bab ii ( kti )

27
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Kasus 1. Definisi Sindroma Cervical adalah sindrom atau keadaan yang ditimbulkan oleh adanya iritasi atau kompresi pada radik daerah cervical yang ditandai dengan adanya rasa nyeri pada leher (tengkuk) yang dijalarkan kebahu dan lengan sesuai dengan radik yang terkena. http://medicastore.com. 2. Anatomi a. Sistim tulang 1). Arcus Adalah bangunan yang merupakan lempengan dan simetris antara kanan dan kiri, terletak pada posterior corpus ini disebut radiks arcus vertebralis. Disebelah posterior dari lengkung ini bertemu linea mediana posterior dan 4

Upload: thariiot

Post on 29-Dec-2015

21 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II ( KTI )

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Kasus

1. Definisi

Sindroma Cervical adalah sindrom atau keadaan yang ditimbulkan

oleh adanya iritasi atau kompresi pada radik daerah cervical yang ditandai

dengan adanya rasa nyeri pada leher (tengkuk) yang dijalarkan kebahu dan

lengan sesuai dengan radik yang terkena. http://medicastore.com.

2. Anatomi

a. Sistim tulang

1). Arcus

Adalah bangunan yang merupakan lempengan dan simetris

antara kanan dan kiri, terletak pada posterior corpus ini disebut radiks

arcus vertebralis. Disebelah posterior dari lengkung ini bertemu linea

mediana posterior dan selanjutnya membentuk tonjolan seperti duri

yang disebut prosessus spinosus. Tonjolan meruncing pada batas

dataran radiks dan arus lateral disebut prosessus.

2). Foramen Vertebralis

Vertebralis Cervicalis membentuk suatu columna vertebralis,

dengan sendirinya tiap foramen vertebrae yang lain membentuk

4

Page 2: BAB II ( KTI )

kanalis di dalam columna vertebralis yang ditempati oleh medulla

spinalis, yaitu foramen vertebralis.

3). Vertebra Cervicalis

Terdiri dari tujuh vertebrae, yang masing – masing terhubung

dengan yang lain. Pada vertebra cervicalis satu sampai enam

mempunyai corpus kecil. Processusnya bersifat bifida bercabang dua .

Processusnya transversusnya mempunyai foramen transversum yang

membagi posterior. Tetapi pada cervical enam terdapat pembesaran

dari tuberculum anterior yang disebut tuberkulum karotikus yang

terletak di arteria koratikus.

Sedangkan pada vertebra cervical tujuh terdapat perbedaan

susunan dengan vertebra cervicalis lainnya karena processus

spinosusnya disini meruncing menuju ke dorsal dan tidak bercabang

menjadi dua lagi dan sangat menonjol sehingga mudah diraba dari

luar. Oleh karena itu vertebra cervical tujuh disebut vertebrae

prominensus. Selain itu perbedaan yang lainnya adalah foramen

transversum sangat kecil, sebab belum dilalui oleh pembuluh darah.

b. Sistim Otot

Sesuai dengan kondisi cervical syndrome ini, maka dalam bab

ini penulis akan menuliskan otot grup ekstensor cervical yang meliputi

sebagai berikut :

5

Page 3: BAB II ( KTI )

Gambar 1 Otot – otot pada leher

Keterangan Gambar :

1. M. Spinalis Cervitis

2. M. Splenius Capitis

3. M. Levator Scapula

4. M. Romboideus

5. M. Supraspinatus

6. Spina Scapula

7. Upper Trapezius

8. M. Sternocleidomastoideus

6

Page 4: BAB II ( KTI )

3. Etiologi

Nyeri leher dapat timbul dari kelainan-kelainan pada otot, ligament

sendi tulang. Sidharta (1984). Tekanan pada salah satu akar spinal

menyebabkan timbulnya gejala-gejala monoseksual seperti parastesis,

gejala-gejala kemacetan fungsinya saraf rasa atau motorik. A.N. de Wolf

(1994). Batuk bersin atau mengejan kadang-kadang akan mengakibatkan

rasa sakit di leher bertambah keras. Dalam hal adanya tekanan pada

durameter, terutama flexi leher menimbulkan rasa sakit yang amat sangat

dan flexi leher tersebut biasanya terbatas. Berbagai macam penyebab

cervical syndrome salah satunya karena isometrik yang terlalu lama dan

istirahat yang kurang atau yang di sebut tension headache.

