yuli setio 207.311.085

102
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN SARAPAN PAGI DENGAN INDEKS PRESTASI KUMULATIF MAHASISWA TINGKAT III FAKULTAS KEDOKTERAN UPN “VETERAN” JAKARTA TAHUN AJARAN 2010 - 2011 SKRIPSI YULI SETIO BUDI PRABOWO 207. 311. 085 FAKULTAS KEDOKTERAN PROGRAM STUDI SARJANA KEDOKTERAN 2011

Upload: intandiahningrum

Post on 22-Sep-2015

54 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

ccd

TRANSCRIPT

  • UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA

    HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN SARAPAN PAGI DENGAN INDEKS

    PRESTASI KUMULATIF MAHASISWA TINGKAT III FAKULTAS

    KEDOKTERAN UPN VETERAN JAKARTA TAHUN AJARAN

    2010 - 2011

    SKRIPSI

    YULI SETIO BUDI PRABOWO

    207. 311. 085

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    PROGRAM STUDI SARJANA KEDOKTERAN

    2011

  • UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA

    HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN SARAPAN PAGI DENGAN INDEKS

    PRESTASI KUMULATIF MAHASISWA TINGKAT III FAKULTAS

    KEDOKTERAN UPN VETERAN JAKARTA TAHUN AJARAN

    2010 - 2011

    SKRIPSI

    Diajukan Sebagai Salah satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

    Sarjana Kedokteran

    YULI SETIO BUDI PRABOWO

    207. 311. 085

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    PROGRAM STUDI SARJANA KEDOKTERAN

    2011

  • ii

    PENGESAHAN DEKAN

    Skripsi diajukan oleh :

    Nama : Yuli Setio Budi Prabowo

    NRP : 207.311.085

    Program Studi : Sarjana Kedokteran

    Judul Skripsi : Hubungan Antara Kebiasaan Sarapan Pagi Dengan

    Indeks Prestasi Kumulatif Mahasiswa Tingkat III

    Fakultas Kedokteran UPN Veteran Jakarta

    Tahun Ajaran 2010 2011

    Telah berhasil dipertahankan di hadapan Penguji dan Pembimbing serta telah

    diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar

    Sarjana Kedokteran pada Program Studi Sarjana Kedokteran, Fakultas

    Kedokteran, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta.

    Disetujui,

    dr. Marlina D, M.Kes dr. Lucy Widasari, M.Si dr. Buddy HW. Utoyo, MARS

    Penguji I Pembimbing I Pmbimbing II

    Mengesahkan,

    dr. Buddy HW. Utoyo, MARS

    Dekan Fakultas Kedokteran UPN Veteran Jakarta

    Ditetapkan di : Jakarta

    Tanggal ujian : 15 April 2011

  • iii

    PENGESAHAN

    KETUA PROGRAM STUDI SARJANA KEDOKTERAN

    Skripsi diajukan oleh :

    Nama : Yuli Setio Budi Prabowo

    NRP : 207.311.085

    Program Studi : Kedokteran Umum

    Judul Skripsi : Hubungan Antara Kebiasaan Sarapan Pagi Dengan

    Indeks Prestasi Kumulatif Mahasiswa Tingkat III

    Fakultas Kedokteran UPN Veteran Jakarta

    Tahun Ajaran 2010 2011

    Telah berhasil dipertahankan di hadapan Penguji dan Pembimbing serta telah

    diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar

    Sarjana Kedokteran pada Program Studi Sarjana Kedokteran, Fakultas

    Kedokteran, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta.

    Disetujui,

    dr. Anisah, MPdKed

    Ketua Program Studi Sarjana Kedokteran

    Ditetapkan di : Jakarta

    Tanggal ujian : 15 April 2011

  • iv

    PERNYATAAN ORISINALITAS

    Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri,

    dan semua sumber yang dikutip maupun dirujuk

    telah saya nyatakan dengan benar.

    Nama : Yuli Setio Budi Prabowo

    NRP : 207.311.085

    Tanggal : 11 April 2011

    Tanda Tangan :

  • vPERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

    SKRIPSI UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

    Sebagai civitas akademik Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta, saya yang bertanda tangan di bawah ini :

    Nama : Yuli Setio Budi Prabowo

    NRP : 207.311.085

    Fakultas : Kedokteran

    Program Studi : Sarjana Kedokteran

    Jenis Karya : Skripsi

    Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN SARAPAN PAGI DENGAN

    INDEKS PRESTASI KUMULATIF MAHASISWA TINGKAT III

    FAKULTAS KEDOKTERAN UPN VETERAN JAKARTA TAHUN

    AJARAN 2010 - 2011

    Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti ini Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan Skripsi saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

    Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

    Dibuat di : Jakarta

    Pada tanggal : 11 April 2011

    Yang menyatakan,

    (Yuli Setio Budi Prabowo)

  • vi

    PRAKATA

    Sembah sujud puji dan syukur yang tidak terhingga penulis panjatkan atas

    kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya skripsi dengan judul

    HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN SARAPAN PAGI DENGAN INDEKS

    PRESTASI KUMULATIF MAHASISWA TINGKAT III FAKULTAS

    KEDOKTERAN UPN VETERAN JAKARTA TAHUN AJARAN 2010 -

    2011 dapat diselesaikan.

    Pada kesempatan ini secara khusus ingin mengucapkan terima kasih dan

    penghargaan setinggi-tingginya kepada dr. Lucy Widasari, M.Si dan dr. Buddy

    HW. Utoyo, MARS selaku pembimbing yang telah memberikan petunjuk,

    pengarahan dan nasehat yang sangat berharga dalam penyusunan sampai dengan

    selesainya skripsi ini.

    Melalui kesempatan ini pula, penulis menghaturkan terima kasih kepada

    semua pihak yang telah banyak berjasa dalam memberikan bantuan, semangat,

    serta doa yang tulus, teristimewa kepada :

    1. Kedua orangtua tercinta; Ayahanda Rochip Hari Purnomo dan Ibunda

    Sulistiowati yang tiada hentinya mendoakan serta memberikan

    dukungan moril dan materil.

    2. Kedua Kakakku; Christian Bambang Sulistyo berserta istri dan Bagus

    Yudo Siswanto berserta istri, yang selalu mendoakan serta memberikan

    semangat.

    3. Ketiga Keponakan tersayang; Natasha Diva Rosavana Sulistyo, Abdad

    Ehnzy Danadyaksa dan Bianca Callista Fedora Sulistyo, yang selalu

    menjadi sumber inspirasi bagi penulis.

    4. dr. Buddy HW. Utoyo, MARS selaku Dekan Fakultas Kedokteran

    Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta.

    5. dr. Anisah, MPd.Ked selaku Ketua Program Studi Sarjana Kedokteran

    (Ka PSSK) Fakultas Kedokteran Universitas Pembangunan Nasional

    Veteran Jakarta.

  • vii

    6. dr. Marlina M.Kes selaku Dewan Penguji Utama yang terhormat, serta

    sebagai koordinator skripsi yang telah banyak membantu dalam proses

    pengerjaan skripsi ini.

    7. dr. Ferdiana Yunita, selaku Koordinator Mahasiswa Tingkat IV Fakultas

    Kedokteran Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta.

    8. dr. Agneta Irmarahayu, selaku Koordinator Mahasiswa Tingkat III

    Fakultas Kedokteran Universitas Pembangunan Nasional Veteran

    Jakarta, yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian pada

    mahasiswa tingkat III.

    9. dr. Tuty Rizkianti, selaku Koordinator Nilai Mahasiswa Tingkat III

    Fakultas Kedokteran Universitas Pembangunan Nasional Veteran

    Jakarta yang telah banyak membantu dalam memberikan data kepada

    penulis.

    10. dr. Sri Wahyuningsih, selaku Kepala Departemen Ilmu Kesehatan

    Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Pembangunan Nasional

    Veteran Jakarta.

    11. Bapak Sugeng Wiyono dan Bapak Purwanto, S.Si, M.Kom yang telah

    memberikan arahan dalam metode penelitian ini.

    12. Seluruh Jajaran Staf Pengajar, Tenaga Administrasi dan Laboratorium di

    Fakultas Kedokteran Universitas Pembangunan Nasional Veteran

    Jakarta, yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.

    13. Teman-teman sejawat Fakultas Kedokteran UPN Veteran Jakarta

    angkatan 2007 dan semua pihak yang terkait yang tidak dapat disebutkan

    satu per satu.

    14. Randi Ika Rahman, SE selaku motivator training and self management.

    Semoga semua pihak yang telah disebutkan diatas mendapat anugrah yang

    berlimpah dari Allah SWT atas segala kebaikan yang telah diberikan kepada

    penulis.

  • viii

    Penulis menyadari bahwa hasil penelitian yang dituangkan di dalam skripsi

    ini masih jauh dari kesempurnaan, namun demikian penulis berharap skripsi ini

    dapat memberi manfaat bagi orang lain dalam melaksanakan tugas pembangunan

    kesehatan terutama yang berkaitan dengan gizi kesehatan dan ilmu kesehatan

    masyarakat.

    Jakarta, April 2011

    Yuli Setio Budi Prabowo

  • ix

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP

    DATA PRIBADI

    Nama : Yuli Setio Budi Prabowo

    Alamat : Kahuripan Nirwana Village blok CB Raya

    No. 12 A, Sidoarjo, Jawa Timur 61252

    Telepon : 031 885 2578

    HP : 082110520290

    Email : [email protected]

    Agama : Islam

    Tempat/Tgl. lahir : Jakarta, 14 Juli 1988

    KELUARGA

    Orang tua

    Ibu : Sulistyowati

    Ayah : Rochip Harry Purnomo

    Saudara

    Kakak : 1. Christian Bambang Sulistyo

    2. Bagus Yudo Siswanto

    PENDIDIKAN FORMAL

    2003 2006 Sekolah Menengah Atas Negeri 99 Jakarta

    2000 2003 Sekolah Menengah Pertama Islam PB. Soedirman Jakarta

    1999 2000 Sekolah Dasar Negeri 2 Kepodang Sidoarjo, Jawa Timur

    1996 1999 Sekolah Dasar Negeri 15 Dauh Puri Denpasar, Bali

    1994 1996 Sekolah Dasar Negeri 2 Farol Dilli, Timor-Timur

    PENDIDIKAN NON FORMAL

    2006 2007 Kursus Bahasa Perancis CCCL Surabaya

    2003 2005 Anggota tim Bola Basket Putra SMAN 99 Jakarta

    2000 2002 Anggota tim Bola Voli Putra SMP Islam PB. Soedirman

    Jakarta

  • xPengalaman Organisasi / Kejuaraan

    2005 2007 Wakil Ketua Bliss Event Organizer

    2004 2005 Ketua OSIS Angkatan 16 SMAN 99 Jakarta

    2005 Juara I Kirab Perorangan Hari AIDS Sedunia oleh Yayasan

    AIDS Indonesia

    2005 Peserta Green Car 2005, Reduksi Emisi Kendaraan oleh

    Kementrian Lingkungan Hidup

    2004 Juara Grup Al-Maruf Basketball Tournament

  • xi

    DAFTAR ISI

    Halaman

    DAFTAR TABEL .................................................................................. xvi

    DAFTAR BAGAN ................................................................................ xvii

    DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xviii

    DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xix

    BAB I PENDAHULUAN

    I.1. Latar Belakang ................................................................................. 1

    I.2. Perumusan Masalah ......................................................................... 5

    I.3. Tujuan Penelitian ............................................................................. 5

    I.3.1. Tujuan Umum................................................................................. 5

    I.3.2. Tujuan Khusus................................................................................ 5

    I.4. Manfaat Penelitian ............................................................................ 6

    I.4.1. Manfaat Teoritis ............................................................................ 6

    I.4.2. Manfaat Praktis............................................................................... 6

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    II.1. Konsep Dasar Gizi Seimbang ......................................................... 7

