proposal versi pak yuli
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi
pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan
ekonomis (Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009). Kondisi Lingkungan
yang diharapkan dalam pembangunan kesehatan adalah lingkungan yang
kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat, yaitu lingkungan yang bebas dari
polusi, tersedianya air bersih, sanitasi lingkungan yang baik, perumahan,
pemukiman yang sehat, perencanaan kawasan yang berwawasan kesehatan,
serta terwujudnya masyarakat yang saling tolong menolong dalam
memelihara nilai-nilai budaya bangsa.
Pencemaran udara merupakan sebuah konsekuensi yang tidak dapat
dihindari sebagai akibat dari tingginya produksi kendaraan bermotor yang
tidak terkendali. Sejauh ini belum ada peraturan yang mengatur pembatasan
laju produksi kendaraan bermotor, dan didukung sifat masyarakat Indonesia
yang konsumtif sehingga laju pertumbuhan kendaraan yang ada di Indonesia
mencapai peningkatan yang nyata. Adanya kenyataan ini akan
menimbulkan efek pencemaran udara yang serius dan salah satu
pencemaran terhadap bahaya pencemaran udara adalah adanya paparan
11
2
logam berat Plumbum (Pb) atau lebih dikenal dengan nama timah hitam
atau timbal.
Timbal di udara terutama berasal dari penggunaan bahan bakar
bertimbal yang dalam proses pembakaran melepaskan timbal oksida
berbentuk debu atau partikulat yang dapat terhirup oleh manusia, sehingga
dengan demikian banyak kelompok masyarakat yang terpapar karena bahan
pecemar Pb salah satunya adalah petugas SPBU. Pajanan timah hitam (Pb)
dapat menimbulkan berbagai efek negatif terhadap kesehatan, yaitu pada
saraf pusat dan saraf tepi, sistem kardiovaskuler, sistem hemotopoetik,
ginjal, pencernaan, sistem reproduksi, dan bersifat karsinogenik, termasuk
kelelahan yang bersifat subyektif (Nordberg, 1998)
Hasil uji yang dilakukan baru-baru ini menunjukkan sebagian besar
bensin yang dipasok Pertamina masih berkadar timah hitam (Pb) di atas
ketentuan yang diperbolehkan yaitu tidak lebih dari 0,013 gram per liter
berbagai uji yang telah dilakukan di beberapa tempat diperoleh sebagai
berikut, bensin yang beredar di Palembang kadar timbalnya mencapai 0,528
gram per liter, Makassar (0,272 gram per liter), Medan (0,213 gram per
liter), Bandung (0,117 gram per liter) dan Yogyakarta (0,068 gram per liter).
(www.Dekes.go.id)
Sebagian besar SPBU yang tersebar di Indonesia belum
memperhatikan keselamatan dan kesehatan pekerjanya termasuk di kota
Purwokerto. Saat ini di kota Purwokerto telah dibangun 9 SPBU, dengan
tenaga operator sebanyak 260 orang. (HISWANA Migas Banyumas)
2
3
Kemungkinan adanya paparan timah hitam (Pb) yang tinggi dapat
terjadi terhadap operator SPBU yang bertugas melayani pengisian bahan
bakar, sehingga peneliti berkeinginan untuk mengadakan penelitian dengan
judul “Hubungan Kadar Pb Darah Dengan Kelelahan Subyektif Petugas
SPBU di Kota Purwokerto Tahun 2010”
B. Masalah
1. Apakah ada hubungan antara kadar timah hitam (Pb) darah dengan
kelelahan subyektif pada petugas SPBU kota Purwokerto tahun 2010?
2. Berapakah kadar timah hitam (Pb) dalam darah petugas SPBU di kota
Purwokerto tahun 2010?
3. Apa saja keluhan subyektif yang dirasakan petugas SPBU di kota
Purwokerto tahun 2010?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui hubungan antara kadar Pb darah dengan kelelahan
subyektif pada petugas SPBU kota Purwokerto tahun 2010.
2. Untuk mengetahui kadar Pb dalam darah petugas SPBU di kota
Purwokerto tahun 2010.
3. Untuk mengetahui kelelahan subyektif yang dirasakan petugas SPBU di
kota Purwokerto tahun 2010.
D. Manfaat
1. Bagi Masyarakat
Memberikan sumbangan pemikiran dan informasi bagi masyarakat
bahwa ternyata di SPBU merupakan tempat yang potensial terhadap
3
4
pencemaran Pb sehingga masyarakat akan mengerti upaya antisipasi apa
yang sebaiknya dilakukan ketika akan masuk di area SPBU.
2. Bagi Pengusaha SPBU di kota Purwokerto
Sebagai bahan pertimbangan untuk pengusaha SPBU di kota
Purwokerto bagaimana upaya yang tepat untuk memperhatikan
lingkungan kerja dan keselamatan para pekerjanya sehingga para pekerja
terjamin kesehatannya.
3. Bagi Pemerintah
Sebagai pertimbangan untuk pemerintah mengenai kebijakannya untuk
menghapuskan atau setidaknya mengurangi kadar Pb dalam BBM yang
beredar di Indonesia khusunya di kota Purwokerto.
4. Bagi Pengembang Ilmu dan Teknologi
Sumbangan perbendaharaan ilmu pengetahuan dan kepustakaan ilmu
Pengendalian Pencemaran Lingkungan Fisik dan Hygiene Perusahaan
dan Keselamatan Kerja di Politeknik Kesehatan Depkes Semarang pada
umumnya dan Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto pada
khususnya.
5. Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam berfikir dan bertindak
secara sistematis dalam upaya pengelolaan lingkungan fisik terhadap
pencemaran Pb.
4
5
E. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah jumlah pekerja SPBU
yang melayani pelanggan dalam mengisi BBM dengan masa kerja,
kelelahan yang dirasakan pekerja, masa kerja dengan kriteria >3 tahun.
5
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian.
1. Pengertian Udara.
“Udara adalah atmosfer yang berada di sekeliling bumi yang fungsinya sangat penting untuk kehidupan di muka bumi ini. Udara digunakan untuk untuk bernafas, untuk proses fotosintesis dan untuk menahan sinar ultrafiolet dari matahari. Udara di alam tidak pernah ditemukan bersih tanpa polutan sama sekali karena beberapa gas selalu dibebankan ke udara sebagai produk sampingan dari proses-proses alami” (Atamakusuma, 1996, h.150)
2. Pengertian Pencemaran Udara.
Susunan udara yang tidak normal adalah udara yang mengalami
perubahan dari susunan keadaan normal, dan udara dikatakan telah
tercemar. Pencemaran udara menurut Undang-Undang Republik
Indonesia No 23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup yaitu:
“Masuknya atau dimasukinya makhluk hidup, zat, energi atau komponen lain ke udara dan atau perubahannya tatanan lingkungan sehingga kualitas udara turun sampai tingkat tertentu yang menyebabkan udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya”.
