makalah blok 25

34
Eklampsia pada Kehamilan Lukfintia Filia NIM:10.2010.080/C7 Email: [email protected] Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jalan Arjuna Utara No.6, Tel 56942061, Jakarta PENDAHULUAN Eklampsia, merupakan salah satu di antara masalah kedaruratan paling serius selama pertengahan kehamilan terakhir, ditandai oleh kejang klonik yang berhubungan dengan hipertensi yang diinduksi atau diperberat oleh kehamilan. 1 Istilah eklampsia berasal dari bahasa Yunani dan berarti "halilintar". Kata tersebut dipakai karena seolah-olah gejala- gejala eklampsia timbul dengan tiba-tiba tanpa didahului oleh tanda-tanda lain. Sekarang kita ketahui bahwa eklampsia pada umumnya timbul pada wanita hamil atau dalam nifas dengan tanda- tanda preeklampsia. Pada wanita yang menderita eklampsia timbul serangan kejangan yang diikuti oleh koma. Tergantung dari saat timbulnya eklampsia dibedakan eklampsia gravidarum, eklampsia parturientum, dan eklampsia puerperale. Perlu dikemukakan bahwa pada eklampsia gravidarum sering kali persalinan mulai tidak lama kemudian. 2,3 Dengan pengetahuan bahwa biasanya eklampsia didahului oleh preeklampsia, tampak pentingnya pengawasan antenatal yang teliti dan teratur, sebagai usaha untuk mencegah timbulnya penyakit itu. 2,3 ANAMNESIS 1

Upload: fitry-hardiyanti

Post on 21-Jul-2016

71 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

lukfintia

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah blok 25

Eklampsia pada KehamilanLukfintia Filia

NIM:10.2010.080/C7

Email: [email protected]

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jalan Arjuna Utara No.6, Tel 56942061, Jakarta

PENDAHULUAN

Eklampsia, merupakan salah satu di antara masalah kedaruratan paling serius selama

pertengahan kehamilan terakhir, ditandai oleh kejang klonik yang berhubungan dengan

hipertensi yang diinduksi atau diperberat oleh kehamilan.1

Istilah eklampsia berasal dari bahasa Yunani dan berarti "halilintar". Kata tersebut

dipakai karena seolah-olah gejala-gejala eklampsia timbul dengan tiba-tiba tanpa didahului

oleh tanda-tanda lain. Sekarang kita ketahui bahwa eklampsia pada umumnya timbul pada

wanita hamil atau dalam nifas dengan tanda-tanda preeklampsia. Pada wanita yang

menderita eklampsia timbul serangan kejangan yang diikuti oleh koma. Tergantung dari

saat timbulnya eklampsia dibedakan eklampsia gravidarum, eklampsia parturientum, dan

eklampsia puerperale. Perlu dikemukakan bahwa pada eklampsia gravidarum sering kali

persalinan mulai tidak lama kemudian.2,3

Dengan pengetahuan bahwa biasanya eklampsia didahului oleh preeklampsia, tampak

pentingnya pengawasan antenatal yang teliti dan teratur, sebagai usaha untuk mencegah

timbulnya penyakit itu.2,3

ANAMNESIS

Anamnesis umum ibu hamil 1

1. Nama dan alamat

2. Umur : terutama pada perempuan yang baru satu kali hamil. Umur terbaik untuk kehamilan

dan persalinan adalah antara 19-25 tahun.

3. Perkawinan : sudah berapa lama dan berapa kali kawin. Lebih-lebih bagi primipara

berumur lanjut seandainya lebih dari 30 tahun, penting bagi kita mengetahui apakah

hamilnya itu datang tidak berapa lama (1 / 2 tahun) sesudah ia kawin atau perempuan itu

1

Page 2: Makalah blok 25

hamil setelah 8 atau 10 tahun perkawinan. Ini untuk menentukan prognosa tentang

kehamilan, pada yang hamil tidak lama setelah kawin prognosa lebih baik dibandingkan

perempuan yang sudah lama kawin baru hamil karena lebih banyak kemungkinan akan

timbulnya kelainan waktu hamil dan kesulitan ketika akan bersalin.

4. Pekerjaan : Apabila perempuan hamil bekerja sebagai buruh yang bekerja berat, apakah

pekerjaan itu tidak memberi pengaruh kesehatan umumnya dan kehamilan khususnya.

5. Keluhan dan Penyakit lain : Segala keluhan dari perempuan hamil hendaklah mendapat

perhatian dari dokter, karena mungkin dengan keterangan itu sudah dapat kita duga

adanya kehamilan atau kelainan-kelainan pada kehamilan. Pasien harus didorong untuk

mengekspresikan tujuan dari kunjungannya bila ada keluhan.

6. Pertanyaan tentang haid : Kita perlu mengetahui tanggal haid yang terakhir, supaya dapat

ditentukan umur kehamilan dan ditaksir kira-kira tanggalnya persalinan. Perlu juga

menanyakan keadaan haid perempuan itu apakah teratur atau tidak.

7. Kehamilan, persalinan, atau nifas : Jika perempuan itu sudah beranak satu atau lebih

(multipara) baik pula ditanyakan bagaimana kehamilannya dahulu. Begitu pula jalannya

persalinan apakah sukar atau tidak. Keadaan waktu nifas apakah perempuan itu lama dan

mengeluarkan banyak darah sesudah persalinan dan apakah pengeluaran ASI cukup atau

tidak.

8. Perasaan gerakan anak : Dalam keadaan biasa pada primipara pergerakan anak mula-mula

terasa pada akhir bulan kelima (kurang lebih 20 minggu).

Anamnesa dan Riwayat Penyakit yang Berhubungan dengan Eklampsia dan

Preeklampsia

Dilihat dari gejalanya, pasien kemungkinan menderita eklampsia, oleh karena itu perlu

ditanyakan pertanyaan yang lebih rinci untuk mengetahui apakah ibu menderita eklampsia

atau hipertensi pada kehamilan lainnya. Bila pasien tidak sadar dapat dilakukan alo-anamnesa

pada keluarga pasien.3,4,5

1. Gejala apa yang dirasakan oleh pasien? Apakah terdapat nyeri kepala yang hebat, gangguan

penglihatan, nyeri di ulu hati/episgastrium dengan atau tanpa mual dan muntah? Bila

terdapat gejala tersebut, itu merupakan suatu pertanda hipertensi selama kehamilan meski

tidak spesifik. Sakit kepala merupakan gejala yang relative biasa selama kehamilan tapi

dapat juga gejala awal dari edema otak. Gangguan penglihatan mungkin merupakan gejala

dari preeklampsia berat dan dapat menunjukkan spasme arteriolar retina, iskemia, edema,

atau pada kasus jarang, pelepasan retina/ablasi retina. Nyeri epigastrium menunjukkan

2

Page 3: Makalah blok 25

pembengkakan hepar yang berhubungan dengan preeklampsia berat atau rupture

hematoma subkapsuler hepar.

2. Apakah merasa pembengkakan pada kaki, tangan, jari tangan, dan muka? Edema

merupakan salah satu gejala dari hipertensi pada kehamilan. Pada umunya pasien akan

sadar akan edema yang menyeluruh. Keluhan yang umum adalah sesaknya cincin pada jari-

jarinya. Untuk membedakan dengan edema pada kehamilan karena proses kehamilan perlu

dilakukan pemeriksaan tekanan darah yang akan dibahas pada pemeriksaan fisik. Juga

ditanyakan apakah volume urin dirasa berkurang?

3. Apakah pasien merasa adanya kenaikan berat badan yang mendadak? Kenaikan berat

badan mendadak merupakan suatu akibat dari retensi cairan dan dapat merupakan gejala

paling dini dari preeklampsia.

