewakili masyarakat secara keseluruhan. Anggapan tersebut

tidaklah salah, memang seyogyanya demikian. Tetapi ada proses

yang harus dilalui. Yang menjadi masalah adalah proses tersebut

belum berjalan sebagaimana mestinya, sehingga masyarakat tidak

merasa turut dilibatkan. Sejauh ini yang dihasilkan Perintah Desa

masih belum sesuai keinginan artinya basih banyak hal-hal yang

perlu dibenahi. Perdes-perdes yang ada sejauh ini setidaknya tidak

bertentangan dengan keinginan masyarakat Desa. Pemerintah

Desa maupun BPD masih lambat menyerap aspirasi dari bawah, hal

ini masih dimaklumi oleh sebagian dari pamong karena sumber

daya yang terbatas.

159

Page 103: Bab III - 1. Pemerintahan Desa-revisi

Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta

f. Laporan Pertanggungjawaban Kepala Desa

Selama ini Laporan Pertanggungjawaban Kepala Desa hanya

diketahui oleh BPD dan LPMD saja. Belum pernah ada LPJ Kepala

Desa disosialisasikan kepada masyarakat desa. Sehingga yang

menilai akan baik dan tidaknya kinerja kepala desa hanya BPD dan

LPMD. Tetapi setidaknya para pamong menghendaki adanya

informasi tentang LPJ Kepala Desa, karena masyarakat juga ingin

mengetahui apa yang telah dilakukan oleh pemerintah desanya.

g. Pemilihan Kepala Desa

Selama ini proses pemilihan kepala desa sudah baik artinya

sudah sesuai dengan ketentuan yang diberikan dari pemerintah

kabupaten. Intervensi yang dilakukan oleh kabupaten menurut

pamong berupa peraturan dan tata tertib pemilihan. Proses yang

dilalui dalam pemilihan kepala desa sama dengan desa-desa yang

lain. Mulai dari pembentukan panitia, pendaftaran calon, seleksi

calon, kampanye hingga pencoblosan.

Fasilitas yang diberikan oleh pemerintah kabupaten berupa

kotak suara dan dana. Pemilihan ini juga dibiayai oleh masyarakat,

sebagai contoh rapat persiapan pemilihan dan konsumsi pada

waktu pra pelaksanaan. Partisipasi masyarakat dalam bidang

politik memang hanya sebatas ikut serta dalam pemilihan baik

kepal desa, BPD, maupun dukuh. Sedangkan pengawasan kinerja

kepala desa masih dipahami sebagai tugas BPD saja, apalagi

pengawasan terhadap kinerja BPD dan Dukuh hampir pasti tidak

ada.

h. Tingkat Partisipasi Masyarakat

Partisipasi masyarakat oleh masyarakat desa sendiri masih

dimaknai sebagai keikutsertaan menyumbang (swadaya) atau

160

Page 104: Bab III - 1. Pemerintahan Desa-revisi

Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta

berperan dalam kegiatan desa menyangkut pembangunan sarana

umum terutama yang bersifat fisik. Partisipasi sendiri oleh

masyarakat desa belum dimaknai sebagai sesuatu yang lebih luas.

Sehingga anggapan mereka tingkat partisipasi mereka tinggi

dalam pembagunan desa. Bantuan dari Pemerintah Kabupaten

hanya berupa simultan untuk merangsang swadaya masyarakat.

Swadaya itu berupa materi, tenaga dan hibah tanah yang terkena

pembangunan sarana umum desa.

23. Desa Gerbosari

a. Struktur Pemerintah Desa

Struktur pemerintah desa Gerbosari sesuai dengan UU No. 22

tahun 1999. Perubahan struktur dalam pemerintahan desa dmana

Kepala Desa dikontrol oleh BPD dalam menjalankan

pemerintahannya. Hal ini tentu berbeda dengan pada saat

diberlakukannya UU No.5 tahun 1979. Pada saat UU No.5 tahun

1979 berlaku, Kepala Desa disamping sebagai Kepala Desa juga

merangkap sebagai alat dari pemerintah Pusat yang ada di desa

sekaligus sebagai ketua LMD (Lembaga Musyawarah Desa).

