yuli salfiah-kti bab i ii iii iv v vi

41
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan manusia dimulai sejak masa janin dalam rahim ibu. Sejak itu, manusia kecil telah memasuki\\ masa perjuangan hidup yang salah satunya menghadapi kemungkinan kurangnya zat gizi yang diterima dari ibu yang mengandungnya. Jika zat gizi yang diterima dari ibunya tidak mencukupi maka janin tersebut akan mempunyai konsekuensi kurang menguntungkan dalam kehidupan berikutnya. Sejarah klasik tentang dampak kurang gizi selama kehamilan terhadap outcome kehamilan telah banyak didokumentasikan. Fenomena the Dutch Famine menunjukkan bahwa bayi-bayi yang masa kandungannya (terutama trimester 2 dan 3) jatuh pada saat-saat paceklik mempunyai rata-rata berat badan, panjang badan, lingkar kepala, dan berat placenta yang lebih rendah dibandingkan bayi-bayi yang masa kandungannya tidak terpapar masa paceklik dan hal ini terjadi karena adanya penurunan asupan kalori, protein dan zat gizi essential lainnya(Depkes,2011). Menurut (Goldon,2005) pertumbuhan janin terhambat-PJT (Intrauterine growth restriction) diartikan sebagai suatu kondisi dimana janin berukuran lebih kecil dari standar ukuran biometri normal pada usia kehamilan. Kadang pula istilah PJT sering diartikan sebagai kecil untuk masa kehamilan- KMK (small for gestational age). Umumnya janin dengan PJT memiliki taksiran berat dibawah persentil ke-10. Artinya janin memiliki berat kurang dari 90 % dari keseluruhan janin dalam usia kehamilan yang sama. Janin

Upload: aci-san

Post on 23-Nov-2015

54 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

zzz

TRANSCRIPT

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Kehidupan manusia dimulai sejak masa janin dalam rahim ibu. Sejak

    itu, manusia kecil telah memasuki\\ masa perjuangan hidup yang salah satunya

    menghadapi kemungkinan kurangnya zat gizi yang diterima dari ibu yang

    mengandungnya. Jika zat gizi yang diterima dari ibunya tidak mencukupi maka

    janin tersebut akan mempunyai konsekuensi kurang menguntungkan dalam

    kehidupan berikutnya. Sejarah klasik tentang dampak kurang gizi selama

    kehamilan terhadap outcome kehamilan telah banyak didokumentasikan.

    Fenomena the Dutch Famine menunjukkan bahwa bayi-bayi yang masa

    kandungannya (terutama trimester 2 dan 3) jatuh pada saat-saat paceklik

    mempunyai rata-rata berat badan, panjang badan, lingkar kepala, dan berat

    placenta yang lebih rendah dibandingkan bayi-bayi yang masa kandungannya

    tidak terpapar masa paceklik dan hal ini terjadi karena adanya penurunan

    asupan kalori, protein dan zat gizi essential lainnya(Depkes,2011).

    Menurut (Goldon,2005) pertumbuhan janin terhambat-PJT

    (Intrauterine growth restriction) diartikan sebagai suatu kondisi dimana janin

    berukuran lebih kecil dari standar ukuran biometri normal pada usia kehamilan.

    Kadang pula istilah PJT sering diartikan sebagai kecil untuk masa kehamilan-

    KMK (small for gestational age). Umumnya janin dengan PJT memiliki

    taksiran berat dibawah persentil ke-10. Artinya janin memiliki berat kurang

    dari 90 % dari keseluruhan janin dalam usia kehamilan yang sama. Janin

  • 2

    dengan PJT pada umumnya akan lahir prematur (37 minggu).

    IUFD merupakan kematian janin yang berkaitan dengan ekspulsi komplet atau

    ekstraksi hasil konsepsi dari Ibu, pada durasi yang tidak dapat diperkirakan di dalam masa

    kehamilan, dan merupakan terminasi kehamilan yang tidak diinduksi Angka insidensi

    kematian janin di dunia diperkirakan mencapai rentang 2,14 - 3,82 juta jiwa (Gamella

    2008).

    BBLR merupakan masalah besar karena memberikan konstribusi tinggi

    terhadap kematian neonatal. Diperkirakan, sebanyak 70% kematian neonatal

    disebabkan oleh BBLR, 76% meninggal pada jam pertama kelahiran dan lebih

    dari 2/3 meninggal pada minggu pertama kehidupan. WHO mengestimasikan

    pada tahun 2003 insiden BBLR di Indonesia sebesar 10,5%, IUGR 19,8%,

    kelahiran prematur 18,5% dan kematian bayi 33 per 1.000 kelahiran hidup.

    Penelitian ini telah dilakuan di pendahuluan di dua Rumah Sakit Umum (RSU)

    Banjarmasin selama periode 5 tahun terakhir menunjukkan insiden BBLR yang

    bervariasi, RSU Ansyari Saleh 10%-12% dan RSUD Ulin 18%-22% (Depkes,

    2010, Download).

    Menurut World Health Organisation (WHO) setiap tahun di dunia

    diperkirakan lahir sekitar 20 juta bayi berat lahir rendah (BBLR). Kelahiran

    BBLR sebagian disebabkan oleh lahir sebelum waktunya (prematur), dan

    sebagian oleh karena mengalami gangguan pertumbuhan selama masih dalam

    kandungan (IUGR). Di negara berkembang, BBLR banyak dikaitkan dengan

    tingkat kemiskinan. BBLR merupakan penyumbang utama angka kematian

  • 3

    pada neonatus. Menurut perkiraan WHO, terdapat 5 juta kematian neonatus

    setiap tahun dengan angka mortalitas neonatus (kematian dalam 28 hari

    pertama kehidupan) adalah 34 per 1000 kelahiran hidup, dan 98% kematian

    tersebut berasal dari negara berkembang. Secara khusus angka kematian

    neonatus di Asia Tenggara adalah 39 per 1000 kelahiran hidup. Dalam laporan

    WHO yang dikutip dari State of the worlds mother 2007 (data tahun 2000-

    2003) dikemukakan bahwa 27% kematian neonatus disebabkan oleh Bayi

    Berat Lahir Rendah karena mengalami gangguan pertumbuhan selama masih

    dalam kandungan (IUGR).

    Di negara maju angka prematuritas sesuai kriteria WHO adalah antara

    5 10 %, sedangkan di Indonesia belum jelas, karena masih banyak bayi lahir

    dengan berat badan yang rendah atau BBLR, yaitu sekitar 14 17 % yang

    terbanyak disebabkan karena kurang gizi pada masa kehamilannya sehingga

    lahir dismatur, yaitu berat badan lahir yang tidak sesuai dengan usia kehamilan,

    Kecil Menurut Kahamilan atau (KMK) Angka angka di atas mencerminkan

    baik tidaknya sosial-ekonomi dan menentukan pola demografi di suatu daerah

    atau negara. Di Indonesia, jumlah anak di dalam satu keluarga dianjurkan

    untuk tidak melebihi dua anak untuk menjamin kelangsungan hidup yang

    optimal, fisik, sosial dan mental bagi setiap anak yang dilahirkan. Untuk itu

    secara nasionaldi Indonesia telah sampai pada gerakan keluarga berencana

    yang mandiri (Varney, 2007).

  • 4

    Di berbagai negara berkembang di dunia, angka kematian janin semakin bertambah

    seiring dengan tingkat kesejahteraan rakyat dan kualitas pelayanan kesehatan di negara

    tersebut.Pelaporan angka insidensi kematian janin juga masih terbatas dan belum

    terdokumentasi dengan baik. Padahal laporan tersebut dapat menjadi acuan atau rujukan

    yang berguna dalam memperbaiki kinerja tenaga kesehatan maternal yang ada (Ayu

    agustin, 2012).

