bab i-iii revisi

Upload: alibaharun

Post on 15-Oct-2015

139 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

revisi

TRANSCRIPT

38

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang PermasalahanPerekonomian Indonesia merupakan ekonomi berbasis pasar di mana pemerintah berperan penting dalam pelaksanaannya. Hal ini tercemin dengan adanya turun tangan pemerintah dalam menetapkan harga beberapa jenis barang pokok seperti beras, listrik, air dan bahan bakar, selain itu terdapat juga banyaknya BUMN (badan usaha milik negara) yang turut aktif dalam menentukan naik turunnya harga-harga barang dan jasa dalam perekonomian Indonesia.

1Selain bergantung kepada pinjaman hutang luar negeri, perekonomian Indonesia juga sangatlah bergantung pada perdagangan internasional baik malalui kegiatan ekspor maupun impor. Namun secara mutlak penunjang utama dalam perekonomian Indonesia adalah dengan adanya kegiatan ekspor beberapa komoditi utama yang banyak digemari di pasar internasional, seperti contohnya adalah ekspor minyak dan gas, alat listrik, kayu lapis, tekstil serta karet. Semua produk ekspor tersebut dihasilkan melalui proses perindustrian yang sangat kompleks. Dengan kata lain semakin baiknya kualitas perindustrian maka semakin besar dan banyak ekspor yang dilakukan, serta beragam pula hasil produk barang dan jasa yang dihasilkan sehingga secara langsung maupun tidak langsung akan berdampak juga kepada stabilitas perekonomian negara. Perindustrian di suatu negara akan berkembang mengikuti iklim investasi yang ada dinegara tersebut, karena semakin kondusif iklim investasi maka akan semakin banyak investor yang akan menanamkan saham dan modalnya pada bidang perindustrian di suatu negara. Hal ini dapat banyak menarik perhatian investor lokal dan tidak menutup kemungkinan investor asing atau dari luar negeri.Iklim investasi yang kondusif adalah dengan terpenuhinya dua persyaratan utama yaitu infrastruktur dan suprastruktur yang baik. Syarat infrastruktur adalah syarat yang berkaitan mengenai akses transportasi dan jalan, fasilitas air, suplai listrik yang mencukupi, pasokan gas dan bahan bakar, serta ketersedian jaringan komunikasi hingga pelosok daerah. Sementara syarat suprastruktur adalah syarat yang berkaitan sekali dengan keamanan dan ketertiban umum, karena investasi sangat membutuhkan kenyamanan dan ketenangan sehingga dapat menimbulkan keyakinan dalam proses investasi tersebut. Oleh karena itu guna mendukung terciptanya iklim investasi yang kondusif, Institusi POLRI sebagai salah satu Aparatur Negara sangat berperan dalam mewujudkan syarat suprastruktur tersebut. Sesuai dengan tugas pokok Polri yang tertera dalam UU No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia pada pasal 13, diantaranya tugas pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah: a. memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat; b. menegakan hukum; dan c. Memberikan, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.Tiga tugas pokok tersebut merupakan cara Polri yang secara sah di atur dalam Undang-Undang untuk menciptakan keamanan dan ketertiban. Keamanan merupakan salah satu hal yang diharapkan dan dibutuhkan oleh setiap lapisan masyarakat karena keamanan merupakan suatu hal yang krusial atau penting. Dengan terciptanya rasa aman maka setiap kegiatan yang sedang dilakukan dan yang akan dilakukan oleh setiap orang dapat berjalan dengan baik sesuai dengan harapan semua golongan masyarakat.Terwujudnya keamanan dapat mempengaruhi pencapaian tujuan dan target yang telah ditentukan dan diinginkan. Aman juga merupakan sebuah jaminan terhadap keberlangsungan interaksi dan kegiatan masyarakat, selain itu aman dapat memberikan gambaran yang positif tehadap sifat dan sikap suatu kelompok dari pandangan kelompok lain.Keamanan berasal dari kata dasar aman, pengertian aman sendiri dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki pengertian bebas dari bahaya, bebas dari ganguan (pencuri, hama, dsb), terlindung atau tersembunyi, tidak dapat diambil orang, tenteram, dan tidak merasa takut atau khawatir. Sementara dalam UU No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia pada pasal 1 ayat 5, keamanan dan ketertiban masyarakat adalah suatu kondisi dinamis masyarakat sebagai salah satu prasyarat terselenggaranya proses pembangunan nasional dalam rangka tercapainya tujuan nasional yang ditandai oleh terjaminnya keamanan, ketertiban dan tegaknya hukum, serta terbinanya ketentraman, yang mengandung kemampuan membina serta mengembangkan potensi dan kekuatan masyarakat dalam menangkal, mencegah, dan menanggulangi segala bentuk-bentuk pelanggaran hukum dan bentuk-bentuk ganguan lainnya yang dapat meresahkan masyarakat.Sementara itu menurut Hadiman (2005), keamanan adalah suatu keadaan yang memberikan perlindungan seseorang dari segala ancaman, bebas dari ketakutan, kekhawatiran, keraguan, serta adanya perasaan kepastian, dan keselamatan. Aman pada dasarnya memiliki pengertian yang sangat luas sehingga penjabarannya dapat kita artikan ke beberapa aspek lainnya. Cakupan keamanan itu sendiri tidak saja terbatas pada keamanan lahir dan batin dirinya sendiri, tetapi juga aset miliknya (harta benda, pekerjaan, informasi/data), ikatan keluarga, orang-orang yang dicintai, dan kondisi lingkungan sosialnya.Merujuk pada Pasal 2 dan Pasal 13 UU No.2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri), Keamanan setidaknya mengandung empat unsur pokok yang harus terpenuhi, yaitu (1) Security, berarti bebas dari gangguan fisik maupun psikis; (2) Surety, berarti perasaan bebas dari kekhawatiran; (3) Safety, berarti perasaan bebas dari risiko ; (4) Peace, berarti perasaan damai lahiriah dan batiniah. Bila keempat unsur ini terpenuhi, satidaknya mampu memenuhi rasa aman, baik psikologis, material, maupun spiritual. Aman merupakan hasil dari proses pemeliharaan kondisi ekonomi, politik, sosial, budaya dan pertahanan keamanan secara stabil sehingga terwujudnya empat unsur pokok aman tersebut.Aman dapat tercipta melalui suatu proses giat pengkondisian situasi yang disebut dengan kegiatan pengamanan, pengamanan merupakan kegiatan proses, cara, dan perbuatan dalam rangka mengamankan. Pengamanan yang baik harus sesuai dengan standar nasional