makalah gadar

35
MAKALAH KEGAWAT DARURATAN DISASTER (TSUNAMI) Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Gawat Darurat Oleh Sitho Resmi A (13 11012015) PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER 2014

Upload: sitho-cynk-km

Post on 26-Sep-2015

120 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

gadar

TRANSCRIPT

MAKALAH KEGAWAT DARURATAN

DISASTER (TSUNAMI)

Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Gawat Darurat

Oleh

Sitho Resmi A(13 11012015)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

2014

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang kami tentang Disaster (Tsunami). Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Gawat Darurat.

Shalawat serta salam kami haturkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa kita keluar dari zaman jahiliah menuju zaman yang terang benderang.

Dalam kesempatan ini kami menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, dorongan, bimbingan dan arahan kepada penyusun.

Dalam makalah ini kami menyadari masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu segala saran dan kritik guna perbaikan dan kesempurnaan sangat kami nantikan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun dan para pembaca pada umumnya.

Jember, Agustus 2014

Penyusun

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..

KATA PENGANTAR..

DAFTAR ISI.

BAB IPENDAHULUAN

1. Latar Belakang

2. Tujuan..

BAB IITINJAUAN TEORI

1. Pengertian Tsunami

2. Penyebab Terjadinya Tsunami..

3. Historis Tsunami

4. Peran Perawat dalam Manajemen Bencana

BAB III PEMBAHASAN

1. Manajemen Bencana pada Bencana Tsunami

BAB IV PENUTUP

1. Kesimpulan

2. Saran.

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bencana tsunami merupakan salah satu jenis bencana yang kerap melanda Indonesia yang menyebabkan kerusakan yang luas dan jumlah korban yang besar. Dalam kurun satu decade terakhir, Indonesia telah dilanda beberapa kali bencana tsunami dengan kerusakan dan jumlah korban yang begitu banyak seperti peristiwa tsunami tahun 2004 di Aceh dan Nias, tsunami di Pangandaran tahun 2006, dan tsunami di Kepulauan Mentawai di tahun 2010. Mengingat begitu banyak jumlah penduduk, perkotaan, dan infrastruktur yang berada di kawasan yang rawan terhadap bencana tsunami, maka penanggulangan bencana tsunami di Indonesia semestinya mendapatkan perhatian yang memadai. Indonesia terletak pada pertemuan empat lempeng bumi yang aktif, yaitu lempeng Indo- Australia, Lempeng Eurasia, Lempeng Pasifik, dan Lempeng Filipina. Lempeng tersebut saling mendorong satu sama lain. Aktifitas lempeng tersebut adalah penyebab tsunami paling sering di wilayah Indonesia.

Tulisan ini bertujuan menguraikan bencana tsunami Indonesia dari sisi sejarah dan potensi bencana, serta menguraikan kesiapsiagaan dan mitigasi bencana tsunami yang telah dan perlu dilaksanakan. Telaah terhadap kajian terdahulu yang bersandarkan pada penelitian atau investigasi lapangan digunakan untuk menyusun makalah ini. Dua kali Focus Group Discussion (FGD) dan dua kali workshop telah dilakukan untuk mendapatkan hasil telaahan yang melibatkan para peneliti tsunami yang berasal dari Perguruan Tinggi dan Kementerian/Lembaga terkait. Kegiatan ini merupakan bagian dari proses penyusunan Naskah Akademik Penanggulangan Bencana Tsunami Indonesia yang dilaksanakan pada tahun 2013.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Setelah dilakukan seminar diharapkan mahasiswa mampu memahami management bencana tsunami.

2. Tujuan Khusus

a. Diharapkan mahasiswa memahami definisi tsunami.

b. Diharapkan mahasiswa memahami penyebab tsunami.

c. Diharapkan mahasiswa memahami proses terjadinya tsunami.

d. Diharapkan mahasiswa memahami management pra, intra dan pasca bencana tsunami.

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi

Bencana adalah suatu peristiwa dimana kondisi normal dari suatu komunitas mengalami gangguan baik dari faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengalami kegawatan yang mengakibatkan terjadinya dampak yang melebihi kemampuan komunitas untuk melakukan penanganan secara mandiri dengan efektif baik dari segi fisik, kerugian harta benda dan psikologis (National Academy of Science, 2007; WHO, 2011).

Tsunami merupakan gelombang air laut besar yang dipicu oleh pusaran air bawah laut karena pergeseran lempeng, tanah longsor, erupsi gunungapi, dan jatuhnya meteor. Tsunami dapat bergerak dengan kecepatan sangat tinggi dan dapat mencapai daratan dengan ketinggian gelombang hingga 30 meter. Tsunami berasal dari bahasa jepang, yaitu tsu : pelabuhan dan nami : gelombang.

