kti bab i dan bab ii

Upload: satriani-syafaruddin

Post on 11-Oct-2015

59 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • ASUHAN KEBIDANAN NY R KALA I S.D IV DENGAN KEMATIAN JANIN DALAM RAHIM DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MAJENE

    TANGGAL 23 S.D 24 MEI 2014

    OLEH :

    SATRIANI B. 11. 289

    PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

    BINA BANGSA MAJENE TAHUN 2014

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Angka kematian perinatal dan kematian maternal serta kematian balita

    merupakan parameter dari pelayanan kebidanan dan kesehatan serta

    mencerminkan keadaan sosial ekonomi dari suatu negara. (Sinopsis Obstetri,

    1998)

    Selain itu Kematian bayi dianggap sebagai ukuran yang lebih baik

    serta lebih peka untuk menilai kualitas pelayanan kebidanan. Untuk itu

    digunakan Angka Kematian Perinatal (Perinatal Mortality Rate) yang terdiri atas

    jumlah anak yang tidak menunjukkan tanda-tanda hidup waktu dilahirkan,

    ditambah dengan kematian dan jumlah anak yang meninggal dalam minggu

    pertama dalam kehidupannya untuk 1.000 kelahiran. (Sarwono Prawirohardjo,

    2009)

    Menurut World Health Organization (WHO), sekitar 6,6 juta anak di

    seluruh dunia meninggal sebelum mencapai ulang tahun kelima mereka.

    Dimana sekitar 18.000 anak meninggal perharinya. Sekitar setengah dari

    kematian balita terjadi hanya di lima negara seperti: Cina, Republik demokratik

    Kongo, India, Nigeria, dan Pakistan. India (22%) dan Nigeria (13%) bersama-

    sama menyumbang lebih dari sepertiga dari semua kematian anak di bawah

    usia 5 tahun. http//searchwho.int (Diakses 13 September 2013)

    Angka Kematian Ibu (AKI) meningkat dari 228 per 100.000 kelahiran

    hidup (Survei Demografi dan Kependudukan Indonesia atau SDKI, 2007)

    menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI, 2010). Angka Kematian Bayi

    UserHighlight

    UserHighlight

    UserSticky Notecari referensi yang terbaru

    UserHighlight

    UserSticky Notecara penulisan sumber kutipan==> Prawirohardjo, S. 2009

    UserHighlight

    UserSticky Notehapus saja, ganti dengan yang berhubungan dengan kematian janin dalam rahim

    UserHighlight

    UserSticky Notenama yang upload,tahun uploadnya

    UserHighlight

    UserSticky Note????? datanya dari mana???

    UserHighlight

    UserSticky Notecetak miring, kalau bahasa asing/latin

    UserHighlight

    UserHighlight

    UserHighlight

    UserSticky Notetolong masukkan penyebab langsung dan tidak langsung kematian janin dalam rahim.

    pertajam lagi isi latar belakang ini

    UserHighlight

  • (AKB) hanya menurun sedikit dari 34 per 1.000 kelahiran hidup (SDKI, 2010)

    menjadi 32 per 1.000 kelahiran hidup (SDKI, 2012).

    http://health.detik.com/read/2014/06/24/153610/2617858/764/kurangnya-

    tenaga-medis-pengaruhi-angka-kematian-ibu-dan-bayi

    Upaya Millenium Development Goals (MDGs), dalam menurunkan

    angka kematian anak telah menunjukkan angka yang signifikan dari 68 pada

    tahun 1991 menjadi 34 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2007, sehingga

    target sebesar 23 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2015 diperkirakan

    dapat tercapai dan target MDGs untuk menurunkan angka kematian anak

    diperkirakan akan dapat tercapai.

    Http://Www.Academia.Edu/3170396/Strategi_Dan_Inovasi_Pencapaian_Mdgs_

    2015_Di_Indonesia

    Berdasarkan laporan Dinas kesehatan 5 Kabupaten di Propinsi

    Sulawesi Barat, Angka kematian balita tahun 2007 sebesar 17,2 per 1.000

    kelahiran hidup, tahun 2008 mengalami penurunan menjadi 11,4 per 1000

    kelahiran hidup dan pada tahun 2009 meningkat lagi menjadi 14,02 per 1000

    kelahiran hidup, tahun 2010 menurun menjadi 16,42 per 1000 kelahiran hidup,

    tahun 2011 menjadi 12,1/1000 Kelahiran hidup dan pada tahun 2012

    meningkat menjadi 15,4 per 1000 kelahiran hidup . Hal ini menandakan Angka

    Kematian Balita 3 tahun terakhir sifatnya fluktuatif. (Profil Dinas Kesehatan

    Provinsi Sulawesi Barat 2012)

    Dari 7,7 juta kematian bayi setiap tahun lebih dari separuh terjadi pada

    waktu perinatal atau usia di bawah 1 bulan. Tiga perempat dari kematian ini

    terjadi pada minggu pertama kehidupan. Lebih jauh, untuk setiap bayi baru

    UserHighlight

    UserHighlight

  • lahir meninggal, terjadi pula 1 lahir mati Penyebab kematian perinatal adalah

    asfiksia, trauma kelahiran, infeksi, prematuritas, kelainan bawaan, dan sebab-

    sebab lain. Jika tidak meninggal, keadaan ini akan meninggalkan masalah bayi

    dengan cacat. (Sarwono Prawirohardjo, 2009)

    Penurunan angka kematian perinatal yang lambat di sebabkan pula

    oleh kemiskinan, status perempuan yang rendah, gizi buruk, deteksi dan

    pengobatan kurang cukup, kehamilan dini, akses dan kualitas asuhan

    antenatal, persalinan dan nifas yang buruk. (Sarwono Prawirohardjo, 2010)

    Data medical record di Rumah Sakit Umum Daerah Majene,

    didapatkan jumlah kasus KJDR pada tahun 2012 yaitu 13 orang dari 473

    (2,75%) ibu yang bersalin, tahun 2013 tercatat 17 orang yang mengalami KJDR

    dari 439 (3,87%) ibu yang bersalin, sedangkan pada tahun 2014 periode

    Januari hingga Mei tercatat 16 orang mengalami KJDR dari 118 ( 13,56%) ibu

    yang bersalin.