    II.2. 13 Pesan Dasar Gizi Simbang ......................................................... 8

    II.3. Sarapan Pagi .................................................................................. 15

    II.3.1. Definisi ....................................................................................... 15

    II.3.2. Manfaat Sarapan Pagi .................................................................. 15

    II.3.3. Jenis Makanan Seimbang Untuk Sarapan Pagi ............................. 16

    II.3.4. Dampak Tidak Sarapan Pagi ........................................................ 18

    II.4. Kebutuhan Kalori (Angka Kecukupan Gizi) ................................... 18

    II.5. Otak Manusia ................................................................................ 19

    II.6. Teori Belajar Gestalt ...................................................................... 21

    II.7. Problem Based Learning (PBL) ..................................................... 23

    II.7.1. Definisi PBL ............................................................................... 23

    II.7.2. Tujuan PBL ................................................................................. 23

    II.7.3. Pendekatan SPICES Dalam PBL ................................................. 26

  • xii

    II.8. Indeks Prestasi ............................................................................... 28

    II.9. Metode Food Frequency Questionnaire ......................................... 30

    II.10. Kerangka Teori .............................................................................. 31

    II.11. Kerangka Konsep .......................................................................... 32

    II.12. Hipotesis Penelitian ....................................................................... 32

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN

    III.1. Jenis Penelitian ........................................................................... 33

    III.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................... 33

    III.3. Subjek Penelitian ........................................................................ 33

    III.3.1. Populasi ................................................................................... 33

    III.3.2. Sampel ..................................................................................... 33

    III.4. Teknik Sampling ........................................................................ 34

    III.5. Rancangan Penelitian ................................................................. 35

    III.6. Metode Pengumpulan Data ......................................................... 35

    III.6.1. Jenis Data ................................................................................. 35

    III.6.2. Cara Pengumpulan Data ............................................................. 36

    III.7. Identifikasi Variabel Penelitian ................................................... 36

    III.8. Definisi Operasional ................................................................... 36

    III.9. Instrumen Penelitian ................................................................... 37

    III.10. Protokol Penelitian (Cara Kerja Penelitian) .................................. 37

    III.10.1. Pra-Penelitian ............................................................................ 37

    III.10.2. Saat Penelitian .......................................................................... 37

    III.10.3. Pengolahan Data ...................................................................... 37

    III.11. Analisis Data ............................................................................... 40

    III.11.1. Analisis Univariat ..................................................................... 40

    III.11.2. Analisis Bivariat ........................................................................ 40

    III.12. Penyajian Data ............................................................................. 40

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

    IV.1. Gambaran Umum Fakultas Kedokteran UPN Veteran Jakarta .... 41

    IV.1.1. Sejarah ...................................................................................... 41

  • xiii

    IV.1.2. Sistem Pendidikan ..................................................................... 42

    IV.1.3. Aktivitas Perkuliahan Mahasiswa .............................................. 42

    IV.2. Hasil Penelitian .............................................................................. 45

    IV.2.1. Hasil Analisis Univariat ........................................................... 45

    IV.2.1.1. Usia Mahasiswa....................................................................... 45

    IV.2.1.2. Jenis Kelamin ......................................................................... 46

    IV.2.1.3. Tempat Tinggal Mahasiswa ................................................... 46

    IV.2.1.4. Kebiasaan Sarapan Pagi ......................................................... 46

    IV.2.1.5. Tempat Sarapan Pagi ............................................................. 47

    IV.2.1.6. Waktu Sarapan Pagi ............................................................... 47

    IV.2.1.7. Menu Sarapan Pagi ................................................................. 48

    IV.2.1.8. Persiapan Sarapan Pagi ........................................................... 48

    IV.2.1.9. Konsumsi Pengganti Sarapan Pagi .......................................... 49

    IV.2.1.10.Jenis Pengganti Sarapan Pagi .................................................. 49

    IV.2.1.11.Konsumsi Sumber Energi Pada Pagi Hari ............................... 50

    IV.2.1.12.Jenis Sumber Energi Yang Di Konsumsi ................................. 50

    IV.2.1.13.Indeks Prestasi Kumulatif ....................................................... 51

    IV.2.1.14.Gambaran Frekuensi Jenis Konsumsi Mahasiswa .................... 51

    IV.2.2. HasilAnalisis Bivariat ............................................................... 55

    IV.3. Pembahasan ................................................................................... 56

    IV.3.1. Keterbatasan Penelitian ............................................................. 56

    IV.3.2. Kebiasaan Sarapan Pagi Mahasiswa .......................................... 56

    IV.3.3. Food Frequency Questionnaire ................................................. 58

    IV.3.4. Korelasi Kebiasaan Sarapan Pagi Terhadap Indeks Prestasi ....... 59

    BAB V PENUTUP

    V.1. Kesimpulan ..................................................................................... 61

    V.2. Saran .............................................................................................. 62

    DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 63

    LAMPIRAN ........................................................................................... 66

  • xiv

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel 1 Kecukupan Energi Baku Bagi Orang Indonesia Per Hari ... 19

    Tabel 2 Perbedaan Antara Kelompok Pendekatan SPICES Dan

    Kelompok Pendekatan Konvensional .................................. 26

    Tabel 3 Distribusi Usia Mahasiswa ................................................. 45

    Tabel 4 Distribusi Jenis Kelamin ..................................................... 46

    Tabel 5 Distribusi Tempat Tinggal .................................................. 46

    Tabel 6 Distribusi Kebiasaan Sarapan Pagi Mahasiswa ................... 46

    Tabel 7 Distribusi Tempat Sarapan Pagi Mahasiswa ....................... 47

    Tabel 8 Distribusi Waktu Sarapan Pagi Mahasiswa ......................... 47

    Tabel 9 Distribusi Menu Sarapan Pagi Mahasiswa .......................... 48

    Tabel 10 Distribusi Persiapan Sarapan Pagi Pada Mahasiswa ............ 48

    Tabel 11 Distribusi Kebiasaan Konsumsi Pengganti Sarapan Pagi ..... 49

    Tabel 12 Distribusi Jenis Konsumsi Pengganti Sarapan Pagi ............. 49

    Tabel 13 Distribusi Kebiasaan Konsumsi Energi Pada Pagi Hari ....... 50

    Tabel 14 Distribusi Jenis Konsumsi Sumber Energi Di Pagi Hari ...... 50

    Tabel 15 Distribusi Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) Mahasiswa ....... 51

    Tabel 16 Distribusi Frekuensi Pola Konsumsi Karbohidrat ................ 51

    Tabel 17 Distribusi Frekuensi Pola Konsumsi Protein Hewani ........... 52

    Tabel 18 Distribusi Frekuensi Pola Konsumsi Protein Nabati ............ 52

    Tabel 19 Distribusi Frekuensi Pola Konsumsi Lemak ....................... 53

    Tabel 20 Distribusi Frekuensi Pola Konsumsi Sayur-Sayuran ........... 53

    Tabel 21 Distribusi Frekuensi Pola Konsumsi Buah-Buahan ............. 54

    Tabel 22 Distribusi Frekuensi Pola Konsumsi Susu........................... 54

    Tabel 23 Korelasi Kebiasaan Sarapan Pagi dengan Indeks ................. 55

  • xv

    DAFTAR BAGAN

    Halaman

    Bagan 1 Kerangka Teori ................................................................ 31

    Bagan 2 Kerangka Konsep ............................................................ 32

    Bagan 3 Teknik Sampling .............................................................. 35

    Bagan 4 Protokol Penelitian ........................................................... 39

  • xvi

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    GAMBAR 1 Pedoman Umum Gizi Seimbang ......................................... 8

  • xvii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Halaman

    LAMPIRAN 1 Surat Izin Penelitian .................................................... 66

    LAMPIRAN 2 Kuesioner ................................................................... 67

    LAMPIRAN 3 FFQ ............................................................................. 70

    LAMPIRAN 4 Analisis Univariat ........................................................ 71

    LAMPIRAN 5 Analisis Bivariat .......................................................... 77

    LAMPIRAN 6 Tabel Krejcie ............................................................... 79

  • xviii

    ABSTRAK

    YULI SETIO. Hubungan Antara Kebiasaan Sarapan Pagi Dengan Indeks Prestasi Kumulatif Mahasiswa Tingkat III Fakultas Kedokteran UPN Veteran Jakarta Tahun Ajaran 2010 2011.Dibimbing oleh dr. LUCY WIDASARI, M.Si. dan dr. BUDDY HW UTOYO, MARS.

    Sistem pendidikan di Fakultas Kedokteran sedang menuju proses yang lebih baik, agar mahasiswa dapat menerapkan ilmunya dalam setiap kasus di bidang kesehatan. Salah satu perubahan yang sangat berpengaruh adalah metode pembelajaran yang diterapkan, yaitu dengan pendekatan Problem Based Learning.Untuk itu dibutuhkan dukungan yang adekuat dari berbagai faktor, baik faktoreksternal maupun internalnya. Salah satu faktor eksternalnya adalah asupan nutrisi. Sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran, sudah sepantasnya memahamipentingnya asupan nutrisi dalam menunjang proses belajar. Asupan nutrisi yang baik dimulai sejak pagi hari dengan sarapan. Sarapan pagi merupakan sumber energi yang sangat penting sebelum menjalani aktivitas. Pada mahasiswa, sarapansangat berpengaruh untuk menunjang aktivitas yang padat, karena sarapanmeningkatkan asupan glukosa darah. Kekurangan glukosa darah di pagi hari dapat menyebabkan gangguan konsentrasi yang mengakibatkan penurunan prestasi belajar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara kebiasaan sarapan pagi dengan indeks prestasi kumulatif (IPK) Mahasiswa Tingkat III Fakultas Kedokteran UPN Veteran Jakarta. Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan menggunakan design cross sectional. Data primer yang dingunakan berupa kuesioner dan data sekunder yaitu berupa data IPKmahasiswa. Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran UPN Veteran Jakarta. Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa tingkat III yang memenuhi kriteria inklusi dengan besar sampel 118 responden, cara pemilihan responden berdasarkan Simple Random Sampling. Analisis data menggunakan Uji Statistik Gamma dan Somersd dengan kemaknaan (p < 0.05) dan korelasi (r = 0-1). Hasil Uji Statistik Gamma dan Somersd menunjukkan terdapat korelasi (p = 0.000) yang kuat (r = 0.659) antara kebiasaan sarapan pagi dengan indeks prestasi kumulatif mahasiswa.

    Kata Kunci : Mahasiswa, Sarapan Pagi, Indeks Prestasi Kumulatif.

    Kepustakaan : 43 (2001-2011)

  • xix

    ABSTRACT

    YULI SETIO. The Correlation Between Breakfast Routine with the Grade Point Average of III Grade Students of UPN Veteran Jakarta, Faculty of Medicine in 2010 2011.Under direction of dr. LUCY WIDASARI, M.Si. dan dr. BUDDY HW UTOYO, MARS.

    The intent of current learning system implemented in the Faculty of Medicine is to assist the student in applying their knowledge in their practices. This is achieved through many methods, one of them is by applying the Problem Based Learning method (PBL). To apply this method successfully, adequate support from internal and external factors is required. One of the external factors is nutritional intake. As a student of the Faculty of Medicine, we should have realized the influence of nutrition intake to the learning process. Good nutrition intake begins in the morning with breakfast. Breakfast is the most important energy sources of the day. Breakfast is important for students to support their active lifestyle, because it would influence their blood glucose levels. The lack of glucose in the morning may affect their concentration that would affect their study results. The objective of this research was to discover the correlation between the routine of breakfast with the Grade Point Average (GPA) of III grade students of the Faculty of Medicine of UPN Veteran Jakarta. This was a descriptive analytic study that utilized the cross-sectional design. The data obtained was primary data from questionnaires and secondary data from the students GPA. This research was located at the faculty of Medicine of UPN Veteran Jakarta. The population of this research was all the III grade students that satisfied the inclusion criteria. The sample size was 118 respondents selected through the simple random sampling method. The data was then analyzed with Gamma and Somersd statistical test with a significance of < 0.05 and the r-value = 0-1. The results of that test showed that there was a strong correlation (r = 0.659) between the routine of breakfast and the students GPA.

