perbaikan kti ii

Upload: yesreel-kenshi

Post on 30-Oct-2015

186 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Untuk penelitian

TRANSCRIPT

24

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar belakangKulit adalah organ tubuh yang terluas. Organ ini mempunyai beberapa fungsi, antara lain melindungi organ-organ dalam dan mengatur suhu tubuh. Ada beberapa jenis kulit yaitu kulit normal, kulit berminyak, kulit kering, dan kulit kombinasi. Pada jenis kulit berminyak, kelenjar sebasea terlalu aktif dan menghasilkan minyak lebih banyak daripada yang di perlukan. Namun sisi positifnya, kelebihan yang baik dari kulit berminyak adalah jenis kulit ini menua lebih lambat dari jenis kulit lainnya (Utami, 2009).Kulit berminyak terjadi akibat gangguan produksi sebum (kelenjar minyak), hal inilah yang secara teknis menyebabkan munculnya jerawat. Jerawat adalah jenis penyakit kulit yang biasa ditemukan pada berbagai usia diberbagai kalangan, terutama pada usia remaja. Apabila sumbatan membesar maka komedo tersebut akan berinteraksi dengan bakteri. Interaksi komedo terbuka dengan bakteri inilah yang memicu tumbuhnya jerawat. Keadaan kulit tersebut akan menumbuhkan bakteri, misalnya Staphylococcus aureus di kulit dan kemudian membentuk luka jerawat (Mumpuni dan Wulandari, 2010).Pengobatan jerawat terbagi atas 2 yaitu obat jerawat modern sebagai contoh clindamisin dan obat jerawat tradisional sebagai contoh buah belimbing wuluh. Salah satu khasiat dari belimbing wuluh yaitu sebagai anti jerawat. Cara pembuatan belimbing wuluh sebagai obat jerawat yaitu tumbuk buah belimbing secukupnya, remas dengan air garam gosok pada muka yang berjerawat dan lakukan 3 kali sehari (Dalimartha, 2008).Kandungan kimia dari buah belimbing wuluh adalah flavonoid, saponin, dan kalsium oksalat (Dalimartha, 2008). Flavonoid diduga merupakan senyawa aktif antibakteri yang terkandung dalam buah belimbing wuluh (Zakaria et al., 2007). Tanaman belimbing wuluh ini juga merupakan salah satu tanaman yang telah lama digunakan sebagai tanaman penghasil obat yang dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit salah satunya sebagai antibakteri (Anonim, 2012).Dari penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa pelarut terbaik untuk memperoleh ekstrak senyawa antibakteri pada buah belimbing wuluh adalah etanol 70%. Konsentrasi 300 mg/mL ekstrak buah belimbing wuluh memiliki aktivitas yang baik terhadap bakteri Staphylococcus aureus (Lathifah, 2008).Salep merupakan bentuk sediaan yang mempunyai konsistensi yang cocok digunakan untuk terapi penyakit kulit yang disebabkan oleh bakteri. Sediaan salep dengan basis PEG dapat melepaskan zat aktif dengan baik dibandingkan dengan basis yang larut minyak (Pasroni, 2004). Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian secara ilmiah mengenai pembuatan salep jerawat dari ekstrak buah belimbing wuluh.

