mawaddah-kti bab i,ii,iii,iv,v,vi

50
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kosmetik berasal dari kata Yunani “kosmetikos” yang berarti ketrampilan menghias, mengatur. Defenisi kosmetik dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI No. HK.00.05.42.1018 adalah setiap bahan atau sediaan dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ genital bagian luar) atau gigi dan mukosa mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik (BPOM RI, 2008). Penggunaan kosmetik harus disesuaikan dengan aturan pakainya. Misalnya harus sesuai jenis kulit, warna kulit, iklim, cuaca, waktu penggunaan, umur, dan jumlah pemakaiannya sehingga tidak menimbulkan efek yang tidak diinginkan. Sebelum mempergunakan kosmetik, sangatlah penting untuk mengetahui lebih dulu apa yang dimaksud dengan kosmetik, manfaat dan pemakaian yang benar. Maka dari itu perlu penjelasan lebih detail mengenai kosmetik (Djajadisastra, 2005). Sekarang banyak ibu-ibu khususnya ibu hamil yang menggunakan kosmetik. Kendati masih sedikit penelitian mengenai ini tetapi ada beberapa bahan yang biasa ditemukan di dalam produk perawatan kulit dan kosmetik yang diduga bisa mengganggu kesehatan janin. Sebenarnya penggunaan kosmetik ini boleh sepanjang tidak mengandung bahan berbahaya dan tidak

Upload: vera-wati

Post on 23-Dec-2015

39 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

m

TRANSCRIPT

Page 1: MAWADDAH-kti Bab i,II,III,IV,V,Vi

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kosmetik berasal dari kata Yunani “kosmetikos” yang berarti

ketrampilan menghias, mengatur. Defenisi kosmetik dalam Peraturan Kepala

Badan Pengawas Obat dan Makanan RI No. HK.00.05.42.1018 adalah setiap

bahan atau sediaan dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh

manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ genital bagian luar) atau

gigi dan mukosa mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan,

mengubah penampilan dan atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau

memelihara tubuh pada kondisi baik (BPOM RI, 2008).

Penggunaan kosmetik harus disesuaikan dengan aturan pakainya.

Misalnya harus sesuai jenis kulit, warna kulit, iklim, cuaca, waktu

penggunaan, umur, dan jumlah pemakaiannya sehingga tidak menimbulkan

efek yang tidak diinginkan. Sebelum mempergunakan kosmetik, sangatlah

penting untuk mengetahui lebih dulu apa yang dimaksud dengan kosmetik,

manfaat dan pemakaian yang benar. Maka dari itu perlu penjelasan lebih

detail mengenai kosmetik (Djajadisastra, 2005).

Sekarang banyak ibu-ibu khususnya ibu hamil yang menggunakan

kosmetik. Kendati masih sedikit penelitian mengenai ini tetapi ada beberapa

bahan yang biasa ditemukan di dalam produk perawatan kulit dan kosmetik

yang diduga bisa mengganggu kesehatan janin. Sebenarnya penggunaan

kosmetik ini boleh sepanjang tidak mengandung bahan berbahaya dan tidak

Page 2: MAWADDAH-kti Bab i,II,III,IV,V,Vi

2

merusak kehamilan. Untuk menghindari efek samping dari kosmetik maka

dianjurkan kepada ibu hamil agar sebaiknya mengkonsultasikan terlebih

dahulu hal tersebut kepada spesialis kulit. Sering kali memang kosmetik

berdampak negatif pada kesehatan ibu hamil, masalah yang sering terjadi

adalah tubuh lebih mudah berkeringat mengingat meningkatnya proses

metabolisme pada tubuh. Selain itu, zat pada kosmetik juga dapat

menghambat dan mengganggu perkembangan janin bahkan dapat

menyebabkan keguguran. Itulah bahayanya apabila ibu hamil salah memilih

kosmetik, untuk menghindari hal tersebut, perlu pengetahuan tentang

kandungan-kandungan zat bernahaya yang terdapat pada kosmetik (Fajar,

2012).

Menurut Media Konsumen (2006), belakangan ini jenis kosmetik

yang banyak digunakan oleh ibu hamil adalah produk bleaching cream yang

dikenal sebagai kosmetik pemutih. Produk ini banyak diminati karena

menjanjikan dapat memutihkan atau menghaluskan wajah secara singkat.

Hasil sampling dan pengujian kosmetik tahun 2008 terhadap 10.896 sampel

kosmetik menunjukkan, terdapat 124 sampel (1,24%) tidak memenuhi syarat,

diantaranya produk ilegal atau tidak terdaftar, mengandung bahan-bahan

dilarang terutama Hidroquinon, Merkuri, Asam Retinoat dan Rhodamin B

yang digunakan untuk memutihkan kulit wajah. (Deviana, 2009).

Hal ini didukung juga oleh penelitian yang dilakukan di Jepang bahwa

60% wanita Jepang dan 75% perempuan Cina masih menginginkan warna

kulit yang lebih putih/cerah dari warna kulit aslinya, meskipun mereka telah

Page 3: MAWADDAH-kti Bab i,II,III,IV,V,Vi

3

3

memiliki kulit yang putih. Menurut Indarti (2002), mengutip Shannon (1997)

hasil test yang dilakukan di Amerika menggambarkan bahwa 88% ibu hamil

yang berusia >19 tahun ke atas berusaha mempercantik diri dengan

menggunakan kosmetik. Mereka merasa bahwa kosmetik tersebut membuat

mereka lebih cantik dan percaya diri (Purnamawati, 2009).

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah seseorang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek, baik melalui indera

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Pengetahuan ibu hamil

terhadap bahaya kosmetik saat ini masih sangat kecil, hal ini disebabkan

karena ibu hamil tidak pernah melakukan konsultasi kedokter spesialis kulit

berkaitan dengan produk kosmetik yang mereka gunakan. Saat hamil, tidak

ada salahnya bagi para ibu untuk tetap tampil cantik dan menawan. Namun,

dalam hal pemilihan kosmetik saat hamil haruslah hati-hati, mengingat bahan

yang terkandung di dalam kosmetik tersebut apakah berbahaya atau tidak

bagi kehamilan (Fajar, 2012).

Di Provinsi Aceh jumlah ibu hamil yang menggunakan kosmetik

berbahaya meningkat dari tahun ketahun, pada tahun 2010 jumlah ibu hamil

yang menggunakan kosmetik sebanyak 1892 orang, pada tahun 2012

sebanyak 1902 orang. Hal ini disebabkan karena banyak produk-produk

kosmetik yang dijual seperti kosmetik pemutih wajah sudah beredar luas di

Aceh, selain itu bagi ibu hamil yang tidak cocok, maka akan timbul flek

merah dan gatal-gatal dimuka (Dinkes Aceh, 2011).

Page 4: MAWADDAH-kti Bab i,II,III,IV,V,Vi

4

Berdasarkan studi pendahuluan di Desa Keutapang Kecamatan Jaya

Kabupaten Aceh Jaya, terhadap 10 orang ibu hamil, 7 orang ibu hamil

cenderung memiliki masalah dengan kulit, terutama kulit wajah seperti

timbulnya hiperpigmentasi atau noda hitam. Hiperpigmentasi timbul karena

adanya berbagai sebab antara lain faktor usia, perawatan yang salah dan

paparan sinar matahari secara langsung.

Berbagai macam merek kosmetika yang beredar dipasaran telah

menarik minat ibu-ibu khususnya ibu hamil di daerah tersebut untuk

menggunakannya, mereka cenderung mencoba-coba dan berharap kulitnya

menjadi putih dan cantik. Kaum ibu-ibu tersebut menggunakan kosmetik

sebagai solusi masalah hiperpigmentasi kulitnya tanpa memperhatikan dan

mempertimbangkan dampak dari kosmetik tersebut. Hal ini bisa disebabkan

oleh banyak faktor, seperti terbatasnya informasi/pengetahuan terhadap

bahaya kosmetik pada masa kehamilan.

Berdasarkan permasalahan diatas peneliti tertarik untuk melihat lebih

lanjut “Pengaruh Pengetahuan, Perilaku Dan Sosial Budaya Terahdap

Penggunaan Kosmetik Pada Ibu Hamil Di Desa Keutapang Kecamatan Jaya

Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2013”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat disusun suatu rumusan

masalah yaitu “Adakah Pengaruh Pengetahuan, Perilaku Dan Sosial Budaya

Terhadap Penggunaan Kosmetik Pada Ibu Hamil Di Desa Keutapang

Kecamatan Jaya Kabupaten Aceh Jaya”

Page 5: MAWADDAH-kti Bab i,II,III,IV,V,Vi

5

5

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Pengaruh Pengetahuan, Perilaku Dan Sosial

Budaya Terhadap Penggunaan Kosmetik Pada Ibu Hamil Di Desa

Keutapang Kecamatan Jaya Kabupaten Aceh Jaya tahun 2013.

