bab i, ii, dan iii-revisi 29 sept 2015.docx

63
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kemajuan ekonomi secara global yang disebabkan oleh berkembang pesatnya ilmu teknologi dan penyebaran informasi menciptakan persaingan bisnis yang semakin meningkat. Pelaku bisnis dituntut untuk bersikap responsif atas ancaman dan peluang yang datang dari situasi ini, sehingga dibutuhkan strategi-strategi yang tepat demi menjamin kontinuitas perusahaan. Salah satu upaya dalam menjamin kontinuitas perusahaan adalah dengan mencapai laba yang optimal, sehingga perusahaan dapat memenuhi kepentingan dan mensejahterakan para pemegang saham. Kemampuan perusahaan dalam mencapai laba dapat dilihat dari profitabilitas yang dicapai oleh perusahaan tersebut. Profitabilitas adalah hubungan antara pendapatan dan biaya yang dihasilkan dengan

Upload: anitandep

Post on 29-Jan-2016

28 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I, II, dan III-revisi 29 Sept 2015.docx

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Kemajuan ekonomi secara global yang disebabkan oleh berkembang

pesatnya ilmu teknologi dan penyebaran informasi menciptakan persaingan bisnis

yang semakin meningkat. Pelaku bisnis dituntut untuk bersikap responsif atas

ancaman dan peluang yang datang dari situasi ini, sehingga dibutuhkan strategi-

strategi yang tepat demi menjamin kontinuitas perusahaan. Salah satu upaya

dalam menjamin kontinuitas perusahaan adalah dengan mencapai laba yang

optimal, sehingga perusahaan dapat memenuhi kepentingan dan mensejahterakan

para pemegang saham.

Kemampuan perusahaan dalam mencapai laba dapat dilihat dari

profitabilitas yang dicapai oleh perusahaan tersebut. Profitabilitas adalah

hubungan antara pendapatan dan biaya yang dihasilkan dengan menggunakan aset

perusahaan, baik aset lancar maupun aset tetap (Gitman dan Zutter 2012, 601).

Profitabilitas merupakan kemampuan untuk menghasilkan laba dari semua

kegiatan bisnis oleh sebuah organisasi, perusahaan, maupun firma yang

menunjukkan tingkat efisiensi manajemen dalam memanfaatkan sumber daya

yang tersedia dalam rangka menghasilkan laba tersebut (Innocent et al. 2013).

Profitabilitas memiliki peran penting dalam struktur dan pengembangan

perusahaan karena mengukur kinerja dan keberhasilan suatu perusahaan (Bhutta

Page 2: BAB I, II, dan III-revisi 29 Sept 2015.docx

2

dan Hasan 2013). Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh manajer keuangan

berpengaruh secara signifikan terhadap keseluruhan tingkat profitabilitas di

perusahaan tersebut, sehingga dibutuhkan strategi yang berisiko kecil dan

serangkaian tindakan yang terorganisir dengan baik. Tindakan-tindakan ini

menentukan kelancaran operasi perusahaan yang tidak hanya membantu

menghindari kebangkrutan, tetapi juga meningkatkan profitabilitas perusahaan.

Salah satu komponen terpenting terkait keuangan perusahaan adalah

manajemen modal kerja yang merupakan bagian yang paling sering diperhatikan

oleh perusahaan dikarenakan memiliki dampak secara langsung pada profitabilitas

dan likuiditas perusahaan (Pouraghajan dan Emamgholipourarchi 2012).

Manajemen modal kerja merupakan suatu fungsi kebijakan kredit dan biaya

penyediaan bahan baku yang efisien (Ayub 2015). Manajemen modal kerja yang

efisien terdiri dari perencanaan dan pengendalian atas aset lancar dan kewajiban

lancar dalam rangka meminimalkan risiko perusahaan atas kemampuannya

memenuhi komitmen jangka pendek dan menghindari kelebihan aset yang

diinvestasikan (Pouraghajan dan Emamgholipourarchi 2012).

Manajer seringkali dihadapkan pada situasi trade-off. Misalnya, ketika

dihadapkan pada penentuan kebijakan piutang usaha, manajer yang

memaksimalkan jumlah penagihan piutang usaha akan menyebabkan

kemungkinan timbulnya kredit macet (bad debts), sedangkan pemberian diskon

agar penagihan piutang usaha dilakukan lebih cepat akan menyebabkan hilangnya

sebagian kecil penjualan yang telah dilakukan. Oleh karena itu, kebijakan

Page 3: BAB I, II, dan III-revisi 29 Sept 2015.docx

3

manajemen modal kerja biasanya dijadikan dasar pertimbangan perusahaan dalam

melaksanakan kegiatannya (Ayub 2015).

Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya yang

telah dilakukan oleh Ayub (2015) yang mengungkapkan Impact of Working

Capital Management on Profitability of Textile Sector of Pakistan. Variabel

dependen yang digunakan adalah profitabilitas dengan menggunakan return on

assets sebagai proksi. Variabel independen yang digunakan adalah ukuran

perusahaan, gearing ratio, gross working capital turnover ratio, current assets to

total assets, average collection period, inventory turnover in days, average

payment period, dan cash conversion cycle.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian

ini menggunakan objek atas perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia periode 2012-2014, sedangkan penelitian sebelumnya

menggunakan objek penelitian atas perusahaan manufaktur yang terdaftar di

Karachi Stock Exchange periode 1999-2007.

Penelitian ini menghilangkan variabel cash conversion cycle. Variabel

cash conversion cycle dihilangkan karena kemungkinan besar variabel ini

memiliki hubungan multikolinearitas dengan variabel independen lainnya.

Penelitian ini terdapat penambahan satu variabel independen dari penelitian yang

sebelumnya telah dilakukan oleh Khidmat dan Rehman (2014) yaitu current ratio.

Current ratio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi utang

jangka pendek dengan menggunakan aset lancar yang dimiliki menunjukkan

terdapat kemungkinan adanya dana menganggur yang akan digunakan untuk

Page 4: BAB I, II, dan III-revisi 29 Sept 2015.docx

4

melakukan investasi dan hal tersebut akan mempengaruhi tingkat profitabilitas

perusahaan.

Manajemen modal kerja yang meliputi pengendalian atas aset lancar dan

kewajiban lancar akan mempengaruhi tingkat likuiditas perusahaan dan efektifitas

dalam memperoleh profitnya sehingga akan menentukan tingkat profitabilitas

perusahaan. Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini berjudul Pengaruh

Manajemen Modal Kerja Terhadap Profitabilitas.

1.2. Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka masalah

penelitian dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh tehadap profitabilitas?

2. Apakah gearing ratio berpengaruh terhadap profitabilitas?

3. Apakah gross working capital turnover ratio berpengaruh terhadap

profitabilitas?

4. Apakah current assets to total assets berpengaruh terhadap profitabilitas?

5. Apakah average collection period berpengaruh terhadap profitabilitas?

6. Apakah inventory turnover in days berpengaruh terhadap profitabilitas?

7. Apakah average payment period berpengaruh terhadap profitabilitas?

8. Apakah current ratio berpengaruh terhadap profitabilitas?

Page 5: BAB I, II, dan III-revisi 29 Sept 2015.docx

5

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mendapatkan bukti empiris bahwa ukuran perusahaan berpengaruh

tehadap profitabilitas.

