makalah gadar rjp yurike herlina

38
MAKALAH KEPERAWATAN KEGAWAT DARURATAN RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP) Dosen Pembimbing : Yayan Heryanto, S.Kep Disusun Oleh : YURIKE HERLINA Tingkat 2A

Upload: sopan-supriadi

Post on 23-Nov-2015

111 views

Category:

Documents


14 download

DESCRIPTION

Makalah Gadar RJP Sopandi

TRANSCRIPT

MAKALAH KEPERAWATAN KEGAWAT DARURATANRESUSITASI JANTUNG PARU (RJP)

Dosen Pembimbing : Yayan Heryanto, S.Kep

Disusun Oleh :

YURIKE HERLINATingkat 2A

AKADEMI KEPERAWATAN KABUPATEN SUBANGJl. Brigjen Katamso No. 37 Subang Tlp/Fax. (0260) 4125202014KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-Nya kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini dengan judul:RESUSITASI JANTUNG PARU yang ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Gawat Darurat.Dalam penyusunan makalah ini, banyak pihak yang telah membantu dan membimbing kami baik secara moril maupun materil, maka kami mengucapkan terimakasih kepada :1. Ibu Kholis Nur Handayani, S.Kp,M.Kep selaku direktur Akper Pemerintah Kabupaten Subang2. Bapak Yayan Heryanto, S.Kep., selaku dosen pembimbing mata kuliah Keperawatan Kegawat Daruratan

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan sarannya yang membangun. Dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman. Amin.

Subang, Juli 2014

Penulis

DAFTAR ISI

Daftar IsiKata PengantarBAB I PENDAHULUANA. Latar BelakangB. TujuanBAB II PEMBAHASANA. Pengertian Resusitasi Jantung ParuB. Indikasi Resusitasi Jantung ParuC. Tahap-tahap Resusitasi Jantung ParuD. Prosedur-Prosedur Resusitasi Jantung ParuBAB III PENUTUPA. KesimpulanB. SaranDAFTAR PUSTAKA

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangResusitasi merupakan upaya yang dilakukan terhadap penderita atau korban yang berada dalam keadaan gawat atau kritis untuk mencegah terjadinya kematian. Gawat adalah keadaan yang berkenaan dengan suatu penyakit atau kondisi lainnya yang mengancam jiwa, sedangkan darurat adalah keadaan yang terjadi tiba-tiba dan tidak diperkirakan sebelumnya, suatu kecelakaan, kebutuhan yang segera atau mendesak.Untuk mencapai keberhasilan resusitasi diperlukan kerjasama yang baik dalam satu tim, mengingat banyaknya langkah yang harus dilaksanakan dalam tindakan tersebut. Keberhasilan tidak semata-mata dipengaruhi keterampilan dalam tindakan resusitasi, namun juga dipengaruhi oleh kelancaran komunikasi dan dinamika kelompok.Resusitasi jantung paru (RJP) terdiri atas Bantuan Hidup Dasar (BHD) dan Bantuan Hidup Lanjutan (BHL). Bantuan hidup dasar adalah suatu tindakan resusitasi tanpa menggunakan alat atau dengan alat yang terbatas seperti bag-mask ventilation, sedangkan pada bantuan hidup lanjut menggunakan alat dan obat resusitasi sehingga penanganan lebih optimal.Saat jantung berhenti oksigenasi akan berhenti pula dan menyebabkan gangguan otak yang tidak dapat diperbaiki walaupun terjadi dalam hitungan detik sampai beberapa menit. Apabila henti sirkulasi mendadak terjadi, gejala yang muncul dalam waktu singkat adalah tak terabanya nadi, 10-20 detik tidak sadar, 15-30 detik henti nafas, 60-90 detik dilatasi pupil dan tidak reaktif. Kematian dapat terjadi dalam 8 hingga 10 menit, sehingga waktu merupakan hal yang sangat penting saat kita menolong korban.

B. TujuanMahasiswa/i Akper Pemda Subang dapat memahami dan mengerti :1. Pengertian Resusitasi Jantung Paru ( RJP )2. Konsep Prinsip RJP3. Persiapan Pasien4. Persiapan Alat5. Prosedur RJP6. Demontrasi7. Evalusi

BAB IIPEMBAHASAN

A. Pengertian Resusitasi Jantung ParuResusitasi jantung paru (RJP) adalah metode untuk mengembalikan fungsi pernapasan dan sirkulasi pada pasien yang mengalami henti napas dan henti jantung yang tidak diharapkan mati pada saat itu. Metode ini merupakan kombinasi pernapasan buatan dan bantuan sirkulasi yang bertujuan mencukupi kebutuhan oksigen otak dan substrat lain sementara jantung dan paru tidak berfungsi.

