makalah gadar keracunan

40
Makalah Kegawatdaruratan Sistem KEPERAWATAN KLIEN dengan KEGAWATDARURATAN SISTEM PENCERNAAN dan KERACUNAN Oleh Kelompok 3 : 1. Choiriyah Fitriani 2. Faroid A.G 3. Handoko Mudho Prayitno 4. Heru Prasetyo Utomo 5. Lulu Wati 6. M. Fahrur Rozi 7. Maulindawati 8. Septian Adi Candra

Upload: faoidh-nol-yoljunghanda-yusriwa

Post on 19-Jan-2016

1.101 views

Category:

Documents


194 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Gadar Keracunan

Makalah Kegawatdaruratan Sistem

KEPERAWATAN KLIEN

dengan

KEGAWATDARURATAN SISTEM PENCERNAAN

dan

KERACUNAN

Oleh Kelompok 3 :

1. Choiriyah Fitriani

2. Faroid A.G

3. Handoko Mudho Prayitno

4. Heru Prasetyo Utomo

5. Lulu Wati

6. M. Fahrur Rozi

7. Maulindawati

8. Septian Adi Candra

PRODI S-1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HAFSHAWATY

ZAINUL HASAN GENGGONG

2013

Page 2: Makalah Gadar Keracunan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pertolongan penderita gawat darurat dapat terjadi dimana saja baik

di dalam rumah sakit maupun di luar rumah sakit, dalam penanganannya

melibatkan tenaga medis maupun non medis termasuk masyarakat awam.

Pada pertolongan pertama yang cepat dan tepat akan menyebabkan

pasien/korban dapat tetap bertahan hidup untuk mendapatkan pertolongan

yang lebih lanjut.

Salah satu kasus gawat darurat yang memerlukan tindakan segera

dimana pasien berada dalam ancaman kematian karena adanya gangguan

hemodinamik adalah trauma abdomen di mana secara anatomi organ-

organ yang berada di rongga abdomen adalah organ-organ pencernaan.

Selain trauma abdomen kasus-kasus kegawatdaruratan pada system

pencernaan salah satunya perdarahan saluran cerna baik saluran cerna

bagian atas ataupun saluran cerna bagian bawah bila hal ini dibiarkan tentu

akan berakibat fatal bagi korban atau pasien bahkan bisa menimbulkan

kematian. Oleh karena itu, kita perlu memahami penanganan kegawat-

daruratan pada system pencernaan secara cepat, cermat dan tepat sehingga

hal-hal tersebut dapat kita hindari.

Insiden trauma abdomen meningkat dari tahun ke tahun. Mortalitas

biasanya lebih tinggi pada trauma tumpul abdomen dari pada trauma

tusuk. Walaupun tehnik diagnostik baru sudah banyak dipakai, misalnya

Computed Tomografi, namun trauma tumpul abdomen masih merupakan

tantangan bagi ahli klinik. Diagnosa dini diperlukan untuk pengelolaan

secara optimal.

Evaluasi awal sangat bermanfaat tetapi terkadang cukup sulit

karena adanya jejas yang tidak jelas pada area lain yang terkait. Jejas pada

abdomen dapat disebabkan oleh trauma tumpul atau trauma tajam. Pada

trauma tumpul dengan velisitas rendah (misalnya akibat tinju) biasanya

Page 3: Makalah Gadar Keracunan

menimbulkan kerusakan satu organ. Sedangkan trauma tumpul velositas

tinggi sering menimbulkan kerusakan organ multipel.

Perforasi adalah kemungkinan yang bisa terjadi pada trauma

abdomen. Gejala perangsangan peritonium yang terjadi dapat disebabkan

oleh zat kimia atau mikroorganisme. Bila perforasi terjadi dibagian atas,

misalnya lambung, maka terjadi perangsangan oleh zat kimia segera

sesudah trauma dan timbul gejala peritonitis hebat.

Bila perforasi terjadi di bagian bawah seperti kolon, mula-mula

timbul gejala karena mikroorganisme membutuhkan waktu untuk

berkembang biak. Baru setelah 24 jam timbul gejala-gejala akut abdomen

karena perangsangan peritoneum. Mengingat kolon tempat bakteri dan

hasil akhirnya adalah faeses, maka jika kolon terluka dan mengalami

perforasi perlu segera dilakukan pembedahan. Jika tidak segera dilakukan

pembedahan, peritonium akan terkontaminasi oleh bakteri dan faeses. Hal

ini dapat menimbulkan peritonitis yang berakibat lebih berat.

Pada klien yang mengalami trauma abdomen biasanya mengalami

perlukaan satu atau beberapa organ abdomen. Hampir ¼ dari seluruh

kematian trauma abdomen dikarenakan mengalami perlukaan satu atau

beberapa organ abdomen. Oleh karena itu, sebagai tenaga kesehatan

khususnya perawat perlu mengetahui tentang asuhan keperawatan yang

diberikan pada pasien yang mengalami trauma abdomen.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, bagaimana landasan teori dari kasus

kegawatdaruratan system pencernaan dan penanganan pada keracunan ?