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui Pengaruh Pengetahuan Terhadap Penggunaan

Kosmetik Pada Ibu Hamil Di Desa Keutapang Kecamatan Jaya

Kabupaten Aceh Jaya tahun 2013.

b. Untuk mengetahui Pengaruh Perilaku Terhadap Penggunaan Kosmetik

Pada Ibu Hamil Di Desa Keutapang Kecamatan Jaya Kabupaten Aceh

Jaya tahun 2013.

c. Untuk Mengetahui Pengaruh Sosial Budaya Terhadap Penggunaan

Kosmetik Pada Ibu Hamil Di Desa Keutapang Kecamatan Jaya

Kabupaten Aceh Jaya tahun 2013.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti Lain

Dapat melanjutkan penelitan mengenai Pengaruh Pengetahuan,

Perilaku Dan Sosial Budaya Terhadap Penggunaan Kosmetik Pada Ibu

Hamil dengan lebih baik dan berwawasan luas serta dengan

menambahkan variabel-variabel lain yang berkaitan dengan judul.

Page 6: MAWADDAH-kti Bab i,II,III,IV,V,Vi

6

2. Bagi Instansi Pendidikan

Sebagai bahan informasi kepada pembaca tentang bahaya

kosmetik pada kehamilan.

3. Bagi tenaga kesehatan

Sebagai bahan penyuluhan dalam upaya memberikan stimulasi

terhadap pengetahuan ibu hamil tentang pengaruh bahaya kosmetik pada

kehamilan.

Page 7: MAWADDAH-kti Bab i,II,III,IV,V,Vi

7

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kosmetik

1. Pengertian Kosmetik

Kosmetik sudah dikenal sejak berabad-abad yang lalu.Pada abad

ke-19, pemakaian kosmetik mulai mendapat perhatian, yaitu selain untuk

kecantikan juga untuk kesehatan.Menurut Tranggono sambil mengutip

Jellinek dkk (1970) perkembangan ilmu kosmetik serta industrinya baru

dimulai secara besar-besaran pada abad ke-20 (Djajadisastra, 2005).

Definisi kosmetik dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No.

445/MenKes/Permenkes/1998 adalah sediaan atau paduan bahan yang

siap untuk digunakan pada bagian luar badan (epidermis, rambut, kuku,

bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi dan rongga mulut untuk

membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampakan,

melindungi supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan

tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu

penyakit (Retno, 2011).

Kosmetik berasal dari kata Yunani “kosmetikos” yang berarti

ketrampilan menghias, mengatur.Defenisi kosmetik dalam Peraturan

Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI No. HK.00.05.42.1018

adalah setiap bahan atau sediaan dimaksudkan untuk digunakan pada

bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ

genital bagian luar) atau gigi dan mukosa mulut terutama untuk

Page 8: MAWADDAH-kti Bab i,II,III,IV,V,Vi

8

membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan atau

memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada

kondisi baik (BPOM RI, 2008).

Untuk memperbaiki dan mempertahankan kesehatan kulit

diperlukan jenis kosmetik tertentu - bukan hanya obat.Selama kosmetik

tersebut tidak mengandung bahan bahaya yang secara farmakologis aktif

mempengaruhi kulit, penggunaan kosmetik jenis ini menguntungkan dan

bermanfaat untuk kulit itu sendiri. Contoh: preparat antiketombe,,

antiperspirant, deodoran, preparat untuk mempengaruhi warna kulit

(untuk memutihkan atau mencoklatkan kulit), preparat antijerawat,

preparat pengeriting rambut dan lain-lain.

2. Tujuan Penggunaan Kosmetik

Kosmetik saat ini telah menjadi kebutuhan manusia yang tidak

bisa dianggap sebelah mata lagi. Dan sekarang semakin terasa bahwa

kebutuhan adanya kosmetik yang beraneka bentuk dengan ragam warna

dan keunikan kemasan serta keunggulan dalam memberikan fungsi bagi

konsumen menuntut industri kosmetik untuk semakin terpicu

mengembangkan teknologi yang tidak saja mencakup peruntukkannya

dari kosmetik itu sendiri namun juga kepraktisannya didalam

penggunaannya (Djajadisastra, 2005).

Tujuan utama penggunaan kosmetik pada masyarakat modern

adalah untuk kebersihan pribadi, meningkatkan daya tarik melalui make

up, meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan tenang, melindungi kulit

Page 9: MAWADDAH-kti Bab i,II,III,IV,V,Vi

9

9

dan rambut dari kerusakan sinar ultraviolet, polusi dan factor lingkungan

yang lain, mencegah penuaan, dan secara umum membantu seseorang

lebih menikmati dan menghargai hidup (Djajadisastra, 2005).

Seseorang yang menggunakan produk kosmetik tentulah karena

adanya daya tarik kosmetik yang dibelinya tersebut, misalnya ketertarikan

terhadap fungsi dari kosmetik tersebut, kepraktisan dari pemakaian, dan

dampak yang ditimbulkan oleh pemakaian kosmetik itu. Konsumen

haruslah selektif dalam memilih produk kosmetik sehingga dampak

negatif dari pemakaian kosmetik seperti, kulit wajah menjadi kusam,

pucat, kering, pecah-pecah, dan dampak lain dapat dihindari

(Djajadisastra, 2005).

Penggunaan kosmetik harus disesuaikan dengan aturan pakainya.

Misalnya harus sesuai jenis kulit, warna kulit, iklim, cuaca, waktu

penggunaan, umur, dan jumlah pemakaiannya sehingga tidak

menimbulkan efek yang tidak diinginkan. Sebelum mempergunakan

kosmetik, sangatlah penting untuk mengetahui lebih dulu apa yang

dimaksud dengan kosmetik, manfaat dan pemakaian yang benar. Maka

dari itu perlu penjelasan lebih detail mengenai kosmetik (Djajadisastra,

2005).

3. Efek samping kosmetik

Ada berbagai reaksi negatif yang disebabkan oleh kosmetik yang

tidak aman pada kulit maupun system tubuh, antara lain:

Page 10: MAWADDAH-kti Bab i,II,III,IV,V,Vi

10

a. Iritasi: reaksi langsung timbul pada pemakaian pertama kosmetik

karena salah satu atau lebih bahan yang dikandungnya bersifat iritan.

Sejumlah deodorant, kosmetik pemutih kulit (misalnya kosmetik

impor Pearl Creamyang mengandung merkuri) dapat langsung

menimbulkan reaksi iritasi (Tranggono dkk, 2007).

b. Alergi: reaksi negatif pada kulit muncul setelah dipakai beberapa kali,

kadang-kadang setelah bertahun-tahun, karena kosmetik itu

mengandung bahan yang bersifat alergenik bagi seseorang meskipun

tidak bagi yang lain (Tranggono dkk, 2007).

c. Fotosensitisasi: reaksi negative muncul setelah kulit yang ditempeli

kosmetik terkena sinar matahari karena salah satu atau lebih dari

bahan, zat pewarna, zat pewangi yang dikandung oleh zat kosmetik itu

bersifat photosensitizer (Tranggono dkk, 2007).

d. Jerawat (acne): beberapa kosmetik pelembap kulit yang sangat

berminyak dan lengket pada kulit, seperti yang diperuntukkan bagi

kulit kering di iklim dingin, dapat menimbulkan jerawat bila

digunakan pada kulit yang berminyak. Terutama di negara-negara

tropis seperti di Indonesia karena kosmetik demikian cenderung

menyumbat pori-pori kulit bersama kotoran dan bakteri (Tranggono

dkk, 2007).

e. Intoksikasi: keracunan dapat terjadi secara local maupun sistemik

melalui penghirupan lewat melalui hidung dan hidung, atau

Page 11: MAWADDAH-kti Bab i,II,III,IV,V,Vi

11

11

penyerapan lewat kulit. Terutama jika salah satu atau lebih bahan

yang dikandung kosmetik itu bersifat toksik (Tranggono dkk, 2007).

f. Penyumbatan fisik: penyumbatan oleh bahan-bahan berminyak dan

lengket yang ada dalam kosmetik tertentu, seperti pelembab atau dasar

bedak terhadap pori-pori kulit atau pori-pori kecil pada bagian tubuh

yang lain. Ada dua efek atau pengaruh kosmetik terhadap kulit, yaitu

efek positif dan efek negatif. Tentu saja yang diharapkan adalah efek

positifnya, sedangkan efek negatifnya tidak diinginkan karena dapat

menyebabkan kelainan-kelainan kulit (Tranggono dkk, 2007).