B. 4 Konsep 4 Prinsip RJP1. A : (AIRWAY) Jalan Nafasa. Pemeriksaan Jalan NafasUntuk memastikan jalan nafas bebas dari sumbatan karena benda asing. Bila sumbatan ada dapat dibersihkan dengan teknik cross finger ( ibu jari diletakkan berlawan dengan jari telunjuk pada mulut korban).Cara melakukan tehnik cross finger1) Silangkan ibu jari dan telunjuk penolong2) Letakkan ibu jari pada gigi seri bawah korban/pasien dan jari telunjuk pada gigi seri atas3) Lakukan gerakan seperti menggunting untuk membuka mulut pasien/korban.4) Periksa mulut setelah terbuka apakah ada cairan,benda asing yang menyumbat jalan nafas.b. Membuka Jalan NafasPada pasien/korban tidak sadar tonus otot menghilang, maka lidah dan epiglotis akan menutup faring dan laring sehingga menyebabkan sumbatan jalan nafas. Keadaan ini dapat dibebaskan dengan tengadah kepala topang dahi (Head tild Chin lift) dan manuver pendorongan mandibula (Jaw thrush manuver).

Cara melakukan tehnik Head tilt chin lift.a. Letakkan tangan pada dahi pasien/korbanb. Tekan dahi sedikit mengarah ke depan dengan telapak tangan penolongc. Letakkan ujung jari tangan lainnya dibawah bagian ujung tulang rahang pasien/korband. Tengadahkan kepala dan tahan/tekan dahi pasien/korban secara bersamaan sampai kepala pasien/korban pada posisi ekstensi.

Cara melakukan tehnik jaw thrust manuvera. Letakkan kedua siku penolong sejajar dengan posisi pasien/korbanb. Kedua tangan memegang sisi kepala pasien/korbanc. Penolong memegang kedua sisi rahangd. Kedua tangan penolong menggerakan rahang ke posisi depan secara perlahane. Pertahankan posisi mulut pasien/korban tetap terbuka

2. B : ( BREATHING) Bantuan NafasPrinsipnya adalah memberikan 2 kali ventilasi sebelum kompresi dan memberikan 2 kali ventilasi per 10 detik pada saat setelah kompresi. Terdiri dari 2 tahap :1. Memastikan pasien/korban tidak bernafasDengan cara : Look : Lihat apakah ada gerakan dada (gerakan bernapas), apakah gerakan tersebut simetris?mendengar bunyi nafas (listen): Dengarkan apakah ada suara nafas normal, dan apakah ada suara nafas tambahan yang abnormal (bisa timbul karena ada hambatan sebagian). Feel : Rasakan dengan pipi pemeriksa apakah ada hawa napas dari korban ?Jika ternyata pasien masih bernafas, maka hitunglah berapa frekuensi pernapasan pasien itu dalam 1 menit (Pernapasan normal adalah 12 -20 kali permenit).

Jenis-jenis suara nafas tambahan karena hambatan sebagian jalan nafas :a. Snoring : suara seperti ngorok, kondisi ini menandakan adanya kebuntuan jalan napas bagian atas oleh benda padat, jika terdengar suara ini maka lakukanlah pengecekan langsung dengan cara cross-finger untuk membuka mulut (menggunakan 2 jari, yaitu ibu jari dan jari telunjuk tangan yang digunakan untuk chin lift tadi, ibu jari mendorong rahang atas ke atas, telunjuk menekan rahang bawah ke bawah). Lihatlah apakah ada benda yang menyangkut di tenggorokan korban (eg: gigi palsu dll). Pindahkan benda tersebutb. Gargling : suara seperti berkumur, kondisi ini terjadi karena ada kebuntuan yangdisebabkan oleh cairan (eg: darah), maka lakukanlah cross-finger (seperti di atas), lalu lakukanlah finger-sweep (sesuai namanya, menggunakan 2 jari yang sudah dibalut dengan kain untuk menyapu rongga mulut dari cairan-cairan).c. Crowing : suara dengan nada tinggi, biasanya disebakan karena pembengkakan (edema) pada trakea, untuk pertolongan pertama tetap lakukan maneuver head tilt and chin lift atau jaw thrust saja.

