makalah askep gadar new

Upload: herti-iya-maharani

Post on 19-Jul-2015

754 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

MAKALAH ANAK IMUNISASI TETANUS TOKSOID

Disusun Oleh : Herti Setia Maharani (P17320310028) M Jafar Sidiq (P173203100) Zahra Hidayati (P173203100)

POLTEKKES KEMENKES BANDUNG PRODI KEPERAWATAN BOGOR JLN. DR. SEMERU NO. 116 BOGOR

KATA PENGANTARPuji syukur atas rahmat Allah SWT yang telah memberi kami kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam tak lupa kami hanturkan kepada Nabi Besar kita Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing kita dari zaman kegelapan hingga zaman yang terang benderang seperti saat ini. Pada kesempatan kali ini, kami akan menyajikan makalah yang berjudul Imunisasi Tetanus Toksoid dalam rangka memenuhi tugas yang telah diberikan oleh Dosen Pengajar Mata Kuliah Keperawatan Anak. Makalah ini diselesaikan dengan maksud untuk memberikan pengetahuan kepada mahasiswa dan mahasiswi agar lebih mudah mengetahui isi dari judul yang tertera diatas. Sebagai manusia biasa yang telah berusaha menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya, tentunya masih banyak kesalahan yang tidak sengaja kami buat dalam penyelesaian makalah ini. Maka dari itu kami mohon kritik dan saran dari pembaca sekalian, terutama dari Dosen Pengajar agar dapat menyempurnakan makalah ini.

Bogor, Maret 2012

Penyusun

i

DAFTAR ISIKATA PENGANTAR........................................................................................................i DAFTAR ISI .................................................................................................................ii BAB I...........................................................................................................................1 PENDAHULUAN............................................................................................................1 A. Latar Belakang....................................................................................................1 Sejak tahun 1983 anak sekolah merupakan salah satu sasaran program imunisasi untuk mencegah penyakit difteri dan tetanus. Imunisasi DT 2 dosis diberikan pada siswa SD kelas I dan TT 2 dosis selang 1 bulan pada siswa kelas VI. Memasuki tahun 1990 cakupan imunisasi DPT 3 pada bayi diatas 80%, sehingga dapat dikatakan bahwa lebih dari 80% anak yang masuk SD pada tahun 1997 telah memiliki kekebalan terhadap difteri, pertusis dan tetanus. Pada tahun 1998, mulai dilaksanakan bulan imunisasi anak sekolah (BIAS), secara serentak. Imunisasi disesuaikan dengan jadwal pemberian 5 dosis TT pada Wanita Usia Subur (WUS), yaitu imunisasi dasar DPT dianggap setara TT 2 dosis, pada siswa SD kelas I hanya diberikan 1 kali DT, pada siswa kelas II dan III, diberikan TT masing-masing 1 dosis. Dengan demikian diharapkan setelah lulus SD mereka telah mendapat imunisasi TT 5 dosis. Pada saatnya nanti imunisasi pada wanita usia subur akan dapat dihentikan. Setelah tercapainya cakupan imunisasi DPT >80%, maka diperlukan perubahan jadwal imunisasi. Untuk itu perlu adanya data dasar status kekebalan terhadap difteri dan tetanus pada umur sasaran. ...............1 B. Pemberian Imunisasi sebagai salah satu upaya preventif untuk mencegah Penyakit melalui kekebalan tubuh harus dilaksanakan secara terus menerus, menyeluruh dan dilaksanakan sesuai standar, sehingga mampu memberikan perlindungan kesehatan dan memutus mata rantai penularan penyakit. Disamping Imunisasi rutin perlu juga diberikan Imunisasi ulangan (Booster) pada anak umur 6 -7 tahun. ................................................................................................................. 1 C. Tujuan................................................................................................................. 1 BAB II .........................................................................................................................2 PEMBAHASAN..............................................................................................................2 a. Definisi Imunisasi................................................................................................2 Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang. Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan

