makalah blok 17
DESCRIPTION
Makalah Blok 17TRANSCRIPT
Pankreatitis Akut Disebabkan Batu Empedu
Atvionita Sinaga
102012369
Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Tingkat 1
Alamat Korespondensi Jl. Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510
Abstrak:
Pankreatitis Akut merupakan reaksi peradangan pankreas, secara klinis ditandai nyeri
perut akut dengan kenaikan enzim dalam darah dan urin. Perjalanan penyakit dari ringan self
limited sampai berat yang disertai renjatan gangguan ginjal dan paru-paru yang bisa
berakibat fatal. Pada pankreatitis berat, enzim pankreas, bahan vasoaktif dan toksik keluar
dari saluran pankreas dan masuk ke dalam ruang pararenal anterior, pararenal posterior, lesser
sac, dan peritoneum. Bahan ini mengakibatkan iritasi kimiawi yang bisa menimbulkan
penyulit seperti kehilangan cairan berprotein, hipovolemia, dan hipotensi.
Kata Kunci : Pankreatitis Akut,
Abstrac:
Acute pancreatitis is an inflammatory reaction of the pancreas, clinically
characterized by acute abdominal pain increase in enzymes in the blood and urine. Course of
the disease from mild self-limited to severe seizure disorders accompanied by kidney and
lungs which can be fatal. In severe pancreatitis, pancreatic enzymes, vasoactive and toxic
materials out of the pancreatic duct and into the anterior pararenal space, pararenal
posterior, lesser sac, and peritoneum. This material is irritating chemical that can cause
complications such as loss of liquid protein, hypovolemia, and hypotension.
Keywords: Acute Pancreatitis,
1
I. PENDAHULUAN
Pankreas merupakan suatu organ yang mempunyai fungsi endokrin daneksokrin, dan
kedua fungsi ini saling berhubungan. Fungsi eksokrin yang utamaadalah untuk
memfasilitasi proses pencernaan melalui sekresi enzim-enzim ke dalamduodenum
proksimal. Sekretin dan kolesistokinin-pankreozimin (CCC-PZ) merupakan hormon traktus
gastrointestinal yang membantu dalam mencerna zat-zatmakanan dengan mengendalikan
sekret pankreas. Sekresi enzim pankreas yangnormal berkisar dari 1500-2500 mm/hari.1
Pankreatitis (inflamasi pankreas) merupakan penyakit yang serius pada pancreas
dengan intensitas yang dapat berkisar mulai dari kelainan yang relatif ringan dansembuh
sendiri hingga penyakit yang berjalan dengan cepat dan fatal yang tidak bereaksi terhadap
berbagai pengobatan.
Pankreatitis Akut adalah peradangan pankreas yang terjadi secara tiba-tiba, bisa
bersifat ringan atau berakibat fatal. Pankreatitis akut sering merupakan
penyakitgastroenterology yang mengancam nyawa. Dengan demikian diagnose awal dan
penilaian beratnya kasus pancreatitis akut sangat diperlukan sehingga penatalaksanaannya
dapat cepat diberikan dan hal ini akan berpengaruh terhadap prognosis.1
II. TINJAUAN PUSTAKA
Di dalam proses penelusuran suatu penyakit, kita harus mempunyai pengetahuan
mengenai keluhan-keluhan yang dialami pasien serta langkah-langkah dalam mendiagnosa
suatu penyakit.
2.1 Anamnesa
Pada anamnesis kita tanyakan identitas pasien terlebih dahulu kemudian dilanjutkan
dengan riwayat penyakit sekarang, anamnesa pada riwayat penyakit sekarang tidak terpusat
pada penyakit hati saja namun pandang juga dari sisi sistem pencernaan karna sama sama
terdapat pada rongga abdomen. Salah satu gejala yang sering dijumpai pada kelainan sistem
hepatobilier berupa nyeri abdomen. Nyeri pada abdomen merupakan tanda tanda dari adanya
akut abdomen dan merupakan keluahan yang sering ditemukan dan penting.2
Keluhan dapat timbul bagi penyakit yang membahayakan jiwa ataupun penyakit ringan
yang bisa sembuh sendiri. selain anamnesis riwayat penyakit sekarang tanyakan apakah
dikeluarganya ada yang terkena penyakit yang sama seperti ini, kemudian tanyakan pada
pasien bgaimana kehidupan sosial, yang dimaksud dengan kehidupan sosial adalah pola
makan apakah pasien suka makan makanan yang kurang higienis. Kemudian tanyakan pasien
2
apakah sudah pernah berobat sebelumnya, dan setelah amanesis bisa dilanjutkan dengan
pemerikasaan fisik.2
2.2 Pemeriksaan
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, kita sebelumnya harus memeriksa pemeriksaan umum yaitu
tanda-tanda vital terlebih dahulu. Tanda tanda vital mencakup suhu, tekana darah, frekuensi
napas, nadi dan sebagainya.
Kemudian lakukan pemeriksaan lokalisasi yaitu dengan ispeksi, palpasi dan
pergerakan. Pemeriksaan abdomen paling baik dilakukan pada pasien dalam keadaan
berbaring dan rileks, kedua tangan berada disamping dan pasien bernafas melalui mulut.