Jika suara napas tidak terdengar karena ada hambatan total pada jalan napas, maka dapat dilakukan :a. Back Blow sebanyak 5 kali, yaitu dengan memukul menggunakan telapak tangan daerah diantara tulang scapula di punggungb. Heimlich Maneuver, dengan cara memposisikan diri seperti gambar, lalu menarik tangan ke arah belakang atas.c. Chest Thrust, dilakukan pada ibu hamil, bayi atau obesitas dengan cara memposisikan diri seperti gambar lalu mendorong tangan kearah dalam atas.

Listen : Jika frekuensi nafas normal, pantau terus kondisi pasien dengan tetap melakukan Look Listen and Feel. Jika frekuensi nafas < 12-20 kali permenit, berikan nafas bantuan (detail tentang nafas bantuan dibawah) Jika pasien mengalami henti nafas berikan nafas buatan (detail tentang nafas buatan dibawah)Setelah diberikan nafas buatan maka lakukan permeriksaan nadi karotis yang terletak di leher (periksa dengan 2 jari, letakkan jari di tonjolan di tengah tenggorokan, lalu gerakkan jari ke samping, sampai terhambat oleh otot leher (Sternocleidomastoideus), rasakanlah denyut nadi karotis selama 10 detik.

Pengecekan Nadi Karotis Jika tidak ada denyut nadi maka lakukanlah Pijat Jantung (figure D dan E , figure F pada bayi), diikuti dengan nafas buatan (figure A, B dan C),ulang sampai 6 kali siklus pijat jantung-napas buatan, yang diakhiri dengan pijat jantung.

Pijat Jantung (figure D dan E, figure F pada bayi),diikuti dengan nafas buatan (figure A,B dan C). Cek lagi nadi karotis (dengan metode seperti diatas) selama 10 detik, jika teraba lakukan Look Listen and Feel (kembali ke poin 11) lagi. jika tidak teraba ulangi poin nomer 17. Pijat jantung dan nafas buatan dihentikan jikaa. Penolong kelelahan dan sudah tidak kuat lagib. Pasien sudah menunjukkan tanda-tanda kematian (kaku mayat)c. Bantuan sudah datingd. Teraba denyut nadi karotis Setelah berhasil mengamankan kondisi diatas periksalah tanda-tanda shock pada pasien :a. Denyut nadi >100 kali per menitb. Telapak tangan basah dingin dan pucatc. Capilarry Refill Time > 2 detik ( CRT dapat diperiksa dengan cara menekan ujung kuku pasien dg kuku pemeriksa selama 5 detik, lalu lepaskan, cek berapa lama waktu yang dibutuhkan agar warna ujung kuku merah lagi) Jika pasien shock, lakukan Shock Position pada pasien, yaitu dengan mengangkat kaki pasien setinggi 45 derajat dengan harapan sirkulasi darah akan lebih banyak ke jantung Pertahankan posisi shock sampai bantuan datang atau tanda-tanda shock menghilang Jika ada pendarahan pada pasien, coba lah hentikan perdarahan dengan cara menekan atau membebat luka (membebat jangan terlalu erat karena dapat mengakibatkan jaringan yang dibebat mati) Setelah kondisi pasien stabil, tetap monitor selalu kondisi pasien dengan Look Listen and Feel, karena pasien sewaktu-waktu dapat memburuk secara tiba-tiba.

Nafas BantuanNafas Bantuan adalah nafas yang diberikan kepada pasien untuk menormalkan frekuensi nafas pasien yang di bawah normal. Misal frekuensi napas : 6 kali per menit, maka harus diberi nafas bantuan di sela setiap nafas spontan dia sehingga total nafas permenitnya menjadi normal (12 kali).1. Memberikan bantuan nafasBantuan nafas dapat dilakukan melalui mulut ke mulut, mulut ke hidung, mulut ke stoma (lubang yang dibuat pada tenggorokan). Bantuan nafas diberikan sebanyak 2 kali, waktu tiap kali hembusan 1,5 2 detik dan volume 700 ml 1000 ml (10 ml/kg atau sampai terlihat dada pasien/korban mengembang. Konsentrasi oksigen yang diberikan 16 17 %. Perhatikan respon pasien.