    Jenjang pendidikan akademik diploma III merupakan jenjang

    pendidikan tinggi. Menurut Notoadmojo (2010) pendidikan dapat

    mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup

    terutama dalam memotivasi sikap berperan serta dalam pembangunan. Pada

    umumnya makin tinggi pendidikan seseorang maka makin mudah menerima

    informasi dan semakin luas pengetahuannya.

    Pendidikan kebidanan memiliki kurikulum wajib seperti mata kuliah

    Askeb hamil dan Askeb persalinan yang setiap mahasiswi mempelajari

    mengenai kelainan yang terjadi pada ibu hamil dan bayi, dari hasil studi

    pendahuluan yang penulis lakukan dari 10 orang mahasiswi Prodi D-III

    kebidanan STIKes Ubudiyah mengenai IUGR terhadap kejadian IUFD 6

    diantaranya tidak mempunyai pengetahuan tentang tentang IUGR terhadap

    kejadian IUFD dan 4 mahasiswa mempunyai pengetahaun tentang IUGR

    terhadap kejadian IUFD.(STIKes Ubudiyah,2013)

    Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk

    meneliti lebih lanjut mengenai gambaran pengetahuan mahasisiwi kebidanan

  • 5

    mengenai IUGR sebagai penyebab kejadian IUFD pada ibu hamil di Prodi D-

    III Kebidanan STIKes UBudiyah.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan

    permasalahannya adalah bagaimanakah gambaran pengetahuan mahasisiwi

    kebidanan mengenai IUGR sebagai penyebab kejadian IUFD pada ibu hamil

    di Prodi D-III Kebidanan STIKes UBudiyah?.

    C. Tujuan Penelitian

    1. Tujuan Umum

    Untuk mengetahui gambaran pengetahuan mahasisiwi kebidanan

    mengenai IUGR sebagai penyebab kejadian IUFD pada ibu hamil di

    Prodi D-III Kebidanan STIKes UBudiyah.

    2. Tujuan Khusus

    a. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan mahasisiwi kebidanan

    mengenai IUGR sebagai penyebab kejadian IUFD pada ibu hamil

    ditinjau dari informasi.

    b. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan mahasisiwi kebidanan

    mengenai IUGR sebagai penyebab kejadian IUFD pada ibu hamil

    di tinjau dari pengalaman.

  • 6

    D. Manfaat Penelitian

    1. Bagi Peneliti

    Proposal ini diharapkan dapat memberikan masukan dan pengetahuan

    untuk menambah wawasan penulis tentang gambaran pengetahuan

    mahasisiwi kebidanan mengenai IUGR sebagai penyebab kejadian

    IUFD pada ibu hamil di Prodi D-III Kebidanan STIKes UBudiyah.

    2. Bagi tempat penelitian

    Proposal ini diharapkan dapat digunakan sebagai sarana penambah

    informasi menjadi masukan dan sebagai pertimbangan untuk membuat

    kebijakan dalam bidang KIA, sehingga kejadian IUGR dapat

    diantisipasi sedini mungkin.

    3. Bagi institusi

    Proposal ini diharapkan dapat memberikan masukan tentang gambaran

    pengetahuan mahasisiwi kebidanan mengenai IUGR sebagai penyebab

    kejadian IUFD pada ibu hamil di Prodi D-III Kebidanan STIKes

    UBudiyah.

    4. Bagi Profesi Kebidanan

    Pedoman bagi tenaga profesi kebidanan Khususnya bidan agar dapat

    memberikan penyuluhan kepada ibu hamil tentang IUGR sebagai

    penyebab kejadian IUFD

  • 7

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Pengertian IUGR

    Istilah small gestational age (SGA) dan intrauterine growth retardation

    (IUGR) sering digunakan secara bergantian untuk menunjukkan pertumbuhan

    janin yang buruk, namun ada perbedaan minor secara terminology. SGA adalah

    apabila perkiraan berat janin (EFW) terhadap usia kehamilan berada dibawah

    persentil 10. Dari janin SGA yang didiagnosa (Rahmanurs, 2011).

    IUGR mengacu pada pertumbuhan janin yang telah dibatasi oleh

    lingkungan gizi yang tidak adekuat di dalam rahim, sehingga menyebabkan

    bayi baru lahir tidak mencapai potensi pertumbuhannya. Bayi ini kurang

    beruntung sebelum mereka memasuki dunia. Meskipun klasifikasi IUGR masih

    didasarkan pada data referensi kurang standar, ada tiga kelompok yang berbeda

    (Rahmanurs, 2011).

    Bayi baru lahir di Grup 1 adalah lahir setelah setidaknya usia kehamilan

    37 minggu dan berat badan lahir dari 2.500 gram. Dalam sebagian besar

    populas, ini adalah kelompok terbesar dari bayi baru lahir dipengaruhi oleh

    IUGR. Kelompok 2 bayi yang baru lahir yang prematur dan berat kurang dari

    persentil 10 saat lahir. Bayi yang baru lahir di Grup 3, sebuah kelompok yang

    lebih kecil, berat kurang dari persentil 10 (berada di bawah kurva), tetapi

    mempunyai berat lahir lebih besar dari 2.500 gram (dr.Suryawan ahmad,2005).

  • 8

    B. Etiologi

    Penyebab terjadinya IUGR terbahagi pada tiga kategori major yaitu

    pengaruh dari maternal, janin dan plasenta(Gomella et al, 2004).

    1. Faktor maternal

    a. Hipertensi dan penyakit vaskuler (hipertensi gestasional, autoimun).

    b. Diabetes.

    c. Infeksi viral dan parasit TORCH (Toxoplasmosis, Rubella,

    Citamegallo, Herpes) malaria, infeksi bacterial (penyakit menular

    seksual).

    d. Hipoksemia maternal (penyakit pulmonal, penyakit jantung sianotik,

    anemia berat).

    e. Toksin medikasi (warfarin), antikonvulsan, agen antineoplastik).

    f. Malformasi uterine atau fibroid.

    g. Thrombofilia (sindrom antifosfolipid).

    h. Berat badan ibu kurang berat badan pada awal kehamilan, malnutrisi

    kalori- protein atau ibu obesitas (BMI tinggi).

    i. Variasi sosiodemografi

    j. Merokok dan/atau pemakaian alcohol, dan/atau pemakaian bahan lain.

    k. Wanita dengan pertumbuhan terhambat, mempunyai riwayat

    kehamilan IUGR atau mempunyai kakak yang hamil IUGR.

    2. Faktor janin

    a. Kelainan bawaan (termasuk mereka dengan infeksi maternal).

  • 9

    b. Kelainan kromosom ( Sindrom Turner dan Sindrom Down), kelainan

    genetik lainnya yang tidak disebabkan oleh masalah kromosom adalah

    seperti Sindrom Russell-Silver, pertumbuhan tulang skeletal abnormal

    dan beberapa sindrom lain.

    c. Sindrom transfusi kembar ke kembar.

    d. Gestasi multiple.

    3. Faktor plasenta

    a. Plasenta infark.

    b. Trombosis pada pembuluh darah janin.

    c. Gangguan kronis prematur.

    d. Vili plasenta oedema.

    e. Anomali cord.

