penelitian tindakan sekolah (yuli)

73
PENELITIAN TINDAKAN SEKOLAH ASPEK POSITIF PENINJAUAN OLEH SUPERVISI PENDIDIKAN TERHADAP APLIKASI PEMBELAJARAN MODEL GABUNGAN ANTARA CERAMAH DENGAN KERJA KELOMPOK DI SDN 9 PEDAMARAN 0

Upload: agustin-kurniati

Post on 28-Jan-2016

167 views

Category:

Documents


25 download

DESCRIPTION

pts

TRANSCRIPT

Page 1: Penelitian Tindakan Sekolah (Yuli)

PENELITIAN TINDAKAN SEKOLAH

ASPEK POSITIF PENINJAUAN OLEH SUPERVISI PENDIDIKAN TERHADAP APLIKASI PEMBELAJARAN MODEL GABUNGAN

ANTARA CERAMAH DENGAN KERJA KELOMPOK DI SDN 9 PEDAMARAN

0

Page 2: Penelitian Tindakan Sekolah (Yuli)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Permasalahan Dalam Penelitian Tindakan Sekolah

Akhir dari rangkaian proses belajar mengajar adalah tes akhir suatu

mata pelajaran yang dilakukan melalui soal ujian , tes akhir cawu, tes akhir

semester atau tes ujian kenaikan kelas bagi siswa kelas enam sekolah dasar. Di

dalam menghadapi tes ujian kenaikan kelas bagi siswa Kelas V sekolah dasar

perlu adanya refreshing terhadap materi ajar yang telah diterima oleh siswa

selama mengikuti proses belajar mengajar.

Bagaimanakah caranya agar siswa tidak melupakan materi pelajaran

yang telah diterimanya agar siswa nantinya siap menghadapi ujian kenaikan

kelas yang siap atau tidak siap harus mereka hadapi. Bagaimanakah membuat

suatu materi ajar agar agar tidak terlupakan oleh anak didik. Dalam hal ini

guru harus mencari metode untuk mengingatkan segala memori di benak

siswa yang telah mereka terima. Guru harus bisa membangkitkan kembali

memori itu.

Salah satu metode pengajaran yang bisa membuat anak bisa dan harus

mengingat kembali materi pelajaran yang telah mereka terima adalah cara

belajar aktif model pembelajaran Gabungan model Ceramah dan Kerja

Kelompok .

Belajar memerlukan keterlibatan mental dan kerja siswa sendiri.

Penjelasan dan pemeragaan semata tidak akan membuahkan Kinerja Guru

yang hanyalah kegiatan belajar aktif.

Agar belajar manjadi aktif, siswa harus mengerjakan banyak sekali

tugas. Mereka haru menggunakan otak, mengkaji gagasan, memecahkan

masalah, dan menerapkan apa yang mereka pelajari. Belajar aktif harus gesit,

menyenangkan, bersemangat dan penuh gairah. Siswa bahkan sering

meninggalkan tempat duduk mereka, bergerak leluasa dan berfikir keras

(moving about dan thinking aloud).

Bertitik tolak dari latar belakang permasalahan tersebut di atas maka

dalam penelitian ini penulis mengambil tema “Upaya Meningkatkan Kinerja

1

Page 3: Penelitian Tindakan Sekolah (Yuli)

Guru Mengajar Matematika Di Kelas Melalui Metode Belajar Aktif Model

Gabungan Ceramah dan Kerja Kelompok Di SDN 9 Kecamatan Pedamaran

Kabupaten Ogan komering ilir.

B. Perumusan Masalah Dalam Penelitian

Dalam penelitian ini penulis memfokuskan pada permasalahan yang

mengacu pada latar belakang masalah di atas, yang timbul dalam penelitian

ini yakni sebagai berikut:

1. Bagaimanakah tingkat penguasaan materi pelajaran matematika siswa di

SDN 9 Kecamatan Pedamaran Kabupaten Ogan komering ilir ?

2. Bagaimanakah tingkat kompetensi guru materi pelajaran matematika yang

dalam menghadapi ujian kenaikan kelas di SDN 9 Kecamatan Pedamaran

Kabupaten Ogan komering ilir ?

3. Bagaimana pengaruh metode belajar aktif model Gabungan Ceramah dan

kerja Kelompok matematika yang diarahkan oleh peneliti kepada guru di

SDN 9 Kecamatan Pedamaran Kabupaten Ogan komering ilir ?

C. Sasaran Penelitian

Dilandaskan dan disesuaikan dengan focus permasalahan di atas,

maka penelitian ini memiliki sasaran untuk:

1. Mengetahui tingkat pengusasaan materi pelajaran matematika yang telah

dipelajari di SDN 9 Kecamatan Pedamaran Kabupaten Ogan komering ilir

2. Mengetahui pengaruh positif setelah metode belajar aktif model Gabungan

Ceramah dan kerja Kelompok matematika diterapkan oleh guru di SDN 9

Kecamatan Pedamaran Kabupaten Ogan komering ilir

D. Kegunaan Penelitian

Peneliti berasumsi bahwa dalam penelitian tindakan ini dapat

memberikan manfaat yang sangat berharga demi perkembangan dan kemajuan di

dunia pendidikan terutama bagi :

2

Page 4: Penelitian Tindakan Sekolah (Yuli)

1. Sekolah sebagai institusi folse guna meningkatkan komitmen guru

dalam memprejuangkan pengajaran di kelas khususnya pada mata

pelajaran matematika.

2. Guru, sebagai input edukatif dalam menentukan model pembelajaran

inovatif yang dapat memberikan manfaat bagi siswa dan bermuara pada

peningkatan prestasi belajar..

E. Definisi Operasional Penelitian Tindakan

1. Metode Ceramah adalah:

Adalah suatu cara penyampain bahan pelajaran dengan

komunikasi lisan.

2. Metode simulasi adalah:

Tingkah laku seseorang untuk berlaku seperti orang yang

dimaksudkan, dengan tujuan agar orang itu dapat

mempelajari lebih mendalam tentang bagaimana orang itu

merasa dan berbuat sesuatu. Jadi siswa itu berlatih

memegang perenan sebagai orang lain

3. Motivasi belajar adalah:

Dorongan dan kemauan belajar yang dinyatakan dalam

nilai atau skor yang setelah mengikuti kegiatan belajar

mengajar.

4. Kinerja Guru adalah:

Kinerja Guru yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau

dalam bentuk skor, setelah siswa mengikuti pelajaran.

F. Batasan Masalah Penelitian Tindakan

Penulis mendapatkan sedikit hambatan dalam

melakukan penelitian yakni keterbatasan waktu, oleh

karena itu diperlukan pembatasan masalah, agar cakupan

yang diteliti oleh penulis selaku pengawas TK/SD di

Kecamatan 9 Kecamatan Pedamaran Kabupaten Ogan komering ilir tidak

luas, sehingga dalam batasan masalah ini hanya meliputi:

3

Page 5: Penelitian Tindakan Sekolah (Yuli)

1. Penelitian ini hanya dikenakan di pada guru yang

mengajar matematika di SDN 9 Kecamatan Pedamaran Kabupaten

Ogan komering ilir

2. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September–

Nopember 2014 pada semester Ganjil tahun Pelajaran

2014-2015

4

Page 6: Penelitian Tindakan Sekolah (Yuli)

BAB II

KERANGKA TEORITIS

A. Hakekat Matematika

Matematika berkembang sesuai dengan perkembangan zaman peradapan

dan kebutuhan dimana masyarakat berada. Orang-orang disekitar kita dahulu

mengenal istilah matematika dengan nama ilmu pasti. Pemakaian istilah ini

mengakibatkan timbulnya anggapan bahwa ilmu pasti adalah suatu ilmu yang

tidak ada kurang lebihnya serta tidak pernah berubah lagi. Tetapi itu masih

kurang tepat pengunaan kata ilmu pasti untuk matematika seakan akan

membenarkan bahwa di dalam matematika semua hal sudah pasti kemudian

orang cenderung untuk menggunakan istilah matematika, sebab dengan belajar

matematika orang akan belajar mengatur jalan pikirannya dan belajar

menambah ilmu pengetahuan dan kepandaiannya. Para ahli pendidikan

banyak yang mendefinisikan tentang makna istilah matematika diantaranya :

Menurut Tambunan ( 2001:24) matematika adalah angka-angka dan per-

hitungan yang merupakan bagian dari hidup manusia. Matematika menolong

manusia menafsirkan secara eksak berbagai ide kesimpulan-kesimpulan.

Menurut Hudoyo ( 2001:96), hakekat matematika berkenaan dengan ide-

ide, struktur-struktur dan hubungan-hubungan yang diatur menurut urutan

yang logis.

Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa matematika pada

hakekatnya merupakan masalah yang berkenaan dengan struktur-struktur, ide-

ide dan hubungan-hubungan yang diatur menurut aturan yang logis jadi

matematika berkanaan dengan konsep-konsep abstrak. Suatu kebenaran

matematika di-kembangkan berdasarkan atas alasan logis dengan

menggunakan pembuktian deduktif oleh karena itu matematika sering disebut

ilmu deduktif. Jadi secara singkat dapat dikatakan bahwa matematika

berkanaan dengan ide-ide atau konsep abstrak yang tersusun secara interaksi

5

Page 7: Penelitian Tindakan Sekolah (Yuli)

dan penalarannya secara deduktif yang akan membawa akibat-akibat

bagaimana terjadinya proses belajar matematika.

A. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Proses Mengajar dan

Belajar Matematika.

Menurut Hudoyo ( 2001:7), mengemukakan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi terjadinya mengajar dan belajar matematika meliputi antara

lain :

1. Peserta didik

Kegagalan atau keberhasilan belajar sangatlah tergantung pada peserta

didik misalnya saja bagaimana kemampuan dan kesiapan peserta didik

untuk mengikuti kegiatan belajar matematika bagaimana sikap dan minat

terhadap matematika disamping itu juga bagaimana kondisi peserta didik.

Misalnya diskusi psikologisnya orang yang dalam keadaan segar

jasmaninya akan lebih baik belajarnya dari pada orang yang dalam

keadaan lelah. Kondisi psiko-loginya seperti perhatian, pengamatan,

ingatan dan bagaimana juga pengaruh terhadap kegiatan belajar sekarang

serta intelegensi peserta didik juga berpengaruh terhadap kelancaran

belajarnya.

2. Pengajar

Faktor berikutnya setelah peserta didik adalah pengajar, pengajar

melaksanakan kegiatan mengajar sehingga proses belajar diharapkan dapat

berlangsung efektif. Kemampuan pengajar didalam menyampaikan materi

matematika dan sekaligus menguasai materi yang diajarkan sangat mem-

pengaruhi terjadinya proses belajar kepribadian, pengalaman dan motivasi

belajar mengajar.Dalam mengajar materi matematika juga dapat

berpengaruh terhadap efektifitas belajar.

6

Page 8: Penelitian Tindakan Sekolah (Yuli)

3. Prasarana dan sarana

Prasarana yang mapan seperti ruangan yang sejuk dan bersih dan dengan

tempat duduk yang nyaman biasanya lebih memperlancar terjadinya

proses belajar demikian pula yang lengkap seperti adanya buku paket dan

alat bantu belajar dan merupakan fasilitas belajar yang penting.

Penyediaan sumber belajar yang lain. Seperti majalah tentang perjanjian

matematika laboratorium matematika dan lain-lain akan meningkatkan

pula kualitas belajar peserta didik.

4. Penilaian

Penilaian dipergunakan disamping untuk melihat bagaimana hasil belajar,

juga untuk melihat bagaimana berlangsungnya interaksi antara pelajar dan

peserta.

B. Prestasi belajar matematika

Prestasi hasil belajar berarti sebagai keberhasilan dalam mempelajari

materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan bentuk nilai atau skor yang

diperoleh dari hasil test .

Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan prestas belajar matematika

adalah tingkat keberhasilan proses yang disengaja pada siswa yang

menimbulkan perubahan kemampuan dan ketrampilan menggunakan

matematika dengan arah dan tujuan yang telah ditetapkan dalam bentuk nilai

atau skor yang diperoleh dari hasil test.

C. Pendekatan Pengajaran

Pendekatan mengajar merupakan suatu komponen di dalam kurikulum

matematika agar dalam suatu kurikulum matematika dapat tersusun menjadi

suatu komponen yang utuh. Empat pernyataan kurikulum matematika :

Mengapa, apa, bagaimana dan kepada siapa materi matematika diajarkan perlu

dijawab dengan kata lain bagaimana cara kita untuk menyampaikan struktur-

7

Page 9: Penelitian Tindakan Sekolah (Yuli)

struktur dan kosep-konsep matematika kepada anak didik sedemikian rupa

sehingga mereka ikut aktif berpartisipasi di dalam proses pelajarannya.

Dengan proses belajar mengajar mengikutsertakan anak secara aktif

dapat berjalan efektif, bila pengorganisasian dan penyampaian materi sesuai

dengan kesiapan mental anak kita dapat memilih suatu pedekatan mengajar

yang tepat, apabila kita megetahui berbagai pendekatan pengajaran.

E. Definisi Pembelajaran

Untuk mengupas suatu istilah tentu ada pendekatan makna dan arti dari

kata tersebut, maka definisi pembelajaran adalah proses, cara, menjadikan

orang atau makhluk hidup belajar. Sedangkan belajar adalah berusaha

memperoleh kepandaian atau ilmu, berubah tingka laku atau tanggapan yang

disebabkan oleh pengalaman. (Diknas, 2002: 14).

Sependapat dengan pernyataan tersebut Sutomo (1993: 68)

mengemukakan bahwa pembelajaran adalah proses pengelolaan lingkungan

seseorang yang dengan sengaja dilakukan sehingga memungkinkan dia belajar

untuk melakukan atau mempertunjukkan tingkah laku tertentu pula.

Sedangkan belajar adalah suatu peoses yang menyebabkan perubahan tingkah

laku yang bukan disebabkan oleh proses pertumbuhan yang bersifat fisik,

tetapi perubahan dalam kebiasaan, kecakapan, bertambah, berkembang daya

pikir, sikap dan lain-lain. (Soetomo, 1993: 120).

Pasal 1 Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang pendidikan

nasional menyebutkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta

didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Jadi pembelajaran adalah proses yang disengaja yang menyebabkan

siswa belajar pada suatu lingkungan belajar untuk melakukan kegiatan pada

situasi tertentu.

8

Page 10: Penelitian Tindakan Sekolah (Yuli)

F. Tinjauan Tentang Prestrasi Belajar

1. Pengertian Belajar

Pengertian belajar sudah banyak dikemukakan dalam kepustakaan.

Yang dimaksud belajar yaitu perbuatan murid dalam bidang material,

formal serta fungsional pada umumnya dan bidang intelektual pada

khususnya. Jadi belajar merupakan hal yang pokok. Belajar merupakan

suatu perubahan pada sikap dan tingkah laku yang lebih baik, tetapi

kemungkinan mengarah pada tingkah laku yang lebih buruk.

Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan harus merupakan

akhir dari pada periode yang cukup panjang. Berapa lama waktu itu

berlangsung sulit ditentukan dengan pasti, tetapi perubahan itu hendaklah

merupakan akhir dari suatu periode yang mungkin berlangsung brhari-

hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Belajar

merupakan suatu proses yang tidak dapat dilihat dengan nyata proses itu

terjadai dalam diri seserorang yang sedang mengalami belajar. Jadi yang

dimaksud dengan belajar bukan tingkah laku yang nampak, tetapi

prosesnya terjadi secara internal di dalam diri individu dalam

mengusahakan memperoleh hubungan-hubungan baru.

Agar belajar dapat dicapai hasil yang baik, siswa harus mau belajar

dengan sebaik mungkin. Supaya mereka mau belajar dengan baik yaitu

belajar dengan baik dan teratur secara sendiri-sendiri, secara kelompok

dan berusaha memperkaya bahan pelajaran yang diterima di sekolah

dengan bahan pelajaran ditambah dengan usaha sendiri. Belajar dengan

baik dapat diciptakan, apabila guru dapat mengorganisir belajar siswa,

sehigga minat dan motivasi belajar dapat ditumbuhkan dalam suasana

kelas yang menggairahkan. Tugas siswa mengorganisir terletak pada si

pendidik, oleh karena itu bagaimana cara membantu si pendidik dalam

menggunakan alat pelajaran yang ada.

Belajar merupakan aktivitas/usaha perubahan tingkah laku yang

terjadi pada dirinya atau diri individu. Perubahan tingkah laku tersebut

merupakan pengalaman-pengalaman baru. Dengan belajar individu

9

Page 11: Penelitian Tindakan Sekolah (Yuli)

mendapatkan pengalaman-pengalaman baru. Perubahan dalam kepribadian

yang menyatakan sebagai suatu pola baru dan pda reaksi yang berupa

kecakapan, sikap, kebiasaan, dan kepandaian. Untuk mempertegas

pengertian belajar penulis akan memberikan kesimpulan bahwa belajar

adalah suatu proses lahir maupun batin pada diri individu untuk

memperoleh pengalaman baru dengan jalan mengalami atau latihan.

2. Pengertian Kinerja Guru

Sebelum dijelaskan pengertian mengenai Kinerja Guru, terlebih

dahulu akan dikemukakan tentang pengertian prestasi. Sudah dijelaskan di

muka bahwa yang dimaksud dengan prestasi adalah hasil yang telah

dicapai. Dengan demikian bahwa prestasi merupakan hasil yang telah

dicapai oleh seseorang setelah melakukan sesuatu pekerjaan/aktivitas

tertentu.

Jadi prestasi adalah hasil yang telah dicapai oleh karena itu semua

individu dengan adanya belajar hasilnya dapat dicapai. Setiap individu

belajar menginginkan hasil yang yang sebaik mungkin. Oleh karena itu

setiap individu harus belajar dengan sebaik-baiknya supaya prestasinya

berhasil dengan baik. Sedang pengertian prestasi juga ada yang

mengatakan prestasi adalah kemampuan. Kemampuan di sini berarti yang

dimampui individu dalam mengerjakan sesuatu. Jika dibandingkan dengan

pendapat yang pertama, maka pengertiannya sama yaitu berupa hasil yang

diperoleh dari kemampuan seseorang.