3. Pengertian Pb / Timbal
Menurut Wikipedia:
“Timbal adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang Pb dan nomor atom 82. Lambangnya diambil dari bahasa Latin Plumbum.Unsur ini beracun dan efek dari racun ini antara lain: menurunkan daya ingat otak”.
66
7
4. Pengertian SPBU
Menurut Wikipedia:
“Stasiun pengisian bahan bakar adalah tempat di mana kendaraan-kendaraan dapat diisikan dengan bahan bakar. Di Indonesia, stasiun pengisian bahan bakar dikenal dengan nama SPBU (singkatan dari Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum) dan juga pom bensin. Di Medan, SPBU disebut galon.”
B. Sumber-sumber Pencemararan Pb
Timbal yang mencemari udara terdapat dalam dua bentuk, yaitu
berbentuk gas dan berbentuk partikel gas. Timbal berasal dari pembakaran
aditif dari bensin untuk kendaraan bermotor yang tediri dari tetraetil Pb dan
tetrametil Pb. Partikel-partikel timah hitam (Pb) di udara berasal dari sumber-
sumber lain seperti pabrik Alkil Pb dan Pb-okside pembakaran arang dan
sebagainya. Polusi Pb terbesar adalah berasal dari pembakaran bensin,
dimana dihasilkan berbagai komponen Pb terutama PbBrCl dan PbBrCl.
(Ferdiaz, Srikandi, 1992, h 61)
1. Sumber Pencemaran Udara
Menurut Soejono et al, (1991) sumber pencemaran udara secara garis
besar dikelompokan menjadi dua yaitu :
a. Kegiatan alam (Natural Source)
Contohnya : Kebakaran hutan, hembusan debu oleh angin
dan bencana alam gunung berapi
b. Aktivitas manusia (man made source)
Contohnya : Industri, transportasi, dan pembangkit tenaga
listrik.
7
8
2. Proses pencemaran udara.
Secara umum terjadinya pencemaran yang disebabkan oleh aktivitas
manusia dapat dibagi menjadi tiga kategori:
a. Gesekan (Attrition)
Terjadinya di setiap aspek kehidupan mulai yang sederhana, seperti
gesekan sepatu, gesekan ban sepatu sampai ke hal yang kompleks
seperti penyebaran partikel-partikel ke udara melalui proses
sanding (pemecahan batuan), grinding (pengeboran), dan spraying
(penyemprotan)
b. Penguapan (Vaporization)
Vaporization penguapan adalah suatu perubahan bentuk dari cair ke
bentuk gas. Perubahan tersebut dapat disebabkan oleh adanya
kekuatan tertentu, seperti tekanan atau pemanasan sedangkan yang
lain adalah secara alamiah, pada temperatur normal.
c. Pembakaran (Combustion)
Combustion adalah proses pembakaran sebagai contoh pembakaran
batu bara, minyak untuk pembakaran kendaraan bermotor
pembakaran tersebut dapat berlangsung sempurna yang dapat
mengakibatkan pencemaran.
3. Mekanisme penyebaran pencemaran udara.
Masalah pencemaran udara menyangkut 3 (hal) pokok yaitu :
Sumber, pergerakan dari pollutan dan penerima, jika digambarkan
adalah sebagai berikut:
8
9
SumberTransport of the Pollotion is
Determined by meteorologicalKondisi
Source Transportasi Recepient
Sumber : Soejono et al, 1991
Gambar 2.1Gambar Mekanisme Pencemaran Udara
Berdasarkan gambar di atas jelas bahwa penyebaraan bahan
pencemar ditentukan oleh kondisi meteorologi, yaitu berhubungan
dengan atmosfir, dimana di dalamnya dapat dipelajari antara lain
mengenai beberapa kekuatan yang menyebabkan atmosfir bergerak
sehingga dapat menyebarkan bahan pencemar, dan juga kondisi
topografi.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pencemaran udara.
Udara ambien yang berhubungan dengan kesehatan masyarakat
antara lain :
a. Keadaan cuaca
Ada beberapa keadaan cuaca yang dapat mempengaruhi
pencemaran udara yaitu :
1) Suhu udara
Tinggi rendahnya suhu udara mempengaruhi konsentrasi
pencemaran udara. Perubahan suhu akan membuat suatu aliran
udara menjadi cepat turun naik sehingga akan terjadi
penurunan konsentrasi pencemar udara.
2) Tekanan udara
9
10
Zat-zat yang ada di udara akan bereaksi dengan pencemar
secara kimia di udara, dan tekanan udara akan mempercepat
atau bahkan akan memperlambat proses terjadinya reaksi
kimia tersebut, sehingga konsentrasi pencemar bisa bertambah
atau berkurang karena tekanan udara.
3) Kelembaban udara
Pengaruhnya berupa banyak sedikitnya kadar uap air di udara
mempengaruhi konsentrasi pencemar di udara. Karena bahan
pencemar akan bereaksi dengan uap air, maka dari itu akan
terjadi penurunan konsentrasi pencemar udara.
4) Keadaan awan
Cuaca udara dan banyaknya sinar matahari yang dipancarkan
ke bumi dipengaruhi oleh keadaan awan. Dengan adanya
pengaruh awan dan sinar matahari maka proses reaksi zat
pencemar dan zat yang ada di udara akan terjadi. Dengan
adanya reaksi tersebut maka konsentrasi bahan pencemar yang
ada di udara akan mengalami penurunan atau bahkan bisa
terjadi sebaliknya.
5) Angin
Merupakan udara yang bergerak, dengan adanya angin maka
akan memperluas penyebaran zat pencemar di udara, di
samping itu juga udara dapat mengencerkan zat pencemar,
10
11
karena pengaruh arah dan kecepatan angin akan terjadi
penurunan kadar pencemar udara setempat.
6) Curah hujan
Semakin tinggi curah hujan di suatu tempat akan mengurangi
konsentrasi pencemar udara, karena pertikel-partikel pencemar
akan jatuh bersama hujan ke tanah sehingga pencemaran udara
yang terjadi berkurang karena adanya pengaruh air hujan itu.
