bab i,ii,iii tri kti

29

Click here to load reader

Upload: herpoenks

Post on 03-Aug-2015

204 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab i,II,III Tri Kti

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pencernaan makanan merupakan proses pengolahan makanan di dalam

saluran cerna untuk mengubah makanan menjadi bentuk akhir yang lebih mudah

dicerna dan diabsorpsi oleh dinding saluran cerna. Gangguan pada saluran cerna

merupakan masalah yang paling sering ditemukan pada fasilitas pelayanan

kesehatan dan dapat berdampak pada status gizi seseorang.Kebiasaan makan dan

gaya hidup berperan menimbulkan masalah tersebut.

Konstipasi adalah suatu penurunan defekasi yang tidak normal pada

seseorang disertai dengan kesulitan keluarnya feses yang tidak lengkap atau

keluarnya feses yang sangat kering dan keras (Wilkinson,2006).

Konstipasi atau sering disebut sembelit adalah kelainan pada sistem

pencernaan dimana seorang manusia mengalami pengerasan feses atau tinja yang

berlebihan sehingga sulit untuk dibuang atau dikeluarkan dan dapat menyebabkan

kesakitan yang hebat pada penderitanya (http:id.wikipidia.org/wiki/konstipasi).

Setiap tahunnya kira-kira lebih dari 2,5 juta orang pergi ke dokter karena

masalah konstipasi (http://id.wikipedia.org).

Menurut situs National Institute on Aging, AS, konstipasi adalah suatu

gejala, bukan penyakit. Konstipasi didefinisikan sebagai frekuensi buang air besar

1

Page 2: Bab i,II,III Tri Kti

kurang dari normal dengan waktu yang lama serta kesulitan dan rasa sakit dalam

mengeluarkan tinja (http://www.gizi.net/cgi-bin/berita/fullnews).

Dari hasil ”National health interview” di Amerika Serikat di temukan lebih

dari 4,5 juta penduduk mempunyai keluhan sering konstipasi. penderita yang

mengeluh konstipasi ini kebanyakan adalah wanita,anank-anak dan orang dewasa

diatas 65 tahun.Konstipasi menyebabkan 2,5 juta penderita berkunjung ke dokter

setiap tahunnya.

Di Cina di survey yang dilakukan pada orang berusia kurang dari 60 tahun

dibeberapa kota menunjukan kejadian konstipasi kronis sebesar 15-20%.Studi

ajak dilakukan pada dewasa usia 18-70 tahun di Beijing di temukan 6,07%

penderita konstipasi.

Di Indonesia prevalensi konstipasi sebesar 3.857.327 jiwa (friedman dan

grendell, 2003).

Dari data rumah sakit Cipto Mangun Kusumo Jakarta,dari 2397

pasiencolonoscopy pada tahun 1998-2005,sebanyak 9% atau 216 orang yang

mengalami konstipasi,yakni129 wanita dan 87 pria(http:/bataviase.co.id.2009)

Menurut dr Siti Setiati SpPD KGer dari Subbagian Geriatri Bagian Ilmu

Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/RSUP dr Cipto

Mangunkusumo, survei yang dilakukan di poliklinik usia lanjut RSCM tahun

2003 pada 127 pasien geriatri mendapatkan angka kekerapan konstipasi sebesar

12,6 persen (http://www.gizi.net/cgi-bin/berita/fullnews)

2

Page 3: Bab i,II,III Tri Kti

Berdasarkan hasil riset puslitbang Gizi Depkes RI tahun 2001,rata-rata

konsumsi serat penduduk Indonesia adalah 10,5 gram/hari.angka ini menunjukan

bahwa penduduk indonesia baru memenuhi kebutuhan sebesar sekitar 2/3 dari

kebutuhan ideal rata-rata 30 gram /hari.Pada hal para pakar menyarankan

konsumsi sayur dan buah sebagai makanan sumber tinggi serat.namun kebiasaan

masih sulit di ubah karena menyangkut faktor kesibukan,kebiasaan dan kesukaan

akan makanan tertentu (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007).