    Berdasarkan masalah di atas maka penulis tertarik untuk membahas

    masalah tersebut dengan judul Asuhan Kebidanan Pada Ny R dengan

    Kematian Janin Dalam Rahim di Rumah Sakit Umum Majene tanggal 23 s.d 24

    Mei 2014.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan masalah yang diuraikan dalam latar belakang di atas

    ruang lingkup permasalahan karya tulis ini adalah Asuhan Kebidanan Ny R

    Kala I s.d IV dengan Kematian Janin Dalam Rahim di Rumah Sakit Umum

    Majene tanggal 23 s.d 24 Mei 2014.

    C. Tujuan Penulisan

    UserHighlight

    UserHighlight

  • Berdasarkan rumusan masalah yang di uraikan di atas, tujuan

    penulisan Karya Tulis Ilmiah ini sebagai berikut :

    1. Tujuan Umum

    Mampu melaksanakan Asuhan Kebidanan Ny R Kala I s.d IV

    dengan Kematian Janin Dalam Rahim di Rumah Sakit Umum Majene

    Bandung tanggal 23 s.d 24 Mei 2014.

    2. Tujuan Khusus

    a. Melaksanakan pengumpulan data dasar Ny R Kala I s.d IV dengan

    KJDR di Rumah Sakit Umum Majene tanggal 23 s.d 24 Mei 2014.

    b. Merumuskan diagnosa atau masalah aktual Ny R Kala I s.d IV dengan

    KJDR di Rumah Sakit Umum Majene tanggal 23 s.d 24 Mei 2014.

    c. Merumuskan diagnosa atau masalah potensial Ny R Kala I s.d IV

    dengan KJDR di RSUD Majene tanggal 23 s.d 24 Mei 2014.

    d. Mengidentifikasi tindakan segera dan kolaborasi Ny R Kala I s.d IV

    dengan KJDR di RSUD Majene tanggal 23 s.d 24 Mei 2014.

    e. Merumuskan rencana Asuhan Kebidanan Ny R Kala I s.d IV dengan

    KJDR di RSUD Majene tanggal 23 s.d 24 Mei 2014

    f. Mengimplementasikan Asuhan Kebidanan Pada Ny R Kala I s.d IV

    dengan KJDR di RSUD Majene tanggal 23 s.d 24 Mei 2014.

    g. Mengevaluasi asuhan kebidanan yang telah diberikan Ny R Kala I s.d

    IV dengan KJDR di RSUD Majene tanggal 23 s.d 24 Mei 2014.

    h. Mendokumentasikan asuhan kebidanan yang telah diberikan Ny R Kala

    I s.d IV dengan KJDR di RSUD Majene tanggal tanggal 23 s.d 24 Mei

    2014.

    UserHighlight

    UserSticky Notetidak pake spasi

    UserHighlight

    UserSticky Notetolong kalo ketemu sama saya bawakan saya surat keterangan ambil kasus anda di Majene

    UserHighlight

    UserSticky Notemenilai perlunya tindakan segera

    UserHighlight

    UserSticky Notemenyusun rencana

  • D. Manfaat Penulisan

    1. Manfaat Ilmiah

    Sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan tujuan akhir dan

    penerapan ilmu yang telah didapatkan pada jenjang pendidikan D III

    Kebidanan STIKes Bina Bangsa Majene.

    2. Manfaat Praktis

    Sebagai bahan masukan bagi institusi, pembaca dalam

    pengembangan program pendidikan sehingga dapat memberikan pelayanan

    kebidanan yang aktual dan professional pada masyarakat.

    3. Manfaat bagi Institusi

    a. Dijadikan model atau data pembanding untuk mengadakan penelitian

    lebih lanjut.

    b. Merupakan salah satu bahan pembelajaran dalam memberikan bekal

    bagi mahasiswa agar berhasil dalam menerapkan asuhan kebidanan

    pada klien dengan KJDR

    4. Manfaat bagi Penulis

    Sebagai bahan informasi dan menambah pengetahauan, bagi

    penulis sendiri untuk memperluas dan menambah wawasan dalam asuhan

    kebidanan dengan KJDR.

    E. Metode Penulisan

    Metode yang di gunakan untuk penulisan karya tulis ini adalah :

    1. Metode Kepustakaan

    Metode kepustakaan yang penulis lakukan sebagai kutipan

    langsung dan kutipan tidak langsung, atau dengan kata lain penelitian

    Kematian Janin Dalam Rahim yaitu suatu penelitian dengan melakukan

    UserHighlight

    UserSticky Noteawal kalimat, tidak boleh menggunakan kata penghubung

    UserHighlight

    UserHighlight

    UserHighlight

    UserHighlight

    UserSticky Notetidak pakai spasi

  • pengumpulan literatur dari berbagai sumber, guna ditelaah yang ada

    kaitannya dengan penelitian dan proses penyusunan hasil studi kasus serta

    pokok permasalahan yang telah di tetapkan.

    2. Studi Kasus

    Yaitu melaksanakan studi pada Ny R dengan pendekatan

    manajemen kebidanan meliputi pengkajian data, analisa, perumusan

    diagnosa / masalah, perencanaan tindakan, implementasi dan evaluasi serta

    mendokumentasikan dalam bentuk SOAP.

    3. Diskusi

    Yaitu diskusi dengan Dosen, Bidan, dan Pembimbing karya tulis ini.