Dampak negatif yang diakibatkan tsunami adalah merusak apa saja yang dilaluinya. Bangunan, tumbuh-tumbuhan, dan mengakibatkan korban jiwa manusia serta menyebabkan genangan, pencemaran air asin lahan pertanian, tanah, dan air bersih.

Sejarawan Yunani bernama Thucydides merupakan orang pertama yang mengaitkan tsunami dengan gempa bawah laut. Namun hingga abad ke-20, pengetahuan mengenai penyebab tsunami masih sangat minim. Penelitian masih terus dilakukan untuk memahami penyebab tsunami. Geologi, geografi, dan oseanografi pada masa lalu menyebut tsunami sebagai gelombang laut seismik.

Beberapa kondisi meteorologis, seperti badai tropis, dapat menyebabkan gelombang badai yang disebut sebagai meteor tsunami yang ketinggiannya beberapa meter di atas gelombang laut normal. Ketika badai ini mencapai daratan, bentuknya bisa menyerupai tsunami, meski sebenarnya bukan tsunami. Gelombangnya bisa menggenangi daratan. Gelombang badai ini pernah menggenangi Burma (Myanmar) pada Mei 2008.

Wilayah di sekeliling Samudra Pasifik memiliki Pacific Tsunami Warning Centre (PTWC) yang mengeluarkan peringatan jika terdapat ancaman tsunami pada wilayah ini. Wilayah di sekeliling Samudera Hindia sedang membangun Indian Ocean Tsunami Warning System (IOTWS) yang akan berpusat di Indonesia. Bukti-bukti historis menunjukkan bahwa megatsunami mungkin saja terjadi, yang menyebabkan beberapa pulau dapat tenggelam.

B. Penyebab Tsunami

1. Skema terjadinya tsunami

Tsunami dapat terjadi jika terjadinya gangguan yang menyebabkan perpindahan sejumlah besar air atau ombak raksasa, letusan gunung api, gempa bumi, longsor maupun meteor yang jatuh ke bumi. Namun, 90% tsunami adalah akibat gempa bumi bawah laut. Dalam rekaman sejarah beberapa tsunami diakibatkan oleh gunung meletus, misalnya ketika meletusnya Gunung Krakatau.

Gerakan vertikal pada kerak bumi, dapat mengakibatkan dasar laut naik atau turun secara tiba-tiba, yang mengakibatkan gangguan keseimbangan air yang berada di atasnya. Hal ini mengakibatkan terjadinya aliran energi air laut, yang ketika sampai di pantai menjadi gelombang besar yang mengakibatkan terjadinya tsunami.

Kecepatan gelombang tsunami tergantung pada kedalaman laut dimana gelombang terjadi, yang kecepatannya bisa mencapai ratusan kilometer per jam. Bila tsunami mencapai pantai, kecepatannya akan menjadi kurang lebih 50 km/jam dan energinya sangat merusak daerah pantai yang dilaluinya. Di tengah laut tinggi gelombang tsunami hanya beberapa cm hingga beberapa meter, namun saat mencapai pantai tinggi gelombangnya bisa mencapai puluhan meter karena terjadi penumpukan masa air. Saat mencapai pantai tsunami akan merayap masuk daratan jauh dari garis pantai dengan jangkauan mencapai beberapa ratus meter bahkan bisa beberapa kilometer. Gerakan vertikal ini dapat terjadi pada patahan bumi atau sesar. Gempa bumi juga banyak terjadi di daerah subduksi, dimana lempeng samudera menelusup ke bawah lempeng benua.

Tanah longsor yang terjadi di dasar laut serta runtuhan gunung api juga dapat mengakibatkan gangguan air laut yang dapat menghasilkan tsunami. Gempa yang menyebabkan gerakan tegak lurus lapisan bumi. Akibatnya, dasar laut naik-turun secara tiba-tiba sehingga keseimbangan air laut yang berada di atasnya terganggu. Demikian pula halnya dengan benda kosmis atau meteor yang jatuh dari atas. Jika ukuran meteor atau longsor ini cukup besar, dapat terjadi megatsunami yang tingginya mencapai ratusan meter.

2. Penyebab terjadinya tsunami

Ada beberapa penyebab yang mengakibatkan terjadinya tsunami. Faktor penyebab terjadinya tsunami itu adalah:

a. Gempa bumi yang berpusat dibawah laut, Meskipun demikian tidak semua gempa bumi dibawah laut berpotensi menimbulkan tsunami. Gempa bumi dibawah laut yang dapat menyebabkan terjadinya tsunami adalah gempa bumi dengan kriteria sebagai berikut

Gempa bumi yang terjadi di dasarlaut.