4. Tanyakan apakah pernah ada riwayat kejang-kejang sebelumnya baik pada pasien sendiri

maupun keluarga pasien? Hipertensi disertai kejang klonik merupakan suatu ciri khas pada

eklampsia.

5. Tanyakan apakah pasien pernah didiagnosa menderita epilepsi sebelumnya? tanyakan juga

apakah ada keluarga yang pernah menderita epilepsi. Ini untuk menyingkirkan diagnosa

epilepsi.

6. Tanyakan apakah pernah menderita trauma sebelumnya khususnya bagian kepala? Trauma

dapat menyebabkan kejang juga.

7. Tanyakan apakah keadaan tidak sadarkan diri/koma dicetuskan oleh suatu penyebab

tertentu seperti epilepsi, sinkop, mengkonsumsi alkohol/obat, hipoglikemia? 3,4,5

Riwayat penyakit dahulu yang berperan pada eklampsia :

Ciri khas pasien dengan eklampsia adalah nulipara dan umur belasan tahun. Catatan

antenatal dapat menyingkap perkembangan yang mendadak atau bertahap dari hipertensi,

edema, kenaikan berat badan, dan albuminuria.3

PEMERIKSAAN FISIK

1. Inspeksi Umum 3,6

Lakukan inspeksi terhadap keadaan kesehatan secara keseluruhan, status gizi, kondisi

neuromuskuler, koordinasi neuromuskuler, dan kondisi emosional pasien pada saat dia

berjalan masuk ke dalam kamar pemeriksa. Pembicaraan tentang prioritas pasien dalam

menjalani pemeriksaan, responnya terhadap kehamilan dan keadaan kesehatannya secara

3

Page 4: Makalah blok 25

umum akan memberikan informasi yang berguna dan membantu menimbulkan perasaan

nyaman dalam diri pasien.

Pada pasien eklampsia :

Pasien umumnya tidak sadar atau setengah sadar segera setalah suatu kejang

eklampsia. Kejang yang khas ditandai timbulnya kontraksi tonik umum yang diikuti oleh

fase klonik yang berkembang ke koma. Biasanya gerakan-gerakan kejang dimulai sekitar

mulut dalam bentuk kedutan pada muka (facial twitchings). Dalam beberapa detik seluruh

otot tubuh mengalami kontraksi yang rigid (muka mengalami distorsi, mata menonjol,

lengan fleksi, tangan mengepal, dan tungkai tertarik). Setelah 15-20 detik otot-otot

berkontraksi dan berelaksasi bergantian secara cepat. Gerakan otot dapat sedemikian hebat

sehingga lidah dapat tergigit oleh gerakan rahang yang hebat. Bila pasien sadar kembali,

biasanya pasien mengalami disorientasi yang letih selama beberapa saat.

Pada pasien eklampsia maupun preeklampsia juga sering didapatkan edema kaki, jari

tangan, dan muka.

2. Tanda Vital dan Berat Badan 3,6

A. Pengukuran Tekanan Darah

Hasil pengukuran dasar (baseline) akan membantu menentukan kisaran tekanan darah

yang lazim dimiliki oleh ibu hamil atau pasien. Pada pertengahan masa kehamilan,

normalnya tekanan darah lebih rendah daripada tekanan darah dalam keadaan tidak hamil.

Tekanan darah yang tinggi sebelum kehamilan 24 minggu menunjukkan keadaan

hipertensi kronis. Sesudah 24 minggu diperlukan evaluasi lanjut untuk penegakkan

diagnosis hipertensi akibat kehamilan (PIG) dan penanganannya.

Pada pasien eklampsia :

Hipertensi merupakan salah satu dari gejala penting dalam eklampsia. Tekanan darah

pasien penderita eklampsia adalah Sistolik ≥ 160 mmHg atau diastolic ≥ 110 mmHg.

tekanan darah ≥140 mmHg atau tekanan sistolik meningkat >30 mmHg atau tekanan

diastolic >15 mmHg diukur setelah pasien istirahat selama 30 menit. Tekanan diastolik

pada trimester kedua yang lebih dari 85 mmHg patut dicurigai sebagai bakat preeklampsia

maupun eklampsia

4

Page 5: Makalah blok 25

B. Penimbangan Berat Badan

Penurunan berat badan pada trimester pertama yang disebabkan nausea dan vomitus

sering terjadi, tetapi penurunan ini tidak boleh melampaui 2,5 kg.

Pada pasien eklampsia :

Penambahan berat badan yang berlebihan bila terjadi kenaikan 1 kg seminggu

beberapa kali. Kenaikan berat badan sering disertai edema pada pasien eklampsia maupun

preeklampsia. Pada umunya pasien akan sadar akan edema yang menyeluruh. Keluhan yang

umum adalah sesaknya cincin pada jari-jarinya.

3. Pemeriksaan Kepala dan Leher. 3,6

Wajah : Keadaan normal pada kehamilan akan didapatkan gambaran chloasma

gravidarum yang terdiri dari bercak kecoklatan yang tidak teratur di sekeliling mata dan

melintasi pangkal hidung. Pada hipetensi akibat kehamilan akan terjadi edema fasialis

setelah usia kehamilan 24 minggu.

Mata : Perhatikan warna konjuctiva. Bila perlu lakukan pemeriksaan retina. Pada

eklampsia pada pemeriksaan retina akan menyingkap penyempitan arteriolar dan edema

retina.

4. Toraks dan Paru 3,6

Lakukan inspeksi toraks untuk menentukan pola pernapasan pasien. Meskipun pada

wanita dengan kehamilan yang lanjut kadang-kadang mengeluhkan kesulitan bernapas,

biasanya mereka tidak mempunyai tanda-tanda fisik yang abnormal. Lakukan juga

auskultasi pada paru untuk mengetahui apakah ada kelainan pada paru.

Pada eklampsia : pemeriksaan toraks dapat menyingkap ronki kasar di bagian paru

abwah yang menunjukkan adanya edema paru.

5. Pemeriksaan Ekstremitas (Refleks Tendon Profunda) 3,6

Pada pemeriksaan extremitas pada eklampsia akan didapatkan refleks patella dan kaki

hiperaktif. Klonus kaki merupakan temuan yang sering. Hiperrefleksia dan klonus

merupakan petunjuk dari peningkatan iritabilitas SSP dan mungkin meramalkan suatu

kejang eklampsia

5

Page 6: Makalah blok 25

6. Pemeriksaan Abdomen

Atur tubuh ibu hamil dalam posisi setengah duduk dengan kedua lutut ditekuk.

Lakukan inspeksi untuk menemukan sikatriks atau stria, bentuk serta kontur abdomen dan

tinggi fundus uteri. Gambaran striae yang berwarna keunguan dan linea nigra merupakan

keadaan yang normal pada kehamilan. Bentuk dan kontur abdomen dapat menunjukkan

ukuran kehamilan. 3,6

Lakukan palpasi abdomen untuk menemukan :

a. Gerakan janin. Biasanya gerakan janin dapat dirasakan pemeriksa pada kehamilan

sesudah 24 minggu. 7

b. Kontraktilitas uterus : Uterus berkontraksi tidak teratur sesudah kehamilan 12 minggu

dan kontraksi uterus ini seringkali terjadi sebagai respons terhadap palpasi selama

trimester ketiga. Kemudian pemeriksa akan merasakan abdomen yang tegang atau

kencang dan mengalami kesulitan untuk meraba bagian tubuh janin.7

c. Pengukuran Tinggi Fundus Uteri dengan pita pengukur jika usia kehamilan lebih dari 20

minggu. Dengan memegang pita dan mengikuti garis tengah abdomen lakukan

pengukuran dari puncak simfisis pubis hingga puncak fundus uteri. Atau pengukuran

dengan menggunakan cara lain : uterus diletakkan di tengah perut dengan 2 tangan.