Pengertian dari dua kata prestasi dan belajar atau Kinerja Guru

berarti Kinerja Guru, secara lebih khusus setelah siswa mengikuti

pelajaran dalam kurun waktu tertentu. Berdasarkan penilaian yang

dilaksanakan guru di sekolah, maka Kinerja Guru dituangkan atau

diwujudkan dalam bentuk angka (kuantitatif) dan pernyatan verbal

(kualitatif). Kinerja Guru yang dituangkan dalam bentuk angka misalnya

10, 9, 8, dan seterusnya. Sedangkan Kinerja Guru yang dituangkan dalam

bentuk pernyataan verbal misalnya, baik sekali, baik, sedang, kurang, dan

sebagainya.

10

Page 12: Penelitian Tindakan Sekolah (Yuli)

Berdasarkan kapan tes atau evaluasi harus dilaksanakan evaluasi

sumatif, evaluasi formatif dan evaluasi belajar tahab akhir, dengan

demikian ada Kinerja Guru formatif yaitu Kinerja Guru yang diproleh

siswa setelah mengikuti satuan pelajaran, prestasi sumatif yaitu prestasi

yang diperoleh setelah mengikuti peralajaran selama satu semester/catur

wulan, dan prestasi ujian kenaikan kelas pada jenjang tertentu.

3. Pedoman Cara Belajar

Untuk memperoleh prestasi/Kinerja Guru yang baik harus

dilakukan dengan baik dan pedoman cara yang tepat. Setiap orang

mempunyai cara atau pedoman sendiri-sendiri dalam belajar.

Pedoman/cara yang satu cocok digunakan oleh seorang siswa, tetapi

mungkin kurang sesuai untuk anak/siswa yang lain. Hal ini disebabkan

karena mempunyai perbedaan individu dalam hal kemampuan, kecepatan

dan kepekaan dalam menerima materi pelajaran.

Oleh karena itu tidaklah ada suatu petunjuk yang pasti yang harus

dikerjakan oleh seorang siswa dalam melakukan kegiatan belajar. Tetapi

faktor yang paling menentukan keberhasilan belajar adalah para siswa itu

sendiri. Untuk dapat mencapai Kinerja Guru yang sebaik-baiknya harus

mempunyai kebiasaan belajar yang baik.

G. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Guru

Telah dikatakan di muka bahwa belajar adalah berusaha memperoleh

kepandaian, ilmu pengetahuan. Sampai dimanakah perubahan itu dapat

dicapai atau dengan kata lain berhasil baik atau tidaknya belajar itu tergantung

pada macam-macam faktor.

Adapun faktor-faktor itu, dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu:

a. Faktor yang ada pada diri siswa itu sendir yang kita sebut faktor individu.

Yang termasuk ke dalam faktor individu antara lain faktor kematangan

atau pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi, dan faktor pribadi.

11

Page 13: Penelitian Tindakan Sekolah (Yuli)

b. Faktor yang da pada luar individu yang kita sebut dengan faktor sosial

Sedangkan yang faktor sosial antara lain faktor keluarga, keadaan rumah

tangga, guru, dan cara dalam mengajarnya, lingkungan dan kesempatan

yang ada atau tersedia dn motivasi sosial.

Berdasarkan faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar di atas

menunjukkan bahwa belajar itu merupaka proses yang cukup kompleks.

Artinya pelaksanaan dan hasilnya sangat ditentukan oleh faktor-faktor di

atas. Bagi siswa yang berada dalam faktor yang mendukung kegiatan

belajar akan dapat dilalui dengan lancar dan pada gilirannya akan

memperoleh prestasi atau Kinerja Guru yang baik.

Sebaliknya bagi siswa yang berada dalam kondisi belajar yang

tidak menguntungkan, dalam arti tidak ditunjang atau didukung oleh

faktor-faktor diatas, maka kegiatan atau proses belajarnya akan terhambat

atau menemui kesulitan.

Aktivitas belajar individu memang tidak selamanya

menguntungkan. Kadang-kadang juga tidak lancar. Kadang-kadang mudah

menangkap apa yang dipelajari, kadang-kadang sulit mencerna materi

pelajaran. Dalam keadaan dimana anak didik/siswa dapat belajar

sebagaimana mestinya, itulah yang disebut kesulitan belajar.

H. Bagaimana Menjadikan Siswa Aktif Sejak Awal

Dalam memulai pelajaran apapun, kita sangat perlu menjadikan siswa

aktif semenjak awal. Jika tidak, kemungkinan besar kepasifan siswa akan

melekat seperti semen yang butuh waktu lama untuk mengeringkannya.

Susunlah aktivitas pembuka yang menjadikan siswa lebih leluasa, ikut

berfikir, dan memperlihatkan minat terhadap pelajaran. Pengalaman-

pengalaman ini bisa dianggap sebagai hidangan pembuka sebelum makana

utama, pengalaman ini membuat siswa berselera untuk menikmati hidangan

selanjutnya. Memang ada sebagian guru yang memilih untuk memulai

pelajaran hanya dengan pengenalan singkat, namun menambahkan setidaknya

satu latihan pembuka pada rencana pengajaran.

12

Page 14: Penelitian Tindakan Sekolah (Yuli)

I. Bagaimana Menjadikan Belajar Tidak Terlupakan

Sebagian guru mengajar hingga batas akhir masa sekolah, semester,

atau bidang studi. Mereka mmungkin beranggapanbahwa pada saat –saat akhri

mereka dapat mejejalkan lebih banyak informasi dan menyelesaikan topic dan

materi yang masih dalam agenda mereka.

Makna dari “meyelesaiakan” mata pelajaran masih pernli

dipertanyakan, karena adakalanya guru hanya sekedar menyelesaikan materi

yang masih tersisa. Memaksakan diri untuk mengajar hingga batas akhir

sering kali berakibat pada terjadinya pengajaran yang tidak tertata, ada yang

terlewatkan, atau ada yang masih belum jelas. Sebaliknya, bila kegiatan

belajar berisfat aktif, adas peluang untuk terjadinya pemahaman. Baila kita

menyediakan waktu untuk memantapkan apa yang telah dipelajari, maka ada

peluang untuk terjadinya pengigatan.

Pikirkanlah apa yang terjadi bila anda bekerja keras menggunakan

computer, mencari informasi, memecahkan masalah, dan menyusun konsep –

namun, anda lupa menyimpan hasil pekerjaan anda. Tentu saja, semua

pekerjaan anda aan hilang sia-sia. Demikian pula, hasil pembelajaran dapat

menghilang bila siswa tidak diberi kesempatan untuk menyimpannya.

Di samping menyimpan apa yang telah dipelajari, penting pula untuk

menikmatinya. Seperti halnya pengalaman, pembelajaran akan dapat

dinikmati bila ada kesempatan untuk mengingatnya dan memberinya sentuhan

akhir yang menyentuh perasaan. Sebagaimana yang telah kita bicarakan

tentang “hidangan pembuka” dan “entri” dari kegiatan belajar akatif, sekarang

akan kita bahas adalah “hidangan penutup”.

J. Sepuluh Strategi untuk Membentuk Kelompok Kecil

Kerja kelompok kecil merupakan kegiatan penting dari kegiatan

belajar aktif. Ini penting untuk membentuk kelompok secara cepat dan efisien

dan, pada saat bersamaan, memvariasikan komposisi serta besaran kelompok

di dalam kelas. Pilihan-pilihan berikut ini merupakan alternatif menarik untuk

13

Page 15: Penelitian Tindakan Sekolah (Yuli)

membebaskan siswa dalam memilih kelompok mereka sendiri atau

menentukan jumlah anggota sesuai yang anda perintahkan.

1. Kartu pengelompokan: Tentukan berapa banyak siswa yang ada di kelas

dan berapa banyak pengelompokan yang anda inginkan selama pelajaran

berlangsung. Sebagai contoh, dalam kelas yang berisi dua puluh siswa,

satu kegiatan dapat memerlukan empat kelompok yang beranggotakan

lima siswa; kegiatan lain bisa memerlukan lima kelompok beranggotakan

empat siswa; kegiatan lainnya lagi memerlukan enam kelompok

beranggotakan tiga siswa dengan dua siswa sebagai pengamat. Tandai

kelompok-kelompok ini menggukan titik-titik berwarna (merah, biru,

hijau, dan kungin untuk empat kelompok), stiker hias (lima stiker berbeda

dengan tema yang sama untuk lima kelompok, misalnya gambar singa,

monyet, macan, jerapah, gajah), dan nomor (1 hingga 6 untuk enam

kelompok). Tempatkan secara acak angka, titik berwarna, dan striker pada

sebuah kartu untuk masing-masing siswa dan sertakan kartu untuk

masing-masing siswa. Bila anda sudah siap untuk membentuk kelompok,

kenalilah kode yang anda gunakan dan arahkan siswa untuk bergabung ke

dalam kelompok mereka dalam tempat yang telah ditentukan. Siswa akan

dapat bergerak cepat menuju kelomoik mereka, menghemat waktu,

dantidak lagi bingung dengan apa yang harus dikerjakan. agar prosesnya

lebih efisien lagi, anda mungkin perlu menempelkan tanda yang

menunjukan area pertemuan kelompok.