Sedangkan untuk pembagian kekuasaan di desa antar Kepala

Desa dengan BPD masih belum ada, artinya peran BPD yang

seharusnya bisa memberikan dinamika politik di desa hampir tidak

ada. Ini dimungkinkan karena anggapan tentang dirubahanya LMD

menjadi BPD dimaknai bahwa tugas BPD hampir sama dengan

BPD, demikian halnya dengan yang lain. Masalah pola kerja dan

kinerja aparat pemerintah desa, selama ini diakui masih banyak

penyelenggaraan tugas pemerintah desa tumpang tindih. Bahkan

kepala desa sering merangkap pekerjaan, artinya hal-hal yang

sebenarnya tidak harus dilaksanakan dan bisa dilaksanakan oleh

Kabag atau staf tetapi dikerjakan oleh kepala desa. Dengan kata

161

Page 105: Bab III - 1. Pemerintahan Desa-revisi

Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta

lain bahwa pendelegasian, pembagian dan interfensi dalam

melaksanakan tugas dan fungsi sebagai aparatur desa masih belum

optimal, sehingga pendelegasian dan pembagian tugas belum

berfungsi dengan baik. Tetapi setidaknya masyarakat melihat

bahwa pelayanan yang diberikan sudah cukup baik. Artinya sangat

jarang masyarakat dalam mengurus berbagai hal tidak dapat

dilayani pada saat itu juga.

Gambaran ataupun pemaparan tersebut juga terjadi di

gerbosari, dimana perubahan UU tersebut mempengaruhi

mekanisme pembagian kewenangan dan pembagian tugas dalam

struktur pemerintahan desa.

b. Hubungan Pemerintah Desa dengan Lembaga-

Lembaga di Desa

Hubungan pemerintah desa dengan lembaga-lembaga desa

cukup positif, tetapi pemerintah desa baru menjalin hubungan

dengan lembaga-lembaga desa ditingkat desa sedangkan ditingkat

pedukuhan masih belum tersentuh oleh pemerintah desa. Relasi

yang masih dimaknai sebatas hubungan dalam hal pengambilan

kebijakan melalui musyawarah desa. Hasil dari hubungan tersebut

masih dinilai sebatas kulit luar, sebagai contoh ketika APBDes

telah mengakomodir kebutuhan ditingkat pedukuhan atau adanya

Perdes yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat secara

umum. Sehingga relasi belum dimaknai secara lebih luas.

Mayoritas dalam setiap pengambilan kebijakan, yang akan

diundang sampai pada batasan Dukuh, itu pun bukan berarti dukuh

telah melakukan pertemuan dahulu dengan masyarakat di

pedukuhan. Bisa jadi usulan dari dukuh merupakan pendapat

individu.

162

Page 106: Bab III - 1. Pemerintahan Desa-revisi

Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta

c. Hubungan Pemerintah Desa dengan Supra Desa

Campur tangan kabupaten dimaknai oleh pamong sebagai

sebuah kebijakan yang berupa keputusan dari kabupaten, sebagai

contoh kebijakan ditingkat desa yang telah disetujui oleh

masyarakat desa belum dapat dijalankan apabila belum mendapat

persetujuan dari pemerintah kabupaten. Pihak pemerintah desa

masih melihat bahwasannya hal yang demikian adalah sesuatu

yang wajar karena beranggapan bahwa desa adalah bawahan

kabupaten. Kewengan desa lebih banyak ketika menyusun rencana

pembangunan dan APBDes, tetapi dalam pelaksanaannya masih

tetap menunggu persetujuan dari pemerintah kabupaten.

