bab i, ii + perbaikan

Upload: wisnu-wardana

Post on 03-Mar-2016

23 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

perbaikan

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

Hambatan pasase usus dapat disebabkan oleh obstruksi lumen usus atau oleh gangguan peristaltik. Obstruksi usus disebut juga obstruksi mekanik. Penyumbatan dapat terjadi dimana saja di sepanjang usus.(1)Obstruksi intestinal merupakan kegawatan dalam bedahabdominalis yang sering dijumpai, merupakan 60-70%dariseluruh kasus akut abdomen yang bukan appendicitis akut. Obstruksi intestinalmeliputi sumbatan sebagian(partial)atau seluruh(complete) lumen usus sehingga mengakibatkan isi usus tak dapat melewati lumen usus.Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai macam kondisi, yang paling sering menyebabkannya adalah jaringan usus itu sendiri karena adhesi, hernia, atau tumor.(2)Tidak hanyaobstruksi intestinalsaja yang dapat menghasilkan perasaan yang tidak nyaman, kram perut, nyeri perut, kembung, mual, dan muntah, bila tak diobati dengan benar,obstruksi intestinaldapat menyebabkan sumbatan bagian usus dan menyebabkan kematian usus.Kematian jaringan ini dapat ditunjukkan dengan perforasi usus, infeksi, dan shock.(2)

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. DefinisiIleus adalah keadaan dari gerakan dan pasase usus yang normal tidak terjadi. Ileus timbul saat udara dan cairan sekresi tidak dapat keluar kearah distal karena berbagai sebab baik karena faktor intrinsik maupun ekstrinsik (mechanical obstruction) atau paralisis (non mechanical obstruction).(1)Ileus obstruktif adalah kerusakan atau hilangnya pasase isi usus yang disebabkan oleh sumbatan mekanik. Rintangan pada jalan isi usus akan menyebabkan isi usus terhalang dan tertimbun di bagian proksimal dari sumbatan, sehingga pada daerah proksimal tersebut akan terjadi distensi atau dilatasi usus.(2)

B. EtiologiMenurut etiologinya, maka ileus obstruktif dibagi menjadi : Lesi ekstrinsik (ekstraluminal) yaitu yang disebabkan oleh adhesi (postoperative), hernia (inguinal, femoral, umbilical), neoplasma (karsinoma), dan volvulus. Lesi intrinsik (intraluminal) yaitu di dalam dinding usus, biasanya terjadi karena neoplasma, intususepsi, askariasis, dan kelainan kongenital.

1. AdhesiAdhesi (perlekatan usus) merupakan penyebab tersering ileus obstruktif, sekitar 50-70% dari semua kasus. Adhesi bisa disebabkan oleh riwayat operasi intra abdominal sebelumnya atau proses inflamasi intra abdominal. Adhesi bisa berasal dari rangsangan peritoneum akibat peritonitis lokal atau general, atau pascaoperasi. Adhesi dapat berupa perlengketan mungkin dalam bentuk tunggal maupun multiple, mungkin setempat maupun luas.(3,4)

2. Hernia InkarserataHernia inkarserata merupakan yang terbanyak kedua sebagai penyebab ileus obstruktif dan merupakan penyebab tersering pada pasien yang tidak mempunyai riwayat operasi abdomen. Hernia yang tidak dapat direposisi kembali ke dalam rongga perut. Hernia jenis ini dapat menimbulkan gangguan pasase usus, tetapi belum terdapat gangguan vaskularisasi. Usus masuk dan terjepit di dalam pintu hernia. Pada anak dapat dikelola secara konservatif dengan posisi tidur Trendelenburg. Namun, jika percobaan reduksi gaya berat ini tidak berhasil dalam waktu 8 jam, harus diadakan herniotomi segera.(1,3,4)

3. Tumor Tumor primer usus halus dapat menyebabkan obstruksi intralumen, sedangkan tumor metastase atau tumor intraabdominal dapat menyebabkan obstruksi melalui kompresi eksternal. Proses keganasan, terutama karsinoma ovarium dan karsinoma kolon, dapat menyebabkan obstruksi usus. Hal ini terutama disebabkan oleh kumpulan metastasis di peritoneum atau di mesenterium yang menekan usus.(1,3)

4. VolvulusMerupakan suatu keadaan di mana terjadi pemuntiran usus yang abnormal dari segmen usus sehingga pasase makanan terganggu. Volvulus sering disebabkan oleh adhesi atau kelainan kongenital, seperti malrotasi usus.(1,3)