2. Puzzle: Belilah Puzzle Jigsaw (teka-teki menyusun potongan gambar) atau

buatlah sendiri dengan memotong-motong gambar dari majalah;

tempelkan potongan-potongan itu pada kertas karton tebal; dan potonglah

menjadi bentuk, ukuran dan jumlah yang dikehendaki. Pilih jumlah puzzle

sesuai dengan jumlah kelompok yang hendak anda buat. Pisahkan puzzle

kepada tiap satu orang siswa. Bila anda sudah siap membentuk kelompok,

perintahkan siswa untuk menempatkan potongan-potongan gambar yang

diperlukan agar terbentuk gambar utuh.

3. Menemuan sahabat dan keluarga fiktif terkenal: Susunlah sebuah daftar

berisi anggota keluarg aatau sahabat fiktif terkenal dalam kelompok yang

14

Page 16: Penelitian Tindakan Sekolah (Yuli)

beranggotakan tiga atau empat siswa (misalnya, Peter, Pan, Tinker,

Kanten Hook, Wendy; Alice, Chesire, Cat, Queen of Heart, Mad Hatter;

Superman, Lois Lane, Jimmy Olsen, Clark Kent). Pilihlah jumlah yang

sama dari karakter fiksional sesuai jumlah siswa. Tulislah nama-nama

fisonal pada kartu indeks, satu nam satu kartu, untuk membuat kelompok

keluarga kartu. Acaklah kartu-kartu itu dan tiap siswa diberi satu kartu

denga sebuah nama fiksional. Bila anda sudah siap cari anggota keluarga

yang lain dari “keluarga” mereka. Bila kelompok orang terkenal sudah

terbentuk, mereka dapat mencari tempat untuk berkumpul.

4. Label nama: Gunakan label nama dengan bentuk atau warna yang berbeda

untuk menandai pengelompokkan yang berberda.

5. Hari kelahiran: Perintahkan siswa untuk berbaris sesuai urutan kelahiran,

kemudian pecah menjadi sejumlah kelompok-kelompok yang anda

perlukan untuk kegiatan tertentu. Dalm kelas yang besar, bentuklah

kelompok berdasarkan bulan kelahiran. Sebagai contoh, 60 siswa bisa

dibagi menjadi tiga kelompok dengan anggota yang kira-kira sama dengan

menyusun kelompok yang dianggotai oleh siswa yang lahir pada (1)

Januari, February, April dan April, (2) April, Juni, Juli, Agustus, dan (3)

September, Oktober, November, dan April.

6. Kartu remi: Gunakan satu dus kartu remain untuk menandai kelompok.

Sebagi contoh, gunakan yoker, ratu, raja, dan as untuk membuat kelompok

beranggotakan empat siswa, dan tambahkan jumlah kartu sesuai dengan

jumlah kartu sesuai denga jumlah siswa. Kocoklah kartu itu dan bagikan

satu kartu satu siswa, selanjutnya arahkan siswa untuk menemukan siswa

yang memegang kartu yang sama guna membentuk kelompok.

7. Sebut angka: tentukan jumlah dan kuran kelompok yang ingin anda buat,

tempatkan anka pada masing-masing selipan kertas, dan tempatkan di

dalam sebuah kotak. Siswa mengambil satu angka dari kotak untuk

menandai kelompoknya. Sebagai contoh, jika anda menginginkan empat

kelompok beranggotakan empat siswa. Anda mesti memiliki enam belar

selipan kertas dengan empat kumpulan yang masing-masing terdiri dari

angka 1 hingga 4.

15

Page 17: Penelitian Tindakan Sekolah (Yuli)

8. Rasa permen: Beri siswa masing-masing satu permen bebas gula deng

aberbagai rasa untuk menunjukan pengelompokan. Sebagi contoh,

keempat kelompok anda bisa terdiri dari lemon, anggur, cerry, dan

strawberry.

9. Pilih benda-benda yang mirip: Pilihlah mainan dengan tema yang sama

dan gunakan untuk menunjukan atau melambangkan kelompok. Sebagai

contoh, anda dapat memilih tema transportasi dan menggunakan mobil,

pesawat terbang, perahu, dan kereta api. Tiap siswa akan mengambil

mainan yang sama untuk membentuk kelompok.

10. Materi siswa: Anda dapat menandai materi belajar siswa dengan

mengunaan klip kertas berwarna, handout berwarna, atau stiker pada map

untuk menandai kelompok.

K. Kerja Kelompok

Teknik ini sebagai salah satu strategi belajar mengajar.

Ialah suatu cara mengajar, dimana siswa di dalam kelas

dipandang sebagai suatu kelompok. Setiap kelompok terdiri

dari 5 (lima) atau 7 (tujuh) siswa, mereka bekerja bersama

dalam memecahkan masalah, atau melaksanakan tugas

tertentu, dan berusaha mencapai tujuan pengajaran yang

ditentukan pula oleh guru.

Robert L. Cilstrap dan William R Marti, memberikan

pengertian kerja kelompok sebagai kegiatan sekelompok

siswa yang biasanya berjumlah kecil, yang diorganisir untuk

kepentingan belajar. Keberhasilan kerja kelompok untuk

mengajar mempunyai tujuan agar siswa mampu bekerja sama

dengan teman yang lain dalam mencapai tujuan bersama.

Adapun pengelompokkan itu biasanya didasarkan pada:

1. Adanya alat pelajaran yang tidak mencukupi jumlahnya.

Agar penggunaannya dapat lebih efisien dan efektif, maka

siswa perlu dijadikan kelomok-kelompok kecil. Karena bila

seluruh siswa sekaligus menggunakan alat-alat itu tidak

16

Page 18: Penelitian Tindakan Sekolah (Yuli)

mungkin. Dengan pembagian kelompok mereka dapat

memanfaatkan alat-alat yang terbatas itu sebaik mungkin,

tanpa saling menunggu gilirannya.

2. Kemampuan belajar siswa

Di dalam satu kelas kemampuan belajar siswa tidak sama.

Siswa yang pandai di dalam bahasa Inggris, belum tentu

sama pandainya dalam pelajaran sejarah. Dengan adanya

perbedaan kemampuan belajar itu, maka perlu dibentuk

kelompok menurut kemampuan belajar masing-masing,

agar setiap siswa dapat belajar sesuai kemampunnya.

3. Minat Khusus

Setiap individu memiliki minat khusus yang perlu

dikembangkan: hal mana yang satu pasti bereda dengan

yang lain. Tetapi tidak menutup kemungkinan ada anak

yang minat khususnya sama, sehingga memungkinkan

dibentuknya kelompok, agar mereka dapat dibina dan

mengembangkan bersama minat khusus tersebut.

4. Memperbesar partisipasi siswa.

Di sekolah pada tiap kelas biasanya jumlah siswa terlalu

besar, dan kita tahu bahwa jumlah jam pelajaran adalah

sangat terbatas, sehingga dalam jam pelajaran yang

sedang berlangsung sukar sekali untuk guru akan

mengikutsertakan setiap murid dalam kegiatan itu. Bila itu

terjadi siswa yang ditunjuk guru akan aktif, yang tidak

disuruh akan tetap pasif saja. Karena itulah bila

berkelompok, dan diberikan tugas yang sama pada

masing-masing kelompok, maka banyak kemungkinan

setiap siswa ikut serta melaksanakan dan

memecahkannya.

17

Page 19: Penelitian Tindakan Sekolah (Yuli)

5. Pembagian tugas atau pekerjaan.

Di dalam kelas bila guru menghadapi suatu masalah yang

meliputi berbagai persoalan, maka perlu tugas membahas

masing-masing persoalan pada kelompok, sesuai dengan

jumlah persoalan yang akan dibahas. Dengan demikian

masing-masing kelompok harus membahas tugas yang

diberikan. Itu.

6. Kerja sama yang efektif.

Dalam kelompok siswa harus bisa bekerja sama, mampu

menyesuaikan diri, menyeimbangkan pikiran/pendapat

atau tenaga untuk kepentingan bersama, sehingga

mencapai suatu tujuan bersama pula.

Apakah keuntungan penggunaan teknik kerja kelompok

itu? Keuntungannya ialah:

- Dapat memberikan kesempatan pada para siswa untuk

lebih intensif mengadakan penyelidikan mengenai

sesuatu kasus atau masalah.

- Dapat memberikan kesempatan pada para siswa untuk

lebih intensif mengadakan penyelidikan mengenai

sesuatu kasus atau masalah.

- Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan

mengajarkan keterampilan berdiskusi.

- Dapat memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan

siswa sebagai individu serta kebutuhannya belajar.

- Para siswa lebih aktif tergabung dalam pelajaran

mereka, dan mereka lebih aktif berpartisipasi dalam

diskusi.