Pusat gempa kurang dari 30 km dari permukaan laut.

Magnitudo gempa lebih besar dari 6,0 SR

Jenis pensesaran gempa tergolong sesar vertikal (sesar naik atauturun).

b. Letusan gunung berapi, letusan gunung berapi dapat menyebabkan terjadinya gempa vulkanik. Tsunami besar yang terjadi padatahun 1883 adalah akibat meletusnya Gunung Krakatau yang berada di Selat Sunda. Meletusnya Gunung Tambora di Nusa Tenggara Barat pada tanggal 10-11 April 1815 juga memicu terjadinya tsunami yang melanda Jawa Timur dan Maluku. Indonesia sebagai negara kepulauan yang berada di wilayah ring of fire (sabuk berapi) dunia tentu harus mewaspadai ancaman ini.

c. Longsor bawah laut, longsor bawah laut ini terjadi akibat adanya tabrakan antara lempeng samudera dan lempeng benua. Proses ini mengakibatkan terjadinya palung laut dan pegunungan. Tsunami karena longsoran bawah laut ini dikenal dengan nama tsunamic submarine landslide.

d. Hambatan meteor laut, jatuhnya meteor yang berukuran besar di laut juga merupakan penyebab terjadinya tsunami.

3. Rambatan Tsunami

Kecepatan rambat gelombangtsunami berbeda-beda, tergantung pada kedalaman laut. Di laut dalam, kecepatan rambat tsunami mencapai 500 1000km per jam atau setara dengan kecepatan pesawat terbang namun ketinggian gelombangnya hanya sekitar 1 meter.Ketika gelombang tsunami ini sudah mendekatipantai, kecepatan rambatnya hanya sekitar 30 km per jam, namun ketinggian gelombangnya bisa mencapaipuluhan meter. Ini sebabnya banyak orang yang sedang berlayar di laut dalam takmenyadari adanya tsunami. Mereka baru mengetahui tsunami telah terjadi ketika tiba di daratan dan menyaksikan kehancuran mengerikan yang disebabkan oleh tsunami.

4. Tanda-tanda akan terjadi Tsunami

Tanda-tanda akan datangnya tsunami di daerah pinggir pantai adalah :

a. Air laut yang surut secara tiba-tiba.

b. Bau asin yang sangat menyengat.

c. Dari kejauhan tampak gelombang putih dan suara gemuruh yang sangat keras.

C. Siklus Bencana Tsunami

1 November 1755, setelah gempa bumi kolosal menghancurkan Lisbon, Portugal dan pegunungan di Eropa, orang menyelamatkan diri dengan menggunakan perahu. Namun Tsunami akhirnya menyusul. Peristiwa mengerikan secara bersamaan tersebut membunuh lebih dari 60 ribu orang.

27 Agustus 1883, letusan gunung Krakatau memicu terjadinya tsunami yang menenggelamkan 36 ribu orang Indonesia yang berada di pulau Jawa bagian barat dan utara Sumatera. Kekuatan gelombang mendorong 600 ton blok terumbu karang menuju tepi pantai bersama dengan arus tsunami yang besar.

15 Juni 1896, gelombang setinggi 30 meter, disebabkan oleh gempa bumi menyapu pantai timur Jepang. Sebanyak 27 ribu orang menjadi korban.

1 April 1946, tsunami April Fool, dipicu sebuah gempa yang terjadi di Alaska, membunuh 159 orang, dan kebanyakan berada di kepulauan Hawaii.

9 Juli 1958, diingat sebagai tsunami terbesar yang pernah dicatat oleh masa modern, Gempa di Teluk Lituya Alaska disebabkan oleh tanah longsor yang awalnya dipicu oleh gempa bumi berskala 8,3 skala richter. Gelombang sangat tinggi, tetapi karena wilayah tersebut relatif terisolasi dan kondisi geologinya unik maka tsunami tidak menyebabkan banyak kerusakan. Tapi hanya menenggelamkan satu perahu dan membunuh dua orang

22 Mei 1960, salah satu gempa besar yang tercatat manusia terjadi di Chile sebesar 8,6 skala richter, menciptakan tsunami yang menerjang pantai Chile dalam waktu kurang dari 15 menit. Gelombang setinggi 25 meter membunuh 1500 orang di Chile dan Hawaii,menjadi tsunami yang cukup besar.

27 Maret 1964, dikenal sebagai gempa bumi Good Friday Alaska, dengan kekuatan sekitar 8,4 skala richter menggulung dengan kecepatan 400 mil per jam tsunami di Valdez Inlet dengan ketinggian 6,7 meter, membunuh lebih dari 120 orang.Sepuluh orang yang menjadi korban di kota Crescent, di utara California, yang sempat menyaksikan gelombang setinggi 6,3 meter

23 Agustus 1976, sebuah tsunami di barat daya Filipina membunuh 8 ribu korban jiwa akibat gempa bumi yang terjadi 30 menit setelah adanya gempa.