4. Penggolongan Kosmetik

Kosmetik yang beredar di pasaran sekarang ini dibuat dengan

berbagai jenis bahan dasar dan cara pengolahannya. Menurut bahan yang

digunakan dan cara pengolahannya, kosmetik dapat dibagi menjadi 2

golongan besar yaitu kosmetik tradisional dan kosmetik modern.

Kosmetik yang beredar di Indonesia ada dua macam yaitu kosmetik

tradisional dan kosmetik modern (Tranggono dkk, 2007).

a. Kosmetik Tradisional. Kosmetik tradisional adalah kosmetik alamiah

atau kosmetik asli yang dapat dibuat sendiri langsung dari bahan-

bahan segar atau yang telah dikeringkan, buah-buahan dan tanam-

tanaman disekitar kita. Cara tradisional ini merupakan kebiasaan atau

tradisi yang diwariskan turun-temurun dari leluhur atau nenek moyang

kita (Tranggono dkk, 2007).

Page 12: MAWADDAH-kti Bab i,II,III,IV,V,Vi

12

b. Kosmetik Modern. Kosmetik modern adalah kosmetik yang

diproduksi secara pabrik (laboratorium), dimana telah dicampur

dengan zat-zat kimia untuk mengawetkan kosmetik tersebut agar

tahan lama, sehingga tidak cepat rusak (Tranggono dkk, 2007).

B. Bahan Kosmetik Yang Berbahaya Bagi Ibu Hamil

Beberapa jenis kosmetika dari bahan sintesis harus diwaspadai karen a

dapat melewati plasenta dan masuk ke otak janin sehingga mengganggu

perkembangan janin. Berikut ini kandungan zat dalam kosmetik yang harus

dihindari ketika sedang hamil:

1. Benzoil peroksida, ditemukan dalam banyak produk yangdigunakan

untuk mengobati jerawat termasuk kategori C yang sebiknya di hindari.

2. Salicylic acid (BHA atau beta hydroxxy acid), bahan ini dalam produk

yang digunakan untuk anti penuaan dan mengobati jerawat.

3. Retinol A, merupakan bentuk vitamin A yang digunakan mengobati

jerawat dan pengelupasan kulit mati. Dosis tinggi vitamin A terbukti

dapat mengganggu perkembangan bagi.

4. Parabéns, yaitu pengawet yang sangat umum digunakan banyak produk

perawatan kulit. Penelitian klinis menunjukkan adanya hubungan bahan

ini dengan efek buruk pada system reproduksi bayi laki-laki.

5. Assutane,obat jerawat ini beresiko menyebabkan janin lahir cacat yang

serius dan kemungkinan keguguran.

6. Hidrokortison,krip topical ini mengakibatkan janin lahir cacat dan jenis

keracunan.

Page 13: MAWADDAH-kti Bab i,II,III,IV,V,Vi

13

13

7. Dioksana, Ini merupakan bahan bahaya yang tercantum pada setiap

produk perawatan kulit karena merupakan bahan sintetis lain berbabis

minyak bumi. Bahan ini dapat menyebabkan kanker dan pengaruh efek

samping pada perkembangan janin.

8. Cream Hair Removers, kemungkinan bahan ini dapat diserap ke dalam

kulit sehingga harus dihindari selama kehamilan.

Bahaya merkuri (Hg) pada kosmetik adalah dapat mengakibatkan

memperlambat pertumbuhan janin, mengakibatkan keguguran (kematian

janin dan mandul), flek hitam pada kulit akan memucat (seakan pudar) dan

bila pemakaian dihentikan, flek itu dapat / akan timbul lagi & bertambah

parah (melebar).

Selain itu juga menimbulkan Efek rebound yaitu memberikan respon

berlawanan (kulit akan menjadi gelap/kusam saat pemakaian dihentikan).

Untuk wajah yang tadinya bersih lambat laun akan timbul flek yang sangat

parah (lebar) dan yang palig parah dapat mengakibatkan kanker kulit.

C. Kehamilan

Kehamilan adalah proses alami yang terjadi setelah bertemunya

sperma dan ovum yang tumbuh berkembang di uterus selama 270-290 hari

atau 30-40 minggu. Dan masa kehamilan dibagi ke dalam 3 trimester. Tanda -

tanda kehamilan dapat diperhatikan sebagai berikut : Amenorrehoe (tidak

dapat haid) ; wanita harus dapat mengetahui tanggal hari pertama haid

terakhir (HPHT), agar dapat ditaksir umur kehamilan dan taksiran tanggal

persalinan (TTP) dengan memakai rumus dari Naeglee, yaitu HTTP adalah +

Page 14: MAWADDAH-kti Bab i,II,III,IV,V,Vi

14

7 hari, - 3 bulan, 1 tahun dari hari pertama haid terakhir. Mual dan muntah ;

biasanya terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan sampai akhir triwulan

pertama (Depkes RI, 2006).

Menurut Wiknjosastro (2005), kehamilan adalah pertemuan sperma,

ovum dan terjadi pembuahan dalam rahim. Kehamilan adalah dikandungnya

janin hasil pembuahan sel telur oleh sel sperma (Kuhartanti, 2004). Masa

kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin, lamanya hamil

normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari haid

terakhir (Hanifa, 2000).

Bila mual dan muntah sering terjadi disebut hiperemesis. Mengidam

(ingin makanan khusus) terutama pada triwulan pertama. Anoreksia(Tidak

ada selera makan). Fatique (lelah). Payudara membesar, tegang dan sedikit

nyeri, hal ini disebabkan pengaruh hormon esterogen dan progesteron yang

merangsang duktus dan areoli mamae. Frekuensi buang air kecil meningkat,

disebabkan oleh karena kandung kemih tertekan oleh rahim yang mulai

membesar. Konstipasi (susah buang air besar), karena otot-otot usus menurun

oleh pengaruh hormon steroid. Perut membesar, karena terjadi pembuahan di

dalam uterus. Tanda kejang, segmen bawah rahim melunak. Teraba

Ballotemen. Reaksi kehamilan positif (Roestam, 2002).

1. Tanda-tanda kehamilan

Gejala kehamilan tidak pasti :

a. Tidak haid, adalah gejala pertama yang dirasakan oleh seorang wanita

yang menyadari kalau dirinya sedang hamil. Penting untuk dicatat

Page 15: MAWADDAH-kti Bab i,II,III,IV,V,Vi

15

15

tanggal hari haid terakhir guna menentukan usia kehamilan dan

memperkirakan tanggal kelahiran. Rumus sederhana menentukan

tanggal kelahiran yaitu ditambah 7 sedangkan bulan dikurangi 3,

dihitung dari tanggal pertama haid terakhir.

b. Mual dengan diikuti muntah ataupun tidak sering terjadi pada bulan-

bulan pertama kehamilan

c. Mengidam atau menginginkan sesuatu baik itu makanan, minuman

atau hal-hal yang lain.

d. Gangguan buang air besar karena pengaruh hormonal

e. Sering kencing terutama bila kehamilan sudah besar

f. Kadang-kadang wanita hamil bisa pingsan dikeramaian terutama pada

bulan-bulan awal kehamilan

g. Tidak ada nafsu makan, mungkin ada hubungannya dengan mual-

mual di atas

Tanda kehamilan tidak pasti:

a. Perubahan warna kulit menjadi lebih gelap dari sebelumnya yang kira-

kira terjadi di atas Minggu ke 12 kehamilan.

b. Keputihan atau keluarnya cairan berlebihan dari vagina karena

pengaruh hormonal

c. Gusi bengkak terutama pada bulan-bulan pertama kehamilan

d. Perubahan payudara menjadi lebih besar

e. Pembesaran perut terutama tampak jelas setelah kehamilan 14 minggu

f. Tes kehamilan memberikan hasil positif.

Page 16: MAWADDAH-kti Bab i,II,III,IV,V,Vi

16

Tanda pasti kehamilan:

a. Pada perabaan di bagian perut disarakan adanya janin serta gerak

janin.

b. Bila didengarkan menggunakan alat Doppler maka akan terdengar

detak jantung janin

c. Pada pemeriksaan USG dilihat gambaran janin

d. Pada pemeriksaan rontgen terlihat gambaran rangka janin

Kehamilan adalah dikandungnya janin hasil permbuahan sel telur oleh

sperma (Suhartanti, 2004). Untuk mengetahui pembagian jumlah paritas

maka dapat dibagi menjadi sebagai berikut :

1. Gravida adalah seorang wanita yang sedang hamil

2. Para adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi yang dapat hidup

(viabel)

3. Primigravida adalah seseorang wanita yang hamil untuk pertama kali

4. Nullipara adalah seorang wanita yang belum pernah melahirkan bayi

5. Primipara adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi hidup untuk

pertama kali

6. Multipara atau pleutipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi

viabel beberapa kali (sampai 5 kali)

7. Grandemultipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi 6 kali atau

lebih hidup mati (Rustam, 2000).