1.3. Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui landasan teori dari kasus kegawatdaruratan

system pencernaan dan penanganan pada keracunan

Page 4: Makalah Gadar Keracunan

1.3.2. Tujuan Khusus

1.3.2.1. Untuk mengetahui jenis-jenis trauma abdomen

1.3.2.2. Untuk mengetahui etiologi dari trauma abdomen

1.3.2.3. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari trauma abdomen

1.3.2.4. Untuk mengetahui penanganan kasus trauma abdomen

1.3.2.5. Untuk mengetahui penanganan kasus-kasus keracuna

Page 5: Makalah Gadar Keracunan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Trauma Abdomen

Trauma abdomen adalah kerusakan organ abdomen (lambung, usus

halus, pankreas, kolon, hepar, limpa, ginjal) yang disebabkan oleh trauma

tembus, biasanya tikaman atau tembakan; atau trauma tumpul akibat

kecelakaan mobil, pukulan langsung atau jatuh.

Rongga abdomen memuat baik organ-organ yang padat maupun yang

berongga. Trauma tumpul disebabkan adanya deselerasi cepat dan adanya

organ-organ yang tidak mempunyai kelenturan (noncompliant organ) seperti

hati, limpa, pankreas, ginjal, atau pembuluh darah dapat menimbulkan

kehilangan darah substansional ke dalam rongga peritoneum. Trauma tumpul

pada abdominal dapat terjadi karena kecelakaan motor, jatuh, atau pukulan.

Kompresi dan perlambatan dari trauma tumpul menyebabkan fraktur pada

kapsula dan parenkim organ padat, sementara organ berongga dapat kolaps

dan menyerap energi benturan.

2.2. Jenis-Jenis Trauma Abdomen

a. Cedera pada Lambung dan Usus Halus

b. Cedera pada Duodenum dan Pankreas

c. Cedera pada Kolon

d. Cedera pada Hepar

e. Cedera pada Limpa

f. Cedera pada Ginjal

Cedera Vaskuler

Cedera Parenkim

Page 6: Makalah Gadar Keracunan

2.3. Etiologi Trauma Abdomen

Penyebab trauma abdomen antara lain :

2.3.1 Trauma, iritasi , infeksi,obstruksi dan operasi .

2.3.2 Kerusakan organ abdomen dan pelvis dapat disebabkan trauma

tembus, biasanya tikaman atau tembakan dan trauma tumpul akibat

kecelakaan mobil,pukulan langsung atau jatuh.

2.3.3 Luka yang tampak ringan bisa menimbulkan cedera eksterna yang

mengancam nyawa

2.4. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis trauma abdomen dapat meliputi :

2.4.1 Nyeri (khususnya karenagerakan)

2.4.2 Nyeri tekan dan lepas(mungkin menandakan iritasi peritonium

karena cairan gastrointestinal atau darah)

2.4.3 Distensi abdomen

2.4.4 Demam

2.4.5 Anoreksia

2.4.6 Mual dan muntah

2.4.7 Tatikardi

2.4.8 Peningkatan suhu tubuh

2.5. Penatalaksanaan Trauma Abdomen

2.5.1 Trauma Tumpul Abdomen

Hal umum yang perlu mendapat perhatian adalah atasi dahulu

ABC bila pasien telah stabil baru kita memikirkan penatalaksanaan

abdomen itu sendiri. Pipa lambung, selain untuk diagnostic, harus segera

dipasang untuk mencegah terjadinya aspirasi bila terjadi muntah.

Sedangkan kateter di pasang untuk mengosongkan kandung kencing dan

menilai urin. Pada trauma tumpul, bila terdapat kerusakan intra

peritoneum harus dilakukan laparotomi, sedangkan bila tidak, pasien

diobservasi selama 24-48 jam.

Page 7: Makalah Gadar Keracunan

Tindakan laparotomi dilakukan untuk mengetahui organ yang

mengalami kerusakan. Bila terdapat perdarahan, tindakan yang dilakukan

adalah penghentian perdarahan. Sedangkan pada organ berongga,

penanganan kerusakan berkisar dari penutupan sederhana sampai reseksi

sebagian.

2.5.2 Trauma Tembus Abdomen

Hal umum yang perlu mendapat perhatian adalah atasi dahulu ABC

bila pasien telah stabil baru kita memikirkan penatalaksanaan abdomen itu

sendiri. Pipa lambung, selain untuk diagnostic, harus segera dipasang

untuk mencegah terjadinya aspirasi bila terjadi muntah. Sedangkan kateter

di pasang untuk mengosongkan kandung kencing dan menilai urin.

Peningkatan nyeri di daerah abdomen membutuhkan eksplorasi

bedah. Luka tembus dapat mengakibatkan renjatan berat bila mengenai

pembuluh darah besar atau hepar. Penetrasi ke limpa, pancreas, atau ginjal

biasanya tidak mengakibatkan perdarahan massif kecuali bila ada

pembuluh darah besar yang terkena. Perdarahan tersebut harus diatasi

segera, sedangkan pasien yang tidak tertolong denan resusitasi cairan harus

menjalani pembedahan segera.