    C. Patofisiologi

    Faktor-faktor yang mempengaruhi berat badan janin termasuk jenis

    kelamin yaitu laki-laki lebih berat dari perempuan, paritas contohnya bayi yang

    lahir pertama lebih kecil, etnis tergantung norma-norma yang berbeda,

    ketinggian, ukuran ibu yaitu ibu besar mendapat bayi besar, jumlah janin yaitu

    berat lahir mengecil dengan meningkatkan jumlah janin dan insulin yaitu faktor

    hormonal yang paling penting (Pranoto,2012).

    Normal pertumbuhan intrauterin terjadi dalam 3 tahap. Mitosis cepat

    dan konten DNA meningkat (hiperplasia) terjadi selama trimester pertama

    (kehamilan 4-20 minggu). Trimester kedua (umur kehamilan 20-28 minggu)

    adalah periode hiperplasia dan hipertropi dengan mitosis menurun tetapi

  • 10

    peningkatan ukuran sel. Trimester ketiga (umur kehamilan 28-40 minggu)

    adalah periode peningkatan pesat dalam ukuran sel dengan cepat akumulasi

    lemak, otot dan jaringan ikat. Hambatan pertumbuhan selama trimester

    pertama menghasilkan janin yang sel yang berkurang tetapi berukuran normal,

    menyebabkan IUGR simetris. Contohnya termasuk pengekangan pertumbuhan

    melekat genetik, infeksi dan kelainan kromosom bawaan. Hambatan

    pertumbuhan selama trimester kedua dan ketiga menyebabkan ukuran sel

    mengecil dan berat badan janin dengan efek kurang pada panjang dan

    pertumbuhan kepala yang mengarah ke IUGR asimetris. Dengan onset

    kemudian, contoh termasuk kekurangan atau defisiensi gizi uteroplasenta

    selama trimester 3 (Ayu agustin,2012).

    D. Klasifikasi IUGR

    1. IUGR Simetrik

    Tipe IUGR ini menunjuk pada bayi dengan potensi penurunan

    pertumbuhan. Tipe IUGR ini dimulai pada gestasi yang lebih awal, dan

    semua fetus ini menurut perbandingan SGA. Lingkar dada dan kepala,

    panjang dan beratnya semua dibawah 10 persentil untuk usia kehamilan,

    tetapi bayi ini memiliki Indek Ponderal yang normal. Tipe IUGR simetrik

    merupakan akibat dari hambatan pertumbuhan pada awal kehamilan. Pada

    tahapan awal pertumbuhan embrio fetus, ditandai dengan mitosis pada usia

    kehamilan 4 sampai dengan 20 minggu yang disebut fase hiperplasti.

    Apabila ada kondisi patologis selama fase ini akan mengurangi jumlah sel

    untuk bayi. IUGR simetrik terjadi pada 20-30% pada fetus yang

  • 11

    mengalami hambatan pertumbuhan. Keadaan ini disebabkan adanya

    hambatan mitosis ketika terjadi infeksi dalam kandungan (misalnya,

    herpes simplek, rubella, cytomegalovirus dan toksoplasma), kelainan

    kromosom, dan kelainan congenital. Harus diingat, bagaimanapun, fetus

    yang simetrik mungkin secara aturan kecil dan menderita tetapi tidak

    semuanya mengalami ketidaknormala (Ayu agustin, 2012).

    Secara umum, IUGR simetrik berhubungan dengan prognosisi yang

    tidak baik ; ini berhubungan dengan kondisi phatologis yang

    menyebabkannya. Weiner dan Wiliamson menunjukkan,ada tidak adanya

    faktor resiko yang diidentifikasi dari ibu, diperkirakan 25% beberapa fetus

    yang dinilai, hambatan pertumbuhan yang dimulai lebih awal terjadi pada

    aneuploidy. Oleh karena itu, penilaian sample darah pada umbilical

    (Percutaneus Umbillical Blood Sampling), direkomendasikan untuk

    mengetahui Karyotipe abnormal.

    2. IUGR Asimetrik

    Tipe IUGR asymetrik menunjuk pada hambatan pertumbuhan

    pada neonatus dan frekuensi terbanyak berhubungan dengan isufisiensi

    uteroplasental. Tipe IUGR ini merupakan hasil keterlambatan

    pertumbuhan Tipe ini dan selalu terjadi sesudah minggu ke 28 dari

    kehamilan. Pada akhir trimester II, pertumbuhan fetus normal ditandai

    dengan adanya hipertropi. Pada fase hipertropi, secara cepat telah terjadi

    peningkatan ukuran sel dan pembentukan lemak, otot, tulang dan jaringan

    yang lainnya. Hambatan pertumbuhan fetus yang asimetrik, total jumlah

  • 12

    sel mendekati normal, tetapi sel sel tersebut mengalami

    penurunan/pengecilan ukuran. Fetus IUGR simetrik memiliki Indek

    Ponderal yang rendah dibandingkan dengan rata rata bawah berat bayi,

    tetapi ukuran lingkar kepala dan panjang lengan adalah normal. Pada

    beberapa kasus asimetrik IUGR, pertumbuhan fetus adalah normal sampai

    dengan akhir Trimester II dan awal Trimeseter III, ketika pertumbuhan

    kepala tetap normal, sedangkan pertumbuhan abdominal lambat (Brain

    Sparring Effect). Tipe asimetrik ini merupakan hasil dari mekanisme

    kompensasi fetus dalam memberikan reaksi terhadap fase penurunan

    perfusi plasenta. Terjadinya pendistribusian ulang dari Fetal Cardiac

    Output, dengan penurunan aliran ke otak, hati, dan adrenal dan penurunan

    cadangan glikogen dan liver mass. Bagaimanapun, isufisiensi plasenta

    adalah merugikan selama akhir kehamilan, pertumbuhan kepala menjadi

    rata, dan ukurannya mungkin menjadi turun pada curve pertumbuhan

    normal. Diperkirakan, 70% - 80% hambatan pada pertumbuhan fetus

    adalah tipe ini. IUGR ini seringkali berhubungan dengan penyakit ibu

    seperti Hipertensi kronis, gangguan ginjal, Diabetes Mellitus dengan

    vaskulopati, dan yang lainnya.

    E. Diagnosis

    1. Menentukan usia kehamilan.

    Menentukan usia kehamilan yang benar adalah penting. Menstruasi

    terakhir, ukuran rahim, time of quickening (gerakan kencang di perut

    yang disebabkan oleh aktivitas janin, yang dirasakan oleh ibu untuk

  • 13

    pertama kalinya), dan pengukuran USG awal digunakan untuk

    menentukan usia kehamilan (Gomella et al, 2004).

    2. Penilaian Janin

    a) Diagnosis klinis. Riwayat pasien akan meningkatkan indeks kecurigaan

    mengenai pertumbuhan suboptimal. Estimasi berat secara manual,

    pengukuran tinggi fundus secara serial, dan perkiraan dari ibu tentang

    keaktifan aktifitas janin adalah ukuran klinis sederhana. Ketidaktepatan

    dan inkonsistensi dapat mencegah keyakinan luas dalam metode-

    metode klinis.

    b) Evaluasi Hormonal. Tes hormon itu pada satu waktu populer untuk

    penilaian IUGR tetapi jarang digunakan sekarang. Estriol urin dan

    kadar human placental lactogen cenderung rendah atau menurun pada

    kehamilan dengan IUGR, meskipun terdapat variasi pada beberapa

    individu.

    c) Ultrasonografi. Karena keandalannya untuk menentukan usia

    kehamilan, kemampuan untuk mendeteksi gangguan pertumbuhan janin

    dengan pengukuran antropomorfik, dan kemampuan untuk mendeteksi

    anomali janin, oleh karena itu USG merupakan alat untuk diagnosis

    yang diandalkan saat ini. Pengukuran antropomorfik berikut digunakan

    dalam kombinasi untuk memprediksi penurunan pertumbuhan dengan

    tingkat akurasi yang tinggi.

    d) Pengukuran kecepatan gelombang dengan menggunakan alat Doppler

    pada sirkulasi ibu dan janin dapat mendeteksi IUGR. Penurunan

  • 14

    kecepatan gelombang sirkulasi ibu menunjukkan penurunan perfusi

    arteri uteroplasenta. Kecepatan gelombang yang dideteksi oleh Fetal

    Doppler pada sirkulasi arteri menunjukkan gawat janin kronis, fetal

    distress dan hipoksia. Resiko terbesar untuk IUGR dikaitkan dengan

    tidak adanya aliran diastolik atau aliran balik dalam arteri umbilikalis

    (Gomella,2004).

