bab ii ( kti )
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Kasus
1. Definisi
Sindroma Cervical adalah sindrom atau keadaan yang ditimbulkan
oleh adanya iritasi atau kompresi pada radik daerah cervical yang ditandai
dengan adanya rasa nyeri pada leher (tengkuk) yang dijalarkan kebahu dan
lengan sesuai dengan radik yang terkena. http://medicastore.com.
2. Anatomi
a. Sistim tulang
1). Arcus
Adalah bangunan yang merupakan lempengan dan simetris
antara kanan dan kiri, terletak pada posterior corpus ini disebut radiks
arcus vertebralis. Disebelah posterior dari lengkung ini bertemu linea
mediana posterior dan selanjutnya membentuk tonjolan seperti duri
yang disebut prosessus spinosus. Tonjolan meruncing pada batas
dataran radiks dan arus lateral disebut prosessus.
2). Foramen Vertebralis
Vertebralis Cervicalis membentuk suatu columna vertebralis,
dengan sendirinya tiap foramen vertebrae yang lain membentuk
4
kanalis di dalam columna vertebralis yang ditempati oleh medulla
spinalis, yaitu foramen vertebralis.
3). Vertebra Cervicalis
Terdiri dari tujuh vertebrae, yang masing – masing terhubung
dengan yang lain. Pada vertebra cervicalis satu sampai enam
mempunyai corpus kecil. Processusnya bersifat bifida bercabang dua .
Processusnya transversusnya mempunyai foramen transversum yang
membagi posterior. Tetapi pada cervical enam terdapat pembesaran
dari tuberculum anterior yang disebut tuberkulum karotikus yang
terletak di arteria koratikus.
Sedangkan pada vertebra cervical tujuh terdapat perbedaan
susunan dengan vertebra cervicalis lainnya karena processus
spinosusnya disini meruncing menuju ke dorsal dan tidak bercabang
menjadi dua lagi dan sangat menonjol sehingga mudah diraba dari
luar. Oleh karena itu vertebra cervical tujuh disebut vertebrae
prominensus. Selain itu perbedaan yang lainnya adalah foramen
transversum sangat kecil, sebab belum dilalui oleh pembuluh darah.
b. Sistim Otot
Sesuai dengan kondisi cervical syndrome ini, maka dalam bab
ini penulis akan menuliskan otot grup ekstensor cervical yang meliputi
sebagai berikut :
5
Gambar 1 Otot – otot pada leher
Keterangan Gambar :
1. M. Spinalis Cervitis
2. M. Splenius Capitis
3. M. Levator Scapula
4. M. Romboideus
5. M. Supraspinatus
6. Spina Scapula
7. Upper Trapezius
8. M. Sternocleidomastoideus
6
3. Etiologi
Nyeri leher dapat timbul dari kelainan-kelainan pada otot, ligament
sendi tulang. Sidharta (1984). Tekanan pada salah satu akar spinal
menyebabkan timbulnya gejala-gejala monoseksual seperti parastesis,
gejala-gejala kemacetan fungsinya saraf rasa atau motorik. A.N. de Wolf
(1994). Batuk bersin atau mengejan kadang-kadang akan mengakibatkan
rasa sakit di leher bertambah keras. Dalam hal adanya tekanan pada
durameter, terutama flexi leher menimbulkan rasa sakit yang amat sangat
dan flexi leher tersebut biasanya terbatas. Berbagai macam penyebab
cervical syndrome salah satunya karena isometrik yang terlalu lama dan
istirahat yang kurang atau yang di sebut tension headache.
4. Patologi
Sakit kuduk kepala yang sering di jumpai pada penderita tension
headache yang jelas memiliki faktor kepribadian psikoneurotik atau faktor
sikap badaniah yang salah akibat keadaan stress mental atau sikap badan
yang salah dalam melakukan pekerjaan sehari – hari. Pada pemeriksaan
fisik sering kali tidak di jumpai kelainan, kecuali nyeri tekan dan nyeri
gerak pada suboksipital kepala tempat otot kapitis melekat pada tulang
oksipitalis. Tempat itu merupakan trigger point dimana sikap kepala dan
leher mengalami ketegangan dan mengakibatkan adanya nyeri gerak dan
nyeri tekan.