Berdasarkan surve awal yang didapatkan melalui wawancara yang

dilakukan terhadap 7 orang mahasiswi hanya 2 orang yang mengerti tentang

konstipasi.Dari uraian diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti mengenai

pengetahuan mahasiswi tingkat 1 Akper tentang konstipasi di asrama putri

STIKes Rumah Sakit Haji Medan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat disimpulkan rumusan masalah

sebagai berikut: Bagaimana Pengetahuan Mahasiswi Tingkat 1 Akper tentang

konstipasi di asrama putri STIKes Rumah Sakit Haji Medan.

1.3Tujuan Penelitian

1.3.1tujuan umum

Untuk mengetahui pengetahuan mahasiswi tingkat 1 Akper tentang

konstipasi diasrama putri di STIKes Rumah Sakit Haji Medan.

3

Page 4: Bab i,II,III Tri Kti

1.4 Manfaat Penelitia

1.4.1 Bagi tempat penelitian.

Dapat memberikan informasi dan masukan tentang kontipasi.

1.4.2 Bagi Peneliti

Dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan bagi peneliti tentang

konstipasi.

1.4.3 Bagi Responden.

Dapat memberikan informasi tentang kontipasi.

1.4.4 Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai data dasar untuk penelitian

selanjutnya yang berhubungan dengan pengetahuan mahasiswa tentang

kontipasi.

4

Page 5: Bab i,II,III Tri Kti

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan

2.1.1 Defenisi

Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia yang sekedar menjawab

pertanyaan “what”, misalnya apa air, apa manusia, apa alam dan sebagainya

(Notoatmodjo, 2005).

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2007).

Pengetahuan adalah hasil tahu dari tahu yang terjadi melalui proses sensoris

khususnya mata dan telinga terhadap objek tertentu (Sunaryo, 2004).

2.1.2 Cara Memperoleh Pengetahuan

1. Cara tradisional dalam memperoleh pengetahuan

Cara kuno atau tradisional ini dipakai orang untuk memperoleh kebenaran

pengetahuan, sebelum dikemukakannya metode ilmiah atau metode

penemuan secara sistematis dan logis.

a. Cara coba salah (trial and error)

Metode ini telah digunakan orang dalam waktu cukup lama untuk

memecahkan berbagai masalah. Terutama mereka yang sudah atau

belum mengetahui suatu cara tertentu dalam memecahkan masalah yang

dihadapi.

5

Page 6: Bab i,II,III Tri Kti

b. Cara kekuasaan (otoriter)

Kebiasaan seperti ini tidak hanya terjadi pada masyarakat trsdisional

saja, melaikan juga terjadi pada masyarakat modren. Kebiasan seperti

ini seolah-olah diterima dari sumbernya sebagai kebenaran yang

mutlak.

c. Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman adalah guru yang, demikian bunyi pepatah. Hal ini

dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh

dalam memecahkan permasalahan yang terjadi dihadapi pada masa lalu.

d. Melalui jalan pikir

Dari sini manusia telah mampu mengunakan penalaran dalam

memperoleh pengetahuan. Dengan kata lain memperoleh kebenaran

pengetahuan manusia telah mengunakan jalan pikirannya, baik melaui

induksi maupun deduksi (Notoatmodjo, 2005).

2. Cara modern dalam memperoleh pengetahuan

Cara modren dalam memperoleh pengetahuan dalam dewasa ini lebih

sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini dusebut “metode penelitian ilmiah”

atau logis populer disebut metodelogi penelitian. Cara ini mula–mula

dikembangkan oleh Fracis Bacon (1561-1626) (Notoatmodjo, 2005).

3. Metode ilmiah

Metode penelitian sebagai suatu cara untuk memperoleh kebenaran ilmu

pengetahuan atau pemecahan masalah. Pada dasarnya menggunakan

metode ilmiah. Metode ilmiah yang pertama kali dikenalkan oleh Jhon

Dewey adalah perpaduan proses berfikir deduktif–induktif guna

6

Page 7: Bab i,II,III Tri Kti

pemecahan suatu masalah, adapun langkah–langkah pemecahan suatu

masalah yang diantaranya adalah:

1. Merasakan adanya suatu masalah atau kesulitan, dan masalah atau

kesulitan ini mendorong perlunya pemecahan.