Page 17: MAWADDAH-kti Bab i,II,III,IV,V,Vi

17

17

D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan Kosmetik

Menurut Djajadisastra (2009), faktor-faktor yang mempengaruhi

penggunaan kosmetik antara lain sebagai berikut:

1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran, gagasan, ide, konsep

dan pemahaman yang dimilik manusia tentang dunia dan segala isinya

termasuk manusia dan kehidupannya. Pengetahuan mencangkup

penalaran, penjelasan dan pemahaman manusia tentang segala sesuatu.

Juga mencangkup praktek atau kemampuan teknis dalam memecahkan

berbagai persoalan hidup yang belum dibuktikan secara sistematis dan

metodis (Notoatmodjo, 2007).Ilmu pengetahuan adalah kumpulan dari

pengalaman-pengalaman dan pengetahuan-pangetahuan dari sejumlah

orang yang dipadukan secara harmonik dalam suatu bangunan yang

teratur (Ircham Mochfoedz, 2005).

Menurut Muhammad Ali (2005), pengetahuan adalah segala yang

diketahui mengenai sesuatu hal. Pengetahuan dapat mempengaruhi

perilaku seseorang, bermula dari pengetahuan akan sesuatu dan

mengetahui manfaatnya maka akan timbul sikap positif.Pengetahuan

didapat dengan menggunakan motivasi-motivasi yang benar dari

informasi yang ada. Innováis yang kompleks membutuhkan cara-cara

memperoleh pengetahuan yang lebih baik, jika jumlah pengetahuan yang

diinginkan cukup dan tidak dikembangkan guna memperoleh status

Page 18: MAWADDAH-kti Bab i,II,III,IV,V,Vi

18

perubahan (innováis), maka hasil yang diinginkan tidak tercapai.Menurut

Notoatmodjo (2007), pengetahuan mempunyai 6 tingkatan :

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya.Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang

dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu

ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja

untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara

lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan

sebagainya.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek

yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut

secara benar.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan

hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam

konteks atau situasi yang lain.

Page 19: MAWADDAH-kti Bab i,II,III,IV,V,Vi

19

19

d. Analisis (analysis).

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam

suatu stuktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu keseluruhan yang

baru. Dengan kata lain sintesis adalah kemampuan untuk menyusun

formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek

penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita

ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan

diatas (Notoatmodjo, 2007).

Notoatmodjo (2003) juga menyatakan bahwa sebelum orang

mengadopsi prilaku baru (berprilaku baru) didalam diri orang tersebut

terjadi proses yang berurutan yakni : Awareness (kesadaran) dimana

orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap

stimulus (objek), Interest dimana orang mulai tertarik pada

stimulus.Evaluation (menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya

Page 20: MAWADDAH-kti Bab i,II,III,IV,V,Vi

20

stimulus tersebut pada dirinya). Hal ini berarti sikap respon sudah lebih

baik lagi. Trial mencoba berprilaku baru dan Adaption, dimana subjek

telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan dan sikapnya terhadap

stimulus.

Namun dapat disimpulkan bahwa perubahan prilaku tidak selalu

melewati tahap-tahap tersebut diatas apabila penerimaan prilaku baru

atau adaptasi prilaku melalui proses seperti ini, dimana disadari oleh

pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif maka prilaku tersebut

akan bersifat langgeng. Sebaliknya prilaku tidak disadari oleh

pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama.

Menurut Notoatmodjo (2003) dalam Widianti (2007),

pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :

1. Pengalaman. Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri

maupun pengalaman orang lain. Pengalaman yang diperoleh dapat

memperluas pengetahuan seseorang.

2. Tingkat pendidikan. Secara umum, orang yang berpendidikan lebih

tinggi akan memiliki pengetahuan yang lebih luas daripada orang

yang berpendidikan lebih rendah.

3. Keyakinan. Biasanya keyakinan diperoleh secara turun-temurun,

baik keyakinan yang positif maupun keyakinan yang negatif, tanpa

adanya pembuktian terlebih dahulu.

Page 21: MAWADDAH-kti Bab i,II,III,IV,V,Vi

21

21

4. Fasilitas. Fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat

mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah majalah, radio, koran,

televisi, buku, dan lain-lain.

5. Penghasilan. Penghasilan tidak berpengaruh secara langsung

terhadap pengetahuan seseorang. Namun, jika seseorang

berpenghasilan cukup besar, maka dia mampu menyediakan fasilitas

yang lebih baik.

6. Sosial budaya. Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga

dapat mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang

terhadap sesuatu.

Peningkatan pengetahuan tidak selalu menyebabkan perubahan

perilaku, pengetahuan tertentu tentang kesehatan mungkin penting

sebelum suatu tindakan kesehatan pribadi terjadi. Tetapi tindakan

kesehatan yang diharapkan mungkin tidak akan terjadi kecuali apabila

seseorang mendapat isyarat yang cukup kuat untuk memotivasinya

bertindak atas dasar pengetahuan yang dimilikinya.

Dari pernyataan diatas, jelaslah bahwa semakin tingginya

pengetahuan seorang ibu, maka semakin bertambah tinggi kepercayaan

seseorang kepada kita dalam menggunakan jasa yang kita berikan,

sebagaimana diketahui tugas seorang bidan adalah merupakan tugas jasa

atau menjual jasanya. Jasa tanpa adanya keyakinan dan pelayanan

(service) yang baik yang kita tampilkan, maka orang lain tidak akan

tunduk dan tertarik terhadap produk jasa yang kita tawarkan. Untuk

Page 22: MAWADDAH-kti Bab i,II,III,IV,V,Vi

22

mengetahui pengukuran pengetahuan maka dapat diklasifikasikan

menjadi tiga yaitu:Tinggi jika ≥76-100%, sedang jika ≤ 56-75%, dan

rendah jika <55% (Notoatmodjo, 2007).

Rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan tentang bahaya

kosmetik pada masa kehamilan akan berakibat terhadap risiko kehamilan

yang tidak benar sehingga lebih sering meremehkannya dan

menimbulkan dampak yang negatif pada bayi. Oleh karena itu, tinggi

rendahnya pendidikan ibu jelas mempengaruhi tingkat pengetahuan dan

perilaku terhadap penggunaan kosmetik yang berbahaya terhadap jenin.

(Anton, 2007).

2. Perilaku

Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk

hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis

semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai

dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktivitas

masing-masing. Sehingga yang dimaksud dengan perilaku manusia, pada

hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang

mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara,

menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca dan sebagainya.

Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku

(manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat

diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak

Page 23: MAWADDAH-kti Bab i,II,III,IV,V,Vi

23

23

luar.Notoatmodjo (2007) membuat klasifikasi lain tentang perilaku

kesehatan yaitu :

a. Perilaku hidup sehat

Adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau

kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan

kesehatannya.

b. Perilaku sakit (illnes behavior)

Perilaku sakit ini mencakup respons seseorang terhadap sakit dan

penyakit, persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang penyebab

dan gejala penyakit, pengobatan penyakit dan sebagainya.

c. Perilaku peran sakit (the sick role behavior)

Dari segi sosiologi, orang sakit (pasien) mempunyai peran, yang

mencakup hak-hak orang sakit (right) dan kewajiban sebagai orang

sakit (obligation). Hak dan kewajiban ini harus diketahui oleh orang

sakit sendiri maupun orang lain (terutama keluarganya), yang

selanjutnya disebut perilaku peran orang sakit (the sick role).

Meskipun perilaku adalah bentuk respons atau reaksi terhadap

stimulus atau rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam hal

memberikan respon sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor

lain dari orang yang bersangkutan. Hal ini berarti bahwa meskipun

stimulusnya sama bagi beberapa orang, namun respon tiap-tiap orang

berbeda. Faktor-faktor yang membedakan respons terhadap stimulus yang

Page 24: MAWADDAH-kti Bab i,II,III,IV,V,Vi

24

berbeda disebut determinan perilaku. Determinan perilaku ini dapat

dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2007) yaitu :

1. Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang

bersangkutan, yang bersifat given atau bawaan, misalnya : tingkat

kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.

2. Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan

fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor

lingkungan ini sering merupakan faktor yang dominan yang mewarnai

perilaku seseorang.

Dari uraian di atas dapat dirumuskan bahwa perilaku adalah

merupakan totalitas pengahayatan dan aktivitas seseorang, yang

merupakan hasil bersama atau resultance antara berbagai faktor, baik

faktor internal maupun eksternal. Dengan perkataan lain perilaku manusia

sangatlah kompleks, dan mempunyai bentangan yang sangat luas. Perilaku

manusia itu ke dalam 3 (tiga) domain, ranah atau kawasan yakni : a)

kognitif (cognitive), b) afektif (affective), c) psikomotor (psychomotor).