7
5. Tanda dan Gejala
Adapun gejala yang khas dari Cervical Syndrome yaitu rasa nyeri
yang menjalar megikuti alur segmentasi serabut saraf yang lesi sehingga
disebut dengan kelemahan otot berdasarkan distribusi myotom yaitu :
a. Terjadi spasme otot
b. Gangguan sensibilitas pada segmen dermatom
c. Gangguan postural yang terjadi akibat menghindari posisi nyeri
d. Pada kondisi kronis timbul kontraktur otot dan kelemahan otot
pada regio cervical.
6. Prognosis
Prognosis pada penderita cervical syndrome pada umumnya baik
terhadap gerak dan fungsi tergantung pada usia, jenis kelamin, pekerjaan
dan kondisi pasien.
7. Diagnosis Banding
Banyaknya kondisi yang dapat menimbulkan nyeri leher dan bahu
serta rasa tidak nyaman pada ekstremitas. Semua itu harus dibedakan dari
mana asalnya dan bagaimana mekanisme terjadinya. Diagnosis banding
untuk ini adalah :
8
a. Carpal Tunel Syndrome
Adalah suatu gejala muncul bila ada penekanan nervus medianus
oleh ligamen transversum sehingga timbul kesemutan, nyeri menjalar ke
tangan. Cailliet (1991).
b. Thracic outlet syndrome
1) Anterior scanlenesi sindrome
Disebabkan karena adanya kompresi bundle neurovaskuler diantara
otot scanleni dan costa pertama. Gejalanya adalah numbness, tilling,
dilengan otot jari-jari tangan. Nyeri ini letaknya dalam biasanya datang
setelah duduk lama. Cailliet (1991).
2) Pectoralis minor syndrome
Muncul bila ada penekanan bundle neuromuscular diantara bagian
antero lateralis atas dan otot pectoralis minor. Caillet (1991).
c. Claviculo costa syndrome
Timbulnya karena adanya penekanan pada bundle neurovasculer
saat melewati belakang clavicula disebelah anterior costa pertama, gejala
lainnya adalah adanya dropy posture yaitu posturnya salah, lelah, cemas
dan depresi. Cailliet (1991).
9
B. Deskripsi Problematika Fisioterapi
Problematika fisioterapi dikelompokkan menjadi 3 kategori yaitu :
1. Impairment
Adalah suatu gangguan setingkat jaringan atau bisa juga suatu
keluhan yang dirasakan oleh pasien yang berhubungan dengan penyakit
penderita. Pada kasus ini ditemukan adanya impairment yaitu:
a) Nyeri
Adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak
nyaman, yang berkaitan dengan kerusakan atau berpotensi
merusak jaringan. Definisi tersebut berdasarkan kepada sifat
nyeri yang merupakan pengalaman subjektif yang bersifat
individual.
Pada prinsipnya nyeri adalah ketidak seimbangan aktivitas
antara subresor dan depresor pada fase tertentu akibat adanya
gangguan atau cedera pada jaringan tertentu.
b) Keterbatasan Lingkup Geraka Sendi pada Leher
Adalah luas gerakan yang bisa dilakukan oleh suatu sendi.
Lingkup gerak sendi merupakan ruang gerak atau batas – batas
gerakan - gerakan dari suatu kontraksi otot dalam melakukan
gerakan apakah otot tersebut dapat memendek atau memanjang
secara penuh atau tidak.
10
c) Kekuatan Otot
Otot adalah kemampuan seseorang dalam
mengkontraksikan otot atau grup ototnya secara seimbang.
2. Fungsional Limitation
Merupakan suatu problem yang berupa penurunan atau
keterbatasan saat melakukan aktivitas-aktivitas fungsional sebagai akibat
dari adanya impairment. Dalam kasus ini ditemukan adanya functional
limitation berupa adanya penurunan atau keterbatasan dan tingkat
kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas fungsional sehari – hari
seperti menyetir dan duduk yang terlalu lama.
3. Disability
Merupakan suatu problem yang berupa terhambatnya atau ke tidak
mampuan penderita untuk kembali melakukan aktivitas yang berhubungan
dengan pekerjaan nya semula dan aktivitas sosialisasi dengan masyarakat
sebagai akibat dari adanya impairment dan finctional limitation. Dalam
beberapa kasus ditemukan adanya disabiliti yang berupa adanya
keterbatasan dalam beraktivitas yaitu pada saat menyetir dan duduk terlalu
lama.