Sosialisasi program kabupaten yang terkait dengan desa lebih

banyak dilakukan oleh pemerintah desa melalui musyawarah desa,

sedangkan dari kabupaten sendiri masih jarang terjadi.

d. Renstra Desa/Program Kerja Tahunan

Pemerintah Desa dalam menentukan kebijakannya belum

didasari adanya rencana strategis Desa (Renstra). Kebijakan masih

di dasarkan pada kebutuhan sesaat dengan berpedoman pada

kebijakan-kebijakan tahun sebelumnya hal ini tergambar dalam

peratuaran desa mengenai program desa. Rencana strategis belum

dimaknai sebagai hal yang sangat penting, artinya rencana

strategis belum mengacu pada satu tujuan sehingga pola yang ada

adalah menmpung aspirasi berupa keluhan dari setiap pedukuhan

di wilayahnya. Dan hal itu masih sebatas hal-hal yang bersifat fisik.

Jadi perencanaan strategis masih dipahami sebagai penyusunan

program dari tiap pedukuhan atau tiap RT. Perencanaan

pembangunan desa dimulai dengan melakukan musyawarah

dengan tokoh masyarakat dan para dukuh oleh BPD. Dari setiap

dukuh akan memberikan usulan tentang hal-hal yang perlu

163

Page 107: Bab III - 1. Pemerintahan Desa-revisi

Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta

dibenahi di pedukuhannya masing-masing. Rendahnya sumber

daya manusia di dalam tubuh BPD maupun pemerintah desa diakui

sebagai hal yang menjadi salah satu faktor penghambat dalam

merespon keinginan dan aspirasi dari masyarakat. Keterlibatan

masyarakat dalam pembuatan perencanaan desa berada pada

tingkat pedukuhan. Dimana ada musyawarah di tingkat pedukuhan.

e. Perdes dan Keputusan-Keputusan Kepala Desa

Proses pengambilan keputusan berupa perdes hanya diikuti oleh

BPD dan LPMD, sedangkan sebelumnya belum atau tidak mengikut

sertakan masyarakat secara langsung. Hal ini dimungkinkan

karena pemerintah desa menganggap bahwasanya BPD dan LPMD

telah mewakili masyarakat secara keseluruhan. Anggapan tersebut

tidaklah salah, memang seyogyanya demikian. Tetapi ada proses

yang harus dilalui. Yang menjadi masalah adalah proses tersebut

belum berjalan sebagaimana mestinya, sehingga masyarakat tidak

merasa turut dilibatkan.

Sejauh ini yang dihasilkan Perintah Desa masih belum sesuai

keinginan artinya basih banyak hal-hal yang perlu dibenahi.

Perdes-perdes yang ada sejauh ini setidaknya tidak bertentangan

dengan keinginan masyarakat Desa. Pemerintah Desa maupun BPD

masih lambat menyerap aspirasi dari bawah, hal ini masih

dimaklumi oleh sebagian dari pamong karena sumber daya yang

terbatas.

f. Laporan Pertanggungjawaban Kepala Desa

Selama ini Laporan Pertanggungjawaban Kepala Desa hanya

diketahui oleh BPD dan LPMD saja ( kalau diundang).LPJ Kepala

Desa disosialisasikan kepada masyarakat desa. Sehingga yang

menilai akan baik dan tidaknya kinerja kepala desa hanya BPD dan

164

Page 108: Bab III - 1. Pemerintahan Desa-revisi

Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta

LPMD. Tetapi setidaknya para pamong menghendaki adanya

informasi tentang LPJ Kepala Desa, karena masyarakat juga ingin

mengetahui apa yang telah dilakukan oleh pemerintah desanya.

g. Pemilihan Kepala Desa (Pilkades)

Selama ini proses pemilihan kepala desa sudah baik artinya

sudah sesuai dengan ketentuan yang diberikan dari pemerintah

kabupaten. Intervensi yang dilakukan oleh kabupaten menurut

pamong berupa peraturan dan tata tertib pemilihan. Fasilitas yang

diberikan oleh pemerintah kabupaten berupa kotak suara dan

dana. Pemilihan ini juga dibiayai oleh masyarakat, sebagai contoh

rapat persiapan pemilihan dan konsumsi pada waktu pra

pelaksanaan. Partisipasi masyarakat dalam bidang politik memang

hanya sebatas ikut serta dalam pemilihan baik kepal desa, BPD,

maupun dukuh. Sedangkan pengawasan kinerja kepala desa masih

dipahami sebagai tugas BPD saja, apalagi pengawasan terhadap

kinerja BPD dan Dukuh hampir pasti tidak ada.

