laporan lengkap forum kti vi

58

Upload: yayasan-bakti

Post on 06-Nov-2015

67 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Laporan Penyelenggaraan kegiatan Forum KTI VI dari Yayasan BaKTI di Palu

TRANSCRIPT

  • LAPORAN KEGIATAN FESTIVAL FORUM KAWASAN TIMUR INDONESIA Merajut Inspirasi, Persembahan dari Timur untuk Indonesia

    Yayasan Bursa Pengetahuan Kawasan Timur Indonesia dan

    Forum Kawasan Timur IndonesiaMengucapkan

    Terima Kasih yang sebesar-besarnyakepada

    Pemerintah Kota Palu

    Atas Dukungannya bagi Suksesnya Kegiatan ini

    SULAWESI TENGAH

    Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengahdan

    Atas Dukungannya bagi Suksesnya Kegiatan ini

    Yayasan Bursa Pengetahuan Kawasan Timur Indonesia dan

    Forum Kawasan Timur IndonesiaMengucapkan

    Terima Kasih yang sebesar-besarnyakepada

  • LAPORAN KEGIATAN FESTIVAL FORUM KAWASAN TIMUR INDONESIA Merajut Inspirasi, Persembahan dari Timur untuk Indonesia

    Yayasan Bursa Pengetahuan Kawasan Timur Indonesia dan

    Forum Kawasan Timur IndonesiaMengucapkan

    Terima Kasih yang sebesar-besarnyakepada

    Pemerintah Kota Palu

    Atas Dukungannya bagi Suksesnya Kegiatan ini

    SULAWESI TENGAH

    Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengahdan

    Atas Dukungannya bagi Suksesnya Kegiatan ini

    Yayasan Bursa Pengetahuan Kawasan Timur Indonesia dan

    Forum Kawasan Timur IndonesiaMengucapkan

    Terima Kasih yang sebesar-besarnyakepada

  • orum Kawasan Timur Indonesia kembali merayakan kemajuan pembangunan di Kawasan Timur Indonesia tanggal 24-25 FSeptember 2012 di Palu, Sulawesi Tengah. Acara ini merayakan

    keberhasilan para individu dan komunitas dalam menjawab tantangan pembangunan dengan menggunakan aset lokal dan yang telah membawa perubahan besar di daerahnya. Para pembicara dan seluruh peserta menampilkan solusi dan saling belajar bagaimana kiat sukses mengatasi berbagai tantangan pembangunan yang kerap dihadapi masyarakat di kawasan timur Indonesia (KTI).

    Pertemuan Forum Kawasan Timur Indonesia berkembang dari tahun ke tahun. Tahun ini adalah pertemuan keenam dan dikemas dalam bentuk festival dimana kami kembali menyajikan sesuatu yang berbeda dan menghantarkan lebih banyak peluang untuk saling belajar, berjejaring dan membuat perubahan.

    Festival Forum Kawasan Timur Indonesia 2012Merajut Inspirasi, Persembahan dari Timur

    untuk Indonesia

    Forum KTI adalah sebuah jaringan para pelaku kunci pembangunan KTI

    yang setiap dua tahun mengadakan pertemuan untuk menampilkan berbagai praktik cerdas

    tingkat lokal dan memberi ruang untuk berbagai jenis interaksi antar pelaku pembangunan KTI.

    Pertemuan ini menjadi satu-satunya kesempatan bagi pelaku pembangunan dari berbagai daerah untuk berkumpul, saling belajar dan berdiskusi

    tentang isu dan solusi untuk pembangunan di kawasan timur Indonesia.

    Festival Forum KTI tahun ini bertema Merajut Inspirasi, Persembahan dari Timur untuk Indonesia. Tujuannya adalah berbagi praktik cerdas, pengalaman, dan pembelajaran dari berbagai program pembangunan dari tingkat lokal untuk meningkatkan rasa kepemilikan, mengharmonisasi, serta meningkatkan pengelolaan program ke arah keberhasilan pembangunan nasional.

    Dalam pertemuan ini peserta dapat belajar dan menyerap praktik baru sehingga memungkinkan mereka untuk bekerja lebih efektif dan meningkatkan hasil yang dicapai di bidang yang sedang dijalani. Dari interaksi dalam Festival Forum KTI, tercipta hubungan yang baik antar pemerintah daerah, pemerintah pusat, lembaga swadaya masyarakat, akademisi, sektor swasta, media, dan mitra pembangunan internasional dalam proses pembangunan.

    Festival Forum KTI juga mengangkat berbagai praktik cerdas tingkat lokal ke tingkat nasional untuk mendorong terjadinya replikasi dan/atau adopsi oleh para pelaku pembangunan pada tingkatan yang lebih luas. Sejak menampilkan Praktik Cerdas pada Pertemuan yang keempat, Festival Forum KTI juga mendorong meningkatnya kreativitas masyarakat Kawasan Timur Indonesia untuk menjawab tantangan pembangunan yang dihadapi.

    Festival Forum KTI 2012 terlaksana atas dukungan Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah, Pemerintah Kota Palu, Pemerintah Australia AusAID dan AIPD, CIDA, PEACH - World Bank, USAID, The Asia Foundation, PNPM Support Facility, OXFAM, INSPIRIT, IMPRO dan Kompas sebagai media partner.