11
C. Teknologi Interverensi Fisioterapi
Modalitas fisioterapi yang digunakan dalam penanganan ini adalah
Micro Wave Diathermy dan Exercise Therapy dengan metode Static
Contracsi dan Mc. Kenzie. (Kumpulan Makalah Fisioterapi TITAFI, VI).
1. Micro Wave Diathermy (MWD)
Micro Wave Diathermy terapi merupakan sesuatu pengobatan
dengan menggunakan stresor fisis berupa energi elektromagnetik yang
dihasilkan oleh arus listrik bolak-balik frekuensi 2450 MHz, dengan
panjang gelombang 12,25 cm. Tetapi ada juga Micro Wave Diathermy
(MWD) yang menggunakan frekuensi 433,92 MHz, dengan panjang
gelombang 69 cm. Sujatno (1993)
a. Efek Biofisika
peristiwa-peristiwa yang terjadi saat gelombang elektromagnetik
pada Micro Wave Diathermy diaplikasikan ke jaringan :
1) Penetrasi
Efektifitas penetrasi gelombang mikro sangat tergantung
pada besarnya tahanan yang ada pada jaringan yang ditembus oleh
gelombang micro. Secara umum , energi dari gelombang menurun
secara eksponsial dengan besarnya jarak yang dilalui dan
mengalami penurunan dengan naiknya frekuensi. Jaringan dengan
kadar air lebih rendah dapat ditembus lebih dalam dibandingkan
dengan jaringan yang kadarnya airnya lebih tinggi.
12
2) Absorpsi
Energi elektromagnetik diubah menjadi energi panas
ketika mereka berinteraksi dengan molekul dari jaringan yang lain.
Molekul non polar akan mengarah ke kutub pada area yang dikenai
gelombang mikro Molekul bipolar akan berputar bolak-balik, ion
akan bergetar pada area tersebut. Total energi micro wave
diathermy yang akan diubah menjadi energi panas. Perbedaan sifat
listrik dan berbagai jaringan menentukan jumlah absorpsi energi
yang terjadi, sebagai contoh otot dan jaringan yang mengandung
dielektrik tinggi akan menyerap lebih banyak energi
elektromagnetik dibandingkan dengan lemak dan tulang.
3) Pemantulan
Besarnya bagian gelombang yang mencapai jaringan
letaknya lebih dalam tergantung dari jumlah energi yang
dipantulkan pada perpindahan gelombang yaitu pada tahap kontak
udara kulit, kulit lemak dan lemak otot. Pada kontak udara dengan
lemak energi dipantulkan ke kuli, pada kontak lemak dengan otot
energi kembali ke lemak subcutaneus.
4) Konduksi Panas
Respon fisiologis akibat dari pancaran gelombang
elektromagnetik tergantung pada reaksi jaringan terhadap kenaikan
suhu dan jumlah energi yang diserap. Pengaturan suhu tubuh diatur
oleh jantung, sistem hormon dan kontrol saraf. Panas yang
13
diberikan pada kulit (diarea yang terbatas) menyebabkan naiknya
aliran darah pada kulit tersebut, yang akan mendistribusikan panas
ke daerah lainnya. Meningkatnya sirkulasi ini diikuti dengan
vasodilatasi. Panas yang ringan menghasilkan penurunan reflek
pada tonus otot meninggi, sehingga peningkatan aliran darah otot
berperan dalam mekanisme ini, bersamaan dengan pemindahan
rasa nyeri.
b. Efek Fisiologis
Gelombang elektromagnetik dari Micro Wave Diathermy yang
diserap oleh jaringan, menimbulkan produksi panas, tetapi bentuk
distribusinya berbeda dengan pemanasan yang lain. Daya tembusnya
lebih dari sinar infra merah. Micro wave diathermy tidak dapat
digunakan utuk mengobati jaringan yang dalam letaknya. Daya
tembusnya rata-rata 3 cm. Dengan perlengkapan yang ada, micro wave
diathermy hanya dapat digunakan untuk mengobati satu satu samping
tubuh pada suatu pengobatan. Gelombang elektromagnetik yang
dihasilkan oleh micro wave diathermy banyak diserap oleh jaringan yang
banyak mengandung cairan. Maka jaringan yang banyak mengandung
darah akan menerima panas dari pada lemak.
1) Perubahan temperatur.
Reaksi lokal jaringan :
a) Meningkatkan metabolisme sel-sel lokal kira-lira 13% tiap
kenaikan temperatur 100c.