h. Tingkat Partisipasi Masyarakat

Partisipasi masyarakat oleh masyarakat desa sendiri masih

dimaknai sebagai keikutsertaan menyumbang (swadaya) atau

berperan dalam kegiatan desa menyangkut pembangunan sarana

umum terutama yang bersifat fisik. Partisipasi sendiri oleh

masyarakat desa belum dimaknai sebagai sesuatu yang lebih luas.

Sehingga anggapan mereka tingkat partisipasi mereka tinggi

dalam pembagunan desa. Bantuan dari Pemerintah Kabupaten

hanya berupa simultan untuk merangsang swadaya masyarakat.

Swadaya itu berupa materi, tenaga dan hibah tanah yang terkena

pembangunan sarana umum desa.

165

Page 109: Bab III - 1. Pemerintahan Desa-revisi

Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta

24. Desa Banjaarum

a. Struktur Pemerintah Desa

Seperti di desa-desa lainnya perubahan UU dimengerti oleh

para pamong sebatas perubahan LMD menjadi BPD dan LKMD

menjadi LPMD. Masalah pola kerja dan kinerja aparat pemerintah

desa, selama ini diakui masih banyak penyelenggaraan tugas

pemerintah desa tumpang tindih. Bahkan kepala desa sering

merangkap pekerjaan, artinya hal-hal yang sebenarnya tidak harus

dilaksanakan dan bisa dilaksanakan oleh Kabag atau staf tetapi

dikerjakan oleh kepala desa. Dengan kata lain bahwa

pendelegasian, pembagian dan interfensi dalam melaksanakan

tugas dan fungsi sebagai aparatur desaBanjararum belum optimal.

Pendelegasian dan pembagian tugas belum berfungsi dengan baik.

Tetapi setidaknya masyarakat melihat bahwa pelayanan yang

diberikan sudah cukup baik. Artinya sangat jarang masyarakat

dalam mengurus berbagai hal tidak dapat dilayani pada saat itu

juga.gambaran mekanisme ini masih sering terjadi juga di desa

banjararum, dimana tumpangtindih antar bagian masih sring

terjadi, sehingga menyulitkan terjadinya pembagian wewenang

yang pasti.

b. Hubungan Pemerintah Desa dengan Lembaga-

Lembaga di Desa

Hubungan pemerintah desa dengan lembaga-lembaga desa

cukup positif, namun relasi dimaknai sebatas hubungan dalam hal

pengambilan kebijakan melalui musyawarah desa. Sehingga relasi

belum dimaknai secara lebih luas. Mayoritas dalam setiap

pengambilan kebijakan, yang akan diundang hanya pada batasan

Dukuh, itu pun bukan berarti dukuh telah melakukan pertemuan

166

Page 110: Bab III - 1. Pemerintahan Desa-revisi

Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta

dahulu dengan masyarakat di pedukuhan. Bisa jadi usulan dari

dukuh merupakan pendapat individu masyarakat desa Banjaarum.

c. Hubungan Pemerintah Desa dengan Supra Desa

Hubungan kabupaten dengan pemerintah desa lebih pada

hubungan fasilitasi bantuan kabupaten kepada pemerintah desa

Banjararum, khususnya fasilitasi di bidang pembangunan

fisik.Pihak pemerintah desa masih melihat bahwasannya hal yang

demikian adalah sesuatu yang wajar karena beranggapan bahwa

desa adalah bawahan kabupaten.

Kewengan desa lebih banyak ketika menyusun rencana

pembangunan dan APBDes, tetapi dalam pelaksanaannya masih

tetap menunggu persetujuan dari pemerintah kabupaten.