5. InvaginasiDisebut juga intususepsi, menimbulkan obstruksi dan iskhemia terhadap bagian usus yang mengalami intususepsi. Invaginasi umumnya berupa intususepsi ileosekal yang masuk naik kekolon ascendens. Hal ini dapat mengakibatkan nekrosis pada bagian usus yang masuk dengan komplikasi perforasi dan peritonitis.(1,3)

6. AskariasisKebanyakan cacing askaris hidup di usus halus bagian jejunum. Biasanya ada puluhan hingga ratusan ekor. Askaris jantan berukuran antara 15-30 cm, sedangkan yang betina antara 15-30 cm. Obstruksi bisa terjadi dimana saja di usus halus, tetapi biasanya di ileum terminal, tempat lumen paling sempit. Cacing menyebabkan kontraksi lokal di dinding usus yang disertai dengan reaksi radang setempat. Obstruksi umumnya disebabkan oleh suatu gumpalan padat terdiri atas sisa makanan dan puluhan ekor cacing yang mati atau hampir mati akibat pemberian obat cacing.(1,4)

7. Kelainan KongengitalGangguan pasase usus kongengital dapat berbentuk stenosis atau atresia. Setiap cacat bawaan berupa stenosis atau atresia dari sebagian saluran cerna akan menyebabkan obstruksi setelah bayi mulai menyusui.(4) Adhesi Hernia Volvulus

Tumor Invaginasi

C. PatofisiologiObstruksi ileus merupakan penyumbatan intestinal mekanikyang terjadi karena adanya daya mekanik yang bekerja ataumempengaruhi dinding usus sehingga menyebabkan penyempitan/penyumbatan lumen usus. Hal tersebut menyebabkanpasase lumen usus terganggu.Akan terjadi pengumpulan isi lumen usus yang berupa gasdan cairan pada bagian proximal tempat penyumbatan, yangmenyebabkan pelebaran dinding usus (distensi).Sumbatan usus dan distensi usus menyebabkan rangsanganterjadinya hipersekresi kelenjar pencernaan.(5,6)Dengan demikianakumulasi cairan dan gas makin bertambah yang menyebabkan distensi usus tidak hanya pada tempat sumbatan tetapi jugadapat mengenai seluruh panjang usus sebelah proximalsumbatan.Sumbatan ini menyebabkan gerakan usus yang meningkat (hiperperistaltik) sebagai usaha alamiah. Hal ini menyebabkan terjadi serangankolik abdomen dan muntah-muntah.Pada obstruksi usus yang lanjut, peristaltik sudah hilangoleh karena dinding usus kehilangan daya kontraksinya.(5,6)Perubahan patofisiologi utama pada ileus obstruktif dapat dilihat pada Bagan 1. Lumen usus yang tersumbat secara progresif akan teregang oleh cairan dan gas (70% dari gas yang ditelan) akibat peningkatan tekanan intralumen, yang menurunkan pengaliran air dan natrium dari lumen ke darah. Oleh karena sekitar 8 liter cairan diekskresikan ke dalam saluran cerna setiap hari, tidak adanya absorpsi dapat mengakibatkan penimbunan intralumen dengan cepat. Muntah merupakan sumber kehilangan utama cairan dan elektrolit. Pengaruh atas kehilangan ini adalah penciutan ruang cairan ekstrasel yang mengakibatkan syok hipovolemia, pengurangan curah jantung, penurunan perfusi jaringan dan asidosis metabolik. Peregangan usus yang terus menerus mengakibatkan lingkaran setan penurunan absorpsi cairan dan peningkatan sekresi cairan ke dalam usus. Efek lokal peregangan usus adalah iskemia akibat distensi dan peningkatan permeabilitas, disertai absorpsi toksin-toksin bakteri ke dalam rongga peritoneum dan sirkulasi sistemik untuk menyebabkan bakteriemia.(3,5,6)

D. Manifestasi KlinisTerdapat 4 tanda kardinal gejala ileus obstruktif :(3) Nyeri abdomen yang bersifat kolik Muntah Distensi Kegagalan buang air besar atau gas