4. Patologi

Sakit kuduk kepala yang sering di jumpai pada penderita tension

headache yang jelas memiliki faktor kepribadian psikoneurotik atau faktor

sikap badaniah yang salah akibat keadaan stress mental atau sikap badan

yang salah dalam melakukan pekerjaan sehari – hari. Pada pemeriksaan

fisik sering kali tidak di jumpai kelainan, kecuali nyeri tekan dan nyeri

gerak pada suboksipital kepala tempat otot kapitis melekat pada tulang

oksipitalis. Tempat itu merupakan trigger point dimana sikap kepala dan

leher mengalami ketegangan dan mengakibatkan adanya nyeri gerak dan

nyeri tekan.

7

Page 5: BAB II ( KTI )

5. Tanda dan Gejala

Adapun gejala yang khas dari Cervical Syndrome yaitu rasa nyeri

yang menjalar megikuti alur segmentasi serabut saraf yang lesi sehingga

disebut dengan kelemahan otot berdasarkan distribusi myotom yaitu :

a. Terjadi spasme otot

b. Gangguan sensibilitas pada segmen dermatom

c. Gangguan postural yang terjadi akibat menghindari posisi nyeri

d. Pada kondisi kronis timbul kontraktur otot dan kelemahan otot

pada regio cervical.

6. Prognosis

Prognosis pada penderita cervical syndrome pada umumnya baik

terhadap gerak dan fungsi tergantung pada usia, jenis kelamin, pekerjaan

dan kondisi pasien.

7. Diagnosis Banding

Banyaknya kondisi yang dapat menimbulkan nyeri leher dan bahu

serta rasa tidak nyaman pada ekstremitas. Semua itu harus dibedakan dari

mana asalnya dan bagaimana mekanisme terjadinya. Diagnosis banding

untuk ini adalah :

8

Page 6: BAB II ( KTI )

a. Carpal Tunel Syndrome

Adalah suatu gejala muncul bila ada penekanan nervus medianus

oleh ligamen transversum sehingga timbul kesemutan, nyeri menjalar ke

tangan. Cailliet (1991).

b. Thracic outlet syndrome

1) Anterior scanlenesi sindrome

Disebabkan karena adanya kompresi bundle neurovaskuler diantara

otot scanleni dan costa pertama. Gejalanya adalah numbness, tilling,

dilengan otot jari-jari tangan. Nyeri ini letaknya dalam biasanya datang

setelah duduk lama. Cailliet (1991).

2) Pectoralis minor syndrome

Muncul bila ada penekanan bundle neuromuscular diantara bagian

antero lateralis atas dan otot pectoralis minor. Caillet (1991).

c. Claviculo costa syndrome

Timbulnya karena adanya penekanan pada bundle neurovasculer

saat melewati belakang clavicula disebelah anterior costa pertama, gejala

lainnya adalah adanya dropy posture yaitu posturnya salah, lelah, cemas

dan depresi. Cailliet (1991).

9

Page 7: BAB II ( KTI )

B. Deskripsi Problematika Fisioterapi

Problematika fisioterapi dikelompokkan menjadi 3 kategori yaitu :

1. Impairment

Adalah suatu gangguan setingkat jaringan atau bisa juga suatu

keluhan yang dirasakan oleh pasien yang berhubungan dengan penyakit

penderita. Pada kasus ini ditemukan adanya impairment yaitu:

a) Nyeri

Adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak

nyaman, yang berkaitan dengan kerusakan atau berpotensi

merusak jaringan. Definisi tersebut berdasarkan kepada sifat

nyeri yang merupakan pengalaman subjektif yang bersifat

individual.