    3. Penilaian pada neonatus.

    a) Penurunan berat badan waktu usia kehamilan merupakan metode paling

    ringkas untuk mendiagnosa IUGR. Namun, metode ini cenderung salah

    diagnose secara konstitusional dengan bayi kecil dan bayi yang ukuran

    pertumbuhan proporsional terhambat (Gomella,2004).

    b) Tampilan fisik. Apabila bayi tanpa dengan sindrom malformasi

    kongenital dan infeksi, kelompok IUGR ini mempunyai ciri tampilan

    fisik. Bayi-bayi ini umumnya kurus, dengan kulit mengelupas dan

    longgar karena kehilangan tisu subkutan, abdomen skafoid, dan kepala

    besar yang tidak proporsional (Gomella,2004).

    c) Kurva Lubchencho mungkin sulit digunakan untuk memperkirakan

    terjadinya IUGR (Varney,2007).

    F. Penemuan Klinis

    Pada inspeksi pertama pada banyak bayi kecil masa kehamilan,

    beberapa karakteristik fisik jelas segera menunjukkan adanya IUGR. Pada

    IUGR asimetrik, salah satu segera terlihat adalah kepala tampak besar, namun

    lingkar kepala sebenarnya normal atau hampir , ini karena dada dan terutama

  • 15

    keliling perut yang berkurang. Kepala hanya terlihat besar pada tubuhnya. Otak

    terhindar atau kurang dipengaruhi oleh hambatan intrauterin, yang mungkin

    karena gangguan intrauterine relatif pada akhir kehamilan. Karena rasio massa

    otak dengan massa hati adalah tinggi, hipoglikemia mungkin untuk timbul pada

    bayi tersebut. Lemak pada kulit subkutan menghilang dan kulit terlihat longgar

    longgar dan kering. Meskipun kulit mereka tampak pucat, banyak dari bayi

    IUGR ini mengalami polisitemia; hematokrit vena mereka mungkin lebih besar

    dari 60 (Mochtar,2008).

    Pada IUGR asimeterik yang ekstrem, massa otot pada pantat, paha, dan

    pipi juga berkurang. Oleh karena panjang tubuh bayi IUGR ini tidak berkurang

    seperti lemak subkutan, maka bayi ini sering terlihat tipis dan panjang. Lipatan

    kulit longitudinal di paha menunjukkan penurunan berat lemak di bawah kulit,

    sebaliknya dengan lipatan paha horisontal pada bayi yang lebih besar,

    menunjukkan status gizi negara jauh lebih baik. Bayi bermata lebar, mungkin

    karena terjadinya hipoksia kronis saat intrauterin. Perut terlihat mendatar atau

    cekung (skafoid), bukan bulat seperti pada bayi dengan gizi yang baik. Saat

    lahir, umbilikus umumnya tipis, berbeda dengan umbilikus biasa, yang besar,

    abu-abu, berkilau, dan lembab. Oleh karena semua umbilicus akan terlihat

    semakin layu setelah lahir, maka kondisi umbilikus setelah 24 jam usia

    kelahiran mempunyai signifikansi diagnostik yang kecil. Rambut pada kulit

    kepala biasanya jarang. Sutura di kepala sering melebar akibat pertumbuhan

    tulang terganggu. Ubun-ubun besar, meskipun ukurannya besar, teraba lembut

    atau cekung, sehingga menyebabkan tekanan intrakranial meningkat sehingga

  • 16

    mengakibatkan sutura melebatr. Sebagian besar bayi ini lebih aktif dari yang

    diperkirakan untuk berat lahir rendah. Kekuatan tangisan mereka mungkin

    sangat mengesankan. Seringkali, tanda, ekspresi wajah terbelalak

    dikombinasikan dengan menyodorkan lidah berulang yang merangsang

    gerakan mengisap. Kesan keseluruhan semangat dan baik sering disalah

    artikan, karena kesan ini adalah hasil dari stres yang disebabkan oleh hipoksia

    kronis saat intrauterin. Banyak dari bayi mengalami kejang setelah 6-18 jam

    kemudian, terutama mereka yang ubun-ubun besar keras akibat adanya edema

    otak dari hipoksia intrauterin. Sebaliknya, pada asfiksia perinatal berat, bayi

    mengalami depresi, sehingga terlihat flasid dan lethargi (Cunningham,2006).

    G. Komplikasi

    Morbiditas dan mortalitas janin dan bayi meningkat pada IUGR dan

    meningkat tinggi apabila berat lahir bayi kurang dari persentil 5. IUGR pada

    saat kelahiran mungkin berhubung kait dengan resiko kesehatan dimana ini

    mungkin akan menetap hingga dewasa (Sarwono,2003).

    Terdapat bukti dari asosiasi antara pertumbuhan janin terhambat dan

    tekanan darah, non insulin dependent diabetes , penyakit jantung koroner, dan

    kanker dalam kehidupan dewasa. Hipotesis Barker mengatakan asal-usul

    penyakit dengan gizi kurang selama periode kritis pada awal kehamilan dan

    bayi meningkatan resiko penyakit kronis pada masa dewasa. Transisi gizi -

    yaitu pergeseran pola diet dan gaya hidup yang telah dihasilkan dari urbanisasi

    dan pembangunan ekonomi yang cepat - dapat mempercepat munculnya awal

    undernutrition pada konsekuensi dewasa (Manuaba 2001).

  • 17

    Dibawah adalah ringkasan konsekuensi pada kejadian IUGR yang

    sering terjadi, yaitu;

    a) Asfiksia perinatal.

    Hipertensi pulmonal persisten. Banyak bayi IUGR mengalami

    hipoksia intrauterine yang kronis sehingga mengakibatkan penebalan

    abnormal otot polos pada arteriol kecil di pulmonal. Akhirnya, aliran darah

    pulmonal menurun dan mengakibatkan derajat hipertensi arteri pulmonat

    berubah. Oleh karena inilah bayi IUGR beresiko terjadinya hipertensi

    pulmonal persisten. Penyakit membrane hialin jarang terjadi pada IUGR

    karena bayi ini cenderung mengalami pematangan paru sekunder akibat

    stress intrauterine kronis.

    b) Sindrom distress nafas.

    Beberapa laporan mengatakan maturasi pulmonal janin berhubung

    kait dengan IUGR, sekunder akibat stress intrauterin kronis. Aspirasi

    mekonium. Terjadi pada 5-15% kelahiran dan biasanya terjadi pada bayi

    pasca panjang dan panjang. IUGR umum pada bayi pasca-panjang

    (Gamella, 2004).

    c) Hipotermia.

    Termoregulasi berkurang pada bayi IUGR karena hilangnya lemak

    subkutan. Bayi IUGR sekunder akibat malnutrisi janin pada akhir

    kehamilan cenderung menjadi kurus kering akibat dari hilangnya lemak

    subkutan. Mereka cenderung lebih mudah hiportermi berbanding bayi

    prematur (Gamella, 2004).