    4. Studi Dokumentasi

    Dengan membaca dan mempelajari status kesehatan pasien serta

    menginterpretasikan data yang berhubungan dengan klien, baik yang

    bersumber dari catatan Dokter, Bidan, maupun sumber lain yang

    menunjang.

    F. Sistematika Penulisan

    Adapun sistematika penulisan yang di gunakan untuk penulisan karya

    tulis ini terdiri dari:

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    B. Rumusan Masalah

    C. Tujuan Penulisan

    1. Tujuan Umum

    2. Tujuan Khusus

    D. Manfaat Penulisan

    UserHighlight

    UserHighlight

    UserHighlight

    UserHighlight

  • E. Metode Penulisan

    F. Sistematika Penulisan

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    Konsep Dasar Persalinan

    A. Lima Benang Merah Dalam Asuhan Persalinan Dan Kelahiran Bayi

    B. Konsep Dasar KJDR

    C. Proses Manajemen Asuhan Kebidanan

    BAB III TINJAUAN KASUS

    BAB IV. PEMBAHASAN

    BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan

    B. Saran

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Tinjauan tentang Persalinan

    1. Pengertian

    a. Persalinan adalah proses pengeluaran produk konsepsi yang viable

    melalui jalan lahir biasa. (Rustam Mochtar, 1998)

    b. Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran

    hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan

    sejati yang ditandai oleh perubahan progresif pada serviks, dan diakhiri

    dengan pelahiran plasenta. (Helen Varney, 2008)

    c. Persalinan adalah suatu proses pengeluaran janin yang terjadi pada

    kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi

    belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik

    pada ibu maupun pada janin. (Sarwono, 2010)

    2. Tanda-tanda permulaan persalinan

    a. Ligtening atau settling atau dropping yaitu kepala turun memasuki pintu

    atas panggul terutama pada primigravida , kira-kira 2-3 minggu sebelum

    mulainya persalinan. Tapi pada multipara tidak begitu terlihat.

    b. Perut kelihatan melebar, fundus uteri turun.

    c. Perasaan sering-sering atau susah kencing (polakisuria) karena kandung

    tertekan oleh bagian bawah janin.

    d. Perasaan sakit perut dan di pinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi

    lemah dari uterus false labour pains.

    e. Serviks menjadi lembek, mulai mendatar, dan sekresinya bertambah,

    biasa bercampur darah (bloody show). (Sinopsis Obstetri, 2008)

    UserHighlight

    UserHighlight

    UserHighlight

    UserHighlight

    UserHighlight

    UserHighlight

    UserHighlight

    UserSticky Noteparagraf terakhir kesimpulan penulis mengenai defenisi persalinan

    UserHighlight

  • 3. Sebab sebab yang menimbulkan persalinan

    a. Teori Penurunan kadar hormon

    Terjadi penurunan hormon estrogen dan progesteron.

    b. Teori plasenta menjadi tua

    Turunnya kadar estrogen dan progesteron menyebabkan kekejangan

    pembuluh darah sehingga menimbulkan kontraksi.

    c. Teori distensi rahim

    Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemia otot-

    otot rahim, sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenter.

    d. Teori iritasi mekanik

    Di belakang serviks terdapat ganglion servikale (fleksus Frankenhauser).

    Dimana bila ganglion ini digeser dan ditekan, misalnya oleh kepala janin,

    akan timbul kontraksi uterus.

    e. Induksi partus (induction of labour)

    Dapat dilakukan dengan jalan:

    1) Gagang Laminaria

    Beberapa laminaria dimasukkan dalam kanalis servikalis dengan tujuan

    merangsang pleksus frankenhauser

    2) Amniotomi

    Pemecahan ketuban

    3) Oksitosin Drips

    Pemberian oksitosin menurut tetesan per menit

    4. Mekanisme persalinan normal

    Mekanisme persalinan mengacu kepada bagaimana janin

    menyesuaikan dan meloloskan diri dari panggul ibu yang meliputi gerakan:

    UserHighlight

    UserHighlight

    UserSticky Notedi cek lagi penulisannya yang perlu dicetak miring, kemudian yang pakai spasi atai tidak.

  • a. Turunnya kepala

    Janin mengalami penurunan terus menerus dalam jalan lahir

    sejak kehamilan trimester III antara lain masuknya bagian terbesar kepala

    janin kedalam PAP, yang pada primigravida dapat terjadi beberapa

    minggu sebelum melahirkan, dan pada multipara selambat-lambatnya

    harus sudah terjadi pada kala III.

    b. Fleksi

    Dengan turunnya kepala janin, tahanan yang di peroleh dari dasar

    panggul akan semakin besar, yang mengakibatkan kepala janin makin

    fleksi lagi sampai dagu janin. Fleksi yang maksimal ini mengakibatkan

    masuknya kepala janin dengan diameter terkecil (diameter saboccipito

    bregmalika 9,5) kedalam pintu atas panggul, daripada dengan diameter

    oksipito- frontalis (11 cm) kalau tidak terjadi fleksi.

    c. Putaran paksi dalam / rotasi dalam

    Merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi kepala

    dengan bentuk jalan lahir khususnya untuk bidan tengah dan PBP selalu

    bersamaan dengan masuknya kepala dan tidak terjadi sebelum kepala ke

    hodge III kadang-kadang baru sampai setelah kepala sampai didasar

    panggul.

    Sebab-sebab putaran paksi adalah :

    1) Pada letak bagian belakang kepala merupakan bagian terendah dari

    kepala

    2) Bagian terendah dari kepala ini mencari tekanan paling sedikit dan

    tahanan yang paling sedikit terdapat sebelah depan atas dimana

    terdapat hiatus genetalis antara musculus levatarani kiri dan kanan.