Lakukan pengukuran dari pusat atau processus xyphoideus. 7

d. Auskultasi detak jantung janin : Alat yang digunakan Dopton (Doppler) atau Stetoskop.

Frekuensi DJJ sekitar 160-an pada awal kehamilan, kemudian melambat sekitar 120-an

sampai 140-an pada saat kehamilan mendekati aterm. 7

Pada eklampsia : Pengukuran tinggi uterus memberikan perkiraan umur kehamilan

janin. Presentasi janin harus ditentukan untuk merencanakan kelahiran. Tonus uterus

istirahat normal kecuali ada hubungan dengan pelepasan plasenta. Kontraksi uterus

intermiten memberi kesan bahwa persalinan telah terjadi. Denyut jantung janin

biasanya ada kecuali pelepasan plasenta atau kejang telah menyebabkan anoksia janin.

Rasa sakit daerah hepar merupakan suatu tanda potensial dari pre-eklampsia berat dan

dapat meramalkan ruptur hepar. 7

6

Page 7: Makalah blok 25

Pemeriksaan Laboratorium

1. Urinalisis

Sebuah kateter Foley diinsersikan ke dalam kandung kemih dalam usaha untuk

mendapatkan contoh urin permulaan dan untuk memantau urin yang keluar. 3

a. Protein urine 8

Proteinuria biasanya disebabkan oleh penyakit ginjal akibat kerusakan glomerulus dan

atau gangguan reabsorpsi tubulus ginjal. Dengan menggunakan spesimen urin acak, protein

dapat diidentifikasi dengan strip reagen atau dipstick. Spesimen urin yang menunjukkan

positif proteinuria perlu mempertimbangkan specimen urin 24 jam untuk uji analisis

kuantitatif protein. Jumlah proteinuria dalam 24 jam digunakan sebagai indikator menilai

tingkat keparahan ginjal.

Nilai rujukan :

Spesimen Acak : Negatif : 0-5 mg/dl. Positif : 6-2000 mg/dl

Spesimen 24 jam : 25-150 mg / 24 jam

Pada pasien dengan eklampsia atau preeklampsia berat : Proteinuria + ≥5 g /24 jam atau ≥3

pada tes celup. Untuk diagnose eklampsia proteinuria + >300 mg/24 jam.

b. Volume urin : Pada pasien eklampsia maupun preeklampsia berat dapat dijumpai oliguria

(urin < 400 ml dalam 24 jam) 8

2. Pemeriksaan Hitung Darah Lengkap (CBC)

Pada eklampsia, dapat ditemukan anemia karena hemodilusi akibat kehamilan. Pada

pemeriksaan hapus sel darah tepi dapat ditemukan schistocytes dan burr cell. Dapat juga

ditemukan keadaan trombositopenia (<100.000 sel trombosit) akibat hemolisis

mikroangiopati atau akibat sindrom HELLP (hemolisis, elevated liver enzyme, low

platelet).9

3. Pemeriksaan Bilirubin Serum

Pada eklampsia dapat dijumpai bilirubin serum total meningkat (>1.2 mg/dl). Nilai

normal: 0,1-1,2 mg/dl. 9,10

7

Page 8: Makalah blok 25

4. Pemeriksaan Kreatinin Serum

Kadar Kreatinin serum meningkat pada eklampsia karena volume intravaskular

menurun dan mengurangi GFR. Clearance kreatinin (CrCl) mungkin kurang dari 90

mL/menit/1.73 m2. Nilai normal : 0,5-1,5 mg/dl. 11,12

5. Tes Fungsi Hati

Tes fungsi hepar dapat positif pada sekitar 20-25% pasien dengan eklampsia :

Aspartate aminotransferase (SGOT) > 72 IU/L.

Kadar bilirubin total > 1.2 mg/dL

Kadar LDH > 600 IU/L

Tes fungsi hepar ini dapat meningkat akibat HELLP syndrome.13,14

Pemeriksaan Radiologi 15

1. CT Scan Kepala

CT scan kepala, dengan atau tanpa kontras, dapat menyingkirkan kemungkinan

trombosis vena serebral, perdarahan intrakranial, dan lesi SSP, yang semuanya dapat

terjadi dalam kehamilan dan bersamaan dengan kejang.

Pertimbangkan CT scan pada pasien yang ada riwayat trauma, yang refrakter terhadap

terapi magnesium sulfat, atau presentasi atipikal (misalnya, kejang >24 jam post partum).

Meskipun pemeriksaan CT scan pada eklampsia bukan pemeriksaan rutin, pada 50 %

wanita didapatkan hasil CT scan yang abnormal.

Karakteristik CT scan yang ditemukan antara lain area hypodense kortikal, terutama

di lobus oksipital, dan edema serebral yang difus, yang diyakini sesuai dengan perdarahan

petekie dan edema yang difus pada studi postmortem.

2. MRI

Menurut penelitian sebanyak 90 % wanita dengan eklampsia menunjukkan gambaran

Magnetic Resonance Imaging (MRI) abnormal pada kepala. Diantaranya sinyal yang

meningkat di perbatasan substansia alba pada gambaran T2, serta edema dan perdarahan

kortikal.

3. Transabdominal USG

Transabdominal ultrasonografi digunakan untuk memperkirakan umur kehamilan. Ini

juga dapat digunakan untuk menyingkirkan plasenta absruptio, yang dapat mempersulit

eklampsia.

8

Page 9: Makalah blok 25

4. Electroenchepalogram dan Pemeriksaan LCS

Electroencephalograms dan studi cairan cerebrospinal jarang digunakan dalam

manajemen, namun dapat diindikasikan jika epilepsi atau meningitis dipertimbangkan

dalam diagnosis.

WORKING DIAGNOSIS

Diagnosis eklampsia umumnya tidak mengalami kesukaran. Dengan adanya tanda

dan gejala preeklampsia yang disusul oleh serangan kejangan seperti telah diuraikan, maka

diagnosis eklampsia sudah tidak diragukan. Walaupun demikian, eklampsia harus

dibedakan dari (1) epilepsi; dalam anemnesis diketahui adanya serangan sebelum hamil atau

pada hamil muda dan tanda preeklampsia tidak ada; (2) kejangan karena obat anestesia;

apabila obat anestesia lokal tersuntikkan ke dalam vena, dapat timbul kejangan; (3) koma

karena sebab lain, seperti diabetes, perdarahan otak, meningitis, encephalitis, dan lain-

lain.16

Perjalanan Penyakit Eklampsia16

Pada umumnya kejangan didahului oleh makin memburuknya preeklampsia dan

terjadinya gejala-geiala nyeri kepala di daerah frontal, gangguan penglihatan, mual keras,

nyeri di epigastrium, dan hyperreflexia. Bila keadaan ini tidak dikenal dan tidak segera

diobati, akan timbul kejangan; terutama pada persalinan bahaya ini besar. Selama serangan

tekanan darah meninggi, nadi cepat, dan suhu meningkat sampai 40 derajat Celcius. Sebagai

akibat serangan dapat terjadi komplikasi-komplikasi seperti (1) lidah tergigit; perlukaan dan

fraktura; (2) gangguan pernafasan, (3) solutio plasenta; dan (4) perdarahan otak.

DIFFERENTIAL DIAGNOSIS

Kejang pada eklampsia harus dipikirkan kemungkinan kejang akibat penyakit lain.