    Keywords : Students of the Faculty of Medicine, Breakfast, Cumulative Grade-Point Average.

    Refference : 43 (2001-2011)

  • xx

    RINGKASAN

    YULI SETIO. Hubungan Antara Kebiasaan Sarapan Pagi Dengan Indeks Prestasi Kumulatif Mahasiswa Tingkat III Fakultas Kedokteran UPN Veteran Jakarta Tahun Ajaran 2010 2011.Dibimbing oleh dr. LUCY WIDASARI, M.Si. dan dr. BUDDY HW UTOYO, MARS.

    Pendidikan kedokteran di fakultas-fakultas kedokteran di Indonesia sedang

    dalam taraf peningkatan menuju proses pembelajaran yang lebih baik, agar dapat

    mengimplementasikan dalam setiap kasus yang didapat di rumah sakit.

    Pendekatan metode belajar yang kini sedang diterapkan adalah Problem Based

    Learning (PBL). Metode pembelajaran ini didasarkan pada prinsip bahwa masalah

    (problem) digunakan sebagai titik awal untuk mendapatkan ataupun

    mengintegrasikan ilmu baru (knowledge). Berdasarkan Pedoman Program Studi

    Sarjana Kedokteran Fakultas Kedokteran UPN Veteran Jakarta Tahun 2007,

    pelaksanaan pendidikan di Fakultas Kedokteran UPN Veteran Jakarta

    berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi dengan Pendekatan PBL.

    Dalam pelaksanaan kurikulum baru tersebut, dibutuhkan dukungan secara

    menyeluruh baik dari faktor internal maupun eksternalnya. Salah satu faktor yang

    berperan penting yaitu pola makan. Pola makan mahasiswa akan menentukan

    jumlah zat-zat gizi yang diperoleh untuk pertumbuhan dan perkembanganya.

    Jumlah makanan yang cukup sesuai dengan kebutuhan akan menyediakan zat-zat

    gizi yang cukup untuk mahasiswa, guna menjalankan kegiatan fisik yang akan

    dilakukanya, apabila asupan tersebut kurang maka akan berdampak pada

    pertumbuhan dan perkembanganya serta prestasinya.

    Kebutuhan kalori untuk mendukung metode pembelajaran PBL, dapat

    dipenuhi dengan konsumsi sarapan pagi yang seimbang. Untuk menu sarapan

    pagi, sebaiknya makanan mengandung sumber zat tenaga, sumber zat pembangun

    dan sumber zat pengatur. Dan yang lebih diutamakan kandungan gula sebaiknya

    memenuhi 58% energi (terdiri dari 2/3 gula kompleks dan 1/3 gula cepat terserap).

    Sedangkan lemak 30% (2/3 lemak tidak jenuh dari nabati dan 1/3 dari hewani,

    yaitu ikan dan ternak) dari kebutuhan energi harian.

  • xxi

    Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross-

    sectional. Data yang digunakan adalah primer terdiri dari kebiasaan sarapan pagi

    mahasiswa yang didapat dari kuesioner dan Food Frequency Questionnaire (FFQ)

    melalui responden. Sementara data sekundernya adalah indeks prestasi kumulatif

    (IPK) mahasiswa yang di dapat dari Koordinator Nilai Mahasiswa Tingkat III

    Fakultas Kedokteran UPN Veteran Jakarta.

    Penelitian dilaksanakan di Fakultas Kedokteran Universitas Pembangunan

    Nasional Veteran Jakarta. Penentuan besar sampel dilakukan penghitungan

    dengan menggunakan Tabel Krejcie dimana didapatkan 118 orang mahasiswa.

    Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Simple

    Random Sampling. Analisis penelitian ini menggunakan uji Gamma dan

    Somersd. Uji ini digunakan pada hipotesis korelatif antara variabel ordinal

    dengan ordinal dengan kemaknaan (p 0,05 menunjukkan hasil yang tidak bermakna.

    Serta menilai kekuatan korelasinya (r = 0-1).

    Responden dalam penelitian ini adalah Mahasiswa Tingkat III FK UPN

    Veteran Jakarta. Mahasiswa Tingkat III memiliki jadwal perkuliahan yang

    dimulai pada pagi hari pukul 09.00 yaitu tutorial. Aktivitas perkuliahan

    mahasiswa pada Tingkat III ini terbagi menjadi 4 blok. 2 blok (Cardiovascular

    System dan Respiratory system) dilaksanakan pada smester V dan 2 blok

    selanjutnya (Genito Urinary System dan Gastro Intestinal System) dilaksanakan

    pada Smester VI. Setiap blok yang akan dipelajari menggunakan metode diskusi

    tutorial selama 3 jam dengan modifikasi seven jump selama 3 kali dalam

    seminggu, serta kuliah pakar yang dilaksanakan diluar jam tutorial, praktikum

    laboratorium dan belajar keterampilan klinik di laboratorium keterampilan klinik

    (skills lab activity) yang dilaksanakan 1 kali dalam seminggu setelah tutorial.

    Hasil penelitian didapatkan bahwa kebiasaan sarapan pagi Mahasiswa

    Tingkat III Fakultas Kedokteran UPN Veteran Jakarta yang terbanyak adalah

    kebiasaan sarapan pagi tetapi tidak setiap hari, yaitu sebanyak 52 mahasiswa

    (44,0%). Berdasarkan hasil penelitian mengenai IPK Mahasiswa Tingkat III

    Fakultas Kedokteran UPN Veteran Jakarta yang tertinggi dengan predikat

    pujian (Cum Laude) hanya terdapat satu orang (0.8%). Analisis korelasi antara

  • xxii

    kebiasaan dan waktu sarapan pagi terhadap indeks prestasi, maka dilakukan

    analisis bivariat dengan uji Gamma dan Somersd, dengan tingkat kemaknaan

    sebesar 5% ( = 0,05) dan kekuatan korelasi mulai dari yang lemah hingga sangat kuat (r = 0 1).

    Hasil uji statistik didapatkan nilai P-Value = 0.000 ( p < alfa ) maka dapat

    disimpulkan bahwa tolak Ho yang menyatakan bahwa terdapat korelasi antara

    kebiasaan sarapan pagi terhadap indeks prestasi kumulatif (IPK) dengan kekuatan

    korelasi (Lampiran 4) yang kuat (r = 659). Artinya terdapat perbedaan IPK antara

    mahasiswa yang memiliki kebiasaan sarapan pagi yang baik dengan yang kurang

    baik.

    Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Fakultas Kedokteran UPN

    Veteran Jakarta, didapatkan Kebiasaan sarapan pagi mahasiswa tingkat III

    Fakultas Kedokteran UPN Veteran Jakarta masih kurang baik. Karena terdapat

    83 orang mahasiswa (69,4%), ini menandakan bahwa kesadaran mahasiswa akan

    pentingnya asupan makanan pada pagi hari masih sangat kurang. Sementara

    Indeks prestasi mahasiswa tingkat III Fakultas Kedokteran UPN Veteran Jakarta

    yang mencapai angka pujian (cum laude) hanya terdapat 1 orang mahasiswa

    (0.8%), yang terbanyak adalah IPK dengan predikat memuaskan (2.00 2.75)

    yaitu sebanyak 68 orang mahasiswa (57.6%). Dan terdapat korelasi yang kuat (r =

    0.659) antara kebiasaan sarapan pagi dengan indeks prestasi kumulatif mahasiswa

    tingkat III Fakultas Kedokteran UPN Veteran Jakarta (p < 0.05) dengan nilai

    signifikansi 0.000 dan arah korelasi positif.

    Kata Kunci : Mahasiswa, Sarapan Pagi, Indeks Prestasi Kumulatif.

    Kepustakaan : 43 (2001-2011)

  • 1BAB I

    PENDAHULUAN

    I.1. Latar Belakang

    Pada tahun 1990, United Nation Development Program (UNDP)

    memperkenalkan pengukuran pembangunan manusia yang dikenal dengan

    Human Development Index (HDI), atau Indeks Pembangunan Manusia (IPM),

    yang menggambarkan tingkat pembangunan kualitas manusia. Pendekatan ini

    menggunakan tiga indikator yang dapat mengukur kondisi tersebut yaitu

    kesehatan, pendidikan dan kemampuan ekonomi. Dalam perkembangannya,

    perhitungan pembangunan manusia juga memperhatikan aspek lain yang juga

    merupakan kebutuhan masyarakat modern seperti aspek demokrasi, hak azasi

    manusia, kebebasan budaya dan kebersihan lingkungan. (Tjiptoraharja, 2008)

    Masalah yang banyak berkembang dalam pembangunan nasional adalah

    rendahnya kualitas sumber daya manusia. Masalah ini dipengaruhi oleh beberapa

    faktor, seperti gizi makanan, sikap masyarakat terhadap pendidikan, dan sistem

    pendidikan yang dirasakan masih kurang khususnya di daerah yang lebih perifer

    dari perkotaan. Masalah tersebut telah menjadi perhatian bangsa dengan adanya

    upaya pemerintah untuk meningkatkan kualitas sumber daya masyarakat sedini

    mungkin secara terarah, terpadu dan menyeluruh melalui berbagai upaya proaktif

    dan reaktif oleh seluruh komponen bangsa. Penegasan tersebut semakin

    memenempatkan pendidikan sebagai salah satu komponen yang strategis dalam

    meningkatkan pembangunan nasional. (Nawawi, 2005)

    Untuk meningkatkan pembangunan kualitas sumber daya manusia perlu

    diperhatikan berbagai aspek yang mendasarinya sejak dini, harus tertata secara

    sistematis, dan berkesinambungan. Dimulai dari anak sekolah yang merupakan

    investasi bangsa, hingga mahasiswa yang memiliki pengembangan-

    pengembangan metoda belajar, sehingga diharapkan mampu meningkatkan indeks

    pembangunan kualitas manusia. (Depkes RI, 2005 & Tjiptoraharja, 2008)

    Mahasiswa merupakan awal dari terbentuknya suatu tata kelola sumber daya

    yang baik. Dalam berbagai aspek, mahasiswa diharapkan mampu

    mengimplementasikan pengetahuannya dalam bentuk perilaku guna

    1

  • 2meningkatkan indeks pembangunan nasional. Dalam hal ini, mahasiswa

    kedokteran diharapkan mampu mengintegrasikan pengetahuan yang dimilikinya

    untuk membangun suatu tatanan sistem yang baik, sesuai dengan kurikulum yang

    terus berkembang. Dan dalam mendukung aspek tersebut tidak akan luput dari

    berbagai masalah seperti pemahaman masyarakat akan pentingnya pendidikan,

    masalah kesehatan maupun gizi dalam keluarga yang dapat mempengaruhi

    intelegensi dan indeks prestasi. (Harsono, 2004)

    Mahasiswa Fakultas Kedokteran yang menjadi penggerak dalam

    pengetahuan kesehatan, sudah sepantasnya mengetahui pentingnya asupan nutrisi

    dalam menunjang proses belajar. Sehingga mahasiswa yang sedang mengalami

    proses belajar secara formal dan ditunjang oleh status gizi yang optimal, akan

    mempunyai wawasan, pengetahuan, keterampilan, kepribadian serta perilaku

    tertentu sesuai dengan apa yang ingin dituju oleh lembaga pendidikan guna

    meningkatkan mutu kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan visi Indonesia

    sehat 2010. (Depkes RI, 2004)

    Pendidikan kedokteran di fakultas-fakultas kedokteran di Indonesia sedang

    dalam taraf peningkatan menuju proses pembelajaran yang lebih baik, agar dapat

    mengimplementasikan dalam setiap kasus yang didapat di rumah sakit. Metoda

    pembelajaran yang kini sedang diterapkan adalah Problem Based Learning (PBL).