2. Untuk mendapatkan bukti empiris bahwa gearing ratio berpengaruh

terhadap profitabilitas.

3. Untuk mendapatkan bukti empiris bahwa gross working capital turnover

ratio berpengaruh terhadap profitabilitas.

4. Untuk mendapatkan bukti empiris bahwa current assets to total assets

berpengaruh terhadap profitabilitas.

5. Untuk mendapatkan bukti empiris bahwa average collection period

berpengaruh terhadap profitabilitas.

6. Untuk mendapatkan bukti empiris bahwa inventory turnover in days

berpengaruh terhadap profitabilitas.

7. Untuk mendapatkan bukti empiris bahwa average payment period

berpengaruh terhadap profitabilitas.

8. Untuk mendapatkan bukti empiris bahwa current ratio berpengaruh

terhadap profitabilitas.

1.3.2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

Page 6: BAB I, II, dan III-revisi 29 Sept 2015.docx

6

1. Perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai dasar pertimbangan dan

referensi bagi perusahaan dalam pengelolaan modal kerja perusahaan

secara efektif sehingga dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan.

2. Investor

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada investor

dalam menilai suatu perusahaan dilihat dari faktor-faktor yang

mempengaruhi profitabilitas perusahaan sehingga menjadi dasar

pertimbangan bagi investor dalam mengambil keputusan investasi.

3. Akademisi

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan kontribusi

dalam bidang akuntansi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi

profitabilitas suatu perusahaan.

4. Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan

peneliti dalam memahami pengaruh penggunaan modal kerja terhadap

profitabilitas perusahaan.

5. Penelitian selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan referensi dan acuan

dalam mengembangkan penelitian selanjutnya.

Page 7: BAB I, II, dan III-revisi 29 Sept 2015.docx

7

1.4. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pemahaman pembaca terhadap topik yang akan

dibahas, maka penulis membagi topik menjadi 5 bab. Adapun masing-masing bab

tersebut adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini terdiri atas latar belakang yang mendasari penelitian, masalah

penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

Bab ini membahas pandangan-pandangan yang bersifat teoritis yang

menjadi dasar teori penelitian, terdiri dari kerangka teoritis, bukti

empiris dari penelitian terdahulu, model penelitian, dan hipotesis

penelitian yang digunakan oleh peneliti.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini membahas bentuk penelitian, obyek penelitian, definisi

operasional variabel beserta pengukurannya, teknik pengumpulan data,

dan metode analisis data penelitian.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan tentang statistic deskriptif objek penelitian dan

analisis hasil pengujian kualitas data serta pengujian hipotesis

mengenai faktor-faktor yang ada.

Page 8: BAB I, II, dan III-revisi 29 Sept 2015.docx

8

BAB V PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan mengenai jawaban singkat atas masalah

penelitian berdasarkan hasil dari analisis dan pembahasan,

keterbatasan penelitian, dan rekomendasi untuk penelitian selanjutnya.

Page 9: BAB I, II, dan III-revisi 29 Sept 2015.docx

9

BAB II

KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

2.1. Kerangka Teoritis

2.1.1. Teori Keagenan

Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa teori keagenan

merupakan teori yang menjelaskan adanya keterkaitan hubungan antara pemilik

perusahaan dengan manajemen perusahaan. Teori ini muncul ketika satu orang

atau lebih (principal) memberikan pekerjaan kepada orang lain (agent) untuk

melakukan beberapa jasa untuk kepentingan mereka dengan mendelegasikan

pelimpahan wewenang pengambilan keputusan kepada agent. Konflik

kepentingan dapat terjadi apabila agent dalam pendelegasian tugas ini tidak dalam

kepentingan untuk memaksimumkan kesejahteraan principal dan cenderung

mementingkan diri sendiri dengan mengorbankan kepentingan pemilik.

Konflik kepentingan akan menyebabkan timbulnya biaya keagenan yang

terbagi menjadi monitoring costs, bonding costs, dan residual loss. Monitoring

costs adalah biaya yang timbul dalam melakukan pemantauan perilaku agent.

Bonding costs adalah biaya yang dikeluarkan dalam rangka membangun dan

memenuhi kepentingan principal maupun agent. Residual loss adalah biaya yang

timbul akibat ketidaksesuaian antara kepentingan principal dengan agent

(Godfrey et al. 2010, 363-364).

Page 10: BAB I, II, dan III-revisi 29 Sept 2015.docx

10

Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa terdapat dua potensi

konflik kepentingan, yaitu konflik antara pemegang saham dengan kreditur dan

konflik antara pemegang saham dengan pihak manajemen. Konflik antara

pemegang saham dengan kreditur terjadi ketika kreditur menerima uang dalam

jumlah tetap dari perusahaan (bunga utang), sedangkan pendapatan pemegang

saham bergantung pada besaran laba perusahaan. Kreditur lebih memperhatikan

kemampuan perusahaan dalam melunasi utangnya, sedangkan pemegang saham

lebih memperhatikan kemampuan perusahaan dalam meraih laba yang banyak

dengan cara melakukan investasi pada proyek-proyek yang berisiko. Keberhasilan

proyek tersebut tidak dapat dinikmati oleh kreditur dan kegagalan proyek tersebut

menyebabkan kreditur menderita kerugian akibat dari ketidakmampuan pemegang

saham memenuhi kewajibannya.

Konflik antara pemegang saham dengan pihak manajemen terjadi karena

pihak manajemen tidak selalu bertindak yang terbaik untuk kepentingan

pemegang saham, tetapi agak mengarah kepada kepentingan dirinya sendiri.

Akibatnya, pemegang saham menanggung biaya keagenan ekuitas (agency cost of

equity) untuk memantau kegiatan pihak manajemen (Jensen dan Meckling 1976).

Hubungan keagenan akan efektif apabila manajer mengambil keputusan

investasi yang konsisten dengan kepentingan pemegang saham, sehingga

perusahaan akan memperoleh tingkat pengembalian yang optimal dan akan

meningkatkan tingkat profitabilitas perusahaan yang akan memberikan

keuntungan bagi kedua belah pihak, yaitu pemegang saham sebagai principal dan

manajer sebagai agent.

Page 11: BAB I, II, dan III-revisi 29 Sept 2015.docx

11

2.1.2. Teori Sinyal

Miller dan Rock (1985) menyatakan bahwa sinyal adalah cara yang

digunakan manajemen untuk meyakinkan pemegang saham mengenai prospek

perusahaan di masa mendatang. Manajer akan menyediakan informasi secara

sukarela kepada investor untuk membantu mereka dalam membuat keputusan.

Manajer akan menggunakan laporannya untuk memberikan sinyal harapan dan

rencana mengenai masa depan. Teori sinyal memprediksi bahwa perusahaan akan

mengungkapkan informasi lebih dari yang diminta (Godfrey et al. 2010, 375).

Sinyal digunakan karena manajemen lebih mengetahui dengan baik dan

akurat tentang informasi perusahaan dibanding pihak luar (asymmetric

information). Sinyal yang diberikan ke pasar diharapkan memberikan dampak

positif yang akan berpengaruh pada harga dan volume saham sehingga lebih lanjut

akan meningkatkan nilai perusahaan di mata pemegang saham (Miller dan Rock

1985).