14
b) Penetrasi dan perubahan temperatur lebih terkonsentrasi pada
jaringan otot sebab jaringan otot lebih banyak mengandung
cairan atau darah.
2) Jaringan Ikat
Meningkatkan elastisitas jaringan ikat 5 sampai 10 kali lebih
baik seperti colagen kulit, otot, tendon, ligamen dan kapsul sendi
akibat viskositas matrik jaringan, tetapi terbatas pada jaringan ikat
yang letak kedalamannya kurang dari 3 cm.
3) Jaringan Otot
Selain meningkatkan elastisitas jaringan otot, juga menurunkan
tonus otot lewat normalisasi noci sensorik.
4) Jaringan Saraf
a) Meningkatkan elastistas pembungkus jaringan saraf.
b) Meningkatkan konduktivitas saraf dan meningkatkan ambang
rangsang.
c. Efek Terapeutik
Hanya satu sisi yang dapat diradiasi pada satu waktu, dan hal ini
lebih cocok untuk terapi pada daerah lokal dibanding pada area yang luas.
1) Penyembuhan proses perbaikan jaringan secara fisiologis.
2) Nyeri, hipertoni, gangguan vaskularisasi.
Nyeri diakibatkan dari metabolisme tubuh yang tidak lancar, efek yang
dihasilkan oleh Mikro Wave Dioathermy adalah energi panas maka efek
dari pengobatan panas tersebut dapat menyebabkan vasodilatasi pembuluh
15
darah sehingga sisa-sisa metabolisme yang terkandung dalam jaringan
akan cepat terangkut.
d. Dosis
Dosis yang di berikan pada kasus ini adalah 70 W (output) dengan
lamanya waktu terapi 20 menit dan jaraknya 15 cm. Waktu 20 menit
adalah waktu yang optimal sampai temperatur jaringan akan mencapai
steady state, dengan waktu ini peningkatan sirkulasi akan tercapai secara
maksimal. Sedangkan pada durasi yang lebih pendek tidak akan tercapai
secara maksimal. Intensitas dari Micro Wave Diathermy yang paling aman
adalah dengan toleransi pasien atau rasa hangat saja sehingga aman bagi
pasien. Frekuensi terapi pada Micro Wave Diathermy dapat diberikan
setiap hari secara berkala. Faktor yang membedakan frekuensi terapi
termasuk respon dari terapi dan kesempatan pasien untuk terapi, idealnya
terapi akan lebih bermanfaat jika diberikan setiap hari.
e. Indikasi dan Kontra Indikasi
1) Indikasi
a) Kelainan-kelainan pada sendi dan otot dan post traumatik.
b) Kelainan-kelaian pada saraf perifer seperti neuropati dan
neuralgia.
c) Bell’s palsy
d) Calcaneus spur
e) Cervical syndrome
f) Sinusitis
16
2) Konta Indikasi
a) Gangguan sensibilitas
b) Pace makers
c) Pendarahan akut pada arae terapi
d) Demam
e) Tumor ganas
2. Exercise Therapy
Program latihan yang diberikan disini dimaksudkan untuk program
latihan di rumah, dikerjakan sendiri oleh pasien dirumah setelah mendapat
instruksi- instruksi atau demonstrasi oleh fisioterapis. Pada permulaannya
pasien-pasien ini latihan langsung fisioterapis baik secara perorangan
maupun secara kelompok (class exercises). Dengan demikian petunjuk-
petunjuk praktis yang tertulis dalam makalah ini akan lebih mudah diikuti
dan dilakukan secara benar.
Kondisi nyeri tengkuk lokal (tension headache) dengan melakukan
latihan-latihan methode Mc. Kenzie ternyata mempunyai hasil yang
memuaskan. Pada kondisi spondylosis cervicalis dengan disertai keluhan-
keluhan neurologis lain juga menunjukan hasil yang baik.
Jika pasien sudah mulai dengan program latihan ini, maka diminta
pasien untuk memantau atau mengamati perkembangan nyerinya. Bila ada
kemajuan artinya nyeri makin kurang, diteruskan, sedangkan apabila
17
nyerinya bertambah hebat maka latihan dihentikan, kemudian konsultasi
dengan fisioterapi atau ke dokter.