Prosedurnya :1. Posisikan diri di samping pasien2. Jangan lakukan pernapasan mouth to mouth langsung, tapi gunakan lah kain sebagai pembatas antara mulut anda dan pasien untuk mencegah penularan penyakit penyakit.3. Sambil tetap melakukan chin lift, gunakan tangan yang tadi digunakan untuk head tilt untuk menutup hidung pasien (agar udara yang diberikan tidak terbuang lewat hidung).4. Mata memperhatikan dada pasien5. Tutupilah seluruh mulut korban dengan mulut penolong

Cara memberikan bantuan pernafasan :i. Mulut ke mulutMerupakan cara yang cepat dan efektif. Pada saat memberikan penolong tarik nafas dan mulut penolong menutup seluruhnya mulut pasien/korban dan hidung pasien/korban harus ditutup dengan telunjuk dan ibu jari penolong. Volume udara yang berlebihan dapat menyebabkan udara masuk ke lambung. ii. Mulut ke hidungbantuan dari mulut korban tidak memungkinkan,misalnya pasien/korban mengalami trismus atau luka berat. Penolong sebaiknya menutup mulut pasien/korban pada saat memberikan bantuan nafas.iii. Mulut ke stomaDilakukan pada pasien/korban yang terpasang trakheostomi atau mengalami laringotomi.

3. C : (CIRCULATION) bantuan sirkulasiProsedur pijat jantung :1. Posisikan diri di samping pasien2. Posisikan tangan seperti gambar di center of the chest (tepat ditengah-tengah dada)3. Posisikan tangan tegak lurus korban seperti gambar4.Tekanlah dada korban menggunakan tenaga yang diperoleh dari sendi panggul (hip joint)5. Tekanlah dada kira-kira sedalam 4-5 cm (seperti gambar kiri bawah)6. Setelah menekan, tarik sedikit tangan ke atas agar posisi dada kembali normal (seperti gambar kanan atas)7. Satu set pijat jantung dilakukan sejumlah 30 kali tekanan, untuk memudahkan menghitung dapat dihitung dengan cara menghitung sebagai berikut :Satu Dua Tiga Empat SATUSatu Dua Tiga Empat DUASatu Dua Tiga Empat TIGASatu Dua Tiga Empat EMPATSatu Dua Tiga Empat LIMASatu Dua Tiga Empat ENAM8. Prinsip pijat jantung adalah :a. Push deepb. Push hardc. Push fastd. Maximum recoil (berikan waktu jantung relaksasi)e. Minimum interruption (pada saat melakukan prosedur ini penolong tidak boleh diinterupsi).

4. D : (DEFIBRILATION) terapi listrikTerapi dengan memberikan energi listrik dilakukan pada pasien/korban yang penyebab henti jantung adalah gangguan irama jantung. Penyebab utama adalah ventrikel takikardi atau ventrikel fibrilasi. Pada penggunaan orang awam tersedia AED.Penilai ulang :Sesudah 4 siklus ventilasi dan kompresi kemudian pasien/korban dievaluasi kembali :i. Jika tidak ada denyut jantung dilakukan kompresi dan bantuan nafas dengan ratio 30 : 2ii. Jika ada nafas dan denyut jantung teraba letakkan korban pada posisi sisi mantapiii. Jika tidak ada nafas tetapi teraba denyut jantung, berikan bantuan nafas sebanyak 12 kali permenit dan monitor denyut jantung setiap saat.

C. Persiapan Pasien Keluarga diberi penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan Posisi pasien diatur terlentang di tempat datar dan alas keras Baju bagian atas pasien dibuka