Oleh karena itu, diagnosis banding eklampsia menjadi sangat penting, misalnya perdarahan

otak, hipertensi, lesi otak, kelainan metabolik, meningitis, epilepsi iatrogenik tumor otak, ruptura

aneurisma otak dan bahkan histeria selama kehamilan lanjut dan masa nifas dapat menyerupai

eklampsia. Jadi, keadaan-keadaan tersebut harus diingat bila terjadi kejang atau koma

selama kehamilan, persalinan atau masa nifas dan harus disingkirkan terlebih dahulu

sebelum diagnosis kerja eklampsia dapat ditegakkan. Eklampsia selalu didahului oleh

9

Page 10: Makalah blok 25

preeklampsia. Perawatan pranatal untuk kehamilan dengan predisposisi preeklampsia

perlu ketat dilakukan agar dapat dikenal sedini mungkin gejala-gejala prodomal

eklampsia. Sering dijumpai perempuan hamil yang tampak sehat mendadak rnenjadi

kejang-kejang eklampsia, karena tidak terdeteksi adanya preeklampsia sebelumnya.17

Kejang-kejang dimulai dengan kejang tonik. Tanda-tanda kejang tonik ialah dengan

dimulainya gerakan kejang berupa twitching dari otot-otot muka khususnya sekitar mulut,

yang beberapa detik kemudian disusul kontraksi otot-otot tubuh yang menegang, sehingga

seluruh tubuh menjadi kaku. Pada keadaan ini wajah penderita mengalami distorsi, bola mata

menonjol, kedua lengan fleksi, tangan menggenggam, kedua tungkai dalam posisi inverse.

Semua otot tubuh pada saat ini dalam keadaan kontraksi tonik. Keadaan ini berlangsung 15-

30 detik.17

Kejang tonik ini segera disusul dengan kejang klonik. Kejang klonik dimulai dengan

terbukanya rahang secara tiba-tiba dan tertutup kembali dengan kuat disertai pula dengan

terbuka dan tertutupnya kelopak mata. Kemudian disusul dengan kontraksi intermiten pada

otot-otot muka dan otot-otot seluruh tubuh. Begitu kuat kontraksi otot-otot tubuh ini

sehingga seringkali penderita terlempar dari tempat tidur. Seringkali pula lidah tergigit

akibat kontraksi otot rahang yang terbuka dan tertutup dengan kuat. Dari mulut keluar liur

berbusa yang kadang-kadang disertai bercak-bercak darah. Wajah tampak membengkak

karena kongesti dan pada konjungtiva mata dijumpai bintik-bintik perdarahan.17

Pada waktu timbul kejang, diafragma terfiksir, sehingga pernapasan tertahan, kejang

klonik berlangsung kurang lebih 1 menit. Setelah itu berangsur-angsur kejang melemah, dan

akhirnya penderita diam tidak bergerak.17

Lama kejang klonik ini kurang lebih 1 menit, kemudian berangsur-angsur kontraksi

melemah dan akhirnya berhenti serta penderita jatuh ke dalam koma. Pada waktu timbul

kejang, tekanan darah dengan cepat meningkat. Demikian juga suhu badan meningkat, yang

mungkin oleh karena gangguan serebral. Penderita mengalami inkontinensia disertai dengan

oliguria atau anuria dan kadang-kadang terjadi aspirasi bahan muntah.17

Koma yang terjadi setelah kejang, berlangsung sangat bervariasi dan bila tidak segera

diberi obat-obat antikejang akan segera disusul dengan episode kejang berikutnya. Setelah

berakhirnya kejang, frekuensi pernapasan meningkat, dapat mencapai 50 kali per menit

akibat terjadinya hiperkardia, atau hipoksia. Pada beberapa kasus bahkan dapat

menimbulkan sianosis. Penderita yang radar kembali dari koma, umumnya mengalami

disorientasi dan sedikit gelisah. Untuk menilai derajat hilangnya kesadaran, dapat dipakai

beberapa cam. Di Rumah Sakit Dr. Soetomo telah diperkenalkan suatu cara untuk menilai

derajat kedalaman koma tersebut yaitu Glasgow Coma Scale. Di Inggris untuk mengevaluasi

10

Page 11: Makalah blok 25

koma pada eklampsia ditambah penilaian kejang, yang disebut Glasgow-Pittsburg Coma

Scoring System.17

Preeklampsia

Preeklampsia adalah gangguan sistemik yang berkaitan dengan kehamilan, ditandai

dengan hipertensi dan proteinuria pada usia kehamilan >20 minggu. Preeklamsia merupakan

penyebab utama kesakitan dan kematian ibu, meningkatkan masalah perinatal karena Intra

Uterine Growth Retardation (IUGR) dan kelahiran prematur. Faktor resiko terjadinya

preeklamsia adalah: nuliparitas, riwayat adanya preeklampsia-eklampsia dalam keluarga,

janin multiple (kembar), diabetes, penyakit vaskuler kronis, penyakit ginjal, mola hidatidosa,

hidrops fetalis.18

Preeklampsia dibagi menjadi 2 yaitu preeklampsia berat dan ringan. Preeklampsia

berat adalah hipertensi awitan baru dan proteinuria diikuti disfungsi susunan saraf pusat

(sakit kepala, pandangan kabur, kajang, koma), peningkatan TD bermakna (>160/110mmHg),

proteinuria berat (>5gram per 24 jam), oliguria atau gagal ginjal, edema paru, kerusakan sel

hati (>2x batas atas normal), trombositopenia (jumlah trombosit <100.000/mikro L) atau

disseminated intravaskuler coagulation (DIC). Sedangkan preeklampsia ringan adalah

hipertensi awitan baru, proteinuria, dan edema tanpa diikuti tanda-tanda preeklampsia berat.

Sementara itu, dikatakan juga bahwa pasien yang terlihat seperti preeklampsia ringan

(misalnya remaja hamil dengan TD 140/85 mmHg dan proteinuria) dapat kujang mendadak /

berkembang menjadi eklampsia, sehingga istilah ringan dan berat dapat melenakan dokter.

Keadaan tersebut akan hilang setelah persalinan.19,20

Diagnosis Preeklamsia

Hipertensi yang terjadi setelah kehamilan 20 minggu, dengan proteinuria, terutama

pada nulipara muda dapat dicurigai sebagai preeklamsia. Preeklamsia umumnya tidak

terdeteksi dan hanya dengan penapisan berkala. Gejala yang paling sering bila ada, adalah

kenaikan berat badan yang tiba-tiba dan berlebihan, sakit kepala, gangguan penglihatan

(sering melihat keliatan cahaya), muntah, nyeri epigastrium, dan edema. Meskipun

preeklampsia paling banyak terjadi di trisemeter ketiga, dapat juga berkembang sampai 1

minggu setelah melahirkan sehingga tekanan darah harus tetap dipantau.21

Kriteria hipetensi pada ibu hamil adalah tekanan darah > 140/90 mmHg berdasarkan

pengukuran dua kali atau lebih dengan jarak 6 jam atau lebih. Proteinuria pada preeklamsia

didefinisikan sebagai ekskresi protein lebih dari 300mg dalam urin 24 jam (lebih dari +1 pada

pemeriksaan dipstick).22

11

Page 12: Makalah blok 25

Gambaran Klinis Preeklampsia

Dua gejala yang sangat penting pada preeklampsia, yaitu hipertensi dan

proteinuria, merupakan kelainan yang biasanya tidak disadari oleh wanita bamil. Pada

waktu keluban seperti sakit kepala, gangguan penglihatan, atau nyeri epigastrium mulai

timbul, kelainan tersebut biasanya sudah berat. Jadi, untuk deteksi dini dan penatalaksanaan

pre-eklampsia, makna perawatan antenatal yang penting tampak jelas.18

Preeklampsia Ringan23

- Hipertensi antara 140/90 mmHg atau kenaikan sistole dan diastole 30

mmHg/15mmHg.

- Edema kaki, tangan atau muka atau kenaikan BB 1 kg/minggu

- Proteinuria 0,3 gr/24 jam

- Oliguria

Preeklampsia Berat23

Tanda pada preeklampsia berat :

- Hipertensi antara 160/110 mmHg.