1. Ostruksi SederhanaObstruksi usus halus merupakan obstruksi saluran cerna tinggi, artinya disertai dengan pengeluaran banyak cairan dan elektrolit baik di dalam lumen usus dari obstruksi, maupun oleh muntah. Gejala penyumbatan usus meliputi nyeri kram pada perut, disertai kembung. Pada obstruksi usus halus proksimal akan timbul gejala muntah yang banyak. Nyeri bisa berat dan menetap. Nyeri abdomen sering dirasakan sebagai perasaan tidak enak di perut bagian atas.(1)Obstruksi bagian tengah atau distal menyebabkan kejang di daerah periumbilikal atau nyeri yang sulit dijelaskan lokasinya. Kejang hilang timbul dengan adanya fase bebas keluhan. Muntah akan timbul kemudian, waktunya bervariasi tergantung sumbatan. Semakin distal sumbatan, maka muntah yang dihasilkan semakin fekulen. Obstipasi selalu terjadi terutama pada obstruksi komplit.(5)Tanda vital normal pada tahap awal, namun akan berlanjut dengan dehidrasi akibat kehilangan cairan dan elektrolit. Suhu tubuh bisa normal sampai demam. Distensi abdomen dapat minimal atau tidak ada pada obstruksi proksimal dan semakin jelas pada sumbatan di daerah distal. Bising usus yang meningkat dan metallic sound dapat didengar sesuai dengan timbulnya nyeri pada obstruksi di daerah distal.(1)

2. Obstruksi disertai proses strangulasiGejalanya seperti obstruksi sederhana tetapi lebih nyata dan disertai dengan nyeri hebat. Hal yang perlu diperhatikan adalah adanya bekas operasi atau hernia. Bila dijumpai tanda-tanda strangulasi berupa nyeri iskemik dimana nyeri yang sangat hebat, menetap dan tidak menyurut, maka dilakukan tindakan operasi segera untuk mencegah terjadinya nekrosis usus.(1,5)

3. Obstruksi pada kolonObstruksi mekanis di kolon timbul perlahan-lahan dengan nyeri akibat sumbatan biasanya terasa di epigastrium. Nyeri yang hebat dan terus menerus menunjukkan adanya iskemia atau peritonitis. Borborygmus dapat keras dan timbul sesuai dengan nyeri. Konstipasi atau obstipasi adalah gambaran umum obstruksi komplit. Muntah lebih sering terjadi pada penyumbatan usus besar. Muntah timbul kemudian dan tidak terjadi bila katup ileosekal mampu mencegah refluks. Bila akibat refluks isi kolon terdorong ke dalam usus halus, akan tampak gangguan pada usus halus. Muntah fekal akan terjadi kemudian. Pada keadaan valvula Bauchini yang paten, terjadi distensi hebat dan sering mengakibatkan perforasi sekum karena tekanannya paling tinggi dan dindingnya yang lebih tipis. Pada pemeriksaan fisis akan menunjukkan distensi abdomen dan timpani, gerakan usus akan tampak pada pasien yang kurus, dan akan terdengar metallic sound pada auskultasi. Nyeri yang terlokasi dan terabanya massa menunjukkan adanya strangulasi.(1,5)

E. Diagnosis1. AnamnesisPada anamnesis ileus obstruktif usus halus biasanya sering dapat ditemukan penyebabnya, misalnya berupa adhesi dalam perut karena pernah dioperasi sebelumnya atau terdapat hernia. Pada ileus obstruksi usus halus kolik dirasakan di sekitar umbilikus, sedangkan pada ileus obstruksi usus besar kolik dirasakan di sekitar suprapubik. Muntah pada ileus obstruksi usus halus berwarna kehijauan dan pada ileus obstruktif usus besar onset muntah lama.(3,7)

2. Pemeriksaan Fisika. InspeksiDapat ditemukan tanda-tanda generalisata dehidrasi, yang mencakup kehilangan turgor kulit maupun mulut dan lidah kering. Pada abdomen harus dilihat adanya distensi, parut abdomen, hernia dan massa abdomen. Terkadang dapat dilihat gerakan peristaltik usus yang bisa bekorelasi dengan mulainya nyeri kolik yang disertai mual dan muntah. Penderita tampak gelisah dan menggeliat sewaktu serangan kolik.(3)

b. AuskultasiPada ileus obstruktif pada auskultasi terdengar kehadiran episodik gemerincing logam bernada tinggi dan gelora (rush) diantara masa tenang. Tetapi setelah beberapa hari dalam perjalanan penyakit dan usus di atas telah berdilatasi, maka aktivitas peristaltik bisa tidak ada atau menurun parah. Tidak adanya nyeri usus bisa juga ditemukan dalam ileus paralitikus atau ileus obstruksi strangulata.(3)