Tangan pemeriksa harus hangat untuk menghindari terjadinya refleks tahanan otot pada
pasien. Abdomen harus diperiksa secara sistematis, terutama jika pasien menderita nyeri
abdomen. Selalu tanyakan kepada pasien letak nyeri yang dirasa maksimal dan periksa
bagian tersebut paling akhir. Lakukan palpasi disetiap kuadran secara berurutan yang
awalnya dilakukan tanpa penekanan yang berlebihan dan dilanjutakan dengan palapasi
secara dalam (jika tidak terdapat area nyeri yang diderita atau doketahui). Kemudian
palpasi khusus kepada beberapa organ.2
Bila terdapat pembengkakan yang abnormal, dan pada waktu palpasi tidak
menimbulkan nyeri, tentukan keadaan dan karateristiknya. Tahanan abdomen merupakan
suatu refleks penegangan otot abdominal yang terlokalisasi yang tidak dapat dihindari oleh
pasien dengan sengaja. Adanya tahanan tersebut merupakan tanda iritasi peritoneum perifer
atau tanda nyeri tekan yang tajam dari organ dibawahnya. Pastikan adanya tahanan
abdomen dengan melakukan perkusi ringan di atas area yang terkena.
Pada kasus ini biasanya ditemukan nyeri tekan abdomen. Juga terdapat dstensi
abdomen bagian atas dan bunyi timpani. Bising usus menurun atau hilang karena proses
peradangan dan aktivasi enzim pada motilitas usus. Dan kemudian didapatkan Cullen’s
Sign yaitu suatu warna kebiruan di umbilicus menandakan perdarahan di periumbilical.
Tanda ini membutuhkan waktu 24-48 jam untuk muncul dan dapat memprediksi munculnya
pankreatitis akut, dengan angka kematian meningkat dari 8-10% sampai 40%. Ini bisa
disertai dengan Grey Turner Sign (memar panggul), yang kemudian mungkin menunjukkan
nekrosis pankreas dengan retroperitoneal atau perdarahan intraabdominal.2
3
Pemeriksaan Laboratorium
Darah. Ditemukan kenaikan jumlah leukosit sekitar 10.000/mm3, jarang sekali
melebihi 30.000/mm3. Apabila dijumpai anemia, maka biasanya menunjukkan tanda
perdarahan yang berat. Kenaikan serum bilirubin di atas 1,5 mg% dijumpai pada 50% atau
lebih penderita dengan etiologi kelainan traktus biliaris.3
Kadar amilase. Rata-rata 2 jam setelah timbulnya gejala pankreatitis, terjadi kenaikan
kadar serum amilase. Kadar ini tetap tinggi selama 24-48 jam, sedang kadarnya dalam urine
tetap tinggi sampai 72 jam. Kenaikan kadar serum amilase bila lebih dari 10 hari harus
dipertimbangkan adanya komplikasi atau nekrosis pankreas. Bila kadar amilase dalam
serum seseorang sebesar 5 kali normalnya, dapat dipastikan orang tersebut menderita
pankreatitis akut.3
Kadar lipase. Kadar lipase dalam serum juga meninggi. Kenaikan kadar lipase ini
paralel dengan kenaikan serum amilase.
Kadar kalsium. Timbulnya hipokalsemia pada hari kedua atau lebih menunjukkan
adanya nekrosis pankreas. Apabila kadar kalsium lebih rendah dari 7,0 mg, berarti
prognosisnya jelek. Dengan timbulnya hipokalsemia akan timbul tanda-tanda tetani. Tidak
adanya kalsium dalam urin dapat dipakai sebagai diagnosis dini pankreatitis akut.3
Kadar gula darah. Kadar gula darah meninggi pada 15-25% penderita. Hal ini
disebabkan karena terdapat kenaikan sekresi glucagon, biasanya meningkat sementara
umum terjadi khususnya selama seranganawal atau akut. Hiperglikemi lanjut menunjukkan
adanya kerusakan sel beta dannekrosis pankreas dan tanda aprognosis buruk.
Bilirubin serum. Bilirubin serum terjadi pengikatan umum (mungkin disebabkan oleh
penyakithati alkoholik atau penekanan duktus koledokus).
Fosfatase Alkalin. Fosfatase Alkalin biasanya meningkat bila pankreatitis disertai oleh
penyakit bilier seperti terdapat batu empedu.3
Albumin dan protein. Albumin dan protein serum dapat meningkat (meningkatkan
permeabilitas kapiler dan transudasi cairan kearea ekstrasel)
Pemeriksaan penunjang diagnostik lain
Pemeriksaan lain yang perlu dilakukan sebagai saran penunjang diagnostik, yaitu :
1. Radiologis
Pemeriksaan foto rontgen polos perut paling mudah dilaksanakan. Tampak
adanya dilatasi di kolon transversum atau dilatasi di kolon asenden, disebut tanda
colon cut off. Hal ini disebabkan terjadinya eksudasi pankreas sehingga timbul
4
spasme di tempat tersebut di atas. Karena eksudasi pankreasi, maka usus halus di
sekitar pankreas mengalami dilatasi dan terisi udara, disebut tanda sentinel loop. Pada
gastroduodenografi akan dapat dilihat pelebaran kurve duodenal, yang disebabkan
oleh edema kaput pankreas.3
2. Ultrasonografi (USG)
Ultrasonografi mudah dilaksanakan. Gambaran ultrasonografi pankreatitis
akut tampak pelebaran menyeluruh dari pankreas. Karena edema pada pankreas, maka
tampak densitas gema menurun. Secara ultrasonografi dapat diikuti perkembangan
pankreatitis.