- Proteinuria 5 gr/24 jam

- Oliguria 400 cc/24 jam

- Edema paru dapat disertai sianosis

- Keluhan subjektif : 1. nyerti kepala frontal

2. gangguan penglihatan

3. nyeri epigastrium

ETIOLOGI

Apa yang menjadi penyebab preeklampsia dan eklampsia sampai sekarang belum

diketahui. Telah terdapat banyak teori yang mencoba menerangkan sebab penyakit

tersebut, akan tetapi tidak ada yang dapat memberi jawaban yang memuaskan. Teori yang

dapat diterima harus dapat menerangkan hal-hal berikut: (1) sebab bertambahnya

frekuensi pada primigraviditas, kehamilan ganda, hydramnion, dan mola hydatidosa; (2)

sebab bertambahnya frekuensi dengan makin tuanya kehamilan; (3) sebab dapat

terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam uterus; (4) sebab

12

Page 13: Makalah blok 25

jarangnya terjadi eklampsia pada kehamilan-kehamilan berikutnya; dan (5) sebab timbul-

nya hipertensi, edema, proteinuria, kejang, dan koma.16

Teori yang dewasa ini banyak dikemukakan sebagai sebab preeklampsia ialah

iskemia plasenta. Akan tetapi, dengan teori ini tidak dapat diterangkan semua hal yang

bertalian dengan penyakit itu. Rupanya tidak hanya satu faktor, melainkan banyak faktor

yang menyebabkan preeklampsia dan eklampsia. Di antara faktor-faktor yang ditemukan

sering kali sukar ditentukan mana yang sebab dan mana yang akibat.16

Predisposisi genetik, imunologi, endokrinologi, gizi, invasi trofoblas abnormal, kelainan

koagulasi, kerusakan endotel vaskular, maladaptasi kardiovaskular, kekurangan atau

kelebihan diet, dan infeksi telah perkirakan sebagai faktor etiologi untuk

preeklampsia/eklampsia. Produksi prostanoid yang tidak seimbang dan plasma antifosfolipids

yang meningkat juga telah terlibat dalam eklampsia.16

Penyebab hipertensi dalam kehamilan hingga kini belum diketahui dengan jelas. Banyak teori

telah dikemukakan tentang terjadinya hipertensi dalam kehamilan, tetapi tidak ada satu pun

teori tersebut yang dianggap mutlak benar.

EPIDEMIOLOGI

Frekuensi eklampsia bervariasi antara satu negara dan yang lain. Frekuensi rendah

pada umumnya merupakan petunjuk tentang adanya pengawasan antenatal yang baik,

penyediaan tempat tidur antenatal yang cukup, dan penanganan preeklampsia yang sempurna.

Dalam kepustakaan frekuensi dilaporkan berkisar 3-10%. Pada primigravida frekuensi

preeklampsia maupun eklampsia lebih tinggi bila dibandingkan dengan multigravida, terutama

primigravida muda diabetes melitus, mola hidatidosa, kehamilan ganda, hidrops fetalis, umur

lebih dari 35 tahun, dan obesitas merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya

preeklampsia.16

Terdapat banyak faktor risiko untuk terjadinya hipertensi dalam kehamilan, yang dapat

dikelompokkan dalam faktor risiko sebagai berikut

1. Primigravida, primipaternitas

2. Hiperplasentosis, misalnya: mola hidatidosa, kehamilan multipel, diabetes mellitus, hidrops

fetalis, bayi besar

3. Umur yang ekstrim

4. Riwayat keluarga pernah preeklampsia/eklampsia

5. Penyakit-penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum hamil

6. Obesitas16

13

Page 14: Makalah blok 25

GAMBARAN KLINIS

Eklampsia merupakan kasus akut pada penderita preeklampsia, yang disertai dengan

kejang menyeluruh dan koma. Sama halnya dengan preeklampsia, eklampsia dapat timbul

pada antepartum, intrapartum, dan postpartum. Eklampsia postpartum umumnya hanya

terjadi dalam waktu 24 jam pertama setelah persalinan.16

Pada penderita preeklampsia yang akan kejang, umumnya memberi gejala-gejala atau

tanda-tanda yang khas, yang dapat dianggap sebagai tanda prodomal akan terjadinya kejang.

Preeklampsia yang disertai dengan tanda-tanda prodoma ini disebut sebagai impending

eclampsia atau imminent eclampsia.16

Eklampsia ditandai dengan gejala kejang tonik-klonik menyeluruh yang terjadi pada

beberapa wanita dengan hipertensi yang diinduksi atau diperberat oleh kehamilan. Koma

tanpa disertai kejang juga pernah disebut sebagai eklampsia; akan tetapi, sebaiknya

diagnosis eklampsia dibatasi hanya untuk wanita dengan gejala kejang, dan kasus yang

fatal tanpa kejang digolongkan sebagai preeklampsia berat. Kejang yang diakibatkan oleh

terlibatnya otak pada hipertensi karena kehamilan hanya merupakan salah satu manifestasi

preeklampsia berat; namun, karena angka kematiannya yang tinggi, eklampsia dihadapi

dengan ketakutan yang khusus.16

1. Gejala prodromal17

- Hampir selalu dapat diawasi, akut atau berlarut-larut

- Peningkatan tekanan darah

- Edema, terutama pada muka

- Mata berkedip-kedip, penglihatan mengecil, defisiensi lapang pandang

- Nyeri kepala frontal

- Nyeri di abdomen atas (biasanya)

- Kegelisahan tepat sebelum serangan kejang

2. Kejang tonik klonik

a. Kontraksi tonik selama 10-20 detik

Kaku kuduk; berputar ke samping

Lengan ditekuk

Tungkai tertarik dan terputar ke dalam

Pupil berdilatasi; juga protrusio bulbi

b. Segera diikuti fase klonik 0,5-2 menit

14

Page 15: Makalah blok 25

Mulai pada bagian atas badan, tersebarnya ke arah ekstremitas

Kontraksi dan relaksasi dalam interval singkat

Lidah tergigit (busa berdarah)

Beberapa, biasanya pernafasan mendengkur

Sianosis

3. Koma (tidak mutlak)

Kehilangan kesadaran untuk waktu yang bervariasi

PATOFISIOLOGI

Vasospasme

Vasospasme merupakan dasar patofisiologi untuk preeklamsia-eklamsia. Konsep ini,

dibuat berdasarkan hasil pengamatan langsung terhadap pembuluh darah kecil pada pangkal

kuku, fundus okuli serta konjungtiva bulbi, dan juga sudah diperkirakan dari perubahan

histologist pada berbagai organ yang terkena.18

Penyempitan vaskuler menyebabkan hambatan aliran darah dan menerangkan proses

terjadinya hipertensi arterial.18

Lebih lanjut, angiotensin II tampaknya mempengaruhi langsung sel endotel dengan

membuatnya berkontraksi. Semua faktor ini dapat menimbulkan kebocoran sel antar-endotel,

sehingga melalui kebocoran tersebut, unsur-unsur pembentuk darah, seperti trombosit,

fibrinogen, tertimbun pada lapisan subendotel.18

Pada keadaan normal, wanita hamil memiliki resistensi terhadap efek presor dari

pemberian angiotensin II. Nulipara normal yang tensinya tetap normal tidak rentan terhadap

efek prekursor angiotensin II. Namun, wanita yang kemudian menjadi hipertensif akan

kehilangan resistensi, yang seharusnya ada terhadap angiotensin II selama kehamilan, dalam

waktu beberapa minggu sebelum timbulnya hipertensi.18

Semua wanita resisten terhadap angiotensin II pada kehamilan antara minggu ke-21

sampai 25; namun, wanita yang kemudian menderita hipertensi yang diperberat oleh

kehamilan, mulai kehilangan resistensinya setelah kehamilan minggu ke-27.18

Dilaporkan bahwa dibandingkan dengan kehamilan normal, pada kehamilan dengan

eklamsia akan terjadi penurunan produksi prostasiklin plasenta dan peningkatan tromboksan

A2 yang bermakna. Selanjutnya dilaporkan adanya peningkatan secari in vitro produksi

15

Page 16: Makalah blok 25

progesterone dari plasenta pada kehamilan dengan eklamsia, dan peningkatan konsentrasi

progesterone ini diduga menghambat produksi prostasiklin.18

Perubahan hematologis

Kelainan hematologis berikut dapat timbul pada sebagian wanita, tapi tentunya tidak

pada semua wanita yang menderita hipertensi yang diinduksi atau diperberat oleh kehamilan.