c. PerkusiHipertimpani.(7)

d. PalpasiPada palpasi bertujuan mencari adanya tanda iritasi peritoneum apapun atau nyeri tekan, yang mencakup defance musculair involunter atau rebound dan pembengkakan atau massa yang abnormal.(3)Bagian akhir yang diharuskan dari pemeriksaan adalah pemeriksaan rektum. Pemeriksaan ini bisa membantu penemuan massa atau tumor serta tidak adanya feses di dalam kubah rektum menggambarkan ileus obstruktif usus halus. Jika darah makroskopik atau feses positif banyak ditemukan di dalam rektum, maka sangat mungkin bahwa ileus obstruktif didasarkan atas lesi intrinsik di dalam usus. Apabila isi rektum menyemprot maka menandakan penyakit Hirschprung.(3)

3. Pemeriksaan Penunjanga. LaboratoriumNilai laboratorium pada awalnya normal, kemudian akan terjadi hemokonsentrasi, leukositosis, dan gangguan elektrolit.(1)Pemeriksaan laboratorium tidak mempunyai ciri-ciri khusus. Pada urinalisa, berat jenis bisa meningkat dan ketonuria yang menunjukkan adanya dehidrasi dan asidosis metabolik. Leukosit normal atau sedikit meningkat, jika sudah tinggi kemungkinan sudah terjadi peritonitis. Kimia darah sering adanya gangguan elektrolit.(1)

b. RadiologiUntuk menegakkan diagnosa secara radiologis pada ileus obstruktif dilakukan foto abdomen 3 posisi. Yang dapat ditemukan pada pemeriksaan foto abdomen ini antara lain :(1) Ileus obstruksi letak tinggi : Dilatasi di proximal sumbatan (sumbatan paling distal di ileocecal junction) dan kolaps usus di bagian distal sumbatan. Herring bone appearance.

Ileus obstruksi letak rendah : Gambaran sama seperti ileus obstruksi letak tinggi. Gambaran penebalan usus besar yang juga distensi tampak pada tepi abdomen. Air fluid level yang panjang-panjang di kolon. Sedangkan pada ileus paralitik gambaran radiologi ditemukan dilatasi usus yang menyeluruh dari gaster sampai rectum.

Gambaran Air Fluid Level & Hearing Bone Appearance

F. PenatalaksanaanTujuan utama penatalaksanaan adalah dekompresi bagian yang mengalami obstruksi untuk mencegah perforasi. Tindakan operasi biasanya selalu diperlukan. Menghilangkan penyebab obstruksi adalah tujuan kedua. Kadang-kadang suatu penyumbatan sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan, terutama jika disebabkan oleh perlengketan. Penderita penyumbatan usus harus di rawat di rumah sakit.(1)

1. PersiapanPipa lambung harus dipasang untuk mengurangi muntah, mencegah aspirasi dan mengurangi distensi abdomen (dekompresi). Pasien dipuasakan, kemudian dilakukan juga resusitasi cairan dan elektrolit untuk perbaikan keadaan umum. Setelah keadaan optimum tercapai barulah dilakukan laparatomi.(1)

2. OperasiTujuan tindakan operatif adalah untuk membebaskan obstruksi. Operasi dapat dilakukan bila sudah tercapai rehidrasi dan organ-organ vital berfungsi secara memuaskan.(1,2)Beberapa tindakan bedah tergantung dari etiologi masing-masing :(8) AdhesiPada operasi, perlengketan dilepaskan dan pita dipotong agar pasase usus pulih kembali. Hernia inkarserataDapat dilakukan herniotomi/herniorraphy untuk membebaskan usus dari jepitan. NeoplasmaOperasi berupa pengangkatan tumor. Pada tumor jinak pasase usus harus dipulihkan kembali, sedangkan pada tumor ganas sedapat mungkin dilakukan reseksi radikal. AskariasisJika terdapat obstruksi lengkap, atau jika pengobatan konservatif tidak berhasil dapat dilakukan operasi dengan jalan enterotomi untuk mengeluarkan cacing, tapi apabila usus sudah robek, atau mengalami gangren dilakukan reseksi bagian usus yang bersangkutan.Tindakan bedah sesegera mungkin dilakukan bila :(1,2) Strangulasi. Obstruksi lengkap. Hernia inkarserata. Tidak ada perbaikan dengan pengobatan konservatif (dengan pemasangan NGT, infus, dan kateter).