B. Perumusan masalahApakah ekstrak belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) dapat dibuat sediaan salep jerawat yang memenuhi persyaratan pengujian ?C. Tujuan penelitianPenelitian ini bertujuan untuk membuat sediaan salep jerawat dari ekstrak buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L. yang memenuhi persyaratan pengujian.D. Manfaat penelitiana. Untuk mendapatkan data ilmiah dari efek salep jerawat ekstrak buah belimbing wuluh.b. Sebagai bahan informasi ilmiah kepada masyarakat akan manfaat dari salep jerawat buah belimbing wuluh.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Salepa. Pengertian salepSalep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit atau selaput lendir (Depkes RI, 1995).Salep (unguenta menurut FI ed. III) adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar. Bahan obat harus larut atau terdispersi homogen ke dalam dasar salep yang cocok (syamsuni, 2006).b. Penggolongan salepDasar Salep yang digunakan sebagai pembawa dibagi dalam 4 kelompok (Depkes, 1995).1. Dasar salep hidrokarbonDasar salep ini dikenal sebagai dasar salep berlemak antara lain vaselin putih. Hanya sejumlah kecil komponen berair dapat dicampurkan kedalamnya. Salep ini dimaksudkan untuk memperpanjang kontak bahan obat dengan kulit dan bertindak sebagai penutup. Dasar salep hidrokarbon digunakan terutama sebagai emolien dan sukar dicuci, tidak mengering dan tidak tampak berubah dalam waktu lama.2. Dasar salep serapDasar salep serap ini dapat dibagi dalam 2 kelompok. Kelompok pertama terdiri atas dasar salep yang dapat bercampur dengan air membentuk emulsi air dalam minyak misalnya (paraffin hidrofilik dan lanolin anhidrat), dan kelompok kedua terdiri atas emulsi air dalam minyak yang bercampur dengan sejumlah larutan air tambahan. Dasar salep serap juga bermanfaat sebagai emolien.3. Dasar salep yang dapat dicuci dengan airDasar salep ini adalah emulsi minyak dalam air antara lain salep hidrofilik dan lebih tepat disebut krim dasar salep ini dinyatakan juga sebagai dasar salep dapat dicuci dengan air karena mudah dicuci dari kulit.4. Dasar salep larut dalam airKelompok ini di sebut juga dasar salep tak berlemak dan terdiri dari konstituen larut air (Depkes, 1995).c. Pemilihan dasar salepPemilihan dasar salep untuk dipakai dalam formulasi dari salep tergantung pada pemikiran yang cermat atas sejumlah faktor-faktor sebagai berikut :a. Laju pelepasan yang diinginkan bahan obat dari dasar salep.b. Keinginan peningkatan oleh dasar salep absorpsi perkutan dari obat.c. Kelayakan melindungi kulit dari lembab oleh dasar salep.d. Kelayakan lama dan pendeknya obat stabil dalam dasar salep.e. Pengaruh obat bila ada kekentalan atau hal lain dari dasar salep. Perlu diketahui bahwa tidak ada dasar salep yang ideal dan juga tidak ada yang memiliki semua sifat yang diinginkan (Ansel, 1989).d. Teknik pembuatan salepAturan-aturan umum yang perlu diperhatikan dalam proses pembuatan salep (Anief, 2000).1. Zat yang dapat larut dalam dasar salep, dilarutkan bila perlu dengan pemanasan rendah.2. Zat yang tidak cukup larut dalam dasar salep, lebih dulu diserbuk dan diayak dengan derajat ayakan nomor 100.3. Zat yang mudah larut dalam air stabil, serta dasar salep yang mampu menyerap air tersebut, dilarutkan dulu dalam air yang tersedia, setelah itu ditambahkan bagian dasar salep yang lain.4. Bila dasar salep dibuat dengan pelaburan, maka campuran tersebut harus diaduk sampai dingin. e. Persyaratan SalepSalep harus memiliki sifat yang homogen. Pada saat dioleskan dengan tangan, tidak diperbolehkan terasa adanya bagian padat. Salep tidak boleh berbau tengik (Voight, 1995).f. Pengujian Salepa. Uji homogenitasUntuk memperlihatkan bahwa zat aktif terdistribusi merata dalam basis salep.b. Uji organoleptikUntuk mengetahui karakteristik dari sediaan salep.

c. Uji daya serap (Anonim, 2010)Daya menyerap air, dapat diukur sebagai bilangan air, digunakan untuk menkarakterisasi basis absorbsi. Bilangan air dirumuskan sebagai jumlah air maksimal (g), yang mampu diikat oleh 100 g basis bebas air pada suhu tertentu 15-200C secara terus-menerus/dalam jangka waktu terbatas (24 jam).d. Uji ukuran partikel (Voight, 1995)Ditiga bagian yang berlainan dari salep yang akan diuji, diambil sampel masing-masing sebanyak 0,10 g. Setiap sampel diletakkan pada bagian atas kaca obyek, yang bagian bawahnya terdapat goresan tanda silang atau tanda silang yang diberi warna. Salep tersebut kemudian diratakan dengan bantuan kaca obyek lainnya, kemudian diamati pada perbesaran 100 kali. Kaca obyek dimantapkan sehingga tanda silang berada di tengah-tengah pandangan mikroskopik.e. Uji pHUntuk memperlihatkan bahwa sediaan salep sudah memenuhi syarat pH kulit.

B. KulitKulit merupakan suatu organ besar yang berlapis-lapis, dimana pada orang dewasa beratnya kira-kira delapan pon, tidak termasuk lemak. Kulit menutupi permukaan lebih dari 20.000 cm2 dan mempunyai bermacam-macam fungsi dan kegunaan. Kulit berfungsi sebagai termostat dalam mempertahankan suhu tubuh, melindungi tubuh dari serangan mikroorganisme, sinar ultraviolet, dan berperan pula dalam mengatur tekanan darah.Secara anatomi, kulit terdiri dari banyak lapisan jaringan, tetapi pada umumnya kulit dibagi dalam tiga lapisan jaringan yaitu epidermis, dermis, dan lapisan lemak dibawah kulit. Lapisan terluar adalah stratum korneum atau lapisan tanduk yang terdiri dari sel-sel padat, mati, dan sel-sel keratin yang berlapis-lapis dengan kerapatan 1,55. Karena sifat alami dari stratum korneum ini, maka nilai koefisien difusi dalam jaringan ini seribu kali (bahkan lebih) lebih kecil dari jaringan kulit lainnya, sehingga menghasilkan daya tahan yang lebih tinggi dan umumnya tidak dapat ditembus (Lachman, 1994). pH kulit berkisar antara 4,5 sampai 6,5.C. Belimbing wuluh