    1LAPORAN KEGIATAN FESTIVAL FORUM KAWASAN TIMUR INDONESIA Merajut Inspirasi, Persembahan dari Timur untuk IndonesiaLAPORAN KEGIATAN FESTIVAL FORUM KAWASAN TIMUR INDONESIA Merajut Inspirasi, Persembahan dari Timur untuk Indonesia

  • orum Kawasan Timur Indonesia kembali merayakan kemajuan pembangunan di Kawasan Timur Indonesia tanggal 24-25 FSeptember 2012 di Palu, Sulawesi Tengah. Acara ini merayakan

    keberhasilan para individu dan komunitas dalam menjawab tantangan pembangunan dengan menggunakan aset lokal dan yang telah membawa perubahan besar di daerahnya. Para pembicara dan seluruh peserta menampilkan solusi dan saling belajar bagaimana kiat sukses mengatasi berbagai tantangan pembangunan yang kerap dihadapi masyarakat di kawasan timur Indonesia (KTI).

    Pertemuan Forum Kawasan Timur Indonesia berkembang dari tahun ke tahun. Tahun ini adalah pertemuan keenam dan dikemas dalam bentuk festival dimana kami kembali menyajikan sesuatu yang berbeda dan menghantarkan lebih banyak peluang untuk saling belajar, berjejaring dan membuat perubahan.

    Festival Forum Kawasan Timur Indonesia 2012Merajut Inspirasi, Persembahan dari Timur

    untuk Indonesia

    Forum KTI adalah sebuah jaringan para pelaku kunci pembangunan KTI

    yang setiap dua tahun mengadakan pertemuan untuk menampilkan berbagai praktik cerdas

    tingkat lokal dan memberi ruang untuk berbagai jenis interaksi antar pelaku pembangunan KTI.

    Pertemuan ini menjadi satu-satunya kesempatan bagi pelaku pembangunan dari berbagai daerah untuk berkumpul, saling belajar dan berdiskusi

    tentang isu dan solusi untuk pembangunan di kawasan timur Indonesia.

    Festival Forum KTI tahun ini bertema Merajut Inspirasi, Persembahan dari Timur untuk Indonesia. Tujuannya adalah berbagi praktik cerdas, pengalaman, dan pembelajaran dari berbagai program pembangunan dari tingkat lokal untuk meningkatkan rasa kepemilikan, mengharmonisasi, serta meningkatkan pengelolaan program ke arah keberhasilan pembangunan nasional.

    Dalam pertemuan ini peserta dapat belajar dan menyerap praktik baru sehingga memungkinkan mereka untuk bekerja lebih efektif dan meningkatkan hasil yang dicapai di bidang yang sedang dijalani. Dari interaksi dalam Festival Forum KTI, tercipta hubungan yang baik antar pemerintah daerah, pemerintah pusat, lembaga swadaya masyarakat, akademisi, sektor swasta, media, dan mitra pembangunan internasional dalam proses pembangunan.

    Festival Forum KTI juga mengangkat berbagai praktik cerdas tingkat lokal ke tingkat nasional untuk mendorong terjadinya replikasi dan/atau adopsi oleh para pelaku pembangunan pada tingkatan yang lebih luas. Sejak menampilkan Praktik Cerdas pada Pertemuan yang keempat, Festival Forum KTI juga mendorong meningkatnya kreativitas masyarakat Kawasan Timur Indonesia untuk menjawab tantangan pembangunan yang dihadapi.

    Festival Forum KTI 2012 terlaksana atas dukungan Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah, Pemerintah Kota Palu, Pemerintah Australia AusAID dan AIPD, CIDA, PEACH - World Bank, USAID, The Asia Foundation, PNPM Support Facility, OXFAM, INSPIRIT, IMPRO dan Kompas sebagai media partner.

    1LAPORAN KEGIATAN FESTIVAL FORUM KAWASAN TIMUR INDONESIA Merajut Inspirasi, Persembahan dari Timur untuk IndonesiaLAPORAN KEGIATAN FESTIVAL FORUM KAWASAN TIMUR INDONESIA Merajut Inspirasi, Persembahan dari Timur untuk Indonesia

  • GENDANG BESAR YANG DITABUH BERTALU-TALU OLEH IBU NAFSIAH MBOI DAN BAPAK LONGKI JANGGOLA, MENANDAKAN RITUAL 2 TAHUNAN PENUH INSPIRASI FESTIVAL FORUM KTI 2012 DIBUKA SECARA RESMI

    Prosesi selanjutnya adalah sambutan pengantar dari Ketua Pokja Forum KTI, Prof. Dr. Ir. Hj. Winarni Monoarfa, MS. Dalam sambutannya, Ibu Winarni Monoarfa mengapresiasi kehadiran tak kurang dari 500 peserta. Ini merupakan bukti nyata terhadap kebersamaan yang dibangun dan besarnya respon atas kemajuan pembangunan kawasan timur dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.