2.6 Penanganan Pre Hospital Dan Hospital

2.6.1 Pre Hospital

Pengkajian yang dilakukan untuk menentukan masalah yang

mengancam nyawa, harus mengkaji dengan cepat apa yang terjadi

dilokasi kejadian. Paramedik mungkin harus melihat apabila sudah

ditemukan lukati kaman, luka trauma benda lainnya, maka harus

segera ditangani, penilaian awal dilakukan prosedur ABC jika ada

indikasi. Jika korban tidak berespon, makasegera buka dan

bersihkan jalan napas.

Page 8: Makalah Gadar Keracunan

2.6.1.1 Airway Managemen

1. Airway

Dengan kontrol tulang belakang. Membukajalan

napas menggunakan teknik ‘head tilt chin lift’ atau

menengadahkan kepala dan mengangkat dagu,periksa

adakah benda asing yang dapat mengakibatkan tertutupnya

jalan napas.Muntahan, makanan, darah atau benda asing

lainnya.

2. Breathing

Dengan ventilasi yang adekuat. Memeriksa

pernapasan dengan menggunakan cara ‘lihat-dengar-

rasakan’ tidak lebih dari 10 detik untuk memastikan apakah

ada napas atau tidak. Selanjutnya lakukanpemeriksaan

status respirasi korban (kecepatan, ritme dan adekuat

tidaknyapernapasan).

3. Circulation

Dengan kontrol perdarahan hebat. Jikapernapasan

korban tersengal-sengal dan tidak adekuat, maka bantuan

napas dapatdilakukan. Jika tidak ada tanda-tanda sirkulasi,

lakukan resusitasi jantungparu segera. Rasio kompresi dada

dan bantuan napas dalam RJP adalah 30 : 2 (30kali

kompresi dada dan 2 kali bantuan napas).

4. Penanganan awal trauma non- penetrasi(trauma tumpul)

a. Stop makanan dan minuman

b. Imobilisasi

c. Kirim kerumah sakit.

5. Penetrasi (trauma tajam)

a. Bila terjadi luka tusuk, maka tusukan(pisau atau

benda tajam lainnya) tidak boleh dicabut kecuali

dengan adanya timmedis.

Page 9: Makalah Gadar Keracunan

b. Penanganannya bila terjadi luka tusuk

cukupdengan melilitkan dengan kain kassa pada

daerah antara pisau untuk memfiksasipisau

sehingga tidak memperparah luka.

c. Bila ada usus atau organ lain yang keluar,maka

organ tersebut tidak dianjurkan dimasukkan

kembali kedalam tubuh, kemudianorgan yang

keluar dari dalam tersebut dibalut kain bersih

atau bila ada verbansteril.

d. Imobilisasi pasien.

e. Tidak dianjurkan memberi makan dan minum.

f. Apabila ada luka terbuka lainnya maka

balutluka dengan menekang.

g. Kirim ke rumahsakit.     

2.6.1.2 Hospital

1. Trauma penetrasi

Bila ada dugaan bahwa ada luka tembus dinding

abdomen, seorang ahli bedah yang berpengalaman akan

memeriksa lukanya secara lokal untuk menentukan

dalamnya luka. Pemeriksaan ini sangat berguna bila ada

luka masuk dan luka keluar yang berdekatan.

a. Skrinning pemeriksaan rontgen

Foto rontgen torak tegak berguna untuk me-

nyingkirkan kemungkinan hemo atau pneumo-

toraks atau untuk menemukan adanyaudara intra

peritonium. Serta rontgen abdomen sambil tidur

(supine) untukmenentukan jalan peluru atau

adanya udara retroperitoneum.

Page 10: Makalah Gadar Keracunan

b. IVP atau Urogram Excretory dan CT Scanning

Ini di lakukan untuk mengetauhi jeniscedera

ginjal yang ada.

c. Uretrografi.

Di lakukan untuk mengetauhi adanya rupture

uretra.

d. Sistografi

Ini digunakan untuk mengetauhi ada tidaknya

cedera pada kandung kencing,contohnya pada :

fraktur pelvis

traumanon-penetrasi

2. Penanganan pada trauma benda tumpul dirumah sakit :

a. Pengambilan contoh darah dan urine

Darah di ambil dari salah satu venapermukaan

untuk pemeriksaan laboratorium rutin, dan juga

untuk pemeriksaan laboratorium khusus seperti

pemeriksaan darah lengkap, potasium, glukosa,

amilase.

b. Pemeriksaan rontgen

Pemeriksaan rongten servikal lateral, toraks

antero posterior dan pelvis adalah pemeriksaan

yang harus di lakukan pada penderita dengan

multi trauma, mungkin berguna untuk

mengetahui udara ekstraluminal di retro

peritoneum atau udara bebas di bawah diafrag-

ma, yang keduanya memerlukan laparotomi

segera.

Page 11: Makalah Gadar Keracunan

c. Study kontras urologi dan gastrointestinal

Dilakukan pada cedera yang meliputi daerah

duodenum, kolon ascendens atau decendens dan

dubur.

(Hudak & Gallo, 2001).