Godfrey et al. (2010, 375) juga mengungkapkan bahwa jika manajer

berekspektasi pertumbuhan perusahaan di masa depan akan tinggi, maka manajer

akan memberikan sinyal kepada investor lewat laporannya. Manajer yang

mempunyai performa baik juga akan mempunyai dorongan yang sama. Manajer

dengan kabar yang netral juga mempunyai dorongan yang sama untuk melaporkan

berita yang baik, itu dilakukan agar mereka tidak dianggap mempunyai hasil yang

buruk. Manajer yang mempunyai kabar buruk mempunyai keinginan untuk tidak

melaporkan laporannya. Namun, mereka juga mempunyai dorongan untuk

Page 12: BAB I, II, dan III-revisi 29 Sept 2015.docx

12

melaporkan berita buruk untuk menjaga kredibilitasnya di pasar efektif tempat

sahamnya diperdagangkan.

Semua manajer pasti mempunyai dorongan untuk memberikan sinyal

keuntungan di masa depan. Hal itu karena apabila investor mempercayai sinyal

tersebut, maka harga saham mereka akan naik dan pemegang saham akan

mendapatkan keuntungan. Hal itu juga berarti bahwa manajer telah bekerja sesuai

dengan kepentingan pemilik (Godfrey et al. 2010, 375).

2.1.3. Profitabilitas

Profitabilitas adalah kemampuan untuk menghasilkan laba dari semua

kegiatan bisnis oleh sebuah organisasi, perusahaan, maupun firma yang

menunjukkan tingkat efisiensi manajemen dalam memanfaatkan sumber daya

yang tersedia dalam rangka menghasilkan laba tersebut (Innocent et al. 2013).

Profitabilitas memiliki peran penting dalam struktur dan pengembangan

perusahaan karena mengukur kinerja dan keberhasilan suatu perusahaan. Hal ini

juga meningkatkan reputasi perusahaan. Memaksimalkan keuntungan perusahaan

adalah salah satu tujuan utama manajer. Profitabilitas berkontribusi pada stabilitas

sistem perusahaan. Profitabilitas juga memaksimalkan nilai stakeholder dan nilai

investor. Profitabilitas sangat penting untuk kinerja perusahaan, terutama di

lingkungan kompetisi (Bhutta dan Hasan 2013).

Para investor dan kreditur sangat berkepentingan dalam mengevaluasi

kemampuan perusahaan menghasilkan laba saat ini maupun di masa mendatang

(Astuti 2002, 36). Perusahaan harus berada dalam keadaan menguntungkan agar

Page 13: BAB I, II, dan III-revisi 29 Sept 2015.docx

13

dapat melangsungkan hidupnya. Tanpa adanya keuntungan akan sangat sulit bagi

perusahaan untuk menarik modal dari luar (Syamsuddin 2004, 59).

Rasio profitabilitas merupakan aspek fundamental perusahaan, karena

selain memberikan daya tarik yang besar bagi investor yang akan menanamkan

dananya pada perusahaan juga sebagai alat ukur terhadap efektivitas dan efisiensi

penggunaan semua sumber daya yang ada di dalam proses operasional perusahaan

(Yuliyati dan Sunarto 2014).

Rasio return on assets (ROA) mengukur pengembalian atas total aset

setelah bunga dan pajak. Hasil pengembalian total aset atau total investasi

menunjukkan kinerja manajemen dalam menggunakan aset perusahaan untuk

menghasilkan laba. Perusahaan mengharapkan adanya hasil pengembalian yang

sebanding dengan dana yang digunakan. Hasil pengembalian ini dapat

dibandingkan dengan penggunaan alternatif dari dana tersebut. Sebagai salah satu

keefektifan, maka semakin tinggi ROA, semakin efektiflah perusahaan (Astuti

2002, 37). Menurut Sutanto dan Pribadi (2012), ROA menunjukkan kemampuan

perusahaan untuk menghasilkan keuntungan bagi seluruh aset yang dimiliki.

Semakin besar rasio ini, pengelolaan aset perusahaan semakin efisien, dan

sebaliknya.

2.1.4. Manajemen Modal Kerja

Menurut Sitorus dan Irsutami (2013), modal kerja merupakan dana yang

digunakan perusahaan untuk melangsungkan kegiatan operasional sehari-hari.

Diperlukan manajemen modal kerja yang baik dan bijak untuk menopang kegiatan

Page 14: BAB I, II, dan III-revisi 29 Sept 2015.docx

14

perusahaan sehingga kelangsungan hidup perusahaan dapat terjaga (Gunawan dan

Tjun 2014).

Modal kerja memiliki sifat yang fleksibel, yaitu besar atau kecilnya modal

kerja dapat ditambah atau dikurangi sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Para

manajer keuangan dalam perusahaan harus menetapkan modal kerja yang tediri

dari kas, piutang, dan persediaan seefektif dan seefisien mungkin. Besarnya modal

kerja yang ditetapkan haruslah sesuai dengan kebutuhan perusahaan (Noor dan

Lestari 2012).

Sitorus dan Irsutami (2013) berpendapat bahwa modal kerja yang cukup

memungkinkan perusahaan untuk beroperasi dengan seekonomis mungkin dan

perusahaan tidak akan mengalami kesulitan atau menghadapi bahaya-bahaya yang

mungkin timbul karena adanya krisis atau kekacauan keuangan. Modal kerja yang

berlebihan dapat menimbulkan inefisienan atau pemborosan dalam operasi

perusahaan terutama dalam bentuk uang tunai dan surat berharga yang dapat

merugikan perusahaan karena menyebabkan berkumpulnya dana yang besar tanpa

penggunaan secara produktif. Apabila hal ini terjadi maka akan mengurangi atau

memperkecil kesempatan perusahaan tersebut untuk memperoleh laba yang

maksimal.

Mansoori dan Muhammad (2012) menyatakan bahwa tujuan utama

manajemen modal kerja adalah untuk memastikan bahwa perusahaan memiliki

arus kas yang cukup untuk melanjutkan kegiatan operasionalnya sedemikian rupa,

sehingga perusahaan dapat meminimalkan risiko atas ketidakmampuan dalam

membayar komitmen jangka pendek.

Page 15: BAB I, II, dan III-revisi 29 Sept 2015.docx

15

Manajer sebaiknya menghindari investasi yang tidak diperlukan dalam

modal kerja. Sementara, investasi dalam modal kerja dapat mengurangi risiko

likuiditas, yaitu jumlah modal kerja yang tidak mencukupi yang menyebabkan

kekurangan dan timbulnya masalah dalam kegiatan operasional sehari-hari.

Namun, semakin banyak investasi dalam modal kerja akan meningkatkan

opportunity cost, khususnya pada perusahaan yang mengandalkan pendanaan dari

pihak eksternal untuk membiayai modal kerjanya. Oleh karena itu, efisiensi modal

kerja tergantung pada saldo antara likuiditas dan profitabilitas (Filbeck et al. 2007

dalam Mansoori dan Muhammad 2012).