Gambar 1. Buah Belimbing WuluhKlasifikasi tanamanKingdom: Plantae Subkingdom: Tracheobionta Super divisi: Spermatophyte Divisi: Magnoliophyta Kelas : Magnolipsida Sub kelas: RosidaeOrdo: GeranialesFamily: Oxalidaceae Genus: AverrhoaSpesies: Averrhoa bilimbi L(Anonim, 2008).a. Penamaan Nama resmi : Averrhoa bilimbi LNama daerah : beberapa nama daerah dari belimbing wuluh antara lain limeng, selimeng (Aceh), Selemeng (Gayo), asom belimbing, balimbingan (Batak), malimbi (Nias), balimbieng (Minangkabau), belimbing asam (Melayu), balimbing (Lampung), belimbing wuluh (jawa), calincing wulet (Sunda), bhalingbhing bulu (Madura). Juga disebut blimbing buloh (Bali), limbi (Bima), belimbing botol (manado).Nama asing : nama asing dari belimbing wuluh antara lain bilimbi, cucumber tree (Inggris), kamias (pilipina).b. Morfologi tanamanBelimbing wuluh dikenal dengan namaaverrhoa bilimbi L.Pohon belimbing wuluh merupakan pohon berbatang keras, dan tinggi mencapai lebih dari 10 meter dan tidak banyak memiliki cabang. Daun bersisip genap, bunga berbentuk kecil, tumbuh menggantung, dan berwarna merah atau keunguan. Buah buni, berbentuk memanjang, beruang lima, dan berbiji. Daging buah banyak mengandung daging yang berasam (Utami, 2008).c. Sifat dan khasiatBuah belimbing wuluh yang memiliki rasa yang asam, besifat sejuk dan berkhasiat sebagai antibakteri.Selain itu tanaman ini juga bisa digunakan sebagai obat tradisional untuk batuk rejan, gusi berdarah, sariawan, sakit gigi berlubang, jerawat, panu, tekanan darah tinggi, kelumpuhan, gangguan pencernaan, dan radang rectum (Anonim, 2010).d. Kandungan kimiaBuah belimbing wuluh mengandung saponin, flavonoida dan kalsium oksalat (Dalimartha, 2008).

D. Ekstraka. Pengertian ekstrak Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstrasi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan. Proses penyarian ekstrak inilah yang disebut dengan ekstraksi yang bertujuan untuk menarik komponen kimia yang terdapat dalam simplisia (Depkes RI, 1995).

1. Tujuan ekstraksi Tujuan ekstraksi adalah untuk mendapatkan zat-zat yang berkhasiat dalam pengobatan sebanyak mungkin dari zat-zat yang tidak berfaedah supaya lebih mudah digunakan daripada simplisia asal. Begitu juga penyimpanan dan tujuan pengobatannya terjamin karena pada umumnya simplisia terdapat dalam keadaan yang tercampur, yang meerlukan cara-cara penarikan/ekstraksi dan cairan-cairan penarik tertentu (Depkes RI, 1995).2. Maserasi Maserasi dalah cara ekstraksi yang paling sederhana. Bahan simplisia yang dihaluskan sesuai dengan syarat farmakope (umumnya terpotong-potong atau berupa serbuk kasar) disatukan dengan bahan pengekstraksi. Selanjutnya rendaman tersebut disimpan terlindung dari cahaya langsung (mencegah reaksi yang dikatalisis cahaya atau perubahan warna) dan dikocok kembali (Voigt, 1995).Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari selama beberapa hari ( biasanya 5 hari ) pada temperatur kamar dan terlindung dari cahaya. Maserasi digunakan untuk menyari simplisia seperti berikut :a. Simplisia yang mengandung zat aktif yang mudah larut dalam cairan penyari.b. Simplisia yang tidak mengandung zat aktif yang mudah mengembang dalam cairan penyari.c. Simplisia yang tidak mengandung benzoin, stirak, dan lilin.Cairan penyari yang biasa digunakan dalam metode maserasi antara lain : air, etanol, campuran etanol air dan metanol. Bila menggunakan cairan penyari air, maka untuk mencegah pertumbuhan kapang (jamur) dapat di tambahkan pengawet seperti etanol 96% yang diberikan pada awal penyarian.Prinsip kerja dari metode maserasi adalah serbuk simplisia direndam dalam wadah maserasi dengan pelarut yang sesuai selama 5 hari dan setiap 24 jam dilakukan pengadukan, setelah lima hari disaring (Anonim, 2007).

4. E. Rancangan formula. Acuan formula Formulasi dasar salep larut air standar menurut (Anief, 1993) :PEG 40060%PEG 400040%Rancangan formula :Zat aktif 30 %Nipagin0,2 %Dasar salep larut airad10PEG 40060 %PEG 400040 % Minyak mawarqsF. Uraian bahana. Polyaethylenglycolum-400Nama resmi: Polyaethylenglycolum-400Nama lain:Polietilenglikol-400Pemerian:Cairan kental jernih; tidak berwarna atau praktis tidak berwarna; atau praktis tidak berwarna; bau khas lemah, agak higrokopik.Kelarutan:Larut dalam air, dalam etanol (95%) p, dalam aseton p, dalam glikol lain dan dalam hidrokarbon aromatik; praktis tidak larut dalam eter p dan hidrokarbon alifatik.Penyimpanan: Dalam wadah tertutup rapat.Penggunaan : Zat tambahanb. Polyaethylenglycolum-4000Nama resmi: Polyaethylenglycolum-4000Nama lain: polietilenglikol-4000Pemerian:Serbuk licin putih atau potongan putih kuning gading; praktis tidak berbau; tidak berasa.Kelarutan: Mudah larut dalam air, dalam etanol (95%) p dan dalam kloroform p; paktis tidak larut dalam eter p.Penyimpanan:Dalam wadah tertutup rapat.Penggunaan:Zat tambahan.