2. Merumuskan atau membatasi masalah/kesulitan tersebut, di dalam hal

ini diperlukan observasi untuk mengumpulkan fakta yang

berhubungan dengan masalah itu.

3. Mencoba mengajukan pemecahan masalah/kesulitan tersebut dalam

bentuk hipotesis – hipotesis

4. Merumuskan alasan – alasan dan akibat dari hipotesis yang

dirumuskan secara deduktif.

5. Menguji hipotesis – hipotesis yang diujikan dengan berdasarkan fakta

fakta yang dikumpulkan melalui penyelidikan atau penelitian

(Notoatmodjo, 2005).

2.2 Konstipasi

2.2.1 Defenisi

Konstipasi adalah suatu tindakan atau proses makluk hidup kotoran atau

tinja yang padat atau setengah padat yang berasal dari sistem percernaan

(Dianawuri, 2009).

Konstipasi adalah Suatu penurunan defekasi yang normal seseorang

disertai dengan kesulitan keluarnya feses yang tidak lengkap atau keluarnya feses

yang sangat keras dan kering ( Wilkinson, 2006).

Konstipasi adalah kesulitan atau kelambatan pasase yang menyangkut

kosistensi tinjau dan frekuensi berhajat. Konstipasi di katakan akut jika lamanya 7

Page 8: Bab i,II,III Tri Kti

1sampai 4 minggu, sedangkan di katakan kronik jika lamanya lebih dari 1 bulan

( mansjoer, 2000).

2.2.2 Secara umum penyebab konstipasi adalah sebagai berikut:

1. Kurang cairan

Kurang mengonsumsi cairan bisa menyebabkan tinja menjadi keras

sehingga sulit dikeluarkan. Minum sedikitnya 8 gelas cairan sehari.

2. Cokelat

Ada beberapa studi yang mengaitkan antara cokelat dengan terjadinya

sembelit meski pada beberapa orang konsumsi cokelat justru membantu

melancarkan BAB.

3. Kehamilan dan persalinan

Konstipasi termasuk masalah yang sering dikeluhkan ibu hamil. Biasanya

kondisi ini masih akan terus berlanjut pasca persalinan. Gangguan BAB

ini terjadi karena melemahnya otot-otot perut atau efek samping dari obat

pereda nyeri.

4. Terlalu banyak daging

Pola makan yang rendah serat dan tinggi lemak seperti daging, telur atau

keju bisa membuat proses pencernaan menjadi lebih lambat. Karena itu

penuhi pula kebutuhan tubuh akan serat dengan mengonsumsi cukup

sayuran dan buah.

8

Page 9: Bab i,II,III Tri Kti

5. Vitamin

Vitamin secara umum tidak akan menyebabkan konstipasi, tetapi beberapa

jenis komponen seperti kalsium dan zat besi bisa jadi pemicu.

6. Pereda nyeri dan antidepresan

Penelitian menunjukkan, orang yang sering mengalami sembelit

kebanyakan adalah pengguna obat pereda nyeri dalam jangka panjang.

Konstipasi juga terkait dengan antidepresan golongan serotonin reuptake

inhibitor (SSRI).

7. Hipotiroid

Hipotiroid atau tidak aktifnya kelenjar tiroid akan memperlambat proses

metabolik tubuh dan usus. Tidak semua penderita hipotiroid akan

mengalami konstipasi namun biasanya dokter akan meminta pasien

konstipasi kronik untuk mengecek kadar tiroidnya.

8. Diabetes

Diabetes yang tidak dikendalikan bisa menyebab kerusakan saraf yang

berpengaruh pada kemampuan tubuh mencerna makanan.