ii

memberikan kekebalan atau resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari penyakit lain diperlukan imunisasi lainnya.........................................2 Imunisasi biasanya lebih fokus diberikan kepada anak-anak karena sistem kekebalan tubuh mereka masih belum sebaik orang dewasa, sehingga rentan terhadap serangan penyakit berbahaya. Imunisasi tidak cukup hanya dilakukan satu kali, tetapi harus dilakukan secara bertahap dan lengkap terhadap berbagai penyakit yang sangat membahayakan kesehatan dan hidup anak...........................2 Tujuan dari diberikannya suatu imunitas dari imunisasi adalah untuk mengurangi angka penderita suatu penyakit yang sangat membahayakan kesehatan bahkan bisa menyebabkan kematian pada penderitanya. Beberapa penyakit yang dapat dihindari dengan imunisasi yaitu seperti hepatitis B, campak, polio, difteri, tetanus, batuk rejan, gondongan, cacar air, tbc, dan lain sebagainya....................................2 Macam-macam / jenis-jenis imunisasi ada dua macam, yaitu :...............................2 Imunisasi pasif yang merupakan kekebalan bawaan dari ibu terhadap penyakit.. . .2 Imunisasi aktif di mana kekebalannya harus didapat dari pemberian bibit penyakit lemah yang mudah dikalahkan oleh kekebalan tubuh biasa guna membentuk antibodi terhadap penyakit yang sama baik yang lemah maupun yang kuat............2 Teknik atau cara pemberian imunisasi umumnya dilakukan dengan melemahkan virus atau bakteri penyebab penyakit lalu diberikan kepada seseorang dengan cara suntik atau minum / telan. Setelah bibit penyakit masuk ke dalam tubuh kita maka tubuh akan terangsang untuk melawan penyakit tersebut dengan membantuk antibodi. Antibodi itu umumnya bisa terus ada di dalam tubuh orang yang telah diimunisasi untuk melawan penyakit yang mencoba menyerang.............................2 b. Imunisasi Tetanus Toksoid..................................................................................5 Imunisasi Tetanus Toksoid adalah proses untuk membangun kekebalan sebagai upaya pencegahan terhadap infeksi tetanus (Idanati, 2005)....................................6 Vaksin Tetanus yaitu toksin kuman tetanus yang telah dilemahkan dan kemudian dimurnikan (Setiawan, 2006)...................................................................................6 TRIAGE PREHOSPITAL................................................................................................10 i. DIAGNOSA KEPERAWATAN...............................................................................20 ii. RENCANA TINDAKAN DAN TINDAKAN KEPERAWATAN......................................21 iii. EVALUASI......................................................................................................21 BAB III.......................................................................................................................22 PENUTUP...................................................................................................................22 iii

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................23 http://catatanetja.wordpress.com/2007/12/26/pertolongan-pertama-pada-gawatdarurat-ppgd/......................................................................................................23

iv

BAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang Sejak tahun 1983 anak sekolah merupakan salah satu sasaran program imunisasi untuk mencegah penyakit difteri dan tetanus. Imunisasi DT 2 dosis diberikan pada siswa SD kelas I dan TT 2 dosis selang 1 bulan pada siswa kelas VI. Memasuki tahun 1990 cakupan imunisasi DPT 3 pada bayi diatas 80%, sehingga dapat dikatakan bahwa lebih dari 80% anak yang masuk SD pada tahun 1997 telah memiliki kekebalan terhadap difteri, pertusis dan tetanus. Pada tahun 1998, mulai dilaksanakan bulan imunisasi anak sekolah (BIAS), secara serentak. Imunisasi disesuaikan dengan jadwal pemberian 5 dosis TT pada Wanita Usia Subur (WUS), yaitu imunisasi dasar DPT dianggap setara TT 2 dosis, pada siswa SD kelas I hanya diberikan 1 kali DT, pada siswa kelas II dan III, diberikan TT masing-masing 1 dosis. Dengan demikian diharapkan setelah lulus SD mereka telah mendapat imunisasi TT 5 dosis. Pada saatnya nanti imunisasi pada wanita usia subur akan dapat dihentikan. Setelah tercapainya cakupan imunisasi DPT >80%, maka diperlukan perubahan jadwal imunisasi. Untuk itu perlu adanya data dasar status kekebalan terhadap difteri dan tetanus pada umur sasaran. B. Pemberian Imunisasi sebagai salah satu upaya preventif untuk mencegah Penyakit melalui kekebalan tubuh harus dilaksanakan secara terus menerus, menyeluruh dan dilaksanakan sesuai standar, sehingga mampu memberikan perlindungan kesehatan dan memutus mata rantai penularan penyakit. Disamping Imunisasi rutin perlu juga diberikan Imunisasi ulangan (Booster) pada anak umur 6 -7 tahun.