17 Juli 1998, sebuah gempa berkekuatan 7,1 skala richter menyebabkan tsunami di Papua Nugini yang membunuh 2200 orang dengan sangat cepat.

26 Desember 2004, gempa kolosal dengan kekuatan 9,1 dan 9,3 skala richter setinggi 3,5 meter mengguncang Indonesia dan membunuh 230 ribu jiwa, sebagian besar karena tsunami. Gempa tersebut dinamakan sebagai gempa Sumatera-Andaman dan tsunami yang terjadi kemudian dikenal sebagai tsunami lautan Hindia. Gelombang yang terjadi menimpa banyak belahan dunia lain, sejauh hingga Nova Scotia dan Peru.

2006 17 Juli, Gempa yang menyebabkan tsunami terjadi di selatan pulau Jawa, Indonesia, dan setinggi maksimum ditemukan 21 meter di Pulau Nusakambangan. Memakan korban jiwa lebih dari 500 orang. Dan berasal dari selatan kota Ciamis

2007 12 September, Bengkulu, Memakan korban jiwa 3 orang. Ketinggian tsunami 3-4 m.

2010 27 Februari, Santiago, Chili,yang memakan korban jiwa yang tidak sedikit.

2010 http://id.wikipedia.org/wiki/26_Oktober>26 Oktober, http://id.wikipedia.org/wiki/Kepulauan_Mentawai>Kepulauan Mentawai, Indonesia,yang meluluh-lantahkan sebagian besar kepulauan Mentawai dan memakan banyak korban jiwa.

Tabel Kejadian Tsunami Yang Signifikan di Indonesia

No.

Tahun

Tempat

Magnituda

Korban

1.

1883

G.Krakatau

-

36.000

2.

1833

Sumbar, Bengkulu, Lampung

8,8

Tak tercatat

3.

1938

Kep. Kai Banda

8,5

Tak tercatat

4.

1967

Tinambung

-

58

5.

1968

Tambu, Sulteng

6

200

6.

1977

Sumbawa

6,1

161

7.

1992

Flores

6,8

2.080

8.

1994

Banyuwangi

7,2

377

9.

1996

Toli toli

7

9

10.

1996

Biak

8,2

166

11.

2000

Banggai

7,3

50

12.

2004

Nanggroe Aceh Darussalam

9

250.000

D. Penanganan Tsunami

1. Sebelum Bencana (Predisaster)

Penanganan sebelum terjadinya bencana disebut juga tindakan pencegahan atau prevention terdiri dari pengkajian faktor resiko bencana (risk assessment), Kegiatan pencegahan bencana, mitigasi (disaster mitigation), peringatan dini, dan kesiapsiagaan/ tanggap darurat bencana (preparedness).

Pengkajian terhadap faktor resiko bencana terdiri dari pengkajian terhadap lingkungan atau keterpaparan terhadap ancaman (hazard), analisis kerentanan dan kelompok yang rentan di masyarakat serta analisis sumber atau kapasitas yang dapat digunakan dalam menghadapi bencana.

Setelah faktor resiko bencana teridentifikasi maka selanjutnya dilakukan pencegahan atau mitigasi dalam rangka menghilangkan dan atau mengurangi faktor resiko atau ancaman bencana. Tindakan pencegahan dan mitigasi terdiri dari manajemen lingkungan, upaya fisik dan teknis dalam mengatasi faktor resiko bencana, regulasi/ legislasi/kebijakan pembangunan yang mendukung pencegahan bencana, upaya penyadaran dan peningkatan kemampuan masyarakat dalam menghadapi bencana, serta membangun kemitraan dan jaringan (networking) dalam persiapan bencana.

Selain melakukan tindakan pencegahan dan mitigasi, perlu juga dipersiapkan alat peringatan dini dan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana. Peringatan dini adalah serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencana pada suatu tempat oleh lembaga yang berwenang. Kegiatan peringatan dini dapat berupa pemantauan yang terus menerus terhadap faktor resiko bencana disertai tanda alarm peringatan akan terjadinya bencana. Peringatan dini ini akan memberikan tanda kepada masyarakat agar siap siaga untuk menyelamatkan diri dan keluarga, serta sebagai tanda kepada para petugas penanggulangan bencana untuk mempersiapkan diri dalam membantu masyarakat dalam menghadapi bencana.