    UserHighlight

  • 3) Ukuran terbesar dari bagian tengah panggul ialah diameter anterior

    posterior.

    d. Ekstensi

    Setelah putaran paksi dalam selesai dan kepala sampai didasar

    panggul terjadilah ekstensi atau defleksi dari kepala. Hal ini disebabkan

    karena sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul mengarah ke depan

    dan ke atas sehingga kepala harus mengadakan ekstensi untuk

    melaluinya.

    e. Restitusi / putaran paksi luar

    Setelah kepala lahir maka kepala anak kembali ke arah punggung

    anak untuk menghilangkan torsi pada leher yang terjadi karena putaran

    paksi dalam. Gerakan ini disebut putaran restitusi. Selanjutnya putaran

    dilanjutkan hingga belakang kepala berhadapan dengan tuber

    ischiadicam sepihak (disisi kiri). Gerakan yang terakhir ini adalah putaran

    paksi luar dalam diameter anterior posterior PBP.

    Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai dibawah simpisis

    dan menjadi hipomochlion untuk kelahiran bahu belakang. Kemudian

    bahu depan menyusul dan selanjutnya seluruh badan anak akan lahir

    searah dengan paksi jalan lahir. (Asuhan Persalinan Normal, 2008)

    5. Tahapan Persalinan

    Tahapan persalinan dibagi menjadi 4 tahap:

    a. Kala I (Pembukaan)

    Persalinan kala 1 adalah kala pembukaan yang berlangsung

    antara pembukaan 0 sampai pembukaan 10 (lengkap) Pada permulaan

    his kala pembukaan berlangsung tidak begitu kuat sehingga ibu / wanita

    UserHighlight

  • masih dapat berjalan-jalan. Inpartu (partus mulai) ditandai dengan

    keluarnya lendir bercampur darah (bloody show), karena serviks mulai

    membuka (dilatasi) dan mendatar (effacement). Proses ini berlangsung

    kurang lebih 18-24 jam. Kala pembukaan terbagi menjadi 2 fase, yaitu:

    1. Fase Laten

    Dari pembukaan 1-3 cm, Pembukaan serviks berlangsung lambat,

    berlangsung 7-8 jam

    2. Fase Aktif

    Dari pembukaan 3-10 cm, berlangsung 6-7 jam dan terbagi lagi ke

    dalam 3 fase:

    a) Fase akselerasi, berlangsung 2 jam. Pembukaan 3 cm menjadi 4

    cm,

    b) Fase dilatasi maksimal (steady), dalam waktu 2 jam pembukaan 4

    dengan cepat menjadi pembukaan 9 cm, dan

    c) Fase deselerasi, berlangsung lambat dalam waktu 2 jam pembukaan

    menjadi 10 cm atau lengkap.

    Berdasarkan kurve Friedman, diperhitungkan pembukaan pada

    primigravida 1 cm/jam dan pembukaan pada multigravida 2 cm/jam.

    b. kala II (pengeluaran)

    Dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Pada

    kala ini his menjadi lebih kuat dan cepat, kurang lebih 2 - 3 menit sekali,

    Dalam kondisi normal pada kala ini kepala janin sudah masuk dalam

    rongga panggul, maka pada saat his dirasakan tekanan pada otot- otot

    dasar panggul, yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan.

    UserHighlight

  • Pada primigravida kala II berlangsung 1,5 - 2 jam dan pada multi rata-rata

    0,5 1 jam.

    c. Kala III (pengeluaran uri)

    Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang

    berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Setelah bayi lahir uterus teraba

    keras dengan fundus uteri agak di atas pusat. Beberapa menit kemudian

    uterus berkontraksi lagi dan melepaskan plasenta dari dindingnya.

    Seluruh prosesnya biasanya berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir.

    d. Kala IV (Pengawasan)

    Dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post

    partum. Tujuan asuhan persalinan adalah memberikan asuhan memadai

    selama persalinan dalam upaya mencapai pertolongan persalinan yang

    bersih dan aman, dengan memperhatikan aspek sayang ibu dan sayang

    bayi.

    Observasi yang dilakukan pada kala IV yaitu :

    1) Tingkat kesadaran penderita

    2) Pemeriksaan tanda-tanda vital : tekanan darah, nadi, suhu, dan

    pernapasan

    3) Kontraksi uterus

    4) Terjadinya Perdarahan (Perawatan ibu bersalin, 2008)

    6. Faktor faktor yang mempengaruhi persalinan

    Ada 3 faktor utama yang mempengaruhi prognosis kehamilan:

    a. Jalan lahir (passage)

    Terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang padat, dasar panggul, vagina

    dan introitus (lubang-lubang luar vagina)

    UserHighlight

    UserHighlight

  • Jalan lahir terdiri atas:

    1) Jalan lahir keras = pelvis= panggul

    2) Jalan lahir lunak = segmen bawah rahim/SBR, serviks, vagina, introitus

    vagina, dan vulva, muskulus dan ligamentum yang menyelubungi

    dinding dalam dan bawah panggul

    b. Passenger (Janin dan plasenta)

    Passenger atau janin bergerak sepanjang jalan lahir merupakan

    akibat interaksi beberapa faktor, yakni ukuran kepala janin, presentasi,

    letak, sikap dan posisi janin. Karena plasenta juga harus melewati jalan

    lahir, maka ia dianggap sebagai bagian dari passenger yang menyertai

    janin. Namun plasenta jarang menghambat proses persalinan pada

    kehamilan normal.

    c. Power (Kekuatan)

    Kekuatan terdiri dari kemampuan ibu melakukan kontraksi

    involuter dan volunter secara bersamaan untuk mengeluarkan janin dan

    plaenta dari uterus. Kontraksi involunter disebut juga kekuatan primer,

    menandai dimulainya persalinan. Apabila serviks berdilatasi, usaha

    volunter dimulai untuk mendorong, yang disebut kekuatan sekunder,

    dimana kekuatan ini memeperbesar kekuatan kontraksi involunter.