yang telah ditetapkan, dalam Institusi POLRI standar tersebut telah disusun melalui Sistem Manajemen Pengamanan dalam Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 tentang Sistem Manajemen Pengamanan Organisasi, Perusahaan dan/atau Instansi atau Lembaga Pemerintah, yaitu yang dimaksud dengan Sistem Manajemen Pengamanan adalah bagian dari manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan pengamanan dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan usaha guna mewujudkan lingkungan yang aman, efisien dan produktif.Dalam penerapan sistem manajemen pengamanan pada era ini tidak hanya mengedepankan peran personil selaku pelaksana utama, guna mempermudah tugas dan membantu pencapaian tujuan sistem manajemen pengamanan juga telah menerapkan dukungan teknologi. Penerapan teknologi ini didasari karena adanya perkembangan kejahatan yang begitu kompleks, pesat dan bervariasi jenis dan polanya, kejahatan saat ini tidak hanya terjadi secara konvensional namun juga terjadi secara multi dimensional yang turut mempergunakan dan memanfaatkan perkembangan teknologi tersebut. Perihal ini menjadikan tugas dan peran Polri dalam mewujudkan keamanan dan ketertiban semakin penuh tantangan karena Polri dituntut untuk menguasai setiap perkembangan teknologi yang ada dan teknologi yang berkemungkinan dapat digunakan dalam melakukan kejahatan.Oleh karena itu dalam menjawab tantangan tersebut Polri turut mempelajari, menerapkan dan memanfaatkan teknologi-teknologi yang ada dengan didasari oleh adanya perkembangan kejahatan tadi. Hal tersebut merupakan wujud respon yang diberikan Polri terhadap permasalahan yang semakin beragam baik jenis dan modus operandinya. Teknologi juga akan selalu melekat dalam setiap pelaksanaan tugas dan wewenang Polri, selain itu teknologi yang digunakan Polri akan melakukan transformasi ke arah yang lebih kompleks sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan kejahatan yang terjadi di masyarakat.Teknologi merupakan salah satu cara dan teknik yang digunakan manusia dalam mempermudah pencapaian tujuan yang akan dicapai. Teknologi tidak hanya berbentuk suatu benda yang bentuknya nyata atau berwujud namun juga dapat berupa suatu metode dalam pengaturan tertentu dalam mempermudah pencapaian tujuan.Keberhasilan penerapan teknologi akan bergantung kepada bagaimana cara Polri mengartikan dan memanfaatkan tekonologi tersebut secara efektif. Oleh karena itu pada saat ini kita dapat melihat hampir seluruh fungsi Kepolisian telah memanfaatkan dan menggunakan teknologi, mulai dari teknologi GPS tracker yang digunakan oleh fungsi Sabhara dalam mobil patrolinya, teknologi penyadapan telepon, teknologi maping yang digunakan oleh fungsi Reserse dalam mencari posisi target melalui hand phone, teknologi pengecekan DNA yang digunakan dalam kedokteran forensik dan lain sebagainya.Oleh karena itu penerapan teknologi sangat membutuhkan manajemen yang tepat, sehingga teknologi yang digunakan dapat mencapai tujuan secara relevant dan saling bersinergi dengan hasil yang diharapkan. Pemilihan teknologi yang tepat, perencanaan penerapan teknologi, pengendalian penerapan teknologi, dan kontrol penerapan teknologi merupakan wujud dari manajemen dalam penerapan teknologi tersebut sehingga pada intinya dapat menciptakan keamanan dan ketertiban, sehingga diharapkan sistem manajemen pengamanan dengan menerapkan teknologi yang baik oleh Polri dapat mewujudkan rasa aman dan tertib pada masyarakat serta dapat memberikan hasil yang maksimal.Penerapan manajemen dalam penggunaan teknologi tidak hanya terbatas diterapkan pada tingkat Mabes Polri maupun Polda saja, sekarang manajemen dan penerapan teknologi telah digunakan secara luas oleh satuan Polres bahkan hingga ke satuan Polsek. Selain itu disamping penggunaannya oleh Polri, teknologi yang berkaitan dengan keamanan juga telah diterapkan oleh banyak instansi lainnya baik instansi pemerintah, Swasta hingga penggunaan secara pribadi, dan tidak terlewatkan terutama penggunaannya oleh objek-objek vital nasional. Dalam suatu Objek Vital Nasional saat seharusnya wajib menerapkan teknologi dengan manajemen yang baik, karena Objek Vital merupakan suatu asset Negara yang sangat penting baik itu bergerak dalam bidang politik maupun ekonomi. Suatu tempat yang digolongkan Objek Vital Nasional secara sah diatur dalam Kepres No. 63 Tahun 2004 tentang Pengamanan Objek Vital Nasional pada pasal 1 yaitu Objek Vital Nasional adalah kawasan/lokasi, bangunan/instalasi , dan/atau usaha yang menyangkut hajat hidup orang banyak, kepentingan negara dan/atau sumber pendapatan negara yang bersifat strategis. Dari pengertian Objek Vital Nasional tadi, maka salah satu yang dapat dikategorikan atau digolongkan sebagai suatu Objek Vital Nasional adalah Kawasan Industri, dimana Kawasan Industri yang sebagian besar merupakan pabrik atau Perseroan Terbatas melakukan kegiatan usaha memproduksi atau menghasilkan barang dan jasa dengan mempergunakan tenaga manusia dan mesin.Kawasan Industri merupakan suatu daerah besar yang didalamnya terdapat banyak perusahaan-perusahaan yang memproduksi suatu produk barang dan/atau jasa, dimana kawasan tersebut sudah tersusun sedemikian rupa sehingga memang dikhususkan bagi kegiatan dan proses perindustrian atau kegiatan lainnya yang berkaitan dengan proses perindustrian. Selain wilayah yang dikhususkan bagi kegiatan perindustrian, wilayah tersebut juga dikelola oleh suatu perusahaan pengembang kawasan tersebut yang ditunjuk melalui suatu sistem yang diperuntukan untuk mengatur segala hal yang berkaitan dengan terselenggaranya kegiatan perindustrian.Dikarenakan tergolong ke dalam Objek Vital, maka suatu kawasan industri harus senantiasa terjaga keamanan dan ketertibannya sehingga proses produksi yang ada dalam kawasan tersebut dapat berjalan dengan lancar. Oleh karena itu peran Polri sangat diharapkan guna mewujudkan keamanan dan ketertiban, baik melalui kegiatan pembinaan masyarakat sekitar, pembinaan sekuriti atau tenaga pengaman yang bertugas di wilayah Kawasan Industri tersebut, hingga adanya pospol bahkan dengan menempatkan BKPM (Balai Kemitraan Polisi dan Masyarakat) di wilayah Kawasan Industri.Adapun kawasan industri banyak tersebar di seluruh wilayah Indonesia dan