(1) Trombositopenia dapat terjadi dan kadangkala ditemukan begitu berat sehingga dapat

mengancam jiwa penderitanya. (2) Kadar sebagian faktor pembekuan plasma dapat menurun.

(3) Eritrosit dapat mengalami trauma sehingga berubah bentuknya dan cepat mengalami

hemolisis.18

Perubahan-perubahan hematologis ini telah dipikirkan oleh para ahli sebagai

penyebab preeklampsia-eklampsia, yaitu suatu keadaan hiperkoagulasi yang apabila dicegah

dapat memberikan terapi yang efektif.18

Koagulasi

Perubahan hematologis yang konsisten dengan koagulasi intravaskuler dan lebih

jarang lagi dengan kerusakan eritrosit, dapat membersulit kasus hipertensi karena kehamilan,

khususya eklampsia.18

Ahli mengemukakan teori bahwa banyak perubahan pada preeklampsia yang

merupakan merupakan akibat penimbunan fibrin pada organ-organ vital sebagai hasil proses

DIC lambat diawali oleh masuknya tromboplastin ke dalam peredaran darah ibu dari plasenta,

sementara DIC cepat dan fibrin yang tebentuk menyebabkan penyumbatan vaskuler di otak

serta serangan kejang pada eklampsia.18

Trombositopenia

Trombositopenia maternal sudah dipastikan dengan jelas dapat ditimbulkan secara

akut oleh preeklampsia-eklampsia. Lagipula, segera setelah produk konsepsi dikeluarkan,

hitung trombosit dengan cepat akan meningkat kembali kepada nilai yang normal dalam

waktu beberapa hari setelah persalinan. Kebanyakan peneliti menganggap bahwa terjadinya

trombositopenia berat, yaitu jumlah trombosit <100.000 per µL, merupakan tanda buruk bagi

ibu hamil yang menderita preeklamsia, dan menyarankan persalinan janin.18

Resiko tingginya perdarahan intracranial pada ibu juga meningkat secara berarti pada

trombositopenia. Trombositopenia yang menyertai preeklamsia dan eklamsia berat dapat

16

Page 17: Makalah blok 25

disertai dengan perusakan eritrosit, yang ditandai oleh hemolisis, skizositosis, sferositosis,

retikulosis, hemoglobinuria dan kadang-kadang hemoglobinemua. Kelainan ini sebagian

terjadi akibat hemolisis mikroangiopati. Para wanita hamil yang menderita eklamsia, dan

sebagian kecil wanita hamil dengan preeklamsia berat menunjukkan adanya skizositosis,

ekinositosis, tetapi tanpa sferositosis, bila dibandingkan dengan wanita normal.18

Faktor-faktor pembekuan lainnya

Defisiensi berat pada setiap factor pembekuan yang dapat larut, sangat jarang

ditemukan pada keadaan preeklamsia-eklamsia yang berat.18

Perubahan cairan dan elektrolit

Biasanya volume cairan ekstraseluler pada wanita yang menderita preeklampsia-

eklampsia berat akan bertambah hingga melampaui jumlah peningkatan volume yang khas

untuk wanita hamil. Mekanisme penyebab penambahan volume yang patologis ini tidak

dikatahui dengan jelas. Edema kadang-kadang terjadi secara bertentangan dngan penurunan

kadar aldosteron dalam kehamilan dengan preeklampsia-eklampsia.18

Setelah terjadi kejang eklamsia, kadar bikarbonat akan menurun, akibat asidosis laktat

dan kompensasi terhadap kehilangan karbon dioksida dari dalam plasma melalui paru-paru.

Beratnya asidosis berhubungan dengan jumlah asam laktat yang dihasilkan, kecepatan

metabolismenya, disamping kecepatan pengeluaran karbondioksida melalui pernapasan.18

Ginjal

Selama kehamilan normal, aliran darah ginjal dan kecepatan filtrasi glomerulus secara

nyata meningkat di atas nilai-nilai pada keadaaan tidak hamil. Dengan timbulnya hipertensi

karena kehamilan, perfusi darah ginjal dan kecepatan filtrasi glomerulus menurun secara

bervariasi.18

Pada mayoritas wanita dengan preeklampsia, penurunan filtrasi glomerulus yang

ringan sampai sedang tampaknya terjadi akibat penurunan volume plasma; jadi, kadar

kreatinin plasma jarang berada di bawah kadar tidak hamil yang normal. Namun demikian,

pada beberapa kasus preeklampsia serta eklampsia berat kelainan ginjal sangat mencolok, dan

kadar kreatinin plasma dapat meningkat dua hingga tiga kali lipat di atas nilai tidak hamil yang

normal. Penyebab terbesarnya diduga adalah vasospasme berat.18

Proteinuria

17

Page 18: Makalah blok 25

Pada wanita dengan hipertensi, harus terdapat proteinuria dengan kadar yang cukup

agar diagnosis preeklampsia-eklampsia dapat dibuat secara akurat.18

Seperti pada glomerulopati lain, terdapat peningkatan permeabilitas terhadap

sebagian besar protein dengan berat molekul tinggi; karena itu, ekskresi abnormal albumin

akan disertai dengan protein lain, misalnya hemoglobin, globulin dan transferin.18

Koma

Jarang terjadi bahwa wanita yang menderita eklampsia tidak sadarkan diri setelah

mengalami kejang, atau wanita yang menderita preeklampsia berat jatuh ke dalam keadaan

koma tanpa kejang yang mendahului.18

Mengingat koma biasanya terjadi sesudah peningkatan tekanan darah yang mendadak

dan berat, lebih besar kemungkinannya bahwa fenomena ini menunjukkan kegagalan

autoregulasi aliran darah otak yang pada keadaan hipertensi akut yang berat, dan akibatnya

terjadi edema otak menyeluruh.18

Penyebab koma lain adalah perdarahan intracranial akibat rupture pembuluh darah

intraserebral akibat ruptur pembuluh darah intraserebral, malformasi ateriovenosa.18

PENATALAKSANAAN

Tujuan pertama pengobatan eklampsia ialah menghentikan berulangnya serangan

kejangan dan mengakhiri kehamilan secepatnya dengan cara yang aman setelah keadaan ibu

mengizinkan, mengurangi vasospasmus, meningkatkan diuresis, dan menurunan tekanan

darah bila meningkat nyata. Pengawasan dan perawatan yang intensif sangat penting bagi

penanganan penderita eklampsia, sehingga pasien eklampsia harus dirawat di rumah sakit.