7) Sinar matahari
Sedikit banyak sinar matahari yang menyinari bumi
mempengaruhi cepat lambatnya reaksi laju pencemaran udara
dengan zat-zat lain di udara sehingga konsentrasi zat pencemar
di udara akan berbeda-beda.
b. Topografi
Faktor ini memiliki pengaruh pada pergerakan udara, dan ada tiga
macam pengaruhnya antara lain :
1) Dataran Rendah
Daerah dataran rendah, angin cenderung membawa polutan
terbang jauh ke seluruh penjuru dan dapat melewati batas
negara dan mencemari udara negara lain.
2) Dataran Tinggi
Daerah dataran tinggi sering terjadi temperatur inversi dan
udara dingin yang terperangkap akan menahan polutan tetap
berada di lapisan permukaan bumi
11
12
3) Lembah
Daerah lembah, aliran angin sangat sedikit dan tidak bertiup ke
segala penjuru. Keadaan ini cenderung menahan polutan yang
terdapat dipermukaan bumi. (Dirjen PPM dan PLP,1991)
C. Syarat udara yang sehat
Udara merupakan mekanisme campuran dari berbagai macam gas,
komposisi normal udara terdiri dari gas Nitrogen 78,1% Oksigen 20,9% dan
Karbondioksida 0,03 sementara selebihnya berupa Argon, Neon, Kripton,
Xenon, Helium, dan lain lain. Udara juga mengandung uap air, debu, bakteri,
spora dan sisa tumbuh-tumbuhan. udara yang sehat berati udara yang aman
digunakan untuk bernafas dan sehat tanpa adanya zat yang terkandung di
dalam udara itu yang dapat membahayakan kesehatan.
Menurut Anies (2006, h, 20) udara yang sehat harus memiliki kriteria
sebagai berikut:
1) Memenuhi kualitas Fisik
a) Bebas debu
b) Bebas bau
c) Bebas dari kelembaban yang tinggi Over humidity
d) Temperatur dan kelembaban sesuai dengan kondisi kenyamanan
tubuh dapat digunakan
e) Bebas asap atau koloid sejenisnya
f) Bebas suara yang mengganggu
12
13
2) Memenuhi Kualitas Kimia
Bebas partikulat kimia, uap atau gas kimia beracun dan berbahaya
3) Memenuhi Kualitas Biologi
a) Bebas patogen yang berupa virus, bakteri, tungau debu, serangga
penghasil benang atau sejenisnya
b) Bebas patogen
c) Bebas serangga
4) Memenuhi Kualitas Radioaktif
Bebas radiasi ionik dan radiasi non ionik dapat dilakuan dengan
menghilangkan atau membatasi dan mengatur penggunaan sumber
radiasi tersebut. Sumber radiasi ionik di rumah tangga antara lain kompor
gas, air dari sumur artesis, material bangunan tertentu, lampu petromak.
Sumber radiasi non ionik diantaranya photocopy, microwave, TV, HP,
radio, Wireless, listrik tegangan tinggi (SUTET), monitor komputer dan
elektronik lainnya.
D. Pencemaran Timah Hitam (Pb)
1. Bahaya Timah Hitam (Pb)
Menurut Rama Prihardana, dkk (2007,h.10-15) unsur yang paling
berbahaya adalah timbal (Pb). Penelitian kedokteran menunjukan, meski
dalam dosis yang rendah, tetapi jika paparan sangat tinggi, racun ini dapat
mengakibatkan kerusakan otak, ginjal dan gangguan gastro intestinal.
Bensin banyak mengandung timbal. Pada tahun 1921 di USA, timbal atau
timah hitam dalam bentuk tertra etil lead (TEL) pertama kali ditemukan
13
14
dan dicampurkan dalam bensin oleh Thomas Midgley di pusat riset
General Motor.
Timbal yang memiliki rumus kimia (C2H3)4Pb, yang ditambahkan
ke dalam bensin ternyata memiliki dua fungsi yaitu sebagai bahan aditif
untuk meningkatkan nilai oktan bahan bakar yang berbahan mutu rendah
yang berfungsi untuk mengurangi letupan di dalam mesin atau
menghilangkan proses knocking (nglitik) pada saat proses pembakaran.
Timbal juga memiliki kegunaan sebagai pelumas antara katup mesin dan
dudukannya. Jadi timbal bermanfaat untuk mempertahankan umur mesin
mobil. Timah hitam yang dicampurkan dalam bensin dapat membentuk
bantalan empuk berwarna hitam, sehingga dudukan katup tidak cepat aus.
Dampaknnya mesin menjadi awet dan tahan lama, tetapi berdampak
terhadap kesehatan manusia. Pb yang masuk kedalam tubuh kita sebagian
ditimbun di dalam tulang dan masuk ke peredaran darah sehingga
menimbulkan risiko keracunan. Penimbunan Pb memiliki dampak jangka
panjang. Pengaruh Pb dimulai dari janin dalam kandungan sampai kepada
orang tua. Hampir semua organ tubuh dipengaruhi oleh timbal. Dampak
itu tidak hanya bergantung pada kadar dan lamanya seseorang terkena
racun Pb, melainkan juga pada umur seseorang. Makin muda usia
seseorang makin serius dampaknya. Janin dan balita sangat peka terhadap
keracunan timah hitam (Pb).
Timbal yang ditimbun di dalam tulang seorang perempuan
dimobilisasi saat perempuan itu mengandung dan masuk ke dalam
14
15
peredaran darah, dari peredaran darah sang ibu, Pb masuk ke janin, setelah
lahir, balita mendapatkan asupan timbal terus menerus dari udara melalui
pernafasannya dan air susu ibu. Balita memiliki kebiasaan memasukan
tangannya ke mulut yang memungkinkan tercemar debu yang
mengandung timbal. Kesehatan janin dan pertumbuhan balita menjadi
terganggu, karena timbal menghambat sintesis sel darah merah. Anemia
dan meningkatkan risiko kematian balita.
Timah Hitam (Pb) juga menghambat perkembangan syaraf. Anak
menghadapi risiko penyakit neurotik, sukar belajar, dan menurunkan
tingkat IQ. Peningkatan kadar timbal dalam darah dari 10 µg/dl menjadi
20 µg/dl menurunkan IQ rata-rata 2 point. Pada remaja, Pb meningkatkan
tindakan kriminal. Pb dilaporkan pula memacu penyakit autis.
Pada perempuan dewasa, Pb mengganggu sistem reproduksi, siklus
mentruasi terganggu dan menjadi tidak teratur, risiko keguguran
kandungan meningkat. Pb juga menimbulkan risiko lahirnya bayi di bawah
normal. Pada pria juga menggangu produksi sperma menurun, serta
penurunan kualitas sperma dengan terbentuknya sperma cacat. Sperma
yang cacat akan mengakibatkan lahirnya bayi yang cacat. Pria yang
darahnya tercemar Pb mengalami penurunan libido (gairah seksual) dan
dapat menyebabkan disfungsi ereksi (erection disfungtion). Pada lansia Pb
dapat mempercepat proses penuaan dan memperpendek umur.