Manajemen modal kerja yang efisien terdiri dari perencanaan dan

pengendalian atas aset lancar dan kewajiban lancar dalam rangka meminimalkan

risiko perusahaan atas kemampuannya memenuhi komitmen jangka pendek dan

menghindari kelebihan aset yang diinvestasikan (Pouraghajan dan

Emamgholipourarchi 2012). Pemahaman mendalam tentang peran modal kerja

dan dampaknya terhadap perusahaan profitabilitas akan membantu manajer untuk

mencari rencana strategis pengelolaan modal kerja (Mansoori dan Muhammad

2012).

2.1.5. Ukuran Perusahaan

Kunt dan Huizinga (1998) dalam Bhutta dan Hasan (2013) menyatakan

bahwa hal-hal yang bersifat keuangan, hukum, dan faktor lain (misalnya korupsi)

yang mempengaruhi profitabilitas sangat terkait dengan ukuran perusahaan.

Ukuran perusahaan yang semakin besar akan mengakibatkan timbulnya biaya

Page 16: BAB I, II, dan III-revisi 29 Sept 2015.docx

16

yang semakin besar sehingga dapat mengurangi profitabilitas perusahaan (Sari

dan Budiasih 2014). Priharyanto (2009) dalam Sari dan Budiasih (2014)

menyatakan hal yang berbeda, yaitu perusahaan besar cenderung memiliki skala

dan keleluasaan ekonomis yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan

kecil, sehingga akan lebih mudah untuk mendapatkan pinjaman yang pada

akhirnya akan meningkatkan profitabilitas perusahaan.

Bhutta dan Hasan (2013) menyatakan bahwa semakin luas ukuran

perusahaan maka tingkat pengembalian yang dihasilkan semakin tinggi. Luas

perusahaan berhubungan dengan peningkatan kinerja perusahaan. Semakin luas

perusahaan maka kinerja perusahaan tersebut semakin baik. Perusahaan yang

memiliki kinerja yang baik akan melakukan upaya yang efektif dalam rangka

mencapai laba maksimal yang akan mempengaruhi tingkat profitabilitas

perusahaan (Awan et al. 2014).

2.1.6. Gearing Ratio

Salah satu tujuan utama dalam manajemen strategis saat ini adalah

mengidentifikasi struktur modal yang optimal. Struktur modal yang optimal

adalah ada ketika utang dan ekuitas dapat dikombinasikan untuk mengurangi

biaya modal dan meningkatkan profitabilitas perusahaan. Jika hal ini tidak terjadi,

dan manajer perusahaan gagal untuk mengelolanya dengan baik, maka masuk akal

bahwa struktur modal perusahaan akan mempengaruhi pertumbuhan perusahaan

dan profitabilitas yang selanjutnya akan mengantar ke kesulitan keuangan dan

akhirnya perusahaan bisa bangkrut (Tailab 2014).

Page 17: BAB I, II, dan III-revisi 29 Sept 2015.docx

17

Perusahaan yang menguntungkan lebih bergantung pada utang sebagai

sumber pembiayaan utama mereka. Meskipun bunga utang adalah tax deductable,

tingkat utang yang semakin tinggi akan menyebabkan meningkatnya risiko

default (gagal bayar) yang akan meningkatkan kemungkinan kebangkrutan bagi

perusahaan. Oleh karena itu, gearing ratio yang terbaik adalah yang akan

meminimalkan cost of capital, sehingga struktur modal dikatakan optimal dan

akan mengurangi kemungkinan kebangkrutan (Gill et al. 2011).

2.1.7. Gross Working Capital Turnover Ratio

Menurut Welas (2006) dalam Yuliyati dan Sunarto (2014), perputaran

modal kerja (working capital turnover) merupakan rasio yang digunakan untuk

mengukur berapa kali dana yang ditanamkan dalam modal kerja berputar dalam

satu periode atau berapa penjualan yang dapat dicapai oleh setiap modal kerja

yang digunakan.

Gross working capital turnover ratio (GWCTR) menunjukkan seberapa

efektif perusahaan menggunakan modal kerjanya. GWCTR merupakan hubungan

antara penjualan dan modal kerja kotor. GWTCR menunjukkan berapa kali modal

kerja digunakan dalam setahun (Awan et al. 2014).

Menurut Arshad dan Gondal (2013), GWCTR disebut sebagai modal kerja

yang terdapat aset lancar di dalamnya, sehingga apabila aset lancar dikelola

dengan baik oleh perusahaan, maka pertumbuhan perusahaan dan nilai perusahaan

di pasar akan meningkat, hal tersebut penting bagi profitabilitas perusahaan.

Page 18: BAB I, II, dan III-revisi 29 Sept 2015.docx

18

2.1.8. Current Assets to Total Assets

Current assets to total assets (CATA) menunjukkan hubungan antara aset

lancar dan total aset yang dimiliki oleh perusahaan (Arshad dan Gondal 2013).

Nilai CATA yang tinggi menunjukkan bahwa manajemen perusahaan harus lebih

berhati-hati (konservatif) dalam mengelola aset lancar yang dimiliki oleh

perusahaan. Jika rasio menunjukkan nilai yang rendah, maka manajemen

perusahaan lebih baik bersikap agresif dalam pengelolaan aset lancar perusahaan

(Javid dan Zita 2014).

Kaur dan Silky (2013) menyatakan bahwa kebijakan investasi yang agresif

dengan tingkat aset tetap yang tinggi dan investasi rendah dalam bentuk aset

lancar dapat menghasilkan keuntungan lebih bagi perusahaan, sedangkan berlaku

sebaliknya untuk kebijakan investasi yang bersifat konservatif. Profitabilitas

terkait dengan tujuan memaksimalkan kekayaan pemegang saham, investasi

dalam aset lancar dilakukan hanya jika pengembalian yang seharusnya diterima

diperoleh (Mahmood dan Qayyum 2010 dalam Kaur dan Silky 2013).

Dalam rangka meningkatkan tingkat profitabilitas, perusahaan dapat

mempertahankan aset lancar dalam tingkat yang rendah. Ketika perusahaan

melakukannya, profitabilitas mereka akan meningkat, karena dana yang kurang

terikat dalam aset lancar menganggur, tetapi posisi solvabilitas mereka akan

terancam. Oleh karena itu, harus ada keseimbangan antara likuiditas dan

profitabilitas perusahaan (Kandpal dan Kavidayal 2013).

Page 19: BAB I, II, dan III-revisi 29 Sept 2015.docx

19

2.1.9. Average Collection Period

Average collection period (ACP) merupakan lamanya waktu

pengumpulan piutang dari saat penjualan kredit terjadi sampai pada saat jatuh

tempo kredit tersebut. ACP merupakan ukuran untuk mengetahui apakah

perusahaan berada di tingkat yang baik atau tidak dalam mengelola piutang

usahanya. Piutang usaha yang dikontrol secara ketat menyebabkan perusahaan

tetap bertahan dan dapat berkembang dengan baik. Pemberian kredit kepada para

konsumen merupakan salah satu kunci untuk menjaga loyalitas pelanggan. ACP

mengukur efektifitas perusahaan dalam menggunakan sumber daya yang dimiliki

dalam memaksimalkan profit perusahaan (Gunawan dan Tjun 2014).