9. Kurang olahraga

Gaya hidup kurang bergerak juga bisa memicu konstipasi. Lakukan

aktivitas fisik minimal 30 menit setiap hari.

2.2.3 Tanda dan gejala

Gejala dan tanda akan berbeda antara seseorang dengan seseorang yang

lain, karena pola makan, hormon,gaya hidup dan bentuk usus besar setiap orang

9

Page 10: Bab i,II,III Tri Kti

berbeda-beda, tetapi biasanya gejala dan tanda yang umum ditemukan pada

sebagian besar atau kadang-kadang beberapa penderitanya adalah sebagai berikut:

a. Perut terasa begah, penuh, dan bahkan terasa kaku.

b. Tubuh tidak fit, tidak nyaman, lesu, cepat lelah, dan terasa berat sehingga

malas mengerjakan sesuatu bahkan kadang-kadang sering mengantuk.

c. Sering berdebar - debar sehingga cepat emosi yang mengakibatkan stres

sehingga rentan sakit kepala atau bahkan demam.

d. Aktivitas sehari-hari terganggu karena menjadi kurang percaya diri, tidak

bersemangat, dan tubuh terasa terbebani yang mengakibatkan kualitas dan

produktivitas kerja menurun.

e. Tinja atau feses lebih keras, lebih panas, dan berwarna lebih gelap daripada

biasanya, dan lebih sedikit daripada biasanya.

f. Pada saat buang air besar feses atau tinja sulit dikeluarkan atau dibuang, tubuh

berkeringat dingin, dan kadang-kadang harus mengejan ataupun menekan-

nekan perut terlebih dahulu supaya dapat mengeluarkan dan membuang tinja

(bahkan sampai mengalami ambeien).

g. Terdengar bunyi-bunyian dalam perut.

h. Bagian anus atau dubur terasa penuh, tidak plong, dan terganjal sesuatu disertai

sakit akibat bergesekan dengan tinja atau feses yang kering dan keras atau

karena mengalami ambeien atau wasir sehingga pada saat duduk terasa tidak

nyaman.

10

Page 11: Bab i,II,III Tri Kti

i. Lebih sering buang angin yang berbau lebih busuk daripada biasanya.

j. Menurunnya frekwensi buang air besar, dan meningkatnya waktu buang air

besar (biasanya buang air besar menjadi 3 hari sekali atau lebih).

2.2.4 Komplikasi

Konstipasi dapat menimbulkan beberapa penyakit :

a. Hemoroid

b. Fisura ani

c. Prolaps rectal

d. Ulkus sterkoral

e. Gangguan fungsi serebrovaskuler danjantung

(http://siswa.univpancasila.ac.id)

2.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Proses Konstipasi

1. Usia

Pada usia bayi control defekasi belum berkembang, sedangkan control

defekasi menurun.

2. Diet

Makanan berserat akan mempercepat produksi feses, bayaknya makanan yang

masuk kedalam tubuh juga mempengaruhi proses defekasi.

11

Page 12: Bab i,II,III Tri Kti

3. Intake cairan

Intake cairan yang kurang akan menyebabkan feses memjadi keras,

disebabkan karena obserpasi yang meningkat.

4. Aktivitas

Tonus otot abdomen, pelvis, dan diafragma akan sangat membantu proses

defekasi, gerakan pristaltik akan memudahkan bahan bergerakn sepanjang

kolon.

5. Fisiologi

Keadan cemas, takut dan marah akan meningkatkan pristaltik, sehingga

menyebabkan diare.

6. Pengobatan

Beberapa jenis obat akan menyebabkan diare dan konstipasi.

7. Gaya hidup

Kebiasaan melatih pola buang air besar sejak kecil secara teratur, fasilitas

buang air besar dan kebiasaan menahan buang air besar.

8. Penyakit

Beberapa penyakit dapat menyebabkan diare dan konstipasi

(Tarwoto Watonah, 2006).

12

Page 13: Bab i,II,III Tri Kti

2.3.1 Pengobatan dan peredaan konstipasi

Setiap tahunnya kira-kira lebih dari 2,5 juta orang pergi ke dokter karena

masalah konstipasi.