2.7 Keracunan

2.7.1 Pengertian Keracunan

Racun adalah zat yang ketika tertelan, terisap, diabsorbsi,

menempel pada kulit atau dihasilkan di dalam tubuh dalam jumlah

yang relative kecil menyebabkan cedera dari tubuh dengan adanya

reaksi kimia.

Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat atau

senyawa kimia dalam tubuh manusia yang menimbulkan efek

merugikan pada yang menggunakannya. Keracunan melalui

inhalasi dan menelan materi toksik, baik kecelakaan dan karena

kesengajaan, merupakan kondisi bahaya kesehatan. Sekitar 7% dari

semua pengunjung departemen kedaruratan dating karena masalah

toksik.

Keracunan adalah masuknya zat ke dalam tubuh yang dapat

mengakibatkan gangguan kesehatan bahkan dapat menyebabkan

kematian.

Dalam pengertian sederhana keracunan adalah kejadian

masuknya racun kedalam tubuh manusia.

2.7.2 Etiologi

Keracunan dapat disebabkan oleh beberapa hal, berdasarkan

wujudnya, zat yang dapat menyebabkan keracunan antara lain : zat

padat (obat-obatan, makanan), zat gas (CO2), dan zat cair (alkohol,

bensin, minyak tanah, zat kimia, pestisida, bisa/ racun hewan)

Page 12: Makalah Gadar Keracunan

Racun racun tersebut masuk ke dalam tubuh manusia melalui

beberapa cara, diantaranya :

1. Melalui kulit

2. Melalui jalan napas (inhalasi)

3. Melalui saluran pencernaan (mulut)

4. Melalui suntikan

5. Melalui mata (kontaminasi maata)

2.7.3 Macam-Macam Keracunan

1. Mencerna (menelan) racun

Tindakan yang dilakukan adalah menghilangkan atau

menginaktifkan racun sebelum diabsorbsi, untuk memberikan

perawatan pendukung, untuk memelihara system organ vital,

menggunakan antidote spesifik untuk menetralkan racun, dan

memberikan tindakan untuk mempercepat eliminasi racun

terabsorbsi.

Penatalaksanaan umum :

a. Dapatkan control jalan panas, ventilasi, dan oksigensi. Pada

keadaan tidak ada    kerusakan serebral atau ginjal, prognosis

pasien bergantung pada keberhasilan penatalaksanaan pernapasan

dan sisitem sirkulasi.

b. Coba untuk menentukan zat yang merupakan racun, jumlah, kapan

waktu tertelan, gejala, usia, berat pasien dan riwayat kesehatan

yang tepat.

c. Tangani syok yang tepat.

d. Hilangkan atau kurangi absorbsi racun.

e. Berikan terapi spesifik atau antagonis fisiologik secepat mungkin

untuk      menurunkan efek toksin.

f. Dukung pasien yang mengalami kejang. Racun mungkin memicu

system saraf pusat atau pasien mungkin mengalami kejang karena

oksigen tidak adekuat.

Page 13: Makalah Gadar Keracunan

g. Bantu dalam menjalankan prosedur untuk mendukung

penghilangan zat yang ditela, yaitu:

Diuresis untuk agens yang dikeluarkan lewat jalur ginjal.

Dialisis

Hemoperfusi (proses melewatkan darah melalui sirkuit

ekstrakorporeal dan cartridge containing an adsorbent [karbon

atau resin], dimana setelah detoksifikasi darah dikembalikan ke

pasien.

h. Pantau tekanan vena sentral sesuai indikasi.

i. Pantau keseimbangan cairan dan elektrolit.

j. Menurunkan peningkatan suhu.

k. Berikan analgesic yang sesuai untuk nyeri.

l. Bantu mendapatkan specimen darah, urine, isi lambung dan

muntah.

m. Berikan perawatan yang konstan dan perhatian pada pasien koma.

n. Pantau dan atasi komplikasi seperti hipotensi, disritmia jantung dan

kejang.

o. Jika pasien dipulangkan, berikan bahan tertulis yang menunjukan

tanda dan gejala masalah potensial dan prosedur untuk bantuan

ulang.

Minta konsultasi dokter jiwa jika kondisi tersebut karena usaha

bunuh diri

Pada kasus keracunan pencernaan yang tidak disengaja berikan

pencegahan racun dan instruksi pembersihan racun rumah pada

pasien atau keluarga

2. Keracunan melalui inhalasi

Penatalaksanaan  umum :

a. Bawa pasien ke udara segar dengan segera; buka semua pintu

dan jendela.

b. Longgarkan semua pakaian ketat.

Page 14: Makalah Gadar Keracunan

c. Mulai resusitasi kardiopulmonal jika diperlikan.

d. Cegah menggigil; bungkus pasien dengan selimut.

e. Pertahankan pesien setenang mungkin.

f. Jangan berikan alcohol dalam bentuk apapun.

3. Keracunan makanan

Keracunan makanan adalah penyakit yang tiba-tiba dan

mengejutkan yang dapat terjadi setelah menelan makanan atau

minuman yang terkontaminasi.