Manajer keuangan harus memilih dan menggunakan kebijakan kredit yang

sesuai tidak hanya untuk menarik klien dengan cara yang memungkinkan

perusahaan untuk bersaing dengan kompetitor mereka, tetapi juga untuk

meminimalkan biaya pembiayaan kredit tersebut (Nobanee et al. 2011 dalam

Mansoori dan Muhammad 2012)

Manajer dapat menciptakan nilai bagi pemegang saham dengan

mengurangi jumlah hari untuk piutang. Selain itu, adanya hubungan negatif antara

profitabilitas dengan ACP menunjukkan bahwa perusahaan yang kurang

menguntungkan akan mengejar penurunan piutang mereka dalam upaya untuk

mengurangi kesenjangan kas mereka di cash conversion cycle. Manajer dapat

meningkatkan profitabilitas dengan mengurangi jangka waktu kredit yang

diberikan kepada pelanggan mereka (Majeed et al. 2013).

Page 20: BAB I, II, dan III-revisi 29 Sept 2015.docx

20

2.1.10 Inventory Turnover in Days

Inventory turnover in days (ITD) menunjukkan banyaknya jumlah

persediaan perusahaan di gudang dan sebagai penentu apakah perusahaan

mengalami overstock atau tidak. ITD termasuk ke dalam rasio aktifitas yang

digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam menggunakan sumber

daya yang dimiliki dalam memaksimalkan profit (Gunawan dan Tjun 2014).

ITD yang tinggi menunjukkan manajemen persediaan yang efisien karena

semakin sering persediaan terjual, semakin kecil jumlah uang yang diperlukan

untuk membiayai persediaan. ITD yang rendah menunjukkan inefisiensi dalam

pengelolaan persediaan (Kaur dan Silky 2013).

Persediaan perusahaan harus sering diperiksa dan dipantau oleh

manajemen untuk mencegah terjadinya kelebihan penyimpanan persediaan atau

kelangkaan persediaan (Innocent et al. 2013).

Penyediaan persediaan dilihat dari tren permintaan barang periode

sebelumnya, hal ini harus diperhatikan dengan cermat agar jangan sampai terjadi

kekosongan barang persediaan yang mengakibatkan kosongnya barang di pasaran.

Hal ini akan berujung pada peralihan konsumen ke barang subtitusi. Selain itu

dalam penyediaan persediaan harus diperhatikan kualitas barangnya. Metode

persediaan yang dipakai haruslah dipilih perusahaan dengan menyesuaikan

situasi dan kondisi perusahaan. Pemilihan metode yang tepat akan membantu

dalam menjaga kualitas barang persediaan, begitu pula sebaliknya, pemilihan

metode yang salah akan berujung pada penurunan kualitas barang persediaan

(Gunawan dan Tjun 2014).

Page 21: BAB I, II, dan III-revisi 29 Sept 2015.docx

21

2.1.11. Average Payment Period

Average payment period (APP) merupakan jangka waktu rata-rata antara

persediaan yang dibeli dan pembayaran tenaga kerja dalam bentuk uang tunai.

Keterlambatan (delay) pada jatuh tempo pembayaran utang berdampak positif

bagi profitabilitas perusahaan (Awan et al. 2014).

APP harus berada pada titik terjadinya utang dan pembelian di waktu yang

tidak jauh berbeda dalam rangka untuk mengambil keuntungan fasilitas kredit dan

diskon yang berhubungan dengan pembayaran yang cepat untuk persediaan yang

dibeli. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan profitabilitas perusahaan, karena

manajemen harus memanfaatkan aset secara efisien agar menghasilkan lebih

banyak pendapatan bagi perusahaan (Innocent et al. 2013).

Leahy (2012) menyatakan bahwa APP menunjukkan pengaruh atas

dilakukannya pinjaman pada profitabilitas perusahaan. Hal ini juga mengukur

kemampuan perusahaan dalam menegosiasikan jangka waktu pembelian. Dampak

dari variabel ini terhadap profitabilitas tergantung pada bagaimana bisnis dibiayai.

Jika perusahaan harus melakukan pinjaman dana untuk menebus utang, rasio

utang terhadap harga pokok penjualan semakin tinggi, maka profitabilitas yang

diharapkan akan semakin rendah. Di sisi lain, apabila bisnis ini dibiayai melalui

laba ditahan, rasio utang terhadap harga pokok penjualan semakin tinggi, maka

profitabilitas yang diharapkan juga akan semakin tinggi.

Page 22: BAB I, II, dan III-revisi 29 Sept 2015.docx

22

2.1.12. Current Ratio

Sutanto dan Pribadi (2012) menyatakan bahwa current ratio mengukur

kemampuan perusahaan dalam memenuhi utang jangka pendek dengan

menggunakan aset lancar yang dimiliki. Kewajiban lancar tersebut antara lain

utang usaha, wesel bayar, utang pajak, biaya yang harus dibayar, dan kewajiban

lancar lainnya.

Current ratio dihitung dengan membagi aset lancar dengan kewajiban

lancar. Rasio ini menunjukkan sampai sejauh apa kewajiban lancar ditutupi oleh

aset yang diharapkan akan dikonversi menjadi kas dalam waktu dekat. Semakin

tinggi besar dari rasio lancar menandakan semakin besarnya likuiditas yang

dimiliki perusahaan (Gitman dan Zutter 2012, 71).

Current ratio yang relatif rendah menunjukkan bahwa posisi likuiditas

perusahaan tidak baik karena perusahaan tidak akan mampu membayar kewajiban

lancarnya walaupun tidak sedang berada dalam masa kesulitan. Apabila rasio ini

ditingkatkan, maka posisi likuiditas perusahaan dapat membaik (Kaur dan Silky

2013).

Current ratio yang meningkat menyebabkan penurunan pada nilai return

on assets perusahaan, dan sebaliknya. Nilai current ratio yang tinggi

menunjukkan adanya modal kerja yang berlebih dari yang dibutuhkan perusahaan

pada saat ini, sehingga terdapat kemungkinan idle funds (dana menganggur) yang

menyebabkan inefisiensi karena dana tersebut harus digunakan untuk

meningkatkan laba melalui investasi lain yang menguntungkan. Pada akhirnya hal

ini dapat mempengaruhi laba atas penurunan nilai aset (Sutanto dan Pribadi 2012).

Page 23: BAB I, II, dan III-revisi 29 Sept 2015.docx

23

2.2. Penelitian Terdahulu

2.2.1. Ukuran Perusahaan dan Profitabilitas

Mansoori dan Muhammad (2012) dalam penelitiannya menemukan

adanya pengaruh ukuran perusahaan terhadap profitabilitas. Penelitian tersebut

konsisten dengan penelitian Shubita dan Alsawalhah (2012). Dalam penelitian

Bhutta dan Hasan (2013), Javid dan Zita (2014), dan Awan et al. (2014)

dinyatakan bahwa terdapat pengaruh positif antara ukuran perusahaan dengan

profitabilitas, yaitu apabila ukuran perusahaan semakin besar, maka tingkat

pengembalian relatif semakin besar, sehingga profitabilitas perusahaan semakin

meningkat. Berbeda dengan Sari dan Budiasih (2014), Tailab (2014), dan Ayub

(2015) yang tidak menemukan adanya pengaruh ukuran perusahaan terhadap

profitabilitas perusahaan.