C.

Tujuan 1. 2. Memberikan informasi kepada mahasiswa mengenai Imunisasi Tetanus Toksoid. Untuk memenuhi tugas dari dosen Keperawatan Anak.

1

BAB II PEMBAHASAN

a. Definisi ImunisasiImunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang. Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan kekebalan atau resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari penyakit lain diperlukan imunisasi lainnya. Imunisasi biasanya lebih fokus diberikan kepada anak-anak karena sistem kekebalan tubuh mereka masih belum sebaik orang dewasa, sehingga rentan terhadap serangan penyakit berbahaya. Imunisasi tidak cukup hanya dilakukan satu kali, tetapi harus dilakukan secara bertahap dan lengkap terhadap berbagai penyakit yang sangat membahayakan kesehatan dan hidup anak. Tujuan dari diberikannya suatu imunitas dari imunisasi adalah untuk mengurangi angka penderita suatu penyakit yang sangat membahayakan kesehatan bahkan bisa menyebabkan kematian pada penderitanya. Beberapa penyakit yang dapat dihindari dengan imunisasi yaitu seperti hepatitis B, campak, polio, difteri, tetanus, batuk rejan, gondongan, cacar air, tbc, dan lain sebagainya. Macam-macam / jenis-jenis imunisasi ada dua macam, yaitu : Imunisasi pasif yang merupakan kekebalan bawaan dari ibu terhadap penyakit. Imunisasi aktif di mana kekebalannya harus didapat dari pemberian bibit penyakit lemah yang mudah dikalahkan oleh kekebalan tubuh biasa guna membentuk antibodi terhadap penyakit yang sama baik yang lemah maupun yang kuat. Teknik atau cara pemberian imunisasi umumnya dilakukan dengan melemahkan virus atau bakteri penyebab penyakit lalu diberikan kepada seseorang dengan cara suntik atau minum / telan. Setelah bibit penyakit masuk ke dalam tubuh kita maka tubuh akan terangsang untuk melawan penyakit tersebut dengan membantuk antibodi. Antibodi itu umumnya bisa terus ada di dalam tubuh orang yang telah diimunisasi untuk melawan penyakit yang mencoba menyerang. a. Tujuan Imunisasi :

- Mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang. - Menghilangkan penyakit tertentu pada populasi.

2

b. Keberhasilan Imunisasi tergantung faktor: 1. Status Imun Penjamu: 2. genetic 3. kualitas vaksin di antaranya : a. cara pemberian b. Dosis vaksin c. Frekuensi Pemberian d. Ajuvan : Zat yang meningkatkan respon imun terhadap Ag e. Jenis Vaksin.

c. Manfaat Imunisasi Apabila seorang anak telah mendapatkan imunisasi maka akan terhindar dari penyakit infeksi yang ganas. Makin banyak anak yang mendapatkan imunisasi, maka akan terjadi penurunan angka kesakitan dan kematian. Kekebalan individu ini akan mengakibatkan pemutusan rantai penularan penyakit dari anak ke anak lain atau kepada dewasa yang tinggal bersamanya. Inilah yang disebut keuntungan sosial, karena dalam hal ini anak yang tidak diimunisasi juga akan terlindungi (kekebalan komunitas). Menurunnya angka kesakitan akan menurunkan pula biaya perawatan dan pengobatan di rumah sakit, mencegah kematian dan kecacatan yang dapat terjadi yang akan menjadi beban seumur hidup. Dengan mencegah seorang anak dari penyakit infeksi, berarti akan meningkatkan kualitas hidup anak dan meningkatkan daya produktivitasnya kelak.

d. Macam macan Imunisasi : 1. BCG. Vaksin BCG adalah vaksin hidup yang berasal dari bakteri. Vaksin BCG adalah vaksin beku kering seperti campak berbentuk bubuk. Vaksin BCG melindungi anak terhadap penyakit tuberculosis (TBC). Vaksin dibuat dari bibit penyakit hidup yang telah dilemahkan, ditemukan oleh