terutamanya di wilayah Pulau Jawa. Kabupaten Bekasi merupakan salah satu contoh wilayah di Pulau Jawa yang memiliki banyak Kawasan Industri dimana terdapat sebelas wilayah kawasan industri besar yang terpencar kedalam beberapa kecamatan di wilayah Kabupaten Bekasi, kawasan industri tersebut antara lain: Kawasan Industri Jababeka Tahap I, Kawasan Industri Jababeka Tahap II, Kawasan Industri MM 2100, Kawasan Industri Gobel, Kawasan Industri Hyundai / BIIE, Kawasan Industri Delta Silicon I, Kawasan Industri Delta Silicon II, Kawasan Industri Lippo Cikarang, Kawasan Industri East Jakarta Industrial Park (EJIP), Kawasan Industri Delta Mas dan Kawasan Industri Jurong.Selain itu berdasarkan data yang peneliti dapatkan disamping memiliki banyak wilayah kawasan industri, Kabupaten Bekasi juga merupakan wilayah dengan jumlah buruh terbesar di Jabodetabek. Dari sumber data yang diperoleh jumlah total buruh di wilayah Kabupaten Bekasi pada tahun 2012 adalah 2.868 orang dengan rincian laki-laki sebanyak 2.206 orang dan perempuan sebanyak 662 orang (disnakertrans.jabarprov.go.id, 28 November 2012, HTML)Luas wilayah Kabupaten Bekasi mencapai 1.273,88 Km2 atau 127.388 ha. Di Utara berbatasan dengan Laut Jawa, di Barat dengan Kota Bekasi dan Jakarta Utara, di Selatan dengan Kabupaten Bogor, dan di Timur dengan Kabupaten Karawang. Adapun kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Bekasi tersebut ialah Kecamatan Setu, Serang Baru, Cikarang Selatan, Cikarang Pusat, Cikarang Timur, Cikarang Barat, Cikarang Utara, Cibarusah, Bojongmangu, Kedungwaringin, Karang Bahagia, Kecamatan Cibitung, Tambun Selatan, Tambun Utara, Babelan, Tarumajaya, Sukawangi, Tambelang, Sukatani, Sukakarya, Pebayuran, Cabangbungin, dan Muaragembong..Dari sebelas wilayah kawasan industri yang terdapat di Kabupaten Bekasi tadi, Kawasan Industri MM 2100 merupakan salah satu yang terbesar karena dalam kawasan industri tersebut terdaftar sebanyak 180 perusahaan yang beroperasi, termasuk di dalamnya PT. Astra Honda Motor, PT. LG Electronics Indonesia dan PT. Yamaha Indonesia Motor yang merupakan perusahaan besar diwilayah tersebut. Kawasan Industri MM 2100 merupakan kawasan industri yang dikembangkan oleh PT Megalopolis Manunggal Industrial Development (MMID), yang didirikan pada tahun 1990 oleh dua perusahaan yaitu Marubeni Corporation dari Jepang dan Manunggal Group Indonesia. Dikarenakan kedudukan wilayah Kawasan Industri MM 2100 ini terletak di daerah hukum Polsek Cibitung yang sekarang berubah nama menjadi Polsek Cikarang Barat maka tugas dan tanggung jawab diberikan kepada Polsek Cikarang Barat guna melakukan pembinaan dan pengamanan di wilayah Kawasan Industri MM 2100. Selain pembinaan keamanan dan pengawasan secara langsung dari Polsek, salah satu bentuk upaya pengamanan lainnya yang dilakukan adalah dengan menempatkan BKPM (Balai Kemitraan Polisi dan Masyarakat) di wilayah Kawasan Industri MM 2100.Namun disadari Polri dalam mengemban semua fungsi kepolisian tidak dapat bekerja sendiri, dibutuhkannya bantuan dari bentuk-bentuk Pam Swakarsa lainnya. Oleh karena itu PT Megalopolis Manunggal Industrial Development (MMID) selaku pengelola kawasan membentuk bagian keamanan yang dinamakan Satgas Security MM 2100. Bagian keamanan ini memiliki sejumlah 79 anggota satuan pengaman yang dikepalai oleh seorang Ka Satgas Security. Satgas ini yang bertanggung jawab secara penuh atas keamanan 24 jam di wilayah Kawasan Industri MM 2100, melalui pengelolaan dan penataan lingkungan keamanan secara terpadu dan berkesinambungan dengan senantiasa berkoordinasi dengan pihak kepolisian yang dimana di wilayah tersebut diwakili oleh BKPM MM 2100 bilamana terjadi gangguan kamtibmas di dalam area kawasan.Merujuk pada uraian diatas tentunya penerapan Sistem Manajemen Pengamanan (SMP) dalam pengamanan objek vital nasional sangat perlu diterapkan sesuai dengan ketentuan dan prosedur yang baik, dan tidak melupakan pengintegrasian Sistem Manajemen Pengamanan (SMP) dengan perkembangan teknologi dibidang pengamanan. Sehingga dengan Sistem Manajemen Pengamanan yang terintegrasi dengan teknologi pengamanan yang baik akan menghasilkan suatu manajemen keamanan yang kuat dan akan membantu dalam menciptakan keamanan serta ketertiban di wilayah objek vital nasional tersebut.Salah satu penerapan teknologi yang telah berjalan di wilayah Kawasan Industri MM2100 adalah teknologi CCTV, CCTV dipergunakan sebagai surveillance camera system atau kamera pengawas. CCTV memiliki dua bagian penting yaitu kamera dan sistem DVR atau Digital Video Recording yang berfungsi untuk menampilkan dan merekam segala bentuk aktifitas di suatu area tertentu dalam bentuk video, selain itu rekaman hasil CCTV juga merupakan suatu alat bukti yang dapat dijadikan bahan pertimbangan dan analisa dalam suatu kejadian tindak pidana baik dalam tahap penyelidikan dan pengadilan.Meskipun pelaksanaan manajemen sekuriti fisik dan penggunaan teknologi telah berjalan, namun beberapa ancaman masih sering terjadi dalam berbagai proses aktivitas di kawasan. Hal ini terlihat dengan adanya sejumlah kejadian yang mengganggu terciptanya keamanan dan ketertiban seperti pencurian, kecelakaan lalulintas, kebakaran, demo buruh, perbuatan tidak menyenangkan dan lain-lain. Melihat kondisi seperti itu di lapangan bahwa manajemen sekuriti di Kawasan Industri MM 2100 belum sepenuhnya bisa dikatakan optimal, oleh karena itu dengan latar belakang ini penulis ingin meneliti kesesuaian dan efektifitas model pengelolaan manajemen sekuriti fisik yang dipadukan dengan penerapan teknologi CCTV yang sudah dilakukan manajemen Kawasan Industri MM 2100 yang dalam hal ini dilakukan oleh PT Megalopolis Manunggal Industrial Development (MMID) guna menghindari ataupun mengeliminir terjadinya potensi ancaman dan gangguan faktual kriminalitas yang dapat berdampak terhadap kinerja dan proses perindustrian. Untuk itu judul penelitian yang peneliti angkat adalah OPTIMALISASI PENGAMANAN PT MEGALOPOLIS MANUNGGAL INDUSTRIAL DEVELOPMENT (MMID) SELAKU PENGELOLA KAWASAN INDUSTRI MM 2100 MELALUI PEMANFAATAN TEKNOLOGI CCTV. Diharapkan dengan penelitian ini dapat memberikan masukan dan manfaat bagi penerapan teknologi guna pengamanan kawasan industri maupun objek vital lainnya.