2.2.2. Gearing Ratio dan Profitabilitas

Penelitian yang dilakukan oleh Singh (2013) menunjukkan adanya

pengaruh gearing ratio terhadap profitabilitas perusahaan. Hasil penelitian Noor

dan Lestari (2012) menunjukkan bahwa gearing ratio tidak berpengaruh terhadap

profitabilitas. Shubita dan Alsawalhah (2012), Khidmat dan Rehman (2014), dan

Tailab (2014) menunjukkan adanya pengaruh negatif gearing ratio terhadap

profitabilitas perusahaan, yaitu apabila gearing ratio mengalami kenaikan, maka

profitabilitas mengalami penurunan, dan sebaliknya.

Page 24: BAB I, II, dan III-revisi 29 Sept 2015.docx

24

2.2.3. Gross Working Capital Turnover Ratio dan Profitabilitas

Penelitian yang telah dilakukan oleh Awan et al. (2014) dan Ayub (2015)

menunjukkan adanya pengaruh GWCTR terhadap profitabilitas perusahaan.

Meningkatnya GWCTR menyebabkan profitabilitas juga meningkat, sehingga

perusahaan yang kurang menguntungkan dapat meningkatkan profitabilitasnya

dengan cara meningkatkan GWCTR.

2.2.4. Current Assets to Total Assets dan Profitabilitas

Penelitian yang dilakukan oleh Kandpal dan Kavidayal (2013)

menunjukkan bahwa CATA memiliki pengaruh positif terhadap profitabilitas

suatu perusahaan. Hasil penelitian tersebut konsisten dengan hasil penelitian oleh

Haq et al. (2011) dan Arshad dan Gondal (2013) yang menyatakan bahwa

semakin tinggi CATA maka profitabilitas perusahaan semakin tinggi. Hasil

penelitian Javid dan Zita (2014) dan Kaur dan Silky (2013) menunjukkan bahwa

CATA berpengaruh negatif terhadap profitabilitas. Berbeda dengan penelitian

yang dilakukan oleh Pouraghajan dan Emamgholipourarchi (2012) dan Ayub

(2015) yang tidak menemukan adanya pengaruh CATA terhadap profitabilitas.

2.2.5. Average Collection Period dan Profitabilitas

Penelitian Haq et al. (2011) menunjukkan adanya pengaruh positif ACP

terhadap profitabilitas. Berbeda dengan Mansoori dan Muhammad (2012),

Kandpal dan Kavidayal (2013), Sitorus dan Irsutami (2013), dan Innocent et al.

(2013) yang menyatakan bahwa ACP berpengaruh negatif terhadap profitabilitas.

Page 25: BAB I, II, dan III-revisi 29 Sept 2015.docx

25

Pengelolaan dan pengawasan piutang yang baik dalam perusahaan tentunya akan

berdampak pada profitabilitas perusahaan. Semakin besar dan cepat piutang

tertagih yang dapat diterima perusahaan maka akan meningkatkan profitabilitas

perusahaan, dan sebaliknya. Sutanto daan Pribadi (2012), Gunawan dan Tjun

(2014), dan Ayub (2015) tidak menemukan adanya pengaruh ACP terhadap

profitabilitas dalam penelitiannya.

2.2.6. Inventory Turnover in Days dan Profitabilitas

Haq et al. (2011), Kandpal dan Kavidayal (2013), dan Kaur dan Silky

(2013) dalam penelitiannya menemukan bahwa ITD memiliki pengaruh positif

terhadap profitabilitas. Penelitian yang dilakukan oleh Sitorus dan Irsutami (2013)

dan Awan et al. (2014) menyatakan bahwa ITD berpengaruh negatif terhadap

profitabilitas, yaitu semakin kecil angka ITD maka pengadaan persediaan

dinyatakan baik, sehingga profitabilitas perusahaan semakin meningkat.

Penelitian tersebut konsisten dengan penelitian Mansoori dan Muhammad (2012)

dan Innocent et al. (2013).

Berbeda dengan hasil penelitian Ayub (2015) yang menunjukkan tidak

adanya pengaruh ITD terhadap profitabilitas yang sesuai dengan hasil penelitian

Arshad dan Gondal (2013), Sari dan Budiasih (2014), dan Gunawan dan Tjun

(2014).

Page 26: BAB I, II, dan III-revisi 29 Sept 2015.docx

26

2.2.7. Average Payment Period dan Profitabilitas

Penelitian yang dilakukan oleh Haq et al. (2011) dan Awan et al. (2014)

menunjukkan bahwa APP memiliki pengaruh positif terhadap profitabilitas.

Penelitian yang dilakukan oleh Mansoori dan Muhammad (2012) dan Sitorus dan

Irsutami (2013) menunjukkan adanya pengaruh negatif APP terhadap

profitabilitas. Hasil penelitian tersebut berbeda dengan Innocent et al. (2013) dan

Ayub (2015) yang tidak menemukan adanya pengaruh APP terhadap

profitabilitas.

2.2.8. Current Ratio dan Profitabilitas

Khidmat dan Rehman (2014) dalam penelitiannya menemukan bahwa

current ratio berpengaruh positif terhadap profitabilitas suatu perusahaan.

Semakin lama periode untuk piutang usaha dan persediaan, maka profitabilitas

perusahaan semakin meningkat, dan sebaliknya. Penelitian ini konsisten dengan

penelitian Haq et al. (2011) dan Arshad dan Gondal (2013). Penelitian yang

dilakukan oleh Kandpal dan Kavidayal (2013), Kaur dan Silky (2013), dan Awan

et al. (2014) menyatakan bahwa current ratio berpengaruh negatif terhadap

profitabilitas. Namun, penelitian tersebut berbeda dengan Poraghajan dan

Emamgholipourarchi (2012), Noor dan Lestari (2012), dan Sutanto dan Pribadi

(2012) yang menunjukkan tidak adanya pengaruh current ratio terhadap

profitabilitas.

2.3. Model Penelitian

Page 27: BAB I, II, dan III-revisi 29 Sept 2015.docx

27

Model penelitian dari pengaruh ukuran perusahaan, gearing ratio, gross

working capital turnover ratio, current assets to total assets, average collection

period, inventory turnover in days, average payment period, dan current ratio

terhadap profitabilitas tertuang dalam gambar berikut:

Gambar 2.1

Model Penelitian

2.4. Pengembangan Hipotesis

Berdasarkan model penelitian yang ada, maka hipotesis yang diajukan

dalam penelitian ini adalah:

Ha1: Ukuran perusahaan berpengaruh tehadap profitabilitas.

Ukuran Perusahaan

Gearing Ratio

Gross Working Capital Turnover Ratio

Profitabilitas

Current Assets to Total Assets

Average Collection Period

Inventory Turnover in Days

Average Payment Period

Current Ratio

Page 28: BAB I, II, dan III-revisi 29 Sept 2015.docx

28

Ha2: Gearing ratio berpengaruh terhadap profitabilitas.

Ha3: Gross working capital turnover ratio berpengaruh terhadap profitabilitas.

Ha4: Current assets to total assets berpengaruh terhadap profitabilitas.

Ha5: Average collection period berpengaruh terhadap profitabilitas.

Ha6: Inventory turnover in days berpengaruh terhadap profitabilitas.

Ha7: Average payment period berpengaruh terhadap profitabilitas.

Ha8: Current ratio berpengaruh terhadap profitabilitas.