3

Calmett Guerint. Sebelum menyuntikkan BCG, vaksin harus lebih dulu dilarutkan dengan 4 cc cairan pelarut (NaCl 0,9%). Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan dalam waktu 3 jam. Vaksin akan mudah rusak bila kena sinar matahari langsung. Tempat penyuntikan adalah sepertinya bagian lengan kanan atas. 2. Hepatitis B. Bibit penyakit yang menyebabkan hepatitis B adalah virus. Vaksin hepatitis B dibuat dari bagian virus yaitu lapisan paling luar (mantel virus) yang telah mengalami proses pemurnian. Vaksin hepatitis B akan rusak karena pembekuan dan pemanasan. Vaksin hepatitis B paling baik disimpan pada temperatur 2,8C. 3. Campak. Bibit penyakit yang menyebabkan campak adalah virus. Vaksin yang digunakan adalah vaksin hidup. Kemasan dalam flacon berbentuk gumpalan yang beku dan kering untuk dilarutkan dalam 5 cc pelarut. Sebelum menyuntikkan vaksin ini, harus terlebih dahulu dilarutkan dengan pelarut vaksin (aqua bidest). Disebut beku kering oleh karena pabrik pembuatan vaksin ini pertama kali membekukan vaksin tersebut kemudian mengeringkannya. Vaksin yang telah dilarutkan potensinya cepat menurun dan hanya bertahan selama 8 jam. 4. MMR Imunisasi ditujukan untuk mencegah penyakit gondong, campak, serta campak Jerman. Komplikasi gondong dapat menyebabkan kemandulan pada anak laki-laki, sedang komplikasi rubela (campak Jerman dapat menyebabkan cacat pada janin dari ibu hamil yang tertular atau pernah tertular penyakit ini). 5. Polio. Bibit penyakit yang menyebabkan polio adalah virus, vaksin yang digunakan oleh banyak negara termasuk Indonesia adalah vaksin hidup, berbentuk cairan. 6. Hepatitis A. Penyakit ini sebenarnya tidak berbahaya dan dapat sembuh dengan sendirinya. Tetapi bila terkena penyakit ini penyembuhannya memerlukan waktu yang lama, yaitu sekitar 1 sampai 2 bulan. Jadwal pemberian yang dianjurkan tak berbeda dengan imunisasi hepatitis B. 7. Tetanus toksoid (TT). Vaksin ini merupakan bagian dari vaksin DPT, DT atau sebagai tetanus toxoid (TT). Tetanus disebabkan oleh bakteri yang memproduksi toxin. Vaksin terbuat dari toxin tetanus yang telah dilemahkan, tetanus toxoid akan rusak bila dibekukan dan akan rusak bila kena panas. 8. DPT.

4

Terdiri toxoid difteri, bakteri pertusis dan tetanus toxoid, kadang disebut triple vaksin. Vaksin DPT disimpan pada suhu 2,8C kemasan yang digunakan: -5cc untuk DPT -5cc untuk TT. -5cc untuk DT. Pemberian imunisasi DPT, DT, TT dosisnya adalah 0,5 cc. Vaksin toxoid difteri Vaksin ini merupakan bagian dari DPT atau DT, difteri disebabkan oleh bakteri yang memproduksi racun, vaksin terbuat dari toxoid yaitu racun difteri yang telah dilemahkan. Vaksin difteri akan rusak jika dibekukan dan juga akan rusak oleh panas. Vaksin pertusis. Merupakan bagian dari vaksin DPT, penyebab penyakit pertusis adalah bakteri, vaksin dibuat dari bakteri yang telah dimatikan, akan mudah rusak, bila kena panas, sama seperti vaksin BCG, dalam vaksin DPT komponen pertusis merupakan vaksin yang paling mudah rusak. 9. Thypoid. Imunisasi tipa diberikan untuk mendapatkan kekebalan terhadap demam tifoid (tifus atau paratifus). Kekebalan yang didapat bisa bertahan selama 3 sampai 5 tahun. Oleh karena itu perlu diulang kembali. Imunisasi ini dapat diberikan dalam 2 jenis: imunisasi oral berupa kapsul yang diberikan selang sehari selama 3 kali. Biasanya untuk anak yang sudah dapat menelan kapsul. Sedangkan bentuk suntikan diberikan satu kali. Pada imunisasi ini tidak terdapat efek samping.

b. Imunisasi Tetanus Toksoida.