Dalam pada itu, pertolongan yang perlu diberikan jika timbul kejangan ialah mempertahankan

jalan pernafasan bebas, menghindarkan tergigitnya lidah, dan pemberian oksigen. Selain itu,

penderita harus disertai seorang tenaga yang terampil dalam resusitasi dan yang dapat

mencegah terjadinya trauma apabila terjadi serangan kejangan.16

Segera setelah persalinan diselesaikan, perubahan patologis pada eklampsia akan

membaik dan akhirnya pulih dengan sempurna. Kenyataan umum ini berlaku juga untuk

kelainan pada fungsi susunan saraf pusat, hepar serta ginjal untuk kelainan pada darah,

termasuk trombositopenia serta hemolisis berat, dan biasanya berlaku juga untuk kehamilan

selanjutnya.18

18

Page 19: Makalah blok 25

Perawatan dasar eklampsia

Perawatan dasar eklampsia yang utama ialah terapi suportif untuk stabilisasi vital,

yang harus selalu diingat Airway, Breathing, Circulation (ABC), mengatasi dan mencegah

kejang, mengatasi hipoksemia dan asidemia mencegah trauma pada pasien, pada waktu kejang,

mengendalikan tekanan darah, khususnya pada waktu krisis hipertensi, melahirkan janin pada

waktu yang tepat dan dengan cara yang tepat. Perawatan medikamentosa dan perawatan

suportif eklampsia, merupakan perawatan yang sangat penting. Tujuan utama pengobatan

medikamentosa eklampsia ialah mencegah dan menghentikan kejang, mencegah dan

mengatasi penyulit, khususnya hipertensi krisis, mencapai stabilisasi ibu seoptimal mungkin

sehingga dapat melahirkan janin pada saat dan dengan cara yang tepat.16

Medika Mentosa

Obat antikejang

Obat antikejang yang menjadi pilihan pertama ialah magnesium sulfat. Bila dengan jenis

obat ini kejang masih sukar diatasi, dapat dipakai obat jenis lain, misalnya tiopental. Diazepam

dapat dipakai sebagai alternatif pilihan, namun mengingat dosis yang diperlukan sangat

tinggi, pemberian diazepam hanya dilakukan oleh mereka yang telah berpengalaman.

Pemberian diuretikum hendaknya selalu disertai dengan memonitor plasma elektrolit. Obat

kardiotonika ataupun obat-obat anti hipertensi hendaknya selalu disiapkan dan diberikan

benar-benar atas indikasi.16

Magnesium sulfat (MgSO4)

Pemberian magnesium sulfat pada dasarnya sama seperti pemberian magnesium

sulfat pada preeklampsia berat. Pengobatan suportif terutama ditujukan untuk gangguan fungsi

organ-organ penting, misalnya tindakan-tindakan untuk memperbaiki asidosis,

mempertahankan ventilasi paru-paru, mengatur tekanan darah, mencegah dekompensasi

kordis.16

Pada penderita yang mengalami kejang dan koma, nursing care sangat penting

misalnya meliputi cara-cara perawatan penderita dalam suatu kamar isolasi, mencegah

aspirasi, mengatur infus penderita, dan monitoring produksi urin.16

Pengobatan obstetrik

19

Page 20: Makalah blok 25

Sikap terhadap kehamilan ialah semua kehamilan dengan eklampsia harus diakhiri,

memandang umur kehamilan dan keadaan janin. Persalinan diakhiri bila sudah mencapai

stabilisasi (pemulihan) hemodinamika dan metabolisme ibu.16

Pada perawatan pasca persalinan, bila persalinan terjadi pervaginam, monitoring tanda-

tanda vital dilakukan sebagaimana lazimnya.16

Setelah kejangan dapat diatasi dan keadaan umum penderita diperbaiki, maka

direncanakan untuk mengakhiri kehamilan atau mempercepat persalinan dengan cara yang

aman. Apakah pengakhiran kehamilan dilakukan dengan sectio caesarea atau dengan induksi

persalinan per vaginam, hal tersebut tergantung dari banyak faktor, seperti keadaan cerviks,

komplikasi obstetrik, paritas, adanya ahli anestesia, dan sebagainya.16

Persalinan per vaginam merupakan cara yang paling baik bila dapat dilaksanakan

cepat tanpa banyak kesulitan. Pada eklampsia gravidarum perlu diadakan indul:si dengan

amniotomi dan infus pitocin, setelah penderita bebas dari serangan kejangan selama 12 jam

dan keadaan cerviks mengizinkan. Tetapi, apabila cerviks masih lancip dan tertutup

terutama pada primigravida, kepala janin masih tinggi, atau ada persangkaan disproporsi

sefalopelvic, sebaiknya dilakukan sectio caesarea.16

Jika persalinan sudah mulai pada kala I, dilakukan amniotomi untuk mempercepat

partus dan bila syarat-syarat telah dipenuhi, dilakukan ekstraksi vakum. Di sini dipilih

vakum karena rangsangannya lebih kecil daripada ekstraksi dengan cunam. Tetapi, bila

tidak ada ekstraktor vakum, cunam dapat juga dipergunakan.16

Pilihan anestesia untuk mengakhiri persalinan pada eklampsia tergantung dari

keadaan umum penderita dan macam obat sedatif yang telah dipakai. Keputusan tentang hal ini

sebaiknya dilakukan oleh ahli anestesia. Anestesia lokal dapat dipakai bila sedasi sudah berat.

Anestesik spinal dapat menyebabkan hipotensi yang berbahaya pada eklampsia; jadi

sebaiknya jangan dipergunakan.16

Pengalaman menunjukkan bahwa penderita eklampsia tidak seberapa tahan terhadap

perdarahan postpartum atau trauma obstetrik; keduanya dapat menyebabkan shock. Maka

dari itu, semua tindakan obstetrik harus dilakukan seringan mungkin, dan selalu

disediakan darah. Ergometrin atau methergin boleh diberikan pada perdarahan postpartum

yang disebabkan oleh atonia uteri, tetapi jangan diberikan secara rutin tanpa indikasi.16

Setelah kelahiran, perawatan dan pengobatan intensif diteruskan untuk 48 jam. Bilk

tekanan darah turun, maka pemberian obat penenang dapat dikurangi setelah 24 jam

postpartum untuk kemudian lambat laun dihentikan. Biasanya diuresis bertambah 24-48 jam

setelah kelahiran dan edema serta proterinuria berkurang.16

20

Page 21: Makalah blok 25

KOMPLIKASI

Meliputi solusio plasenta (abrupsio), trombosis atau pendarahan otak, kematian

perinatal, DIC, anemia hemolitik angiopatik, nekrosis korteks ginjal, nekrosis tubular ginjal,

gagal hepar dengan nekrosis periportal, ruptur hepatik, gagal jantung, edema paru, aspirasi

paru, dan kematian ibu. Komplikasi pada eklampsia antara lain : 22

1. Lidah tergigit

2. Terjadi perlukaan atau trauma dan fraktur karena jatuh akibat kejang

3. Solusio plasenta

4. Payah ginjal, payah jantung, paru yang disebabkan edema, liver oleh karena nekrosis.

5. Gangguan pernafasan

6. Perdarahan otak

7. Merangsang persalinan

8. Prematuritas, dismaturitas, kematian janin intra uterin

9. Sindrom HELLP

Sindrom HELLP ialah preeklampsia-eklampsia disertai timbulnya hemolisis, peningkatan

enzim hepar, disfungsi hepar, dan trombositopenia. Didahului tanda dan gejala yang tidak

khas malaise, lemah, nyeri kepala, mual, muntah (semuanya ini mirip tanda dan gejala infeksi

virus). Pada sindrom HELL dapat ditemukan tanda-tanda hemolisis intravaskular, khususnya

kenaikan LDH, AST, dan bilirubin, indirek, tanda kerusakan/disfungsi sel hepatosit hepar :

kenaikan ALT, AST, LDH, dan trombosit ≤ 150.000/ml. Semua perempuan hamil dengan

keluhan nyeri pada kuadran atas abdomen, tanpa memandang ada tidaknya tanda dan gejala

preeklampsia, harus dipertimbangkan Sindroma HELLP. Doublestrength dexamethasone

diberikan 10 mg i.v. tiap 12 jam segera setelah diagnosis sindroma HELLP ditegakkan. Kegunaan

pemberian double strength dexamethasone ialah untuk (1) kehamilan preterm,

meningkatkan pematangan paru janin dan (2) untuk sindroma HELLP sendiri dapat

mempercepat perbaikan gejala klinik dan laboratorik.22

H : Hemolysis

EL : Elevated Liver Enzyme

LP : Low Platelets Count

21

Page 22: Makalah blok 25

PROGNOSIS

Prognosis selalu serius karena eklampsia merupakan salah satu kelainan paling

berbahaya yang harus dihadapi oleh mereka yang merawat ibu hamil dan bayinya. Angka

kematian ibu karena eklampsia telah menurun dalam tiga dasawarsa ini.18

Eklampsia di Indonesia masih merupakan penyakit pada kehamilan yang meminta

korban besar dari ibu dan bayi. Berbagai pengumuman, diketahui kematian ibu berkisar

antara 9,8% - 25,5%, sedangkan kematian bayi lebih tinggi lagi, yakni 42,2% - 48,9%.