Pemantuan secara terus menerus terhadap faktor resiko bencana adalah dengan menggunakan tekhnologi untuk mendeteksi dan memprediksi resiko timbulnya dan terjadinya bencana seperti tsunami dan gunung meletus. Informasi atau peringatan tentang resiko terjadinya bencana berupa alarm bencana disebarkan kepada masyarakat melalui media televisi dan radio. Tekhnologi terbaru adalah dengan memberikan informasi tentang resiko bencana atau alarm bahaya melalui handphone (HP) sehingga individu yang tidak bisa atau tidak sempat menonton televisi tetap mendapatkan informasi sehingga dapat mempersiapkan diri terhadap kemungkinan terjadinya bencana.

2. Penanganan Saat Bencana (During disaster)

Penanganan saat bencana terdiri dari evakuasi atau penyelamatan korban bencana dan transportasi korban ke posko atau rumah sakit rujukan korban bencana. Managemen penyelamatan korban bencana pada jumlah korban yang sangat banyak maka perlu dilakukan tindakan triage.

Triage adalah proses penentuan atau penyeleksian pasien atau korban berdasarkan prioritas kebutuhan terhadap perawatan dan pengobatan. Dalam penanganan bencana dengan korban yang banyak maka perlu dilakukan penyeleksian pasien untuk menentukan korban yang perlu penanganan prioritas atau segera dan korban yang bisa ditunda penanganannya. Meskipun tindakan ini dapat dinilai tidak ethis karena cenderung mengabaikan pasien atau korban lain yang juga membutuhkan pertolongan namun tindakan triage perlu dilakukan untuk memprioritaskan penanganan emergency kepada korban dengan kondisi yang lebih serius/parah dan perlu penanganan segera.

Petugas triage melakukan pemeriksaan atau pengkajian terhadap korban secara cepat dan memberikan penanganan emergency atau resusitasi sebelum diberikan penanganan tindakan penyelamatan lanjutan atau dibawa ke posko atau rumah sakit rujukan penanganan bencana. Seorang petugas triage memberikan tanda kepada pasien berdasarkan derajat keseriusan kondisi dan prioritas kebutuhan terhadap tindakan emergency sehingga petugas yang lain dapat langsung memberikan bantuan atau langsung membawa pasien ke lokasi penanganan lanjutan. Perlu disiapkan alat alat dan pengobatan terhadap kondisi emergency dan transportasi terhadap pasien ke posko perawatan atau rumah sakit rujukan bencana.

Kategori tanda triage yang diberikan adalah berdasarkan derajat keparahan dari cedera yang dialami oleh korban. Terdapat berbagai tanda triage yang dapat digunakan di beberapa negara dan perawat bencana harus memahami sistem yang ada di masyarakat atau negara tersebut. Salah satu contoh sistem triage oleh North Atlantic Treaty Organization (NATO) adalah dengan menggunakan kode warna yang terdiri dari warna merah, kuning, hijau dan hitam.

E. Peran perawat dalam manajemen bencana

1. Peran dalam Pencegahan Primer

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan perawat dalam masa pra bencana ini, antara lain:

a. mengenali instruksi ancaman bahaya;

b. mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan saat fase emergency (makanan, air, obat-obatan, pakaian dan selimut, serta tenda)

c. melatih penanganan pertama korban bencana.

d. Berkoordinasi berbagai dinas pemerintahan, organisasi lingkungan, palang merah nasional maupun lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam memberikan penyuluhan dan simulasi persiapan menghadapi ancaman bencana kepada masyarakat.

2. Peran Perawat dalam Keadaan Darurat (Impact Phase)a. Biasanya pertolongan pertama pada korban bencana dilakukan tepat setelah keadaan stabil.

b. Setelah bencana mulai stabil, masing-masing bidang tim survey mulai melakukan pengkajian cepat terhadap kerusakan-kerusakan, begitu juga perawat sebagai bagian dari tim kesehatan. c. Perawat harus melakukan pengkajian secara cepat untuk memutuskan tindakan pertolongan pertama.

d. Ada saat dimana seleksi pasien untuk penanganan segera (emergency) akan lebih efektif. (Triase )

1) Merah --- paling penting, prioritas utama.