Juga apabila kondisi nyeri tengkuk disertai dengan gejala-gejala
seperti tersebut dibawah sebaiknya konsultasi terlebih dahulu kepada
fisioterapis atau kepada dokter sebelum ikut melakukan program latihan
ini. Gejala yang dimaksud adalah:
a. Nyeri tengkuk disertai didaerah pergelangan tangan atau ditangan
dengan kesemutan, kebas / baal dijari-jari / telapak tangan.
b. Nyeri tengkuk dari cidera baru dan berat.
c. Nyeri tengkuk disertai nyeri kepala yang bertambah, jika perlu kontrol
mata / kacamata.
d. Nyeri tengkuk disertai nyeri kepala dengan nauses dan pusing kepala.
Tujuan Exercise Therapy ini antara lain adalah:
1) Mengurangi nyeri dan ketegangan otot.
2) Menambah jarak gerak sendi (ROM) dari leher.
3) Mengembalikan / koreksi terhadap sikap tubuh / posture.
4) Mengembalikan fungsi.
Exercise Therapy yang diberikan disini yang merupakan program
latihan terdiri dari 2 macam, yaitu:
1. Latihan Rhithmic Stabilization
2. Latihan Methode Mc. Kenzie
18
1. Latihan Rhithmic Stabilization
Latihan ini dimaksud untuk memperoleh tambahan jarak gerak
sendi (range of mation) pada kekauan sendi dimana saja ditubuh, yang
diakibatkan oleh spasme otot yang berlebihan. Dalam kasus ini yaitu nyeri
tengkuk otot-otot tengkuk spasme menyebabkan leher sukar digerakkan
fleksi, extensi, rotasi kekanan, kiri. Tehniknya dengan memberikan
“Maksimum Isometrik Kontraktion” pada kelompok otot baik agonis
maupun antagonisnya, kemudian diikuti relaksasi otot-otot tadi. Pengaruh
relaksasi otot setelah diisometrik kontraksi tadi akan memberi kemudahan
terhadap gerakan sendinya. Juga valkularisasi bertambah baik akibat
pengaruh pompaan sewaktu kontraksi otot dan relaksasi otot. Kelompok
otot yang di berikan latihan isometrik kontraksi ini yaitu fleksor leher,
extensor leher, dan lateral fleksor leher kanan/kiri.
a) Isometrik kontraksi otot fleksor leher.
Posisi duduk dikursi/stool, taruh kedua telapak tangan dikening.
Tekankan kepala kuat-kuat ketelapak tangan tadi dan telapak tangan
menahan sehingga tidak timbul gerak fleksi kepala. Tahan sehingga 5
kali hitung dan relax. Ulangi lagi latihan ini sehingga 6-8 kali tiap
session latihan. Sebagai variasi dapat dipakai bola volly yang ditaruh
dikening dan tembok. Pasien berdiri menghadap dinding. Tekan
kening ke bola / dinding sambil menekan bola ini kekanan dan kekiri.
19
b) Isometrik kontraksi otot extensor leher
Posisi duduk dikursi/stool, taruh kedua telapak tangan di
occipital kepala. Tekankan kepala ketelapak tangan dab telapak
menahan hingga tidak timbul gerak extensi kepala. Tahan hingga 5
kali hitung kemudian relax. Ulangi 6-8 kali tiap session latihan.
Variasi dengan bola dapat pula dilakukan seperti diatas hanya dalam
hal ini bola di taruh di occipital kepala.
c) Isometrik kontraksi otot lateral fleksor leher kanan/kiri.
Taruh telapak tangan di lateral kepala, kira-kira diatas telinga
kemudian dilakukan latihan-latihan menekan kesamping dan ditahan
hingga tidak timbul gerak ke samping.
2. Latihan Methode Mc. Kenzie
Tujuan latihan ini adalah mengulangi / menghilangkan nyeri dan
bila mungkin mengembalikan fungsi normal yaitu gerakan leher bebas
sampai ROM penuh. Jika latihan untuk mengurangi nyeri, gerak dilakukan
sampai timbul nyeri dan berhenti, kemudian kembali ke posisi awal.
Sedangkan pada keadaan kaku tengkuk, gerak leher samapai batas kaku
kemudian ditambah sedikit pasif/tekanan untuk melawan kekakuan tadi
secara pelan-pelan dan hati-hati. Sebelum mengikuti program latihan ini
pasien ases atau pemeriksaan dengan Verbal Discrip Scale (VDS). Semua
perubahan dicatat dikartu misalnya: nyeri berkurang / bertambah, letak
20
nyeri tetap / berpindah kedistal, dan lain-lain untuk diadakan konsultasi
dengan dokter atau fisioterapis.
21