1.2 Perumusan PermasalahanSetelah adanya latar belakang yang telah di jelaskan diatas maka dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan dalam rangka optimalisasi pengamanan Kawasan Industri MM2100 Cibitung yang dalam hal ini di emban oleh PT Megalopolis Manunggal Industrial Development (MMID) selaku pengelola kawasan tersebut dalam hal menciptakan keamanan melalui pemanfaatan teknologi CCTV yang ada. Kawasan industri yang merupakan objek vital, merupakan salah satu objek yang termasuk dalam tanggung jawab Polri sehingga diperlukannya kordinasi dan kerjasama yang baik antara pihak satuan pengaman dengan Polri. Dari Permasalahan ini dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:a. Bagaimana manajemen pengamanan yang ada di PT Megalopolis Manunggal Industrial Development (MMID) selaku pengelola Kawasan Industri MM 2100 saat ini?b. Bagaimana pemanfaatan teknologi CCTV oleh PT Megalopolis Manunggal Industrial Development (MMID) selaku pengelola di Kawasan Industri MM 2100?c. Apa kaktor-faktor yang mempengaruhi dalam penggunaan CCTV di bidang pengamanan pada PT Megalopolis Manunggal Industrial Development (MMID)?

1.3 Tujuan PenelitianDengan beberapa permasalahan diatas maka dapat diungkapkan bahwa tujan penelitian ini secara keseluuhan untuk mendapatkan informasi secara jelas dan sistematis mengenai permaslahan yang diteliti, yaitu sebagai berikut :a. Mengetahui Bagaimana manajemen pengamanan yang ada di PT Megalopolis Manunggal Industrial Development (MMID) selaku pengelola Kawasan Industri MM 2100 saat ini.b. Bagaimana pemanfaatan teknologi CCTV oleh PT Megalopolis Manunggal Industrial Development (MMID) selaku pengelola di Kawasan Industri MM 2100.c. Mengetahui Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam penggunaan CCTV di bidang keamanan pada PT Megalopolis Manunggal Industrial Development (MMID).

1.4 Manfaat PenelitianKontribusi hasil penelitian ini berorientasi pada pemecahan masalah mengenai upaya pengamanan Kawasan Industri MM2100 Cibitung guna menciptakan keamanan melalui pemanfaatan teknologi CCTV, sehingga diharapkan terwujudnya kelancaran terhadap setiap aktifitas yang dilakukan di Kawasan Industri MM2100 Cibitung. Penelitian berusaha menggali data secara aktual mengenai pengamanan Kawasan Industri MM2100 Cibitung, sehingga peneliti memandang perlu adanya penelitian yang akan memberikan kontribusi pada :a. Manfaat TeoritisPenelitian yang dilaksanakan ini dapat menjadikan masukan kepada pihak satuan pengaman yang bertanggung jawab di Kawasan Industri MM2100 Cibitung dan kepada pimpinan Polri untuk menerapkan pengamanan Kawasan Industri MM2100 Cibitung guna menciptakan keamanan melalui pemanfaatan teknologi CCTV sehingga dapat terciptanya kelancaran setiap aktivitas di Kawasan Industri MM2100 Cibitung. Selain itu juga untuk menambah ilmu maupun wawasan bagi penulis sendiri serta penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan kepada pembaca kajian lain yang berkaitan dengan bidang yang dibahas ini.b. Manfaat PraktisManfaat yang diperoleh dari penelitian ini dilihat dari beberapa aspek diantaranya bermanfaat bagi pihak yang bertanggung jawab dalam pengamanan PT Megalopolis Manunggal Industrial Development (MMID) selaku pengelola di Kawasan Industri MM 2100 yaitu :1. Untuk memberikan masukan dan saran bagi satuan pengaman PT Megalopolis Manunggal Industrial Development (MMID) selaku pengelola di Kawasan Industri MM 2100. 2. Kepolisian sendiri dalam memberikan bantuan dalam pengamanan PT Megalopolis Manunggal Industrial Development (MMID) selaku pengelola di Kawasan Industri MM 2100.3. Bagi pemerintah memberikan bantuan baik secara teoritis maupun peralatan, mengingat area ini termasuk objek vital dan salah satu tulang punggung perekonomian negara.4. Hasil dari penelitian yang ada dapat menjadi materi bahan pembanding dalam membuat keputusan dan kebijakan yang terkait dengan manajemen pengamanan.5. Sebagai dasar acuan guna penelitian lain yang sejenis agar lebih mendalam.

BAB IITINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Kepustakaan PenelitianPada penelitian yang dilakukan, penulis merujuk terhadap hasil dari penelitian terdahulu yang mempunyai kaitan dan relevansi terhadap penelitian yang dilakukan saat ini. Sebagaimana yang pernah diteliti oleh penelitian sebelumnya mengenai pengamanan dengan pemanfaatan teknologi, maka di bawah ini dikemukakan penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan pengamanan yang memanfaatkan teknologi.Hasil penelitian yang dilakukan oleh Muh. Iqbal Alqudusy (2005) di PT KONIMEX Sukoharjao dengan judul Pemanfaatan Teknologi Pada Fungsi Sekuriti di PT KONIMEX, Polres Sukoharjo. Terdapat 3 (tiga) permasalahan yang diangkat dalam skripsi tersebut yaitu: pertama, bagaimana pemanaatan teknologi yang ada di PT KONIMEX. Kedua, faktor-faktor apa yang mendukung dan menghambat pemanfaatan teknologi yang ada di PT KONIMEX. Ketiga, keuntungan apa yang dapat diambil bagi sekuriti di PT KONIMEX dengan adanya pemnaaatan teknologi.Terdapat pebedaan yang mendasar dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti dibandingakan penelitian yang diatas. Yaitu dalam penelitian ini akan lebih memfokuskan kepada upaya pengamanan yang dilakukan oleh unsur yang bertanggung jawab terhadap terciptanya keamanan proses kerja. Pemfokusan dalam penelitian ini terletak dalam penggunaan teknologi yang dipakai oleh PT Megalopolis Manunggal Industrial Development (MMID) selaku pengelola Kawasan Industi MM2100, fokus tersebut adalah melalui pemanfaatan teknologi CCTV.

2.2 Kepustakaan KonseptualDalam penelitian ini guna mendukung penelitian dan memecahkan permasalahan yang ditemukan dilapangan maka diperlukan adanya teori-teori yang mampu mengupas pemasalahan yang dibahas dan memberikan masukan guna perbaikan terhadap pelaksanaan dilapangan. Oleh karena itu perlunya peneliti menyusun kerangka teoritis berdasarkan teori-teori serta pendapat-pendapat para ahli yang memiliki kaitannya dengan pembahsan yang ada dalam penelitian ini. Penulis menggunakan teori ataupun pendapat para ahli yang diantaranya adalah:

2.2.1 Teori ManajemenGuna membantu dalam memecahkan permasalahan yang diteliti maka penulis menyertakan teori manajemen guna mendeskripsikan fungsi-fungsi yang harus dilakukan oleh pihak yang bersangkutan dalam penelitian ini untuk menjawab pemasalahan yang ditemukan. Manajemen mencakup kegiatan untuk mencapai satu atau beberapa tujuan yang dilakukan oleh individu-individu melalui proses kegiatan yang telah direncanakan sebelumnya.Teori manajemen yang digunakan oleh peneliti adalah teori manajemen yang dikemukakan oleh George R. Terry (2013:15) yang menyebutkan funsi manajerial terdiri dari perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), member dorongan (actuating) dan pengawasan (controlling) atau yang sering disingkat dengan POAC.Planning ialah menetapkan pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh kelompok untuk mencapai tujuan yang harus digariskan. Planning mencakup kegiatan pengambilan keputusan, karena termasuk pemilihan alternatif-alternatif keputusan. Diperlukan kemampuan untuk mengadakan visualisasi dan melihat ke depan guna merumuskan suatu pola dari himpunan tindakan untuk masa mendatang.Organizing mencakup: (a) membagi komponen-komponen kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan ke dalam kelompok-kelompok, (b) membagi tugas kepada seorang manajer untuk mengadakan pengelompokan tersebut dan (c) menetapkan wewenang di antara kelompok atau unit-unit organisasi. Pengorganisasian berhubungan erat dengan manusia, sehingga pencaharian dan penugasannya ke dalam unit-unit organisasi dimasukan sebagai bagian dari unsur organizing.Actuating atau disebut juga gerakan aksi mencakup kegiatan yang dilakukan seorang manager untuk mengawali dan melanjutkan kegiatan yang ditetapkan oleh unsur perencanaan dan pengorganisasian agar tujuan dapat tercapai. Actuating mencakup penetapan dan pemuasan kebutuhan manusiawi dari pegawai-pegawainya, member penghargaan, memimpin, mengembangkan dan member kompensasi kepada mereka.Controlling mencakup kelanjutan tugas untuk melihat apakah kegiatan-kegiatan dilaksanakan sesuai rencana. Pelaksanaan kegiatan dievaluasi dan penyimpangan-penyimpangan yang tidak diinginkan diperbaiki supaya tujuan-tujuan dapat tercapai dengan baik. Ada berbagai cara untuk mengadakan perbaikan, termasuk merubah rancana dan bahkan tujuannya, mengatur kembali tugas-tugas atau merubah wewenang; tetapi seluruh perubahan tersebut dilakukan melalui manusianya. Orang yang bertanggungjawab atas penyimpangan yang tidak diinginkan itu harus dicari dan mengambil langkah-langkah perbaikan terhadap hal-hal yang sudah atau akan dilaksanakan.

2.2.2 Konsep Teknologi KepolisianPada era yang modern ini perkembangan teknologi sangat maju, karena menyesuaikan terhadap kebutuhan yang harus dipenuhi oleh manusia. Perkembangan teknologi juga tidak lepas terhadap perkembangan tugas yang harus dilakukan oleh polisi, oleh karena itu adanya perkembangan teknologi dibidang kepolisian.Menurut Awaloedin Djamin (2013:205) yang dimaksud dengan teknologi kepolisian adalah semua peralatan (hardware) khusus untuk membantu kepolisian dalam melaksanakan tugas pokoknya, terutama dalam pemeliharaan keamanan, ketetiban masyarakat, dan penegakan hukum. Teknologi sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan tugas kepolisian guna memberikan kemudahan dalam mencapai tujuan, berarti teknologi juga dapat dikatakan sebagai sarana dalam mecapai tujuan yang ditetapkan.Teknologi yang berkembang dalam kepolisian meliputi teknologi dalam bidang komunikasi, peralatan perorangan dan kesatuan, kendaraan kepolisian, laboratorium forensik dan identifikasi forensik serta pengamanan. Dalam bidang teknologi pengamanan tidak terlepas hanya dalam teknologi pengamanan fisik tapi juga termasuk information security dan personnel security.

2.2.3 Pengamanan SwakarsaPengamanan Swakarsa menurut Djamin (2002, 45), adalah merupakan penjabaran dari keamanan dan ketertiban masyarakat yang diartikan sebagai suatu bentuk pengamanan yang diadakan atas kemauan, kesadaran, dan kepentingan masyarakat sendiri yang kemudian memperoleh pengukuhan dari Kepolisian Negara Republik Indonesia Polri (Polri). Menurut Djamin (1997), konsep Pengamanan Swakarsa juga, selain merupakan penyempurnaan dari praktek ronda kampung yang sudah sejak dulu dikenal, juga merupakan salah satu penjabaran dari konsep pertahanan keamanan yang dianut oleh Negara RI yang dikenal dengan Sishankamrata (sistem pertahanan keamanan rakyat semesta). Sejalan dengan ini, Polri dalam mengembangkan Pengamanan Swakarsa membagi dalam sektor tradisional dan sektor modern. Munculnya istilah satuan pengamanan (Satpam) pada tahun 1980-an itu merupakan bentuk pengamanan swakarsa di sektor modern, dan dikembangkan oleh Polri sejak tahun 1980 untuk mengganti nama centeng dan penjaga malam yang berkerja di pabrik-pabrik perusahaan. Satpam dalam sektor modern saat itu dibagi dalam beberapa jenis sesuai yang berbasiskan kawasan sebagai berikut:a. Satpam kawasan lingkungan pemukiman, yaitu Satpam yang bertugas di pemukiman penduduk yang telah maju seperti real estate, perumahan/pemukiman mewah dan lain-lain.b. Satpam yang bertugas di kawasan/lingkungan umum. Misalnya pasar swalayan, mall, bioskop atau rumah sakit.c. Satpam kawasan lingkungan kerja. Misalnya kantor, perusahaan, pabrik dan lain-lain dapat bersifat swasta atau milik negara (pemerintah). Pengamananterhadap kawasan kerja ini dilakukan oleh Satpam yang dibayar/digaji perusahaan dan dilatih sebagai penjaga keamanan. Sebagai contoh Satpam yang bertugas di bank-bank, pabrik atau perusahaan lain.Siskamtibmas Swakarsa untuk sektor modern, yang dikembangkan oleh Polrisejak tahun 80-an itu juga telah di kenal di banyak negara, yaitu dengan istilah Industrial Security System, dengan menyediakan tenaga Satpam. Pengembangan Pengamanan Swakarsa yang menggunakan tenaga Satpam kemudian di beri landasan hukum melalui Surat Keputusan Kapolri No. Pol :Skep/126/XII/1980 tanggal 30 Desember 1980 tentang pembentukan Satpam. Dalam Surat Keputusan Kapolri ini dirumuskan fungsi Satpam adalah sebagai berikut Segala usaha dan kegiatan melindungi dan mengamankan lingkungan/kawasan kerjanya dari setiap gangguan keamanan dan ketertiban serta pelanggaran hukum (umumnya preventif). Sedangkan perannya adalah sebagai:1) unsur pembantu Pimpinan instansi/proyek/badan usaha tempat dia bertugas di bidang keamanan dan ketertiban lingkungan kawasan kerjanya; 2) unsur pembantu Polri dalam pembinaan keamanan dan ketertiban terutama di bidang penegakan hukum dan security mindedness dilingkungan/kawasan kerja. (Djamin, 2000:188).Dalam perkembangannya, sejalan dengan gerakan pembangunan di masa orde baru yang berjalan pesat, maka kedudukan Pengamanan Swakarsa diperkuat dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) tahun 1993. Dalam GBHN 1993, sistem Kamtibmas Swakarsa harus diwujudkan dalam bentuk sistem keamanan dan ketertiban masyarakat yang berintikan Polri, dan terus dikembangkan dengan mengutamakan upaya pencegahan dan penangkalan gangguan Kamtibmas. Dalam GBHN 1993 mengamanatkan, bahwa kesadaran masyarakat tentang keamanan dan ketertiban masyarakat perlu dibina dan ditingkatkan secara terpadu untuk menumbuhkembangkan sikap dan mental kepekaan serta daya tanggap masyarakat terhadap masalah keamanan dan ketertiban lingkungan masing-masing dalam suatu sistem keamanan dan ketertiban masyarakat swakarsa. Dengan kata lain masyarakat, dalam hal ini keberadaan Satpam, diharapkan memiliki ketangguhan yang tinggi sehingga secara mandiri mampu menjadi polisi bagi dirinya sendiri maupun bagi lingkungannya.Menurut Awaloedin Djamin, penggolongan bentuk pengamanan Swakarsayang berkembang dan dibanggakan saat ini di Indonesia tetap digolongkan ke dalam dua kelompok atau kategori: 1) pengelompokan tradisonal, yakni penyelenggaraan cara-cara pemolisian dalam bentuk pengamanan lingkungan di daerah-daerah pemukiman, terutama di pedesaan atau pinggiran-pinggiran kota; 2) pengelompokan yang bersifat modern, yakni cara-cara pemolisian dalam lingkungan atau daerah-daerah perkotaan, baik lingkungan hunian menengah, daerah perdagangan,hiburan/komersial maupun di lokasi industri-industri perdagangan yang berkembang sangat pesat, dan dikenal dengan istilah Industrial Security. (Djamin, 2001).