Pertolongan Pertama Pada Keracunan Makanan:

a. Untuk mengurangi kekuatan racun, berikan air putih

sebanyak-banyaknya atau diberi susu yang telah dicampur

dengan telur mentah.

b. Agar perut terbebas dari racun, berikan norit dengan dosis 3-

4 tablet selama 3 kali berturut-turut dalam setia jamnya.

c. Air santan kental dan air kelapa hijau yang dicampur 1

sendok makan garam dapat menjadi alternative jika norit

tidak tersedia.

d. Jika penderita dalam kondisi sadar, usahakan agar muntah.

Lakukan dengan cara memasukan jari pada kerongkongan

leher dan posisi badan lebih tinggi dari kepala untuk

memudahkan kontraksi

e. Apabila penderita dalam keadaan pingsan, bawa segera ke

rumah sakit atau dokter terdekat untuk mendapatkan

perawatan intensif.

4. Gigitan ular

Bisa (racun) ular terdiri dari terutama protein yang mem-

punyai efek fisiologik yang luas atau bervariasi. Sistem multiorgan,

terutama neurologic, kardiovaskuler, sisitem pernapasan mungkin

terpengaruh.

Page 15: Makalah Gadar Keracunan

Bantuan awal pertama pada daerah gigitan ular meliputi

mengistirahatkan korban, melepaskan benda yang mengikat seperti

cincin, memberikan kehangatan, membersihkan luka, menutup luka

dengan balutan steril, dan imobilisasi bagian tubuh dibawah tinggi

jantung. Es atau torniket tidak digunakan. Evaluasi awal di depar-

temen kedaruratn dilakukan dengan cepat meliputi :

a. Menentukan apakah ular berbisa atau tidak.

b. Menentukan dimana dan kapan gigitan terjadi sekitar gigitan.

c. Menetapkan urutan kejadian, tanda dan gejala (bekas gigi,

nyeri, edema, dan eritema jaringan yang digigit dan

didekatnya).

d. Menentukan keparahan dampak  keracunan.

e. Memantau tanda vital.

f. Mengukur dan mencatat lingkar ekstremitas sekitar gigitan

atau area pada beberapa titik.

g. Dapatkan data laboratorium yang tepat (mis. HDL, urinalisi,

dan pemeriksaan pembekuan).

5. Sengatan serangga

Manifestasi klinis bervariasi dari urtikaria umum, gatal,

malaise, ansietas, sampai edema laring, bronkhospasme berat, syok

dan kematian. Umumnya waktu yang lebih pendek diantara

sengatan dan kejadian dari gejala yang berat merupakan prognosis

yang paling buruk.

Penatalaksanaan umum:

a. Berikan epineprin (cair) secara langsung. Masase daerah

tersebut untuk mempercepat absorbsi.

b. Jika sengatan pada ekstermitas, berikan tornikuet dengan

tekanan yang tepat untuk membendung aliran vena dan

limfatik.

c. Instruksikan pasien untuk hal-hal berikut:

Injeksi segera dengan epineprin

Page 16: Makalah Gadar Keracunan

Buang penyengat dengan garukan cepat kuku jari

Bersihkan area dengan sabun air dan tempelkan es

Pasang tornikuet proksimal terhadap sengatan

Laporkan pada fasilitas perawatan kesehatan terdekat

untuk pemeriksaan lebih lanjut

6. Keracunan obat Serangga

a. Cara menangani Keracunan obat Serangga

Ada beberapa cara untuk memberikan pertolongan

pertama dalam menangani keracunan obat serangga, diantaranya

adalah ;

1) Apabila obat serangga terkena kulit dan membahayakan,

maka segera anda lepaskan pakaian anda dan basuh kulit

anda dengan air mengalir, gunakan juga sabun. Apabila

daerah yang terkena obat serangga itu ada luka, maka anda

perlu berhati-hati karena racun akan menyerap semakin cepat

ke dalam tubuh anda.

2) Apabila obat serangga tertelan, segera anda konsumsi karbon

aktif agar racunnya dapat terserap.

3) Jika berbagai gejala terus muncul, segera bawa korban ke

rumah sakit atau hubungi dokter. Penanganan yang semakin

cepat akan semakin baik, jangan sampai terlambat.

4) Untuk mengeluarkan racun serangga dari tubuh, minum air

putih yang banyak. Air dapat menetralkan racun.

5) Jika ada pohon kelapa muda, anda bisa menggunakannya

dengan cara mengambil airnya dan campurkan dengan garam

dan minumkan pada penderita. Usahakan si penderita sampai

muntah.

b. Cara mencegah terjadinya keracunan obat serangga

Seperti yang dikatakan oleh pepatah bahwa mencegah

tentunya lenih baik dari apda mengobati. Berikut ini ada

Page 17: Makalah Gadar Keracunan

beberapa cara untuk mencegah terjadinya keracunan obat

serangga, diantaranya ;

1) Apabila anda ingin meggunakan obat serangga, sebaiknya

anda berhati-hati apalagi bila anda ingin menggunakannya di

daerah beramain anak anda.

2) Sebaiknya anda membaca terlebih dahulu instruksi cara

menggunakannya dengan benar. Perlu juga anda perhatikan

dosis pemakaian yang dianjurkan di dalam kemasan tersebut.