D. Persiapan Alat Alat Alat pelindung diri (masker, handscoen) Trolly emergency yang berisi :1. Laryngoscope lurus dan bengkok (anak dan dewasa)2. Magil force3. Pipa trakhea berbagai ukuran4. Trakhea tube berbagai ukuran5. Gudel berbagai ukuran6. CVP set7. Infus set/blood set8. Papan resusitasi9. Gunting verband10. Bag resuscitator lengkap11. Semprit 10 cc jarum no. 18 Set therapy oksigen lengkap dan siap pakai Set penghisap sekresi lengkap dan siap pakai EKG record EKG monitor bila memungkinkan DC shock lengkapE. Prosedur RJP1. Kewaspadaan Terhadap Bahaya [DANGER]a. Penolong mengamankan diri sendiri dengan memakai alat proteksi diri (APD). ALat proteksi yang paling dianjurkan adalah sarung tangan untuk mencegah terjadinya penularan penyakit dari korban kepada penolong.b. Selanjutnya penolong mengamankan lingkungan dari kemungkinan bahaya lain yang mengancam, seperti adanya arus listrik, ancaman kejatuhan benda (falling object),c. Setelah penolong dan lingkungan aman maka selanjutnya meletakan korban pada tempat yang rata, keras, kering dan jauh dari bahaya.2. Cek Respons / Penilaian Kesadarana. Cek kesadaran korban dengan memanggil dan menepuk bahunya.b. Jika dengan memanggil dan menepuk tidak ada respos, maka lakukan pengecekan kesadaran dengan melakukan Rangsangan Nyeri. lakukan rangsang nyeri dengan menekan tulang dada korban dengan cara penolong menekuk jari-jari tangan kanan, lalu tekan dengan sudut ruas jari-jari tangan yang telah ditekuk.c. Jika tidak ada respon dengan rangsany nyeri berarti korban tidak sadar dan dalam kondisi koma.3. C. Panggil Bantuan / Call For Helpa. Jika korban tidak berespons selanjutnya penolong harus segera memanggil bantuan baik dengan cara berteriak, menelepon, memberi tanda pertolongan (SOS) dan cara lainya. BERTERIAK : Memanggil orang disekitar lokasi kejadian agar membantu pertolongan atau disuruh mencari pertolongan lebih lanjut. Jika ada AED (Automatic External Defibrilation) maka suruh penolong lain untuk mengambil AED. MENELEPON : menghubungi pusat bantuan darurat (emergency call number) sesuai dengan nomor dilokasi / negara masing-masing. Seperti : 911, 118, 112, 113, 999, 000, 555 dan lain-lain. EMERGENCY SIGNAL : dengan membuat asap, kilauan cahaya, suar dan lain-lain jika lokasi ada didaerah terpencil.4. Cek Nadia. Pengecekan nadi korban dilakukan untuk memastikan apakah jantung korban masih berdenyut atau tidak.b. Pada orang dewasa pengecekan nadi dilakukan pada nadi leher (karotis) dengan menggunakan 2 jari. Caranya letakan 2 jari tangan pada jakun (tiroid) kemudian tarik ke arah samping sampe terasa ada lekukan rasakan apakah teraba atau tidak denyut nadi korban.c. Pada bayi pengecekan nadi dilakukan pada lengan atas bagian dalam. Dengan menggunakan 2 jari rasakan ada tidaknya denyut nadi pada lengan atas bagian dalam korban.d. Jika nadi tidak teraba berarti korban mengalami henti jantung, maka segera lakukan penekanan / kompresi pada dada korban.e. Jika nadi teraba berarti jantung masih berdenyut maka lanjutkan dengan membukaan jalan napas dan pemeriksanaan napas.5. Kompresi Dadaa. Jika korban tidak teraba nadinya berarti jantungnya berhenti berdenyut maka harus segera dilakukan penekanan / kompresi dada sebanyak 30 kali.b. CARANYA : posisi penolong sejajar dengan bahu korban. Letakan satu tumit tangan diatas tulang dada, lalu letakan tangan yang satu lagi diatas tangan yang sudah diletakan diatas tulang dada. Setelah lalu tekan dada korban denga menjaga siku tetap lurus.c. Tekan dada korban sampai kedalaman sepertiga dari ketebalan dada atau 3-5 cm / 1-2 inci (korban dewasa), 2-3 cm (Pada anak), 1-2 cm (bayi)6. Buka Jalan Napasa. Setelah melakukan kompresi selanjutnya membuka jalan napas.b. Buka jalan napas dengan menengadahkan kepala korban.c. Pada korban trauma yang dicurigai mengalami patah tulang leher melakukan jalan napas cukup dengan mengangkat dagu korban.7. Memberikan Napas Buatana. Jika korban masih teraba berdenyut nadinya maka perlu dilakukan pemeriksaan apakah masih bernapas atau tidak. Pemeriksaaan pernapasan dilakukan dengan Melihat ada tidaknya pergerakan dada (LOOK), mendengarkan suara napas (LISTEN) dan merasakan hembusan napas (FEEL).b. Jika korban berdenyut jantungnya tetapi tidak bernapas maka hanya diberikan napas buatan saja sebanyak 12-20 kali per menit.c. Jika korban masih berdenyut jantungnya dan masih bernapas maka korban dimiringkan agar ketika muntah tidak terjadi aspirasi.d. Korban yang berhenti denyut jantungnya / tidak teraba nadi maka tidak perlu dilakukan pemeriksaan pernapasan karena sudah pasti berhenti napasnya, penolong setelah melakukan kompresi dan membuka jalan napas langsung memberikan napas buatan sebanyak 2 kali.