    Ibu Winarni Monoarfa juga melaporkan replikasi dan adopsi dari praktik-praktik cerdas yang diidentifikasi dan dipresentasikan pada Pertemuan Forum KTI sebelumnya. Beberapa di antara yang telah direplikasi adalah KB Pria di Sulawesi Utara, saat ini 12 dari 15 kabupaten & kota di Sulawesi Utara telah mengadopsi program KB Pria. Sekarang jumlah peserta KB Pria di seluruh Sulawesi Utara sekitar 1,000 orang. Desa bebas rokok, Desa Bone Bone di Enrekang mendapatkan juara 1 Desa Terbaik dari Kementerian Dalam Negeri, pada bulan Agustus 2012. Praktik cerdas Malaria Center berhasil mendorong Perda Malaria di Halmahera Selatan, perda pertama di Indonesia dan praktik cerdas ini telah direplikasi di Halmahera Timur, Halmahera Barat, Morotai, Tobelo dan Tidore Kepulauan; BAPAMDES Asih Tigasa di Lombok Timur telah melayani 750 rumah tangga atau sekitar 5000 orang dan telah direplikasi di 4 desa di Lombok; Koperasi Perempuan Matamosobu di Buton saat ini telah mengelola

    Pagi yang cerah di kota Palu menyambut peserta Festival Forum KTI 2012. Convention Hall SwissBell Hotel Palu dipenuhi sekitar 500 inovator publik yang datang dari berbagai wilayah di Indonesia untuk mengkontribusikan ide, mimpi dan kepakaran demi kemajuan di Kawasan Timur Indonesia.

    Sebelum acara dimulai, peserta Festival dihibur oleh suara anak-anak Pendidikan Harmoni dengan lagu-lagu daerah Sulawesi Tengah. Pembukaan ditandai dengan masuknya sekelompok penari yang dipersembahkan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sulawesi Tengah, yang membawakan tari selamat datang, Tari Motaro.

    PEMBUKAAN Festival Forum KTI VI

    Sambutan Ketua Pokja Forum KTIProf. Dr. I.r Hj. Winarni Monoarfa, MS

    Sesaat kemudian ruangan Convention Hall menjadi hening. Lalu terdengar bunyi alat tenun Donggala yang menggambarkan proses menenun dan merajut inspirasi yang menjadi tema Festival Forum KTI VI, Merajut Inspirasi, Persembahan dari Timur untuk Indonesia.

    Suasana menjadi semakin khidmat dengan dikumandangkannya Lagu Indonesia Raya oleh seluruh peserta Festival Forum Kawasan Timur Indonesia diiringi oleh Paduan Suara Anak-Anak Sekolah Pendidikan Harmoni.

    dana bergulir sebanyak Rp 3 Milyar; Rumah Aman dijadikan mitra oleh BAPPEDA Provinsi NTT dalam penanganan 2300 kasus KDRT di NTT; Sekolah Kampung Sarmi mendapat dukungan dari Depdiknas dan Pihak Gereja yang memberikan lahan untuk pendirian bangunan sekolah. John Rahail, sang inisiator kini menjadi fellow Ashoka sejak akhir 2011. Melalui kerjasama dengan Kompas, ada 22 artikel Praktik Cerdas yang dimuat di Harian KOMPAS.

    Pada kesempatan tersebut, Ibu Winarni Monoarfa juga menyampaikan capaian dari dua sub jaringan Forum KTI yaitu Forum Kepala BAPPEDA Provinsi Se-KTI dan Jaringan Peneliti KTI (JiKTI). Dalam pertemuan yang ke IV, VI dan VII Forum Kepala Bappeda

    3LAPORAN KEGIATAN FESTIVAL FORUM KAWASAN TIMUR INDONESIA Merajut Inspirasi, Persembahan dari Timur untuk Indonesia

  • GENDANG BESAR YANG DITABUH BERTALU-TALU OLEH IBU NAFSIAH MBOI DAN BAPAK LONGKI JANGGOLA, MENANDAKAN RITUAL 2 TAHUNAN PENUH INSPIRASI FESTIVAL FORUM KTI 2012 DIBUKA SECARA RESMI

    Prosesi selanjutnya adalah sambutan pengantar dari Ketua Pokja Forum KTI, Prof. Dr. Ir. Hj. Winarni Monoarfa, MS. Dalam sambutannya, Ibu Winarni Monoarfa mengapresiasi kehadiran tak kurang dari 500 peserta. Ini merupakan bukti nyata terhadap kebersamaan yang dibangun dan besarnya respon atas kemajuan pembangunan kawasan timur dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.

    Ibu Winarni Monoarfa juga melaporkan replikasi dan adopsi dari praktik-praktik cerdas yang diidentifikasi dan dipresentasikan pada Pertemuan Forum KTI sebelumnya. Beberapa di antara yang telah direplikasi adalah KB Pria di Sulawesi Utara, saat ini 12 dari 15 kabupaten & kota di Sulawesi Utara telah mengadopsi program KB Pria. Sekarang jumlah peserta KB Pria di seluruh Sulawesi Utara sekitar 1,000 orang. Desa bebas rokok, Desa Bone Bone di Enrekang mendapatkan juara 1 Desa Terbaik dari Kementerian Dalam Negeri, pada bulan Agustus 2012. Praktik cerdas Malaria Center berhasil mendorong Perda Malaria di Halmahera Selatan, perda pertama di Indonesia dan praktik cerdas ini telah direplikasi di Halmahera Timur, Halmahera Barat, Morotai, Tobelo dan Tidore Kepulauan; BAPAMDES Asih Tigasa di Lombok Timur telah melayani 750 rumah tangga atau sekitar 5000 orang dan telah direplikasi di 4 desa di Lombok; Koperasi Perempuan Matamosobu di Buton saat ini telah mengelola

    Pagi yang cerah di kota Palu menyambut peserta Festival Forum KTI 2012. Convention Hall SwissBell Hotel Palu dipenuhi sekitar 500 inovator publik yang datang dari berbagai wilayah di Indonesia untuk mengkontribusikan ide, mimpi dan kepakaran demi kemajuan di Kawasan Timur Indonesia.