c. Methylis ParabenumNama resmi:Methylis ParabenumNama lain:NipaginPemerian:Serbuk hablur halus; putih; hamper tidak berbau; tidak mempunyai rasa, kemudian tidak membakar diikuti rasa tebal.Kelarutan:Larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air mendidih, dalam 3,5 bagian etanol (95%) p, dan dalam 3 bagian aseton p; mudah larut dalam eter p dan dalam larutan alkali hidroksida; larut dalam 60 bagian gliserol p panas dan dalam 40 bagian minyak lemak nabati panas, jika didinginkan larutan tetap jernih.Penyimpanan:Dalam wadah tertutup baik.Penggunaan:Zat pengawet.d. Oleum RosaeNama resmi:Oleum RosaeNama lain: Minyak mawarPemerian: Cairan; tidak berwarna atau kuning; bau menyerupai bunga mawar, rasa khas; pada suhu 25 dreajat kental.Kelarutan:Larut dalam 1 bagian kloroform p; larutan jernihPenyimpanan:Dalam wadah tertutup rapat.Penggunaan:Zat tambahan.

G. Kerangka konsep

Kulit

Kulit berminyak

Pengobatan jerawat

Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L)

Sediaan salep ekstrak buah belimbing wuluh

Pengujian sediaan salep ekstrak buah belimbing wuluh

Memenuhi persyaratan pengujian sediaan salep

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitianJenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif.

B. Lokasi dan waktu penelitiana. Lokasi penelitianLokasi penelitian bertempat di laboratorium Farmasetik Politeknik Kesehatan Kemenkes Manado Jurusan Farmasi. b. Waktu penelitian Waktu penelitian di laksanakan pada bulan Januari Agustus 2012.

C. Definisi operasional1. Ekstrak buah belimbing wuluh adalah ekstrak kental hasil ekstraksi dari buah belimbing wuluh dengan cara maserasi selama 5 hari, menggunakan pelarut etanol 70% dan dipekatkan dengan rotavapor.2. Sediaan salep jerawat adalah salep yang dibuat dari ekstrak buah belimbing wuluh dan dasar salep larut dalam air yang memenuhi persyaratan pengujian organoleptik, homogenitas, daya serap, ukuran partikel, dan pH.D. SampelSampel penelitian ini mengunakan belimbing wuluh yang diperoleh dari kelurahan Perkamil kecamatan Tikala.

E. Instrument penelitian1. Alat yang digunakan :a. Lumpang dan alub. Kertas perkamenc. Gelas ukurd. Erlenmeyere. Corong f. Toplesg. Batang pengadukh. Sudipi. Water bathj. Cawank. Mikroskopl. Objek glassm. Rotavaporn. Timbangan o. Anak timbanganp. Kain flannel2. Bahana. Buah belimbing wuluhb. PEG 400 dan PEG 4000c. Nipagind. Etanol 70%e. Oleum Rosae

F. Formulaa. Acuan formulaFormulasi dasar salep larut air standar menurut (Anief, 1993) :PEG 40060%PEG 400040%

b. Rancangan formula Zat aktif 30 % Nipagin 0,2 % Dasar salep larut airad 10

G. Prosedur kerjaa. PenimbanganJumlah produksi : 8 tubePenimbangan untuk 8 tube masing-masing 10 gramUntuk 8 tube @ 8 x 10 gram = 80 gram 1. Ekstrak buah belimbing wuluh 30% : x 80 gram = 24 gram.2. Nipagin : 0,2% x 80 gram = 0,16 gram

Dasar salep : 80 - (24 + 0,16) = 80 - (24,16) = 55,84+(55,84 x 20%) = 67 gram.3. PEG 400 : 60/100 x 67 gram = 40,2 gram.4. PEG 4000 : 40/100 x 67 gram = 26,8 gram.