Keadaan yang mengancam kehidupan sebagian besar pasien mengalami hipoksia, syok, trauma dada, perdarahan internal, trauma kepala dengan kehilangan kesadaran, luka bakar derajat I-II2) Kuning --- penting, prioritas kedua

Prioritas kedua meliputi injury dengan efek sistemik namun belum jatuh ke keadaan syok karena dalam keadaan ini sebenarnya pasien masih dapat bertahan selama 30-60 menit. Injury tersebut antara lain fraktur tulang multipel, fraktur terbuka, cedera medulla spinalis, laserasi, luka bakar derajat II

3) Hijau --- prioritas ketiga

Yang termasuk kategori ini adalah fraktur tertutup, luka bakar minor, minor laserasi, kontusio, abrasio, dan dislokasi 4) Hitam --- meninggal

Ini adalah korban bencana yang tidak dapat selamat dari bencana, ditemukan sudah dalam keadaan meninggal

3. Peran perawat di dalam posko pengungsian dan posko bencana a. Memfasilitasi jadwal kunjungan konsultasi medis dan cek kesehatan sehari-hari b. Tetap menyusun rencana prioritas asuhan keperawatan harian c. Merencanakan dan memfasilitasi transfer pasien yang memerlukan penanganan kesehatan di RS

d. Mengevaluasi kebutuhan kesehatan harian

e. Memeriksa dan mengatur persediaan obat, makanan, makanan khusus bayi, peralatan kesehatan

f. Membantu penanganan dan penempatan pasien dengan penyakit menular maupun kondisi kejiwaan labil hingga membahayakan diri dan lingkungannya berkoordinasi dengan perawat jiwa

g. Mengidentifikasi reaksi psikologis yang muncul pada korban (ansietas, depresi yang ditunjukkan dengan seringnya menangis dan mengisolasi diri) maupun reaksi psikosomatik (hilang nafsu makan, insomnia, fatigue, mual muntah, dan kelemahan otot)h. Membantu terapi kejiwaan korban khususnya anak-anak, dapat dilakukan dengan memodifikasi lingkungan misal dengan terapi bermain.i. Memfasilitasi konseling dan terapi kejiwaan lainnya oleh para psikolog dan psikiater

j. Konsultasikan bersama supervisi setempat mengenai pemeriksaan kesehatan dan kebutuhan masyarakat yang tidak mengungsi

4. Peran perawat dalam fase post impact

a. Bencana tentu memberikan bekas khusus bagi keadaan fisik, sosial, dan psikologis korban.

b. Selama masa perbaikan perawat membantu masyarakat untuk kembali pada kehidupan normal.

c. Beberapa penyakit dan kondisi fisik mungkin memerlukan jangka waktu yang lama untuk normal kembali bahkan terdapat keadaan dimana kecacatan terjadi

BAB III

PEMBAHASAN

A. Manajemen Bencana pada Bencana Tsunami

1. Pra Bencana Tsunami

1) Membangun system peringatan dini (early warning sistem).

Peringatan Tsunami diinformasikan sebelum kejadian supaya masyarakat segera melakukan evakuasi. Tetapi apabila informasi tersebut datang setelah kejadian maka disebut dengan peringatan darurat (emergency) yang bertujuan untuk penyelamatan.

Peringatan dini Tsunami diperlukan untuk meningkatkan kewaspadaan dan melakukan evakuasi sebelum Tsunami datang, karena selang waktu antara gempa bumi dan Tsunami sangat singkat maka kecepatan informasi peringatan dini sangat penting. Berdasarkan selang waktu tersebut dapat di bedakan jenis-jenis peringatan-peringatan dini yang diperlukan. Tanda-tanda sebelum terjadi Tsunami adalah getaran yang kuat dan sering diikuti oleh pasang naik dan pasang surut air laut. Tanda-tanda ini dapat ditangkap oleh system peralatan yang dilengkapi dengan alarm. Peralatan tersebut antara lain adalah sebaga berikut:

1). Accelerograph

Dipasang untuk getaran kuat saja. Accelerograph dilengkapi dengan alarm dan system komunikasi untuk menyebarkan berita, control operasional dan perawatan jarak jauh, Accelerograph disebut juga strong motion seismograph.

2). Tide Gauge

Tide Gauge adalah perangkat untuk mengukur perubahan muka laut. Informasi yang diperlukan untuk peringatan dini adalah pasang naik dan pasang surut seketika sebelum terjadinya tsunami. Peringatan pertama untuk kewaspadaan dari accelerogfraph apabila mencatat getaran-getraan kuat dan peringatan kedua datang dari tide gauge setelah mencatat perubahan mendadak muka laut.

Dua peringatan tersebut kemudian disampaikan kepada:

Masyarakat setempat berupa alarm

Aparat setempat yang bertugas untuk koordinasi evakuasi

BMG pusat untuk system monitoring dan informasi darurat agar disebarkan ke lokasi lain.

Mengingat pentingnya informasi peringatan dini Tsunami maka diperlukan system komunikasi yang terdiri atas :

Komunikasi dari stasiun ke aparat setempat

Komunikasi dari stasiun BMG setempat

Komunikasi dari BMG pusat ke jaringan peringatan lainnya.

2) Relokasi penduduk yang terancam bencana Tsunami (population of park).