Pada prinsipnya nyeri adalah ketidak seimbangan aktivitas

antara subresor dan depresor pada fase tertentu akibat adanya

gangguan atau cedera pada jaringan tertentu.

b) Keterbatasan Lingkup Geraka Sendi pada Leher

Adalah luas gerakan yang bisa dilakukan oleh suatu sendi.

Lingkup gerak sendi merupakan ruang gerak atau batas – batas

gerakan - gerakan dari suatu kontraksi otot dalam melakukan

gerakan apakah otot tersebut dapat memendek atau memanjang

secara penuh atau tidak.

10

Page 8: BAB II ( KTI )

c) Kekuatan Otot

Otot adalah kemampuan seseorang dalam

mengkontraksikan otot atau grup ototnya secara seimbang.

2. Fungsional Limitation

Merupakan suatu problem yang berupa penurunan atau

keterbatasan saat melakukan aktivitas-aktivitas fungsional sebagai akibat

dari adanya impairment. Dalam kasus ini ditemukan adanya functional

limitation berupa adanya penurunan atau keterbatasan dan tingkat

kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas fungsional sehari – hari

seperti menyetir dan duduk yang terlalu lama.

3. Disability

Merupakan suatu problem yang berupa terhambatnya atau ke tidak

mampuan penderita untuk kembali melakukan aktivitas yang berhubungan

dengan pekerjaan nya semula dan aktivitas sosialisasi dengan masyarakat

sebagai akibat dari adanya impairment dan finctional limitation. Dalam

beberapa kasus ditemukan adanya disabiliti yang berupa adanya

keterbatasan dalam beraktivitas yaitu pada saat menyetir dan duduk terlalu

lama.

11

Page 9: BAB II ( KTI )

C. Teknologi Interverensi Fisioterapi

Modalitas fisioterapi yang digunakan dalam penanganan ini adalah

Micro Wave Diathermy dan Exercise Therapy dengan metode Static

Contracsi dan Mc. Kenzie. (Kumpulan Makalah Fisioterapi TITAFI, VI).

1. Micro Wave Diathermy (MWD)

Micro Wave Diathermy terapi merupakan sesuatu pengobatan

dengan menggunakan stresor fisis berupa energi elektromagnetik yang

dihasilkan oleh arus listrik bolak-balik frekuensi 2450 MHz, dengan

panjang gelombang 12,25 cm. Tetapi ada juga Micro Wave Diathermy

(MWD) yang menggunakan frekuensi 433,92 MHz, dengan panjang

gelombang 69 cm. Sujatno (1993)

a. Efek Biofisika

peristiwa-peristiwa yang terjadi saat gelombang elektromagnetik

pada Micro Wave Diathermy diaplikasikan ke jaringan :

1) Penetrasi

Efektifitas penetrasi gelombang mikro sangat tergantung

pada besarnya tahanan yang ada pada jaringan yang ditembus oleh

gelombang micro. Secara umum , energi dari gelombang menurun

secara eksponsial dengan besarnya jarak yang dilalui dan

mengalami penurunan dengan naiknya frekuensi. Jaringan dengan

kadar air lebih rendah dapat ditembus lebih dalam dibandingkan

dengan jaringan yang kadarnya airnya lebih tinggi.

12

Page 10: BAB II ( KTI )

2) Absorpsi

Energi elektromagnetik diubah menjadi energi panas

ketika mereka berinteraksi dengan molekul dari jaringan yang lain.

Molekul non polar akan mengarah ke kutub pada area yang dikenai

gelombang mikro Molekul bipolar akan berputar bolak-balik, ion

akan bergetar pada area tersebut. Total energi micro wave

diathermy yang akan diubah menjadi energi panas. Perbedaan sifat

listrik dan berbagai jaringan menentukan jumlah absorpsi energi

yang terjadi, sebagai contoh otot dan jaringan yang mengandung

dielektrik tinggi akan menyerap lebih banyak energi

elektromagnetik dibandingkan dengan lemak dan tulang.