3. CT Scan
CT Scan penting untuk mendeteksi adanya penyulit seperti nekrosis,
pengumpulan cairan didalam/diluar pancreas, pseudokista, pembentukan flegmon dan
abses. Pemantauan pasien dengan CT Scan secara serial dapat berguna bila terdapat
kecurigaan timbulnya penyulit seperti di atas.3
4. Endoskopi
Penggambaran duktus pankreas berguna untuk diagnosa fistula, penyakit
obstruksi bilier dan striktur/anomali duktus pankreas. Catatan : prosedur ini dikontra
indikasikan pada fase akut.3
2.3 Diagnosis
Different Diagnosis
1. Kolesistitis Akut
Radang kandung empedu adalah resaksi inflamasi akut dinding empedu yang
disertai keluahan nyeri perut kanan atas, nyeri tekan, dan demam. Hingga kini
pathogenesis penyakit ini belum diketahui. Faktor yang mempengarui timbulnya
serangan kolesistitis akut adalah statis cairan empedu, infeksi kuman, dan iskemia
dinding kandung empedu. Penyebab utama kolesititis akut adalah kandung empeduyang
terletak di duktus sistikus yang menyebabkan statis cairan empedu.3
Keluhan yang agak khas untuk serangan kolesistitis akut adalah kolik perut
disebelah kanan atas epigastrium dan nyeri tekan serta kenaikan suhu tubuh. Kadang-
kadang rasa sakit menjalar ke pundak atau scapula kanan dan dapat berlangsung sampai
60 menit tanpa reda. Pasien kolesistitis akut umumnya perempuan gemuk dan berusia
diatas 40 tahun. Pada pemeriksaan fisik ditemukan masa kandung empedu, nyeri tekan
disertai tanda peritonitis local.
5
Pemeriksaan laboratorium menunjukan adanya leukositosis serta kemungkinan
peninggian serum transaminase dan alkali fosfatase. Apabila keluhan nyeri bertambah
hebat disertai suhu tinggi dan mengigil serta leukositosis berat, kemungkinan terjadi
empyema dan perforasi kandung empedu perlu dipertimbangkan.3
2. Kolangitis Akut
Kolangitis adalah suatu infeksi bakteri pada cairan empedu di dalam saluran
empedu. Kolagitis terjadi akibat obstruksi aliran empedu, tersering karena batu
koledokus. Sering terjadi kolangitis piogenik rekuren, kejadian ini ditandai dengan
infeksi saluran bilier berulang. Pembentukan batu empedu intrahepatic dan
ekstrahepatik, abses hati serta adanya dilatasi atau striktur dari saluran empedu.
Faktor dari dalam lumen saluran empedu misalnya batu koledokus atau askaris yang
memasuki duktus koledokus. Faktor dari luar lumen saluran empedu misalnya karsinoma
caput pancreas yang menekan duktus koledokus. Ada 2 faktor yang menyebabkan
terjadinya kolangitis :
a. Peningkatan tekanan intraduktus dalam saluran empedu akibat dari obstruksi
salauran empedu sebagian atau total.
b. Cairan empedu yang terinfeksi.
Sering didapatkan nyeri kuadran kana atas, icterus dan disertai demam mengigil.
Gejala ini disebut Trias Charcot sering kali batu koledokus menimbulkan nyeri henat di
epigastrium atau perut kanan atas yang bersifat kolik, menjalar kepunggung, kadang
nyeri juga dapat bersifat konstan. Pada kolangitis akut didapatkan trias charcot disertai
hipotensi dan gangguan kesadaran.
Pemeriksaan laboratorium pada kolangitis akut dapat ditemukan:
- Leukositosis
- Hiperbiliruminemia (bila akibat batu, biasanya obstruksi parsial)
- Peningkatan SGOT, SGPT, alkali fosfatase dan gama GT serum
Working Diagnosis
Pankreatitis Akut
6
Pankreatitis akut adalah peradangan pancreas. Secara klinis pankreatitis akut
ditandai oleh nyeri perut yang akut disertai kenaikan enzim dalam darah dan urin.