2.2.4 Sistem Manajemen PengamananBerdasarkan Perkap Kapolri No. 24 Tahun 2007 pasal 1 ayat (1) tentang sistem manajemen pengamanan Organisasi, Perusahaan dan/atau Instansi/Lembaga Pemerintah menjelaskan, bahwa:Sistem Manajemen Pengamanan adalah bagian dari manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan pengamanan dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan usaha guna mewujudkan lingkungan yang aman, efisien dan produktif.Sedangkan tujuan dari Sistem Manajemen Pengamanan (SMP) dirumuskan di dalam Perkap Kapolri No. 24 Tahun 2007 pasal 1 ayat (2), yaitu:Tujuan dari SMP adalah menciptakan sistem pengamanan di tempat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang secara proesional terintegrasi untuk mencegah dan mengurangi kerugian akibat ancaman, gangguan, dan/atau bencana serta mewujudkan tempat kerja yang aman, efisien, dan produkti.

2.2.5 CCTVCCTVmerupakan singkatan dari Closed Circuit Television, dimana CCTV dipergunakan sebagai surveillance camera system atau kamera pengawas. CCTV memeliki dua bagian penting yaitu kamera dan sistem DVR atau Digital Video Recording yang berungsi untuk menampilkan dan merekam segala bentuk aktifitas di suatu area tertentu dalam bentuk video.Sejarah CCTV di mulai di negara Jerman pada tahun 1942 dimana pada waktu itu Jerman ingin menguji peluncuran roket yang di beri nama V-2. Bukan hanya pihak pemerintah saja yang ingin melihat langsung uji coba peluncuran roket tersebut namun warga jerman pun tak kalah antusias ingin melihatnya. Antusias yang besar dari warga Jerman itupun di respon positif oleh pihak pengembang yaitu SIEMEN AG, untuk mengantisipasi resiko dan bahaya yang tidak diinginkan tentunya pihak pengembang yaitu SIEMEN AG harus berpikir cepat dan kreatif. Seorang insinyur Jerman yaitu Walter Bruch di tunjuk sebagai kepala penanggung jawab proyek tersebut. Terciptalah sebuah kreasi baru dari seorang insinyur asal Jerman Walter Bruch dengan melakukan inovasi dari perangkat kamera dan perangkat televisi. Untuk pertamakalinya perangkat sistem teknologi CCTV digunakan (channelcctv.com, 25 Januari 2014. URL).Sebagaimana yang tadi dikatakan bahwa CCTV terdiri dari dua komponen penting yaitu kamera dan sistem DVR. Kamera CCTV ini berfungsi sebagai alat pengambil gambar, ada beberapa tipedari kameraCCTV ada yang membedakan kameranya dari segi kualitas, dari penggunaan dan dari fungsinya. Selain itu jenis kamera CCTV juga dibedakan berdasarkan pengoprasiannya, yaitu terdiri dari kamera CCTV analogdankamera CCTV networkdimana kamera analog menggunakan satusolid kableuntuk setiap kamera yang berarti setiap kamera akan harus terhubung ke DVR atau sistem secara langsung sedangkankamera Networkatau yang biasa di sebut IP kamera bisa menggunakan jejaring yang berarti akan menghemat dari segi installasi karena network bersifat pararel dan bercabang tidak memerlukan satu kabel khusus untuk tiap kamera dalam pengaksesannya (id.wikipedia.org, 25 Januari 2014. URL).

2.2.6 Pengertian-pengertian

a. OptimalisasiOptimalisasi berasal dari kata optimal yang memiliki arti terbaik atau tertinggi, sedangkan optimalisasi diartikan sebagai sistem, proses atau mendapatkan hasil terbaik (Yuwono dan Abdullah, 1994:304). Sementara dalam kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa optimal adalah terbaik, tertinggi dan paling tinggi, sedangkan pengoptimalan berarti proses, cara atau perbuatan yang bertujuan untuk mengoptimalkan sesuatu yang telah ada namun dirasa belum berjalan dengan baik atau belum optimal.b. PengamananKata pengamanan berasal dari kata aman dan merupakan suatu kata kerja, dalam kamus besar bahasa Indonesia yang dimaksud dengan kata pengamanan adalah proses, cara, dan perbuatan mengamankan.

c. Kawasan IndustriKawasan industri adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan industri yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana penunjang yang dikembangkan dan dikelola oleh perusahaan kawasan industri yang telah memiliki izin usaha kawasan industri.

d. KeamananKeamananadalah keadaan bebas dari bahaya. Istilah ini bisa digunakan dengan hubungan kepadakejahatan, segala bentuk kecelakaan, dan lain-lain. Keamanan merupakan topik yang luas termasukkeamananan nasionalterhadap serangan teroris, keamanan komputer terhadaphacker, kemanan rumah terhadap maling dan penyelusup lainnya, keamanan finansial terhadap kehancuran ekonomi dan banyak situasi berhubungan lainnya (id.wikipedia.org, 12 Desember 2013. URL).

e. TeknologiTeknologi adalah keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidupmanusia. Penggunaan istilah 'teknologi' (bahasa Inggris:technology) telah berubah secara signifikan lebih dari 200 tahun terakhir. Sebelum abad ke-20, istilah ini tidaklah lazim dalam bahasa Inggris, dan biasanya merujuk pada penggambaran atau pengkajian seniyang berguna. Istilah ini seringkali dihubungkan dengan pendidikan teknik, seperti di Institut Teknologi Massachusetts. Istilahtechnologymulai menonjol pada abad ke-20 seiring dengan bergulirnyaRevolusi Industri Kedua. Pengertiantechnology berubah pada permulaan abad ke-20 ketika para ilmuwan sosial Amerika, dimulai olehThorstein Veblen, menerjemahkan gagasan-gagasan dari konsep Jerman,Technik, menjadi technology. Dalam bahasa Jerman dan bahasa-bahasa Eropa lainnya, perbedaan hadir di antara Technik dan Technlogie yang saat itu justru nihil dalam bahasa Inggris karena kedua-dua istilah itu biasa diterjemahkan sebagai technology. Pada dasawarsa 1930-an, technologytidak hanya merujuk pada 'pengkajian' seni-seni industri, tetapi juga pada seni-seni industri itu sendiri (id.wikipedia.org, 12 Desember 2013. URL).