F. DemontrasiPrinsip pemeriksaan primer adalah bantuan napas dan bantuan sirkulasi. Untuk dapat mengingat dengan mudah tindakan survei primer dirumuskan dengan abjad A, B, C, yaitu :A airway (jalan napas)B breathing (bantuan napas)C circulation (bantuan sirkulasi)Sebelum melakukan tahapan A (airway), harus terlebih dahulu dilakukan prosedur awal pada korban/pasien, yaitu :1. Memastikan keamanan lingkungan bagi penolong2. Memastikan kesadaran dari korban/pasien.Untuk memastikan korban dalam keadaan sadar atau tidak penolong harus melakukan upaya agar dapat memastikan kesadaran korban/pasien, dapat dengan cara menyentuh atau menggoyangkan bahu korban/pasien dengan lembut dan mantap untuk mencegah pergerakan yang berlebihan, sambil memanggil namanya atau Pak !!! / Bu!!! / Mas!!! /Mbak !!!.

3. Meminta pertolongan.Jika ternyata korban/pasien tidak memberikan respon terhadap panggilan, segera minta bantuan dengan cara berteriak Tolong !!! untuk mengaktifkan sistem pelayanan medis yang lebih lanjut.4. Memperbaiki posisi korban/pasien.Untuk melakukan tindakanRJP yang efektif, korban/pasien harus dalam posisi terlentang dan berada pada permukaan yang rata dan keras. jika korban ditemukan dalam posisi miring atau tengkurap, ubahlah posisi korban ke posisi terlentang. Ingat! penolong harus membalikkan korban sebagai satu kesatuan antara kepala, leher dan bahu digerakkan secara bersama-sama. Jika posisi sudah terlentang, korban harus dipertahankan pada posisi horisontal dengan alas tidur yang keras dan kedua tangan diletakkan di samping tubuh.5. Mengatur posisi penolong.Segera berlutut sejajar dengan bahu korban agar saat memberikan bantuan napas dan sirkulasi, penolong tidak perlu mengubah posisi atau menggerakkan lutut.See Picture:

(Posisi Penolong Yang Benar)A. (AIRWAY) Jalan NapasSetelah selesai melakukan prosedur dasar, kemudian dilanjutkan dengan melakukkan tindakan :1. Pemeriksaan jalan napas Tindakan ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya sumbatan jalan napas oleh benda asing. Jika terdapat sumbatan harus dibersihkan dahulu, kalau sumbatan berupa cairan dapat dibersihkan dengan jari telunjuk atau jari tengah yang dilapisi dengan sepotong kain, sedangkan sumbatan oleh benda keras dapat dikorek dengan menggunakan jari telunjuk yang dibengkokkan. Mulut dapat dibuka dengan tehnik Cross Finger, dimana ibu jari diletakkan berlawanan dengan jari telunjuk Pada mulut korban.2. Membuka jalan napas Setelah jalan napas dipastikan bebas dari sumbatan benda asing, biasa pada korban tidak sadar tonus otot-otot menghilang, maka lidah dan epiglotis akan menutup farink dan larink, inilah salah satu penyebab sumbatan jalan napas. Pembebasan jalan napas oleh lidah dapat dilakukan dengan cara Tengadah kepala topang dagu (Head tild chin lift) dan Manuver Pendorongan Mandibula (Rahang Bawah). B. (BREATHING) Bantuan napasPrinsipnya adalah memberikan 2 kali ventilasi sebelum kompresi dan memberikan 2 kali ventilasi per 10 detik pada saat setelah kompresi. Terdiri dari 2 tahap :1. Memastikan korban/pasien tidak bernapas. Dengan cara melihat pergerakan naik turunnya dada, mendengar bunyi napas dan merasakan hembusan napas korban/pasien. Untuk itu penolong harus mendekatkan telinga di atas mulut dan hidung korban/pasien, sambil tetap mempertahankan jalan napas tetap terbuka. Prosedur ini dilakukan tidak boleh melebihi 10 detik.

2. Memberikan bantuan napas. Jika korban/pasien tidak bernapas, bantuan napas dapat dilakukkan melalui mulut ke mulut, mulut ke hidung atau mulut ke stoma (lubang yang dibuat pada tenggorokan) dengan cara memberikan hembusan napas sebanyak 2 kali hembusan, waktu yang dibutuhkan untuk tiap kali hembusan adalah 1,5 2 detik dan volume udara yang dihembuskan adalah 7000 1000 ml (10 ml/kg) atau sampai dada korban/pasien terlihat mengembang. Penolong harus menarik napas dalam pada saat akan menghembuskan napas agar tercapai volume udara yang cukup. Konsentrasi oksigen yang dapat diberikan hanya 16 17%. Penolong juga harus memperhatikan respon dari korban/pasien setelah diberikan bantuan napas.