Sosialisasi program kabupaten yang terkait dengan desa lebih

banyak dilakukan oleh pemerintah desa melalui musyawarah desa,

sedangkan dari kabupaten sendiri masih jarang terjadi.

d. Renstra Desa/Program Kerja Tahunan

Rencana strategis belum dimaknai sebagai hal yang sangat

penting, artinya rencana strategis belum mengacu pada satu

tujuan sehingga pola yang ada adalah menmpung aspirasi berupa

keluhan dari setiap pedukuhan di wilayahnya. Dan hal itu masih

sebatas hal-hal yang bersifat fisik. Jadi perencanaan strategis

masih dipahami sebagai penyusunan program dari tiap pedukuhan

atau tiap RT. Perencanaan pembangunan desa dimulai dengan

melakukan musyawarah dengan tokoh masyarakat dan para dukuh

oleh BPD.

Dari setiap dukuh akan memberikan usulan tentang hal-hal yang

perlu dibenahi di pedukuhannya masing-masing. Rendahnya

sumber daya manusia di dalam tubuh BPD maupun pemerintah

167

Page 111: Bab III - 1. Pemerintahan Desa-revisi

Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta

desa diakui sebagai hal yang menjadi salah satu faktor penghambat

dalam merespon keinginan dan aspirasi dari masyarakat.

Keterlibatan masyarakat dalam pembuatan perencanaan desa

berada pada tingkat pedukuhan. Dimana ada musyawarah di

tingkat pedukuhan.

e. Perdes dan Keputusan-Keputusan Kepala Desa

Proses pengambilan keputusan berupa perdes hanya diikuti oleh

BPD dan LPMD, sedangkan sebelumnya belum atau tidak mengikut

sertakan masyarakat secara langsung. Hal ini dimungkinkan

karena pemerintah desa menganggap bahwasanya BPD dan LPMD

telah mewakili masyarakat secara keseluruhan. Anggapan tersebut

tidaklah salah, memang seyogyanya demikian. Tetapi ada proses

yang harus dilalui. Yang menjadi masalah adalah proses tersebut

belum berjalan sebagaimana mestinya, sehingga masyarakat tidak

merasa turut dilibatkan.

Sejauh ini yang dihasilkan Perintah Desa masih belum sesuai

keinginan artinya basih banyak hal-hal yang perlu dibenahi.

Perdes-perdes yang ada sejauh ini setidaknya tidak bertentangan

dengan keinginan masyarakat Desa. Pemerintah Desa maupun BPD

masih lambat menyerap aspirasi dari bawah, hal ini masih

dimaklumi oleh sebagian dari pamong karena sumber daya yang

terbatas.

f. Laporan Pertanggungjawaban Kepala Desa

Selama ini Laporan Pertanggungjawaban Kepala Desa hanya

diketahui oleh BPD dan LPMD saja. Belum pernah ada LPJ Kepala

Desa disosialisasikan kepada masyarakat desa. Sehingga yang

menilai akan baik dan tidaknya kinerja kepala desa hanya BPD dan

LPMD. Tetapi setidaknya para pamong menghendaki adanya

168

Page 112: Bab III - 1. Pemerintahan Desa-revisi

Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta

informasi tentang LPJ Kepala Desa, karena masyarakat juga ingin

mengetahui apa yang telah dilakukan oleh pemerintah desanya.

g. Pemilihan Kepala Desa

Selama ini proses pemilihan kepala desa sudah baik artinya

sudah sesuai dengan ketentuan yang diberikan dari pemerintah

kabupaten. Intervensi yang dilakukan oleh kabupaten menurut

pamong berupa peraturan dan tata tertib pemilihan. Fasilitas yang

diberikan oleh pemerintah kabupaten berupa kotak suara dan

dana. Pemilihan ini juga dibiayai oleh masyarakat, sebagai contoh

rapat persiapan pemilihan dan konsumsi pada waktu pra

pelaksanaan. Partisipasi masyarakat dalam bidang politik memang

hanya sebatas ikut serta dalam pemilihan baik kepal desa, BPD,

maupun dukuh. Sedangkan pengawasan kinerja kepala desa masih

dipahami sebagai tugas BPD saja, apalagi pengawasan terhadap

kinerja BPD dan Dukuh hampir pasti tidak ada.

h. Tingkat Partisipasi Masyarakat

Partisipasi masyarakat oleh masyarakat desa sendiri masih

dimaknai sebagai keikutsertaan menyumbang (swadaya) atau

berperan dalam kegiatan desa menyangkut pembangunan sarana

umum terutama yang bersifat fisik.