3) Pemantulan

Besarnya bagian gelombang yang mencapai jaringan

letaknya lebih dalam tergantung dari jumlah energi yang

dipantulkan pada perpindahan gelombang yaitu pada tahap kontak

udara kulit, kulit lemak dan lemak otot. Pada kontak udara dengan

lemak energi dipantulkan ke kuli, pada kontak lemak dengan otot

energi kembali ke lemak subcutaneus.

4) Konduksi Panas

Respon fisiologis akibat dari pancaran gelombang

elektromagnetik tergantung pada reaksi jaringan terhadap kenaikan

suhu dan jumlah energi yang diserap. Pengaturan suhu tubuh diatur

oleh jantung, sistem hormon dan kontrol saraf. Panas yang

13

Page 11: BAB II ( KTI )

diberikan pada kulit (diarea yang terbatas) menyebabkan naiknya

aliran darah pada kulit tersebut, yang akan mendistribusikan panas

ke daerah lainnya. Meningkatnya sirkulasi ini diikuti dengan

vasodilatasi. Panas yang ringan menghasilkan penurunan reflek

pada tonus otot meninggi, sehingga peningkatan aliran darah otot

berperan dalam mekanisme ini, bersamaan dengan pemindahan

rasa nyeri.

b. Efek Fisiologis

Gelombang elektromagnetik dari Micro Wave Diathermy yang

diserap oleh jaringan, menimbulkan produksi panas, tetapi bentuk

distribusinya berbeda dengan pemanasan yang lain. Daya tembusnya

lebih dari sinar infra merah. Micro wave diathermy tidak dapat

digunakan utuk mengobati jaringan yang dalam letaknya. Daya

tembusnya rata-rata 3 cm. Dengan perlengkapan yang ada, micro wave

diathermy hanya dapat digunakan untuk mengobati satu satu samping

tubuh pada suatu pengobatan. Gelombang elektromagnetik yang

dihasilkan oleh micro wave diathermy banyak diserap oleh jaringan yang

banyak mengandung cairan. Maka jaringan yang banyak mengandung

darah akan menerima panas dari pada lemak.

1) Perubahan temperatur.

Reaksi lokal jaringan :

a) Meningkatkan metabolisme sel-sel lokal kira-lira 13% tiap

kenaikan temperatur 100c.

14

Page 12: BAB II ( KTI )

b) Penetrasi dan perubahan temperatur lebih terkonsentrasi pada

jaringan otot sebab jaringan otot lebih banyak mengandung

cairan atau darah.

2) Jaringan Ikat

Meningkatkan elastisitas jaringan ikat 5 sampai 10 kali lebih

baik seperti colagen kulit, otot, tendon, ligamen dan kapsul sendi

akibat viskositas matrik jaringan, tetapi terbatas pada jaringan ikat

yang letak kedalamannya kurang dari 3 cm.

3) Jaringan Otot

Selain meningkatkan elastisitas jaringan otot, juga menurunkan

tonus otot lewat normalisasi noci sensorik.

4) Jaringan Saraf

a) Meningkatkan elastistas pembungkus jaringan saraf.

b) Meningkatkan konduktivitas saraf dan meningkatkan ambang

rangsang.

c. Efek Terapeutik

Hanya satu sisi yang dapat diradiasi pada satu waktu, dan hal ini

lebih cocok untuk terapi pada daerah lokal dibanding pada area yang luas.

1) Penyembuhan proses perbaikan jaringan secara fisiologis.

2) Nyeri, hipertoni, gangguan vaskularisasi.