b. Alasan penambahan1. Setiap bahan penimbangannya dilebihkan 20% karena untuk mencegah kurangnya bobot selama pengerjaan (Syamsuni, 2006).2. Ekstrak buah belimbing wuluh sebagai zat aktif yang mengandung flavonoid dan memiliki konsentrasi 30%.3. PEG 400 dan PEG 4000 merupakan basis salep larut air yang mengandung komponen yang larut dalam air sehingga dapat di cuci dengan air. Basis salep ini sangat mudah melunak dengan penambahan air, menyebabkan larutan air tidak dapat ditambahkan ke dalam dasar salep ini. Dalam formulasi, basis salep ini digunakan untuk dicampurkan dengan bahan obat tidak berair atau bahan padat. Basis salep larut air ini merupakan kombinasi antara polietilenglikol 3350 dan polietilenglikol 400 dengan perbandingan 4 : 6 (Wade dan weller, 1994).4. Nipagin (metil paraben) digunakan sebagai pengawet antimikroba pada kosmetik yang dapat dikombinasikan dengan pengawet antimikroba lain. Nipagin memiliki spectrum yang luas sebagai antimikroba dan juga efektif pada pH yang luas (Wade dan weller, 1994).c. Pembuatan ekstrak buah belimbing wuluh1. Buah belimbing wuluh dipotong kecil-kecil kemudian dikeringkan tanpa terkena sinar matahari langsung dengan cara diangin-anginkan.2. Buah belimbing wuluh yang sudah kering dihaluskan kemudian ditimbang sebanyak 500 gram kemudian dimasukkan ke dalam toples tekan dengan batang pengaduk hingga rata permukaannya lalu tambahkan pelarut etanol 70 % kemudian ditutup dengan alumunium foil selama 5 hari dan setiap 24 jam dilakukan pengadukan.3. Hasilnya disaring dengan kain kasa masukkan dalam erlemeyer4. Setelah itu pelarutnya diuapkan dengan rotavapor hingga diperoleh ekstrak yang kental.d. Pembuatan salep1. Disiapkan alat dan bahan.2. Ditimbang bahan yang digunakan.3. Nipagin dilarutkan dengan PEG-400 di dalam labu erlenmeyer.4. Di leburkan PEG-4000 dan campuran PEG-400 dengan nipagin dalam cawan penguap di atas penangas air.5. Setelah seluruh bahan meleleh, angkat lalu aduk sampai dingin.6. Di timbang kembali basis salep sebanyak 56 gram.7. Di tambahkan ekstrak buah belimbing wuluh ke dalam campuran basis tersebut, aduk sampai homogen. Kemudian tambahkan oleum rosae secukupnya.8. Di timbang sebanyak 10 gram untuk bobot setiap 1 tube.9. Dilakukan pengujian organoleptik, homogenitas, daya serap, uji ukuran Partikel dan pH. 10. Di masukkan dalam tube. 11. Di beri etiket. e. Pengujian salep Sediaan salep memiliki persyaratan pengujian sebagai berikut :1. Uji organoleptik Diamati secara langsung bentuk, warna, dan bau dari setiap sediaan salep jerawat (Ansel, 1989).2. Uji homogenitasa. Diambil bagian atas, tengah dan bawah salep lalu dioleskan sekeping kacab. Masing-masing dilihat dibawah mikroskop untuk melihat kehomogenan dari sediaan salep (Depkes RI, 1979).3. Uji daya serapDitimbang 1 gram sediaan salep kemudian ditetesi dengan air sambil diaduk sampai dasar salep memisah dengan air (Lachman dkk, 1994).4. Uji ukuran partikel a. Diambil sejumlah salep kemudian diletakkan pada bagian atas kacaobyek b. Setelah itu diratakan dengan bantuan kaca obyek yang lainnya. c. Diamati dengan mikroskop, kemudian lakukan perbandingan antaraukuran partikel salep dengan salep pembanding (Voigt, 1994). e. Uji pH Salep diencerkan dengan aquades, lalu diukur pH salep menggunakan kertas indicator pH universal.

H. Analisis data Data diperoleh dari hasil beberapa pengujian yaitu uji organoleptik, uji homogenitas, uji daya serap, uji ukuran partikel, dan uji pH. Analisis data dilakukan dengan cara membandingkan hasil pengujian dengan syarat masing-masing pengujian dengan persyaratan untuk uji organoleptik memiliki bentuk setengah padat, untuk uji homogenitas memiliki sediaan yang homogen, untuk uji daya serap memiliki daya serap maksimum untuk menyerap air, untuk uji ukuran partikel memiliki ukuran partikel yang lebih besar dari salep pembanding (Slimming Gel), dan uji pH memiliki pH yang sesuai dengan pH kulit, yaitu 5.

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil1. Hasil pembuatan salep ekstrak buah belimbing wuluhDari hasil ekstraksi buah belimbing wuluh secara maserasi diperoleh ekstrak kental sebanyak 43,9 gram. Ekstrak buah belimbing wuluh yang digunakan untuk pembuatan salep jerawat adalah 24 gram. Salep ekstrak buah belimbing wuluh yang dibuat menggunakan dasar salep larut air, yang terdiri dari basis PEG 400 dan PEG 4000 dengan penambahan bahan pengawet yang telah digunakan adalah nipagin. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, pembuatan salep jerawat dari ekstrak buah belimbing wuluh menghasilkan suatu sediaan semi padat yang memiliki hasil yang baik.2. Uji organoleptik

Gambar 2. Hasil Uji organoleptik

Hasil pengujian organoleptik diperoleh hasil :Bentuk : setengah padatWarna : coklatBau : khas buah belimbing wuluh3. Uji homogenitasDari pengujian homogenitas diperoleh ekstrak buah belimbing wuluh menunjukan susunan yang homogen yang baik.Atas : homogenTengah : homogenBawah : homogen

a. b. c. Gambar 3. Hasil Uji homogenitas (a) bagian atas, (b) bagian tengah, (c) bagian bawah.