2.3 Kerangka BerpikirTugas Polri sebagaimana yang telah dituangkan dalam UU No.2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia pasal 13 adalah memelihara keamanan dan ketertiban, penegakan hukum, dan melindungi, mengayomi dan melayani masyarakat. Salah satu dari tugas tersebut merupakan tugas dari anggota Polri yang berkaitan dengan penelitian ini yaitu tugas dalam memelihara keamanan dan ketetiban.Perkembangan zaman menuntut adanya perubahan pola hidup yang dijalankan oleh setiap manusia, terutama dalam bidang perekonomian. Permasalahan ekonomi merupakan permasalahan terbesar yang sering menjadi dasar terjadinya kejahatan dan pelanggaran, hal ini sangat berpengaruh terhadap kejahatan yang dilakukan. Hal tersebut mengakibatkan bertambah banyaknya modus-modus dan pola kejahatan yang timbul dalam masyarakat. Dengan adanya perkembangan tekhnologi diharapkan mampu mencegah, mengatasi dan menanggulangi munculnya modus-modus dan pola kejahatan baru tersebuti, sehingga diharapkan dapat terciptanya kemanan dan ketertiban dalam semua aspek kehidupan masyarakat.Oleh karena itu penulis membuat kerangka berpikir dalam penelitian ini sebagaimana tergambar di bawah ini:

ENVIROMENTAL INPUT-UU NO 2 TAHUN 2002 TTG POLRI- Surat Keputusan Kapolri No. Pol : Skep/126/XII/1980 tanggal 30 Desember 1980 tentang pembentukan Satpam-PERKAP KAPOLRI NO. 24 THN 2007

KEAMANAN KAWASAN

SMO

Kapolres Kapolsek Kepala Sekuriti Kawasan Industri MM2100 Kepala Bidang IT Kawasan Industri MM2100 Koordinasi Manajerial Sarpras Anggaran

Sistem Pengamanan Kawasan Industri MM2100Dan pemanfaatan CCTV

Ancaman Ganguan Keamanan dan Ketertiban Kegiatan Perindustrian

PEMANFAATAN TEKNOLOGI CCTVPENGAMANAN KAWASAN INDUSTRI MM2100

Faktor yang mempengaruhi

FAKTOR INTERNALSDM, Sarpras, Anggaran, MetodeFAKTOR EKSTERNALIklim, Cuaca, Geografis KawasanLingkung

FEED BACK

BAB IIIRANCANGAN PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Metode PenelitianPenelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian kuallitatif adalah penelitian dengan menekankan analisis proses dari proses berfikir secara induktif dan senantiasa menggunakan logika ilmiah. Penelitian kualitatif tidak berarti tanpa menggunakan dukungan dari data kuantitatif, tetapi lebih ditekankan pada kedalaman berpikir formal dari peneliti dalam menjawab permasalahan yang dihadapi. Penelitian kualitatif bertujuan mengembangkan konsep sensitivitas pada masalah yang dihadapi, menerangkan realitas yang berkaitan dengan penelusuran teori dari bawah (grounded theory) dan mengembangkan pemahaman akan suatu atau lebih dari fenomena yang dihadapi (Imam Gunawan, 2013:80)Sesuai dengan apa yang dimaksud dengan pendekatan kualitatif, maka dengan ini penulis mengusahakan untuk menggali informasi dan data secara mendalam untuk dapat mengerti dan menjelaskan secara menyeluruh bagaimana upaya pengamanan PT Megalopolis Manunggal Industrial Development (MMID) selaku pengelola Kawasan Industri MM 2100 guna menciptakan keamanan melalui pemanfaatan teknologi CCTV. Yang didalamnya meliputi gambaran konsep umum pengamanan di Kawasan Industri MM2100 yang dikelolah oleh PT Megalopolis Manunggal Industrial Development (MMID) saat ini, tujuan dan target pemanfaatan teknologi CCTV di bidang pengamanan, strategi dan program serta kebijakan penerapan teknologi CCTV di bidang pengamanan, dan faktor-faktor yang mendukung dan menghambat dalam penerapan CCTV.Dalam pendekatan kualitatif ini maka yang ditekankan adalah penggambaran tentang bagaimana optimalisasi pengamanan PT Megalopolis Manunggal Industrial Development (MMID) selaku pengelola Kawasan Industri MM 2100 melalui pemanfaatan teknologi CCTV, hal ini dikarena informasi dan data yang dibutuhkan dapat diperoleh melalui kegiatan penelitian yang bersifat deskriptif.Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif analisis. Meotde penelitian deskriptif analisis merupakan penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan secermat mungkin mengenai sifat-sifat suatau individu secermat mungkin (Eko, 2005 :21, dari Melly G Tan). Pada penelitian ini akan menggambarkan secara mendalam mengenai optimalisasi pengamanan PT Megalopolis Manunggal Industrial Development (MMID) selaku pengelola Kawasan Industri MM 2100 melalui pemanfaatan teknologi CCTV, sehingga dapat memberikan gambaran dan penjelasan yang mendetail yang diharapkan dapat menampilkan fakta-fakta nyata di lapangan yang selanjutnya dipakai sebagai bahan pembahasan penelitian secara lebih rinci guna mencapai tujuan dari penelitian.

3.2 Sumber Data / InformasiMenurut Lofland dan Loland (1984:47) sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Berkaitan dengan hal itu pada bagian ini jenis data dibagi ke dalam kata-kata dan tindakan, sumber data tertulis, foto dan statistik, yang kemudian di golongkan kedalam dua sumber data besar yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder.

3.2.1 PrimerSumber data primer merupakan data yang diperoleh dari hasil penelitian secara langsung kepada sasaran dengan cara melakukan pengamatan dan wawancara yang mendalam dengan informan. Dalam hal ini yang menjadi sumber data primer diperoleh dari:a. Kapolres Kota Bekasib. Kapolsek Cikarang Baratc. Kepala Sekuriti Kawasan Industri MM2100d. Kepala Bidang IT PT Megalopolis Manunggal Industrial Development (MMID)e. Kepala BKPM MM 2100

3.2.2 SekunderSumber data sekunder merupakan data pendukung yang digunakan dalam mempertajam analisis terhadap permasalahan yang diteliti sehingga dapat mengupas lebih dalam, sumber data sekunder antara lain adalah:a. Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.b. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 tentang Sistem Manajemen Pengamanan Organisasi, Perusahaan dan/atau Instansi atau Lembaga Pemerintah.c. Surat Keputusan Kapolri Nomor Polisi: Skep/738/X/200 tentang Pengamanan Objek Vital Nasional.