Pengobatan dan peredaan konstipasi secara alami dapat dilakukan dengan

cara yaitu:

a. Pengubahan pola makan menjadi lebih sehat

b. Rajin berolahraga

c. Memijat perut

d. Minum air putih sebanyaknya

e. Meminum minuman prebiotik dan probiotik

f. Membiasakan diri untuk buang air besar setiap hari dengan membuat

jadwal buang air besar yang disebut bowel training.

Sedangkan dengan cara sedikit dipaksa yang biasanya untuk penderita

obstipasi, yaitu dengan mengkonsumsi obat pencahar disebut laksatif (yang

kadang-kadang menyebabkan perut terasa melilit berlebihan, tinja berbentuk cair,

atau bahkan ketergantungan obat pencahar), penghisapan tinja atau feses dengan

alat khusus, terapi serat, dan pembedahan (walaupun pilihan ini cukup jarang

dilakukan).

Agar penderita konstipasi dapat cepat sembuh, maka penderita dilarang:

a. Menahan buang air besar

b. Mengkonsumsi makanan siap saji dan bersifat panas

13

Page 14: Bab i,II,III Tri Kti

c. Makan dalam porsi yang banyak

d. Meminum minuman yang berkafein dan soft drink (htt:/id.wikipidia.org

konstipasi)

2.4 Kerangka Kerja

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dibuat kerangka penelitian

mengenai pengetahuan mahasiswa tentang konstipasi di Asrama putri di STIKes

Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2011.

Berdasarkan kerangka kerja di atas dapat dilihat bahwa objek yang diteliti

adalah pengetahuan mahasiswa tentang konstipasi di Asrama Putri STIKes

Rumah Sakit Haji Medan dengan kriteria hasil baik, cukup dan kurang.

14

MahasiswaPengetahuan tentang

Konstipasi di asrama

putri STIKes Haji

Medan

Kriteria hasil:

BaikCukup Kurang

Page 15: Bab i,II,III Tri Kti

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain penelitian

Penelitian ini menggunakan desain deskriptif yaitu untuk mengetahui

gambaran pengetahuan mahasiswa tentang konstipasi di asrama putri STIKes

Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2011.

3.2 Lokasi dan Waktu penelitian

3.2.1 Lokasi

Penelitian ini akan dilaksanakan di asrama putri STIKes Rumah Sakit Haji

Medan tahun 2011, karena tempat tersebut dekat dengan tempat peneliti sehingga

memudahkan peneliti untuk mengambil sampel, dan belum pernah dilakukan

penelitian dan ada masalah penelitian.

3.2.2 Waktu

Penelitian ini direncanakan akan dilakukan pada bulan Juli 2011.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti

(mahasiwa), adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa

tingkat I prodi D III keperawatan STIKes Rumah Sakit Haji Medan yang

berjumlah 28 orang.

15

Page 16: Bab i,II,III Tri Kti

3.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang akan dijadikan objek

penelitian. teknik pengambilan sampel menggunakan teknik sampling jenuh.

Yaitu teknik penentuan sempel bila semua anggota populasi digunakan sebagai

sempel. Jadi sempel dari penelitian ini adalah seluruh mahasiswa tingkat I prodi D

III keperawatan STIKes Rumah Sakit Haji Medan yang berjumlah 28 orang.

3.4 Definisi Operasional

1. Pengetahuan adalah segala sesuatu informasi yang di ketahui mahasiswa

tentang konstipasi di asrama putrid STIKes Haji Medan.

2. Konstipasi adalah ganguan elimimasi yang di akibatkan adanya feses yang

kering dan keras melalui usus besar. Biasanya disebabkan oleh pola defekasi

yang tidak teratur, penggunaan laksatif yang lama, stres psikologis, obat-

obatan, kurang aktivitas, dan usia.

3. Mahasiswa adalah pelajar yang sedang menimba ilmu pengetahuan pada

jenjang perguruan tinggi program D-III Keperawatan di STIKes Rumah

Sakit Haji Medan.