3) Jauhkan obar racun serangga tersebut dari jangkauan anak

anda dan simpanlah di tempat yang aman.

4) Sebaiknya anda mencuci bersih buah dan sayur yang anda

beli, karena biasanya produk tersebut mengandung

insektisida.

5) Anda juga perlu menjelaskan dengan jelas pada keluarga

anda mengenai bahaya racun serangga.

6) Inilah uraian singkat mengenai menangani keracunan obat

serangga. Semoga artikel ini dapat bermanfaat.

2.7.4 Gambaran klinis

Penilaian keadaan klinis yang paling awal adalah status

kesadaran. Alat ukur yang paling sering digunakan adalah GCS

(Glasgow Coma Scale). Apabila pasien tidak sadar dan tidak ada

keterangan apapun, maka diagnosis keracunan dapat dilakukan

pereksklusionam dan semua penyebab penurunan kesdaran seperti

meningoensefalitis, trauma, perdarahan subaraknoid/ intrakranial,

subdural/ ekstradural haematom, hipoglikemia, diabetik

ketoasidosis, uremia, ensefalopati.

Penemuan klinis seperti ukuran pupil mata, frekuensi

napas dan denyut nadi mungkin dapat membantu penegakan

diagnosis pada pasien dengan penurunan kesadaran.

Page 18: Makalah Gadar Keracunan

Gambaran klinis Kemungkinan penyebab

Pupil pin point, frekuensi napas turun Opoioid, inhibitor kolinesterase

(organofosfat, carbamate insektidida),

klonidin, fenotiazin

Dilatasi pupil, laju napas turun Benzodiazepin

Dilatasi pupil, takikardia Antidepresan trisiklik, amfetamin,

ekstasi, kokain, antikolonergik

(benzeksol, benztropin), antihistamin

Sianosis Obat depresan SSP, bahan penyebab

methaemoglobinemia

Hipersalivasi Organofosfat/ karbamat, insektisida

Nistagmus, ataksia, tanda serebral Antikonvulsan (frenitoin, karbamazepin),

alcohol

Gejala ekstrapiramidal Fenotiazin, haloperidol, metoklopramid

Seizures Antidepresan trisiklik, antikonvulsan,

teofilin, antihistamin, OAINS,

fenothiazin, isoniazid

Hipertemia Litium, antidepresan trisiklik,

antihistamin

Hipertemia dan hipertensi, takikardi,

agitasi

Amfetamin, ekstasi, kokain

Hipertemia dan takikardi, asidosis

metabolic

Salsilat

Bradikardia Penghambat beta, digoksin, opioid,

klonidin, antagonis kalsium (kecuali

dihidropiridin), organofosfat insektisida

Abdominal cramp, diare, takikardi,

halusinasi

Withdrawal alkohol, opiat,

benzodiazepine

Page 19: Makalah Gadar Keracunan

2.7.5 Pemeriksaan Penunjang

Analisis toksikologi harus dilakukan sedini mungkin, hal ini

selain dapat membantu penegakan diagnosis juga berguna untuk

kepentingan penyidikan polisi pada kasusu kejahatan. Sampel yang

dikirim ke laboratorium adalah 50 ml urin, 10 ml serum, bahan

muntahan dan feses.

1. Pemeriksaan radiologi

Pemeriksaan radiologi perlu dilakukan terutama bila curiga adanya

aspirasi zat racun melalui inhilasi atau adanya dugaan perforasi

lambung.

2. Laboratorium klinik

Pemeriksaan ini penting dilakukan terutama analisis gas darah.

Beberapa gangguan gas darah dapat membantu penegakan

diagnosis penyebab keracunan.

Pemeriksaan fingsi hati, ginjal dan sedimen urin harus pula

dilakukan karena selain berguna untuk mengetahui dampak

keracunan juga dapat dijadiakan sebagai dasar diagnosis penyebab

keracunan seperti keracunan parasetamol atau makanan yang

mengandung asam jengkol.

3. Pemeriksaan EKG

Pemeriksaan ini juga perlu dilakukan pada kasus keracunan karena

sering diikuti terjadinya gangguan irama jantung yang berupa sinus

takikardi, sinus bradikardi, takikardi supraventrikuler, takikardi

ventrikuler, fibrilasi ventrikuler, asistol, disosiasi elektromekanik.

Beberapa faktor predosposisi timbulnya aritmia pada keracunan

adalah keracunan obat kardiotoksik, hipoksia, nyeri dan ansietas,

hiperkarbia, gangguan elektrolit darah, hipovolemia, dan penyakit

dasar jantung iskemik.

Page 20: Makalah Gadar Keracunan

2.7.6 Penatalaksanaan

2.7.6.1 Stabilisasi

Penatalaksanaan keracunan pada waktu pertama kali berupa

tindakan resusitasi kardiopulmoner yang dilakukan dengan cepat

dan tepat berupa pembebasan jalan  napas, perbaikan fungsi

pernapasan, dan perbaikan sistem sirkulasi darah.

2.7.6.2 Dekontaminasi

Dekontaminasi merupakan terapi intervensi yang bertujuan untuk

menurunkan pemaparan terhadap racun, mengurangi absorpsi dan

mencegah kerusakan.