Pengertian

5

Imunisasi Tetanus Toksoid adalah proses untuk membangun kekebalan sebagai upaya pencegahan terhadap infeksi tetanus (Idanati, 2005). Vaksin Tetanus yaitu toksin kuman tetanus yang telah dilemahkan dan kemudian dimurnikan (Setiawan, 2006). Tetanus adalah infeksi akut karena racun yang dibuat dalam tubuh oleh bakteri Clostridium tetani. Penyakit ini bisa membuat kejang otot, rahang terkancing, gangguan bernapas, dan kematian. Bakterinya terdapat di debu, tanah, lalu masuk ke dalam tubuh manusia melalui luka terpotong, luka terbuka, dan luka terbakar. Macam vaksinnya adalah toksoid, diberikan dalam bentuk suntikan. Vaksinasi tetanus biasanya diberikan sebagai imunisasi dasar pada bayi melalui vaksinasi DPT dan perlu diulang setelah 10 tahun. Vaksin TT biasanya diberikan pada wanita yang akan menikah. Sebenarnya target pemberian imunisasi TT ini adalah bukan wanita yang akan menikah saja, tapi adalah wanita usia subur. Tujuan pemberian imunisasi TT pada wanita usia subur adalah untuk meng-eliminasi penyakit tetanus pada bayi baru lahir (tetanus neonatorum). Pemberian imunisasi TT ini dalam beberapa jenjang yang dapat dicapai seperti murid perempuan kelas 6 SD, saat akan menikah, dan pada saat hamil. Vaksin TT juga dapat diberikan pada laki-laki dewasa. Karena hal ini dapat melindunginya dari bahaya penyakit tetanus. Di Indonesia pemberian imunisasi TT pada laki-laki dewasa tidak termasuk dalam program imunisasi yang wajib, tetapi biasanya diberikan bila seseorang menderita luka yang cukup dalam dan berisiko menimbulkan tetanus. Pemberian imunisasi dasar DTP 3 kali dapat dikonversikan mendapat TT 2 kali. Bila ditambah dengan 1 kali booster akan memberikan proteksi minimal 5 tahun. Bila ditambah dengan dosis ke-4, diharapkan akan memberikan proteksi selama 10 tahun. Dan bila kemudian diberikan TT dosis ke-5 diharapkan dapat memberikan proteksi seumur hidup (20 tahun lagi). Jadi bukan batas maksimal, melainkan pemberian imunisasi TT 5 kali sudah cukup memberikan proteksi yang lama. Adapun manfaat imunisasi TT ibu hamil adalah bisa melindungi bayinya yang baru lahir dari tetanus neonatorum dan melindungi ibu terhadap kemungkinan tetanus apabila terluka.Imunisasi tersebut dapat diberikan pada bumil pada trimester I s/d trimester III, imunisasi ini tidak ada efek sampingnya. Bila pun ada,itu hanya gejala ringan seperti nyeri ,kemerahan dan pembengkakan kecil pada tempat suntikan dan akan hilang dalam 1-2 hari tanpa tindakan pengobatan. Karena tetanus toksoid adalah antigen yang sangat aman untuk Bumil dan juga janin. Hanya 2 kali yaitu tetanus toksoid pertama dapat diberikan sejak diketahui setelah positif hamil dan tetanus toksoid kedua minimal 4 minggu setelah TT pertama. Sedangkan batas terakhir pemberian tetanus toksoid yang kedua adalah minimal 2 minggu sebellum melahirkan. Dan Akan lebih bagus lagi bila iBu imunisasi tetanus toksoid sebelum anda hamil.

6

Upaya pencegahan tetanus neonatorum dilakukan dengan memberikan imunisasi TT (Tetanus Toksoid) pada ibu hamil. Konsep imunisasi TT adalah life long imunization yaitu pemberian imunisasi imunisasi TT 1 sampai dengan TT 5. Skema life long immunization adalah sebagai berikut:1. 2. 3. 4.