Relokasi penduduk yang terancam bencana Tsunami sangat penting dilakukan karena berguna untuk mengurangi korban jiwa. Relokasi ini dapat berupa pemindahan penduduk yang berada pada daerah rawan bencana ke tempat yang dianggap bebas dari dampak bencana. Namun kesulitan yang biasa dihadapi adalah persetujuan dari masyarakat, yang biasanya menolak untuk direlokasi. Misalnya pada masyarakat di kepulauan Mentawai yang berdomisili di dekat pantai yang menolak untuk di relokasi, sehingga timbullah banyak korban pada bencana Tsunami Mentawai beberapa waktu lalu.

3) Membuat jalur evakuasi dan persedian lahan (evacuation of route and emergency shelter).

Mengapa hal ini sangat penting? Karena pembuatan jalur evakuasi akan mempermudah penyelamatan atau evakuasi baik diri sendiri maupun orang lain menuju ke tempat yang aman dari dampak bencana.

Penyediaan lahan pun juga sangat berguna untuk menampung dan menjadi tempat berlindung. Selain itu apabila telah disediakan lahan pengungsian warga pun tak akan susah-susah untuk mencari tempat berlindung. Selain itu pada areal pengungsian biasanya telah dibangun fasilitas-fasilitas umum seperti dapur umum, MCK, dan fasilitas kesehatan yang akan sangat membantu bagi para pengungsi.

Di Kota Padang misalnya, telah direncanakan Pembangunan bukit artifisial untuk kepentingan evakuasi warga saat bencana tsunami yang diprediksi menghantam Kota Padang yang akan dimulai tahun 2011. Sebelumnya studi kelayakan mengenai pembangunan bukit buatan itu telah dimulai sejak Maret 2009 oleh GeoHazards International dalam proyek bernama Project on Vertical Evacuation yang dipimpin oleh Veronica Cedillos. Bukit-bukit buatan yang secara teknis dinamakan Tsunami Evacuation Raised Earth Park (TEREP) itu berupa lokasi berupa tempat umum yang lapang dan mudah dijangkau, untuk kemudian dijadikan bukit artifisial dengan ketinggian antara lima hingga sepuluh meter dengan timbunan material tanah yang digali dari lokasi lain.Hingga saat ini telah ada sepuluh calon lokasi untuk pembangunan bukit buatan tersebut.

4) Membentuk tim penanganan bencana Tsunami (disaster management and disaster assessment).

Pembentukan tim ini bertujuan untuk meneliti tentang bencana Tsunami, sehingga dapat ditemukan solusi untuk mengurangi dampak buruk dari bencana Tsunami.

Selain itu tim penanggulangan ini juga akan memberikan informasi tentang peringatan terjadinya bencana Tsunami. Pusat Tsunami Internasional (International Tsunami warning Center) didirikan di Hawai untuk memantau terjadinya gempa bumi disekitar Samudra pasifik dan memberikan informasi kemungkinan Tsunami akan terjadi.

5) Melakukan simulasi, sosialisasi dan memasukkan pembahasan dan penanggulangan Tsunami dalam kurikulum pendidikan.

Simulasi bertujuan untuk mengajarkan langkah-langkah yang harus dilakukan saat terjadi bencana Tsunami.

Sosialisasi bertujuan untuk memberikan pemahaman dan pengetahuan tentang bencana Tsunami dan cara untuk menanggulanginya beserta langkah-langkah yang harus dilakukan saat bencana terjadi.

Memasukkan pembahasan mengenai Tsunami dalam kurikulum pendidikan berfungsi untuk memberikan pengetahuan akan bencana Tsunami, Sosialisasi tentang bencana Tsunami serta memperkenalkan cara antisipasi dan langkah-langkah yang harus dilakukan saat bencana Tsunami sejak dini.

6) Membentuk dan menerapkan Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk antisipasi bencana.

Hal ini penting dilakukan untuk mengurangi dampak buruk bencana Tsunami.

2. Saat Bencana Tsunami

Langkah-langkah yang harus dilakukan saat bencana Tsunami terjadi adalah sebagai berikut:

1) Jika dirasakan bumi bergetar di pinggir laut maka segera berlari sekuat-kuatnya ke tempat yang lebih tinggi atau menuju tempat evakuasi yang sudah diatur (apabila situasi memungkinkan).

2) Jangan Panik.

3) Jika situasi tidak memungkinkan ke tempat evakuasi, maka carilah bangunan bertingkat bertulang baja untuk menuju lantai paling atas.

4) Jika anda sedang berada di atas kapal di tengah laut, segera pacu kapal anda kearah laut yang lebih dalam.