    Sebelum acara dimulai, peserta Festival dihibur oleh suara anak-anak Pendidikan Harmoni dengan lagu-lagu daerah Sulawesi Tengah. Pembukaan ditandai dengan masuknya sekelompok penari yang dipersembahkan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sulawesi Tengah, yang membawakan tari selamat datang, Tari Motaro.

    PEMBUKAAN Festival Forum KTI VI

    Sambutan Ketua Pokja Forum KTIProf. Dr. I.r Hj. Winarni Monoarfa, MS

    Sesaat kemudian ruangan Convention Hall menjadi hening. Lalu terdengar bunyi alat tenun Donggala yang menggambarkan proses menenun dan merajut inspirasi yang menjadi tema Festival Forum KTI VI, Merajut Inspirasi, Persembahan dari Timur untuk Indonesia.

    Suasana menjadi semakin khidmat dengan dikumandangkannya Lagu Indonesia Raya oleh seluruh peserta Festival Forum Kawasan Timur Indonesia diiringi oleh Paduan Suara Anak-Anak Sekolah Pendidikan Harmoni.

    dana bergulir sebanyak Rp 3 Milyar; Rumah Aman dijadikan mitra oleh BAPPEDA Provinsi NTT dalam penanganan 2300 kasus KDRT di NTT; Sekolah Kampung Sarmi mendapat dukungan dari Depdiknas dan Pihak Gereja yang memberikan lahan untuk pendirian bangunan sekolah. John Rahail, sang inisiator kini menjadi fellow Ashoka sejak akhir 2011. Melalui kerjasama dengan Kompas, ada 22 artikel Praktik Cerdas yang dimuat di Harian KOMPAS.

    Pada kesempatan tersebut, Ibu Winarni Monoarfa juga menyampaikan capaian dari dua sub jaringan Forum KTI yaitu Forum Kepala BAPPEDA Provinsi Se-KTI dan Jaringan Peneliti KTI (JiKTI). Dalam pertemuan yang ke IV, VI dan VII Forum Kepala Bappeda

    3LAPORAN KEGIATAN FESTIVAL FORUM KAWASAN TIMUR INDONESIA Merajut Inspirasi, Persembahan dari Timur untuk Indonesia

  • Provinsi Se-KTI memberikan input resmi bagi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN 2010-2014), Rencana Kerja Pembangunan (RKP) 2012, dan Masterplan untuk Percepatkan dan Pengembangan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI).

    Hingga saat ini sudah dilaksanakan tujuh kali pertemuan Forum Kepala BAPPEDA Provinsi Se-KTI dimana hubungan antar Kepala BAPPEDA Provinsi se-KTI tidak hanya menjadi lebih bernas, melainkan juga berhasil menjadi ajang bertukar solusi bagi para Kepala BAPPEDA. Demikian juga hubungan koordinasi antara Forum ini dengan Pemerintah Pusat, dalam hal ini BAPPENAS yang semakin kuat. Ibu Menteri BAPPENAS, Prof. Dr. Armida S. Alisjahbana, SE, MA, telah memberi perhatian yang besar terhadap Forum ini dan menghadiri Pertemuan Forum Kepala Bappeda Provinsi ke-6 di Jakarta.

    Perkembangan Jaringan Peneliti Kawasan Timur Indonesia (JiKTI) juga dilaporkan oleh Ibu Winarni Monoarfa, dimana mulai Juli 2010 hingga November 2012, jaringan ini mendapatkan dukungan dari AusAID melalui The Asia Foundation melalui Program

    Pengembangan Sektor Pengetahuan untuk Kebijakan. Saat ini JiKTI berfokus pada penguatan kelembagaannya pasca diselesaikannya dokumen Rencana Strategis dan Statuta.

    JiKTI juga memberikan hibah penelitian bagi anggotanya dan melaksanakan pelatihan gender dan policy brief bagi peneliti terpilih. Ibu Winarni Monoarfa juga melaporkan telah dilaksanakannya Pertemuan Dewan Panel JiKTI yang memberikan gambaran terkini perkembangan dan capaian JiKTI selama Bridging Program sekaligus menunjuk Koordinator Ad Interim JiKTI, Bapak Madjid Sallatu Pokja Forum KTI Sulawesi Selatan, dan mengesahkan perangkat kelembagaan JiKTI.

    Disampaikan juga bahwa Palu sebagai kota pertama yang mendeklarasikan PNPM, juga memanfaatkan momentum Festival Forum KTI 2012 untuk mendeklarasikan Palu 2015, Zero Poverty. Program ini diinisiasi oleh Bapak Walikota Palu, Rusdi Mastura, dengan kajian yang akan dilaksanakan oleh JiKTI.