2.7.6.3 Dekontaminasi pulmonal

Dekontaminasi pulmonal berupa tindakan menjauhkan korban dari

pemaparan inhalasi zat racun, monitor kemungkinan gawat napas

dan berikan oksigen lembab 100% dan jika  perlu beri ventilator.

2.7.6.4 Dekontaminasi mata

Dekontaminasi mata berupa tindakan untuk membersihkan mata

dari racun yaitu posisi kepala pasien ditengadahkan dan miring ke

posisi mata yang terburuk kondisinya. Buka kelopak matanya

perlahan dan irigasi larutan aquades atau NaCL 0,9% perlahan

sampai zat racunnya diperkirakan sudah hilang.

2.7.6.5 Dekontaminasi kulit (rambut dan kuku)

Tindakan dekontaminasi paling awal adalah melepaskan pakaian,

arloji, sepatu dan aksesorisd lainnnya dan masukkan dalam wadah

plastik yang kedap air dan tutup rapat, cuci bagian kulit yang

terkena dengan air mengalir dan disabun minimal 10 menit

selanjutnya keringkan dengan handuk kering dan lembut.

2.7.6.6 Dekontaminasi gastrointestinal

Penelanan merupakan rute pemaparan yang tersering, sehingga

tindakan pemberian bahan pengikat (karbon aktif), pengenceran

atau mengeluarkan isi kambung dengan cara induksi muntah atau

Page 21: Makalah Gadar Keracunan

aspirasi dan kumbah lambung dapat mengurangi jumlah paparan

bahan toksik.

2.7.6.7 Eliminasi

Tindakan eliminasi adalah tindakan untuk mempercepat

pengeluaran racun yang sedang beredar dalam darah, atau dalam

saluran gastrointestinal setelah lebih dari 4 jam.

2.7.6.8 Antidotum

Pada kebanyakan kasus keracunan sangat sedikit jenis racun yang

ada obat antidotumnya dan sediaan obat antidot yang tersedia secara

komersial sangat sedikit jumlahnya

2.7.7 Asuhan keperawatan

2.7.7.1 Pengkajian

Pengkajian difokusakan pada masalah yang mendesak seperti jalan

nafas dan sirkulasi yang mengancam jiwa,adanya gangguan asam

basa,keadaan status jantung,status kesadran.

Riwayat kesadaran : riwayat keracunan,bahan racun yang

digunakan,berapa lama diketahui setelah keracunan,ada masalah

lain sebagi pencetus keracunan dan sindroma toksis yang

ditimbulkan dan kapan terjadinya.

2.7.7.2 Pemeriksaan fisik

Pendahuluan fisik racun, berdasarkan sifat-sifat organo leptik,

seperti bentuk, warna, bau dan rasa. Selain itu, dengan dilakukan

pemijaran akan dapat diketahui apakah bahan atau zat yang kita

periksa merupakan senyawa organic anorganik. Senyawa organic

tidak meninggalkan sisa setelah pemijaran.

a. Bentuk

Bentuk racun dapat berupa bahan atau rasa (serbuk, Kristal, tablet,

kapsul), bahan atau zat cair lanjut (larutan, sirup, suspense, obat

suntik) setegah padat (salep,cream) campuran bahan atau zat padat

Page 22: Makalah Gadar Keracunan

dengan cairan (muntahan, isi perut) dan mungkin juga gas atau uap.

Pada tablet atau kapsul mungkin tertera nama obat atau kandungan

isinya akan mempermudah dalam pemeriksaan selanjutnya.

b. Warna

Bahan atau zat kimia pada umumnya tidak berwarna atau berwarna

putih. Tapi beberapa diantaranya mempunyai warna asli. Warna

asli tersebut dapat berubah bila terjadi oksidasi oleh udara.

Sedangkan warna sediaan jadi, biasanya bukan warna asli tapi

sebagai akibat tambahan zat warna, sehingga tidak dapat digunakan

sebagai cirri yang spesipik.

c. Bau

Pemeriksaan bau dapat dilakukan dengan cara membaui langsung

setelah digerus, setelah digosok dengan dua jari. Jika berupa cairan

di kocok terlebih dahulu dan dibaui langsung setelah dibakar.

d. Rasa

Pemeriksaan rasa dilakukan dengan mencicipi bahan atau zat

peminimal mungkin.

2.7.8 Diagnosa Keperawatan

1. Nutrisi Seimbang: Kurang dari Kebutuhan Tubuh karena tidak

cukup asupan dan pengeluaran yang berlebihan.

2. Risiko Kekurangan Volume Cairan (jika Diare tidak terjadi atau

asupan cairan tidak cukup tetapi tidak memiliki tanda-tanda

dehidrasi)

3. Hipertermia RT proses inflamasi.

4. Manifestasi dengan nyeri perut

2.7.9 Intervensi

1. Pertolongan pertama yang dilakukan meliputi : tindakan umum

yang bertujuan untuk keselamatan hidup,mencegah penyerapan dan

penawar racun ( antidotum ) yan meliputi resusitasi, : Air way,

Page 23: Makalah Gadar Keracunan

breathing, circulasi eliminasi untuk menghambat absorsi melalui

pencernaaan dengan cara kumbah lambung,emesis, ata katarsis dan

kerammas rambut.