Nyeri diakibatkan dari metabolisme tubuh yang tidak lancar, efek yang

dihasilkan oleh Mikro Wave Dioathermy adalah energi panas maka efek

dari pengobatan panas tersebut dapat menyebabkan vasodilatasi pembuluh

15

Page 13: BAB II ( KTI )

darah sehingga sisa-sisa metabolisme yang terkandung dalam jaringan

akan cepat terangkut.

d. Dosis

Dosis yang di berikan pada kasus ini adalah 70 W (output) dengan

lamanya waktu terapi 20 menit dan jaraknya 15 cm. Waktu 20 menit

adalah waktu yang optimal sampai temperatur jaringan akan mencapai

steady state, dengan waktu ini peningkatan sirkulasi akan tercapai secara

maksimal. Sedangkan pada durasi yang lebih pendek tidak akan tercapai

secara maksimal. Intensitas dari Micro Wave Diathermy yang paling aman

adalah dengan toleransi pasien atau rasa hangat saja sehingga aman bagi

pasien. Frekuensi terapi pada Micro Wave Diathermy dapat diberikan

setiap hari secara berkala. Faktor yang membedakan frekuensi terapi

termasuk respon dari terapi dan kesempatan pasien untuk terapi, idealnya

terapi akan lebih bermanfaat jika diberikan setiap hari.

e. Indikasi dan Kontra Indikasi

1) Indikasi

a) Kelainan-kelainan pada sendi dan otot dan post traumatik.

b) Kelainan-kelaian pada saraf perifer seperti neuropati dan

neuralgia.

c) Bell’s palsy

d) Calcaneus spur

e) Cervical syndrome

f) Sinusitis

16

Page 14: BAB II ( KTI )

2) Konta Indikasi

a) Gangguan sensibilitas

b) Pace makers

c) Pendarahan akut pada arae terapi

d) Demam

e) Tumor ganas

2. Exercise Therapy

Program latihan yang diberikan disini dimaksudkan untuk program

latihan di rumah, dikerjakan sendiri oleh pasien dirumah setelah mendapat

instruksi- instruksi atau demonstrasi oleh fisioterapis. Pada permulaannya

pasien-pasien ini latihan langsung fisioterapis baik secara perorangan

maupun secara kelompok (class exercises). Dengan demikian petunjuk-

petunjuk praktis yang tertulis dalam makalah ini akan lebih mudah diikuti

dan dilakukan secara benar.

Kondisi nyeri tengkuk lokal (tension headache) dengan melakukan

latihan-latihan methode Mc. Kenzie ternyata mempunyai hasil yang

memuaskan. Pada kondisi spondylosis cervicalis dengan disertai keluhan-

keluhan neurologis lain juga menunjukan hasil yang baik.

Jika pasien sudah mulai dengan program latihan ini, maka diminta

pasien untuk memantau atau mengamati perkembangan nyerinya. Bila ada

kemajuan artinya nyeri makin kurang, diteruskan, sedangkan apabila

17

Page 15: BAB II ( KTI )

nyerinya bertambah hebat maka latihan dihentikan, kemudian konsultasi

dengan fisioterapi atau ke dokter.

Juga apabila kondisi nyeri tengkuk disertai dengan gejala-gejala

seperti tersebut dibawah sebaiknya konsultasi terlebih dahulu kepada

fisioterapis atau kepada dokter sebelum ikut melakukan program latihan

ini. Gejala yang dimaksud adalah:

a. Nyeri tengkuk disertai didaerah pergelangan tangan atau ditangan

dengan kesemutan, kebas / baal dijari-jari / telapak tangan.

b. Nyeri tengkuk dari cidera baru dan berat.

c. Nyeri tengkuk disertai nyeri kepala yang bertambah, jika perlu kontrol

mata / kacamata.

d. Nyeri tengkuk disertai nyeri kepala dengan nauses dan pusing kepala.

Tujuan Exercise Therapy ini antara lain adalah:

1) Mengurangi nyeri dan ketegangan otot.

2) Menambah jarak gerak sendi (ROM) dari leher.