Page 29: BAB I, II, dan III-revisi 29 Sept 2015.docx

29

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk

penelitian kausalitas. Penelitian kausalitas adalah sebuah studi di mana peneliti

ingin menggambarkan satu atau lebih faktor yang dapat mempengaruhi suatu

masalah (Sekaran dan Bougie 2013, 98). Dengan kata lain, penelitian kausalitas

adalah penelitian yang bertujuan untuk menguji pengaruh atau sebab-akibat antara

variabel independen terhadap variabel dependen.

3.2. Obyek Penelitian

Populasi dari penelitian ini adalah semua perusahaan yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia dan sampel yang digunakan adalah perusahaan manufaktur

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2014. Unit analisis dari

penelitian ini adalah perusahaan. Pemilihan sampel penelitian ini menggunakan

metode purposive sampling yaitu metode penelitian sampel dengan menggunakan

kriteria-kriteria tertentu. Berikut ini adalah kriteria pemilihan sampel yang

digunakan dalam penelitian ini:

1. Perusahaan manufaktur yang secara konsisten terdaftar di Bursa Efek

Indonesia selama periode penelitian, yaitu tahun 2012-2014.

Page 30: BAB I, II, dan III-revisi 29 Sept 2015.docx

30

2. Perusahaan manufaktur yang memiliki periode tutup buku per 31

Desember.

3. Perusahaan manufaktur yang menerbitkan laporan keuangan dalam satuan

mata uang Rupiah.

4. Perusahaan manufaktur yang melaporkan laba bersih selama periode

penelitian.

3.3. Definisi Operasional Variabel dan Pengukurannya

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi dua

variabel, yaitu variabel dependen dan variabel independen. Variabel dependen

adalah variabel yang dapat dipengaruhi oleh variabel independen atau variabel

lain, sedangkan variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel

dependen baik dalam hal positif maupun dalam hal negatif (Sekaran dan Bougie

2013, 69-70).

Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

profitabilitas dengan return on assets (ROA) sebagai proksinya, sedangkan

variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah gearing ratio,

gross working capital turnover ratio, current assets to total assets, average

collection period, inventory turnover in days, average payment period, dan

current ratio.

3.3.1. Variabel Dependen

3.3.1.1. Profitabilitas

Page 31: BAB I, II, dan III-revisi 29 Sept 2015.docx

31

Profitabilitas sebagai return on assets (ROA) mengukur keefektifan

manajemen dalam menghasilkan laba dengan aset yang tersedia (Gitman dan

Zutter 2012, 81). Mengacu pada penelitian Ayub (2015), ROA dalam penelitian

ini menggunakan skala rasio yang dapat dirumuskan sebagai berikut:

ROA= Net IncomeTotal Assets

3.3.2. Variabel Independen

3.3.2.1. Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan menjelaskan keadaan suatu perusahaan. Salah satu

indikator penentu besar kecilnya ukuran perusahaan adalah total penjualan yang

dimiliki oleh perusahaan. Ukuran perusahaan menggunakan skala rasio yang

dapat dirumuskan sebagai berikut (Ayub 2015):

Ukuran Perusahaan=ln(Total Penjualan)

3.3.2.2. Gearing Ratio

Gearing ratio adalah salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur

tingkat solvabilitas perusahaan, yaitu kemampuan perusahaan untuk membayar

kewajiban jangka panjang perusahaan tersebut. Gearing ratio mengukur proporsi

total aset yang dibiayai oleh kreditur perusahaan (Gitman dan Zutter 2012, 77).

Gearing ratio menggunakan skala rasio dalam pengukurannya. Rumus gearing

ratio mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Tailab (2014), yaitu sebagai

berikut:

Page 32: BAB I, II, dan III-revisi 29 Sept 2015.docx

32

Gearing Ratio=Total LiabilitiesTotal Assets

3.3.2.3. Gross Working Capital Turnover Ratio

Gross working capital turnover ratio (GWCTR) menunjukkan seberapa

efektif modal kerja dimanfaatkan oleh perusahaan (Awan et al. 2014). Mengacu

pada penelitian yang dilakukan oleh Ayub (2015), GWCTR dalam penelitian ini

menggunakan skala rasio. GWCTR dapat dirumuskan sebagai berikut:

GWCTR= Net SalesCurrent Assets

3.3.2.4. Current Assets to Total Assets

Current assets to total assets (CATA) menunjukkan persentase aset

lancar terhadap total aset (Gitman dan Zutter 2012, 601). Rasio ini menunjukkan

sejauh mana total dana yang diivestasikan untuk keperluan modal kerja. CATA

dalam penelitian ini menggunakan skala rasio. Menurut Ayub (2015) CATA dapat

dirumuskan sebagai berikut:

CATA=Current AssetsTotal Assets

3.3.2.5. Average Collection Period

Average collection period (ACP) menunjukkan lamanya waktu

pengumpulan piutang dari saat terjadinya penjualan kredit sampai pada saat

pengumpulan uang tunai (Gunawan dan Tjun 2014). ACP menggunakan skala

rasio dan dapat dirumuskan sebagai berikut (Ayub 2015):

Page 33: BAB I, II, dan III-revisi 29 Sept 2015.docx

33

ACP= Accounts ReceivableNet Sales

x 365

3.3.2.6. Inventory Turnover in Days

Inventory turnover in days (ITD) menunjukkan besarnya dana

perusahaan yang ditanamkan dalam persediaan dan untuk mengetahui efektifitas

dari pengelolaan persediaan perusahaan (Gunawan dan Tjun 2014). ITD dalam

penelitian ini menggunakan skala rasio. Mengacu pada penelitian (Ayub 2015),

ITD dapat diukur menggunakan rumus sebagai berikut:

ITD= InventoryCost of Goods Sold

x 365

3.3.2.7. Average Payment Period

Average payment period (APP) menunjukkan jangka waktu yang

diperlukan perusahaan untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya (Gitman dan

Zutter 2012, 75). APP menggunakan skala rasio dan dapat dirumuskan sebagai

berikut (Ayub 2015):

APP= Accounts PayablesPurc h ases

x365

3.3.2.8. Current Ratio

Current ratio mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi utang

jangka pendek dengan menggunakan aset lancar yang dimiliki. Kewajiban lancar

tersebut antara lain utang usaha, wesel bayar, utang pajak, biaya yang harus

dibayar, dan kewajiban lancar lainnya (Sutanto dan Pribadi 2012). Mengacu pada

Page 34: BAB I, II, dan III-revisi 29 Sept 2015.docx

34

penelitian Khidmat dan Rehman (2014), current ratio dalam penelitian ini

menggunakan skala rasio yang dapat dirumuskan sebagai berikut:

Current Ratio= Current AssetsCurrent Liabilities

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder,

yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung karena melalui media perantara

berupa laporan keuangan tahunan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI) melalui online di laman www.idx.co.id dari tahun 2012 sampai

dengan tahun 2014.

3.5. Metode Analisis Data

3.5.1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data

penelitian sehingga dapat diketahui pemahaman terhadap ciri-ciri yang unik dari

suatu data tersebut. Statistik deskriptif yang digunakan adalah nilai rata-rata

(mean), deviasi standar (standard deviation), median, nilai maksimum

(maximum), dan nilai minimum (minimum) (Ghozali 2013, 19).