Pankreatitis ditandai dengan berbagai derajat edema, pendarahan, dan nekrosis pada sel-
sel asinus. Perjalan penyakitnya sangat bervariasi dari ringan yang self limited disease
sampai yang sangat berat disertai dengan rejatan, gangguan ginjal, dan paru-paru yang
fatal.3
2.4 Anatomi Fisiologi Pankreas
1. Anatomi
Pankreas adalah kelenjar majemuk bertandan. Strukturnya sangat mirip dengan
kelenjar ludah, panjangnya kira-kira 15 cm, mulai dari duodenum sampai limpa, dan
dilukiskan terdiri atas tiga bagian.4
a. Caput (kepala) pankreas, yang paling lebar, terletak di sebelah kanan rongga
abdomen dan di dalam lekukan duodenum dan melingkarinya.
b. Corpus (badan) pankreas, merupakan bagian utama pada organ itu dan letaknya di
belakang lambung, di depan vertebra lumbalis pertama.
c. Caudal (ekor) adalah bagian yang runcing di sebelah kiri, dan menyentuh limpa.
Jaringan pankreas terdiri atas lobula sel sekretari yang tersusun mengitari saluran-saluran
halus. Saluran-saluran ini mulai dari persambungan saluran-saluran kecil dari lobula yang
terletak di dalam ekor pankreas dan berjalan melalui badannya dari kiri ke kanan. Saluran-
saluran kecil itu menerima saluran dan lobula lain dan kemudian bersatu unstuk membentuk
saluran utama, yaitu duktus wirsungi.4
2. Fisiologi
Pankreas dapat disebut sebagai organ rangkap karena mempunyai 2 fungsi. Fungsi
eksokrin dilaksanakan oleh sel sekretari lobulanya, yang membentuk getah pankreas dan
yang berisi enzim dan elektrolit. Cairan pencerna itu berjalan melalui saluran ekskretori halus
dan akhirnya dikumpulkan oleh dua saluran, yaitu yang utama disebut duktus wirsungi dan
sebuah saluran lain, yaitu duktus santorini, yang masuk ke dalam duodenum.4
Saluran utama bergabung dengan saluran empedu di Ampula Vater. Isi enzim dalam
getah pankreas yaitu amilase, lipase, dan tripsin. Enzim ini bersifat alkalis.Pankreas dilintasi
oleh saraf vagus dan dalam beberapa menit setelah menerima makanan, arus getah pankreas
bertambah. Kemudian setelah isi lambung masuk ke dalam duodenum, maka dua hormon,
7
sekretin dan pankreozimin dibentuk di dalam mukosa duodenum dan yang kemudian
merangsang arus getah pankreas.4
Fungsi endokrin tersebar di antara alveoli pankreas, terdapat kelompok-kelompok
kecil sel epitelium, yang jelas terpisah. Kelompok ini adalah pulau-pulau kecil atau
kepulauan langerhans, yang bersama-sama membentuk organ endokrin. Persarafan didapati
dari saraf vagus dan persediaan darah dan saluran kapiler besar.4
2.5 Klasifikasi Pankreatitis Akut
Pankreatis akut memiliki keparahan yang berkisar dari kelainan yang relatif ringan
dan sembuh dengan sendirinya hingga penyakit yang dengan cepat menjadifatal serta tidak
responsif terhadap berbagai terapi. Berdasarkan pada beratnya proses peradangan dan luasnya
nekrosis parenkim dapat dibedakan:
a. Pankreatitis akut tipe interstitial
Secara makroskopik, pankreas membengkak secara difus dan tampak pucat. Tidak
didapatkan nekrosis atau perdarahan, atau bila ada, minimal sekali. Secara mikroskopik,
daerah intersitial melebar karena adanya edemaekstraselular, disertai sebaran sel-sel
leukosit polimorfonuklear (PMN).Saluran pankreas dapat terisi dengan bahan-bahan
purulen. Tidak didapatkan destruksi asinus. Meskipun bentuk ini dianggap sebagai bentuk
pankreatitis yang lebih ringan, namun pasien berada dalam keadaan sakit yang akut dan
berisiko mengalami syok, gangguan keseimbangan cairan serta elektrolit dansepsis.3
b. Pankreatitis akut tipe nekrosis hemoragik, Secara makroskopik tampak nekrosis
jaringan pankreas disertai dengan perdarahan dan inflamasi. Tanda utama adalah adanya
nekrosis lemak pada jaringan-jaringan di tepi pankreas, nekrosis parenkim dan pembuluh-
pembuluhdarah sehingga mengakibatkan perdarahan dan dapat mengisi
ruanganretroperitoneal. Bila penyakit berlanjut, dapat timbul abses atau daerah-daerah
nekrosis yang berdinding, yang subur untuk timbulnya bakteri sehingga dapat
menimbulkan abses yang purulen. Gambaran mikroskopis adalah adanya nekrosis lemak
dan jaringan pankreas, kantong-kantong infiltrat yangmeradang dan berdarah ditemukan
tersebar pada jaringan yang rusak dan mati.Pembuluh-pembuluh darah di dalam dan di
sekitar daerah yang nekrotik menunjukkan kerusakan mulai dari inflamasi peri vaskular,
vaskulitis yangnyata sampai nekrosis dan trombosis pembuluh-pembuluh darah.3
2.6 Etiologi
8