3.3 Teknik Pengumpulan DataTerdapat banyak dan bermacam-macam dalam teknik pengumpulan data dalam melakukan penelitian. Dalam penelitian ini pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan teknik pengumpulan data:

3.3.1 Pengamatan (observasi)Pengamatan merupakan salah satu metode penelitian berupa pengamatan dan pencatatan yang sistematik terhadap gejala-gejala yang akan diteliti. Ada beberapa alasan mengapa dalam penelitian kualitatif pengamatan dimanfaatkan sebesar-besarnya seperti yang dikemukanan oleh Guba dan Lincoln (1981:191-193, dari Prof. Dr. Lexy J. Moleong, M.A) bahwa pengamatan didasarkan atas pengalaman secara langsung, pengamatan memungkinkan melihat dan mengamati sendiri kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi, pengamatan memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan proposional maupun pengetahuan yang langsung diperoleh dari data. Oleh karena itu pengamatan akan menghasilkan data yang lebih nyata, sehingga pengamatan dalam penelitian ini memiliki fokus terhadap:a. Pengamatan langsung terhadap pelaksanaan upaya pengamanan PT Megalopolis Manunggal Industrial Development (MMID) selaku pengelola Kawasan Industri MM 2100 oleh satuan penggaman.b. Pengamatan terhadap peran Polri dalam pengamanan Kawasan Industri MM2100 Cibitung Melalui BKPM MM 2100.c. Pengamatan terhadap pemanfaatan teknologi CCTV di bidang pengamanan pada PT Megalopolis Manunggal Industrial Development (MMID) selaku pengelola Kawasan Industri MM 2100 Kawasan Industri.

3.3.2 WawancaraWawancara menurut Prof. Dr. Lexy J. Moleong, M.A (2010:186) merupakan percakapan dengan maksud tertentu.Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawacara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan.Sehingga dapat kita artikan juga dengan komunikasi satu arah dimana hanya ada satu pembicara yang memberikan pertanyaan dan satu/lebih responden yang memberikan jawaban.Menurut Guba dan Lincoln (1980:180-183) ada tiga cara penata-aturan pertanyaan yaitu bentuk cerobong, kebalikan bentuk cerobong dan rencana kuintamensional. Pada aturan bentuk cerobong pertanyaan-pertanyaan dimulai dari yang umum mengarah kepada yang khusus. Sedangkan urutan bentuk kebalikan dari cerobong adalah yang cara penyusunan pertanyaannya tebalik yaitu dari khusus ke umum. Dan yang terkahir cara penata-urutan kuintamensional adalah cara memfokuskan pertanyaan dari dimensi kesadaran deskriptif menuju dimensi-dimensi afektif, perilaku, perasaan, atau sikap.Dalam halnya dengan penelitian ini mengenai upaya pengamanan Kawasan Industri MM2100 Cibitung melalui pemanfaatan teknologi CCTV, yang akan dijadikan sebagai terwawancara dalam kegiatan wawancara ini adalah:1) Kepala Kepolisiam Resort Kota Bekasi2) Kepala Kepolisian Sektor Cikarang Barat3) Kepala BKPM MM 21004) Kepala keamanan Kawasan Industri MM2100 Cibitung5) Kepala Bidang IT PT Megalopolis Manunggal Industrial Development (MMID)6) Anggota satuan pengaman Kawasan Industri MM2100 Cibitung

3.3.3 DokumentasiMenurut Guba dan Lincoln (1981:228) mendefenisikan document dan record berbeda-beda, record menurutnya setiap pertanyaan tertulis yang disusun oleh sesorang atau menyajikan akunting sementara dokumen ialah setiap bahan ataupun film, lain dari record yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik.Dalam hal penelitian ini akanlebih banyak dipergunakan dokumen resmi, dimana dokumen resmi terbagi atas dokumen resmi internal dan dokumen resmi eksternal. Dokumen resmi internal berupa memo, pengumuman, instruksi, aturan suatu lembaga masyarakat tertentu yang digunakan dalam kalangan sendiri. Sementara dokumen eksternal berisi bahan-bahan informasi yang dihasilkan oleh sauatu lembaga sosial, misalnya majalah, bulletin, pernyataan, dan berita yang disiarkan kepada media massa.Oleh karena itu dalam penelitian ini penulis mengambil dokumentasi yang diperlukan dan berkaitan dengan upaya pengamanan PT Megalopolis Manunggal Industrial Development (MMID) selaku pengelola Kawasan Industri MM 2100 guna menciptakan keamanan dengan pemanfaatan teknologi CCTV.

3.4 Teknik Analisis DataAnailisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa data kualitatif, Analisis Data Kualitatif (disadur dari Prof. Dr. Lexy J. Moleong, M.A , 2010: 248, menyadur dari Bogdan & Biklen, 1982) adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceriterakan kepada orang lain.Menurut Prof. Dr. Lexy J. Moleong, M.A (2010:287) bahwa tedapat tiga model analisis data, yaitu model Pebandingan Tetap (constant comparative method) seperrti yang dikemukakan oleh Glaser & Strauss dalam buku mereka The Discovery o Grounded Research, metode analisis data menuut Spradley sebagai yang ditemukan dalam bukunya Participant Observation, dan metode analisis data menurut Miles & Huberman seperti yang mereka kemukakan dalam buku Qualitative Data Analysis.Dalam metode analisis data ada 4 (empat) tahap yang yang dilakukan, yaitu sebagai berikut:1. Pengumpulan DataPeneliti melakukan pencatatan terhadap semua data secara objektif dan apa adanya sesuai fakta yang ada dari hasil observasi dan wawancara serta dokumentasi di lapangan.2. Reduksi DataReduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan tranformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan di lapangan.3. Penyajian DataSajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.4. Pengambilan Keputusan / VerifikasiBagian akhir dimana telah adanya kesimpulan sebagai suatu hasil dari hal-hal yang ditemukan dari penelitian di lapangan.

DAFTAR PUSTAKA

Buku:Departemen Pendidikan Nasional. 2011. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Gunawan, Imam. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif: teori dan praktik, Jakarta: Bumi Aksara.

Moleong, Lexy J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Terry, George R. 2013. Prinsip-Prinsip Manajemen. Jakarta: PT Bumi Askara.

STIK, 2013. Petunjuk Tekns Penyusunan Dan Pembimbingan Skripsi Mahasiswa STIK-PTIK. Jakarta, 2012.

Hasil Penelitian, Jurnal Artikel, Makalah:Alqudusy, Muh Iqbal. 2005. Pemanfaatan Teknologi Pada Fungsi Sekurit Di PT Konimex, Polrs Sukoharjo. Jakarta: PTIK.

Maaruf, Febry Kurniawan. 2005. Manajemen Pengamanan Dalam Pencegahan Kejahatan Di PT Trisula Textile Industries Cimahi. Jakarta: PTIK.Siregar, Timbul Rein Krisman. 2005. Pelaksanaan Pengamanan Industri Pada PT Pelita Air Service. Jakarta: PTIK.

Internet:Keamanan-Wikipedia Bahasa Indnesia, http://id.wikipedia.org/wiki/Keamanan Kamis, 12/12/2013: 09.20 WIB.

Ronald Steven, Ada demo bruh, hindari lokasi ini dalam http://metro.sindonews.com/read/2013/10/31/31/800346/ada-demo-buruh-hindari-lokasi-ini Kamis,19/12/2013:14.20.

Teknologi-Wikipedia Bahasa Indonesia, http://id.wikipedia.org/wiki/Teknologi Kamis, 12/12/2013: 09.34 WIB.

Perundang-undangan:Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik IndonesiaPeraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 tentang Sistem Manajemen Pengamanan Organisasi, Perusahaan dan/atau Instansi atau Lembaga Pemerintah.Surat Keputusan Kapolri Nomor Polisi: Skep/738/X/200 tentang Pengamanan Objek Vital Nasional.