Penggunaan masker untuk mencegah paparan Pb
tidaklah benar kerena masker hanya dapat menahan
15
16
partikel yang berukuran 10 µ sedangkan Pb di dalam udara
berbentuk molekul yang berukuran 2,5 µ.
2. Sifat Timah Hitam (Pb)
Timah hitam (Pb) adalah logam berat yang berwarna abu-abu
kebiru-biruan, mudah ditempa, mudah dicetak, dan mudah dibentuk.
Timah Hitam (Pb) mempunyai berat atom : 207,2 berat jenis :11,3,
titik lebur : 323 0C dengan NAB : 0,15 mg/m3 (Dep. Kes. RI 1990).
3. Sumber Sumber Pencemaran Udara.
Timah hitam (Pb) merupakan salah satu logam berat yang banyak
digunakan dalam bidang industri, pertanian, transportasi, dan barang-
barang keperluan rumah tangga. Produksi timah hitam (Pb) di dunia
pencapai 4 juta ton pada awal tahun 1670, dimana negara penghasil timah
hitam (Pb) adalah Amerika Serikat, Australia, Canada, sedangkan negara-
negara industri yang lain merupakan negara-negara pengimpor sebagian
besar hasil produksi timah hitam (Pb) untuk keperluan industrinya.
(Perves, 1997).
Bidang industri merupakan bidang yang banyak menggunakan
timah hitam (Pb) dan mengeluarkannya dalam bentuk limbah cair maupun
partikel-partikel udara, beberapa industri yang mengeluarkan limbah timah
hitam (Pb) diantaranya adalah industri peleburan besi baja, pabrik batu
baterai, pabrik kertas, pabrik tekstil yang menggunakan timah hitam (Pb)
di udara sekitar rumah, sehingga akan menyebabkan kerugian dan penyakit
pada anak-anak. (Perves, 1997).
16
17
4. Pencemaran udara Timah Hitam (Pb) dari kendaraan bermotor.
Bensin kendaraan bermotor adalah campuran kompleks senyawa
hydrokarbon, yang mempunyai titik didih sekitar 40-2000C dan digunakan
sebagai bahan bakar mesin kendaraan (Harjono, IR, 1987).
Indonesia menghasilkan dua macam bensin yaitu :
a. Bensin premium yang mempunyai angka oktan minimum 87 dan
berwarna kuning.
b. Bensin super yang mempunyai angka oktan minimum 98 dan
berwarna merah, sering disebut bensin super 98.
Sebelum kedua macam bensin tersebut diproduksi di Indonesia,
bensin yang diproduksi ialah bensin reguler yang mempunyai angka oktan
79 yang berwarna jingga.
Sifat yang paling penting untuk bensin bermotor yaitu :
a. Sifat mudah menguap
Sifat kemudahan menguap bensin berpengaruh terhadap kemudahan
mesin untuk dihidupkan dalam keadaan dingin, pemanasan dan
percepatan, uniformitas distribusi bahan bakar dalam silinder dan daya
serta ekonomi penggunaan bensin pada semua kondisi mesin.
b. Mempunyai bilangan oktan yang tinggi
Bensin dengan bilangan oktan yang rendah akan sering menimbulkan
peristiwa knocking di dalam ruang silinder, yang mana banyak
senyawa hydrokarbon yang tidak ikut terbakar sehingga akan
memperbesar polutan yang terbentuk. Selain itu penggunaan Tetra
17
18
Etil Lead akan menambah pollutan di udara terutama timah hitam
(Pb).
Kecenderungan bensin untuk mengetuk di dalam mesin tergantung
kepada jenis, ukuran dan struktur molekul senyawa hydrokarbon dalam
bensin dan jumlah TEL yang ditambah dalam bensin.
Tetra Etil Lead (TEL) adalah suatu cairan berat dengan kerapatan
1,659 g/cc, titik didih 2000C dan larutan dalam bensin. Efektifitas TEL
menurunkan ketukan mesin tergantung kepada jumlah TEL yang
ditambahkan kedalam bensin dan komposisi bensin.
Berhubung TEL dalam ruang pembakaran mesin dapat
memberikan endapan timbal oksid dan timbal sulfat, maka perlu ditambah
dengan TEL senyawa Brom dan Khlor untuk mengurangi endapan
tersebut.
Penggunaan bahan bakar minyak yang mengandung timah hitam
atau Pb (Leaded gasoline), telah banyak menyebabkan terjadinya
pencemaran timah hitam (Pb) pada tanah, tanaman ataupun jalan di dekat
jalan raya (Soejono at al, 1991). Pengguna timah hitam (Pb) sebagai bahan
campuran di dalam bahan bakar minyak untuk pertama kalinya di kenalkan
di Inggris pada tahun 1923. Timah hitam (Pb) ditambahkan dalam bahan
bakar dalam bentuk timah hitam (Pb) organik (Tetra Etil-Pb atau Tetra
Etil-Pb ). Pemberian timah hitam (Pb) di satu sisi bertujuan untuk
menaikan angka oktan mesin, meper-irit konsumsi bahan bakar dan
mengurangi knock pada kendaraan bermotor, terutama pada bahan bakar
18
19
yang berkualitas rendah. Disamping itu juga dapat menjaga supaya tidak
terjadi pembakaran yang berlebihan pada mesin (Dix, 1992). Dari
sejumlah timah hitam (Pb) yang ditambahkan dalam bahan bakar minyak
70-80% akan diemisikan dalam lubang pengeluaran, pembuangan sisa-sisa
hasil pembakaran dari kendaraan bermotor, dalam bentuk partikel-partikel
yang tersebar di udara dalam bentuk senyawa timah hitam (Pb) anorganik
seperti PbBr02 PbClBr, dan PbS merupakan senyawa yang tidak mudah
larut dalam air. (Ratcliffe, 1981). Sifat senyawa timah hitam (Pb) dimana
warnanya mirip dengan debu biasa
5. Penyerapan dan penimbunan timah hitam (Pb) oleh tubuh.
Dampak buruk timah hitam (Pb) terhadap kesehatan berbeda
dengan gas CO yang masuk kedalam tubuh hanya melalui udara
pernafasan saja, timah hitam (Pb) dapat masuk ke dalam tubuh manusia
melalui udara pernafasan yang berupa debu, makanan dan minuman.