    Sambutan Gubernur Sulawesi TengahH. Longki Djanggola

    Sambutan kedua disampaikan oleh Gubernur Provinsi Sulawesi Tengah, H Longki Djanggola. Dalam pembukaan, Gubernur Sulteng, menuturkan, pertumbuhan ekonomi di KTI relatif tinggi sekitar 7,7 persen pada tahun 2010 dan 6,76 persen pada tahun 2011. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional. Meski demikian, pertumbuhan tersebut belum mampu mensejahterahkan warganya. Dari 183 kabupatentertinggal, di Indonesia, 70 persen berada di Kawasan Timur Indonesia . Angka kemiskinan pun masih tinggi. Diakui, pertumbuhan ekonomi di KTI cukup menggembirakan dalam dua tahun terakhir namun belum mampu menekan persentase angka kemiskinan di kawasan ini. KTI sendiri dinilai memiliki potensi sumber daya alam yang cukup banyak sehingga tak menutup kemungkinan KTI jadi sumber kehidupan dan penghidupan Indonesia di masa mendatang.

    Gubernur juga menyampaikan bahwa melalui Festival Forum KTI ini diharapkan terbuka kesempatan untuk saling bertukar pengalaman bagi pelaku pembangunan serta terjalinnya hubungan multipihak guna melahirkan rekomendasi-rekomendasi yang inovatif dan efektif bagi pembangunan KTI ke depannya. Forum ini juga sekaligus membuka kesempatan tidak saja untuk mendengar tetapi juga untuk didengar dari berbagai pihak di lembaga nasional maupun internasional.

    Acara Pembukaan kemudian ditandai dengan penabuhan gong oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Nafsiah Mboi, Gubernur Sulawesi Tengah, dan Ketua Pokja Forum KTI. Menteri Kesehatan mengungkapkan rasa bangganya karena bisa hadir dalam festival yang diikuti perwakilan pemerintah daerah, lembaga swadaya masyarakat, mitra pembangunan internasional dan pemangku kepentingan di wilayah Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua. ''Saya bangga bisa hadir di tengah-tengah para inspirator yang hebat dari KTI. Selama ini kita dianggap terbelakang, ternyata kita hebat. Saya senang dan bersyukur karena bisa ketemu orang lapangan sebanyak ini.'' kata Nafsiah Mboi sebelum menabuh gong tanda dibukanya Festival Forum KTI VI.

    2

    Sebelum menampilkan Praktik Cerdas terpilih dan Inspirator dari berbagai daerah di Kawasan Timur Indonesia, Menteri Kesehatan, Dr. Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH memaparkan situasi Pelayanan Kesehatan di Kawasan Timur Indonesia.

    Dalam paparannya, Ibu Menteri Kesehatan menyebutkan 2 hal utama yang perlu menjadi perhatian yaitu 1) Millenium Development Goals (MDGs) yang akan berakhir pada tahun 2015 dan akan dilanjutkan dengan Sustainable Development Goals sehingga kita harus berusaha mencapai target yang ditentukan dan menentukan langkah selanjutnya setelah 2015; 2) Persiapan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.

    Kita sudah berkomitmen agar tahun 2019 dapat tercapai Universal Health Coverage, tidak ada lagi orang Indonesia yang sakit dan masih memikirkan biaya. Tahun 2019 seluruh rakyat Indonesia sudah punya Health Insurance. Menurut beliau, KTI ini unik dibanding daerah lain dan perlu dibahas perbedaan-perbedaan apa yang perlu diterapkan di KTI, apakah dalam hal premi atau dalam sistem pelayanan. Beliau sangat mengharapkan masukan dari stakeholder di KTI terkait hal ini.

    Beliau juga menyampaikan sejumlah Pekerjaan Rumah yang belum terselesaikan terkait pencapaian Target MDGs di KTI antara lain adalah menurunkan angka kematian ibu dan anak; mengendalikan HIV/AIDS, malaria, dan penyakit menular lainnya; meningkatkan kesehatan ibu; dan pelestarian lingkungan.

    Pada kesempatan itu, Ibu Menkes juga menguraikan upaya peningkatan akses pelayanan kesehatan seperti bantuan operasional kesehatan, peningkatan kualitas pelayanan kesehatan, pemenuhan SDM bidang kesehatan, serta upaya pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan. Buka hati, buka mata, buka telinga dan putar otak supaya generasi muda kita tidak terkena HIV/AIDS.

    Setelah pemaparan dari ibu Menteri dan tanya jawab dengan peserta, Panggung Inspirasi diisi dengan presentasi para praktisi Praktik Cerdas terpilih dari Maluku Tenggara Barat - Maluku, Palu dan Poso - Sulawesi Tengah, Sumba - Nusa Tenggara Timur, serta Selayar - Sulawesi Selatan. Mereka menguraikan keberhasilan dalam menjawab tantangan pembangunan memanfaatkan aset yang ada. Dalam Panggung Inspirasi, setiap peserta akan saling berbagi kiat mengatasi tantangan pembangunan.