3. Pasca BedahPengobatan pasca bedah sangat penting terutama dalam hal cairan dan elektrolit. Kita harus mencegah terjadinya gagal ginjal dan harus memberikan kalori yang cukup.(1)Setelah dilakukan tindakan operatif untuk membebaskan obstruksi, hal lain yang penting untuk diperhatikan adalah akibat dari obstruksi usus seperti peritonitis dan sepsis. Peritonitis dikarenakan akibat absorbsi toksin dalam rongga peritoneum sehingga terjadi peradangan atau infeksi yang hebat pada intra abdomen. Sepsis dikarenakan infeksi akibat peritonitis yang tidak tertangani dengan baik dan cepat.(8,9)Pemberian antibiotika untuk pencegahan pertumbuhan bakteri berlebihan bersama dengan produk endotoksin dan eksotoksin. Pemberian antibiotik spektrum luas dapat diberikan sebagai profilaksis.(8)G. Prognosis Mortalitas ileus obstruktif ini dipengaruhi banyak faktor seperti umur, etiologi, tempat dan lamanya obstruksi. Jika umur penderita sangat muda ataupun tua maka toleransinya terhadap penyakit maupun tindakan operatif yang dilakukan sangat rendah sehingga meningkatkan mortalitas.(1,2)BAB IIILAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN Nama: Tn. J Umur: 62 tahun Jenis Kelamin: Laki-Laki Agama: Islam Pekerjaan: Nelayan Alamat: Jl. Sultan Alaudin Tanggal Pemeriksaan: 10 Juni 2014 Ruangan: Kenari Rumah Sakit: RSU Anutapura Palu

ANAMNESISKeluhan Utama :Perut kembung.

Anamnesis TerpimpinPasien masuk rumah sakit dengan keluhan perut kembung yang dialami sejak 3 hari yang lalu. Terkadang pasien merasa nyeri pada seluruh bagian perutnya. Mual dan muntah berupa cairan bercampur sisa makanan dialami sejak kemarin. Pasien juga mengeluhkan terdapat benjolan yang menetap pada lipatan paha kanan dan kantong pelir yang membesar yang dialami sejak 1 minggu yang lalu. Keluhan benjolan seperti ini sudah biasa dirasakan oleh pasien selama 3 tahun. Benjolan muncul ketika pasien bekerja berat (mendorong perahu dan mengangkat barang berat) dan hilang dengan sendirinya ketika pasien beristrahat atau tidur. Sesekali benjolan ini tidak dapat hilang dengan beristrahat sehingga pasien menggunakan jasa dukun pijat untuk menghilangkan benjolan tersebut. Pasien belum BAB sejak 3 hari yang lalu. Kentut (+). BAK lancar seperti biasa.

Riwayat Penyakit Sebelumnya Hipertensi: tidak ada. DM: tidak ada. Alergi: tidak ada. Riw. Trauma: tidak ada. Riw. Operasi: tidak ada.

Riwayat Pengobatan: tidak ada.Riwayat Keluarga: tidak ada keluarga yang pernah menderita keluhan yang sama seperti pasien.

PEMERIKSAAN FISIKKEADAAN UMUM : Sakit Sedang / Compos MentisTANDA VITALTekanan darah: 130/90 mmHgPernapasan : 21 kali/menitNadi: 88 kali/menitSuhu: 37 oC

KEPALANormochepal, konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), RCL (+/+), bibir sianosis (-/-)LEHERMassa tumor (-), deviasi trakea (-), pembesaran kelenjar getah bening (-), struma (-)THORAKSInspeksi: Normothoraks, pergerakan simetris kiri dan kanan, jejas (-)Palpasi: Vocal fremitus kanan = kiri, nyeri tekan (-)Perkusi: Sonor pada lapang paru kanan = kiriAuskultasi: Bunyi napas vesikuler, ronchii (-/-), wheezing (-/-)

JANTUNGInspeksi: Tidak tampak denyut ictus cordisPalpasi: Teraba denyut ictus cordis pada SIC V linea midclavicula kiriPerkusi: Batas jantung dalam batas normalAuskultasi: Bunyi jantung I, II murni reguler, gallop (-), murmur (-)

ABDOMENInspeksi: Tampak distensi, darm contour (-), darm steifung (-), jejas (-)Auskultasi: Peristaltik usus (+) kesan menurunPerkusi: HypertimpaniPalpasi : Nyeri tekan (-), defans muscular (-), massa pada regio inguinal dextraRECTAL TOUCHERTonus sphincter anii menjepit, mukosa rektum licin, ampula rekti kosong, nyeri tekan (-), keluaran lendir bening, feses (-), darah (-).