  • 18

    d) Metabolik

    1) Hipoglikemia. Metabolisme karbohidrat serius terganggu, dan bayi

    IUGR sangat rawan untuk terjadi hipoglikemi akibat oleh hilangnya

    simpanan glikogen dan kurangnya kapasitas glukoneogenesis. Oksidasi

    asam lemak bebas dan trigliserida berkurang pada bayi IUGR, dimana

    hal ini membatasi sumber simpanan alternative. Hiperinsulin, sensitive

    berlebihan terhadap insulin, dan defisiensi pelepasan katekolamin

    waktu hipoglikemia menyebabkan abnormal pada mekanisme hormon

    regulasi saat periode hipoglikemi pada bayi IUGR.

    2) Hiperglikemia. Bayi dengan kurang berat badan sangat rendah

    mempunyai sekresi insulin yang rendah sehingga menyebabkan

    hiperglikemia.

    3) Hipokalsemia. Hipokalsemia bisa terjadi pada bayi IUGR setelah

    asfiksia (Gamella, 2004).

    e) Gangguan hematologi

    Hiperviskositi dan polisitemia mungkin merupakan hasil dari

    meningkatnya kadar eritropoietin sekunder akibat janin hipoksia

    berhubung dengan IUGR. Trombositopenia, neutropenia, dan koagulasi

    profil berubah bisa terlihat pada bayi IUGR. Polisitemia juga

    menyumbang terjadinya hipoglikemia dan mengarahkan terjadinya cedera

    serebral. Perubahan imunitas. Bayi IUGR mempunyai kadar IgG yang

    rendah. Tambahan pula, ukuran timus berkurang 50% dan limfosit darah

    periferal juga menurun (Putrimulyarahman,2009).

  • 19

    H. Pengertian IUFD

    Intra uterine fetal deadth (IUFD) atau kematian janin dalam rahim

    adalah kematian janin dalam kehamilan sebelum terjadi proses persalinan pada

    usia kehamilan 28 minggu ke atas atau berat janin 1000 gram. Pedarahan

    Antepartum. Dalam: Synopsis Obstetri, Obstetri Fisiologis dan Obstetri

    Patologis, IUFD adalah kematian intrauterin sebelum seluruh produksi

    konsepsi manusia dikeluarkan, ini tidak diakibatkan oleh aborsi terapeutik atau

    kematian janin juga disebut kematian intrauterin dan mengakibatkan kelahiran

    mati (Sarwono,2005).

    1. Adapun penyebab IUFD:

    a. perdarahan antepartum seperti plasenta previa dan solusio plasenta

    b. pre eklamsi dan eklamsi

    c. penyakit kelainan darah

    d. penyakit infeksi menular

    e. penyakit saluran kencing

    f. penyakit endokrin sperti DM dan hipertiroid

    g. malnutris

    I. Faktor Predisposisi IUFD

    1. Faktor ibu (High Risk Mothers)

    a. Status social ekonomi yang rendah

    b. Tingkat pendidikan ibu yang rendah

    c. Umur ibu yang melebihi 30 tahun atau kurang dari 20 tahun

  • 20

    d. Paritas pertama atau paritas kelima atau lebih

    e. Tinggi dan BB ibu tidak proporsional

    f. kehamilan di luar perkawinan

    g. kehamilan tanpa pengawasan antenatal

    h. ganggguan gizi dan anemia dalam kehamilan

    i. ibu dengan riwayat kehamilan / persalinan sebelumnya tidak baik

    seperti bayi lahir mati

    j. riwayat inkompatibilitas darah janin dan ibu

    2. Faktor Bayi (High Risk Infants)

    a. Bayi dengan infeksi antepartum dan kelainan congenital

    b. Bayi dengan diagnosa IUGR (Intra Uterine Growth Retardation)

    c. Bayi dalam keluarga yang mempunyai problema sosial

    3. Faktor yang berhubungan dengan kehamilan

    a. Abrupsio plasenta

    b. Plasenta previa

    c. Preeklamsi / eklamsi

    d. Polihidramnion

    e. Inkompatibilitas golongan darah

    f. Kehamilan lama

    g. Kehamilan ganda

    h. Infeksi

    i. Diabetes

    j. Genitourinaria

    J. Tanda dan gejala

    1. Terhentinya pertumbuhan uterus, atau penurunan TFU

    2. Terhentinya pergerakan janin

    3. Terhentinya denyut jantung janin

  • 21

    4. Penurunan atau terhentinya peningkatan berat badan ibu.

    5. Perut tidak membesar tapi mengecil dan terasa dingin

    6. Terhentinya perubahan payudara.

    K. Komplikasi

    1. Trauma emosional yg cukup berat terjadi bila wktu antara kematia janin &

    persalinan cukup lama.

    2. Dapat terjadi infeksi bila ketuban pecah

    3. Dapat terjadi koagulasi bila kematian janin berlangsung lebih dari

    2minggu.

    4. Kematian janin dalam kandungan 3-4 minggu, biasanya tidak

    memvbahayakan ibu. Setelah lewat 4 minggu maka kemungkinan

    terjadinya kelainan darah (hipofibrinogenemia) akan lebih besar. Kematian

    janin akan menyebabkan desidua plasenta menjadi rusak menghasilkan

    tromboplastin masuk kedalam peredaran darah ibu, pembekuan

    intravaskuler yang dimulai dari endotel pembuluh darah oleh trombosit

    terjadilah pembekuan darah yang meluas menjadi Disseminated

    intravascular coagulation hipofibrinogenemia (kadar fibrinogen < 100

    mg%). Kadar normal fibrinogen pada wanita hamil adalah 300-700 mg%.

    Akibat kekurangan fibrinogen maka dapat terjadi hemoragik postpartum.

    Partus biasanya berlangsung 2-3 minggu setelah janin mati.

    L. Penanganan

    1. Selama menunggu diagnosa pasti, ibu akan mengalami syok dan

    ketakutan memikirkan bahwa bayinya telah meninggal. Pada tahap ini

    bidan berperan sebagai motivator untuk meningkatkan kesiapan mental

    ibu dalam menerima segala kemungkinan yang ada.

    2. Diagnosa pasti dapat ditegakkan dengan berkolaborasi dengan dokter

    spesialis kebidanan melalui hasil USG dan rongen foto abdomen, maka

    bidan seharusnya melakukan rujukan.

  • 22

    3. Menunggu persalinan spontan biasanya aman, tetapi penelitian oleh

    Radestad et al (1996) memperlihatkan bahwa dianjurkan untuk

    menginduksi sesegera mungkin setelah diagnosis kematian in utero.

    Mereka menemukan hubungan kuat antara menunggu lebih dari 24

    jam sebelum permulaan persalinan dengan gejala kecemasan. Maka

    sering dilakukan terminasi kehamilan.

    4. Pengakhiran kehamilan jika ukuran uterus tidak lebih dari 12 minggu

    kehamilan.

    Persiapan:

    a. Keadaan memungkinkan yaitu Hb > 10 gr%, tekanan darah baik.

    b. Dilakukan pemeriksaan laboratorium, yaitu:pemeriksaan

    trombosit, fibrinogen, waktu pembekuan, waktu perdarahan, dan

    waktu protombin.