3) Mengembalikan / koreksi terhadap sikap tubuh / posture.

4) Mengembalikan fungsi.

Exercise Therapy yang diberikan disini yang merupakan program

latihan terdiri dari 2 macam, yaitu:

1. Latihan Rhithmic Stabilization

2. Latihan Methode Mc. Kenzie

18

Page 16: BAB II ( KTI )

1. Latihan Rhithmic Stabilization

Latihan ini dimaksud untuk memperoleh tambahan jarak gerak

sendi (range of mation) pada kekauan sendi dimana saja ditubuh, yang

diakibatkan oleh spasme otot yang berlebihan. Dalam kasus ini yaitu nyeri

tengkuk otot-otot tengkuk spasme menyebabkan leher sukar digerakkan

fleksi, extensi, rotasi kekanan, kiri. Tehniknya dengan memberikan

“Maksimum Isometrik Kontraktion” pada kelompok otot baik agonis

maupun antagonisnya, kemudian diikuti relaksasi otot-otot tadi. Pengaruh

relaksasi otot setelah diisometrik kontraksi tadi akan memberi kemudahan

terhadap gerakan sendinya. Juga valkularisasi bertambah baik akibat

pengaruh pompaan sewaktu kontraksi otot dan relaksasi otot. Kelompok

otot yang di berikan latihan isometrik kontraksi ini yaitu fleksor leher,

extensor leher, dan lateral fleksor leher kanan/kiri.

a) Isometrik kontraksi otot fleksor leher.

Posisi duduk dikursi/stool, taruh kedua telapak tangan dikening.

Tekankan kepala kuat-kuat ketelapak tangan tadi dan telapak tangan

menahan sehingga tidak timbul gerak fleksi kepala. Tahan sehingga 5

kali hitung dan relax. Ulangi lagi latihan ini sehingga 6-8 kali tiap

session latihan. Sebagai variasi dapat dipakai bola volly yang ditaruh

dikening dan tembok. Pasien berdiri menghadap dinding. Tekan

kening ke bola / dinding sambil menekan bola ini kekanan dan kekiri.

19

Page 17: BAB II ( KTI )

b) Isometrik kontraksi otot extensor leher

Posisi duduk dikursi/stool, taruh kedua telapak tangan di

occipital kepala. Tekankan kepala ketelapak tangan dab telapak

menahan hingga tidak timbul gerak extensi kepala. Tahan hingga 5

kali hitung kemudian relax. Ulangi 6-8 kali tiap session latihan.

Variasi dengan bola dapat pula dilakukan seperti diatas hanya dalam

hal ini bola di taruh di occipital kepala.

c) Isometrik kontraksi otot lateral fleksor leher kanan/kiri.

Taruh telapak tangan di lateral kepala, kira-kira diatas telinga

kemudian dilakukan latihan-latihan menekan kesamping dan ditahan

hingga tidak timbul gerak ke samping.

2. Latihan Methode Mc. Kenzie

Tujuan latihan ini adalah mengulangi / menghilangkan nyeri dan

bila mungkin mengembalikan fungsi normal yaitu gerakan leher bebas

sampai ROM penuh. Jika latihan untuk mengurangi nyeri, gerak dilakukan

sampai timbul nyeri dan berhenti, kemudian kembali ke posisi awal.

Sedangkan pada keadaan kaku tengkuk, gerak leher samapai batas kaku

kemudian ditambah sedikit pasif/tekanan untuk melawan kekakuan tadi

secara pelan-pelan dan hati-hati. Sebelum mengikuti program latihan ini

pasien ases atau pemeriksaan dengan Verbal Discrip Scale (VDS). Semua

perubahan dicatat dikartu misalnya: nyeri berkurang / bertambah, letak

20

Page 18: BAB II ( KTI )

nyeri tetap / berpindah kedistal, dan lain-lain untuk diadakan konsultasi

dengan dokter atau fisioterapis.

21