Sumber pencemaran timah hitam (Pb) adalah gas buangan dari kendaraan
bermotor dan beberapa jenis pabrik, serta sumber pencemaran udara
ruangan seperti rokok dan cat dinding. Timah hitam (Pb) yang terdapat air
minum diperkirakan berasal dari dari pencemaran timah hitam (Pb) yang
teremisi di udara. Timah hitam (Pb) yang diserap oleh tubuh melalui
isapan udara, 30-50%-nya diserap oleh darah. Dari Pb yang diserap oleh
tubuh sebagian akan masuk ke dalam aliran darah besarnya kandungan
timah hitam (Pb) dalam diindikasikan sebagai ukuran derajat toksisitaas Pb
dalam tubuh.
19
20
Pb dapat diperiksa dalam darah, jaringan lunak dan tulang.
Idealnya dalam pemeriksaan timah hitam Pb dalam darah dilakukan
setelah beberapa minggu seorang terpapar, pemeriksaan dalam jaringan
lunak stelah beberapa bulan terpapar, dalam jaringan tulang jika setelah
beberapa tahun terpapar.
Paparan timah hitam (Pb) di SPBU menjadi tempat yang potensial,
kerena banyak terjadi pencemaran udara yang serius dari kendaraan yang
mengisi bahan bakar dan kolompok yang memiliki risiko terhadap paparan
adalah operator SPBU yang mengisi bahan bakar .
E. Upaya Untuk Mengatasi Pencemaran Pb
Pengawasan terhadap paparan Pb di tempat kerja termasuk SPBU perlu
dilaksanakan mulai proses produksi bahan bakar minyak sampai dengan tahap
pencegahan paparan terhadap tenaga kerja di SPBU. Kegiatan tersebut
bertujuan untuk meningkatkan kesehatan tenaga kerja sekaligus
meningkatkan produktivitas kerja yang tingi.
Menurut Rama Prihardana. Dkk (2007, h, 13) upaya untuk mencegah
paparan Pb ada beberapa cara yang dapat dilakukan yaitu.
1. Absorbsi
Melakukan solven yang baik untuk memisahkan polutan gas dengan
konsentrasi yang cukup tinggi. Biasanya absorbennya air, tetapi kadang-
kadang dapat juga tidak menggunakan air (dry absorben).
2. Adsorpsi
20
21
Mempergunakan kekuatan tarik-menarik antara molekul polutan dan zat
adsorben. Dalam proses adsorbsi dipergunakan bahan padat yang dapat
menyerap polutan. Berbagai tipe adsorben antara lain karbon aktif dan
silikat.
3. Kondensasi
Dengan kondensasi dimaksudkan agar polutan gas diarahkan mencapai
titik kondensasi, terutama dikerjakan pada polutan gas yang bertitik
kondensasi tinggi dan penguapan yang rendah (Hidrokarbon dan gas
organik lain).
4. Pembakaran
menghancurkan gas Hidrokarbon yang terdapat di dalam polutan. Hasil
pembakaran berupa Karbon Dioksida dan air. Adapun proses
pemisahannya secara fisik dikerjakan bersama-sama dengan proses
pembakaran secara kimia.
5. Reaksi kimia
Banyak dipergunakan pada emisi golongan Nitrogen dan Belerang.
Membersihkan gas golongan Nitrogen, caranya dengan diinjeksikan
Amoniak yang akan bereaksi kimia dengan NOx dan membentuk bahan
padat yang mengendap. Untuk menjernihkan golongan Belerang
dipergunakan copper oksid atau kapur dicampur arang.
Sementara itu, pencegahan pencemaran udara berbentuk partikel
dapat dilakukan melalui enam konsep yaitu:
1. Membersihkan (scrubing)
21
22
Mempergunakan cairan untuk memisahkan polutan. Alat scrubbing ada
berbagai jenis, yaitu berbentuk plat, masif, fibrous, dan spray
2. Menggunakan filter
Dimaksudkan untuk menangkap polutan partikel pada permukaan filter.
Filter yang dipergunakan berukuran sekecil mungkin. Filter bersifat
semipermeable yang dapat dibersihkan, kadang-kadang dikombinasikan
dengan pembersihan gas dan filter polutan partikel.
3. Menggunakan presipitasi elektronik
Cara ini berbeda dengan cara mekanis lainnya, sebab langsung ke butir-
butir partikel. Polutan dialirkan di antara pelat yang diberi aliran listrik
sehingga presipitator yang akan mempresipitasikan polutan partikel dan
ditampung di dalam kolektor. Pada bagian lain akan keluar udara yang
telah dibersihkan.
4. Menggunakan kolektor negatif
Dengan menggunakan tenaga gravitasi dan tenaga kinetis atau kombinasi
keduanya untuk mengendapkan partikel. Sebagai kolektor dipergunakan
gaya sentripetal yang memakai siklon.
5. Program langit biru
Yaitu program untuk mengurangi pencemaran udara, baik pencemaran
udara yang bergerak maupun stasioner. Dalam hal ini, ada tiga tindakan
yang dilakukan terhadap pencemaran udara akibat transportasi (baca:
kendaraan bermotor), yaitu: Pertama, mengganti bahan bakar kendaraan.
Bahan bakar disel dan premium pembakarannya kurang sempurna
22
23
sehingga terjadi polutan yang berbahaya. Dalam program lagit biru,
hal ini dikaitkan dengan penggantian bahan bakar ke arah bahan bakar
gas yang memberikan hasil pembakaran lebih baik. Kedua, mengubah
mesin kendaraan. Mesin dengan bahan bakar disel diganti dengan mesin
bahan bakar gas. Ketiga, memasang alat-alat pembersihan polutan pada
kendaraan bermotor.
6. Menggalakan penanaman pohon
Mempertahankan paru-paru kota dengan memperluas pertamanan dan
penanaman berbagai jenis pohon sebagai penangkal pencemaran. Sebab
tumbuhan akan menyerap hasil pencemaran udara (CO2) dan melepaskan
oksigen sehingga mengisap polutan dan mengurangi polutan dengan
kehadiran oksigen.
F. Pekerja SPBU
Pekerja di SPBU adalah pekerja yang bekerja baik yang melayani
pengisian bahan bakar maupun yang tidak berhubungan lansung dengan
pengisian bahan bakar minyak namun demikian keduanya memiliki potensial
terhadap pola penyakit akibat kerja, pekerja yang melayani pengisian bahan
bakar memiliki potensial bahaya yang lebih besar tehadap pencemaran timah
hitam (Pb) dibandingkan dengan pekerja yang tidak berhubungan dengan
pengisian bahan bakar.