    Metoda pembelajaran ini didasarkan pada prinsip bahwa masalah (problem)

    digunakan sebagai titik awal untuk mendapatkan ataupun mengintegrasikan ilmu

    baru (knowledge). (Saptono, 2003)

    PBL dikembangkan berdasarkan dari beberapa teori belajar, seperti teori

    belajar Gestalt yang menyatakan belajar merupakan suatu bentuk atau

    konfigurasi, sehingga semua yang dipelajari akan dipandang sebagai suatu

    keseluruhan yang terorganisir. Belajar adalah suatu proses konstruksi, bukan

    proses menerima (receptive process). Dari hasil implementasi teori belajar

    tersebut, pokok permasalahan (problem) dapat diselesaikan dengan pemikiran

    kritis (critical thinking) dan penerapan pembelajaran yang mendalam (deep

    learning aproach). (Emilia, 2007)

  • 3Berdasarkan Pedoman Program Studi Sarjana Kedokteran Fakultas

    Kedokteran UPN Veteran Jakarta Tahun 2007, pelaksanaan pendidikan di

    Fakultas Kedokteran UPN Veteran Jakarta berdasarkan Kurikulum Berbasis

    Kompetensi dengan Pendekatan PBL. Metode ini menggunakan kelompok kecil

    tutorial dengan didampingi seorang fasilitator dan dilaksanakan secara terintegrasi

    sebagai landasan untuk menjawab segala kemungkinan permasalahan klinik di

    masa yang akan datang. (PSSK, 2007)

    Dalam pelaksanaan kurikulum baru tersebut, dibutuhkan dukungan secara

    menyeluruh baik dari aspek internal maupun eksternalnya. Salah satu aspek yang

    berperan penting yaitu pola makan. Pola makan mahasiswa akan menentukan

    jumlah zat-zat gizi yang diperoleh untuk pertumbuhan dan perkembanganya.

    Jumlah makanan yang cukup sesuai dengan kebutuhan akan menyediakan zat-zat

    gizi yang cukup untuk mahasiswa, guna menjalankan kegiatan fisik yang akan

    dilakukanya, apabila asupan tersebut kurang maka akan berdampak pada

    pertumbuhan dan perkembanganya serta prestasinya. (Anwar, 2008)

    Pada tahun 1992 telah diselenggarakan kongres gizi internasional di Roma

    yang membahas tentang pentingnya gizi seimbang sebagai upaya untuk

    menghasilkan kualitas sumber daya manusia yang handal. Salah satu rekomendasi

    penting dari kongres itu adalah anjuran kepada setiap negara agar menyusun

    pedoman umum gizi seimbang (PUGS). Di Indonesia pernah diperkenalkan

    pedoman 4 sehat 5 sempurna padatahun 1950 dan sampai sekarang pedoman ini

    masih dikenal oleh sebagian anak sekolah dasar. Slogan 4 sehat 5 sempurna saat

    itu sebenarnya adalah merupakan bentuk implementasi PUGS. (Depkes RI, 2002).

    Dari ketiga belas pesan PUGS, terdapat satu butir pesan yang menarik bagi

    penulis untuk di teliti, yaitu pada pesan ke delapan, biasakan makan pagi. Makan

    pagi atau sarapan sangat bermanfaat bagi setiap orang. Bagi orang dewasa,

    sarapan pagi dapat memelihara ketahanan fisik dan meningkatkan produktivitas

    kerja. Bagi anak sekolah, sarapan pagi dapat meningkatkan konsentrasi belajar,

    sehingga prestasi belajar menjadi lebih baik. Kebiasaan sarapan pagi juga

    membantu seseorang untuk memenuhi kecukupan gizinya sehari-hari. Sarapan

    pagi yang baik terdiri dari makanan sumber zat tenaga, sumber zat pembangun

    dan sumber zat pengatur. (Khomsan, 2003 & Depkes RI, 2002)

  • 4Sarapan pagi merupakan indikator status gizi yang sangat berperan untuk

    menunjang proses belajar. Diharapkan tunjangan proses belajar ini mampu

    mendukung peningkatan indeks prestasi. Meskipun banyak faktor yang

    mempengaruhi indeks prestasi, baik dari dalam diri (internal) maupun dari luar

    (eksternal). Beraneka ragam teori telah membuktikan bahwa sarapan pagi yang

    bergizi memiliki peran dalam proses penalaran serta meningkatkan daya

    konsentrasi yang erat kaitannya dengan efisiensi belajar. (Depkes RI, 2005 &

    Anwar, 2008)

    Seseorang yang tidak makan pagi memiliki risiko menderita gangguan

    kesehatan berupa menurunnya kadar gula darah dengan tanda-tanda antara lain:

    lemah, keluar keringat dingin, kesadaran menurun bahkan pingsan. Bagi anak

    sekolah, kondisi ini menyebabkan merosotnya konsentrasi belajar yang

    mengakibatkan menurunnya prestasi belajar. Dan bagi para pekerja, keadaan ini

    akan menurunkan produktivitas kerja. Dari beberapa penelitian yang sebelumnya

    pernah dilakukan, penelitian mengenai sarapan pagi lebih banyak dilakukan

    terhadap anak, terutama siswa siswi sekolah dasar. Hal ini dikarenakan

    pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja motorik dan kesehatan

    sekolah ditentukan oleh status gizinya. Sehingga optimalisasi gizi sangat

    diperlukan untuk menunjang komponen yang dibutuhkan anak, karena anak

    sekolah merupakan aset negara yang sangat penting sebagai sumber daya manusia

    bagi keberhasilan pembangunan bangsa. Dalam hal ini, khususnya sarapan pagi.

    Ketersediaan sarapan yang bermutu akan meningkatkan kapasitas belajar anak,

    sehingga anak akan lebih mudah dalam menerima pelajaran. (Ristiana, 2009 &

    Anwar 2008)

    Namun demikian, penelitian ini juga harus disadari oleh mahasiswa yang

    benar mengerti akan pentingnya sarapan pagi untuk menunjang mekanisme daya

    ingat kognitif (memori) meskipun hanya sedikit berpengaruh terhadap tingkat

    kecerdasannya (Depkes RI, 2005 & Pasiak, T. 2009).

    Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan

    penelitian mengenai korelasi antara kebiasaan sarapan pagi dengan Indeks Prestasi

    Kumulatif Mahasiswa Tingkat III Fakultas Kedokteran UPN Veteran Jakarta

    Tahun Ajaran 2010 - 2011.

  • 5I.2. Perumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi permasalahan dari

    penelitian ini yaitu :

    1. Bagaimana kebiasaan sarapan pagi Mahasiswa Tingkat III Fakultas

    Kedokteran Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta?

    2. Bagaimana indeks prestasi belajar Mahasiswa Tingkat III Fakultas

    Kedokteran Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta?

    3. Apakah terdapat korelasi antara kebiasaan sarapan pagi dengan indeks

    prestasi Mahasiswa Tingkat III Fakultas Kedokteran Universitas

    Pembangunan Nasional Veteran Jakarta?

    I.3. Tujuan Penelitian

    Sehubungan dengan masalah tersebut di atas, maka penelitian ini memiliki

    tujuan sebagai berikut:

    I.3.1 Tujuan Umum

    Mengetahui gambaran kebiasaan sarapan pagi dan Indeks Prestasi

    Kumulatif Mahasiswa Tingkat III Fakultas Kedokteran UPN Veteran

    Jakarta Tahun Ajaran 2010 2011

    I.3.2 Tujuan Khusus

    1) Mengetahui kekuatan korelasi antara kebiasaan sarapan pagi dengan

    Indeks Prestasi Kumulatif Mahasiswa Tingkat III Fakultas Kedokteran

    UPN Veteran Jakarta Tahun Ajaran 2010 2011

    2) Mengetahui faktor maupun kebiasaan yang menyebabkan mahasiswa

    jarang makan pagi.

  • 6I.4. Manfaat Penelitian

    I.4.1. Manfaat teoritis

    Penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui korelasi antara kebiasaan

    sarapan pagi terhadap indeks prestasi, dimana secara teoritis asupan energi

    di pagi hari sangat bermanfaat untuk meningkatkan konsentrasi, agar otak

    dapat bekerja secara optimal sehingga proses belajar berjalan dengan baik

    dan hasil dari prestasi belajar mahasiswa mengalami peningkatan. Hal ini

    sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Wisconsin School Breakfast

    Program pada anak sekolah dasar, yang membuktikan adanya pengaruh

    sarapan terhadap peningkatan konsentrasi anak.

    I.4.2. Manfaat Praktis

    Secara praktis hasil penilitian ini bermanfaat:

    1) Penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar informasi bagi mahasiswa

    guna meningkatkan kesadaran akan pentingnya sarapan pagi.

    2) Penelitian ini diharapkan menjadi dasar agar Institusi pendidikan

    menyusun program intervensi gizi maupun pengadaan sarapan pagi di

    lingkungan Kampus UPN Veteran Jakarta guna meningkatkan status

    gizi dan indeks prestasi mahasiswa secara optimal.

    3) Untuk menambah wawasan penulis mengenai ilmu gizi seimbang

    secara lebih menyeluruh serta mengaplikasikan ilmu pengetahuan

    dalam dunia penelitian yang telah dipelajari sebelumnya dalam kuliah

    program CRP (Community Research Programe).

    4) Penelitian ini diharapkan menjadi salah satu sumber informasi dan ilmu

    pengetahuan sehingga diharapkan masyarakat dapat mengetahui

    pentingnya sarapan pagi untuk meningkatkan konsentrasi dan

    pemenuhan nutrisi.

  • 7BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    II.1 Konsep Dasar Gizi Seimbang

    Gizi berasal dari bahasa arab Al-Gizzai yang artinya makanan dan

    manfaatnya untuk kesehatan. Al-Gizzai juga dapat diartikan sari makanan yang

    bermanfaat untuk kesehatan. Ilmu Gizi adalah ilmu yang mempelajari cara

    memberikan makanan yang sebaik-baiknya agar tubuh selalu dalam kesehatan

    yang optimal. Pemberian makanan yang sebaik-baiknya harus memperhatikan

    kemampuan tubuh seseorang mencerna makanan, umur, jenis kelamin, jenis

    aktivitas, dan kondisi lain seperti sakit, hamil, menyusui. (Almatsier, 2006)

    Untuk hidup dan meningkatkan kualitas hidup, setiap orang memerlukan 5

    kelompok zat gizi (karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral) dalam

    jumlah cukup, tidak berlebihan dan tidak juga kekurangan. Di samping itu,

    manusia memerlukan air dan serat untuk memperlancar berbagai proses fisiologis

    dalam tubuh. Secara alami, komposisi zat gizi setiap jenis makanan memiliki

    keunggulan dan kelemahan tertentu. Beberapa makanan mengandung tinggi

    karbohidrat tetapi kurang vitamin dan mineral. Sedangkan beberapa makanan lain

    kaya vitamin C tetapi miskin vitamin A. (Moehdji, 2003)

    Konsumsi makanan sehari-hari harus beraneka ragam, dengan demikian

    kekurangan zat gizi pada jenis makanan yang satu akan dilengkapi oleh

    keunggulan susunan zat gizi jenis makanan lain, sehingga diperoleh masukan zat

    gizi yang seimbang. Keterangan di atas menguatkan adanya saling ketergantungan

    antar zat gizi. Misalnya penyerapan yang optimun dari masukan vitamin A

    memerlukan kehadiran lemak sebagai zat pelarut dan mengangkut vitamin A ke

    seluruh bagian tubuh. Selain itu, apabila cadangan mangan (Mn) di dalam tubuh

    kurang, maka vitamin A juga tidak dapat dimanfaatkan oleh tubuh secara optimal.