    Tindakan:

    a. Kuretasi vakum

    b. Kuretase tajam

    c. Dilatasi dan kuretasi tajam

    d. Pengakhiran kehamilan jika ukuran uterus lebih dari 12 minggu

    sampai 20 minggu

    e. Misoprostol 200mg intravaginal, yang dapat diulangi 1 kali 6 jam

    sesudah pemberian pertama.

    f. Pemasangan batang laminaria 12 jam sebelumnya.

    g. Kombinasi pematangan batang laminaria dengan misoprostol atau

    pemberian tetes oksitosin 10 IU dalam 500 cc dekstrose 5% mulai

    20 tetes per menit sampai maksimal 60 tetes per menit.

    Catatan : dilakukan kuretase bila masih terdapat jaringan.

    1. Pengakhiran kehamilan jika lebih dari 20 28 minggu

    2. Misoprostol 100 mg intravaginal, yang dapat diulangi 1 kali 6

    jam sesudah pemberian pertama.

    3. Pemasangan batang laminaria selama 12 jam.

  • 23

    4. Pemberian tetes oksitosin 5 IU dalam dekstrose 5% mulai 20

    tetes per menit sampai maksimal 60 tetes per menit.

    5. Kombinasi cara pertama dan ketiga untuk janin hidup

    maupun janin mati.

    6. Kombinasi cara kedua dan ketiga untuk janin mati.

    Catatan: dilakukakan histerotomi bila upaya melahirkan

    pervaginam dianggap tidak berhasil atau atas indikasi ibu,

    dengan sepengetahuan konsulen.

    M . Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

    Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini setelah orang

    melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi

    melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran,

    penciuman, rsa dan raba. Sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh

    melalui mata dan telingan Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang

    sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo 2007).

    Menurut pendekatan kontruktivistis, pengetahuan bukanlah fakta dari

    suatu kenyataan yang sedang dipelajari, melainkan sebagai konstruksi

    kognitif seseorang terhadap obyek, pengalaman, maupun lingkungannya.

    Pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah ada dan tersedia dan sementara

    orang lain tinggal menerimanya. Pengetahuan adalah sebagai suatu

    pembentukan yang terus menerus oleh seseorang yang setiap saat mengalami

    reorganisasi karena adanya pemahaman-pemahaman baru.

  • 24

    N . Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Seseorang

    1) Pendidikan

    Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan

    kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung

    seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi

    pendidikan seeorang makin mudah orang tersebut untuk menerima

    informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung

    untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media

    massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula

    pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat

    kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan

    pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula

    pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang

    berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula.

    Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal,

    akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal. Pengetahuan

    seseorang tentang sesuatu obyek juga mengandung dua aspek yaitu aspek

    positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya akan menentukan

    sikap seseorang terhadap obyek tertentu. Semakin banyak aspek positif

    dari obyek yang diketahui, akan menumbuhkan sikap makin positif

    terhadap obyek tersebut .

  • 25

    2) Sumber Informasi

    Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non

    formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact)

    sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan.

    Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa yang

    dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru.

    Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi,

    radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar

    terhadap pembentukan opini dan kepercayan orang. Dalam penyampaian

    informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-

    pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang.

    Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan

    kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut.

    (Notoatmodjo, 2012)

    3) Sosial budaya dan ekonomi

    Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui

    penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian

    seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan.

    Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu

    fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial

    ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang. (Adi 2011)

  • 26

    4) Lingkungan

    Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu,

    baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh

    terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada

    dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal

    balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap

    individu.

    5) Pengalaman

    Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk

    memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali

    pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi

    masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan

    memberikan pengetahuan dan keterampilan professional serta pengalaman

    belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan

    mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan

    menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam

    bidang kerjanya.(Manulang. 1984)

    6) Usia

    Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir

    seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya

    tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya

    semakin membaik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif

    dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan

  • 27

    persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, selain

    itu orang usia madya akan lebih banyak menggunakan banyak waktu

    untuk membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan

    kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini.

    O. Tingkat Pengetahuan Dalam Domain Kognitif Memiliki Beberapa

    Tingkatan (Sarwono 2007)

    1. Tahu (Know)

    merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah, kata kerja untuk

    mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain

    menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan

    sebagainya.

    2. Memahami (Comrehension)

    Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

    secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasi

    materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek

    atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkancontoh,

    menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap obyek yang

    dipelajari.

    3. Aplikasi (Application)

    Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan

    materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi penggunaan

    hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks

    dan situasi yang lain.

  • 28

    4. Analisis (Analysis)

    Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi

    atau suatu obyek ke dalam komponen komponen tetapi masih dalam

    suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama

    lain.

    5. Sintesis (Syntesis)

    Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan

    atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan

    yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk

    menyusun formasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

    6. Evaluasi (Evaluation)

    Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

    penelitian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian-penilaian itu

    berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan

    kriteria-kriteria yang telah ada. Evaluasi meliputi kata kerja

    membandingkan menanggapi penafsiran.

  • 29

    BAB III

    KERANGKA KONSEP

    A. Kerangka Konsep

    IUFD merupakan faktor kematian janin yang berkaitan dengan ekspulsi

    komplet atau ekstraksi hasil konsepsi dari Ibu, pada durasi yang tidak dapat

    diperkirakan di dalam masa kehamilan, dan merupakan terminasi kehamilan yang

    tidak diinduksi Angka insidensi kematian janin di dunia diperkirakan mencapai rentang

    2,14 - 3,82 juta jiwa (Cousens, 2011).

    Karena keterbatasan waktu maka peneliti hanya meneliti variabel

    independen (Bebas) yaitu: informasi, lingkungan dan pengalaman.variabel

    dependen (terikat) yaitu pengetahuan mahasiswa, untuk lebih jelas

    kerangka konsep dapat di gambarkan seperti ini:

    Variabel independen Variabel dependen

    Gambar 3.1 Kerangka Konsep

    Pengetahuan Mahasiswa

    Pengalaman

    Sumber Informasi

  • 30

    A. Definisi Operasional

    Tabel 3.1 definisi operasional

    N

    O

    Variabel Definisi

    operasional

    Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala

    ukur

    Dependen

    1 Pengetahua

    n

    mahasiswa

    Tingkat

    pengetahuan

    mahasiswi tentang

    IUGR

    Membagikan kuesioner

    yang berisi 10

    pertanyaan, dengan

    kriteria :

    Tinggi bila, x <

    Rendah bila, x <

    Kuesioner

    Tinggi

    Jika X 10

    Rendah

    Jika X< 10

    Ordinal

    Independen

    2 Sumber

    Informasi

    Iformasi yang

    didapat mahasiswi

    kebidanan terkait

    hubungan IUGR

    terhadap kejadian

    IUFD

    Menyebarkan kuesioner

    sebanyak 2 pertanyaan

    Media cetak bila

    responden mendapat

    Informasi dari

    Koran,Majalah,Selebaran

    dan lain-lain

    Media elektronik

    Tv,Radio,Internet,dan

    lain-lain

    Kuesioner

    Pernah X

    10

    Tidak

    pernah

    Jika X< 10

    Ordinal

    3 Pengalaman

    Mahasiswi

    melihat kasus

    IUGR terhadap

    IUFD ditempat

    prkatek yang lalu

    Menyebarkan kuesioner

    sebanyak 7 pertanyaan

    dengan kriteria :

    Pernah bila, x <

    Tidak pernah bila,

    x <

    Kuesioner Baik

    Jika X

    10

    kurang

    Jika X <

    10

    Ordinal

  • 31

    BAB IV

    METODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian

    Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif dengan

    pendekatan cross sectional, yaitu pengumpulan data di lakukan sekaligus

    pada suatu waktu bersamaan (Notoatmodjo, 2005).