G. Kelelahan
23
24
1. Pengertian Kelelahan
Kelelahan bagi setiap orang memiliki arti tersendiri dan bersifat
subyektif. Lelah adalah aneka keadaan yang disertai penurunan efisiensi
dan ketahanan dalam bekerja. Kelelahan merupakan mekanisme
perlindungan tubuh untuk menghindari kerusakan lebih lanjut, sehingga
dengan demikian terjadilah pemulihan (Suma’mur, 1996: 67).
Kelelahan menunjukkan kondisi yang berbeda-beda dari setiap
individu, tetapi semuanya bermuara pada kehilangan efisiensi dan
penurunan kapasitas kerja serta ketahanan tubuh (Tarwaka, 2004: 107).
Menurut Cameron (1973) yang dikutip oleh Hanida Rahmawati. N
(1998: 11) kelelahan kerja merupakan kriteria yang kompleks yang tidak
hanya menyangkut kelelahan fisiologis dan psikologis tetapi dominan
hubungannya dengan penurunan kinerja fisik, adanya perasaan lelah,
penurunan motivasi dan penurunan produktivitas kerja.
2. Jenis Kelelahan
Kelelahan kerja berakibat pada pengurangan kapasitas kerja dan
ketahanan tubuh (Suma’mur, 1996: 190). Kelelahan kerja dapat
dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu:
a. Berdasarkan Proses dalam otot
Terdapat dua jenis kelelahan, yaitu kelelahan otot dan kelelahan
umum (AM Sugeng Budiono, 2003: 86).
1) Kelelahan Otot (Muscular Fatigue)
24
25
Fenomena berkurangnya kinerja otot setelah terjadinya
tekanan melalui fisik dalam satu waktu disebut kelelahan otot
secara fisiologi, dan gejala yang ditunjukan tidak hanya berupa
berkurangnya tekanan fisik, namun juga pada makin rendahnya
gerakan. Pada akhirnya kelelahan fisik ini dapat menyebabkan
sejumlah hal yang kurang menguntungkan seperti: melemahnya
kemampuan tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya dan
meningkatnya kesalahan dalam melakukan kegiatan kerja,
sehingga dapat mempengaruhi produktivitas kerjanya. Gejala
Kelelahan otot dapat terlihat pada gejala yang tampak dari luar
atau external signs (AM Sugeng Budiono, 2003: 87)
Sampai saat ini masih berlaku dua teori tentang kelelahan
otot yaitu teori kimia dan teori saraf pusat terjadinya kelelahan.
Pada teori kimia secara umum menjelaskan bahwa terjadinya
kelelahan adalah akibat berkurangnya cadangan energi dan
meningkatnya sisa metabolisme sebagai penyebab hilangnya
efisiensi otot. Sedangkan perubahan arus listrik pada otot dan saraf
adalah penyebab sekunder.
Sedangkan pada teori saraf pusat menjelaskan bahwa
perubahan kimia hanya merupakan penunjang proses. Perubahan
kimia yang terjadi mengakibatkan dihantarkannya rangsangan
saraf melalui saraf sensoris ke otak yang disadari sebagai
kelelahan otot. Rangsangan aferen ini menghambat pusat-pusat
25
26
otak dalam mengendalikan gerakan sehingga frekuensi potensial
kegiatan pada sel saraf menjadi berkurang. Berkurangnya
frekuensi tersebut akan menurunkan kekuatan dan kecepatan
kontraksi otot dan gerakan atas perintah kemauan menjadi lambat.
Dengan demikian semakin lambat gerakan seseorang akan
menunjukkan semakin lelah kondisi otot seseorang (Tarwaka,
2004: 107).
2) Kelelahan umum ( General Fatigue)
Gejala utama kelelahan umum adalah suatu perasaan letih
yang luar biasa. Semua aktivitas menjadi terganggu dan terhambat
karena munculnya gejala kelelahan tersebut. Tidak adanya gairah
untuk bekerja baik secara fisik maupun psikis, segalanya terasa
berat dan merasa “ngantuk” (AM Sugeng Budiono, 2003:87).
Kelelahan umum biasanya ditandai dengan berkurangnya
kemauan untuk bekerja yang disebabkan oleh karena monotoni,
intensitas dan lamanya kerja fisik, keadaan dirumah, sebab- sebab
mental, status kesehatan dan keadaan gizi (Tarwaka, 2004: 107).
b. Berdasar penyebab kelelahan
Dibedakan atas kelelahan fisiologis, yaitu kelelahan yang
disebabkan oleh faktor lingkungan (fisik) ditempat kerja, antara
lain: kebisingan, suhu dan kelelahan psikologis yang disebabkan
oleh faktor psikologis (konflik- konflik mental), monotoni
pekerjaan, bekerja karena terpaksa, pekerjaan yang
26
27
bertumpuktumpuk (Kalimo, 1987) yang dikutip oleh Hanida
Rahmawati. N (1998: 12).
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi kelelahan
Menurut Grandjean (1988: 167). Faktor penyebab kelelahan kerja
berkaitan dengan: sifat pekerjaan yang monoton (kurang bervariasi),
intensitas lamanya pembeban fisik dan mental. Lingkungan kerja
misalnya kebisingan, pencahayaan & cuaca kerja. Faktor psikologis
misalnya rasa tanggungjawab dan khawatir yang berlebihan, serta konflik
yang kronis/ menahun. Status kesehatan dan status gizi.
Menurut Siswanto (1991: 43) faktor penyebab kelelahan kerja
berkaitan :
a. Pengorganisasian kerja yang tidak menjamin istirahat dan rekreasi,
variasi kerja dan intensitas pembebanan fisik yang tidak serasi
dengan pekerjaan.
b. Faktor Psikologis, misalnya rasa tanggung jawab dan khawatir
yang berlebihan, serta konflik yang kronis/ menahun
c. Lingkungan kerja yang tidak menjamin kenyamanan kerja serta
menimbulkan pengaruh negatif terhadap kesehatan pekerja.
d. Status kesehatan (penyakit) dan status gizi
e. Jenis pekerjaan yang monoton dan membosankan
Menurut Suma’mur (1989: 69) terdapat lima kelompok sebab
kelelahan yaitu:
27
28
a. Keadaan yang monoton
b. Beban dan lamanya pekerjaan baik fisik maupun mental
c. Keadaan lingkungan seperti cuaca kerja, penerangan dan
kebisingan.
d. Keadaan kejiwaan seperti tanggungjawab, kekhawatiran atau
konflik.