    Tidak hanya menghadirkan Praktik Cerdas, Panggung Inspirasi hari pertama juga menampilkan para Inspirator yang bergerak dalam bidang kesehatan, kesetaraan gender, dan pelestarian lingkungan. Mereka adalah Bidan Joria dari Flores Timur, Nusa Tenggara Timur; Raden Muhammad Rais dari Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat; dan Saidah dari Buton, Sulawesi Tenggara.

    Panggung Inspirasi HARI PERTAMA Jangan lihat angka, lihat orang! Di belakang setiap

    angka, ada manusia. Kita kerja untuk manusia, bukan untuk angka. Angka hanya membantu kita.

    Dr. Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH

    3LAPORAN KEGIATAN FESTIVAL FORUM KAWASAN TIMUR INDONESIA Merajut Inspirasi, Persembahan dari Timur untuk IndonesiaLAPORAN KEGIATAN FESTIVAL FORUM KAWASAN TIMUR INDONESIA Merajut Inspirasi, Persembahan dari Timur untuk Indonesia

  • Provinsi Se-KTI memberikan input resmi bagi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN 2010-2014), Rencana Kerja Pembangunan (RKP) 2012, dan Masterplan untuk Percepatkan dan Pengembangan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI).

    Hingga saat ini sudah dilaksanakan tujuh kali pertemuan Forum Kepala BAPPEDA Provinsi Se-KTI dimana hubungan antar Kepala BAPPEDA Provinsi se-KTI tidak hanya menjadi lebih bernas, melainkan juga berhasil menjadi ajang bertukar solusi bagi para Kepala BAPPEDA. Demikian juga hubungan koordinasi antara Forum ini dengan Pemerintah Pusat, dalam hal ini BAPPENAS yang semakin kuat. Ibu Menteri BAPPENAS, Prof. Dr. Armida S. Alisjahbana, SE, MA, telah memberi perhatian yang besar terhadap Forum ini dan menghadiri Pertemuan Forum Kepala Bappeda Provinsi ke-6 di Jakarta.

    Perkembangan Jaringan Peneliti Kawasan Timur Indonesia (JiKTI) juga dilaporkan oleh Ibu Winarni Monoarfa, dimana mulai Juli 2010 hingga November 2012, jaringan ini mendapatkan dukungan dari AusAID melalui The Asia Foundation melalui Program

    Pengembangan Sektor Pengetahuan untuk Kebijakan. Saat ini JiKTI berfokus pada penguatan kelembagaannya pasca diselesaikannya dokumen Rencana Strategis dan Statuta.

    JiKTI juga memberikan hibah penelitian bagi anggotanya dan melaksanakan pelatihan gender dan policy brief bagi peneliti terpilih. Ibu Winarni Monoarfa juga melaporkan telah dilaksanakannya Pertemuan Dewan Panel JiKTI yang memberikan gambaran terkini perkembangan dan capaian JiKTI selama Bridging Program sekaligus menunjuk Koordinator Ad Interim JiKTI, Bapak Madjid Sallatu Pokja Forum KTI Sulawesi Selatan, dan mengesahkan perangkat kelembagaan JiKTI.

    Disampaikan juga bahwa Palu sebagai kota pertama yang mendeklarasikan PNPM, juga memanfaatkan momentum Festival Forum KTI 2012 untuk mendeklarasikan Palu 2015, Zero Poverty. Program ini diinisiasi oleh Bapak Walikota Palu, Rusdi Mastura, dengan kajian yang akan dilaksanakan oleh JiKTI.

    Sambutan Gubernur Sulawesi TengahH. Longki Djanggola

    Sambutan kedua disampaikan oleh Gubernur Provinsi Sulawesi Tengah, H Longki Djanggola. Dalam pembukaan, Gubernur Sulteng, menuturkan, pertumbuhan ekonomi di KTI relatif tinggi sekitar 7,7 persen pada tahun 2010 dan 6,76 persen pada tahun 2011. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional. Meski demikian, pertumbuhan tersebut belum mampu mensejahterahkan warganya. Dari 183 kabupatentertinggal, di Indonesia, 70 persen berada di Kawasan Timur Indonesia . Angka kemiskinan pun masih tinggi. Diakui, pertumbuhan ekonomi di KTI cukup menggembirakan dalam dua tahun terakhir namun belum mampu menekan persentase angka kemiskinan di kawasan ini. KTI sendiri dinilai memiliki potensi sumber daya alam yang cukup banyak sehingga tak menutup kemungkinan KTI jadi sumber kehidupan dan penghidupan Indonesia di masa mendatang.

    Gubernur juga menyampaikan bahwa melalui Festival Forum KTI ini diharapkan terbuka kesempatan untuk saling bertukar pengalaman bagi pelaku pembangunan serta terjalinnya hubungan multipihak guna melahirkan rekomendasi-rekomendasi yang inovatif dan efektif bagi pembangunan KTI ke depannya. Forum ini juga sekaligus membuka kesempatan tidak saja untuk mendengar tetapi juga untuk didengar dari berbagai pihak di lembaga nasional maupun internasional.