    Contoh lain, diperlukan vitamin C yang cukup dalam makanan untuk

    meningkatkan penyerapan zat besi (Fe). (Depkes RI, 2002 & Moehdji, 2003)

    7

  • 8Pada teori sebelumnya, susu seringkali mendapat pujian, karena bernilai gizi

    tinggi. Makanan lain dinilai rendah karena kurang bergizi. Sesuai konsep

    keterkaitan antar zat gizi, sudah saatnya penilaian kualitas makanan yang

    didasarkan pada pengagungan terhadap kandungan zat gizi mulai ditinggalkan.

    Kini saatnya memasyarakatkan adanya ketergantungan antarzat gizi atau

    antarberbagai jenis makanan. Setiap jenis makanan memiliki peranan masing-

    masing dalam menyeimbangkan masukan zat gizi sehari-hari. (Khomsan, 2003)

    Peranan berbagai kelompok bahan makanan secara jelas tergambar dalam

    logo gizi seimbang yang berbentuk kerucut (Tumpeng). Dalam logo tersebut

    bahan makanan dikelompokkan berdasarkan fungsi utama zat gizi yang dalam

    ilmu gizi dipopulerkan dengan istilah Tri Guna Makanan. (Depkes RI, 2002)

    Gambar 1. Pedoman Umum Gizi Seimbang

    (Sumber: http://Gizi.net/13pugs)

    II.2 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang

    1. Makanlah Aneka Ragam Makanan

    Semua bahan makanan mengandung zat gizi dengan jumlah yang

    bervariasi. Oleh karena itu mengkonsumsi bahan makanan yang beragam akan

    memberikan nilai gizi yang lebih baik daripada makanan yang dikonsumsi

    secara tunggal. Makin beranekaragam jenis bahan makanan yang dikonsumsi,

    makin terjamin keseimbangan zat gizi dalam tubuh. (Depkes RI, 2002 &

    Sulistyoningsih, 2011)

  • 9Mengkonsumsi makanan yang beraneka ragam sangat bermanfaat bagi

    kesehatan, sebab kekurangan zat gizi tertentu pada satu jenis makanan akan

    dilengkapi oleh zat gizi serupa pada makanan yang lain. Kekurangan satu jenis

    zat gizi dalam konsumsi makanan sehari-hari akan menyebabkan penggunaan

    zat gizi lainnya tidak optimal. Misalnya zat besi (Fe), penyerapannya oleh tubuh

    akan berkurang bila konsumsi vitamin C rendah. Makanan yang beraneka ragam

    paling tidak terdiri dari salah satu jenis dari masing-masing golongan pangan

    berikut: makanan pokok, lauk pauk, sayur dan buah. (Depkes RI, 2002 &

    Sulistyoningsih, 2011)

    2. Makanlah Makanan Untuk Memenuhi Kecukupan Energi

    Setiap orang dianjurkan makan makanan yang cukup mengandung sumber

    zat tenaga atau energi. Kecukupan energi bagi seseorang ditandai dengan berat

    badan yang normal. Dengan berat badan yang normal kita dapat hidup dan

    melaksanakan kegiatan sehari-hari dengan baik. Seseorang yang ingin

    mengetahui status gizi, sebenarnya harus melakukan pengukuran antropometri

    dan dibandingkan dengan standar. Untuk mengetahui berat badan dapat

    dilakukan dengan menimbang berat badan satu kali sebulan yang disesuaikan

    dengan grafik Indeks Massa Tubuh, sehingga diketahui keadaan berat badan.

    (Depkes RI, 2002 & Sulistyoningsih, 2011)

    Apabila makanan yang dikonsumsi tidak cukup mengandung energi atau

    kekurangan energi yang berlangsung lama mengakibatkan penurunan berat

    badan dan apabila berlanjut dapat menyebabkan kurang gizi, namun sebaliknya

    apabila kelebihan energi akan menyebabkan kelebihan berat badan dan apabila

    berlanjut akan menyebabkan kegemukan yang merupakan salah satu resiko

    gangguan kesehatan seperti penyakit diabetes, jantung, tekanan darah tinggi dan

    sebagainya. Kebutuhan energi dapat dipenuhi dengan mengkonsumsi makanan

    sumber karbohidrat, protein dan lemak. (Depkes RI, 2002 & Sulistyoningsih,

    2011)

  • 10

    3. Makanlah Makanan Sumber Karbohidrat, Setengah dari Kebutuhan

    Energi.

    Makanan sumber karbohidrat merupakan sumber energi utama dalam

    hidangan di Indonesia seperti nasi, jagung, ubi atau sagu. Energi yang berasal

    dari makanan digunakan untuk aktivitas di dalam tubuh dan aktivitas di luar

    tubuh . Aktivitas dalam tubuh misalnya kerja jantung, proses metabolisme sel,

    proses pencernaan dan sebagainya. Sedangkan aktivitas di luar tubuh seperti

    jalan, bekerja dan sebagainya. (Depkes RI, 2002 & Sulistyoningsih, 2011)

    Terdapat 2 kelompok sumber karbohidrat yaitu sumber karbohidrat

    komplek (padi-padian, umbi-umbian, tepung dan sebagainya) dan sumber

    karbohidrat sederhana (gula). Konsumsi karbohidrat yang berlebih dapat

    mengurangi peluang terpenuhinya zat gizi lain. Konsumsi gula sebaiknya

    dibatasi sampai 5% dari jumlah kecukupan energi atau sekitar 3-4 sendok makan

    setiap hari dan konsumsi karbohidrat perlu dibatasi setengah dari kebutuhan

    energi (Depkes RI, 2002 & Sulistyoningsih, 2011)

    4. Batasi Konsumsi Lemak dan Minyak Sampai Seperempat dari

    Kecukupan Energi.

    Lemak dan minyak yang terdapat di dalam makanan berperan sebagai

    sumber dan cadangan energi, membantu penyerapan vitamin A,D,E dan K,

    sumber asam lemak esensial, penyebab makanan mempunyai tekstur khusus

    (lunak atau keras) dan menambah lezat hidangan serta memberikan rasa kenyang

    yang lebih lama. (Depkes RI, 2002 & Sulistyoningsih, 2011)

    Berdasarkan kemudahan proses pencernaan, lemak dibagi 3 yaitu : lemak

    yang mengandung asam lemak tak jenuh ganda, asam lemak tak jenuh tunggal

    dan asam lemak jenuh. Asam lemak tak jenuh ganda dan asam lemak tak jenuh

    tunggal mudah dicerna dan berasal dari sumber pangan nabati (kecuali minyak

    kelapa). Asam lemak jenuh tidak mudah dicerna dan berasal dari sumber pangan

    hewani. Konsumsi lemak hewani yang berlebihan dapat menyebabkan

    penyempitan pembuluh darah arteri dan penyakit jantung koroner. Oleh karena

    itu mengkonsumsi lemak atau minyak perlu dibatasi 1/4 dari kecukupan energi

    atau jika dalam bentuk minyak antara 2 - 4 sendok makan sehari. (Depkes RI,

    2002 & Sulistyoningsih, 2011)

  • 11

    5. Gunakan garam beryodium

    Garam yodium merupakan salah satu zat gizi yang berperan untuk

    pembentukan hormon tiroksin dari kelejar thyroid, yang diperlukan untuk

    perkembangan fisik dan mental, untuk pertumbuhan dan kecerdasan anak.

    Apabila dalam keadaan kekurangan yodium, kelenjar gondok akan berupaya

    membuat kompensasi dengan menambah jaringan kelenjar gondok yang disebut

    dengan penyakit gondok. (Depkes RI, 2002 & Sulistyoningsih, 2011)

    Jumlah yodium pada makanan tergantung kandungan yodium dalam tanah,

    sehingga rendahnya kadar yodium dalam tanah mengakibatkan kadar yodium

    dalam air dan tumbuh-tumbuhan menjadi rendah. Pada daerah-daerah yang

    kandungan yodiumnya rendah, konsumsi yodium tidak memenuhi kecukupan

    sehingga dianjurkan untuk menggunakan garam yodium yang telah diiodisasi.

    Untuk memenuhi kebutuhan garam yodium dianjurkan untuk mengkonsumsi

    garam yodium 150 g perhari atau 1 sendok teh (2,5 gram) perhari dan tidak

    boleh lebih dari 6 gram sehari atau 2,5 sendok teh karena akan berdampak

    negatif pada kesehatan (tekanan darah tinggi). Sebaiknya membubuhi garam

    beryodium setelah makanan dimasak karena kandungan yodium bisa rusak atau

    hilang saat makanan dimasak. (Pujinarti, 2007)

    6. Makanlah makanan sumber zat besi.

    Zat besi merupakan komponen utama dalam pembentukan sel darah merah

    dan penting untuk menjaga kerja sel tubuh sebagaimana mestinya. Manfaat lain

    dari mengkonsumsi makanan sumber zat besi adalah terpenuhinya kecukupan

    vitamin B karena makanan sumber zat besi biasanya juga merupakan sumber

    vitamin B. (Depkes RI, 2002 & Sulistyoningsih, 2011)

    Kekurangan zat besi dalam makanan sehari-hari secara berkelanjutan dapat

    menimbulkan penyakit anemia gizi besi (kurang darah) dimana pembentukan

    sel-sel darah merah terganggu. Gejala umum anemia gizi adalah, lemah, letih,

    lesu, mudah lelah yang dapat mengganggu produktifitas kerja dan konsentrasi

    belajar. Anemia gizi besi terutama banyak diderita oleh wanita hamil, wanita

    menyusui, wanita usia subur, anak sekolah, remaja, pekerja berpenghasilan

    rendah, balita, pria dewasa dan wanita usia lanjut. (Depkes RI, 2002 &

    Sulistyoningsih, 2011)

  • 12

    Untuk mencegah anemia gizi besi dianjurkan untuk mengkonsumsi

    makanan sumber zat besi yaitu lauk pauk dan sayuran hijau yang merupakan

    bagian dari anekaragam makanan. Vitamin C dapat membantu meningkatkan

    penyerapan sumber zat besi dari pangan hewani. (Depkes RI, 2002 &

    Sulistyoningsih, 2011)

    7. Berikan ASI saja pada bayi sampai umur 4 bulan

    ASI merupakan makanan terbaik untuk bayi karena ASI memenuhi

    seluruh kebutuhan bayi terhadap zat-zat gizi untuk pertumbuhan dan kesehatan

    sampai berumur 6 bulan. Selain itu ASI sangat menguntungkan ditinjau dari segi

    gizi, kesehatan, ekonomi maupun sosio-psikologis diantaranya membantu

    tumbuh kembang anak, mempertahankan dan meningkatkan daya tahan tubuh

    anak terhadap penyakit infeksi. (Depkes RI, 2002 & Sulistyoningsih, 2011)

    Didalam ASI terkandung zat kekebalan, asam lemak omega 3 yang

    penting untuk perkembangan mental dan kecerdasan anak serta nilai psikologis

    atau kejiwaan berupa jalinan kasih sayang antara ibu dan anak. Bayi yang tidak

    mendapatkan ASI ekslusif akan mudah terkena penyakit infeksi terutama infeksi

    usus (diare), sehingga dianjurkan untuk memberikan ASI saja pada bayi sampai

    berumur 6 bulan (ASI Ekslusif). (Depkes RI, 2002 & Sulistyoningsih, 2011)

    8. Biasakan makan pagi

    Makan pagi atau sarapan penting bagi tubuh karena selama satu malam

    atau 12 sampai 13 jam kita tidak makan lagi dan semua zat makanan yang

    diperoleh dari makan malam sudah diubah dan diedarkan keseluruh tubuh. Jika

    tidak makan pagi dapat menimbulkan gangguan kesehatan seperti menurunnya

    kadar gula dalam darah sehingga untuk menaikkan kadar gula darah, tubuh

    mengambil cadangan hidrat arang dan jika ini habis maka cadangan lemaklah

    yang diambil sehingga tubuh tidak dapat melakukan pekerjaan dengan baik.