Sebenarnya penggunaan kosmetik ini boleh, sepanjang tidak

mengandung bahan berbahaya dan tidak merusak kehamilan. Untuk

menghindari efek samping dari kosmetik maka dianjurkan kepada ibu

hamil agar sebaiknya mengkonsultasikan terlebih dahulu hal tersebut

kepada spesialis kulit. Sering kali memang kosmetik berdampak negatif

pada kesehatan ibu hamil, masalah yang sering terjadi adalah tubuh lebih

mudah berkeringat mengingat meningkatnya proses metabolisme pada

Page 25: MAWADDAH-kti Bab i,II,III,IV,V,Vi

25

25

tubuh. Selain itu, zat pada kosmetik juga dapat menghambat dan

mengganggu perkembangan janin bahkan dapat menyebabkan keguguran.

Itulah bahayanya apabila ibu hamil salah memilih kosmetik, untuk

menghindari hal tersebut, perlu pengetahuan tentang kandungan-

kandungan zat bernahaya yang terdapat pada kosmetik

3. Sosial Budaya

Sosial budaya merupakan suatu kebiasaan atau kepercayaan

masyarakat terhadap pengalaman masa lalu, pengaruh teman setempat

tinggal dan pengaruh dari keluarga. Sarwono (2009) mengatakan bahwa,

sosial budaya dapat di kategorikan dari positif dan negatif, jika pengaruh

masyarakat positif terhadap pemanfaatan pusat pelayanan kesehatan, maka

akan terdorong untuk memanfaatkan dan melakukan kunjungan ke

puskesmas, akan tetapi sebaliknya jika pengaruh masyarakat negatif, maka

semakin kurang semangat atau bahkan tidak mau memanfaatkan pusat-

pusat pelayanan kesehatan, karena mereka kurang yakin akan yang

didasarkan pada pengalaman masa lalu yang tidak baik.

Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat

mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap

sesuatu. Azwar (2010) menyebutkan, sosial budaya masyarakat

berpengaruh terhadap pemilihan baik sulit untuk dihilangkan, dan sudah

terbiasa, akan tetapi jika sosial budaya masyarakat baik sulit untuk

dihilangkan, dan sudah terbiasa dengan hal-hal yang baik serta menyadari

bahwa pentingnya pemeliharaan kesehatan yang lebih baik dan selalu

Page 26: MAWADDAH-kti Bab i,II,III,IV,V,Vi

26

disiplin dalam hidup bersih dan sehat. Kebudayaan terhadap penggunaan

kosmetik sangat besar pengaruhnya, terumata di zaman yang serba modern

seperti sekarang, hal ini disebabkan karena pengaruh social budaya didapat

melalui media cetak dan elektronik. Tindakan ibu hamil menggunakan

kosmetik pada era kekinian tidak lagi dapat diposisikan menjadi bagian

dari budaya. kosmetik telah dijadikan sebagai teman dalam kehidupan

sedemikian rupa sehingga menjadi lebur dengan tindakan merias diri yang

dicitrakan banyak periklanan sebagai bagian dari gaya hidup, citra

seseorang, hingga menjadi semacam stimulus bagi peningkatan kualitas

hidup. Dengan demikian, kosmetik dan tindakan merias diri pada masa

sekarang tidak bisa dipisahkan secara tegas.

Page 27: MAWADDAH-kti Bab i,II,III,IV,V,Vi

27

27

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Kosmetik saat ini telah menjadi kebutuhan manusia yang tidak bisa

dianggap sebelah mata lagi. Hal ini disebabkan karena jenis pemilihan

kosmetik dari bahan sintetis harus diwaspadai karena dapat melewati plasenta

dan masuk keotak janin sehingga mengganggu perkembangan janin, sekarang

semakin terasa bahwa kebutuhan alat kosmetik yang beraneka bentuk dengan

ragam warna dan keunikan kemasan serta keunggulan dalam memberikan

fungsi bagi konsumen menuntut industri kosmetik untuk semakin terpicu

mengembangkan teknologi yang tidak saja mencakup keuntungan/manfaat

dari kosmetik itu sendiri, namun juga kepraktisannya didalam penggunaannya

(Djajadisastra, 2009). Berdasarkan kerangka konsep inilah peneliti mencoba

untuk melihat pengaruh pengetahuan, perilaku dan sosial budaya terhadap

penggunaan kosmetik pada ibu hamil Di Desa Keutapang Kecamatan Jaya

Kabupaten Aceh Jaya tahun 2013.

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Penggunaan Kosmetik

Pada Ibu Hamil

Pengetahuan

Perilaku

Sosial Budaya

Page 28: MAWADDAH-kti Bab i,II,III,IV,V,Vi

28

B. Definisi Operasional

Tabel 3.2 Definisi Operasional

N

o Variabel

Definisi

Operasional Cara Ukur Alat Ukur

Hasil

Ukur

Skala

Ukur

Variabel Dependen

1. Penggunaan

kosmetik pada

ibu hamil

Sesuatu yang

digunakan oleh

ibu hamil untuk

memperindah

diri

Membagikan

kuesioner

dengan kriteria : - Baik, jika

x 1,3

- Kurang Baik,

jika

x< 1,3

Kuesioner - Baik - Kurang baik

Ordinal

Variabel Independen 2.

Pengetahuan

Segala sesuatu

yang diketahui

ibu tentang

bahaya

penggunaan

kosmetik

Membagikan

kuesioner

dengan kriteria : - Baik, jika

x 4,7

- Kurang Baik,

jika

x< 4,7

Kuesioner - Baik - Kurang Baik

Ordinal

3. Perilaku Tingkah laku

ibu terhadap

penggunaan

kosmetik

Membagikan

kuesioner

dengan kriteria : - Baik, jika

x 4,8

- Kurang Baik,

jika

x< 4,8

Kuesioner - Baik - Kurang Baik

Ordinal

4. Sosial budaya Suatu

kpercayaan ibu

terhadap

penggunaan

kosmetik

Membagikan

kuesioner

dengan kriteria : - Mendukung

x 4,3

- Tidak Mendukung

x< 4,3

Kuesioner - Mendukung - Tidak Mendukung

Ordinal

Page 29: MAWADDAH-kti Bab i,II,III,IV,V,Vi

29

29

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan penelitian analitik, dengan

pendekatan crossectional yaitu suatu penelitian dimana variabel-variabel

(dependen dan independen) diteliti sekaligus pada waktu yang sama yaitu

melihat pengaruh pengetahuan, perilaku dan sosial budaya terhadap

penggunaan kosmetik pada ibu hamil Di Desa Keutapang Kecamatan Jaya

Kabupaten Aceh Jaya tahun 2013.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi penelitian adalah keseluruhan objek penelitian atau objek

yang diteliti (Notoatmodjo, 2010), populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh ibu hamil di Desa Keutapang Kecamatan Jaya sebanyak 38 ibu.

2. Sampel

Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh

populasi (Notoatmodjo, 2010). Pengambilan sampel dilakukan secara

total sampling, responden dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil di

Desa Keutapang Kecamatan Jaya sebanyak 38 ibu. Dengan kriteria

sebagai berikut :

a. Ibu hamil 0-9 bulan

b. Ibu yang bersedia dijadikan responden

Page 30: MAWADDAH-kti Bab i,II,III,IV,V,Vi

30

C. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Keutapang Kecamatan Jaya

Kabupaten Aceh Jaya.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 20 sampai dengan

tanggal 25 Agustus 2013.

D. Metode Pengumpulan Data

1. Jenis Data

a. Data primer yaitu data yang didapat dari hasil kuesioner secara

langsung terhadap ibu hamil.

b. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari keuchik, puskesmas atau

kader.

2. Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan kepada responden dengan cara

menyebarkan kuesioner.

E. Instrumen Penelitian

Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner

dalam bentuk multiple chosice dan checklist yang terdiri dari 22 pertanyaan

dengan perincian sebagai berikut:

a. Untuk sub variabel pengetahuan terdiri dari 10 item pertanyaan yaitu no 1

s/d 10 untuk jawaban yang benar memperoleh nilai 2, jawaban yang salah

Page 31: MAWADDAH-kti Bab i,II,III,IV,V,Vi

31

31

nilainya 1, dan 0 apabila tidak ada jawaban dengan menggunakan skala

ordinal

b. Untuk sub variabel perilaku terdiri dari 7 item pertanyaan yaitu no 1 s/d 7

untuk jawaban SS memperoleh nilai 4, S memperoleh nilai 3, RR

memperoleh nilai 2, TS dan STS memperoleh nilai 1 dan jawaban yang

salah nilainya 0 dengan menggunakan skala ordinal.

c. Untuk sub variabel sosial budaya terdiri dari 5 item pertanyaan yaitu no 1

s/d 5 untuk jawaban yang benar memperoleh nilai 1 dan jawaban yang

salah nilainya 0 dengan menggunakan skala ordinal.

d. Untuk sub variabel penggunaan kosmetik pada ibu hamil terdiri dari 3 item

pertanyaan yaitu no 1 s/d 3 untuk jawaban (a) memperoleh nilai 2, untuk

jawaban (b) memperoleh nilai 1, dan untuk jawaban (c) memeproleh nilai

0 dengan menggunakan skala ordinal.