2. Berikan anti dotum sesuai advis dokter minimal 2 x 24 jam yaitu

pemberian SA.

3. Perawatan suportif; meliputi mempertahankan agar pasien tidak

samapi demam atau mengigil,monitor perubahan-perubahan fisik

seperti perubahan nadi yang cepat,distress pernafasan, sianosis,

diaphoresis, dan tanda-tanda lain kolaps pembuluh darah dan

kemungkinan fatal atau kematian.Monitir vital sign setiap 15 menit

untuk bebrapa jam dan laporkan perubahan segera kepada

dokter.Catat tanda-tanda seperti muntah,mual,dan nyeri abdomen

serta monotor semua muntah akan adanya darah. Observasi fese

dan urine serta pertahankan cairan intravenous sesuai pesanan

dokter.

4. Jika pernafasan depresi ,berikan oksigen dan lakukan suction.

Ventilator mungkin bisa diperlukan.

5. Jika keracunan sebagai uasaha untuk mebunuh diri maka lakukan

safety precautions. Konsultasi psikiatri atau perawat psikiatri klinis.

Pertimbangkan juga masalah kelainan kepribadian,reaksi

depresi,psikosis neurosis, mental retardasi dan lain-lain

6. Memonitor status cairan pasien dengan hati-hati.

7. Rencanakan perawatan untuk memungkinkan periode istirahat

tanpa gangguan bagi pasien.

8. Jika pasien mual, menyarankan dia untuk menghindari gerakan

cepat, yang dapat meningkatkan keparahan mual.

9. Jika pasien dapat mentolerir cairan mulut, menggantikan

kehilangan cairan dan elektrolit dengan kaldu, jahe, dan limun,

sebagai toleransi.

10. Menilai tanda-tanda vital setidaknya setiap 4 jam.

Page 24: Makalah Gadar Keracunan

11. Ajarkan pasien tentang masalah keracunan makanan,

menggambarkan gejala dan penyebab yang bervariasi.

12. Ajarkan pasien dengan tindakan pencegahan yang tepat.

Jika dehidrasi terjadi, mengelola lisan dan I.V. cairan seperti yang

diperintahkan.

13. Untuk memudahkan iritasi dubur yang disebabkan oleh diare,

bersihkan daerah tersebut secara hati-hati dan menerapkan

pemberian krim, seperti petroleum jelly.

14. Cuci tangan secara menyeluruh setelah memberikan perawatan

untuk menghindari penyebaran infeksi, dan menggunakan tindakan

pencegahan standar setiap kali menangani muntahan atau tinja.

15. Berikan anti dotum sesuai advis dokter minimal 2 x 24 jam yaitu

pemberian SA.

16. Perawatan suportif; meliputi mempertahankan agar pasien tidak

samapi demamatau mengigil, monitor perubahan-perubahan fisik

seperti perubahan nadi yang cepat, distress pernafasan, sianosis,

diaphoresis, dan tanda-tanda lain kolaps pembuluh darah dan

kemungkinan fatal atau kematian. Monitir vital sign setiap 15 menit

untuk bebrapa jam dan laporkan perubahan segera kepada

dokter.Catat tanda-tanda seperti muntah, mual, dan nyeri abdomen

serta monotor semua muntah akan adanya darah. Observasi fese

dan urine serta pertahankan cairan intravenous sesuai pesanan

dokter.

17. Jika pernafasan depresi, berikan oksigen dan lakukan suction.

Ventilator mungkin bisa diperlukan.

18. Jika keracunan sebagai uasaha untuk mebunuh diri maka lakukan

safety precautions. Konsultasi psikiatri atau perawat psikiatri klinis.

Pertim-bangkan juga masalah kelainan kepribadian, reaksi depresi,

psikosis neurosis, mental retardasi dan lain-lain

Page 25: Makalah Gadar Keracunan

BAB III

PENUTUP

3.1. KesimpulanTrauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma

tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja . Penatalaksa-

naannya adalah resusitasi dan airway managemen.

Keracunan adalah salah satu penyebab kematian yang sering terjadi

disekitar kita, akibat keracunan yang di sebabkan oleh makanan, gigitan binatang,

dan sengatan serangga. Hal tersebut terjadi karena kelalainan dan kurangnya

pengetahuan dari pihak- pihak tersebut.

3.2. Saran

Saran dari kelompok kami adalah karena ini mengakibatkan kematian dan

terjadi bisa dengan sengaja ataupun tidak sengaja maka untuk itu kita harus hati-

hati pada kasus trauma dan hati-hati terhadap bahan kimia ataupun yang lainnya.

Page 26: Makalah Gadar Keracunan

DAFTAR PUSTAKA

Sjamsuhidayat. 1997. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

Doenges. 2000, Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk perencanaan

dan Pendokumentasian perawatan pasien, Edisi 3. Jakarta: EGC

Carpenito, 1998. Buku saku: Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek

Klinis, Edisi 6, Jakarta: EGC .

Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1.UI : Media