Cara memberikan bantuan pernapasan : Mulut ke mulutBantuan pernapasan dengan menggunakan cara ini merupakan cara yang tepat dan efektif untuk memberikan udara ke paru-paru korban/pasien. Pada saat dilakukan hembusan napas dari mulut ke mulut, penolong harus mengambil napas dalam terlebih dahulu dan mulut penolong harus dapat menutup seluruhnya mulut korban dengan baik agar tidak terjadi kebocoran saat mengghembuskan napas dan juga penolong harus menutup lubang hidung korban/pasien dengan ibu jari dan jari telunjuk untuk mencegah udara keluar kembali dari hidung. Volume udara yang diberikan pada kebanyakkan orang dewasa adalah 700 1000 ml (10 ml/kg). Volume udara yang berlebihan dan laju inpirasi yang terlalu cepat dapat menyebabkan udara memasuki lambung, sehingga terjadi distensi lambung. Mulut ke hidungTeknik ini direkomendasikan jika usaha ventilasi dari mulut korban tidak memungkinkan, misalnya pada Trismus atau dimana mulut korban mengalami luka yang berat, dan sebaliknya jika melalui mulut ke hidung, penolong harus menutup mulut korban/pasien. Mulut ke StomaPasien yang mengalami laringotomi mempunyai lubang (stoma) yang menghubungkan trakhea langsung ke kulit. Bila pasien mengalami kesulitan pernapasan maka harus dilakukan ventilasi dari mulut ke stoma.C. CIRCULATION) Bantuan sirkulasiTerdiri dari 2 tahapan :1. Memastikan ada tidaknya denyut jantung korban/pasien. Ada tidaknya denyut jantung korban/pasien dapat ditentukan dengan meraba arteri karotis di daerah leher korban/ pasien, dengan dua atau tiga jari tangan (jari telunjuk dan tengah) penolong dapat meraba pertengahan leher sehingga teraba trakhea, kemudian kedua jari digeser ke bagian sisi kanan atau kiri kira-kira 1 2 cm raba dengan lembut selama 5 10 detik. Jika teraba denyutan nadi, penolong harus kembali memeriksa pernapasan korban dengan melakukan manuver tengadah kepala topang dagu untuk menilai pernapasan korban/pasien. Jika tidak bernapas lakukan bantuan pernapasan, dan jika bernapas pertahankan jalan napas.

2. Memberikan bantuan sirkulasi. Jika telah dipastikan tidak ada denyut jantung, selanjutnya dapat diberikan bantuan sirkulasi atau yang disebut dengan kompresi jantung luar, dilakukan dengan teknik sebagai berikut : Dengan jari telunjuk dan jari tengah penolong menelusuri tulang iga kanan atau kiri sehingga bertemu dengan tulang dada (sternum).

Dari pertemuan tulang iga (tulang sternum) diukur kurang lebih 2 atau 3 jari ke atas. Daerah tersebut merupakan tempat untuk meletakan tangan penolong dalam memberikan bantuan sirkulasi.

Letakkan kedua tangan pada posisi tadi dengan cara menumpuk satu telapak tangan di atas telapak tangan yang lainnya, hindari jari-jari tangan menyentuh dinding dada korban/pasien, jari-jari tangan dapat diluruskan atau menyilang. Dengan posisi badan tegak lurus, penolong menekan dinding dada korban dengan tenaga dari berat badannya secara teratur sebanyak 30 kali (dalam 15 detik = 30 kali kompresi) dengan kedalaman penekanan berkisar antara 1.5 2 inci (3,8 5 cm).

Tekanan pada dada harus dilepaskan keseluruhannya dan dada dibiarkan mengembang kembali ke posisi semula setiap kali melakukan kompresi dada. Selang waktu yang dipergunakan untuk melepaskan kompresi harus sama dengan pada saat melakukan kompresi. (50% Duty Cycle). Tangan tidak boleh lepas dari permukaan dada dan atau merubah posisi tangan pada saat melepaskan kompresi. Rasio bantuan sirkulasi dan pemberian napas adalah 30 : 2 (Tiap 15 detik = 30 kompresi dan 2 kali tiupan nafas), dilakukan baik oleh 1 atau 2 penolong. Dari tindakan kompresi yang benar hanya akan mencapai tekanan sistolik 60 80 mmHg, dan diastolik yang sangat rendah, sedangkan curah jantung (cardiac output) hanya 25% dari curah jantung normal. Selang waktu mulai dari menemukan pasien dan dilakukan prosedur dasar sampai dilakukannya tindakan bantuan sirkulasi (kompresi dada) tidak boleh melebihi 30 detik.