    (Sulistyoningsih, 2011)

    Jenis makanan yang dimakan untuk makan pagi sangat menentukan

    kestabilan kadar gula darah karena gula yang didalam darah merupakan sumber

    energi untuk bekerja. Kadar normalnya adalah 80-120 miligram per 100 cc

    darah. Makan pagi sebaiknya terdiri dari makanan sumber zat tenaga, sumber zat

    pembangun dan sumber zat pengatur. (Depkes RI, 2002)

  • 13

    Makan pagi secara teratur dalam jumlah yang cukup amat penting untuk

    memelihara ketahanan fisik, daya tahan tubuh, meningkatkan konsentrasi belajar

    dan meningkatkan produktifitas kerja (Depkes RI, 2002 & Sulistyoningsih,

    2011).

    9. Minumlah air bersih, aman yang cukup jumlahnya

    Tubuh manusia mengandung 60%-70% air dari seluruh berat badan

    sehingga bila tubuh kehilangan 20% air saja dapat mengakibatkan kematian.

    Tubuh orang dewasa membutuhkan paling sedikit delapan gelas air setiap hari.

    Air berperan penting dalam metabolisme sel. (Depkes RI, 2002 &

    Sulistyoningsih, 2011)

    Air bersih dan aman adalah air bersih yang jernih, tidak mengandung

    kuman penyakit dan bahan beracun, tidak berasa, tidak berwarna dan tidak

    berbau dan sebelum diminum harus dimasak sampai mendidih. (Depkes RI,

    2002 & Sulistyoningsih, 2011)

    10. Lakukan kegiatan fisik dan olahraga secara teratur

    Kegiatan fisik dan olahraga secara teratur bermanfaat untuk meningkatkan

    kebugaran, mencegah kelebihan berat badan, meningkatkan fungsi jantung, paru

    dan otot, meningkatkan suplai darah ke hati, membantu mempertahankan

    kekuatan otot dan kelenturan tulang sendi serta memperlambat proses penuaan,

    membantu mengurangi kegelisahan dan tidur lebih nyenyak, membantu

    mengatur nafsu makan. Kegiatan fisik dan olahraga yang tidak seimbang dengan

    energi yang dikonsumsi dapat mengakibatkan berat badan berlebih atau kurang

    yang dapat mmeningkatnya resiko berkembangnya beberapa penyakit kronis

    seperti penyakit hati, tekanan darah tinggi dan diabetes (Depkes RI, 2002).

    Olahraga yang cukup dapat dilakukan dengan memenuhi prinsip FIT

    (Frequency, Intensity, dan Time). FIT yang baik adalah frekuensi tiga kali

    seminggu dengan intensitas mencapai denyut nadi sebesar 70-85% dari denyut

    nadi maksimum yaitu angka 220 dikurangi umur dan dilakukan selama 20 menit.

    Berjalan, naik tangga, berkebun, kegiatan rumah tangga merupakan bagian dari

    kegiatan fisik yang dianjurkan. (Depkes RI, 2002 & Sulistyoningsih, 2011)

  • 14

    11. Hindari minum minuman beralkohol

    Meminum alkohol meskipun sedikit akan merusak dua organ utama yaitu

    otak dan jantung, dimana alkohol akan mengurangi kesanggupan jantung untuk

    mengedarkan darah keseluruh tubuh. Depkes RI (2002) menjelaskan kebiasan

    minum-minuman beralkohol dapat menyebabkan terhambatnya proses

    penyerapan zat gizi, hilangnya zat gizi yang penting sehingga menyebabkan

    kurang gizi, ketagihan serta kehilangan kendali diri. Oleh sebab itu dianjurkan

    tidak meminum minuman alkohol. (Depkes RI, 2002 & Sulistyoningsih, 2011)

    12. Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan

    Selain harus bergizi lengkap dan seimbang, makanan harus bebas dari

    kuman, cemaran, racun, tidak mengalami perubahan bentuk, warna, aroma, rasa

    dan diolah dengan cara yang benar sehingga kandungan gizinya tidak rusak dan

    tidak bertentangan dengan nilai agama yang dianut (halal). Makanan yang aman

    dan sehat merupakan faktor penting untuk meningkatkan derajat kesehatan.

    Tanda umum makanan yang tidak aman bagi kesehatan antara lain : berlendir,

    berjamur, aroma dan rasa serta warna berubah, khusus untuk makanan olahan

    pabrik terjadi kerusakan pada kemasan seperti kaleng karatan, kaleng tidak utuh

    (menggelembung atau peot) dan tidak melewati tanggal kadaluarsa. (Depkes RI,

    2002 & Sulistyoningsih, 2011)

    Akibat mengkonsumsi makanan yang tidak aman dapat menimbulkan

    keracunan dengan gejala mual, muntah, sakit perut, diare dan demam yang

    dimulai 1 jam sampai 36 jam setelah mengkonsumsi makanan yang sudah

    tercemar sehingga dianjurkan untuk makan makanan yang aman bagi kesehatan

    (Depkes RI, 2002 & Sulistyoningsih, 2011)

    13. Bacalah label pada makanan yang dikemas

    Label adalah keterangan tentang isi, jenis, komposisi zat gizi, tanggal

    daluarsa dan keterangan penting lain yang dicantumkan pada kemasan. Semua

    keterangan yang rinci pada label makanan yang dikemas sangat membantu

    konsumen untuk mengetahui bahan-bahan yang terkandung dalam makanan

    tersebut. Selain itu dapat memperkirakan bahaya yang mungkin terjadi pada

    konsumen yang beresiko tinggi karena punya penyakit tertentu, seperti alergi

    dan lain sabagainya. (Depkes RI, 2002 & Sulistyoningsih, 2011)

  • 15

    II.3 Sarapan Pagi

    II.3.1. Definisi

    Sarapan pagi adalah makanan yang dikonsumsi pada pagi hari setelah

    malam hari kita tidak makan. Sarapan pagi berarti memutus masa puasa

    tersebut, bila puasa tersebut tidak disudahi dengan sarapan pagi, cadangan

    glukosa dalam tubuh seseorang hanya cukup untuk aktivitas selama dua hingga

    tiga jam saja pada pagi hari. Kadar glukosa normal seseorang di pagi hari antara

    70 hingga 110 mg/dl. Tanpa sarapan seseorang akan mengalami hipoglikemia

    atau kekurangan glukosa darah. Hipoglikemia mengakibatkan tubuh gemetaran,

    pusing, dan sulit berkonsentrasi. Itu semua karena kekurangan glukosa yang

    merupakan sumber tenaga bagi otak. (Khan, 2005)

    Sarapan pagi sangatlah penting bagi seseorang dengan aktivitas fisik yang

    beraneka ragam, karena aktivitas yang dilakukan seseorang memerlukan energi

    dan kalori yang cukup besar. Sarapan pagi harus memenuhi sebanyak 1/4 kalori

    sehari. Bagi orang dewasa, sarapan pagi dapat memelihara ketahanan fisik,

    mempertahankan daya tahan saat bekerja dan mempertahankan produktivitas

    kerjanya. Bagi anak sekolah, makan pagi dapat memudahkan konsentrasi

    belajar, menyerap pelajaran, sehingga prestasi belajarnya pun menjadi lebih

    baik. (Judarwanto, 2008)

    Kebiasaan makan pagi juga membantu seseorang untuk memenuhi

    kecukupan gizinya sehari-hari. Jenis hidangan untuk makan pagi dapat dipilih

    dan disusun sesuai dengan keadaan. Namun akan lebih baik bila terdiri dari

    makanan sumber zat tenaga, sumber zat pembangun dan sumber zat pengatur.

    (Depkes RI, 2002)

    II.3.2. Manfaat Sarapan Pagi

    Berikut adalah manfaat sarapan pagi: (Khomsan, 2003)

    1. Memberi energi untuk otak

    Seseorang yang hanya minum teh manis atau makan beberapa potong

    biskuit hingga waktu makan siang tidak dapat dikatakan sebagai sarapan pagi.

    Manfaat sarapan pagi adalah meningkatkan kemampuan otak sehingga

    seseorang lebih mudah untuk berkonsentrasi.

  • 16

    2. Meningkatkan asupan vitamin

    Jus buah segar merupakan salah satu variasi sarapan yang dianjurkan

    karena mengandung vitamin dan mineral yang menyehatkan. Sari buah alami

    dapat meningkatkan kadar glukosa darah, meskipun belum sepenuhnya

    menunjang kebutuhan energi untuk aktivitas. Maka setelah itu bisa dilanjutkan

    dengan makan sereal, nasi ataupun roti. Menu pilihan lain berupa roti dan telur,

    bubur, susu, mie, pasta dan lain-lain.

    3. Memperbaiki memori/daya ingat

    Penelitian terakhir membuktikan bahwa tidur di malam hari membuat otak

    kita kekurangan glukosa. Jika kita tidak mendapat glukosa yang cukup pada

    saat sarapan, maka fungsi otak khususnya memori dapat terganggu. Menurut

    penelitian yang dilakukan oleh Suzan E. Bagwel tahun 2008 (Loyola

    University New Orleans) pada dua kelompok populasi dengan kebiasaan

    sarapan pagi yang rutin pada satu kelompok dan kebiasaan sarapan pagi yang

    tidak rutin pada kelompok lainnya, menggunakan Tes Daya Ingat. Hasil dari

    tes tersebut didapatkan nilai rata-rata yang lebih tinggi pada kelompok dengan

    kebiasaan sarapan pagi rutin dibandingkan dengan kelompok yang kebiasaan

    sarapan paginya tidak rutin. (Bagwel, 2008)

    4. Meningkatkan daya tahan terhadap stress

    Anak-anak dan remaja yang sarapan pagi memiliki performa lebih, mampu

    mencurahkan perhatian pada pelajaran, berperilaku positif, ceria, kooperatif,

    mudah berteman dan dapat menyelesaikan masalah dengan baik. Sedangkan

    anak yang tidak sarapan, tidak dapat berpikir dengan baik dan selalu kelihatan

    malas. (Madanijah, 2004)

    II.3.3. Jenis Makanan Seimbang Untuk Sarapan Pagi

    Untuk menu sarapan pagi, sebaiknya makanan mengandung sumber zat

    tenaga, sumber zat pembangun dan sumber zat pengatur. Dan yang lebih

    diutamakan kandungan gula sebaiknya memenuhi 58% energi (terdiri dari 2/3

    gula kompleks dan 1/3 gula cepat terserap). Sedangkan lemak 30% (2/3 lemak

    tidak jenuh dari nabati dan 1/3 dari hewani, yaitu ikan dan ternak) dari

    kebutuhan energi harian. (Sulistyoningsih, 2011)

  • 17

    Agar seimbang dan lengkap nilai gizinya, sarapan pagi hendaknya tersusun

    dari jenis pangan seperti berikut:

    1. Susu dan Produk Olahan Susu

    Susu, keju, dan yoghurt merupakan sumber protein hewani, kalsium,

    Vitamin A, B2, dan D. Meski susu bergizi, namun masih ada kekurangan

    asam amino esensial (penting dan mutlak ada tapi tidak dapat dibuat dalam

    tubuh) khususnya metionin. Susu merupakan pangan terbaik sebagai

    pembawa kalsium dalam tubuh. Mineral kalsium sangat penting sebagai dasar

    masa pertumbuhan tulang dan gizi. Satu liter susu mengandung protein setara

    dengan empat butir telur. Susu sebanyak itu mencukupi kebutuhan bayi/balita

    sebanyak 40% energi, 70% protein, >100% kalsium, >100% fosfor, 10% besi,

    40% vitamin A, 10% vitamin D, 60% vitamin B1, >100% vitamin B2 dan

    40% vitamin C. Sedangkan bagi orang dewasa, 1 liter susu identik dengan

    pemenuhan kebutuhan sebanyak 22% energi, 45% protein, >100% kalsium,

    100% fosfor, 6% zat besi, 40% vitamin A, 30% vitamin B1, 60% vitamin B2

    dan hanya 25% vitamin C. (Depkes RI, 2002)

    Protein sangat penting untuk membangun tubuh serta pembaruan

    jaringan dan otot. Sedangkan vitamin B2 berperan dalam transformasi dan

    asimilasi berbagai zat gizi (protein, lemak, karbohidrat) oleh organ tubuh.