- Dapat memberi kesempatan kepada para siswa untuk

mengembangkan rasa menghargai dan menghormati

pribadi temannya, menghargai pendapat orang lain, hal

18

Page 20: Penelitian Tindakan Sekolah (Yuli)

mana mereka telah saling membantu kelompok dalam

usahanya mencapai tujuan bersama.

-

Tetapi ini tidak ditunjang oleh penelitian yang khusus.

- Kerja kelompok sering-sering hanya melibatkan kepada

siswa yang mampu sebab mereka cakap memimpin dan

mengarahkan mereka yang kurang.

- Strategi ini kadang-kadang menuntut pengaturan

tempat duduk yang berbeda-beda dan gaya mengajar

yang berbeda pula.

- Keberhasilan strategi kelompok ini tergantung kepada

kemampuan siswa memimpin kekompok atau untuk

bekerja sendiri.

Bentuk-bentuk kerja kelompok yang bisa dilaksanakan

ialah:

a. Keja kelompok berjangka pendek.

Bentuk ini dapat disebutu pula “rapat kilat” karena

hanya mengambil waktu ± 15 menit, yang mempunyai

tujuan untuk memecahkan persoalan khusus yang

terdapat pada sesuatu masalah. Umpamanya: Ketika

instruktur menjelaskan sesuatu pelajaran terdapat

suatu masalah yang perlu didiskusikan. Guru dapat

menunjuk beberapa siswa, atau membagi kelas menjadi

beberapa kelompok untuk membahas masalah itu

dalam waktu yang singkat.

b. Kerja Kelompok berjangka panjang.

Pembicaraan di sini memakan waktu yang panjang,

misalnya memakan waktu 2 hari, satu minggu atau

mungkin tiga bulan, tergantung pada luas dan

banyaknya tugas yang harus diselesaikan siswa.

Apabila siswa telah menyelesaikan tugasnya di dalam

19

Page 21: Penelitian Tindakan Sekolah (Yuli)

suatu kelompok, ia boleh memilih membantu kelompok

lain sesuai dengan minat mereka.

Kerja kelompok berjangka panjang dapat dilaksanakan

dengan tujuan:

b.1. Membahas masalah yang benar-benar ada di dalam

masyarakat, umpamanya: masalah koperasi,

lingkungan sehat, pembuangan sampah dan lain

sebagainya. Masalah itu dibahas agar siswa

mengetahui, memahami dan dapat memberikan

sumbangan pemikiran untuk memecahkan

masalah-masalah yang ada di dalam masyarakat

tersebut.

b.2. Memotivasi siswa ke arah kegiatan-kegiatan yang

berhubungan dengan masyarakat. Misalnya:

penerangan tentang makanan sehat, penggunaan

metode mengajar yang lebih efisien, menggalakkan

KB dan sebagainya. Jadi dengan kerja kelompok di

sini siswa dapat menerapkan teori yang dipelajari

di sekolah ke dalam praktek hidup sehari-hari, di

samping dapat menyumbangkan pemikirannya/ide-

ide serta tenagannya bagi masyarakat sekitarnya.

b.3. Dengan melaksanakan kerja kelompok kerja

kelompok memberi pengalaman kepada siswa

untuk mengenal kepemimpinan/leadership, seperti

membuat rencana sebelum melakukan sesuatu

pekerjaan, membagi pekerjaan, memecahkan

masalah/menyelesaikan tugas dengan bekerja

bersama.

b.4. Dengan bekerja sama itu siswa dapat

mengumpulkan bahan-bahan informasi atau data

lebih banyak tentang berbagai jenis aspek suatu

masalah di dalam waktu relatif singkat.

20

Page 22: Penelitian Tindakan Sekolah (Yuli)

c. Kerja Kelompok Campuran

Di sini siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok yang

disesuaikan dengan kemampuan belajar siswa. Dalam

kerja kelompok ini siswa diberi kesempatan untuk

bekerja sessuai dengan kemampuan masing-masing

sehingga kelompok yang pintar dapat selesai terlebih

dahulu tidak usah menunggu kelompok yang lain.

Kelompok siswa yang agak lamban, diizinkan

menyelesaikan tugasnya dalam waktu yang sesuai

dengan kemampuannya.agar kerja kelompok campuran

itu mencapai sasaran, guru perlu memperhatikan hal-

hal ialah harus menyediakan tugas atau kegiatan

belajar yang sesuai dengan kemampuan belajar setiap

kelompok, kemudian setiap tugas harus disusun

sedemikian rupa sehingga setiap kelompok dapat

mengerjakan sendiri tanpa bantuan orang lain atau

guru. Akhirnya guru harus memberi petunjuk yang

jelas, sehingga siswa tahu apa yang harus dilakukan,

dan apa yang diharapkan dari mereka masing-masing.

Supaya kerja kelompok dapat lebih berhasil, maka

harus melalui langkah-langkah sebagai berikut:

- Menjelaskan tugas kepada siswa.

- Menjelaskan apa tujuan kerja kelompok itu.

- Membagi kelas menjadi beberapa kelompok.

- Setiap kelompok menunjuk seorang pencatat yang

akan membuat laporan tentang kemajuan dan hasil

kerja kelompok tersebut.

- Guru berkeliling selama kerja kelompok itu

berlangsung, bila perlu memberi saran/pertanyaan.

- Guru membantu menyimpulkan kemajuan dan

menerima hasil kerja kelompok.

21

Page 23: Penelitian Tindakan Sekolah (Yuli)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN TINDAKAN SEKOLAH

A. Jenis Penelitian Tindakan Kolaboratif

Penelitian yang akan penulis lakukan berfokus pada masalah tindakan

guru materi pelajaran matematika dengan menerapkan konsepsi cara belajar

aktif model pembelajaran Gabungan model Ceramah dan Kerja Kelompok

Jenis penelitian yang akan digunakan tergolong pada penelitian kelas

(classroom reaserch) yang berkolaborasi dengan tindakan sekolah, dimana

penulis selak peneliti hanya melakukan observasi di kelas dan guru materi

pelajaran matematika melakukan tindakan kelas, penelitian ini biasa lazim

disebut penelitian tindakan kolabaratif .

Penelitian tindakan kelas dan penelitian tindakan sekolah mampu

menawarkan pendekatan dan prosedur baru yang lebih menjanjikan dampak

langsung dalam bentuk perbaikan dan peningkatan profesionalisme guru

dalam mengelola proses belajar di kelas atau implementasi berbagai program

di sekolah dengan mengkaji berbagai indikator keberhasilan proses dan hasil

pembelajaran yang terjadi pada siswa. Hal tersebut sesuai dengan yang

dikemukakan oleh Stenhause di Hopkin 1993 dalam kasbollah bahwa :

"Penelitian Tindakan membuat guru dapat meneliti dan mengkaji pembelajaran yang ia lakukan di kelas sehingga permasalahan yang dihadapi adalah permasalahan aktual. Dengan demikian guru dapat langsung berbuat sesuatu untuk memperbaiki praktik-praktik pengajaran yang kurang berhasil agar menjadi lebih baik dan lebih efektif. Dalam hal ini guru dilatih untuk dapat mengendalikan kehidupan profesinya serta terlibat dalam pengambilan keputusan secara profesional."

22

Page 24: Penelitian Tindakan Sekolah (Yuli)

Selain itu Ebbuf`(1285) dalam Kasbollah mengemukakan bahwa :

"Penelitian tindakan kelas merupakan studi yang sistimatis yang dilakukan dalam upaya memperbaiki praktik-praktik dalam pendidikan dengan melakukan tindakan-tindakan praktis serta refleksi dari tindakan tersebut yang berupa suatu rangkaian siklus yang berkelanjutan dan diantara siklus-siklus itu ada informasi yang merupakan balikan."

Bentuk penelitian kelas yang penulis gunakan adalah penelitian

tindakan kelas yang bersifat kolaboratif dan partisipatoris. Sesuai dengan

yang diungkapkan Kasbolah (1999: 14), bahwa sebagai dasar pemikiran,

Lewin (orang yang mempopulerkan penelitian tindakan) menekankan

pentingnya kolaboratif dan partisipatoris. Kolaboratif diterapkan untuk

menciptakan adanya hubungan kesejawatan kerja sedangkan partisipatoris

merupakan penelitian tindakan kelas yang pada pelaksanaannya melibatkan

guru kelas.

Penulis memilih metode mi dengan pertimbangan bahwa guru kelas

merupakan pihak yang langsung mengalami dan menemukan berbagai

masalah pembelajaran.

Dengan penelitian tindakan kelas diharapkan dapat meningkatkan

kinerja dan kemampuan guru dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran

serta terciptanya hubungan antar guru SD dalam mencari jalan pemecahan

permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran.

B. Lokasi , Jadwal dan Subyek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penulis mengambil lokasi dalam penelitian tindakan ini sebagai

langkah konkrit melakukan penelitian tindakan sekolah di SDN 9 Kecamatan

Pedamaran Kabupaten Ogan komering ilir Tahun Pelajaran 2014-2015.