Partisipasi sendiri oleh masyarakat desa belum dimaknai

sebagai sesuatu yang lebih luas. Sehingga anggapan mereka

tingkat partisipasi mereka tinggi dalam pembagunan desa.

Bantuan dari Pemerintah Kabupaten hanya berupa simultan untuk

merangsang swadaya masyarakat. Swadaya itu berupa materi,

tenaga dan hibah tanah yang terkena pembangunan sarana umum

desa.

169

Page 113: Bab III - 1. Pemerintahan Desa-revisi

Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta

25. Desa Banjaroya

a. Struktur Pemerintah Desa

Struktur pemerintah desa telah menganut Undang-undang No.

22 tahun 1999. Perubahan struktur dalam pemerintahan desa

dimengerti oleh para pamong sebatas perubahan LMD menjadi

BPD dan LKMD menjadi LPMD. Walaupun demikian hal ini tetap

saja memberikasn sebuah dampak yang cukup baik terutama bagi

pemerintahan di desa. BPD sebagai salah satu wadah sekaligus

partner dan menjalankan fungsi pengawasan terhadap pemerintah

desa sehingga transparansi pemerintahan mulai terbuka.

Sedangkan untuk pembagian kekuasaan di desa Banjarroyo ini

antara pemerintah desa dengan BPD sudah semetinya. Namun BPD

sebagai parlemen desa diharapkan lebih memainkan dirinya

sebagai lembaga yang dinamis mewarnai demokrasi desa.

Masalah pola kerja dan kinerja aparat pemerintah desa

Banjaroyo selama ini seperti desa-desa lainnya di Kabupaten Kulon

Progo masih tumpang tindih antara satu bagian dengan bagian

lain, tidak jarang kepala desa melakukan tugas yang seharusnya

bukan tugasnya. Dengan kata lain bahwa pendelegasian,

pembagian dan interfensi dalam melaksanakan tugas dan fungsi

sebagai aparatur desa masih belum optimal, sehingga

pendelegasian dan pembagian tugas belum berfungsi dengan baik.

Dengan kepemimpinan baru hal tersebut sedikit demi sedikit mulai

diperbaiki. Tetapi setidaknya masyarakat melihat bahwa pelayanan

yang diberikan sudah cukup baik. Artinya sangat jarang

masyarakat dalam mengurus berbagai hal tidak dapat dilayani

pada saat itu juga.

b. Hubungan Pemerintah Desa dengan Lembaga-

Lembaga di Desa

170

Page 114: Bab III - 1. Pemerintahan Desa-revisi

Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta

Hubungan pemerintah desa dengan lembaga-lembaga desa

cukup positif, pemerintah desa menjalin hubungan dengan

lembaga-lembaga desa ditingkat desa.Misalnya pemerintah desa

Banjaroyo menjalin relasi dengan LPMD,dibidang pembangunan.

LPMD yang juga merupakan lembaga desa, peran dan fungsinya

sering tumpang tindih dengan BPD, karena LPMD sering dianggap

sebagai penyalur aspirasi juga.

c. Hubungan Pemerintah Desa dengan Supra Desa

Hubungan pemerintah desa dengan supradesa lebih pada

hubunganya yang sifatnya fasilitasi. Kabupaten lebih bersifat

sebagai supporting desa khususnya dalam hal dana-dana

pembangunan. Pihak pemerintah desa masih melihat bahwasannya

hal yang demikian adalah sesuatu yang wajar karena beranggapan

bahwa desa adalah bawahan kabupaten. Kewengan desa lebih

banyak ketika menyusun rencana pembangunan dan APBDes,

tetapi dalam pelaksanaannya masih tetap menunggu persetujuan

dari pemerintah kabupaten. Sosialisasi program kabupaten yang

terkait dengan desa lebih banyak dilakukan oleh pemerintah desa

melalui musyawarah desa, sedangkan dari kabupaten sendiri masih

jarang terjadi.