Sebaliknya, kematian ibu dan bayi di negara maju jauh lebih kecil. Tingginya kematian ibu

dan anak di negara-negara yang kurang maju disebabkan oleh kurang sempurnanya

pengawasan antenatal dan natal; penderita-penderita eklampsia sering terlambat mendapat

pengobatan yang tepat. Kematian ibu biasanya disebabkan oleh perdarahan otak,

decompensatio cordis dengan edema paru-paru, payah ginjal, dan masuknya isi lambung ke

dalam jalan pernafasan waktu kejangan.16

Sebab kematian bayi terutama oleh hypoksia intrauterin dan prematuritas.

Berlawanan dengan yang sering diduga, preeklampsia dan eklampsia tidak menyebabkan

hipertensi menahun. Ditemukan bahwa pada penderita yang mengalami eklampsia pada

kehamilan pertama, frekuensi hipertensi 15 tahun kemudian atau lebih tidak lebih tinggi

daripada mereka yang hamil tanpa eklampsia.16

Eklampsia adalah suatu keadaan yang sangat berbahaya, maka prognosa kurang baik

untuk ibu maupun anak. Prognosa dipengaruhi oleh paritas, usia dan keadaan saat masuk

rumah sakit. Gejala-gejala yang memberatkan prognosa dikemukakan oleh Eden adalah koma

yang lama atau kesadaran menurun, nadi diatas 120 per menit, suhu diatas 39°C, tensi diatas

200 mmHg, konvulsi lebih dari 10 kali serangan/24 jam dan proteinuria lebih dari 10 gr

sehari.18,22

Bila penderita tidak terlambat dalam pemberian pengobatan, maka gejala perbaikan

akan tampak jelas setelah kehamilannya diakhiri. Segera setelah persalinan berakhir

perubahan patofisiologi akan segera pula mengalami perbaikan. Diuresis terjadi 12 jam

kemudian setelah persalinan. Keadaan ini merupakan tanda prognosis yang baik, karena hal ini

merupakan gejala pertama penyembuhan. Tekanan darah kembali normal dalam beberapa

jam kemudian.18,22

Eklampsia tidak mempengaruhi kehamilan berikutnya, kecuali pada janin dan ibu

yang sudah mempunyai hipertensi kronik. Prognosis janin pada penderita eklampsia juga

tergolong buruk. Seringkali janin mati intrauterin atau mati pada fase neonatal karena

memang kondisi bayi sudah sangat inferior.22

22

Page 23: Makalah blok 25

DAFTAR PUSTAKA

1. Anamnesis Diagnostik Kehamilan. Dalam : Goelam,S.A. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Balai

Pustaka; 1990.h.73-4.

2. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik. Dalam : Norwitz, Errol. At a Glance Obstetri dan

Ginekologi. Edisi 2. Jakarta : Erlangga; 2008.h.9

3. Eklampsia. Dalam : Taber, Ben Zion. Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi.

Edisi 2. Jakarta : EGC; 2003.h.242-5.

4. Preeklampsia. Dalam : Taber, Ben Zion. Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan

Ginekologi. Edisi 2. Jakarta : EGC; 2003.h.236-41.

5. Preeklampsia/Eklampsia. Dalam : Mansjoer, Arif, dkk .Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3.

Jakarta : FKUI; 2003.h.270-3.

6. Teknik Pemeriksaan Ibu Hamil. Dalam : Bickley, Lynn. Bates Buku Ajar Pemeriksaan Fisik

& Riwayat Kesehatan. Edisi 8. Jakarta : EGC; 2009.h.427-32.

7. Pemeriksaan Palpasi. Dalam : Anamnesis Diagnostik Kehamilan. Dalam : Goelam,S.A. Ilmu

Kebidanan. Jakarta : Balai Pustaka; 1990.h.76-8.

8. Protein (urin). Dalam : Joyce LK. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik.

Edisi 6. Jakarta : EGC; 2008.h.387.

9. Urynalisis, Hematologic Studies, Serum Creatinine Level, Liver Function Test on

Eclampsia. 2011. Diunduh dari http://emedicine.medscape.com/article/253960-

overview#aw2aab6b9. Diunduh tanggal 4 Juni 2013.

10. Bilirubin (Total dan Langsung) (serum). Dalam : Joyce LK. Pedoman Pemeriksaan

Laboratorium dan Diagnostik. Edisi 6. Jakarta : EGC; 2008.h.83.

11. Haptoglobin (Serum). Dalam : Joyce LK. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium dan

Diagnostik. Edisi 6. Jakarta : EGC; 2008.h.227.

12. Laktat Dehidrogenase (LDH) (serum). Dalam : Joyce LK. Pedoman Pemeriksaan

Laboratorium dan Diagnostik. Edisi 6. Jakarta : EGC; 2008.h.295.

13. Kreatinin (serum). Dalam : Joyce LK. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik.

23

Page 24: Makalah blok 25

Edisi 6. Jakarta : EGC; 2008.h.150.

14. Aminotransferase aspartat (AST). Dalam : Joyce LK. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium

dan Diagnostik. Edisi 6. Jakarta : EGC; 2008.h.75.

15. Radiology Imaging on Eclampsia. Edisi 2011. Diunduh dari

http://emedicine.medscape.com/article/253960-overview#aw2aab6c13. 4 Juni 2013.

16. Saifuddin AB, Rachimhadhi T, Wiknjosastro GH. Ilmu Kebidanan. Edisi ke-4. Jakarta : PT

Bina Pustaka; 2011.h.550-6.

17. Heller L. Gawat Darurat Ginekologi dan Obstetri. Edisi ke-1. Jakarta:EGC;1997.h.61.

18. Gary FC, Macdonald PC, Gant NF. Williams obstetric.22nd Ed. Newyork: McGraw-Hill;

2005.p.779-98; 801-11.

19. Brackley K, Killby MD. Pathogenesis of Preeclampsia. In: Churchill D, Beevers DG.

Hypertension in Pregnancy. London: BMJ Book, 2009.P.82-94.

20. Kaplan NM. Clinical Hypertension. 9th ed. Baltimore: Williams & Willkins, 2006.P.369-88.

21. Yogiantoro M. Hipertensi dan Kehamilan. Jakarta: PENEFRI, 2007. H.89-96.

22. Cuningham FG. Williams Obstetrics. Edisi 21. Jakarta: EGC, 2007. H.791-801.

23. Manuaba, I. B. G..Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Ginekologi. Edisi ke-2. Jakarta

: EGC; 2004.h.152-6.

24. Manuaba, I. B. G. Pengantar Kuliah Obstetri. Diagnosa Hipertensi Dalam Kehamilan. 2007.

Jakarta: EGC.h. 415-7.

24