5) Jika anda berada di pantai atau di dekat pantai, segera panjat bangunan atau pohon yang tinggi, yang paling dekat dari tempat anda berada. Ingat waktu kita untuk berlari dari kejaran gelombang tsunami itu hanya kurang dari 20 menit.

6) Segera selamatkan diri anda apabila anda menemui gejala-gejala berikut ini:

a. Air laut yang surut secara tiba-tiba.

b. Terciumnya bau garam yang menyengat secara tiba-tiba.

c. Munculnya buih-buih air sangat banyak di pantai secara tiba-tiba.

d. Terdengar suara ledakan keras seperti suara pesawat jet atau pesawat supersonik atau suara ledakan bom runtuh.

Kegiatan-kegiatan tanggap darurat saat terjadi Tsunami :

1) Melaksanakan rencana-rencana penanggulangan bencana yang pernah disusun.

2) Segera melakukan pencarian dan penyelamatan korban.

a. Pemeriksaan status kesehatan korban (triage)

b. Memberikan pertolongan pertama

c. Mempersiapkan korban untuk tindakan rujukan

3) Memberikan pelayanan kesehatan darurat, seperti (pengobatan, gizi, air bersih)

4) Mobilisasi bantuan kesehatan

5) Surveilans epidemiologi

6) Penanganan Post Traumatic Stress

3. Pasca Bencana Tsunami

1) Periksa kesediaan makanan dan minuman. Makanan apapun yang terkena air mungkin sudah tercemar dan harus dibuang.

2) Segera membangun tenda pengungsian apabila keadaan untuk kembali ke rumah tidak memungkinkan.

3) Pastikan keadaan sudah aman dan tidak terjadi tsunami susulan sebelum kembali ke rumah. Bila keadaan rumah tidak memungkinkan untuk ditempati carilah tempat tinggal yang bisa ditempati atau kembali ke tempat pengungsian.

4) Membuka dan hidupkan jalur logistik dan lakukan resuplay serta pendistribusian logistik yang diperlukan.

5) Membuka dan memulihkan jaringan komunikasi antar daerah atau kota.

6) Melakukan pembersihan kota yang hancur dan penuh puing dan lumpur.

7) Menggunakan dana pemerintah untuk penanggulangan bencana dan gunakan pula dengan tepat sumbangan dana baik dari dalam maupun luar negeri.

8) Menyambut dengan baik dan libatkan unsur civil society.

9) Surveilans epidemiologi

BAB IV

PENUTUP

i. Simpulan

Dari uraian makalah di atas dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :

1. Tsunami adalah gelombang laut yang disebabkan oleh gempa bumi, tanah longsor atau letusan gunung berapi yang terjadi di laut.

2. Terjadinya Tsunami diakibatkan oleh adanya gangguan yang menyebabkan perpindahan sejumlah besar air meluap ke daratan, seperti letusan gunung api, gempa bumi, longsor maupun meteor yang jatuh ke bumi. Namun, 90% tsunami adalah akibat gempa bumi bawah laut.

3. Dampak Tsunami sebagian besar mengakibatkan kerusakan parah dan banyak menelan korban jiwa dan harta benda sehingga perlu adanya upaya untuk menghadapi tsunami baik dalam keadaan waspada,persiapan,saat terjadi tsunami dan setelah terjadi tsunami.

ii. Saran

Untuk mengantisipasi datangnya tsunami yang sampai saat ini belum bisa diprediksikan dengan tepat kapan dan dimana akan terjadi maka dapat dilakukan beberapa langkah sebagai berikut :

1. Selalu waspada dan memantau dengan aktif informasi tentang bahaya tsunami dari pihak yang berwenang terhadap adanya potensi tsunami terutama penduduk yang bermukim didekat pantai.

2. Menentukan tempat-tempat berlindung yang tinggi dan aman jika terjadi tsunami.

3. Menyediakan persediaan makanan dan air minum untuk keperluan darurat dan pengungsian.

4. Menyiapkan tas ransel yang berisi (atau dapat diisi) barang-barang yang sangat dibutuhkan di tempat pengungsian seperti perlengkapan P3K atau obat-obatan.

DAFTAR PUSTAKA

Efendi, F & Makfudli. (2009). Keperawatan kesehatan komunitas: Teori dan praktik dalam keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

National Academy of Science. (2007). Successful response starts with a map: improving geospatial support for disaster management. Washington: NAP.

Syamsidik dkk, 2013. Analisis pendahuluan penanggulangan bencana tsunami Indonesia, net / wp- content/ uploads/2013/10/12-makalh-naskah-akademi-banjir-bandang-pdf. 29 Oktober 2013. Mataram.

http://www.bmg.go.id/mekanisme_tsunami. Diakses Oktober 2013

http://www.wikipedia.com/tsunami. Diakses Oktober 2013