e. Penyakit, perasaan sakit dan keadaan gizi
H. Penurunan Produktivitas
Byrd dan Moore (1986) menyatakan bahwa penurunan produktivitas kerja
pada pekerja terutama oleh adanya kelelahan kerja. ILO (1983) mengutarakan
bahwa faktor yang mempengaruhi terjadinya kelelahan kerja adalah adanya
pekerjaan yang monoton ; adanya intensitas dan durasi kerja mental dan
fisik yang tidak proporsional; faktor lingkungan kerja, cuaca dan kebisingan;
faktor mental seperti tanggung jawab, ketegangan dan adanya konflik-
konflik; serta adanya penyakit-penyakit, kesakitan dan nutrisi yang tidak
memadai. Sementara kelelahan subyektif terhadap tenaga kerja terdiri atas :
1. Pelemahan kegiatan
a. Perasaan berat di kepala
b. Lelah seluruh badan
c. Berat di kaki
d. Menguap
e. Pikiran kacau
28
29
f. Mengantuk
g. Ada beban pada mata
h. Gerakan canggung dan kaku
i. Berdiri tidak stabil
j. Ingin berbaring
2. Pelemahan motivasi
a. Susah berfikir
b. Lelah untuk berbicara
c. Gugup
d. Tidak dapat berkonsentrasi
e. Sulit memusatkan perhatian
f. Mudah lupa
g. Kepercayaan diri berkurang
h. Merasa cemas
i. Sulit mengontrol sikap
j. Tidak tekun dalam pekerjaan
3. Pelemahan fisik
a. Sakit di kepala
b. Kaku di bahu
c. Nyeri punggung
d. Sesak nafas
e. Haus
f. Suara serak
29
Tenaga KerjaSPBU
Paparan Pb Terhadap Tenaga
Kerja
Produktivitas
Kadar Pb Dalam Darah
Kadar Pb Dalam Darah
Kelelahan Subyektif
Penyakit Akibat Kerja
Produktivitas Kerja
Menurun
Upaya
30
g. Kepala merasa pening
h. Spasme di kelopak mata
i. Tremor pada anggota
j. Merasa kurang sehat
I. Kerangaka Teori
Gambar 2.2Kerangka Teori
J. Hipotesis
30
31
Ho = Tidak ada hubungan antara kadar timah hitam (Pb)
darah dengan kelelahan subyektif petugas SPBU di kota
Purwokerto Tahun 2010.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Variabel Penelitian
1. Jenis variabel
a) Variabel terikat (dependent variable) adanya variebel ini
dipengaruhi oleh variebel bebas. Variebel terikat dalam
penelitian ini adalah kelelahan subyektif Petugas SPBU
b) Variabel bebas (independent variable) dalam penelitian ini
adalah, kadar timah hitam (Pb) darah petugas operator SPBU
c) Variabel pengganggu (confounding variable), yaitu variabel
yang diduga memiliki kaitan atau pengaruh terhadap variebel
terikatnya. Variabel pengganggu dalam penelitian ini antara lain
usia, masa kerja, dan jumlah bahan bakar yang terjual dalam
sehari
2. Hubungan antar variabel
31
INPUTKadar Pb dalam darah µg/dl
Variabel BebasVariabel Terikat
Kelelahan Subyektif
VariabelPenganggu
Usia Masa kerja Jumlah bahan
bakar yang terjual perhari
32
32
31
Gambar 3.1 Hubungan Antara Variabel Penelitian
33
3. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
No Variabel Devinisi Operasional
Cara pengeukuran
Alat Ukur Satuan Skala Data
1 Kadar timah hitam (Pb)
Banyaknya kadar Pb dalam darah (µg/dl)yang ditunjukan dalam darah setelah diperiksa dengan metode ASS
Memeriksa kandungan PB dalam darah
dengan Alat ASS
ASS (Atomic Absorbtion
Spectrofotometry)
µg/dl
Ordinal
2 Kelelahan subyektif
kelelahan yang dirasakan oleh petugas operator SPBU setelah melakukan pekerjaanya, kelelahan subyektif tersebut akan dihubungkan dengan tingkat kadar timah hitam (Pb) dalam darahnya.
Menanyakan dengan
Menggunakan kuesioner
Kuesioner -
Nominal
33
32
34
3 Usia Tingkat umur yang dimiliki tenaga kerja operator SPBU yang di mungkinkan memiliki pengaruh dengan kelelahan subyektif.
Menanyakan dengan
Menggunakan kuesioner
Kuesioner Tahun
Ordinal
4 Masa kerja adalah lamanya tenaga kerja sejak mulai bekerja di SPBU hingga saat pemeriksaan.
Menanya dengan Menggunakan
kuesionerKuesioner Tahun Ordinal
5 Jumlah bahan bakar yang terjual
Jumlah bahan bakar adalah rata-rata jumlah bahan bakar yang terjual dalam sehari
Wawancara langsung terhadap pengelola SPBU
Kuesioner Liter Ordinal
34
33
35
B. Jenis penelitian
Jenis penelitian adalah analitik dengan pendekatan Cross Sectioal atau
penelitian yang mempelajari dinamika korelasi antara faktor risiko dengan
efek dengan cara pendekatan observasi, atau pengumpulan data dalam satu
waktu (Point time approach) Artinya, tiap subjek penelitian hanya
diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter
atau variabel subjek pada saat pemeriksaan.
C. Waktu dan lokasi penelitian
1. Waktu
a. Tahap persiapan : Nopember 2009 – Perbruari 2010
b. Tahap pelaksanaan : Pebruari-April 2010
c. Tahap penyelesaian : April–Mei 2010
2. Lokasi
Laboratorium Ekotoksikologi Universitas Jenderal Soedirman
D. Populasi dan sampel
1. Populasi
Seluruh populasi dalam penelitian ini adalah tenaga operator yang
melayani pengisisan bahan bakar, kriteria populasi yang masuk dalam
penelitian ini adalah tenaga kerja operetor SPBU yang bekerja lebih dari 3
tahun. Menurut Anies, (2006, h.155) Paparan timah Hitam (Pb) oleh
tenaga kerja akibat aktivitas di tempat kerja dapat ditentukan secara nyata
apabila mereka telah bekerja > 3 tahun, tenaga yang bekerja kurang dari 3
tahun mungkin memiliki kadar Pb tertentu, namun belum dapat
dipastikan apakah kadar Pb yang terakumulasi di tubuh berasal dari
35
36
aktivitas tempat kerja atau bukan sehingga hasil penelitian akan lebih
valid apabila telah bekerja diatas 3 tahun.