Pankreatitis akut terjadi akibat proses tercernanya organ ini oleh enzim-enzimnya
sendiri, khususnya oleh tripsin.Delapan puluh persen penderita pankreatitis akut mengalami
penyakit pada duktus billiaris; meskipun demikian, hanya 5% penderita batu empedu yang
kemudianmengalami nekrosis. Batu empedu memasuki duktus koledokus dan terperangkap
dalamsaluran ini pada daerah ampula Vateri, menyumbat- aliran getah pankreas
ataumenyebabkan aliran balik (refluks) getah empedu dari duktus koledokus ke dalamduktus
pankreastikus dan dengan demikian akan mengaktifkan enzim-enzim yang kuatdalam
pankreas. Spasme dan edema pada ampula Vateri yang terjadi akibat duodenitiskemungkinan
dapat menimbulkan pankreatitis.5
Etiologi Pankreatitis Akut
a. Alkohol
b. Batu empedu
c. Pasca bedah
d. Pasca ERCP (endoscopic retrograde cholangiopancreatography)
e. Trauma terutama trauma tumpul
f. Metobolik (hipertrigliseridemia, hiperkalsemia, gagal ginjal)
g. Infeksi (virus parotitis, hepatitis, koksaki, askaris, mikoplasma)
h. Berhubungan dengan obat-obatan (azatioprin, 6 merkaptopurin,
sulfonamid,tiazid, furosemid, tetrasiklin)
i. Penyakit jaringan ikat (lupus eritematosus sistemik)
j. Lain-lain, seperti gangguan sirkulasi, stimulasi vagal
2.7 Epidemiologi
Di negara barat penyakit ini sering kali ditemukan dan berhubungan erat dengan
penyalahgunaan pemakaian alkohol, dan penyakit hepetobilier. Frekuensi berkisar
antara0,14% atau 10-15 pasien pada 100.000 penduduk. .Di negara barat bilamana
dihubungkan dengan batu empedu merupakan penyebabutama pankreatitis akut, maka usia
terbanyak terdapat sekitar 60 tahun dan terdapat lebih banyak pada perempuan (75%), bila
dihubungkan dengan pemakaian alkohol yang berlebihan maka pria lebih banyak (80-90%).5
2.8 Patofisiologi
Sebagai kontras adanya berbagai fakror etiologi yang menyertai pankreatitisakut,
terdapat rangkaian kejadian patofisiologis yang uniform yang terjadi padatimbulnya penyakit
9
ini. Kejadian ini didasarkan pada aktivasi enzim di dalam pankreas yang kemudian
mengakibatkan autodigesti organ.
Dalam keadaan normal pankreas pankreas terlindung dari efek enzimatik enzim
digestinya sendiri. Enzim ini disintesis sebagai zimogen yang inaktif dandiaktivasi dengan
pemecahan rantai peptid secara enzimatik.Selain itu terdapat inhibitor di dalam jaringan
pankreas, cairan pankreas danserum sehingga dapat menginaktivasi protease yang diaktivasi
terlalu dini. Dalam proses aktivasi di dalam pankreas, peran penting terletak pada tripsin
yangmengaktivasi semua zimogen pankreas yang terlihat dapam proses
autodigesti(kimotripsin, proelastase, fosfolipase A).5
Hanya lipase yang aktif yang tidak terganting pada tripsin. Aktivasi zimogensecara
normal dimulai oleh enterokinase di duodenum. Ini mengakibatkan mulanyaaktivasi tripsin
yang kemudian mengaktivasi zimogen yang lain. Jadi diduga bahwaaktivasi dini tripsinogen
menjadi tripsin adalah pemicu bagi kaskade enzim danautodigesti pankreas.
Adapun mekanisme yang memulai aktivasi enzim antara lain adalah refluks
isiduodenum dan refluks cairan empedu, akticasi sistem komplemen, stimulasi, sekresienzim
yang berlebihan. Isis duodenum merupakan campuran enzim pankreas yangaktif, asam
empedu, lisolesitin dan lemak yang telah mengalami emulsifikasi;semuanya ini mampu
manginduksi pankreatitis akut. Asam empedu mempunyai efek detergen pada sel pankreas,
meningkatkan aktivasi lipase dan fosfolipase A, memecahlesitin menjadi lisolesitin dan asam
lemak dan menginduksi spontan sejumlah kecil proenzim pankreas yang lain. Selanjutnya
perfusi asam empedu ke dalam duktus pankreatikus yang utama menambah permeabilitas
10
sehingga mengakibatkan perubahan struktural yang jelas. Perfusi 16,16 dimetil prostaglandin
E2 mengubah penemuan histologik pankrataitis tipe edema ke tipe hemoragik.
Kelainan histologis utama yang ditemukan pada pankreatitis akut adalahnekrosis
keoagulasi parenkim dan poknosis inti atau kariolisis yang cepat diikut olehdegradasi asini
yang nekrotik dan absopsi debris yang timbul. Adanya edema, perdarahan dan trombosis
menunjukkan kerusakan vaskular yang terjadi bersamaan.5
2.9 Manifestasi Klinis
Pada pankreatitis akut, gejala berupa nyeri yang hebat di perut atas bagian tengah,
dibawah tulang dada (sternum) hampir selalu ada dan paling hebat di epigastrium. Nyeri
tersebut dapat berkurang dengan duduk membungkuk. Nyeri sering menjalar ke punggung.