    Acara Pembukaan kemudian ditandai dengan penabuhan gong oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Nafsiah Mboi, Gubernur Sulawesi Tengah, dan Ketua Pokja Forum KTI. Menteri Kesehatan mengungkapkan rasa bangganya karena bisa hadir dalam festival yang diikuti perwakilan pemerintah daerah, lembaga swadaya masyarakat, mitra pembangunan internasional dan pemangku kepentingan di wilayah Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua. ''Saya bangga bisa hadir di tengah-tengah para inspirator yang hebat dari KTI. Selama ini kita dianggap terbelakang, ternyata kita hebat. Saya senang dan bersyukur karena bisa ketemu orang lapangan sebanyak ini.'' kata Nafsiah Mboi sebelum menabuh gong tanda dibukanya Festival Forum KTI VI.

    2

    Sebelum menampilkan Praktik Cerdas terpilih dan Inspirator dari berbagai daerah di Kawasan Timur Indonesia, Menteri Kesehatan, Dr. Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH memaparkan situasi Pelayanan Kesehatan di Kawasan Timur Indonesia.

    Dalam paparannya, Ibu Menteri Kesehatan menyebutkan 2 hal utama yang perlu menjadi perhatian yaitu 1) Millenium Development Goals (MDGs) yang akan berakhir pada tahun 2015 dan akan dilanjutkan dengan Sustainable Development Goals sehingga kita harus berusaha mencapai target yang ditentukan dan menentukan langkah selanjutnya setelah 2015; 2) Persiapan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.

    Kita sudah berkomitmen agar tahun 2019 dapat tercapai Universal Health Coverage, tidak ada lagi orang Indonesia yang sakit dan masih memikirkan biaya. Tahun 2019 seluruh rakyat Indonesia sudah punya Health Insurance. Menurut beliau, KTI ini unik dibanding daerah lain dan perlu dibahas perbedaan-perbedaan apa yang perlu diterapkan di KTI, apakah dalam hal premi atau dalam sistem pelayanan. Beliau sangat mengharapkan masukan dari stakeholder di KTI terkait hal ini.

    Beliau juga menyampaikan sejumlah Pekerjaan Rumah yang belum terselesaikan terkait pencapaian Target MDGs di KTI antara lain adalah menurunkan angka kematian ibu dan anak; mengendalikan HIV/AIDS, malaria, dan penyakit menular lainnya; meningkatkan kesehatan ibu; dan pelestarian lingkungan.

    Pada kesempatan itu, Ibu Menkes juga menguraikan upaya peningkatan akses pelayanan kesehatan seperti bantuan operasional kesehatan, peningkatan kualitas pelayanan kesehatan, pemenuhan SDM bidang kesehatan, serta upaya pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan. Buka hati, buka mata, buka telinga dan putar otak supaya generasi muda kita tidak terkena HIV/AIDS.

    Setelah pemaparan dari ibu Menteri dan tanya jawab dengan peserta, Panggung Inspirasi diisi dengan presentasi para praktisi Praktik Cerdas terpilih dari Maluku Tenggara Barat - Maluku, Palu dan Poso - Sulawesi Tengah, Sumba - Nusa Tenggara Timur, serta Selayar - Sulawesi Selatan. Mereka menguraikan keberhasilan dalam menjawab tantangan pembangunan memanfaatkan aset yang ada. Dalam Panggung Inspirasi, setiap peserta akan saling berbagi kiat mengatasi tantangan pembangunan.

    Tidak hanya menghadirkan Praktik Cerdas, Panggung Inspirasi hari pertama juga menampilkan para Inspirator yang bergerak dalam bidang kesehatan, kesetaraan gender, dan pelestarian lingkungan. Mereka adalah Bidan Joria dari Flores Timur, Nusa Tenggara Timur; Raden Muhammad Rais dari Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat; dan Saidah dari Buton, Sulawesi Tenggara.

    Panggung Inspirasi HARI PERTAMA Jangan lihat angka, lihat orang! Di belakang setiap

    angka, ada manusia. Kita kerja untuk manusia, bukan untuk angka. Angka hanya membantu kita.

    Dr. Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH

    3LAPORAN KEGIATAN FESTIVAL FORUM KAWASAN TIMUR INDONESIA Merajut Inspirasi, Persembahan dari Timur untuk IndonesiaLAPORAN KEGIATAN FESTIVAL FORUM KAWASAN TIMUR INDONESIA Merajut Inspirasi, Persembahan dari Timur untuk Indonesia

  • Wilayah provinsi Maluku dengan 90% lautan dan 559 kepulauan membuat akses pelayanan kesehatan menjadi sangat terhambat. Belum lagi minimnya infrastruktur pembangunan yang tidak merata dan keadaan cuaca yang tidak menentu membuat pemenuhan akses tersebut berjalan lamban. Hal ini membuat transportasi disana sangat mahal karena ketergantungan masyarakat yang besar kepada jalur laut.

    Dengan kesulitan-kesulitan seperti transportasi yang mahal, keadaan cuaca dan minimnya sarana serta tenaga kesehatan di daerah-daerah terpencil membuat angka kematian ibu hamil cukup tinggi di Kabupaten Maluku Tenggara Barat (MTB). Tahun 2007 jumlah Angka Kematian Ibu (AKI) mencapai 21 orang. Dengan penduduk di pulau rata-rata 10.000 maka jumlah angka kematian ibu dengan angka tersebut memiliki rasio tinggi. Maka perlu program terpadu untuk mengatasi masalah ini.