3.5.2. Uji Kualitas Data

3.5.2.1. Uji Normalitas Residual

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,

variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali 2013,

Page 35: BAB I, II, dan III-revisi 29 Sept 2015.docx

35

160). Dengan kata lain, uji normalitas adalah uji untuk mengetahui apakah data

yang diperoleh berasal dari populasi yang sebaran nilai datanya memiliki nilai

yang memusat terhadap frekuensi keluarnya nilai data terbanyak. Model regresi

yang baik adalah model regresi yang memiliki data residual yang terdistribusi

normal untuk variabel dependen dan independennya.

Salah satu metode yang digunakan untuk menguji normalitas data adalah

uji statistik Kolmogorov-Smirnov. Adapun kriteria untuk mendeteksi apakah data

residual tersebut berdistribusi normal dengan menggunakan alat uji kolmogorov

smirnov, yaitu (Ghozali 2013, 32-34):

1. Jika nilai asymp.sig (2-tailed) ≥ 0,05 maka data residual terdistribusi

secara normal.

2. Jika nilai asymp.sig (2-tailed) < 0,05 maka data residual tidak terdistribusi

secara normal.

3.5.3. Uji Asumsi Klasik

3.5.3.1. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang

baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Dasar

pengambilan keputusan model regresi mengandung multikolinearitas atau tidak

adalah dengan melihat nilai VIF dan Tolerance sebagai berikut (Ghozali 2013,

105-106):

1. Tidak terjadi multikolinearitas apabila nilai Tolerance > 0,1 dan VIF < 10.

Page 36: BAB I, II, dan III-revisi 29 Sept 2015.docx

36

2. Terjadi multikolinearitas apabila nilai Tolerance < 0,1 dan VIF > 10.

3.5.3.2. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan variance dan residual satu pengamatan ke

pengamatan yang lain. Jika variance dan residual satu pengamatan ke

pengamatan lainnya tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda

disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi

heteroskedastisitas atau terjadi homoskedastisitas (Ghozali 2013, 139).

Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas

dengan melakukan uji Glejser. Dengan meregresikan nilai absolute residual

terhadap variabel independen. Pengujian heteroskedastisitas menggunakan dasar

pengambilan keputusan sebagai berikut:

1. Jika nilai signifikansi setiap variabel independen ≥ 0,05 maka tidak terjadi

heteroskedastisitas.

2. Jika nilai signifikansi setiap variabel independen < 0,05 maka terjadi

heteroskedastisitas.

3.5.3.3. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi terdapat

korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dan kesalahan pengganggu

pada periode t-1. Autokorelasi dapat ditimbulkan apabila observasi yang

berurutan sepanjang waktu saling berkaitan antar satu sama lainnya. Model

Page 37: BAB I, II, dan III-revisi 29 Sept 2015.docx

37

regresi yang baik adalah model regresi yang tidak terdapat autokorelasi (Ghozali

2013, 110). Di dalam uji autokorelasi dapat dilakukan dengan berbagai cara alat

uji yaitu dengan uji Durbin-Watson, uji Lagrange Multiplier (LM test), uji

statistik Q: Box-Pierce dan Ljung Bos, Runt test, dan uji Bruesch-Godfrey. Dalam

penelitian ini, peneliti hanya menggunakan uji Bruesch-Godfrey dengan tingkat α

= 0,05. Berikut ini adalah ketentuan untuk menentukan ada atau tidaknya

autokorelasi:

1. Apabila sig. ≥ α = 0,05, maka tidak terjadi autokorelasi.

2. Apabila sig. < α = 0,05, maka terjadi autokorelasi.

3.5.4. Uji Hipotesis

3.5.4.1. Persamaan Regresi Berganda

Model regresi berganda bertujuan untuk menjelasan mengenai hubungan

dan untuk mengukur kekuatan variabel dependen terhadap variabel independen.

Di dalam penelitian ini, peneliti menggunakan multiple regression karena variabel

independen dalam model regresi lebih dari satu. Berikut ini adalah persamaan

regresi yang digunakan:

ROA = α + β1SIZE + β2GR + β3GWCTR+ β4CATA + β5ACP + β6ITD +

β7APP + β8CR + e

Keterangan:

ROA= Return on Assets

Page 38: BAB I, II, dan III-revisi 29 Sept 2015.docx

38

α= konstanta

βn= koefisien regresi dari tiap-tiap variabel independen

SIZE= Ukuran Perusahaan

GR= Gearing Ratio

GWCTR= Gross Working Capital Turnover Ratio

CATA= Current Assets to Total Assets

ACP= Average Collection Period

ITD= Inventory Turnover in Days

APP= Average Payment Period

CR= Current Ratio

e= error

3.5.4.2. Analisa Koefisien Korelasi

Untuk mengetahui kuat atau tidaknya hubungan antara variabel

independen terhadap variabel dependen digunakan analisa koefisien korelasi.

Korelasi tidak menunjukkan hubungan fungsional atau tidak membedakan antara

variabel independen terhadap variabel dependen (Ghozali 2013, 96). Dalam

analisa koefisien korelasi ada beberapa kriteria yang dapat ditentukan, di

antaranya:

1. Jika R ≥ 0,5 maka hubungan antar variabel dependen dan independen

adalah kuat.

2. Jika R < 0,5, maka hubungan antar variabel dependen dan independen

adalah lemah.

Page 39: BAB I, II, dan III-revisi 29 Sept 2015.docx

39

Page 40: BAB I, II, dan III-revisi 29 Sept 2015.docx

40

3.5.4.3. Analisa Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (R2) adalah alat untuk mengukur seberapa besar

kemampuan model variasi dari variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh

variabel independen. Penggunaan koefisien determinasi memiliki kelemahan

dasar yaitu bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan dalam

model regresi. Oleh karena itu, adjusted (R2) dianjurkan oleh banyak peneliti

untuk mengevaluasi model regresi yang baik. Apabila nilai adjusted (R2) sama

dengan nol atau negatif artinya bahwa kemampuan variasi dari variabel dependen

yang dapat dijelaskan oleh variabel independen adalah terbatas atau tidak ada

kontribusi dan apabila nilai adjusted (R2) bernilai positif dan lebih dari 0 maka

kemampuan variasi dari variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel

independen memiliki kontribusi yang sangat baik (Ghozali 2013, 97).

3.5.4.4. Uji Statistik F

Uji statistik F atau uji model fit pada dasarnya menunjukkan apakah

semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai

pengaruh terhadap variabel dependen atau terikat (Ghozali 2013, 98). Uji F

dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Jika signifikansi ≥ 0,05 maka model regresi adalah tidak fit atau

tidak layak dan tidak tepat.

2. Jika signifikansi < 0,05 maka model regresi adalah model fit atau

layak dan tepat.

Page 41: BAB I, II, dan III-revisi 29 Sept 2015.docx

41

3.5.4.5. Uji Statistik t

Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu

variabel penjelas / independen secara individual dalam menerangkan variasi

variabel dependen (Ghozali 2013, 98). Adapun kriteria pengambilan keputusan

sebagai berikut:

1. Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ha tidak diterima maka variabel

independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.

2. Jika nilai signifikansi < 0,05 maka Ha diterima maka variabel independen

berpengaruh terhadap variabel dependen.