4. Uji daya serapDari hasil pengujian daya serap diperoleh salep dengan ekstrak buah belimbing wuluh dapat menyerap 100% air.

Jumlah air = 1 mlDaya serap maksimum = 1 ml/ 1g x 100% = 100%.

Gambar 4. Hasil Uji daya serap

5. Uji ukuran partikelPengujian dilakukan dengan cara membandingkan ukuran partikel sediaan salep ekstrak buah belimbing wuluh dan sediaan salep yang beredar dipasaran sebagai salep pembanding (Slimming Gel). Hasil pengujian menunjukan salep pembanding memiliki ukuran partikel yang lebih kecil dibandingkan salep ekstrak buah belimbing wuluh.

a bGambar 5. Hasil Uji ukuran partikel (a) Slimming Gel, (b) Salep ekstrak buah belimbing wuluh

6. Uji pHDari hasil pengukuran pH diperoleh pH sediaan salep 5.Gambar 6. Hasil Uji pH

B. Pembahasan

Pada pembuatan salep jerawat ini menggunakan ekstrak buah belimbing wuluh yang mengandung sejumlah bahan yang berkhasiat mempercepat proses pengobatan jerawat seperti flavonoid. Buah belimbing wuluh dibuat ekstrak kental dengan maksud mengurangi jumlah kadar air agar terbentuk massa yang setengah padat. Pembuatan ekstrak buah belimbing wuluh menggunakan metode maserasi. Digunakan metode maserasi karena metode maserasi adalah cara yang paling sederhana dalam ekstraksi. Buah belimbing wuluh dimaserasi menggunakan pelarut etanol 70%, karena dapat menarik zat aktif dalam buah belimbing wuluh dan mampu memberikan perlindungan terhadap kontaminasi mikroba.Pada proses pembuatan salep, dasar salep yang digunakan adalah campuran 60% PEG 400 dan 40% PEG 4000. Digunakan dasar salep larut air, karena basis ini tidak mengandung minyak sehingga baik untuk sediaan anti jerawat. Bahan berlemak dapat memicu produksi minyak berlebihan pada wajah sehingga dapat menyebabkan timbulnya jerawat. Selain itu, digunakan nipagin sebagai pengawet untuk menjaga ketahanan sediaan.Minyak mawar juga ditambahkan untuk memperbaiki bau dari salep ekstrak buah belimbing wuluh. Penambahan parfum dalam sediaan salep jerawat akan menimbulkan iritasi kulit, maka minyak mawar dipilih karena selain tidak mengiritasi kulit, minyak mawar juga berkhasiat untuk mengobati jerawat (Anonim, 2011).Berdasarkan hasil pembuatan salep dilakukan beberapa pengujian. Secara organoleptik sediaan salep jerawat ekstrak buah belimbing wuluh menunjukkan bentuk setengah padat. Bau yang khas ekstrak belimbing wuluh sedangkan warna salep coklat karena merupakan warna dari ekstrak buah belimbing wuluh. Hasil uji homogenitas salep ekstrak buah belimbing wuluh setelah diambil bagian atas, tengah dan bawah kemudian digoreskan pada objek glass menunjukkan hasil yang homogen. Tidak terdapat gumpalangumpalan dari satu bahan dengan bahan yang lain. Warna yang merata pada seluruh bagian salep menunjukkan bahwa zat aktif telah tercampur dan terdispersi merata dalam setiap bagian sediaan salep. Sediaan obat yang baik adalah sediaan yang memiliki sususnan yang homogen. Bahan obat yang tidak terdispersi merata dalam bahan dasarnya akan memperlambat efek kerja obat.Pada penelitian ini juga dilakukan uji daya serap air yang merupakan pengujian terhadap kemampuan dasar salep untuk menyerap cairan. Hasil penelitian menunjukkan daya serap maksimum untuk tiap gram salep ekstrak buah belimbing wuluh 100%, dengan demikian salep jerawat ekstrak buah belimbing wuluh mampu menyerap cairan di kulit.Hasil uji pH sediaan salep ekstrak buah belimbing wuluh yaitu 5. Hasil ini menunjukan bahwa pH sediaan salep ekstrak buah belimbing wuluh memenuhi syarat atau sesuai dengan pH normal kulit 4,5-6,5. Jika pH sediaan tidak sesuai dengan pH kulit, dikhawatirkan akan menyebabkan iritasi pada kulit (Anonim, 2011).Pengujian ukuran partikel dilakukan dengan membandingkan ukuran partikel salep ekstrak buah belimbing wuluh dan salep pembanding yang sudah beredar di pasaran. Sebagai salep pembanding digunakan Slimming Gel Mustika Ratu. Berdasarkan hasil pengamatan terlihat ukuran partikel pada salep pembanding lebih kecil daripada salep ekstrak buah belimbing wuluh. Salep pembanding yang digunakan merupakan sediaan salep yang bahan obatnya terabsorpsi sampai ke lapisan kulit bagian dalam, oleh karena itu ukuran partikel nya harus lebih kecil agar dapat terabsorpsi. Semakin kecil ukuran partikel suatu zat dalam sediaan salep maka semakin cepat bahan obat masuk atau terabsorpsi ke dalam kulit sehingga dapat menghasilkan efek yang diinginkan.Dari hasil pengujian tersebut dibandingkan dengan masing-masing persyaratan pengujian dapat disimpulkan bahwa salep jerawat dari ekstrak buah belimbing wuluh memenuhi syarat pengujian organoleptik, pengujian homogenitas, pengujian daya serap air, pengujian tipe emulsi dan pengujian pH.