TT 0, dilakukan pada saat imunisasi dasar pada bayi. TT 1, dilakukan pada saat imunisasi dasar pada bayi. TT 2, dilakukan pada saat imunisasi dasar pada bayi. TT 3, dilalukan pada saat BIAS (bulan imunisasi anak sekolah) pada kelas TT 4, dilalukan pada saat BIAS (bulan imunisasi anak sekolah) pada kelas TT 5, dilalukan pada saat BIAS (bulan imunisasi anak sekolah) pada kelas

satu.5.

dua.6.

tiga. Kajian status imunisasi ibu hamil meliputi: Skrining status imunisasi pada ibu hamil ketika melakukan pengkajian data ibu hamil. 2. Melengkapi bila belum terlindungi imunisasi TT. 3. Skrining status imunisasi TT pada calon pengantin.1.

1. Pengkajian primer Pengkajian harus cepat tepat untuk mengidentifikasikan masalah actual atau resiko tinggi untuk mempertahankan anggota tubuh dan kehidupan. Prioritas penilaian yang dilakukan : A. Airway B. Breathing C. Circulation D. Desability E. Exposure

7

A. Airway Apabila pasien tak memberikan respon kaji ada tidaknya sumbatan jalan nafas baik sumbatan jalan nafas total maupun partial, dimana sumbatan jalan nafas total apabila tidak segera diatasi dalam waktu 5 sampai 10 menit dapat terjadi apiksial, henti nafas, henti jantung. Obstruksi jalan nafas partial apabila tidak segera diatasi dapat terjadi oedem otak, paru, dan henti nafas yang diikuti henti jantung. Sumbatan jalan nafas partial sering disebabkan oleh : o Dasar lidah bunyi snoring o Benda asing bunyi gurgling o Spasme laring bunyi crowing o spasme bronchus bunyi wheezing

B. Breathing Kaji dengan cara melihat (look), mendengar (listen), merasakan (feel). Memastikan pasien bernafas atau tidak Bila bernafas, pastikan bernafas dengan adequat atau tidak, yaitu : Frekuensi pernafasan Tidal volume Trauma pernafasan Udara yang dikeluarkan dari jalan nafas Ada tidaknya penggunaan otot-otot bantu nafas dan retraksi intercostal, retraksi clavicular. C. Circulation Kaji : Denyut nadi yaitu : Iramanya Kuat lemahnya Jumlah (tachicardi, bradichardi) Dapat juga tidak terabanya nadi, terutama apabila tidak teraba nadi carotis atau nadi femoralis merupakan tanda jantung telah berhenti untuk orang dewasa, sedangkan untuk bayi atau anak apabila tidak teraba pada nadi brachialis.8

Tekanan darah Warna kulit, kelembaban kulit Pengisian kapiler Tanda-tanda perdarahan internal dan eksternal

D. Desability Kaji : Tingkat kesadaran o GCS o AVPU (Alert, respon verbal, respon pain, Unrespon) Ukuran pupil, respon terhadap cahaya Gangguan sensorik motorik

E. Exposure Kaji : Tanda-tanda trauma Oedema

2.

Pengkajian sekunder Pengkajian ini dilakukan setelah pengkajian airway, breathing, circulation ditemukan dan

diatasi. Pengkajian sekunder meliputi : 1. Riwayat penyakit sekarang Alasan masuk rumah sakit Waktu kejadian hingga masuk rumah sakit Mekanisme atau biomekanik Lingkungan keluarga, kerja, masyarakat sekitar 2. Riwayat penyakit dahulu Perawatan yang pernah dialami Penyakit lainnya antara lain DM, Hipertensi, PJK dll

9

3. Riwayat penyakit keluarga Penyakit yang diderita oleh anggota keluarga

4. Pengkajian head to toe Pengkajian kepala leher wajah Pengkajian dada Pengkajian abdomen dan pelvis Pengkajian extremitas Pengkajian tulang belakang 5. Pemeriksaan penunjang antara lain : Pemeriksaan X ray Pemeriksaan laboratorium USG, dll

TRIAGE PREHOSPITALTriage atau triase adalah proses untuk menentukan prioritas perawatan pasien berdasarkan tingkat keparahan kondisi mereka. Hal ini terutama diperlukan ketika sumber daya yang ada tidak mencukupi untuk semua pasien. Kata ini berasal dari bahasa Perancis trier yang berarti memisahkan, memilah dan memilih. Penggagas awalnya adalah Dominique Jean Larrey, seorang dokter bedah Perancis pada Pasukan Napoleon. 1. Single Triage Digunakan untuk keadaan dimana pasien datang satu persatu, seperti misalnya di Instalasi atau casualty Unit Gawat / Darurat MCI (mass bencana terlewati sehari-hari. Atau pada incident) dimana fase akut telah (setelah 5 10 hari). 50 korban