2. Jadwal Penelitian

Jadwal penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat

penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan

September sampai Nopember pada semester ganjil tahun pelajaran 2014-

2015.

23

Page 25: Penelitian Tindakan Sekolah (Yuli)

3. Subyek Penelitian

Penulis menentukan subyek penelitian adalah beberapa guru yang

sedang dan pernah mengajar materi pelajaran matematika di SDN 9

Kecamatan Pedamaran Kabupaten Ogn komering ilir.

B. Planing Penelitian

Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kolaboratif antara

PTK dengan PTS, dimana penulis hanya sebagai observer dalam penelitian ini

sementara guru yang melaksanakan tindakan namun penulis menganalis dan

membahas atas hasil tindakan. Menurut Tim Pelatih Proyek KKG, PTK

adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang

dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan mereka

dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-

tindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki kondisi dimana praktek

pembelajaran tersebut dilakukan (dalam Mukhlis, 2000: 3).

Sedangkah menurut Mukhlis (2000: 5) PTK adalah suatu bentuk

kajian yang bersifat sistematis reflektif oleh pelaku tindakan untuk

memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan.

Adapun tujuan utama dari PTK adalah untuk

memperbaiki/meningkatkan pratek pembelajaran secara berkesinambungan,

sedangkan tujuan penyertaannya adalah menumbuhkan budaya meneliti di

kalangan guru (Mukhlis, 2000: 5).

Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan,

maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan

Taggart (dalam Sugiarti, 1997: 6), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu

ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action

(tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada

siklus berikutnya adalah perncanaan yang sudah direvisi, tindakan,

pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan

pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan. Siklus spiral dari tahap-

tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar berikut.

24

Page 26: Penelitian Tindakan Sekolah (Yuli)

25

Page 27: Penelitian Tindakan Sekolah (Yuli)

Gambar diatas adalah Alur Penelitian Tindakan

1. Rencana permulaan, sebelum mengadakan penelitian peneliti menyusun

rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk di

dalamnya instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran.

2. Aktivitas observasi, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti

sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati

hasil atau dampak dari diterapkannya metode pembelajaran model

gabungan ceramah dan kerja kelompok.

3. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau

dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan

yang diisi oleh pengamat.

4. Rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat membuat

rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya.

Observasi dibagi dalam tiga putaran, yaitu putaran 1, 2 dan 3,

dimana masing putaran dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang

sama) dan membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan soal

26

Page 28: Penelitian Tindakan Sekolah (Yuli)

ujian di akhir masing putaran. Dibuat dalam tiga putaran dimaksudkan

untuk memperbaiki sistem pengajaran yang telah dilaksanakan.

C. Instrumen Penelitian Tindakan

Penulis dalam melakukan penelitian menggunakan Instrumen sebagai

berikut :

1. Silabus Kepengawasan

Yaitu seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan

pembelajaran pengelolahan kelas, serta penilaian Kinerja Guru.

2. Rencana Pembelajaran

Rencana pembelajaran biasanya digunakan sebagai pedoman

guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran. Masing-masing RP

berisi kompetensi dasar, indikator pencapaian Kinerja Guru, tujuan

pembelajaran khusus, dan kegiatan belajar mengajar.

3. Form LKS

Lembar kegaian ini yang dipergunakan siswa untuk membantu

proses pengumpulan data hasil eksperimen.

4. Tes formatif

Tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan

dicapai, digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep

matematika pada yang telah dipelajari selama ini. Tes formatif ini

diberikan setiap akhir putaran. Bentuk soal yang diberikan adalah pilihan

ganda (objektif). Sebelumnya soal-soal ini berjumlah 46 soal yang telah

diujicoba, kemudian penulis mengadakan analisis butir soal tes yang telah

diuji validitas dan reliabilitas pada tiap soal. Analisis ini digunakan untuk

memilih soal yang baik dan memenuhi syarat digunakan untuk mengambil

data. Langkah-langkah analisi butir soal adalah sebagai berikut:

a. Validitas Tes

Validitas butir soal atau validitas item digunakan untuk

mengetahui tingkat kevalidan masing-masing butir soal. Sehingga

27

Page 29: Penelitian Tindakan Sekolah (Yuli)

dapat ditentukan butir soal yang gagal dan yang diterima. Tingkat

kevalidan ini dapat dihitung dengan korelasi Product Moment:

r xy=N ∑ XY−(∑ X ) (∑Y )

√ {N ∑ X2− (∑ X )2} {N ∑Y 2−(∑ Y )2 } (Suharsimi Arikunto,

2001: 72)

Dengan: rxy : Koefisien korelasi product moment

N : Jumlah peserta tes

ΣY : Jumlah skor total

ΣX : Jumlah skor butir soal

ΣX2 : Jumlah kuadrat skor butir soal

ΣXY : Jumlah hasil kali skor butir soal

b. Reliabilitas

Reliabilitas butir soal dalam penelitian ini menggunakan rumus

belah dua sebagai berikut:

r11=2r1 /21 /2

(1+r1/21/2 ) (Suharsimi Arikunto, 20001: 93)

Dengan: r11 : Koefisien reliabilatas yang sudah disesuaikan

r1/21/2 : Korelasi antara skor-skor setiap belahan tes

Kriteria reliabilitas tes jika harga r11 dari perhitungan lebih besar dari

harga r pada tabel product moment maka tes tersebut reliable.

c. Taraf Kesukaran

Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal

adalah indeks kesukaran. Rumus yang digunakan untuk menentukan

taraf kesukaran adalah:

28

Page 30: Penelitian Tindakan Sekolah (Yuli)

P= BJs (Suharsimi Arikunto, 2001: 208)

Dengan: P : Indeks kesukaran

B : Banyak siswa yang menjawab soal dengan benar

Js : Jumlah seluruh siswa peserta tes

Kriteria untuk menentukan indeks kesukaran soal adalah sebagai

berikut:

- Soal dengan P = 0,000 sampai 0,300 adalah sukar

- Soal dengan P = 0,301 sampai 0,700 adalah sedang

- Soal dengan P = 0,701 sampai 1,000 adalah mudah

d. Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk

membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa

yang berkemampuan rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya

pembeda desebut indeks diskriminasi. Rumus yang digunakan untuk

menghitung indeks diskriminasi adalah sebagai berikut:

D=BA

J A

−BB

J B

=PA−PB(Suharsimi Arikunto, 2001: 211)

Dimana:

D : Indeks diskriminasi

BA : Banyak peserta kelompok atas yang menjawab dengan benar

BB : Banyak peserta kelompok bawah yang menjawab dengan benar

JA : Jumlah peserta kelompok atas

JB : Jumlah peserta kelompok bawah

PA=

BA

J A

= Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar.

PB=

BB

J B

= Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

29

Page 31: Penelitian Tindakan Sekolah (Yuli)

Kriteria yang digunakan untuk menentukan daya pembeda

butir soal sebagai berikut:

- Soal dengan D = 0,000 sampai 0,200 adalah jelek

- Soal dengan D = 0,201 sampai 0,400 adalah cukup

- Soal dengan D = 0,401 sampai 0,700 adalah baik

- Soal dengan D = 0,701 sampai 1,000 adalah sangat baik

D. Metode Pengumpulan Data

Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui

observasi pengolahan metode pembelajaran aktif mdel Gabungan Ceramah

dan Kerja Kelompok pada materi pelajaran, dan soal ujian .

E. Teknik Analisis Data

Untuk mengetahui keefektivan suatu metode dalam kegiatan

pembelajaran perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini menggunakan

teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat

menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh

dengan tujuan untuk mengetahui Kinerja Guru yang dicapai siswa juga untuk

memperoleh respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta aktivitas

siswa selama proses pembelajaran.

Untuk mengalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan

siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara

memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran.

Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistic sederhana yaitu:

1. Untuk menilai ulangan atau soal ujian

Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang

selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut

sehingga diperoleh rata-rata soal ujian dapat dirumuskan:

X=∑ X

∑ N

Dengan : X = Nilai rata-rata

30

Page 32: Penelitian Tindakan Sekolah (Yuli)

Σ X = Jumlah semua nilai siswa

Σ N =

2. Untuk ketuntasan belajar

Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan

secara klasikal. Berdasarkan petunju pelaksanaan belajar mengajar

kurikulum 1994 (Depdikbud, 1994), yaitu seorang siswa telah tuntas

belajar bila telah mencapai skor 65% atau nilai 65, dan kelas disebut tuntas

belajar bila di kelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap

lebih dari atau sama dengan 65%. Untuk menghitung persentase

ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut:

P=∑ Siswa . yang .tuntas . belajar

∑ Siswax 100 %

31

Page 33: Penelitian Tindakan Sekolah (Yuli)

BAB IV

HASIL PENELITIAN TINDAKAN DAN PEMBAHASAN

Di bab IV ini, penulis menguraikan terhadap hasil penelitian tindakan

sejauh mana hasil obrsevasi peneliti yang sekaligus pengawas TK/SD di SDN 9

Kecamatan Pedamaran Kabupaten Ogan komering ilir akan dijelaskan di bawah

ini sebagai berikut :

A. Pengolahan Data dan Hasil Tindakan

1. Siklus I

a. Tahap Planning

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran

yang terdiri dari rencana pelajaran 1, soal ujian 1 dan alat-alat

pengajaran yang mendukung.

b. Tahap Action

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I

dilaksanakan pada tanggal 25 September 2014 di Kelas V dengan

jumlah siswa 35 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru.

Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang

telah dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan

dengan pelaksaaan belajar mengajar.

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi soal ujian I

dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam

proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil

penelitian pada siklus I adalah sebagai berikut:

32

Page 34: Penelitian Tindakan Sekolah (Yuli)

Tabel . Nilai Ujian Pada Siklus I

RespondenNilai

Point

RespondenNilai

Pont

B KB B KB

1 70 √ 19 80 √

2 60 √ 20 70 √

3 70 √ 21 40 √

4 80 √ 22 80 √

5 80 √ 23 60 √

6 40 √ 24 50 √

7 70 √ 25 80 √

8 50 √ 26 60 √

9 80 √ 27 80 √

10 40 √ 28 70 √

11 70 √ 29 80 √

12 50 √ 30 80 √

13 70 √ 31 80 √

14 60 √ 32 70 √

15 70 √ 33 40 √

16 80 √ 34 80 √

17 80 √ 35 60 √

18 60 √ Jumlah 1160 11 6

Jumlah 1180 12 6

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan metode

belajar aktif model Gabungan Ceramah dan Kerja Kelompok pada materi

pelajaran diperoleh nilai rata-rata siswa adalah 66,80 dan ketuntasan belajar

mencapai 64,00% atau ada 16 siswa dari 35 siswa sudah tuntas belajar. Hasil

tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum

tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 hanya sebesar

65,71% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar

85%. Hal ini disebabkan karena siswa banyak yang lupa dengan materi

pelajaran yang telah diajarkan selama hampir satu semester ini.

33

Page 35: Penelitian Tindakan Sekolah (Yuli)

2. Siklus II

a. Tahap Planing

Pada tahap inipeneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran

yang terdiri dari rencana pelajaran 2, soal ujian II dan alat-alat

pengajaran yang mendukung.

b. Tahap Action

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II

dilaksanakan pada tanggal 17 Oktober 2014 di Kelas V SDN 9

Kecamatan Pedamaran Kabupaten Ogan komering ilir dengan jumlah

siswa 35 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun

proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan

memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga kesalahan atau

kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II.

Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan

belajar mengajar.

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi soal ujian II

dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam

proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang

digunakan adalah soal ujian II. Adapun data hasil penelitian pada

siklus II adalah sebagai berikut.

Table 4. Nilai Tes Formatif Pada Siklus II

RespondenNilai

Point

RespondenNilai

Point

B KB B KB

1 80 √ 19 70 √

2 70 √ 20 80 √

3 60 √ 21 70 √

4 70 √ 22 50 √

5 60 √ 23 70 √

6 70 √ 24 70 √

34

Page 36: Penelitian Tindakan Sekolah (Yuli)

7 70 √ 25 60 √

8 80 √ 26 50 √

9 70 √ 27 70 √

10 70 √ 28 80 √

11 50 √ 29 90 √

12 50 √ 30 80 √

13 70 √ 31 70 √

14 80 √ 32 80 √

15 70 √ 33 70 √

16 60 √ 34 50 √

17 70 √ 35 70 √

18 70 √ Jumlah 1180 14 3

Jumlah 1220 13 5

Dari tabel di atas diperoleh nilai rata-rata siswa adalah 68,57%

dan ketuntasan belajar mencapai 77,14% atau ada 27 siswa dari 35

siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus II

ini ketuntasan belajar secara klasikal telah mengalami peningkatan

sedikit lebih baik dari siklus I. Adanya peningkatan Kinerja Guru

siswa ini karena siswa-siswa telah mulai mengulang pelajaran yang

sudah diterimanya selama ini sehingga para siswa sebagian sudah

mengingat meteri yang telah diajarkan oleh guru.

3. Siklus III

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran

yang terdiri dari rencana pelajaran 3, soal soal ujian 3 dan alat-alat

pengajaran yang mendukung.

b. Tahap kegiatan dan pengamatan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus III

dilaksanakan pada tanggal 8 Nopember 2014 di Kelas V SDN 9

Kecamatan Pedamaran Kabupaten Ogan komering ilir dengan jumlah

siswa 35 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun

35

Page 37: Penelitian Tindakan Sekolah (Yuli)

proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan

memperhatikan revisi pada siklus II, sehingga kesalahan atau

kekurangan pada siklus II tidak terulang laig pada siklus III.

Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan

belajar mengajar.

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi soal ujian III

dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam

proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang

digunakan adalah soal ujian III. Adapun data hasil penelitian pada

siklus III adalah sebagai berikut.

Table 6. Nilai Ujian Pada Siklus III

RespondenNilai

Point

RespondenNilai

Point

B KB B KB

1 90 √ 19 50 √

2 70 √ 20 80 √

3 70 √ 21 80 √

4 70 √ 22 70 √

5 80 √ 23 80 √

6 70 √ 24 80 √

7 60 √ 25 70 √

8 80 √ 26 80 √

9 70 √ 27 60 √

10 90 √ 28 80 √

11 70 √ 29 80 √

12 70 √ 30 90 √

13 90 √ 31 50 √

14 90 √ 32 80 √

15 70 √ 33 80 √

16 70 √ 34 70 √

17 70 √ 35 80 √

18 80 √ Jumlah 1260 14 3

36

Page 38: Penelitian Tindakan Sekolah (Yuli)

Jumlah 1360 17 1

37

Page 39: Penelitian Tindakan Sekolah (Yuli)

Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai rata-rata soal ujian

sebesar 74,85 dan dari 35 siswa yang telah tuntas sebanyak 31 siswa

dan 4 siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Maka secara klasikal

ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 88,57% (termasuk

kategori tuntas). Hasil pada siklus III ini mengalami peningkatan

lebih baik dari siklus II. Adanya peningkatan Kinerja Guru pada siklus

III ini dipengaruhi oleh adanya usaha siswa untuk mempelajari

kembali materi ajar yang telah disampaikan oleh guru. Disamping itu

siswa juga merasa belajar mengulang ini adalah juga sebagai

persiapan untuk menghadapi ujian kenaikan kelas yang sudah dekat

waktunya.

c. Refleksi

Pada tahap ini akah dikaji apa yang telah terlaksana dengan

baik maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar

dengan penerapan metode belajar aktif model Gabungan Ceramah dan

Kerja Kelompok pada materi pelajaran. Dari data-data yang telah

diperoleh dapat duraikan sebagai berikut:

1) Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua

pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang

belum sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-

masing aspek cukup besar.

2) Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif

selama proses belajar berlangsung.

3) Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami

perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik.

4) Kinerja Guru siswsa pada siklus III mencapai ketuntasan.

d. Revisi Pelaksanaan

Pada siklus III guru telah menerapkan metode belajar aktif

model Gabungan Ceramah dan Kerja Kelompok pada materi pelajaran

dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta Kinerja Guru siswa

38

Page 40: Penelitian Tindakan Sekolah (Yuli)

pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik.

Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu

diperhatikan untuk tindakah selanjutnya adalah memaksimalkan dan

mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada

pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya penerapan metode

belajar aktif model Gabungan Ceramah dan Kerja Kelompok pada

materi pelajaran dapat meningkatkan proses belajar mengajar sehingga

tujuan pembelajaran dapat tercapai.

C. Pembahasan Atas Hasil Tindakan

1. Ketuntasan Kinerja Guru Siswa

Melalui hasil peneilitian ini menunjukkan bahwa metode belajar

aktif model Gabungan Ceramah dan Kerja Kelompok pada materi

pelajaran memiliki dampak positif dalam meningkatkan Kinerja Guru

siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa

terhadap materi yang disampaikan guru untuk menghadapi ujian kenaikan

kelas (ketuntasan belajar meningkat dari sklus I, II, dan III) yaitu masing-

masing 65,71%, 71,14%, dan 88,57%. Pada siklus III ketuntasan belajar

siswa secara klasikal telah tercapai.

2. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran

Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses

metode belajar aktif model Gabungan Ceramah dan Kerja Kelompok pada

materi pelajaran dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini

berdampak positif terhadap Kinerja Guru siswa yaitu dapat ditunjukkan

dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada setiap siklus yang terus

mengalami peningkatan.

3. Aktivitas Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran

Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses

pembelajaran matematika dengan metode belajar aktif model Gabungan

Ceramah dan Kerja Kelompok pada materi pelajaran yang paling dominan

39

Page 41: Penelitian Tindakan Sekolah (Yuli)

adalah bekerja dengan menggunakan alat/media,

mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru, dan diskusi antar

siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas

isiwa dapat dikategorikan aktif.

Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah

melaksanakan langkah-langkah metode belajar aktif model Gabungan

Ceramah dan Kerja Kelompok pada materi pelajaran dengan baik. Hal ini

terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas

membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan kegiatan

pembelajaran, menjelaskan materi yang sulit, memberi umpan

balik/evaluasi/tanya jawab dimana prosentase untuk aktivitas di atas cukup

besar.