    (Perawatan ibu bersalin, 2008)

    B. Lima Benang Merah Dalam Asuhan Persalinan Dan Kelahiran Bayi

    1. Membuat Keputusan Klinik

    Membuat keputusan klinik adalah proses pemecahan masalah yang

    akan digunakan untuk merencanakan asuhan bagi ibu dan bayi baru lahir.

    Hal ini merupakan proses sistematik dalam mngumpulkan dan menganalisis

    UserHighlight

    UserHighlight

    UserHighlight

    UserHighlight

    UserSticky Notekonsisten dalam penulisan

    UserHighlight

    UserHighlight

    UserHighlight

  • informasi , membuat diagnosis kerja, membuat rencana tindakan yang

    sesuai dengan diagnosis, melaksanakan rencana tindakan, dan akhirnya

    mngevaluasi hail asuhan atau tindakan yang telah diberikan kepada ibu

    dan/atau bayi baru lahir.

    Ada empat langkah proses pengambilan keputusan klinik:

    a. Pengumpulan Data

    1) Data Subjektif

    2) Data Objektif

    b. Diagnosis

    c. Penatalaksanaan asuhan dan perawatan

    1) Membuat rencana

    2) Melaksanakan rencana

    d. Evaluasi

    (Sarwono Prawirohardjo, 2009; Hal : 335)

    2. Asuhan Sayang Ibu Dan Sayang Bayi

    Asuhan sayang ibu adalah asuhan dengan prinsip saling

    menghargai budaya, kepercayaan dan keinginan sang ibu. Salah satu

    prinsip dasar asuhan sayang ibu adalah dengan mengikut sertakan suami

    dan keluarga selama proses persalinan dan kelahiran bayi. (Sarwono, 2009;

    Hal : 336)

    3. Pencegahan infeksi

    Tindakan tindakan pencegahan Infeksi yaitu:

    a. Cuci tangan

    b. Memakai sarung tangan

    c. perlengkapan perlindungan (celemek, kaca mata, sepatu tertutup)

    UserHighlight

    UserHighlight

    UserHighlight

    UserHighlight

    UserHighlight

    UserHighlight

    UserHighlight

    UserSticky Notekonsisten dalam penulisan halaman, kalo awal pake halaman maka sampai terakhir kutipan anda harus pake halaman.

  • d. Menggunakan asepsis atau teknik aseptik

    e. Memproses alat bekas pakai

    f. Menangani peralatan tajam dengan aman

    g. Menjaga kebersihan dan kerapian lingkungan serta pembuangan sampah

    secara benar. (Sarwono, 2009; Hal: 340)

    4. Pencatatan (dokumentasi)

    Catat semua asuhan yang telah diberikan kepada ibu dan atau

    bayinya. Jika asuhan tidak dicatat, dapat dianggap bahwa tindakan tersebut

    tidak dilakukan. Pencatatan adalah bagian terpenting dari proses pencatatan

    selama persalinan. (Sarwono, 2009; Hal : 340)

    Aspek-aspek penting dalam pencacatan termasuk:

    a. Tanggal dan waktu asuhan tersebut di berikan

    b. Identifikasi penolong persalinan

    c. Paraf atau tanda-tangan (dari penolong persalinan) pada semua catatan.

    d. Mencakup informasi yang berkaitan secara tepat, dicatat dengan jelas,

    dan dapat dibaca.

    e. Suatu sistem untuk memelihara catatan pasien sehingga selalu siap

    tersedia.

    f. Kerahasiaan dokumen medis. (Perawatan ibu bersalin, 2008)

    5. Rujukan

    Rujukan adalah kondisi optimal dan tepat waktu ke fasilitas rujukan

    atau fasilitas yang memiliki sarana lengkap, diharapkan mampu

    menyelamatkan jiwa para ibu dan bayi baru lahir.

    UserHighlight

    UserHighlight

    UserHighlight

    UserHighlight

  • Setiap tenaga penolong persalinan harus mengetahui lokasi fasilitas

    rujukan terdekat yang mampu untuk melayani kegawat daruratan obstetri

    dan bayi baru lahir, seperti :

    a. Pembedahan

    b. Transfusi darah

    c. Persalinan mengunakan ekstraksi vacum atau forsep

    d. Antibiotika

    e. Resusitasi bayi baru lahir dan asuhan lanjutan bayi baru lahir

    (Sarwono, 2009; Hal: 341)

    C. Tinjauan tentang KJDR

    1. Pengertian

    a. KJDR adalah keadaan dimana tidak adanya tanda-tanda kehidupan janin

    dalam kandungan. Kematian janin dalam kandungan (KJDR) atau Intra

    Uterin Fetal Death (IUFD) sering dijumpai, baik pada kehamilan di bawah

    20 minggu maupun sesudah kehamilan 20 minggu.

    1) Sebelum kehamilan 20 minggu : kematian janin dapat terjadi dan

    biasanya berakhir dengan abortus. Bila hasil konsepsi yang sudah mati

    tidak di keluarkan dan tetap tinggal dalam rahim disebut dengan

    missed abortion.

    2) Sesudah 20 minggu : biasanya ibu telah merasakan getaran janin sejak

    kehamilan 20 minggu dan seterusnya. Apabila wanita tidak merasakan

    gerakan janin dapat disangka terjadi kematian janin dalam rahim.