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan Dari hasil penelitian pembuatan salep jerawat ekstrak buah belimbing wuluh dengan konsentrasi 30% ( Averrhoa bilimbi L), dapat disimpulkan bahwa salep jerawat ekstrak buah belimbing wuluh telah memenuhi persyaratan pengujian organoleptik, uji homogenitas, uji daya serap, uji ukuran partikel, dan uji pH.

B. Saran Diharapkan pada penelitian selanjutnya dapat dibuat sediaan lain menggunakan ekstrak buah belimbing wuluh agar pemanfaatan tanaman obat seperti buah belimbing wuluh lebih berkembang.

DAFTAR PUSTAKAAnief, M. (2000). Farmasetika.Universitas Gajahmada. Yogyakarta.

Anief, M. (1993). Farmasetika.Universitas Gajahmada. Yogyakarta.

Ansel, Howard., C. (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Ed IV. Universitas Indonesia. Jakarta.

Anonim, (2007). Penuntun Praktikum Fitokimia Lanjutan. Fakultas Farmasi Hasanudin. Makassar.

Anonim, (2008). Klasifikasi Tanaman (http:// www.plantamor.com/ index.php? plant=164) Diakses tanggal 2 Februari 2012.

Anonim, (2010). Sifat dan Khasiat (http://alamendah. wordpress. Com /2010 /08/ 15/belimbing -wuluh-averrhoa-bilimbi-kaya-khasiat/).

Anonim, (2011). Uji Aktivitas Antinyamuk Lotion Minyak Kunyit Sebagai Alternatif Pencegah Penyebaran Demam Berdarah Dengue. Universitas Jember, Jawa Timur.

Anonim, (2012) Sifat dan Khasiat. (http:// tanamanherbal.info/ index.php/ 2012/02/belimbing-wuluh-tanaman-herbal-anti-bakter) Diakses tanggal 2 Februari 2012.

Dalimartha. S. (2008). 36 Resep Tumbuhan Obat untuk Menurunkan Kolestrol. Puspa Swara. Jakarta.

Dalimartha. S. (2008). Atlas Tumbuhan Obat Indonesia jilid 5. Pustaka Bunda. Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. ( 1979). Farmakope Indonesia edisi III. DepartemenKesehatan RI. Jakarta.

(1995). Farmakope Indonesia edisi IV. Departemen kesehatan RI. Jakarta.

Lachman, L. Lieberman, H. Kanig, J. (1994). Teori dan Praktek Farmasi Industri. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Latifah, A. (2008). Uji Efektifitas Ekstrak Kasar Senyawa Antibakteri Pada Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L) Dengan Varisasi pelarut. Skripsi Malang UIN. Malang.

Mumpuni dan Wulandari, (2010). Cara Jitu Mengatasi Jerawat. ANDI. Yogyakarta.

Pasroni, (2004). Pengaruh Basis Salep Terhadap Aktivitas Antijamur Minyak Atsiri Temu Ireng (Curcuma aeruginocus Roxb) Secara In Vitro. Skripsi. Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah. Surakarta.

Syamsuni, (2006). Ilmu Resep. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta.

Utami, I. (2009). Bebas Masalah Kulit. Kanisius. Yogyakarta.

Utami, P. (2008). Buku Pintar Tanaman Obat. PT. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Voigt. (1995). Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Voigt. (1994). Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Wade, A. Weller, J.P. (1994). Handbook of Pharmaceutical Excipients. The Pharmaceutical Press. London.

Zakaria, Z. A., Zaiton, H., Henie, E. F. P., Jais, A. M. M., and Zainuddin, E. N. H.,(2007), In Vitro Antibacterial Activity of Averrhoa bilimbi L. Leaves and Fruits Extracts, International Journal of Tropical Medicine, (Online), 2(3):96-100,(http://www.medwelljournals.com/fulltext/ijtm/2007/96 100. pdf, diakses 1 Desember 2007).

LAMPIRAN

Penyiapan alat dan bahanLampiran 1. Skema kerja

Penimbangan bahanPembuatan ekstrak buah belimbing wuluh

pengeringan

Pencampuran dasar salepPEG 400 dan PEG 4000

Dasar salep + nipaginmaserasi

penguapan

Salep ekstrak buah belimbing wuluhEkstrak buah belimbing wuluh

Masukan dalam wadah

Pengujian salep :Uji organoleptikUji homogenitasUji daya serapUji ukuran partikelUji pH

Beri etiket

Lampiran 2. Lembar hasil laboratorium Pembuatan salep jerawat dari ekstrak buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L)Nama : Joulanda Mona TambuwunNIM: PO717139009038Pembuatan sediaan salep jerawat dari ekstrak buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L) untuk 8 wadah masing-masing berisi 10 gram. Jumlah produksi : 8 tubePenimbangan untuk 8 tube masing-masing 10 gramUntuk 8 tube @ 8 x 10 gram = 80 gram 1. Ekstrak buah belimbing wuluh 30% : x 80 gram = 24 gram.2. Nipagin : 0,2% x 80 gram = 0,16 gram Dasar salep : 80 - (24 + 0,16) = 80 - (24,16) = 55,84+(55,84 x 20%) = 67 gram.3. PEG 400 : 60/100 x 67 gram = 40,2 gram.4. PEG 4000 : 40/100 x 67 gram = 26,8 gram.