40

Page 42: Penelitian Tindakan Sekolah (Yuli)

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama tiga

siklus, dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah

dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pembelajaran dengan metode belajar aktif model Gabungan Ceramah dan

Kerja Kelompok pada materi pelajaran memiliki dampak positif dalam

meningkatkan Kinerja Guru yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan

belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (65,71%), siklus II

(77,14%), siklus III (88,57%).

2. Penerapan metode belajar aktif model Gabungan Ceramah dan Kerja

Kelompok pada materi pelajaran mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat

meningkatkan motivasi belajar siswa yang ditunjukan dengan rata-rata

jawaban siswa yang menyatakan bahwa siswa tertarik dan berminat

dengan metode belajar aktif model Gabungan Ceramah dan Kerja

Kelompok pada materi pelajaran sehingga mereka menjadi termotivasi

untuk belajar.

3. Penerapan metode belajar aktif model Gabungan Ceramah dan Kerja

Kelompok pada materi pelajaran efektif untuk mengingatkan kembali

materi ajar yang telah diterima siswa selama ini, sehingga mereka merasa

siap untuk menghadapi ujian kenaikan kelas yang segera akan

dilaksanakan.

41

Page 43: Penelitian Tindakan Sekolah (Yuli)

B. Saran

Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar

proses belajar mengajar Bahasa Inggris lebih efektif dan lebih memberikan

hasil yang optimal bagi siswa, makan disampaikan saran sebagai berikut:

1. Untuk melaksanakan metode belajar aktif model Gabungan Ceramah dan

Kerja Kelompok pada materi pelajaran memerlukan persiapan yang cukup

matang, sehingga guru harus mempu menentukan atau memilih topik yang

benar-benar bisa diterapkan dengan metode belajar aktif model Gabungan

Ceramah dan Kerja Kelompok pada materi pelajaran proses belajar

mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal.

2. Dalam rangka meningkatkan Kinerja Guru siswa, guru hendaknya lebih

sering melatih siswa dengan berbagi metode, walau dalam taraf yang

sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemuan pengetahuan baru,

memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau

mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.

3. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya

dilakukan di SDN 9 Kecamatan Pedamaran Kabupaten Ogan komering

ilir.

42

Page 44: Penelitian Tindakan Sekolah (Yuli)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: Rineksa Cipta

Ali, Muhammad. 2003. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar

Baru Algesindon.

Hadi, Sutrisno. 2001. Metodologi Research, Jilid 1. Yogyakarta: YP. Fak.

Psikologi UGM.

Lee, W.R. 1985. Language Teaching Games and Contests. London: Oxfortd

University Press.

Melvin, L. Siberman. 2004. Aktif Learning, 101 Cara Belajar Siswa Aktif.

Bandung: Nusamedia dan Nuansa.

Sudjana, Nana. 1989. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar

Baru.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2004. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya.

Surakhmad, Winarno. 1990. Metode Pengajaran Nasional. Bandung: Jemmars.

Weed, Gretchen, E. 1971. Using Games in Teaching Children. ELEC Bulletin No.

32. Winter. Tokyo. Japan.

43

Page 45: Penelitian Tindakan Sekolah (Yuli)

Lampiran I

Data Tabel Hasil Peningkatan Per siklus

Tabel . Nilai Ujian Pada Siklus I

RespondenNilai

Point

RespondenNilai

Pont

B KB B KB

1 70 √ 19 80 √

2 60 √ 20 70 √

3 70 √ 21 40 √

4 80 √ 22 80 √

5 80 √ 23 60 √

6 40 √ 24 50 √

7 70 √ 25 80 √

8 50 √ 26 60 √

9 80 √ 27 80 √

10 40 √ 28 70 √

11 70 √ 29 80 √

12 50 √ 30 80 √

13 70 √ 31 80 √

14 60 √ 32 70 √

15 70 √ 33 40 √

16 80 √ 34 80 √

17 80 √ 35 60 √

18 60 √ Jumlah 1160 11 6

Jumlah 1180 12 6

44

Page 46: Penelitian Tindakan Sekolah (Yuli)

Table 4. Nilai Tes Formatif Pada Siklus II

RespondenNilai

Point

RespondenNilai

Point

B KB B KB

1 80 √ 19 70 √

2 70 √ 20 80 √

3 60 √ 21 70 √

4 70 √ 22 50 √

5 60 √ 23 70 √

6 70 √ 24 70 √

7 70 √ 25 60 √

8 80 √ 26 50 √

9 70 √ 27 70 √

10 70 √ 28 80 √

11 50 √ 29 90 √

12 50 √ 30 80 √

13 70 √ 31 70 √

14 80 √ 32 80 √

15 70 √ 33 70 √

16 60 √ 34 50 √

17 70 √ 35 70 √

18 70 √ Jumlah 1180 14 3

Jumlah 1220 13 5

45

Page 47: Penelitian Tindakan Sekolah (Yuli)

Table 6. Nilai Ujian Pada Siklus III

Responden

Nilai Point

RespondenNilai

Point

B KB B KB

1 90 √ 19 50 √

2 70 √ 20 80 √

3 70 √ 21 80 √

4 70 √ 22 70 √

5 80 √ 23 80 √

6 70 √ 24 80 √

7 60 √ 25 70 √

8 80 √ 26 80 √

9 70 √ 27 60 √

10 90 √ 28 80 √

11 70 √ 29 80 √

12 70 √ 30 90 √

13 90 √ 31 50 √

14 90 √ 32 80 √

15 70 √ 33 80 √

16 70 √ 34 70 √

17 70 √ 35 80 √

18 80 √ Jumlah 1260 14 3

Jumlah 1360 17 1

46

Page 48: Penelitian Tindakan Sekolah (Yuli)

Lampiran II

Diagram Alur Penelitian Tindakan sebagai parameter PTS

47

Page 49: Penelitian Tindakan Sekolah (Yuli)

Lampiran III

TABEL

DAFTAR HADIR SUBJEK PENELITIAN TINDAKAN

Aspek Kegiatan PTS : Pembelajaran Gabungan Model Ceramah DanKerja

Kelompok

Tanggal Kegiatan : 8 September 2014

Tempat Kegiatan : SDN 9 Pedamaran

No Nama SP Uraian Kegiatan TTD

1 Armitik 1

2 Sumarni 2

3 Rukmini 3

4 Ernawati 4

5 Damro 5

6 Netty Ekaria 6

7 Sumarni S.Pd 7

8 Astuti 8

Pedamaran, 8 September 2014 Peneliti

YULIANI.K.S.Pd. NIP:1960070

48

Page 50: Penelitian Tindakan Sekolah (Yuli)

Lampiran VI

Sampel Draf : Surat permohonan Ijin Tempat Penelitian Tindakan Kepada Kepala Sekolah di SD Binaan

Kepada YTH. Bapak / Ibu Kepala Sekolah SDN 9 Pedamaran Di T e m p a t

Dengan Hormat,

Dengan surat ini, saya selaku Pengawas TK/SD Di Kecamatan Pedamaran

Kabupaten Ogan komering ilir memohon Ijin kepada Sdr. Kepala Sekolah : SDN

9 Pedamaran untuk mengadakan Penelitian Tindakan Sekolah.

Adapun Jadwal Kegiatan PTS, saya lampirkan di bawah ini

Untuk itu, saya mohon sekiranya untuk memberikan izin peneyelenggaran

kegiatan tersebut di Sekolah Dasar Negeri 9 Pedamaran.

Demikian Surat permohonan ijin ini, saya buat dan terima kasih atas

kerjasamanya.

Pedamaran , September 2014

Hormat Saya,

YULIANI.K.S.Pd.

49

Page 51: Penelitian Tindakan Sekolah (Yuli)

Lampiran VII

Sampel Draf : Surat Permohonan Ijin Penyelenggaraan Penelitian Tindakan Sekolah di Lingkungan Kantor Pendidikan Kecamatan Pedamaran Kepada YTH. Kepala dinas UPTD Kecamatan Pedamaran

Kabupaten Ogan komering ilir Di T e m p a t

Dengan Hormat,

Dengan surat ini, saya selaku Pengawas TK/SD Di Kecamatan

Pedamaran Kabupaten Ogan komering ilir memohon Ijin kepada Ibu selaku

Kepala dinas pendidikan Kecamatan pedamaran, untuk mengadakan Penelitian

Tindakan Sekolah di Lingkungan Kantor Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan

Pedamaran Kabupaten Ogan komering ilir.

Adapun Jadwal Kegiatan PTS, saya lampirkan di bawah ini

Untuk itu, saya mohon sekiranya untuk memberikan izin penyelenggaran

Kegiatan tersebut.

Demikian Surat permohonan izin ini saya buat, dan terima kasih atas

kerjasamanya.

Pedamaran, September 2014 Hormat Saya,

YULIANI.K.S.Pd.

NIP: 196007011980112001

50

Page 52: Penelitian Tindakan Sekolah (Yuli)

51