    (Rustam Mohtar, 2012; Hal: 157)

    UserHighlight

    UserSticky Notetidak pake spasi

    UserHighlight

    UserHighlight

    UserHighlight

    UserSticky Notekepanjangannya dulu

    UserSticky Notesingkatan tidak boleh berada di awal kalimat

    UserHighlight

    UserHighlight

    UserHighlight

    UserHighlight

  • b. Kematian Janin Dalam Rahim (Intra Uterin Fetal Death) adalah kematian

    yang terjadi saat usia kehamilan lebih dari 20 minggu dimana janin sudah

    mencapai ukuran 500 gram atau lebih. (Nasdaldy, 2011; Hal: 226)

    c. Menurut WHO dan the American college of Obstetricians and

    Gynecologists yang disebut kematian janin adalah janin yang mati dalam

    rahim dengan berat badan 500 gram atau lebih atau kematian janin dalam

    rahim pada kehamilan 20 minggu atau lebih. Kematian janin merupakan

    hasil akhir dari gangguan pertumbuhan janin, gawat janin atau infeksi.

    (Sarwono, 2009; Hal: 732)

    2. Etiologi

    Pada 25-60% kasus penyebab kematian janin tidak jelas. Kematian janin

    dapat disebabkan oleh beberapa faktor:

    a. Faktor Materna

    Post term ( > 42 minggu ), diabetes melitus tidak terkontrol, sistemik lupus

    eritematosus, infeksi, hipertensi, preeklampsia, eklampsia,

    hemoglobinopati, umur ibu tua, penyakit rhesus, ruptura uteri, anti

    fosfolipid sindrom, hipotensi akut ibu dan kematian ibu.

    b. Faktor Fetal

    Hamil kembar, hamil tumbuh terlambat, kelainan kongenital, kelainan

    genetik dan infeksi.

    c. Faktor Plasenta

    Kelainan tali pusat, lepasnya plasenta, ketuban pecah dini dan vasa

    previa.

    d. Faktor resiko ibu terjadinya kematian janin intrauterin meningkat pada

    usia ibu > 40 tahun, pada ibu infertil, kemokonsentrasi pada ibu, riwayat

    UserHighlight

    UserHighlight

    UserHighlight

    UserHighlight

  • bayi dengan berat badan lahir rendah, infeksi ibu (ureplasma urealitikum),

    kegemukan, ayah berusia lanjut. (Soetomo Soewarto, 2009; Hal : 733)

    Penyebab kematian janin dalam rahim juga seringkali dipicu oleh :

    ketidak cocokan rhesus darah ibu dan janin, ketidak cocokan golongan

    darah ibu dan janin, gerakan janin terlalu aktif, penyakit pada ibu, kelainan

    kromosom, trauma saat hamil, infeksi pada ibu, kelainan bawaan janin,

    pendarahan antepartum, penyakit saluran kencing, penyakit endokrin,

    malnutrisi dll (Yeyeh dan Yulianti, 2010; Hal: 226)

    3. Batasan kematian janin

    WHO

    Prawirahardjo

    :

    :

    kematian yang terjadi pada janin dengan

    berat badan lahir lebih dari 1000 gram.

    kematian janin di bagi 4 golongan :

    a. Kelompok I

    b. Kelompok II

    c. Kelompok III

    d. Kelompok IV

    :

    :

    :

    :

    kematian janin sebelum kehamilan 20

    minggu.

    kematian janin pada umur kehamilan 20-28

    minggu

    kematian janin pada umur kehamilan lebih

    dari 28 minggu

    kematian janin tidak termasuk tiga golongan

    di atas.(Taufan Nugroho, 2011; Hal :107)

    4. Diagnosis

    a. Anamnesis : ibu tidak merasakan gerakan janin dalam beberapa hari,

    atau gerakan janin sangat berkurang. Ibu merasakan perutnya bertambah

    besar, bahkan bertambah kecil, atau kehamilan tidak seperti biasanya.

    UserHighlight

    UserHighlight

    UserHighlight

  • Atau wanita belakangan ini merasakan perutnya sering menjadi keras dan

    merasakan sakit seperti mau melahirkan.

    b. Inpeksi : tidak kelihatan gerakan-gerakan janin, yang biasanya dapat

    terlihat terutamma pada ibu yang yang kurus .

    c. Palpasi :

    1) Tinggi fundus lebih rendah dari seharusnya tua kehamilan, tidak teraba

    gerakan-gerakan janin

    2) Dengan palpasi yang teliti, dapat dirasakan adanya krepitasi pada

    tulang kepala janin

    d. Auskultasi : baik memakai stetoskop monoral maupun dengan Deptone

    tidak akan terdengar denyut jantung janin.

    e. Reaksi kehamilan : reaksi kehamilan negatif setelah beberapa minggu

    janin mati dalam kandungan.

    f. Rontgen foto abdomen :

    1) Adanya akumulasi gas dalam jantung dan pembuluh darah besar janin

    2) Tanda Nojosk : adanya angulasi yang tajam tulang

    belakang janin

    3) Tanda gerhard : adanya hiperekstensi tulang leher janin

    4) Tanda spalding : overlapping tulang-tulang kepala

    (sutura) janin

    5) Disintegrasi tulang janin bila inu berdiri tegak

    6) Kepala janin kelihatan seperti kantong berisi benda padat

    g. Ultrasonografi : tidak terlihat denyut jantung janin dan

    gerakan-gerakan janin

    UserHighlight

    UserHighlight

  • 5. Patofisiologi dan Patogenesis

    Apabila janin mati pada kehamilan yang telah lanjut, terjadilah

    perubahan-perubahan seperti berikut :

    a. Rigor Mortis (Tegang Mati)

    Berlangsung dua setengah jam setelah mati, kemudian lemas kembali.

    b. Stadium Maserasi I

    Timbulnya lepuh-lepuh pada kulit. Lepuh ini mulai terisi cairan jernih,

    tetapi kemudian menjadi merah. Berlangsung sampai 48 jam setelah

    kematian anak.

    c. Stadium Maserasi II

    Timbul lepuh-lepuh pecah dan mewarnai air ketuban menjadi merah

    cokelat. Terjadi 48 jam setelah anak lahir.

    d. Stadium Maserasi III

    Terjadi kira-kira 3 minggu setelah anak mati. Badan janin sangat lemas

    dan hubungan antara tulang-tulang sangat longgar. Edema dibawah kulit.