    B. Populasi dan sampel

    1. Populasi

    Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswi tingkat III Prodi D-III

    Kebidanan STIKes UBudiyah Banda Aceh yang berjumlah 102

    mahasiswi.

    2. Sampel

    Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah total sampling yaitu

    mahasiswi STIKes UBudiyah Banda Aceh yang mengetahui IUGR

    terhadap kejadian IUFD pada ibu hamil yang berjumlah 102 orang.

    Jumlah sampel tersebut di tentukan dengan menggunakan Teori Slovin.

    C. Tempat dan Waktu Penelitian

    1. Tempat

    Tempat penelitian ini akan dilaksanakan di STIKes UBudiyah Banda

    Aceh.

  • 32

    2. Waktu

    Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan September tahun 2013

    D. Cara Pengumpulan Data

    Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data

    primer adalah data yang langsung di peroleh dari responden dengan cara

    menyebarkan kuesioner yang berisi pertanyaan yang telah di sediakan dan

    selanjutnya oleh responden sesuai dengan petunjuk.

    Sedangkan data sekunder adalah data yang di tinjau dari laporan

    kunjungan di Di Prodi D-III Kebidanan STIKes UBudiyah tingkat III.

    E.Instrumen Penelitian

    Adapun instrument penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini

    adalah kuesioner mengenai gambaran pengetahuan mahasisiwi kebidanan

    mengenai IUGR terhadap kejadian IUFD pada ibu hamil dan form penilaian

    antropometri yang disusun berdasarkan telaah kepustakaan.

    F.Pengolahan Dan Analisa Data

    1. Pengolahan Data

    Data dalam penelitian ini akan di olah dengan cara:

    a. Editing yaitu melakukan pengecekan kembali semua item pertnyaan

    telah terisi dan melihat apakah ada kekeliruan yang mungkin dapat

    menggangu pengolahan data selanjutnya.

    b. Coding yaitu pemberian kode berupa nomor pada lembaran kuesioner

    untuk memudahkan pengolahan data

  • 33

    c. Transferring yaitu data yang telah di berkan kode di susun secara

    berurutan dari responden pertama sampai responden terkhir untuk

    dimasukan ke dalam tabel sesuai dengan variabel yang telah di teliti.

    d. Tabulating yaitu pengelompokan responden yang telah dibuat pada tiap-

    tiap variabel yang di ukur dan selanjutnya dimasukkan kedalam tabel

    distribusi frekuensi .

    2. Analisa data

    a. Analisa univariat

    Yaitu untuk mengetahui distribusi frekuensi, adapun rumus yang

    akan dipakai dalam analisis data univariat diantara adalah (Arikunto,

    2006)

    Keterangan:

    n = jumlah sampel (populasi)

    P=

    Keterangan:

    P= Persentase

    f 1= Frekuensi

    n = Sampel

  • 34

    BAB V

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

    STIKes UBudiyah yang berdiri pada tahun 2004. STIKes UBudiyah

    merupakan institusi pendidikan resmi yang telah mendapatkan izin dari Menteri

    Pendidikan Nasional RI berdasarkan SK No.122/D/O/2004. STIKes UBudiyah

    memiliki Akreditas tertinggi di Aceh dan Sumatra Utara untuk prodi D-III

    Kebidanan dengan peringkat B (Baik) dari BAN-PT hingga tahun 2015. STIKes

    UBudiyah sampai saat ini terus berkembang dan pada bulan September 2013 ini

    STIKes UBudiyah akan menjadi Universitas UBudiyah Indonesia.

    STIKes UBudiyah Banda Aceh berada di Kecamatan Syiah Kuala, terletak

    di antara Desa Alue Naga dan Desa Tibang Banda Aceh. Dengan beberapa

    Jurusan Kesehatan yaitu Jurusan FKM, D-IV, dan D-III Kebidanan Umum. Salah

    satu penelitian yang saya lakukan pada jurusan D-III Akademi Kebidanan STIKes

    UBudiyah Banda Aceh, yaitu penelitian pada tingkat III yang berjumlah 102

    siswi dengan, 52 siswi di kelas IIIA, dan 50 siswi di kelas IIIB.

    Di tinjau dari segi geografisnya STIKes UBudiyah Banda Aceh di batasi

    oleh :

    1. Bagian barat berbatasan dengan Desa Tibang.

    2. Bagian timur berbatasan dengan sungai Krueng Alue Naga.

    3. Bagian selatan berbatasan dengan Hutan Kota.

    4. Bagian Utara berbatasan dengan komplek STT IT.

    B. Hasil Penelitian

  • 35

    Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di kampus Akademi D-III

    Kebidanan STIKes UBudiyah Banda Aceh dilakukan pada tanggal 1 sampai 5

    September 2013. Adapun penelitian yang dilakukan pada mahasiswi tingkat IIIA dan IIIB

    dengan total 102 orang mahasiswi tentang Gambaran Pengetahuan Mahasiswi Kebidanan

    Mengenai IUGR (INTRA UTERIN GROWTH RETARTION) Terhadap Kejadian IUFD

    (INTRA UTERIN FETAL DEATH) Pada Ibu Hamil di STIKes UBudiyah Banda Aceh

    didapat hasil sebagai berikut:

    1. Analisa Univariat

    Penyajian hasil penelitian memberikan gambaran mengenai distribusi

    frekuensi.

    a. Sumber Infomasi

    Tabel 5.1

    Distribusi Frekuensi Sumber Informasi Responden Tentang IUGR Terhadap

    Kejadian IUFD Pada Ibu Hamil Di STIKes UBudiyah Banda Aceh Tahun 2013

    No Sumber Informasi f %

    1 Pernah 50 49.0

    2 Tidak Pernah 52 51.0

    Total 102 100

    Sumber data primer (di olah tahun 2013)

    Berdasarkan tabel 5.1 di dapatkan hasil, dari 102 responden sebanyak 52

    responden (51,0%) tidak pernah mendapatkan sumber informasi.

    b. Pengalaman

    Tabel 5.2

    Distribusi Frekuensi Pengalaman Responden Tentang IUGR Terhadap

    Kejadian IUFD Pada Ibu Hamil Di STIKes UBudiyah Banda Aceh Tahun 2013

  • 36

    No Pengalaman f %

    1 Baik 60 58.8

    2 Kurang 42 41.2

    Total 102 100

    Sumber data primer (di olah tahun 2013)

    Berdasarkan tabel 5.2 di dapatkan hasil, dari 102 responden sebanyak 60

    responden (58,8%) memiliki pengalaman yang baik.

    c. Pengetahuan

    Tabel 5.3

    Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang IUGR Terhadap

    Kejadian IUFD Pada Ibu Hamil Di STIKes UBudiyah Banda Aceh Tahun 2013

    No Pengetahuan f %

    1 Tinggi 54 52.9

    2 Rendah 48 47.1

    Total 102 100

    Sumber data primer (di olah tahun 2013)

    Berdasarkan tabel 5.3 didapatkan hasil, dari 102 responden sebanyak 54

    responden (52,9%) memiliki Pengetahuan yang tinggi.

    2. Analisa Bivariat

    a. Hubungan pengetahuan dengan sumber informasi mengenai IUGR

    Tabel 5.4

    Hubungan Pengetahuan Dengan Sumber Informasi Mengenai IUGR Di

    STIkes UBudiyah Banda Aceh tahun 2013

  • 37

    Pengetahuan

    Informasi

    Baik Kurang Total

    f % f % F %

    Tinggi 22 40,7 32 59,3 54 100

    Rendah 28 58,3 20 41,7 48 100

    Total 50 49,0 52 51,0 102 100

    Sumber Data Primer diolahTahun 2013

    Berdasarkan tabel 5.4 diatas diketahui bahwa dari 54 responden yang

    pengetahuan tinggi ternyata informasi baik sebanyak 59,3%. Dari 48

    responden pengetahuan rendah ternyata 41,7% informasinya rendah.