F. Pengolahan dan Analisa Data

1. Pengolahan Data

Data yang sudah didapat selanjutnya diolah melalui langkah

sebagai berikut: (Sudjana, 2005)

a. Editing yaitu, memeriksa data-data yang terkumpul apakah sudah

terisi secara sempurna atau belum benar cara pengisiannya, dengan

meneliti kembali kesalahan-kesalahan dalam pengisian atau

mengumpulkan data.

b. Coding yaitu memeriksa kode-kode tertentu kepada masing-masing

kategori atau jawaban yang diberikan oleh responden.

Page 32: MAWADDAH-kti Bab i,II,III,IV,V,Vi

32

c. Transfering yaitu memindahkan jawaban atau kode jawaban ke

dalam media tertentu.

d. Tabulating yaitu memasukkan data atau menyusun data dalam

bentuk tabel serta data diolah secara diskriptif dan disajikan dalam

bentuk persentase.

2. Analisa Data

a. Analisa Univariat

Setelah dilakukan pengolahan data, maka hasil penelitian

dilakukan analisa yang bersifat univariat, menurut Budiarto (2002),

setelah dilakukan pengumpulan data maka selanjutnya data tersebut

diolah sebagai berikut:

Keterangan :

x = nilai rata-rata responden

x = jumlah data

n = jumlah responden

Setelah diolah, selanjutnya data yang telah di masukan ke

dalam tabel distribusi frekuensi ditentukan persentase perolehan (P)

untuk tiap-tiap kategori dengan menggunakan rumus yang

dikemukakan oleh Sudjana (2005), yaitu:

P = %100xn

fi

n

xx

Page 33: MAWADDAH-kti Bab i,II,III,IV,V,Vi

33

33

Keterangan :

P : persentasi

fi : frekuensi yang teramati

n : jumlah sampel

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan dapat dikelompokkan

berdasarkan kategori sebagai berikut:

1. Kategori baik apabila x≥7,4,

2. Kategori kurang apabila x< 7,4

Untuk mengetahui perilaku dapat dikelompokkan

berdasarkan kategori sebagai berikut:

1. Kategori baik apabila x ≥ 8,4,

2. Kategori kurang apabila x< 8,4

Untuk mengetahui sosial budaya dapat dikelompokkan

berdasarkan kategori sebagai berikut:

1. Mendukung x ≥ 3,4,

2. Tidak Mendukung x< 3,4

Untuk mengetahui penggunaan kometik dapat

dikelompokkan berdasarkan kategori sebagai berikut:

1. Baik x ≥ 3,1,

2. Kurang baik x< 3,1.

Page 34: MAWADDAH-kti Bab i,II,III,IV,V,Vi

34

b. Analisa Bivariat

Analisa yang digunakan untuk menguji hipotesis yang diolah

dengan komputer menggunakan program SPSS, untuk menentukan

pengaruh antara variabel independen dengan variabel dependen

melalui uji che-square tes (x2) untuk melihat hasil kemaknaan (Cl)

0,05 (95%). Dengan ketentuan bila nilai p =0,05 maka Ho ditolak

dan Ha diterima, yang menunjukkan ada pengaruh antara variabel

independen dengan variabel dependen, adapun ketentuan yang pakai

pada uji statistik adalah:

1. Ha diterima bila nilai p < 0,05 maka ada pengaruh antara

variabel independen dengan variabel dependen.

2. Ha ditolak bila nilai p > 0,05 maka tidak ada pengaruh antara

variabel independen dengan variabel dependen

Pengolahan data diinterpretasikan menggunakan nilai

probabilitas dengan kriteria sebagai berikut:

a. Bila pada tabel 2x2, dan tidak ada nilai E (harapan) <5, maka uji

yang dipakai sebaiknya Continuity Correction.

b. Bila pada tabel 2x2 dijumpai nilai E (harapan) <5, maka uji

yang digunakan adalah Fisher Exact.

c. Bila tabel lebih dari 2x2, misalnya 3x2, dan lain-lain, maka

digunakan uji Person Chi-Square.

Page 35: MAWADDAH-kti Bab i,II,III,IV,V,Vi

35

35

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Secara geografis Desa Keutapang Kecamatan Jaya Kabupaten Aceh

Jaya merupakan salah satu wilayah yang ada di Provinsi Aceh, dengan batas

wilayah sebagai berikut:

1. Sebelah Barat berbatasan dengan Pasar Lamno

2. Sebelah Timur berbatasan dengan Bak Paoh

3. Sebelah Selatan berbatassan dengan Cot Dulang

4. Sebelah Utara berbatasan dengan Bak Paoh

Berdasarkan data dari kantor Keuchik Desa Keutapang Kecamatan

Jaya, Jumlah penduduk sebanyak 495 jiwa, yang terdiri dari laki-laki 254 jiwa

dan perempuan sebanyak 241 jiwa dengan 155 Kepala Keluarga (KK).

B. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Keutapang Kecamatann Jaya

Kabupaten Aceh Jaya dan pengumpulan data dilaksanakan pada tanggal 20

s/d 25 agustus 2013 dengan cara membagikan kuesioner kepada 38 orang ibu.

berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 38 responden didapat hasil

sebagai berikut :

Page 36: MAWADDAH-kti Bab i,II,III,IV,V,Vi

36

1. Analisa Data

a. Analisa Univariat

1. Pengetahuan terhadap penggunaan kosmetik pada ibu hamil

Tabel 4.1.

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan

Di Desa Keutapang Kecamatan Jaya

Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2013

No. Pengetahuan F %

1.

2.

Baik

Kurang Baik

15

23

39,5

60,5

Jumlah 38 100

Sumber : Data Primer (Diolah, 2013)

Berdasarkan dari tabel 4.1. diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat

pengetahuan responden paling banyak berada pada kategori kurang baik

yaitu 23 orang (60,5%).

2. Perilaku terhadap penggunaan kosmetik pada ibu hamil

Tabel 4.2.

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perilaku

Di Desa Keutapang Kecamatan Jaya

Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2013

No. Perilaku F %

1.

2.

Baik

Kurang Baik

18

20

47,4

52,6

Jumlah 38 100

Sumber : Data Primer (Diolah, 2013)

Berdasarkan dari tabel 4.2. diatas dapat disimpulkan bahwa

perilaku responden paling banyak berada pada kategori kurang baik yaitu

20 orang (52,6%).

Page 37: MAWADDAH-kti Bab i,II,III,IV,V,Vi

37

37

3. Sosial Budaya terhadap penggunaan kosmetik pada ibu hamil

Tabel 4.3

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sosial Budaya

Di Desa Keutapang Kecamatan Jaya

Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2013

No. Sosial Budaya F %

1.

2.

Mendukung

Tidak Mendukung

12

26

31,6

68,4

Jumlah 38 100

Sumber : Data Primer (Diolah, 2013)

Berdasarkan dari tabel 4.3. diatas dapat disimpulkan bahwa sosial

budaya responden paling banyak berada pada kategori tidak mendukung

yaitu 26 orang (68,4%).

4. Penggunaan Kosmetik Pada Ibu Hamil

Tabel 4.4.

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Penggunaan Kosmetik

Pada Ibu Hamil Di Desa Keutapang Kecamatan Jaya

Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2013

No. Penggunaan Kosmetik

Pada Ibu Hamil F %

1.

2.

Positif

Negatif

10

28

26,3

73,7

Jumlah 38 100

Sumber : Data Primer (Diolah, 2013)

Berdasarkan dari tabel 4.4. diatas dapat disimpulkan bahwa

penggunaan kosmetik pada ibu hamil paling banyak berada pada kategori

positif yaitu 28 orang (73,7%).

Page 38: MAWADDAH-kti Bab i,II,III,IV,V,Vi

38

b. Analisa Bivariat

a. Pengaruh Pengetahuan Terhadap Penggunaan Kosmetik Pada Ibu Hamil

Tabel 4.5.