Kadang nyeri pertama bisa dirasakan di perut bagian bawah. Nyeri ini biasanya timbul secara
tiba-tiba dan mencapai intensitasmaksimumnya dalam beberapa menit. Nyeri biasanya berat
dan menetap selama berhari-hari. Bahkan dosis besar dari suntikan narkotik pun sering tidak
dapat mengurangi rasa nyeri ini. Batuk, gerakan yang kasar dan pernafasan yang dalam, bisa
membuat nyeri semakin memburuk. Duduk tegak dan bersandar ke depan bisamembantu
meringankan rasa nyeri.6
Mual muntah bersifat tidak spesifik. Mual muntah sering merupakan akibatdari nyeri
dan dapat memperburuk keadaan penderita. Syok dapat timbul karenahipovolemia akibat
dehidrasi ataupun karena neurogenik. Demam sering puladitemukan pada penderita
pankreatitis akut. Penyebab utamanya adalah kerusakan jaringan yang luas. Nyeri bisa ringan
atau parah, tetapi biasanya menetap dan tidak bersifatkram. Mual dan muntah sering timbul.
Sering gejala ini timbul 1 sampai 3 harisetelah meminum alkohol dalam jumlah yang banyak.
Nyeri berlangsung dengan onset mendadak (<30 menit), menjalar ke punggung,
menghilang dalam < 72 jam. Kemudian muntah yang jugamenyebabkan hipovolemia, dan
intekrus yang menunjukkan adanya kolangitisyang berhubungan dan meningkatkan
kemungkinan batu empedu. Tiga gejala inidisebut dengan trias klasik. Tingkat berat suatu
serangan bisa bervariasi darihampir tidak signifikan sampai membahayakan jiwa.6
Nyeri diperkirakan berasal dari peregangan kapsul pankreas oleh duktulusyang melebar
dan edema parenkim, eksudat peradangan, protein dan lipid yangtercerna, dan perdarahan.
Selain itu, zat-zat tersebut dapat merembes keluar parenkim dan memasuki retroperitoneum
dan saccus minor, tempat zat-zat tersebutmengiritasi ujung saraf sensorik retroperitoneum
dan peritoneum sertamenimbulkan nyeri punggung dan pinggang yang intens.6
11
Penderita pankreatitis akut karena alkoholisme, bisa tidak menunjukkan gejala lainnya,
selain nyeri yang tidak terlalu hebat. Sedangkan penderita lainnya akan terlihat sangat sakit,
berkeringat, denyut nadinya cepat (100-140 denyut per menit) dan pernafasannya cepat dan
dangkal. Pada awalnya, suhu tubuh bisa normal, namun meningkat dalam beberapa
jamsampai 37,8-38,8 Celsius, tekanan darah bisa tinggi atau rendah, namun cenderung turun
jika orangtersebut berdiri dan bisa menyebabkan pingsan, kadang-kadang bagian putih mata
(sklera) tampak kekuningan, 20% penderita pankreatitis akut mengalami beberapa
pembengkakan pada perut bagian atas.6
Pembengkakan ini bisa terjadi karena terhentinya pergerakan isilambung dan usus
(keadaan yang disebut ileus gastrointestinal atau karena pankreas yang meradang tersebut
membesar dan mendorong lambung ke depan, bisa juga terjadi pengumpulan cairan dalam
rongga perut (asites), ada pankreatitis akut yang berat (pankreatitis nekrotisasi), tekanan
darah bisa turun,mungkin menyebabkan syok. Pankreatitis akut yang berat bisa berakibat
fatal.6
2.10 Komplikasi
Shock renjatan merupakan komplikasi yang tersering. Pankreatitis akut menyebabkan
bertambahnya eksudasi pankreas ke dalam ruang retroperitoneal dan intraperitoneal yang
dapat mempengaruhi volume intravaskuler sehingga timbul hipotensi dan renjatan.
hipokalsemia (kalsium darah rendah), glukosa darah yang tinggi,dehidrasi, dan gagal ginjal
(yang dihasilkan dari volume darah yang tidak memadai yang, pada gilirannya, dapat hasil
dari kombinasi dari kehilangan cairan dari muntah, perdarahan internal, atau mengalir cairan
dari sirkulasi ke dalam rongga perut dalam menanggapi peradangan pankreas, sebuah
fenomena dikenal sebagai Penjarangan Ketiga).6
Komplikasi pernapasan sering terjadi dan merupakan kontributor utama kematian
pankreatitis. Beberapa tingkat efusi pleura hampir mana-mana di pankreatitis. Beberapa atau
semua paru-paru bisa kolaps (atelektasis) sebagai hasil dari pernapasan dangkal yang terjadi
karena rasa sakit perut. Pneumonitis dapat terjadi sebagai akibat dari enzim pankreas secara
langsung merusak paru-paru, atau hanya sebagai respon jalur akhir yang umum untuk setiap
penghinaan besar untuk tubuh (yaitu ARDS atau Sindrom Pernapasan Akut Distress).