GENITALIA: Tampak skrotum membesar. Tes transluminasi (-).EKSTREMITAS: Edema (-/-), akral teraba hangat (+/+)PEMERIKSAAN PENUNJANGDarah Rutin : WBC: 21,3 X 103/mm3 RBC: 4,8 X 106/mm3 PLT: 367 X 103/mm3 Hb: 13,9 g/dL Hct: 37,3 %

Foto polos Abdomen (posisi erect & LLD) :Gambaran dilatasi usus dengan air fluid level (+).

DIAGNOSISIleus Obstruksi et causa Hernia Inguinalis Lateralis Dextra Inkarserata

TERAPI IVFD RL 28 tetes/menit Pasang NGT Pasang kateter Ceftriaxon 1 g/12 jam/IV (skin test) Ranitidin 50 mg/12 jam/IV Puasakan

RENCANA TINDAKAN Pemeriksaan elektrolit Herniorraphy (cyto)

FOLLOW UPNoTanggal & JamFollow Up

1

2

3

4

5

6

11-06-1407.00

12-06-1407.00

13-06-1407.00

14-06-1407.00

15-06-1407.00

16-06-1407.00

S : Nyeri luka bekas operasi, rasa tidak nyaman di perut, kembung (+), kentut (+), BAB (-)

O : TD : 120/80 mmHg, N : 80 x/menit, S : 36,8 oC, P : 20 x/menit Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-) Thoraks : BP vesikuler (+/+), Rh (-/-), Wh (-/-) BJ I,II murni reguler, murmur (-) Abdomen : I : tampak distensi, bekas luka op terpasang verban A : Peristaltik usus (+) lemah P : Hipertimpani P : Nyeri tekan (-)

A : Ileus Obstruksi + Post op herniorraphy hari 1

P : IVFD RL 28 tetes/menit Inj. Ceftriaxone 1 gr/12jam/IV Inj. Metronidazol 500 mg/8 jam/IV Inj. Ketorolac 30 mg/8jam/IV Inj. Ranitidin amp/12jam/IV Inj. Asam Tranexamat 500 mg/8 jam/IV S : Nyeri luka bekas operasi, rasa tidak nyaman di perut sedikit berkurang, kembung (+), kentut (+), BAB (-)

O : TD : 130/80 mmHg, N : 76 x/menit, S : 36,4 oC, P : 20 x/menit Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-) Thoraks : BP vesikuler (+/+), Rh (-/-), Wh (-/-) BJ I,II murni reguler, murmur (-) Abdomen : I : tampak distensi, bekas luka op terpasang verban A : Peristaltik usus (+) lemah P : Hipertimpani P : Nyeri tekan (-)

A : Ileus Obstruksi + Post op herniorraphy hari 2

P : IVFD RL 28 tetes/menit Inj. Ceftriaxone 1 gr/12jam/IV Inj. Metronidazol 500 mg/8 jam/IV Inj. Ketorolac 30 mg/8jam/IV Inj. Ranitidin amp/12jam/IV Inj. Asam Tranexamat 500 mg/8 jam/IV Mobilisasi Diet Lunak

S : Nyeri luka bekas operasi berkurang, rasa tidak nyaman di perut berkurang, kembung (), kentut (+), BAB (-)

O : TD : 120/70 mmHg, N : 84 x/menit, S : 37 oC, P : 20 x/menit Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-) Thoraks : BP vesikuler (+/+), Rh (-/-), Wh (-/-) BJ I,II murni reguler, murmur (-) Abdomen : I : tampak distensi berkurang, bekas luka op terpasang verban, keadaan luka bekas op baik A : Peristaltik usus (+) P : Hipertimpani P : Nyeri tekan (-)