G. Evaluasi Evaluasi nadi, tanda-tanda sirkulasi dan pernafasan setiap 5 siklus CPR 30 : 2 Jika nadi tidak teraba (bila nadi sulit ditentukan dan tidak didapatkan tanda-tanda sirkulasi, perlakukan sebagai henti jantung), lanjutkan CPR 30 : 2 Jika nadi teraba, periksa pernafasan Jika tidak ada nafas, lakukan nafas bantuan 12 x/menit (satu tiupan tiap 5 detik) dengan hitungan satu ribu, dua ribu, tiga ribu, empat ribu setelah tiap tiupan. Ulangi sampai 12 x tiupan /menit Korban harus diletakkan dalam Recovery Potition bila nadi dan nafas adekuat Evaluasi nadi, tanda-tanda sirkulasi dan pernafasan tiap beberapa menit

BAB IIIPENUTUP

A. KesimpulanResusitasi merupakan upaya yang dilakukan terhadap penderita atau korban yang berada dalam keadaan gawat atau kritis untuk mencegah terjadinya kematian. Gawat adalah keadaan yang berkenaan dengan suatu penyakit atau kondisi lainnya yang mengancam jiwa, sedangkan darurat adalah keadaan yang terjadi tiba-tiba dan tidak diperkirakan sebelumnya, suatu kecelakaan, kebutuhan yang segera atau mendesak.Tujuan RJP adalah untuk mengembalikan peredaran jantung/bernafas selama 3-10 menit. Indikasi dilakukan resusitasi jantung paru adalah orang/pasien yang tidak sadar seperti : tenggelam, stroke, benda asing disaluran nafas, overdosis obat, tersengat listrik.Ratio kompresi : ventilasi = 30 : 2Resusitasi Jantung Paru (RJP) atau Cardiopulmonary Resuscitation (CPR)adalah suatu tindakan darurat sebagai suatu usaha untuk mengembalikan keadaanhenti nafas atau henti jantung (kematian klinis) ke fungsi optimal, guna mencegahkematian biologis. Kematian klinis ditandai dengan hilangnya nadi arteri carotisdan arteri femoralis, terhentinya denyut jantung dan pembuluh darah ataupernafasan dan terjadinya penurunan atau kehilangan kesadaran. Kematianbiologis dimana kerusakan otak tak dapat diperbaiki lagi, dapat terjadi dalam 4menit setelah kematian klinis. Oleh Karena itu, berhasil atau tidaknya tindakanRJP tergantung cepatnya dilakukan tindakan dan tepatnya teknik yang dilakukan.

B. SaranSetelah kita mempelajari makalah ini, sesuai dengan tujuan dalam penyampaian makalah ini di harapkan mahasiswa/mahasiswi dapat memahami resusitasi jantung paru itu seperti apa, dan bagaimana tindakannya. Sehingga kita sebagai perawat mampu melakukan resusitasi jantung paru pada pasien yang mengalami gawat darurat sehingga nyawanya tertolong.Daftar Pustaka

Abdul MI, 1997, Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi pertama, Jakarta: Binarupa Aksara

Cummins R. O., 1997, Advance Cardiac Life Support, AHA Published

Dickinson, E.T., 1998, Emergency Care, New Yersy

Hazinski M. F., 2005, Current in Emergency Cardiovaskuler Care, AHA Published

Mutahal, 2007, Apuranto H. Kematian mendadak. In: Apuranto H, Hoediyanto, editors. Buku ajar ilmu kedokteran forensik dan medikolegal. Edisi 3. Surabaya: Airlangga.

Olaan Sm Siahaan, 1992, Resusitasi Jantung Paru dan Otak, Cermin Dunia Kedokteran, No. 80, Edisi Khusus.

Prince and Wilson, 1994, Patofisiologi, Konsep Klinis Proses- Proses Penyakit, Edisi, EGC, Jakarta

RSUD Dr. Saiful Anwar, 2002, Buku Pelatihan Pertolongan Dasar Gawat Darurat, Malang

RSUD Dr. Saiful Anwar, 2005, Basic Cardiac Life Support Programe, Malang

Smith, Tony, 2000, Dokter di Rumah Anda, Jakarta : Dian Rakyat

http://firstaid-safety.blogspot.com/2012/03/posedur-resusitasi-jantung-paru-cpr.html

http://duniakeperawatan.wordpress.com/2009/02/28/143/12