10

tapi kalo 1000 orang

Jika beban jumlah pasien terlalu banyak, atau permasalahan yang ada terlalu kompleks, sistem ini akan kacau. 2. Simple Triage Pada keadaan bencana massal (MCI) awal-awal, dimana sarana transportasi belum ada, atau ada tapi terbatas, dan terutama sekali, belum ada tim medis atau paramedis yang kompeten. Pemilahan dan pemilihan pasien terutama ditujukan untuk prioritas transportasi pasien dan kemudian tingkat keparahan penyakitnya. Biasanya, digunakan triage tag/kartu triase.

11

contoh (di Jepang)

contoh 4 (yang biasa digunakan di sini) contoh 5 (lebih kompleks)

3. S.T.A.R.T. (Simple Triage And Rapid Treatment) Penambahan kata Rapid Treatment berarti ada tim atau orang-orang yang cukup kompeten melakukan perawatan dan penanganan korban/pasien. Jika keadaannya masih melampaui kemampuan penolong, maka START dapat pula berarti Simple Triage and Rapid Transportation. Kategorisasi:

12

Merah

cedera berat

dapat ditolong dapat ditolong dapat ditolong tidak dapat ditolong

penanganan/transportasi segera penanganan/transportasi tidak segera penanganan tidak penting tidak perlu/DVI

cannot wait has to wait can wait Lost

immediate delayed minimal expectant

RTS 12 RTS 10-11 RTS 310 RTS 02

Kuning cedera sedang Hijau Hitam cedera ringan Meninggal

Dahulu masih ada kategori Biru, untuk pasien yang kecenderungan selamatnya kecil atau dapat selamat dengan penanganan yang cepat tetapi kompleks dan rumit. Pasien ini biasanya diletakkan setelah kategori merah. Tapi saat ini kecenderungannya sudah tidak dilakukan kategorisasi untuk ini. Jerman masih memakai ini, tetapi urutan prioritasnya setelah hijau.

TINDAKAN TRIASE SAAT KEADAAN BENCANA Triase (Triage) adalah Tindakan untuk memilah/mengelompokkan korban berdasar beratnya cidera, kemungkinan untuk hidup, dan keberhasilan tindakan berdasar sumber daya (SDM dan sarana) yang tersedia. Tujuan triase pada musibah massal adalah bahwa dengan sumber daya yang minimal dapat menyelamatkan korban sebanyak mungkin. KEBIJAKAN: 1. Memilah korban berdasar: a. Beratnya cidera b. Besarnya kemungkinan untuk hidup c. Fasilitas yang ada / kemungkinan keberhasilan tindakan 2. 3. PROSEDUR: 1. Penderita datang diterima petugas / paramedis UGD. Triase tidak disertai tindakan Triase dilakukan tidak lebih dari 60 detik/pasien dan setiap pertolongan

harus dilakukan sesegera mungkin.

13

2. Diruang triase dilakukan anamnese dan pemeriksaan singkat dan cepat (selintas) untuk menentukan derajat kegawatannya. Oleh paramedis yang terlatih / dokter. 3. Namun bila jumlah penderita/korban yang ada lebih dari 50 orang, maka triase dapat dilakukan di luar ruang triase (di depan gedung IGD). 4. Penderita dibedakan menurut kegawatnnya dengan memberi kode warna : Segera- Immediate (I)- MERAH. Pasien mengalami cedera mengancam jiwa yang kemungkinan besar dapat hidup bila ditolong segera. Misalnya : Tension pneumothorax, distress pernafasan (RR< 30x/mnt), perdarahan internal vasa besar dsb. Tunda-Delayed (II)-KUNING. Pasien memerlukan tindakan defintif tetapi tidak ada ancaman jiwa segera. Misalnya : Perdarahan laserasi terkontrol, fraktur tertutup pada ekstrimitas dengan perdarahan terkontrol, luka bakar