Pengaruh Pengetahuan Terhadap Penggunaan Kosmetik Pada Ibu

Hamil Di Desa Keutapang Kecamatan Jaya

Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2013

No. Pengetahuan

Penggunaan Kosmetik Pada

Ibu Hamil Jumlah

P

value Positif Negatif

f % f % F %

1. Baik 6 40,0 9 60,0 15 100

0,003 2. Kurang Baik 4 17,4 19 82,6 23 100

Total 10 28 38

Sumber : Data Primer (Diolah, 2013)

Berdasarkan tabel 4.5 dapat disimpulkan bahwa dari 23 responden yang

berpengetahuan kurang baik ternyata penggunaan kosmetik negatif pada ibu

hamil sebanyak 82,6%.

Setelah dilakukan uji statistik maka diperoleh nilai P value=0,003,

artinya hipotesis diterima atau ada pengaruh antara pengetahuan terhadap

penggunaan kosmetik pada ibu hamil di Desa Keutapang Kecamatan Jaya

Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2013.

Page 39: MAWADDAH-kti Bab i,II,III,IV,V,Vi

39

39

b. Pengaruh Perilaku Terhadap Penggunaan Kosmetik Pada Ibu Hamil

Tabel 4.6.

Pengaruh Perilaku Terhadap Penggunaan Kosmetik Pada Ibu

Hamil Di Desa Keutapang Kecamatan Jaya

Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2013

No. Perilaku

Penggunaan Kosmetik Pada

Ibu Hamil Jumlah

P

value Positif Negatif

f % f % F %

1. Baik 3 16,7 15 83,3 18 100

0,002 2. Kurang Baik 7 35,0 13 65,0 20 100

Total 10 28 38

Sumber : Data Primer (Diolah, 2013)

Berdasarkan tabel 4.6 dapat disimpulkan bahwa dari 20 responden yang

berperilaku kurang baik ternyata penggunaan kosmetik negatif pada ibu hamil

sebanyak 65%.

Setelah dilakukan uji statistik maka diperoleh nilai P value=0,002,

artinya hipotesis diterima atau ada pengaruh antara perilaku terhadap

penggunaan kosmetik pada ibu hamil di Desa Keutapang Kecamatan Jaya

Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2013.

Page 40: MAWADDAH-kti Bab i,II,III,IV,V,Vi

40

c. Pengaruh Sosial Budaya Terhadap Penggunaan Kosmetik Pada Ibu Hamil

Tabel 4.7.

Pengaruh Sosial Budaya Terhadap Penggunaan Kosmetik Pada Ibu

Hamil Di Desa Keutapang Kecamatan Jaya

Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2013

No. Sosial Budaya

Penggunaan Kosmetik Pada

Ibu Hamil Jumlah

P

value Positif Negatif

f % f % F %

1. Mendukung 4 33,3 8 66,7 12 100

0,004 2. Tidak

Mendukung

6 23,1 20 76,9 26 100

Total 10 28 38

Sumber : Data Primer (Diolah, 2013)

Berdasarkan tabel 4.7 dapat disimpulkan bahwa dari 26 responden pada

katagori sosial budaya dengan tidak mendukung dan penggunaan kosmetik

negatif pada pada ibu hamil sebanyak 76,9%.

Setelah dilakukan uji statistik maka diperoleh nilai P value=0,004, artinya

hipotesis diterima atau ada pengaruh antara sosial budaya terhadap penggunaan

kosmetik pada ibu hamil di Desa Keutapang Kecamatan Jaya Kabupaten Aceh

Jaya Tahun 2013.

C. Pembahasan

1. Pengetahuan Responden Terhadap Penggunaan Kosmetik Pada Ibu

Hamil

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 15

responden berpengetahuan baik sebanyak 6 orang (40,0%) penggunaan

kosmetik pada ibu hamil baik dan 9 orang (60,0%) kurang baik.

Page 41: MAWADDAH-kti Bab i,II,III,IV,V,Vi

41

41

Sedangkan dari 23 responden dengan pengetahuan kurang baik 4 orang

(17,4%) penggunaan kosmetik pada ibu hamil baik sedangkan 19 orang

(82,6%) kurang baik.

Setelah dilakukan uji statistik maka diperoleh nilai P

value=0,003, artinya hipotesis diterima atau ada pengaruh antara

pengetahuan terhadap penggunaan kosmetik pada ibu hamil Di Desa

Keutapang Kecamatan Jaya Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2013.

Penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Anton

(2007) yang menyatakan bahwa rendahnya tingkat pendidikan dan

pengetahuan tentang bahaya kosmetik pada masa kehamilan akan

berakibat terhadap risiko kehamilan yang tidak benar sehingga lebih

sering meremehkannya dan menimbulkan dampak yang negatif pada

bayi. Oleh karena itu, tinggi rendahnya pendidikan ibu jelas

mempengaruhi tingkat pengetahuan dan perilaku terhadap penggunaan

kosmetik yang berbahaya terhadap jenin.

Menurut Muhammad Ali (2005), pengetahuan adalah segala yang

diketahui mengenai sesuatu hal. Pengetahuan dapat mempengaruhi

perilaku seseorang, bermula dari pengetahuan akan sesuatu dan

mengetahui manfaatnya maka akan timbul sikap positif. Pengetahuan

didapat dengan menggunakan motivasi-motivasi yang benar dari

informasi yang ada. Innováis yang kompleks membutuhkan cara-cara

memperoleh pengetahuan yang lebih baik, jika jumlah pengetahuan yang

Page 42: MAWADDAH-kti Bab i,II,III,IV,V,Vi

42

diinginkan cukup dan tidak dikembangkan guna memperoleh status

perubahan (innováis), maka hasil yang diinginkan tidak tercapai.

Pengetahuan merupakan pemahaman secara internal berdasarkan

fakta-fakta ilmiah, pengalaman atau kepercayaan tradisonal. Pengalaman

menunjukkan bahwa pengetahuan itu penting tetapi tidak cukup untuk

mengubah suatu tindakan karena ada faktor lain yang mempengaruhinya

seperti persepsi, motivasi, keterampilan/keahlian dan lingkungan.

Pengetahuan terhadap sejumlah teori-teori yang ada biasanya membantu

pada program perencanaan dan menjelaskan hubungan diantar fakto-

faktor yang berbeda sehingga mempengaruhi prilaku dan perubahannya

(Notoatmodjo, 2007).

Menurut asumsi peneliti bahwa kurangnya pengetahuan ibu hamil

terhadap penggunaan kosmetik disebabkan karena ibu kurang

mendapatkan informasi berkaitan dengan bahaya kosmetik selama masa

kehamilan, selain itu ibu tidak pernah konsultasi masalah penggunaan

kosmetik selama masa hamil pada dokter spesialis sehingga ibu

menggunakan kosmetik sesuai dengan keinginannya tanpa mengetahui

efek dari kosmetik tersebut.

2. Perilaku Responden Terhadap Penggunaan Kosmetik Pada Ibu

Hamil

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 18

responden dengan perilaku baik sebanyak 3 orang (16,7%) penggunaan

kosmetik pada ibu hamil baik dan 15 orang (83,3%) kurang baik.

Page 43: MAWADDAH-kti Bab i,II,III,IV,V,Vi

43

43

Sedangkan dari 20 responden dengan perilaku kurang baik 7 orang

(35,0%) penggunaan kosmetik pada ibu hamil baik serta 13 orang

(65,0%) kurang baik.

Setelah dilakukan uji statistik maka diperoleh nilai P

value=0,002, artinya hipotesis diterima atau ada pengaruh antara perilaku

terhadap penggunaan kosmetik pada ibu hamil Di Desa Keutapang

Kecamatan Jaya Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2013.

Penelitian ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Fajar (2012),

bahwa sekarang banyak ibu-ibu khususnya ibu hamil yang menggunakan

kosmetik, kendati masih sedikit penelitian mengenai ini tetapi ada

beberapa bahan yang biasa ditemukan di dalam produk perawatan kulit

dan kosmetik yang diduga bisa mengganggu kesehatan janin. Sering kali

memang kosmetik berdampak negatif pada kesehatan ibu hamil, masalah

yang sering terjadi adalah tubuh lebih mudah berkeringat mengingat

meningkatnya proses metabolisme pada tubuh. Selain itu, zat pada

kosmetik juga dapat menghambat dan mengganggu perkembangan janin

bahkan dapat menyebabkan keguguran.

Menurut Djajadisastra (2005), mengatakan bahwa penggunaan

kosmetik harus disesuaikan dengan aturan pakainya. Misalnya harus

sesuai jenis kulit, warna kulit, iklim, cuaca, waktu penggunaan, umur,

dan jumlah pemakaiannya sehingga tidak menimbulkan efek yang tidak

diinginkan. Sebelum mempergunakan kosmetik, sangatlah penting untuk

mengetahui lebih dulu apa yang dimaksud dengan kosmetik, manfaat dan

Page 44: MAWADDAH-kti Bab i,II,III,IV,V,Vi

44

pemakaian yang benar. Maka dari itu perlu penjelasan lebih detail

mengenai kosmetik.