A : Ileus Obstruksi + Post op herniorraphy hari 3

P : IVFD RL 28 tetes/menit Inj. Ceftriaxone 1 gr/12jam/IV Inj. Metronidazol 500 mg/8 jam/IV Inj. Ketorolac 30 mg/8jam/IV Inj. Ranitidin amp/12jam/IV Mobilisasi Diet Lunak GV / rawat luka bekas op

S : Kembung (), kentut (+), BAB (-)

O : TD : 130/70 mmHg, N : 80 x/menit, S : 36,7 oC, P : 20 x/menit Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-) Thoraks : BP vesikuler (+/+), Rh (-/-), Wh (-/-) BJ I,II murni reguler, murmur (-) Abdomen : I : tampak distensi berkurang, bekas luka op terpasang verban, keadaan luka bekas op baik A : Peristaltik usus (+) P : Timpani P : Nyeri tekan (-)

A : Ileus Obstruksi + Post op herniorraphy hari 4

P : Cefadroxyl 2 x 500 mg Ranitidin 2 x 150 mg Alinamin F 2 x 1 Mobilisasi Diet Lunak GV / rawat luka op

S : Kembung (), kentut (+), BAB (-)

O : TD : 130/90 mmHg, N : 82 x/menit, S : 36,5 oC, P : 20 x/menit Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-) Thoraks : BP vesikuler (+/+), Rh (-/-), Wh (-/-) BJ I,II murni reguler, murmur (-) Abdomen : I : tampak distensi berkurang, bekas luka op terpasang verban, keadaan luka bekas op baik A : Peristaltik usus (+) P : Timpani P : Nyeri tekan (-)

A : Ileus Obstruksi + Post op herniorraphy hari 5

P : Cefadroxyl 2 x 500 mg Ranitidin 2 x 150 mg Alinamin F 3 x 1 tablet Dulcolax Supp. 1 x 1 Mobilisasi Diet Lunak GV / rawat luka op

S : Kembung (), kentut (+), BAB (+)O : TD : 130/70 mmHg, N : 78 x/menit, S : 36,8 oC, P : 20 x/menit Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-) Thoraks : BP vesikuler (+/+), Rh (-/-), Wh (-/-) BJ I,II murni reguler, murmur (-) Abdomen : I : tampak distensi berkurang, bekas luka op terpasang verban, keadaan luka bekas op baik A : Peristaltik usus (+) P : Timpani P : Nyeri tekan (-)

A : Ileus Obstruksi + Post op herniorraphy hari 6

P : Cefadroxyl 2 x 500 mg Ranitidin 2 x 150 mg Alinamin F 3 x 1 tablet Dulcolax Supp. 1 x 1 Mobilisasi Diet Lunak GV / rawat luka op