    Tabel 5.5

    Hubungan Pengetahuan Dengan Pengalaman Mengenai IUGR Di STIkes

    UBudiyah Banda Aceh tahun 2013

    Pengetahuan

    Pengalaman

    Baik Kurang Total

    f % f % F %

    Tinggi 37 68,5 17 31,5 54 100

    Rendah 23 47,9 25 52,1 48 100

    Total 60 58,8 42 41,2 102 100

    Sumber Data Primer diolahTahun 2013

    Berdasarkan tabel 5.5 diatas diketahui bahwa dari 54 responden

    yang pengetahuan tinggi ternyata pengalaman baik sebanyak 68,5%. Dari

    48 responden pengetahuan rendah ternyata 47,9% pengalamannya rendah.

    C. Pembahasan

    1. Sumber Informasi Yang Didapatkan Mahasiswi Tentang IUGR Terhadap

    IUFD

  • 38

    Berdasarkan hasil penelitian bahwa dari 54 responden yang pengetahuan

    tinggi ternyata informasi baik sebanyak 59,3%. Dari 48 responden pengetahuan

    rendah ternyata 41,7% informasinya rendah.

    Pengetahuan dapat dipengaruhi oleh adanya informasi dari sumber media

    sebagai sarana komunikasi yang dibaca atau dilihat, baik dari media cetak maupun

    elektronik seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dan lain-lain (Azwar,2003).

    Menurut Gordon B.Davis informasi adalah data yang telah dirposes/diolah ke

    dalam bentuk yang sangat berarti untuk penerimanya dan merupakan nilai yang

    sesungguhnya atau dipahami dalam tindakan atau keputusan yang sekarang atau

    nantinya. Informasi mempunyai manfaat dan peranan yang sangat dominan dalam

    suatu organisasi/perusahaan. Tanpa adanya suatu informasi dalam suatu organisasi,

    para manajer tidak dapat bekerja dengan efisien dan efektif. Tanpa tersedianya

    informasi pun para manajer tidak dapat mengambil keputusan dengan cepat dan

    mencapai tujuan dengan efektif dan efisien. Sehingga bisa dibilang bahwa informasi

    merupakan sebuah keterangan yang bermanfaat untuk para pengambil keputusan

    dalam rangka mencapai tujuan organisasi yang sudah ditetapkan sebelumnya.

    Menurut Siska (2009) dari Universitas Diponegoro, sumber informasi sangat

    berpengaruh terhadap pengetahuan seseorang, semakin seseorang sering

    mendapatkan informasi, semakin tinggi pengetahuannya.

    Menurut asumsi peneliti, sumber informasi dapat diperoleh dari banyak media

    seperti media cetak (buku kuliah, koran, majalah, tabloid dll) , atau media elektronik

    (TV, internet, radio, dll). Dari 102 mahasiswi tingkat III di STIKes UBudiyah,

    terdapat 84 orang mahasiswi yang mendapatkan informasi tentang IUGR terhadap

  • 39

    IUFD, yang diantaranya 43 mahasiswi mendapatkan informasi melalui media cetak,

    dan 41 mahasiswi mendapatkan informasi melalui media elektronik.

    2. Pengalaman Yang Didapatkan Mahasisiwi Tentang IUGR Terhadap

    Kejadian IUFD

    Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 54 responden yang

    pengetahuan tinggi ternyata pengalaman baik sebanyak 68,5%. Dari 48 responden

    pengetahuan rendah ternyata 47,9% pengalamannya rendah.

    Pengalaman diartikan sebagai sesuatu yang pernah dialami (dijalani, dirasai,

    ditanggung) ( KBBI, 2005). Pengalaman dapat diartikan juga sebagai memori

    episodic, yaitu memori yang menerima dan menyimpan peristiwa yang terjadi atau

    dialami individu pada waktu dan tempat tertentu, yang berfungsi sebagai referensi

    otobiografi. (Daehler & Bukatko, 1985 dalam Syah, 1003). Pengalaman merupakan

    hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia sehari harinya.

    Pengalaman juga sangat berharga bagi setiap manusia, dan pengalaman juga dapat

    diberikan kepada siapa saja untuk digunakan dan menjadi pedoman serta

    pembelajaran manusia. Pengalaman ibu dalam perawatan Luka Episiotomi juga

    merupakan hal yang tidak terlupakan, karena hampir semua ibu yang merawat luka

    bekas episiotomi mengharapkan hal yang terbaik untuk mempercepat

    penyembuhan luka episiotomi.

    Menurut Munifatul Maimonah (2009) dari Politeknik Kesehatan Depkes

    Malang, pengalaman juga berpengaruh terhadap pengetahuan seseorang. Karena

    dengan adanya pengalaman, seseorang mendapatkan pembelajaran yang sangat

    berguna.

  • 40

    Menurut asumsi peneliti, pengalaman mahasiswi, dapat membantu

    mahasiswi mengetahui apa itu IUGR terhadap IUFD, juga dapat menambah

    pengetahuan mahasiswi tentang penanggulangannya.

    3. Pengetahuan Mahasiswi Tentang IUGR Terhadap Kejadian IUFD

    Berdasarkan hasil yang diteliti didapatkan, dari 102 responden sebanyak 61

    responden (59,8%) memiliki Pengetahuan yang tinggi.

    suatu yang spesifik terhadap suatu bahan yang dipelajari atau rangsangan

    yang telah diterima (Notoatmodjo, 2003).

    Menurut asumsi Rina Septiani (2010) dari Kebidanan poltekes Banjarmasin.

    Pengetahuan responden tentang IUGR terhadap kejadian IUFD berada pada ketegori

    rendah.

    Menurut Asumsi Peneliti, mahasiswi harus memiliki pengetahuan yang

    tinggi tentang IUGR terhadap kejadian IUFD, karena kejadian ini, akan selalu

    mahasiswi dapatkan, baik saat meraka Praktek , maupun saat mereka sudah menjadi

    ahli madya kebidanan nanti.

    BAB VI

    PENUTUP

    A. Kesimpulan

  • 41

    Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di STIKes UBudiyah Banda

    Aceh pada 102 orang responden, maka dapat disimpulkan bahwa :

    1. Dari 102 responden sebanyak 84 responden (82,4%) pernah mendapatkan sumber

    informasi.

    2. Dari 102 responden sebanyak 59 responden (57,8%) memiliki pengalaman yang

    baik.

    3. Dari 102 responden sebanyak 61 responden (59,8%) memiliki Pengetahuan yang

    tinggi.

    B. Saran

    1. Bagi Institusi Pendidikan

    Diharapkan pada instansi pendidikan STIKes UBudiyah Banda Aceh untuk

    memberikan pembelajaran yang lebih tentang IUGR terhadap kejadian IUFD pada

    ibu hamil.

    2. Bagi Responden

    Diharapkan kepada mahasiswi untuk dapat lebih mempelajari dan menguasai ilmu

    tentang IUGR terhadap kejadian IUFD pada ibu hamil.

    3. Bagi Peneliti

    Pada penulis untuk menambah wawasan dan dapat mengembangkan kemampuan

    berfikir secara objektif dan menjadi bahan untuk penelitian lebih lanjut mengenai

    IUGR terhadap kejadian IUFD pada ibu hamil.