3.5 Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti terlebih dahulu mengajukan judul

kepada ketua STIKes Rumah Sakit Haji Medan, kemudian mengajukan

permohonan kepada Direktur STIKes Rumah Sakit Haji Medan untuk melakukan

studi pendahuluan dan mendapatkan data untuk menyusun proposal. Selesai

proposal kemudian peneliti membagikan kuisioner kepada responden yang akan

diteliti dengan menekankan pada masalah etika meliputi:

16

Page 17: Bab i,II,III Tri Kti

1. Informed Concent (Lembaran Persetujuan)

Lembaran persetujuan diberikan kepada subjek yang akan diteliti. Peneliti

menjelaskan maksud dan tujuan penelitian yang dilakukan serta dampak yang

mungkin terjadi sebelum dan sesudah penelitian. Jika bersedia dijadikan

responden, maka mereka diminta untuk menandatangani lembar persetujuan

tersebut. Jika mereka menolak untuk dijadikan responden, maka peneliti tidak

akan memaksa dan akan tetap menghormati hak-haknya.

2. Anonimity (Tanpa Nama)

Untuk menjaga kerahasiaan responden peneliti tidak mencantumkan

namanya pada lembar pengumpulan data tetapi cukup dengan memberi nomor

kode masing-masing pada lembar tersebut.

3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Kerahasiaan imformasi responden akan dijamin oleh peneliti, hanya

sekelompok data tertentu saja yang akan disajikan untuk dilaporkan sebagai hasil

penelitian (Hidayat, 2007).

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang

disusun dan dimodifikasi oleh peneliti dangan mengacu pada kerangka kerja.

3.7 Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan berupa jawaban dari setiap pertanyaan kuesioner

akan diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut :

17

Page 18: Bab i,II,III Tri Kti

1. Editing

Dilakukan pengecekan data yang telah terkumpul, bila terdapat kesalahan

dan kekeliruan dalam pengumpulan data diperbaiki dan dilakukan pendataan

ulang oleh responden.

2. Coding

Data yang telah diediting dirubah kedalam bentuk angka (kode) jawaban

responden dirubah menjadi kode jawaban benar dengan nilai 2 dan jawaban

salah dengan nilai 1.

3. Tabulating

Untuk mempermudah pengolahan dan analisa data serta kesimpulan data

yang telah dihitung sesuai variable yang dibutuhkan dan dimasukkan

kedalam distribusi frekuensi.

4. Skoring

Pengetahuan mahasiswi tingkat I akper tentang konstipasi, sebelumnya

menentukan kategori baik, cukup, kurang.

Aspek pengukuran variabel khususnya pengukuran variabel pengetahuan

dilakukan dengan cara sebagai berikut :

a. Skor jawaban yang benar diberi nilai 2 dengan jumlah soal sebanyak 21,

jadi jumlah skor maksimal adalah 2 X 21 = 42

b. Skor jawaban yang salah diberi nilai 1 dengan jumlah soal sebanyak 21,

jadi jumlah skor minimal adalah 1 X 21 = 21

18

Page 19: Bab i,II,III Tri Kti

Jadi, pembagian pengetahuan berdasarkan skor adalah sebagai berikut :

Keterangan : R = Range

Xmaks = Data terbesar

Xmin = Data terkecil

P = Panjang kelas

R = Xmax – Xmin

= 42 – 21

= 21

Untuk menentukan panjang kelas (P) adalah sebagai berikut :

p= Rkategori

= 7

Maka kriteria ada 3 yaitu :

1. Pengetahuan baik bila mendapat skor : 36 – 42

2. Pengetahuan cukup bila mendapat skor : 29 – 35

3. Pengetahuan kurang bila mendapat skor : 21 – 28

( Notoadmodjo, 2005).

19

p=213

=7

Page 20: Bab i,II,III Tri Kti

3.8 Penyajian Data

Hasil pengolahan data akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi,

frekuensi dan persentase.

20