PEMBAHASAN

Ileus obstruktif adalah kerusakan atau hilangnya pasase isi usus yang disebabkan oleh sumbatan mekanik. Ileus obtruksi dapat disebabkan oleh adhesi, hernia inkarserata, tumor, volvulus, invaginasi, askariasis, dan kelainan kongengital.Diagnosis ileus obstruksi pada kasus ini ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis, pasien masuk rumah sakit dengan keluhan kembung, nyeri pada seluruh bagian perut, mual, muntah, belum BAB yang merupakan tanda-tanda kardinal dari ileus obstruktif. Pasien juga mengeluhkan terdapat benjolan yang menetap pada lipatan paha kanan dan kantong pelir yang membesar yang merupakan tanda dari hernia inkarserata.Hernia inkarserata merupakan yang terbanyak kedua sebagai penyebab ileus obstruktif dan merupakan penyebab tersering pada pasien yang tidak mempunyai riwayat operasi abdomen. Hernia jenis ini dapat menimbulkan gangguan pasase usus, tetapi belum terdapat gangguan vaskularisasi.Dari hasil pemeriksaan fisik, inspeksi abdomen tampak distensi, auskultasi peristaltik usus kesan menurun, perkusi abdomen hipertimpani, dan pada palpasi teraba massa pada regio inguinal dextra.Penyumbatan mekanik pada ileus obstruksi terjadi karena adanya daya mekanik yang bekerja ataumempengaruhi dinding usus sehingga menyebabkan penyumbatan lumen usus. Hal tersebut menyebabkanpasase lumen usus terganggu.Akan terjadi pengumpulan isi lumen usus yang berupa gasdan cairan pada bagian proximal tempat penyumbatan, yangmenyebabkan pelebaran dinding usus (distensi).Sumbatan usus dan distensi usus menyebabkan rangsanganterjadinya hipersekresi kelenjar pencernaan. Dengan demikian,akumulasi cairan dan gas makin bertambah yang menyebabkan distensi usus. Sumbatan ini menyebabkan gerakan usus yang meningkat (hiperperistaltik) sebagai usaha alamiah. Hal ini menyebabkan terjadi serangankolik abdomen dan muntah-muntah.Pada obstruksi usus yang lanjut, aktivitas peristaltik menurun atau sudah hilangoleh karena dinding usus kehilangan daya kontraksinya.Pada pemeriksaan rectal touche ditemukan tonus sphincter anii menjepit, mukosa rektum licin, ampula rekti kosong, tidak ada nyeri tekan, keluaran berupa lendir bening dan tidak ada feses.Pemeriksaan rectal touche bisa membantu penemuan massa atau tumor serta tidak adanya feses di dalam kubah rektum menggambarkan ileus obstruktif usus halus. Jika darah makroskopik atau feses positif banyak ditemukan di dalam rektum, maka sangat mungkin bahwa ileus obstruktif didasarkan atas lesi intrinsik di dalam usus.Pada kasus ini dilakukan pemeriksaan radiologi foto polos abdomen posisi erect dan LLD, ditemukan gambaran dilatasi usus dengan air fluid level. Untuk menegakkan diagnosa secara radiologis pada ileus obstruktif dilakukan foto abdomen 3 posisi yaitu erect, supine, dan left lateral decubitus (LLD). Yang dapat ditemukan pada pemeriksaan foto abdomen ileus obstruksi antara lain dilatasi usus di proximal sumbatan, herring bone appearance, dan air fluid level.Penanganan yang diberikan pada pasien ini yaitu pasien dipuasakan, dilakukan pemasangan infus, NGT, kateter, pemberian antibiotik dan dilakukan operasi cyto untuk mengatasi hernia inkarserata.Tujuan utama penatalaksanaan adalah dekompresi bagian yang mengalami obstruksi untuk mencegah perforasi. Pipa lambung (NGT) harus dipasang untuk mengurangi muntah, mencegah aspirasi dan mengurangi distensi abdomen (dekompresi). Pasien dipuasakan, kemudian dilakukan juga resusitasi cairan dan elektrolit untuk perbaikan keadaan umum. Operasi dapat dilakukan bila sudah tercapai rehidrasi dan organ-organ vital berfungsi secara memuaskan. Tetapi yang paling sering dilakukan adalah pembedahan sesegera mungkin. Tindakan bedah dilakukan bila : strangulasi, obstruksi lengkap, dan hernia inkarserata.

DAFTAR PUSTAKA1) Indrayani, MN. Diagnosis dan Tata Laksana Ileus Obtruktif. Bagian/SMF Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar. Diperoleh dari : .pdf. [Diakses 23 Juni 2014].2) Mantap. 2010. Referat Ileus Mekanik et causa Adhesi. Diperoleh dari : http://referensikedokteran.blogspot.com/2010/08/referat-ileus-mekanik-et causa-adhesi.html. [Diakses 23 Juni 2014].3) Fardilla, N. 2009. Ileus Obstruksi. Riau : Faculty of Medicine University of Riau. Diperoleh dari :http://yayanakhyar.files.wordpress.com/2009/10/ileus_obstruksi_files_of_drsmed.pdf. [Diakses 23 Juni 2014].4) Annor, FF. 2011. Ileus Obstruksi. Diperoleh dari : http://ferryfawziannor.blogspot.com/2011/08/ileus-obstruktif.html. [Diakses 23 Juni 2014].5) Referat Ileus Obstruksi. Diperoleh dari : http://medicastore.com/penyakit/90/Referat Ileus Obtruksi.pdf.[Diakses 23 Juni 2014].6) Price, S., Wilson, LM. 2006. Patofisiologi ; Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta : EGC.7) Sjamsuhidajat, R., De Jong, W. 2003. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta : EGC.8) Prespirasi. 2012. Ileus Obstruksi. Diperoleh dari : http://tracesofmedicalstudents.blogspot.com/2012/04/ileus-obstruktif.html [Diakses 21 Juli 2014].9) Gutteres, SN. 2013. Obstruksi Usus. Diperoleh dari : http://culu-hun.blogspot.com/2013/06/obstruksi-usus.html [Diakses 21 Juli 2014].

7