    Susu juga mengandung vitamin A, sehingga penting bagi penglihatan malam

    serta kualitas kulit. Sedangkan vitamin D untuk membantu penglihatan dan

    penggunaan kalsium oleh organ tubuh. (Khomsan, 2003)

    2. Telur

    Dilihat dari kualitas gizi proteinnya telur merupakan pangan standar.

    Satu butir setara gizi proteinnya dengan semangkuk susu. Dibandingkan

    dengan protein susu, protein telur unggul dalam penyediaan asam amino

    esensial treonin dan methionin, namun kalah kandungan isoleusin, leusin,

    tyrosin dan ionin. Dibandingkan dengan daging, telur unggul pada semua

    asam amino esensial kecuali kandungan lisin dan histidinnya, sedangkan

    kedelai, unggul dalam semuanya, kecuali fenilalanin. (Khomsan, 2003)

  • 18

    3. Nasi, Roti dan Produk Serealia

    Nasi, roti dan produk serealia merupakan sumber karbohidrat kompleks,

    vitamin kelompok B, dan mineral.Roti bisa diolesi margarin, mentega atau

    madu kental. Di samping itu mentega juga sebagai sumber vitamin A. Pagi

    hari sebaiknya makan makanan yang rendah lemak, khususnya bagi mereka

    yang bermasalah dengan kadar kolesterol atau ingin melangsingkan tubuh.

    Produk serelia dikenal sebagai sumber energi karena kandungan gulanya

    (karbohidrat). Bila dikonsumsi saat makan, gulanya akan membebaskan

    energi sepanjang pagi dan akan menghindari menurunnya tekanan terus

    (ketegangan otot). Selain sebagai sumber energi, serealia juga kaya akan

    protein untuk melengkapi protein susu, khususnya karena kadar metioninnya

    cukup tinggi. (Depkes RI, 2002 & Khomsan, 2003)

    II.3.4. Dampak Tidak Sarapan Pagi

    Seseorang yang tidak makan pagi memiliki risiko menderita gangguan

    kesehatan berupa menurunnya kadar glukosa darah dengan tanda-tanda antara

    lain: lemah, keluar keringat dingin, kesadaran menurun bahkan pingsan. Bagi

    anak sekolah, kondisi ini menyebabkan merosotnya konsentrasi belajar yang

    mengakibatkan menurunnya prestasi belajar. Bagi pekerja akan menurunkan

    produktivitas kerja. (Depkes RI, 2002)

    Kebiasaan seseorang menghindari makan pagi dengan tujuan untuk

    menurunkan berat badan, jelas merupakan kekeliruan yang dapat mengganggu

    kondisi kesehatan. Antara lain berupa gangguan pada saluran pencernaan.

    Bagi seseorang yang tidak sempat makan pagi di rumah, agar tetap

    mengupayakan makan pagi di tempat lain yang memungkinkan. (Rubin, 2003)

    II.4 Kebutuhan Kalori (Angka Kecukupan Gizi)

    Di masa remaja, kebutuhan energi menjadi prioritas dalam menunjang

    aktivitas. Karena pada masa ini, remaja mulai mencari citra diri untuk membentuk

    pola kepribadian menuju taraf kedewasaan, sehingga kebutuhan kalori akan

    menjadi cermin dari asupan nutrisi remaja tersebut. Dan pada masa remaja ini,

    kebutuhan kalori sudah dibedakan antara remaja laki-laki dan perempuan.

    Biasanya, kebutuhan kalori pada laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan

  • 19

    perempuan, mengingat aktivitas yang lebih dominan pada laki-laki dibandingkan

    perempuan. (Pardede, 2002 & Soetjiningsih, 2004)

    Hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan kebutuhan kalori pada

    remaja adalah bilamana remaja tersebut duduk di bangku kuliah. Pada umumnya

    mahasiswa disibukkan dengan berbagai kegiatan kampus yang tidak menutup

    kemungkinan sifatnya menyita waktu yang panjang, sehingga mereka

    mengabaikan waktu makan. Yang paling utama adalah sarapan pagi sebelum

    memulai aktivitas. Sarapan pagi yang cukup akan memenuhi kebutuhan energi

    selama aktivitas kuliah di pagi hari, sehingga asupan glukosa darah tetap terjaga

    dan konsentrasi dalam belajar tidak mengalami hambatan. (Khomsan, 2003)

    Tabel 1 Kecukupan Energi Baku Bagi Orang Indonesia per hari (Berdasarkan Komisi Ahli FAO/WHO 1993)

    Jenis Kelamin

    Golongan Umur(Tahun)

    Berat Tubuh(kg)

    Energi yangdigunakan

    (kalori)Laki-laki 0,5 - 1

    1 - 34 - 67 - 9

    10 - 1213 - 1516 - 1920 - 3940 - 50

    > 60

    8,011,516,523,030,040,053,055,055,055,0

    900116014501790213022802600253024702020

    Wanita 10 1213 1516 1920 3940 59

    > 60

    32,042,045,047,047,047,0

    198021001940188017401500

    Sumber : diambil dari Widyakarya Natioanal Pangan & Gizi 2004.

    II.5 Otak Manusia

    1. Otak Manusia Sebagai Pusat Intelegensia

    Proses Berfikir merupakan suatu Proses intelektualitas. Intelektualitas atau

    kognisi merupakan salah satu komponen fungsi luhur, dimana secara anatomis

    berkaitan dengan sitem limbik. (Pasiak, 2009)

  • 20

    Daya Saing Kecerdasan sesungguhnya merupakan daya saing yang

    menggunakan semua kecerdasan yang ada pada otak manusia yaitu

    menggabungkan kecerdasan rasional di neokorteks , emosional di sistem limbik

    dan spritual di God spot (temporal). (Kusumoputro, 2008)

    Beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai kecerdasan otak,

    diketahui bahwa kecerdasan otak yang bersumber di sistem limbik justru

    memberikan kontribusi jauh lebih besar dibandingkan dengan kecerdasan yang

    bersumber dari neokorteks. Terdapat dua kecerdasan yang bersumber selain dari

    neo kortex yaitu pada emosional di sistem limbik dan spiritual di God spot

    (temporal). Kontribusi kecerdasan emosional dan spiritual terhadap keberhasilan

    karir atau hidup seseorang diperkirakan sekitar 80 %, sedangkan sisanya

    merupakan kontribusi dari kecerdasan rasional. Dari 80 % kontribusi tersebut

    ternyata spiritual mendominasi sekitar 60 % dan sisanya merupakan kontribusi

    emosional. (Kusumoputro, 2008)

    Sementara sistem limbik itu sendiri meliputi komponen dari lobus limbik

    dan struktur yang berkaitan, di antara semua adalah area septalis dan entorinal,

    indusium griseum, kompleks amigdaloid dan kormus mamilare. Karena hubungan

    serat yang ekstensif inilah, Papez (1937) memberikan teori bahwwa sirkuit yang

    dibentuk oleh berbagai unit dapat merupakan substrat anatomis bagi mekanisme

    emosi dan ekspresinya dan untuk komponen aktif dari dorongan instingsif.

    2. Manajemen Perangkat Otak

    Fungsi manajemen yang diatur oleh SDM dalam organisasi merupakan

    rentetan kegiatan (planning, organizing, actuating/ motivating, dan controlling)

    sesuai dengan fungsi eksekutif (lobus prefrontal) sesuai dengan mekanisme kerja

    otak. Seorang profesional, pemimpin dan manejer harus berupaya menguasai

    fungsi lobus ini karena problem solving, kreativitas dan innovasi berada di

    bagian otak ini.

    Otak merupakan organ yang mempunyai kemampuan belajar, terdiri dari

    belahan kiri dan kanan yang mempunyai tugas berbeda, sedangkan daya saing

    ditentukan oleh kecakapan menyerap pelajaran karena pikiran (mind), tubuh

    (body), emosi dan otak merupakan suatu kesatuan. Maka dari segi manajemen

    menggunakan whole brain learning menjadi dasar seutuhnya menggunakan

  • 21

    komunikasi otak, inteligensi emosi, dan spiritual. Timbul pertanyaan, mengapa

    seseorang hanya mampu menghafal pelajaran dan lupa dalam jangka waktu

    pendek, sedangkan untuk menceritakan kisah detail tentang kehidupan pribadi 10

    tahun yang lalu dapat diingat secara keseluruhan. (Pasiak, 2009)

    Pada prinsipnya dalam menggunakan otak untuk belajar dan mengingat

    harus sesuai dengan cara kerja otak dan menggunakan ke dua belah otak. Setiap

    belahan dipisahkan oleh jembatan emas (golden bridge) yang merupakan tempat

    penyeberangan kecerdasan dan kecerdikan seseorang, ini yang disebut dengan

    plastisitas otak. Setiap belahan menunjukkan pola pikir tertentu yang berbeda dan

    bertentangan. Gabungan ke dua pola belahan tadi akan membentuk seseorang

    menjadi cerdas dan cerdik berfikir dan berakal sekaligus berakhlak yang

    menjadikan otak sebagai pusat spiritual. Selain mengatur kecerdasan, otak juga

    memiliki kemampuan untuk mengalihkan dan menggeser pola pikir dari kiri ke

    kanan dan sebaliknya sesuai dengan kebutuhan kondisi otak pada saat itu.

    Terdapat Corpus Callosum (jembatan emas) yang disebut sebagai pusat

    intelektual manusia. Ciri khas berfikir seseorang ditentukan dengan

    kecenderungan pola pikirnya. (Harsono, 2008)

    II.6 Teori Belajar Gestalt

    Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang mempunyai padanan arti sebagai

    bentuk atau konfigurasi. Pokok pandangan Gestalt adalah bahwa obyek atau

    peristiwa tertentu akan dipandang sebagai sesuatu keseluruhan yang

    terorganisasikan. Sesuai dengan struktur yang diterapkan dalam metode belajar

    PBL, teori belajar Gestalt merupakan yang paling sesuai dengan implementasi

    dari penerapan cara belajar. (Ahmadi, 2008)

    Aplikasi teori Gestalt dalam proses pembelajaran antara lain :

    1) Pengalaman tilikan (insight); bahwa tilikan memegang peranan yang

    penting dalam perilaku. Dalam proses pembelajaran, hendaknya peserta

    didik memiliki kemampuan tilikan yaitu kemampuan mengenal keterkaitan

    unsur-unsur dalam suatu obyek atau peristiwa.

  • 22

    2) Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning); kebermaknaan unsur-

    unsur yang terkait akan menunjang pembentukan tilikan dalam proses

    pembelajaran. Makin jelas makna hubungan suatu unsur akan makin efektif

    sesuatu yang dipelajari. Hal ini sangat penting dalam kegiatan pemecahan

    masalah, khususnya dalam identifikasi masalah dan pengembangan

    alternatif pemecahannya. Hal-hal yang dipelajari peserta didik hendaknya

    memiliki makna yang jelas dan logis dengan proses kehidupannya.

    3) Perilaku bertujuan (pusposive behavior); bahwa perilaku terarah pada

    tujuan. Perilaku bukan hanya terjadi akibat hubungan stimulus-respons,

    tetapi ada keterkaitannya dengan dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses

    pembelajaran akan berjalan efektif jika peserta didik mengenal tujuan yang

    ingin dicapainya. Oleh karena itu, guru hendaknya menyadari tujuan

    sebagai arah aktivitas pengajaran dan membantu peserta didik dalam

    memahami tujuannya.