Prosedur kerja a. Pembuatan ekstrak buah belimbing wuluh1. Buah belimbing wuluh dipotong kecil-kecil kemudian dikeringkan tanpa terkena sinar matahari langsung dengan cara diangin-anginkan.2. Buah belimbing wuluh yang sudah kering dihaluskan kemudian ditimbang sebanyak 500 gram kemudian dimasukkan ke dalam toples tekan dengan batang pengaduk hingga rata permukaannya lalu tambahkan pelarut etanol 70 % kemudian ditutup dengan alumunium foil selama 5 hari dan setiap 24 jam dilakukan pengadukan.3. Hasilnya disaring dengan kain kasa masukkan dalam erlemeyer4. Setelah itu pelarutnya diuapkan dengan rotavapor hingga diperoleh ekstrak yang kental.b. Pembuatan salep1. Disiapkan alat dan bahan.2. Ditimbang bahan yang digunakan.3. Nipagin dilarutkan dengan PEG-400 di dalam labu erlenmeyer.4. Di leburkan PEG-4000 dan campuran PEG-400 dengan nipagin dalam cawan penguap di atas penangas air.5. Setelah seluruh bahan meleleh, angkat lalu aduk sampai dingin.6. Di timbang kembali basis salep sebanyak 56 gram.7. Di tambahkan ekstrak buah belimbing wuluh ke dalam campuran basis tersebut, aduk sampai homogen.8. Di timbang sebanyak 10 gram untuk bobot setiap 1 tube.9. Dilakukan pengujian organoleptik, homogenitas, daya serap, uji ukuran Partikel dan pH.10. Di masukkan dalam tube.11. Di beri etiket.

Pengujian Hasil

Uji organoleptikBentuk : Setengah padatBau : Bau khas ekstrak buah belimbing wuluhWarnah : coklat

Uji homogenitasBagian atas : HomogenBagian tengah : HomogenBagian bawah : Homogen

Uji daya serapJumlah air : 1 mlDaya serap maksimum : 1 ml/ 1g x 100% = 100%.

Uji ukuran partikel Salep pembanding memilki ukuran partikel lebih kecil dibandingkan salep ekstrak buah belimbing wuluhUji pH Pengukuran pH diperoleh pH sediaan salep 5

Manado, Agustus 2012Laboratorium Farmasetika jurusan FarmasiPoliteknik Kesehatan Kemenkes Manado Mengetahui

Ketua Jurusan Instruktur

(S P. J. Ulaen, S.Pd, S.Si., M.Kes) ( Rilyn Maramis. S.Pd.,S.Si, Apt ) NIP. 197309011995032 NIP : 197711081996032001 Lampiran 3. Dokumentasi Hasil Maserasi Hasil maserasi yang di rotavapor Hasil rotavapor Proses Pembuatan Salep Pengisian Salep kedalam tube

Lampiran 4. Bentuk kemasan

Tiap gram mengandung : Ekstrak buah belimbing wuluh .3 gram nipagin . 192 mg Dasar salep ad ..10 gram Untuk jerawat. Di oleskan pada bagian yang berjerawatNavelim 30% Netto 10 gram SALEP Simpan di tempat sejuk dan kering,tidak terkena sinar matahari langsung No. Reg. DL 1200701330A1 PT. NA. PHARMA No. Batch. D 02402007Exp date. 07/ 14 Manado IndonesiaNavelim 30% Netto 10 gram SALEP

Navelim 30%

Navelim 30%

Navelim 30% acne gelMengandung ekstrak buah belimbing wuluh yang dapat mengobati jerawat.KOMPOSISI:Ekstrak buah belimbing wuluh 3 gram Nipagin . .. 192 mgDasar salep ad ..10 gramSimpan di tempat sejuk dan kering,tidak terkena sinar matahari langsungNo. Reg. DL 1200701330A1 No. Batch. D 02402007Exp date : 07/14 PT. NA PHARMA MANADO-INDONESIA Lampiran 5. Etiket

Lampiran 6. Brosur

Navelim 30% acne gelKOMPOSISI Tiap gram mengandung: Ekstrak buah belimbing wuluh.3 gram Nipagin 192 mg Dasar salep ad 10 gram INDIKASI Anti bakteriATURAN PAKAI Oleskan pada wajah berjerawat KEMASAN Tube 10 gramPENYIMPANAN Simpan di tempat sejuk dan kering, tidak terkena sinar matahari langsung