Penggunaan kosmetik boleh, sepanjang tidak mengandung bahan

berbahaya dan tidak merusak kehamilan. Untuk menghindari efek

samping dari kosmetik maka dianjurkan kepada ibu hamil agar sebaiknya

mengkonsultasikan terlebih dahulu hal tersebut kepada spesialis

kulit. Sering kali memang kosmetik berdampak negatif pada kesehatan

ibu hamil, masalah yang sering terjadi adalah tubuh lebih mudah

berkeringat mengingat meningkatnya proses metabolisme pada tubuh.

Selain itu, zat pada kosmetik juga dapat menghambat dan mengganggu

perkembangan janin bahkan dapat menyebabkan keguguran. Itulah

bahayanya apabila ibu hamil salah memilih kosmetik, untuk menghindari

hal tersebut, perlu pengetahuan tentang kandungan-kandungan zat

bernahaya yang terdapat pada kosmetik

Menurut asumsi peneliti bahwa kurang baiknya perilaku ibu

hamil terhadap penggunaan kosmetik disebabkan karena untuk

memperindah wajah selama masa hamil, selain itu untuk menghilangkan

noda hitam akibat bekas jerawat, sehingga ibu menggunakan kosmetik

tanpa melihat efek samping dari kosmetik.

3. Sosial Budaya Responden Terhadap Penggunaan Kosmetik Pada

Ibu Hamil

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 12

responden dengan sosial budaya mendukung sebanyak 4 orang (33,3%)

Page 45: MAWADDAH-kti Bab i,II,III,IV,V,Vi

45

45

penggunaan kosmetik pada ibu hamil baik dan 8 orang (66,7%) kurang

baik. Sedangkan dari 26 responden dengan sosial budaya tidak

mendukung sebanyak 6 orang (23,1%) penggunaan kosmetik pada ibu

hamil baik serta 20 orang (76,9%) kurang baik.

Setelah dilakukan uji statistik maka diperoleh nilai P

value=0,004, artinya hipotesis diterima atau ada pengaruh antara sosial

budaya terhadap penggunaan kosmetik pada ibu hamil Di Desa

Keutapang Kecamatan Jaya Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2013.

Hasil penelitian ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Hanafi

(2008) bahwa belakangan ini jenis kosmetik yang banyak digunakan oleh

ibu hamil adalah produk bleaching cream yang dikenal sebagai kosmetik

pemutih. Produk ini banyak diminati karena menjanjikan dapat

memutihkan atau menghaluskan wajah secara singkat. Hasil sampling

dan pengujian kosmetik tahun 2008 terhadap 10.896 sampel kosmetik

menunjukkan, terdapat 124 sampel (1,24%) tidak memenuhi syarat,

diantaranya produk ilegal atau tidak terdaftar, mengandung bahan-bahan

dilarang terutama Hidroquinon, Merkuri, Asam Retinoat dan Rhodamin

B yang digunakan untuk memutihkan kulit wajah.

Hal ini didukung juga oleh penelitian yang dilakukan di Jepang

bahwa 60% wanita Jepang dan 75% perempuan Cina masih

menginginkan warna kulit yang lebih putih/cerah dari warna kulit

aslinya, meskipun mereka telah memiliki kulit yang putih.

Page 46: MAWADDAH-kti Bab i,II,III,IV,V,Vi

46

Menurut Sarwono (2009) mengatakan bahwa, sosial budaya dapat

di kategorikan dari positif dan negatif, jika pengaruh masyarakat positif

terhadap pemanfaatan pusat pelayanan kesehatan, maka akan terdorong

untuk memanfaatkan dan melakukan kunjungan ke puskesmas, akan

tetapi sebaliknya jika pengaruh masyarakat negatif, maka semakin

kurang semangat atau bahkan tidak mau memanfaatkan pusat-pusat

pelayanan kesehatan, karena mereka kurang yakin akan yang didasarkan

pada pengalaman masa lalu yang tidak baik.

Kebudayaan terhadap penggunaan kosmetik sangat besar

pengaruhnya, terumata di zaman yang serba modern seperti sekarang, hal

ini disebabkan karena pengaruh social budaya didapat melalui media

cetak dan elektronik. Tindakan ibu hamil menggunakan kosmetik pada

era kekinian tidak lagi dapat diposisikan menjadi bagian dari budaya.

kosmetik telah dijadikan sebagai teman dalam kehidupan sedemikian

rupa sehingga menjadi lebur dengan tindakan merias diri yang dicitrakan

banyak periklanan sebagai bagian dari gaya hidup, citra seseorang,

hingga menjadi semacam stimulus bagi peningkatan kualitas hidup.

Dengan demikian, kosmetik dan tindakan merias diri pada masa sekarang

tidak bisa dipisahkan secara tegas.

Menurut asumsi peneliti bahwa ibu hamil menggunakan kosmetik

karena pengaruh tren budaya, selain itu ibu tidak merasa cemas jika

terjadi kelainan di kulit akibat penggunaan kosmetik pada saat hamil

Page 47: MAWADDAH-kti Bab i,II,III,IV,V,Vi

47

47

serta ibu percaya jika menggunakan kosmetik, muka tampak bersih dan

cerah.

Page 48: MAWADDAH-kti Bab i,II,III,IV,V,Vi

48

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

b. Ada pengaruh antara pengetahuan terhadap penggunaan kosmetik pada

ibu hamil Di Desa Keutapang Kecamatan Jaya Kabupaten Aceh Jaya

Tahun 2013, dengan hasil uji statistik p value= 0,003

c. Ada pengaruh antara perilaku terhadap penggunaan kosmetik pada ibu

hamil Di Desa Keutapang Kecamatan Jaya Kabupaten Aceh Jaya Tahun

2013, dengan hasil uji statistik p value= 0,002

d. Ada pengaruh antara sosial budaya terhadap penggunaan kosmetik pada

ibu hamil Di Desa Keutapang Kecamatan Jaya Kabupaten Aceh Jaya

Tahun 2013, dengan hasil uji statistik p value= 0,004

B. Saran

1. Diharapkan kepada ibu-ibu hamil agar tidak menggunakan kosmetik saat

hamil, karena dapat menimbulkan efek pada muka, sehingga berpengaruh

terhadap perkembangan janin.

2. Perlu adanya pembinaan yang berkelanjutan antara Dinas Kesehatan

dengan Puskesmas untuk memberikan penyuluhan berkaitan dengan

pemilihan kosmetik saat hamil.

3. Diharapkan kepada peneliti lain untuk dapat melanjutkan penelitian

sampai dengan variable dan alat pengumpulan data yang berbeda.

Page 49: MAWADDAH-kti Bab i,II,III,IV,V,Vi

49

49

DAFTAR PUSTAKA

Anton. 2007. Ruang Lingkup Materi Pendidikan Kesehatan, Diakses dari

http//www.depkes.go.id/. pada tanggal 19 April 2012

Arikunto S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta.

Jakarta.

Azwar, Azrul., 2010, Pengantar Administrasi Kesehatan Masyarakat. Edisi

Ketiga, Bina Rupa Aksara : Jakarta

Badan POM RI. 2008. Bahan Berbahaya Dalam Kosmetik. In: Kosmetik Pemutih

(Whitening), Naturakos, Vol.II1 No.8. Edisi Agustus 2008. Jakarta.

Budiarto. 2007. Biostatistika Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat.

EGC. Jakarta

Deviana, Nina. 2009. Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Mahasiswa Mengenai

Kosmetik Mengandung Merkuri (Hg) di Akademi Kebidanan Hafsyah Medan

Tahun 2009. Medan: Fakultas Kesahatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara.

Djajadisastra, 2009. Tekhnologi Kosmetik. Tangerang : Departemen Farmasi FMIPA

Universitas Indonesia

Fajar, 2012. Kosmetik Yang mengandung Merkuri. http://suspended.hawkhost.com/.

Pada tanggal 19 April 2012

Nasrul Effendi Drs. 1998. Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat,

Edisi Kedua, Jakarta: EGG

Notoatmodjo,Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka

Cipta, Jakarta.

__________, 2005. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta.

Purnamawati. 2009. Pemilihan Kosmetik Yang Aman. Mahasiswa program

pendidikan S-1 kedokteran umum FK Undip

Syafrudin. 2009. Asuhan Kebidanan Ibu Hamil. EGC. Jakarta

Suhartanti. 2004. Konsep kehamilan. (http//www.depkes.go.id/ dikutip tanggal 22

Agustus 2012)

Tranggono, R. I., Latifah, F. 2007. Buku Pegangan Ilmu Kosmetik. Gramedia Pustaka

Utama, Jakarta

Page 50: MAWADDAH-kti Bab i,II,III,IV,V,Vi

50