    4) Prinsip ruang hidup (life space); bahwa perilaku individu memiliki

    keterkaitan dengan lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu, materi

    yang diajarkan hendaknya memiliki keterkaitan dengan situasi dan kondisi

    lingkungan kehidupan peserta didik.

    5) Transfer dalam Belajar; yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi

    pembelajaran tertentu ke situasi lain. Menurut pandangan Gestalt, transfer

    belajar terjadi dengan jalan melepaskan pengertian obyek dari suatu

    konfigurasi dalam situasi tertentu untuk kemudian menempatkan dalam

    situasi konfigurasi lain dalam tata-susunan yang tepat. Oleh karena itu,

    guru hendaknya dapat membantu peserta didik untuk menguasai prinsip-

    prinsip pokok dari materi yang diajarkannya. (Ahmadi, 2008)

  • 23

    II.7. Problem Based Learning (PBL)

    II.7.1. Definisi PBL

    Problem Based Learning (PBL) adalah suatu metoda pembelajaran yang

    dilakukan secara diskusi kelompok kecil (small group discussion) yang dipandu

    oleh tutor dengan menggunakan permasalahan sebagai pemicu. PBL atau disebut

    tutorial bertujuan menfasilitasi mahasiswa untuk belajar aktif dan mandiri.

    Permasalahan yang dirumuskan hendaknya berpotensi mengembangkan

    pemahaman akan keterkaitan ilmu alam dasar (fisika, kimia), biomedik, klinis

    dan humaniora dalam suatu permasalahan klinis. Setiap permasalahan dibuat

    agar memprovokasi penelusuran kritis (critical enquiry), akses secara mandiri ke

    berbagai sumber pembelajaran, dan mengembangkan kedalaman dan keluasan

    pembahasan materi-materi dalam tutorial. (Saptono, 2003)

    II.7.2. Tujuan PBL

    1) Mengembangkan kemampuan mengidentifikasi permasalahan-

    permasalahan yang relevan yang menuntut ditindak lanjuti dalam diskusi-

    diskusi dan belajar mandiri.

    2) Mengembangkan pemahaman sifat keterkaitan antara ilmu alam dasar,

    biomedik, klinis dan humaniora yang harus ditelaah dalam setiap

    permasalahan.

    3) Mengembangkan basis keilmuan yang diperlukan untuk memahami dan

    mengelola permasalahan-permasalahan kesehatan, mencakup aspek fisik,

    emosionil dan sosial, dalam konteks penyelenggaraan pelayanan kesehatan

    yang efektif di dalam masyarakat.

    4) Mengembangkan kemampuan pertimbangan klinis (clinical reasoning)

    yang efektif dan kritis termasuk menganalisa suatu permasalahan,

    merumuskan hipotesis, dan mengambilan keputusan.

    5) Menumbuhkan keterampilan-keterampilan yang diperlukan agar mampu

    belajar mandiri, menyadari perlunya pembelajaran individuil dan

    kelompok, dan memanfaatkan sumber-sumber pembelajaran yang tersedia.

    6) Berfungsi secara efektif sebagai peserta aktif dalam kelompok kecil dalam

    pembelajaran dan pemecahan permasalahan kesehatan.

  • 24

    7) Dapat mengidentifikasi, mengembangkan dan mempertahankan sikap dan

    perilaku yang dibutuhkan dalam profesi kedokteran, antara lain: menyadari

    kemampuan, keterbatasan, dan reaksi-reaksi emosional pribadi.

    8) Bertanggung jawab.

    9) Kemampuan berkomunikasi dan menaruh perhatian (empati) terhadap

    individu lain.

    10) Kemampuan menilai kemajuan diri sendiri, orang lain di dalam kelompok

    dan kelompok itu sendiri.

    Setidaknya ada 8 tahap dalam menerapkan Problem Based Learning (Harsono,

    2004), yaitu:

    1. Identifikasi Masalah

    Identifikasi masalah berarti membaca masalah yang diberikan dan

    mendiskusikannya. Dalam hal ini, setiap individu dapat mendiagnosis masalah

    tersebut dengan segera. Mereka harus didorong untuk berpikir lebih dalam

    semua hal dengan apa, siapa mengapa, kapan, dimana, bagaimana

    dan bilamana.

    2. Explore Pengetahuan yang Telah Dimiliki

    Klarifikasi istilah yang digunakan dalam masalah (problem) dan artinya.

    Peserta didik datang dengan pengetahuan yang ia miliki sebelumnya, termasuk

    dari pengalaman hidup. Kita tahu bahwa seseorang dapat memahami materi

    atau pengetahuan baru jika ia telah pernah tahu sekilas tetang topik tersebut.

    3. Hasilkan Hipotesis

    Pada tahap ini diharapkan peserta didik dapat membangun hipotesis dari

    permasalahan yang diberikan.

    4. Identifikasi Isu-isu yang Dipelajari

    Isu pembelajaran dapat didefiniskan sebagai pertanyaan yang tak dapat

    dijawab dengan pengetahuan yang masih dimiliki oleh peserta didik. Pada

    tahap ini peserta didik harus menyadari apa yang menjadi isu pembelajaran

    (learning issues) baik bagi kelompok maupun bagi tiap pribadi.

  • 25

    5. Belajar Mandiri

    Pada tahap ini harus jelas isu pembelajaran yang menjadi tujuan bagi tiap

    peserta didik. Pada area tertentu, perlu ditentukan bagian yang merupakan

    bagian dari belajar mandiri peserta didik. Hal ini bermanfaat sebelum masuk

    pada pertemuan (tutorial) berikutnya.

    6. Re-evaluasi dan Terapkan Pengetahuan Baru terhadap Masalah

    Ini tahap yang paling krusial dalam proses PBL, yaitu saat peserta didik

    berkumpul kembali, setelah membahas isu pembelajaran pada tahap

    sebelumnya. Pada tahap inilah ilmu atau pengetahuan yang baru, diterapkan

    kepada permasalahan yang diberikan di awal. Penelitian di bidang pendidikan

    mengungkapkan bahwa jika bekerja dengan informasi baru,

    mempertanyakannya, menerapkannya pada situasi yang berbeda dapat

    membantu merangsang pembelajaran pada masa mendatang.

    7. Assessment dan Refleksi

    Sebelum proses pembelajaran selesai, penting bahwa peserta didik

    mendapat kesempatan untuk berefleksi mengenai proses pembelajaran yang

    terjadi. Hal ini termasuk melakukan review terhadap pembelajaran yang telah

    diraih, sekaligus kesempatan bagi kelompok untuk memberikan umpan-balik

    mengenai proses yang telah berlangsung.

    8. Simpulan

    Setelah langkah 1-7 dilakukan kelompok diskusi menyimpulkan jawaban

    atas persoalan yang dikemukakan.

    II.7.3. Pendekatan SPICES Dalam PBL

    Proses pembelajaran PBL menggunakan pendekatan Inovatif (Student

    Centered Learning) yang juga dikenal sebagai pendekatan SPICES. Pendekatan

    ini memudahkan mahasiswa dalam memahami suatu kasus dibandingkan dengan

    pendekatan konvensional (Teacher Centered Learning). (Grant, 2006)

  • 26

    Tabel 2. Perbedaan antara kelompok pendekatan SPICES dan kelompok pendekatan KonvensionalSPICES approaches/Student Centered Learning (Innovative approaches)

    Conventional approaches/Teacher Centered Learning

    Student-centered Teacher-centered

    Problem- based Information gathering

    Integrated Discipline-based

    Community-based (Consummer-based) Hospital-based

    Elective Standard program

    Systematic Apprenticeship-based

    Emilia, Ova. 2007. Problem Based Learning.Yogyakarta:PSN

    Student centered berarti mahasiswa secara aktif mengembangkan

    pengetahuan dan ketrampilan yang dipelajari, aktif dalam pengelolaan

    pengetahuan, belajar menentukan apa yang ingin mereka ketahui, mampu mencari

    pengetahuan sendiri (mandiri) dan belajar berkesinambungan, memanfaatkan

    banyak media bukan hanya dari kuliah, penekanan pada pencapaian kompetensi

    bukan pada tuntasnya materi. Dalam hal ini, dosen tidak hanya berfungsi sebagai

    pemberi kuliah saja tetapi juga sebagai fasilitator dan pembimbing praktikum dan

    pendamping dalam mendapatkan ketrampilan. Pada Teacher Centered

    pengetahuan ditransfer dari dosen ke mahaiswa dan mahasiswa hanya menerima

    secara pasif, dosen merupakan satu-satunya sumber informasi sehingga dapat

    bersikap Dosen can do no wrong, lebih menekankan pada penguasaan materi

    saja dan kuliah merupakan bagian yang terbesar. (Harsono, 2008)

    Problem based learning berarti mahasiswa diberikan trigger atau ilustrasi

    kasus yang akan digunakan untuk mencari, menggali dan mengumpulkan

    informasi ilmu pengetahuan tanpa harus memecahkan masalah yang ditampilkan.

    Dengan cara ini mahasiswa dirangsang untuk mengembangkan nalar dan daya

    analisanya serta berpikir kritis serta mampu menggunakan ilmu yang telah

    dimilikinya serta menggali ilmu atau informasi yang masih dibutuhkannya.

    (Wood, 2003)

  • 27

    Integrasi berarti mahasiswa harus mampu menghubungkan dan

    mengintegrasikan ilmu yang diperoleh sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh.

    Mahasiswa tidak boleh berpikir secara terkotak-kotak dalam masing-masing

    disiplin ilmu. (Harsono, 2008)

    Community based berarti pendidikan harus berorientasi pada kebutuhan

    masyarakat. Pada institusi pendidikan komputer hal ini dapat disesuaikan sebagai

    consummer based, yaitu berorientasi pada kepentingan konsumen. (Harsono,

    2004)

    Elektif berarti untuk mahasiswa disiapkan modul-modul pilihan yang dapat

    diambil sesuai dengan kemauan dan bertujuan untuk mengembangkan minat dan

    bakat. Pada Institusi pendidikan komputer hal ini sangat penting untuk

    memberikan kesempatan kepada mahasiawa untuk mengembangkan minat dan

    bakatnya diluar mata ajaran yang telah terstruktur. (Emilia, 2007)

    Sistematis berarti dalam pelaksanan pembelajarannya mahasiswa harus

    belajar dan menguasai ilmu secara sistimatis tidak melompat-lompat agar

    didapatkan pemahaman secara baik. (Grant 2006)

    1. Kelebihan dan Kekurangan Problem Based Learning

    Kelebihan PBL

    1) Student Centered-PBL mendorong active learning, memperbaiki

    pemahaman, dan pengembangan lifelong learning skills.

    2) Generic Competencies- PBL memberi kesempatan mengembangan

    generic skills dan attitude yang diperlukan pada saat praktik kedokteran.

    3) Integration-PBL memberi fasilitas tersusunnya integrated core

    curriculum.

    4) Motivation- PBL cukup menyenangkan bagi peserta didik dan tutor, dan

    prosesnya membutuhkan keikutsertaan seluruh peserta didik dalam proses

    pembelajaran. Lingkungan belajar member stimulasi untuk meningkatkan

    motivasi.

    5) Deep Learning-PBL mendorong pembelajaran yang lebih mendalam

    (peserta didik berinteraksi dengan materi ajar, menghubungkan konsep-

    konsep dengan aktivitas keseharian, dan meningkatkan pemahaman

    mereka).

  • 28

    6) Constructivism Approach-PBL mengaktifkan prior knowledge dan

    mengembangkan pada kerangka pengetahuan konseptual yang sedang

    dihadapi.

    7) Relevansi-relevansi kurikulum difasilitasi oleh struktur pembelajaran