Tabel 3.2 Daftar Jumlah Tenaga Kerja yang Bekerja Lebih Dari 3 Tahun
Tenaga Operator SPBU Kota Purwokerto
No Nama / Alamat SPBU Jumlah operator yang bekerja > 3 tahun
1 SPBU 44-5310SPBU 44-53106, Jalan Gerilya, Purwokerto Selatan
16 Orang
2 SPBU 44-5310 SPBU 44-53103, Jalan Jenderal Sudirman, Purwokerto Selatan
10 Orang
3 SPBU 44-53119, Jalan Senopati, Purwokerto Timur
15 Orang
4 SPBU 44-53107, Jalan Gerilya, Purwokerto Selatan
7 Orang
5 SPBU 44-53110, Jalan Suparjo Rustam, Sokaraja
10 Orang
6 SPBU 44-53115, Jalan Profesor Doktor Bunyamin, Purwokerto Utara
12 Orang
7 SPBU 44-53108, Jalan Laksamana Yos Sudarso, Purwokerto Barat
15 Orang
8 SPBU 44-53116, Jalan Suparjo Rustam, Sokaraja
12 Orang
9 SPBU 44-53112, Jalan Sokaraja, Sokaraja 11 OrangTotal 108 orang
2. Sempel
Penelitian ini menggunakan random sampling / probability sampling
adalah cara pengambilan sampel yang memberikan kesempatan yang
sama kepada setiap elemen populasi
3. Teknik sampling
Teknik sampling menggunakan metode pengambilan secara acak
sederhana (Sample random sampling) hakikat dalam pengambilan secara
36
37
acak sederhana adalah setiap anggota unit populasi memiliki kesempatan
yang sama untuk dijadikan sampel.
Rumus :
Berdasarkan perhitungan dengan rumus diatas diketahui besarnya sampel
yang diambil adalah sebanyak 52 orang pekerja operator SPBU yang
dijadikan objek penelitian.
Tabel 3.3 Jumlah Sampel yang Diambil Tiap SPBU
No Nama SPBU PerhitunganBanyaknya
Sampel yang diambil
1 SPBU 44-5310SPBU 44-53106, Jalan Gerilya, Purwokerto Selatan
16108
x100%= 14.81
%
14.81100
X 52 = 8
orang
2 SPBU 44-5310 SPBU 44-53103, Jalan Jenderal Sudirman, Purwokerto Selatan
10108
x 100% =
9.26%
9.26100
X 52= 5
orang3 SPBU 44-53119, Jalan
Senopati, Purwokerto Timur15
108x 100% =
13.89%
13.89100
X 52 =7
orang 4 SPBU 44-53107, Jalan
Gerilya, Purwokerto Selatan7
108 x 100% = 6.48
%
6.48100
X 52= 4
orang5 SPBU 44-53110, Jalan
Suparjo Rustam, Sokaraja10
108x 100% =
9.26%
9.26100
X 52 =3
orang 6 SPBU 44-53115, Jalan
Profesor Doktor Bunyamin, Purwokerto Utara
12108
x100% =
11.11%
11.11100
X 52= 6
orang 7 SPBU 44-53108, Jalan
Laksamana Yos Sudarso, Purwokerto Barat
15108
x100% =13.89
%
13.89100
X 52 =7
orang 8 SPBU 44-53116, Jalan
Suparjo Rustam, Sokaraja12
108 x 100% =
11.11 %
11.11100
X 52 =6
orang
37
38
9 SPBU 44-53112, Jalan Sokaraja, Sokaraja
11108
x 100% = 10.18
%
10.18100
X 52 = 5
orangTotal 100 % 52 orang
E. Pengumpulan data
1. Jenis Data
a. Data Umum
Data umum yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data
kondisi geografis setempat, tahun beroprasi, ijin usaha, dan alamat
lokasi dari masing-masing SPBU yang ada di kota Purwokerto.
b. Data Khusus
Data khusus yang di kumpulkan adalah data kadar timah hitam (Pb)
dari petugas SPBU yang diukur dengan menggunakan
spektrofotometri serapan atom (ASS), dan hasil questioner
2. Sumber data
a. Sumber Data Primer
Sumber data Primer dalam penelitian ini adalah pemeriksaan kadar
timah hitam (Pb) darah.
b. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah data-data yang
banyak diambil melalui artikel, buku, internet dan hasil karya tulis
orang lain.
3. Cara pengumpulan data
a. Kadar Pb darah
Pengumpulan data mengenai kadar Pb dalam darah dengan
menggunakan alat AAS (Atomic Absorbent Spectrophtometry) yaitu
38
39
pengambilan sampel darah sebanyak 2cc kemudian sampel dikirim ke
laboratorium Ekotoksikologi Universitas Jenderal Soedirman untuk
diperiksa kandungan Pb darah nya, mengenai langkah pemeriksaan
dapat dilihat dalam lampiran 6.
b. Kelelahan subyektif
Menanya secara langsung kepada tenaga operator SPBU dengan
mengguakan kuesioner mengenai kelelahan yang dirasakan pada
saat dan setelah bekerja
c. Data umum
Dikumpulkan dengan cara menanya secara langsung kepada
pengusaha SPBU mengenai kondisi geografis setempat, tahun
beroprasi, ijin usaha, dan alamat lokasi dari masing-masing SPBU
yang ada di kota Purwokerto
4. Instrumen pemeriksaan
Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data berupa daftar
pertanyaan atau kuesioner yang diberikan kepada opertor SPBU mengenai
kelelahan yang dirasakan pada saat dan setelah bekerja dengan
mengisikan 30 daftar pertanyaan mengenai kelelahan subyektif, kuesioner
dapat dilihat pada lapiran 1
F. Pengolahan data
Data-data yang dikumpulkan kemudian diolah dengan
menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Editing (pengolahan) yaitu mencatat, mengoreksi, dan menyeleksi, data
yang telah terkumpul.
39
40
2. Coding (pengkodean) yaitu pemberian kode pada kelompok-kelompok
data hasil pengamatan dan pengukuran yang diperoleh dari lapangan.
3. Tabulating (tabulasi data) yaitu pengolahan data kedalam bentuk tabel
untuk dianalisis.
G. Analisis data
1. Bivariat
Menganalisis kadar Pb dalam darah yang disajikan dalam bentuk tabel
dan grafik
2. Univariat
Menganalisis tiap variabel yaitu variabel bebas berupa kadar Pb dalam
darah µg/dl, variabel terikat yaitu kelelahan subyektif, dan variabel
pengganggu (usia, masa kerja, jumlah bahan bakar rata-rata yang terjual
setiap hari)
Analisis data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan Chi square (X2) dengan menggunakan soft ware SPSS 10
40