d. Renstra Desa/Program Kerja Tahunan

Rencana strategis di desa banjarroyo bukan yang sangat

penting, artinya rencana strategis belum mengacu pada satu

tujuan sehingga pola yang ada adalah menmpung aspirasi berupa

keluhan dari setiap pedukuhan di wilayahnya. Dan hal itu masih

sebatas hal-hal yang bersifat fisik. Jadi perencanaan strategis

masih dipahami sebagai penyusunan program dari tiap pedukuhan

atau tiap RT. Perencanaan pembangunan desa dimulai dengan

171

Page 115: Bab III - 1. Pemerintahan Desa-revisi

Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta

melakukan musyawarah dengan tokoh masyarakat dan para dukuh

oleh BPD.

Dari setiap dukuh akan memberikan usulan tentang hal-hal yang

perlu dibenahi di pedukuhannya masing-masing. Rendahnya

sumber daya manusia di dalam tubuh BPD maupun pemerintah

desa diakui sebagai hal yang menjadi salah satu faktor penghambat

dalam merespon keinginan dan aspirasi dari masyarakat.

Keterlibatan masyarakat dalam pembuatan perencanaan desa

berada pada tingkat pedukuhan. Dimana ada musyawarah di

tingkat pedukuhan.

e. Perdes dan Keputusan-Keputusan Kepala Desa

Proses pengambilan keputusan berupa perdes di Desa banjaroyo

hanya melibatkan BPD dengen pemerintah desa. Hal ini

dimungkinkan karena pemerintah desa menganggap bahwasanya

BPD telah mewakili masyarakat secara keseluruhan. Anggapan

tersebut tidaklah salah, memang seyogyanya demikian. Tetapi ada

proses yang harus dilalui. Yang menjadi masalah adalah proses

tersebut belum berjalan sebagaimana mestinya, sehingga

masyarakat tidak merasa turut dilibatkan.

f. Laporan Pertanggungjawaban Kepala Desa

Selama ini Laporan Pertanggungjawaban Kepala Desa hanya

diketahui oleh BPD dan LPMD saja. Belum pernah ada LPJ Kepala

Desa disosialisasikan kepada masyarakat desa. Sehingga yang

menilai akan baik dan tidaknya kinerja kepala desa hanya BPD.

Masyarakat ingin mengetahui apa yang telah dilakukan oleh

pemerintah desanya.

172

Page 116: Bab III - 1. Pemerintahan Desa-revisi

Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta

g. Pemilihan Kepala Desa (Pilkades)

Selama ini proses pemilihan kepala desa sudah baik artinya

sudah sesuai dengan ketentuan yang diberikan dari pemerintah

kabupaten. Intervensi yang dilakukan oleh kabupaten menurut

pamong berupa peraturan dan tata tertib pemilihan. Fasilitas yang

diberikan oleh pemerintah kabupaten berupa kotak suara dan

dana. Pemilihan ini juga dibiayai oleh masyarakat, sebagai contoh

rapat persiapan pemilihan dan konsumsi pada waktu pra

pelaksanaan.

h. Tingkat Partisipasi Masyarakat

Partisipasi masyarakat oleh masyarakat desa Banjarroyo masih

dimaknai keikutsertaan menyumbang (swadaya) atau berperan

dalam kegiatan desa menyangkut pembangunan sarana umum

terutama yang bersifat fisik. Partisipasi sendiri oleh masyarakat

desa belum dimaknai sebagai sesuatu yang lebih luas. Sehingga

anggapan mereka tingkat partisipasi mereka tinggi dalam

pembagunan desa. Bantuan dari Pemerintah Kabupaten hanya

berupa simultan untuk merangsang swadaya masyarakat. Swadaya

itu berupa materi, tenaga dan hibah tanah yang terkena

pembangunan sarana umum desa.

173