    (Varney, 2001)

    6. Penanganan

    Janin yang mati dalam rahim sebaiknya segera dikeluarkan secara:

    a. Lahir spontan : 75% akan lahir spontan dalam 2 minggu

    b. Persalinan anjuran :

    Setelah dipasang 12-24 jam kemudian dilepas dan dilanjutkan dengan

    infus oksitosin sampai terjadi pengeluaran janin plasenta

    c. Dilatasi serviks dengan kateter folley

    1) Untuk umur kehamilan > 24 minggu

    UserHighlight

  • 2) Kateter folley no 18, dimasukkan dalam kanalis servikalis diluar

    kantong amnion

    3) Diisi 50 ml aquadest steril

    4) Ujung kateter diikat dengan tali, kemudian lewat katrol, ujung tali diberi

    beban sebesar 500 gram

    5) Dilanjutkan infus oksitosin 10 u dalam dekstrose 5 % 500 ml, mulai 8

    tetes/menit dinaiikan 4 tetes tiap 30 menit sampai his adekuat.

    d. Infus oksitosin

    Keberhasilan sangat tergantung pada pematangan serviks, dinilai dengan

    skor bishoop, bila nilai = 5-10 u dalam dekstrose 5 % 500 ml, tiap 8

    tetes/menit, dinaikkan 4 tetes tiap 15 menit.

    e. Induksi prostagladin

    Dosis :

    1) Pg E-2 dalam bentuk suppositoria diberiakan 20 mg, diulang 4-5 jam

    2) Pg-E 2 diberikan dalam bentuk larutan suntikan im 400 mg.

    3) Pg-E 2,5 mg/ml dalam larutan NaCl 0.9 % dimulai 0,625 mg/ml dalam

    infus.

    4) Kontadiksi : asma, alergi dan penyakit kardiovaskuler.

    (Taufan Nugroho, 2011; Hal: 111)

    7. Pencegahan

    a. Periksa kehamilan sekurang-kurangnya 4 kali yaitu1kali pada trimester I,

    1 kali pada trimester dan 2 kali pada trimester III, keadaan yang

    merupakan tanda bahaya dan perlu segera dilaporkan oleh ibu hamil:

    1) Pendarahan lewat jalan lahir

    2) Pembengkakan muka, kaki atau ibu jari kaki

    UserHighlight

    UserHighlight

    UserHighlight

    UserHighlight

  • 3) Sakit kepala berat, kaku kuduk terus-menerus

    4) Penglihatan kabur

    5) Nyeri perut

    6) Muntah terus-menerus

    7) Demam

    8) Keluar cairan lewat jalan lahir

    9) Tidak merasakan gerak janin

    b. Makanan dengan nilai gizi yang baik

    Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan anemia, abortus,

    kematian janin dalam rahim, partus prematurus, inersia uteri, pendarahan

    pasca persalinan, sepsis dan lain-lain.

    c. Pemeriksaan serologik

    1) Pemerikasaan TORCH

    2) Pemeriksaan VDRL dan TPA.

    (Taufan Nugroho, 2011; Hal: 112)

    Selain itu upaya mencegah kematan janin, khusunya yang sudah

    atau mendekati aterm adalah bila ibu merasa gerakan janin menurun,

    tidak bergerak, atau gerakan janin terlalu keras, perlu dilakukan

    pemeriksaaan USG. Dengan memperhatikan apakah terjadi solusio

    plasenta sedangkan pada gemelli dengan T+T (Twin to Twin transfussion)

    pencegahan dilakukan dengan koagulasi pembuluh anastomosis.

    (Sarwono Prawirohardjo, 2009; Hal: 734)

    UserHighlight

    UserHighlight

    UserHighlight

    UserHighlight

    UserSticky Notekepanjangannya dulu

    UserHighlight

    UserHighlight

    UserHighlight

    UserHighlight

  • D. Tinjauan tentang Proses Manajemen Asuhan Kebidanan

    1. Pengertian Manajemen Kebidanan

    Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang

    digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan

    berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan dalam

    rangkaian/tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan berfokus

    pada klien.

    2. Rangkaian Manajemen Kebidanan

    Proses manajemen terdiri dari 7 rangkaian (step) yang pada waktu-

    waktu tertentu dapat diperhalun atau di perbaharui. Hal ini dimulai dengan

    pengumpulan data dasar dan diakhiri dengan evaluasi.

    a. Step I (Identifikasi data dasar)

    Pada step pertama dikumpulkan semua informasi (data) yang

    akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi

    klien. Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara:

    1) Anamnesis.

    Anamnesis dilakukan untuk mendapatkan biodata, riwayat menstruasi,

    riwayat kesehatan, riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas, bio-psiko-

    sosio-spiritual, serta pengetahuan klien.

    2) Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-

    tanda vital, meliputi :Pemeriksaan khusus (inspeksi, palpasi, auskultasi,

    dan perkusi) dan Pemeriksaan penunjang (laboratorium dan cacatan

    terbaru serta cacatan sebelumnya).