Demikian juga, SIRS (sindrom respon inflamasi sistemik) mungkin terjadi.6
Infeksi tempat tidur pankreas meradang dapat terjadi setiap saat selama perjalanan
penyakit. Bahkan, dalam kasus-kasus pankreatitis hemoragik berat, antibiotik harus diberikan
profilaksis.
12
2.11 Penatalaksanaan
Tidak ada terapi yang diketahui dapat menghentikan siklus aktivasi enzim pankreas
dengan inflamasi dan nekrosis kelenjar. Tetapi definitif ditujukan pada penyebab gangguan.
Prioritas medis untuk penatalaksanaan pendukung dari pankreatitis akut termasuk sebagai
berikut:
1. Penggantian cairan dan elektrolit
Penggantian cairan menjadi prioritas utama dalam penanganan pankreatitis akut.
Larutan yang diperintahkan dokter untuk resusitasi cairan adalah koloid atau ringer laktat.
Namun dapat pula diberikan plasma segar beku atau albumin. Tanpa memperhatikan larutan
mana yang dipergunakan. Penggantian cairan digunakan untuk memberikan perfusi pankreas,
yang hal ini diduga mengurangi perkembangan keparahan rasa sakit. Ginjal juga tetap dapat
melakukan perfusi dan ini dapat mencegah terjadinya gagal ginjal akut.7
Pasien dengan pankreatitis hemorragia kut selain mendapat terapi cairan mungkin juga
membutuhkan sel-sel darah merah untuk memulihkan volume. Pasien dengan penyakit parah
yang mengalami hipertensi, gagal memberikan respon terhadap terapi cairan mungkin
membutuhkan obat-obatan untuk mendukung tekanan darah. Obat pilihannya adalah dopamin
yang dapat dimulai pada dosis yang rendah (2-5 ug/kg/menit). Keuntungan obat ini adalah
bahwa dosis rendah dapat menjaga perfusi ginjal sementara mendukung tekanan darah.
Pasien hipokalsemia berat ditempetkan pada situasi kewaspdaan kejang dengan ketersediaan
peralatan bantu nafas. Perawat bertanggung jawab untuk memantau kadar kalsium, terhadap
pemberian larutan pengganti dan pengevaluasian respon pasien terhadap kalsium yang
diberikan.7
2. Pengistirahatan pancreas
Suction nasogastric digunakan pada kebanyakan pasien dengan pankreatitis akut untuk
menekan sekresi eksokrin pankreas dengan pencegahan pelepasan sekretin dari duodenum.
Mual, muntah dan nyeri abdomen dapat juga berkurang bila selang nasogastric ke suction
lebih dini dalam perawatan. Selang nasogastrik juga diperlukan pasien dengan illeus, distensi
lambung berat atau penurunan tingkat kesadaran untuk mencegah komplikasi akibat aspirasi
pulmoner. Puasa ketat (tak ada masukan peroral) harus dipertahankan sampai nyeri abdomen
reda dan kadar albumin serum kembali normal.7
Namun parenteral total dianjurkan untuk pasien pankreatitis mendadak dan parah yang
tetap dalam status puasa jangka panjang dengan suction nasogastrik dengan illeus paralitik,
13
nyeri abdomen terus-menerus atau komplikasi pankreas. Lipid tidak boleh diberikan karena
dapat meningkatkan kadar trigliserida lebih jauh dan memperburuk proses peradangan.
Pada pasien dengan pankreatitis ringan cairan peroral biasanya dapat dimulai kembali
dalam 3-7 hari dengan penggantian menjadi padat sesuai toleransi. Status puasa yang
diperpanjang dapat menyulitkan pasien. Perawatan mulut yang sering dan posisi yang sesuai
serta memberikan pelumasan pada selang nasogastric menjadi penting dengan
mempertahankan integritas kulit dan memaksimalkan kenyamanan pasien. Dianjurkan tirah
baring untuk mengurangi laju metabolisme basal pasien. Hal ini selanjutnya akan mengurangi
rangsangan dari sekresi pancreas.7
3. Penatalaksanaan nyeri
Analgetik diberikan untuk kenyamanan pasien maupun untuk mengurangi rangsangan
saraf yang diinduksi stress atau sekresi lambung dan pankreas. Meferidan (dimerol)
digunakan menggantikan morfin karena morfin dapat menginduksi spasme sfingter oddi.
4. Pencegahan komplikasi
Karena sebab utama kematian adalah sepsis maka antibiotika diberikan. Antasid
biasanya diberikan untuk mengurangi pengeluaran asam lambung dan duodenum dan resiko
perdarahan sekunder terhadap gastritis atau duodenitis.