    UserHighlight

    UserHighlight

  • b. Step II (Identifikasi Diagnosa/Masalah aktual)

    Step ini dikembangkan dari interpretasi data kedalam identifikasi

    yang spesifik mengenai masalah atau diagnosa. Beberapa masalah yang

    tidak dapat didefenisikan sebagai suatu diagnosa, akan tetapi

    membutuhkan suatu pertimbangan dalam pengembangan suatu rencana

    yang komprehensif untuk pasien. Masalah lebih sering berhubungan

    dengan apa yang dialami oleh pasien dari diagnosa yang telah ditetapkan

    dan sering diidentifikasikan oleh bidan dengan apa yang dikemukakan

    oleh klien secara individual.

    c. Step III (Identifikasi Diagosa/Masalah Potensial)

    Pada step ketiga kita mengidentifikasi masalah potensial atau

    diagnosis potensial berdasarkan diagnosis/masalah yang sudah

    diidentifikasi. Di step ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan

    dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan dapat waspada dan bersiap-

    siap mencegah diagnosis/masalah potensial ini menjadi kenyataan. Di

    step ini juga penting sekali dalam melakukan asuhan yang aman.

    Selain itu ini bidan juga dituntut untuk mampu mengantisipasi

    masalah potensial, tidak hanya merumuskan masalah potensial yang

    akan terjadi, tetapi juga merumuskan tindakan antisipasi agar masalah

    atau diagnosis tersebut tidak terjadi. Langkah ini bersifat antisipasi yang

    rasional/logis. Kaji ulang apakah diagnosa atau masalah potensial yang

    diidentifikasi sudah tepat.

    d. Step IV (Tindakan segera/kolaborasi)

  • Bidan mengidentifikasi perlunya bidan atau dokter melakukan

    konsultasi atau penanganan segera bersama anggota tim kesehatan lain

    sesuai dengan kondisi klien.

    Langkah keempat mencerminkan kesinambungan proses

    manajemen kebidanan. Jadi, manajemen tidak hanya berlangsung

    selama asuhan primer periodik atau kunjungan perinatal saja, tetapi juga

    selama wanita tersebut dalam persalinan.

    e. Step V (Rencana Tindakan atau Asuhan Kebidanan)

    Pengembangan suatu rencana tindakan yang komprehensif yang

    ditentukan berdasarkan step sebelumnya, sebagai hasil perkembangan

    dari tanda khas sekarang ini dan antisipasi diagnosa dan masalah, juga

    meliputi pengumpulan data dasar atau informasi tambahan yang

    diperlukan. Agar efektif, suatu rencana seharusnya disetujui bersama oleh

    bidan serta pasien, sebab pada akhirnya si ibulah yang akan / tidak akan

    mengimplementasikan rencana tersebut keputusan yang akan dibuat

    untuk pengembangan suatu rencana tindakan seharusnya

    menggambarkan rasional yang tepat, yang relevan dan sesuai serta

    berdasarkan pengetahuan teori yang terbaru.

    f. Step VI (Implementasi)

    Pada step ke enam, rencana asuhan menyeluruh dilakukan

    dengan efisien dan aman. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh

    bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan

    lainnya. Walau bidan tidak melakukannya sendiri, namun ia tetap memikul

    tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya (misalnya dengan

    memastikan bahwa langkah tersebut benar-benar terlaksana).

  • g. Step VII (Evaluasi)

    Pada langkah terakhir, dilakukan evaluasi keefektifan asuhan

    yang sudah diberikan. Ini meliputi evaluasi pemenuhan kebutuhan akan

    bantuan. Apakah benar-benar telah terpenuhi sebagaimana diidentifikasi

    di dalam diagnosis dan masalah. Rencana tersebut dapat dianggap efektif

    jika memang benar efektif dalam pelaksanaannya.

    Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut efektif

    sedang sebagian lagi belum efektif. Mengingat bahwa proses manajemen

    asuhan merupakan suatu kegiatan yang bersinambungan, maka bidan

    perlu mengulangi kembali setiap asuhan yang tidak efektif melalui proses

    manajemen untuk mengidentifikasi mengapa rencana asuhan tidak

    berjalan efektif serta pada rencana asuhan tersebut.

    3. Penerapan Manajemen Kebidanan

    Dalam penerapan proses manajemen kebidanan diperlukan suatu

    modifikasi dengan tetap berpedoman pada buku sumber. Hal ini

    dimaksudkan untuk lebih memudahkan penerapan proses manajemen

    kebidanan. Modifikasi ini dilakukan dengan tidak mengurangi unsur dari

    setiap langkah-langkah atau step-step dari proses manajemen kebidanan.

    Dari ketujuh step proses manajemen kebidanan dilakukan modifikasi

    dengan menggabungkan beberapa step yaitu :

    a. Step I : Identifikasi dan analisa data dasar/pengkaji

    (assesment)

    b. Step 2 : Penggabungan step 2 intrepretasi data dasar dan step

    3 identifikasi kemungkinan diagnose atau problem lain

    menjadi identifikasi masalah atau problem

    UserHighlight

  • identification

    c. Step 3 : Penggabungan step 4 perlunya intervensi langsung

    atau konsultasi dengan step 5 rencana tindakan

    menjadi rencana tindakan.

    d. Step 4 : Penggabungan step 6 implementasi dan step 7

    evaluasi menjadi implementasi dan evaluasi.

    4. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan

    Dokumentasi Hasil Asuhan Kebidanan adalah tahap untuk

    mengumpulkan seluruh proses pembuatan asuhan kebidanan yang

    dituangkan dalam bentuk SOAP (Subjektif, Objektif, Assesment, Planning).

    Tahap ini sangat penting dilakukan sebagai bahan pertanggung jawaban

    dan tanggung gugat bagi penulis yang memberikan asuhan.

    Metode ini disaksikan dari satu penilaian penatalaksanaan

    kebidanan. Dipakai untuk mendokumentasikan hasil asuhan klien dalam

    rekaman medis klien sebagai catatan perkembangan/ kemajuan (proses

    note). (http://pengertian-dan-prinsip-managemen.html)

    UserHighlight

    UserHighlight

    UserHighlight