5. Intervensi bedah
Terapi bedah mungkin diperlukan dalam kasus pankreatitis akut yang menyertai
penyakit batu empedu. Jika kolesistisis atau obstruksi duktus komunistidak memberikan
respon terhadap terapi konservatif selama 48 jam pertama, maka kolesistosyomi,
koleastektimi atau dekompresi duktus komunis.mungkin diperlukan untuk memperbaiki
perjalanan klinik yang memburuk secara progresif. Sering adanya kolesistisis gangrenosa
atau kolengitis sulit disingkirkan dalam waktu singkat dan intervensi yang dini mungkin
diperlukan, tetapi pada umumnya terapi konservatif dianjurkan sampai pankreatitis
menyembuh, dimana prosedur pada saluran empedu bisa dilakukan dengan batas keamanan
yang lebih besar.7
2.12 Pragnosis
Mortalitas akibat pankreatitis akut kira-kira 15% dan pankreatitis hemoragika
akutmempunyai mortalitas di atas 50%. Faktor-faktor prediktif dari prognosis yang buruk
mencakup demam, hipotensi, takikardia, dan gangguan pernapasan yang terdapat saat pasien
datang. hipokalsemia, hipoksemia dan hiperglikemia yang terjadi kemudian,semuanya
menunjukkan indikator prognosis yang buruk. Berdasarkan kriteria Ranson, adanya tiga atau
14
empat tanda pada saat masuk kerumah sakit memiliki angka mortalitas 15% sampai 20%.
Jika terdapat 7 tanda ataulebih, mortalitasnya mencapai 100%.8
a. Pada saat masuk rumah sakit.
1.Usia >55 tahun.
2.Hitung leukosit >16.000.
3.Glukosa darah >200mg/dl.
4.LDH >350 IU/I.
5.SGOT >250 IU/L.
b. Pada jam ke-48.
1.Penurunan hematokrit >10%.
2.Peningkatan BUN >5 mg/dl.
3.Kalsium serum <8 mg/dl.
4. PO2arteri <60 mm Hg.5.Defisit basa >4 mEq/L.8
2.13 Pencegahan
Risiko terjadinya pankreatitis akut atau kekambuhannya bisa diturunkan dengan
melakukan berbagai cara untuk mencegah kondisi yang bisa menimbulkan penyakit
seperti :
Tidak mengunakan aspirin untuk mengatasi demam pada anak, terutama jika anak
terinfeksi virus. Cara ini bertujuan untuk mengurangi resiko terjadinya sindroma Reye
Tidak minum alcohol terlalu banyak
Imunisasi lengkap. Pastikan anak-anak mendapatkan imunisasi lengkap, termasuk
imunisasi untuk mencegah mumps
Atasi berbagai kondisi medis yang menyebabkan tingginya kadar trigliserida dalam
darah.8
Sementara untuk mencegah terjadinya batu empedu yang merupakan salah satu
penyebab terbanyak terjadinya pankreatitis akut ini, sebagai berikut :
Batasi jumlah asupan lemak
Mempertahankan Berat Badan Sehat
Hindari Diet Ketat atau Penurunan Berat Badan dengan Cepat
Batasi konsumsi alcohol dan kopi
Konsumsi serat pada buah dan sayuran hijau.8
III. PENUTUP
15
III.1 Kesimpulan
Pankreas merupakan organ yang istimewa karena mempunyai dua fungsi sekaligus
yaitu eksokrin dan endokrin. Kerusakan yang diawali pada selasini unit eksokrin
mengakibatkan terjadinya pankreatitis baik akut yang dapatnormal kembali fungsi
pankreasnya maupun pankreatitis kronik dengan kerusakan permanen. Dalam
penatalaksanaannya yang penting untuk pankreatitis akutadalah mengatasi nyeri perut,
manajemen penggantian cairan, dan pemberiannutrisi pendukung. Selain itu Juga diberikan
antibiotika untuk profilaksis pada pankreatitis nekrosis. Terapi intervensi dengan endoskopi
maupun bedah juga perlu dilakukan pada kondisi tertentu. Pada pankreatitis kronik ditujukan
untuk mengatasi nyeri kronik, malabsorpsi, dan diabetes.
III.2 Daftar Pustaka
1. SudoyoAW,Setiyohadi B, SimadibrataMK. Buku ajar ilmu penyakit dalam Edisi
4,jilid 1.Jakarta: Interna Publishing.2009.h.721-4
2. Welsby PD. Pemeriksaan fisik dan anamnesis klinis. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2010.h.77,80-88.
3. Pirady.Ilmu penyakit dalam. Pankreatitis. Edisi ke-4. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Indonesia.2006.h.477-8
4. Guyton AC,Hall JE. Fisiologi kedokteran. Sistem hepatobilier. Edisi ke-11. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2008.h.107
5. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi konsep klinis proses penyakit. Edisi ke-6.
Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC;2010.h.461-5
6. HougtonRA, Gray D. Gejala dan tanda dalam kedokteran klinis. Hati dan bilier.
Jakarta:PT Indeks.2012.h.127-59
7. Hayes PC, Mackay TW. Buku saku diagnosis dan terapi. Jakarta:Penerbit Buku
Kedokteran EGC;2007.h.163-5
8. Laurenius A, Lesmana. Ilmu penyakit dalam. Penyakit batu empedu.Edisi ke-4.
Jakarta;Fakultas Kedokteran Indonesia.2006.h.478-81
16