    RUMAH TUNGGUKehamilan dan kelahiran yang lebih aman di Maluku Tenggara Barat, Maluku

    Rumah tunggu sendiri adalah rumah yang disediakan oleh masyarakat sendiri sebagai tempat ibu untuk menunggu persalinan. Masyarakat diajak turut serta agar ada rasa kepemilikan dan partisipasi aktif dari mereka. Selain itu, beban pemerintah dapat difokuskan kepada biaya operasional rumah tunggu selama digunakan oleh ibu hamil. Lama menggunakan rumah tunggu adalah 1-2 minggu. Ibu hamil yang bertempat tinggal dengan akses dan transportasi terbatas dapat menggunakan rumah tunggu. Kriteria ibu hamil beresiko sendiri dibuat agar penggunaannya diperuntukkan untuk ibu hamil yang beresiko tinggi, sehingga pertolongan pertama tidak terlambat lagi. Layanan yang disediakan di Rumah Tunggu meliputi; layanan kesehatan ibu dan anak pasca melahirkan, pemeriksaan antenatal, persalinan, pemeriksaan laboratorium, imunisasi ibu dan bayi baru lahir, dan dukungan fasilitas kesehatan yaitu ambulans. Akomodasi bagi ibu hamil beresiko tinggi dan satu

    4

    orang penunggu meliputi; kamar, makan dan minum, perlengkapan mandi serta perlengkapan mencuci.

    Rumah Tunggu dibuat untuk mengatasi persoalan 'Tiga Terlambat' yaitu terlambat untuk mengetahui persoalan, terlambat merujuk dan terlambat penanganan. Karena 'Tiga Terlambat' ini banyak ibu hamil yang meninggal, ujar Dr. Juliana Ratuanak, Kepala Dinas Kesehatan, MTB. Menurut Dr. Jul, begitu panggilannya, program dengan konsep Rumah Tunggu ini sudah berhasil khususnya di Kecamatan Selaru. Kekuatan sosialisasi dan mobilisasi Rumah Tunggu dilakukan dengan pendekatan budaya, kekeluargaan dan agama. Disinilah letak keunikan dan keberhasilan dari program ini, ujar Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten MTB ini. Ada istilah Duan Lolat dimana masyarakat disini lebih nyaman untuk tinggal di rumah kerabat atau

    Joria Parmin adalah seorang Bidan di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur. Di daerahnya berasal, angka kematian ibu dan bayi tergolong tinggi. Berjuang mengatasi ini, Dinas Kesehatan Kabupaten Flores Timur melansir program 2H2, sebuah program yang memanfaatkan jaringan telepon selular untuk persiapan persalinan. H dalam nama program tersebut berarti hari. Dengan program 2H2 ini, seorang ibu hamil memperoleh pengawasan ketat dua hari sebelum hari persalinan dan dua hari setelah persalinan, melalui jaringan ponsel yang memiliki jangkauan yang luas mulai dari daerah

    pedesaan terpencil sampai ke ibu kota Larantuka.

    Sebagai Kepala 2H2, Joria beserta stafnya memantau pesan SMS 24 jam sehari untuk memastikan setiap persalinan yang melaporkan kondisinya ke Puskesmas atau Pustu. Melalui pesan teks yang tercatat dalam database pusat, bidan di desa-desa menginformasikan bidan di puskesmas tentang siapa yang hamil dan kapan waktu persalinan. Bidan di Puskesmas kemudian menginformasikan Rumah Sakit Kabupaten wanita yang perlu dirujuk. Hasilnya adalah kumpulan data semua ibu hamil, jadwal persalinan. Dampaknya, kini lebih banyak ibu melahirkan di tangan para petugas kesehatan yang terampil di fasilitas yang lebih baik.

    Joria ParminJoria Parmin naik ke atas panggung

    diiringi lagu Bang SMS, Bang sms siapa ini bang......SMS Sang Penyelamat

    Bidan Puskesmas Kabupaten Flores Timur

    Datang satu....Pulang harus dua, tiga pun boleh. Asal jangan datang satu pulang satu atau tidak ada yang pulang Joria Parmin

    rumah saudaranya atau bahkan di rumah orang yang memiliki satu bahasa dengan mereka, sehingga Rumah Tunggu adalah rumah yang dimiliki masyarakat agar si ibu hamil pun betah tinggal disana, sampai proses persalinan terjadi, lanjutnya.

    5

    Tidak pernah ada kata menyerah, alam bukan tantangan kalau ada keinginan dan kemauan semua jalan pasti terbukaJuliana Ratuanak

    LAPORAN KEGIATAN FESTIVAL FORUM KAWASAN TIMUR INDONESIA Merajut Inspirasi, Persembahan dari Timur untuk IndonesiaLAPORAN KEGIATAN FESTIVAL FORUM KAWASAN TIMUR INDONESIA Merajut Inspirasi, Persembahan dari Timur untuk Indonesia

  • Wilayah provinsi Maluku dengan 90% lautan dan 559 kepulauan membuat akses pelayanan kesehatan menjadi sangat terhambat. Belum lagi minimnya infrastruktur pembangunan yang tidak merata dan keadaan cuaca yang tidak menentu membuat pemenuhan akses tersebut berjalan lamban. Hal ini membuat transportasi disana sangat mahal karena ketergantungan masyarakat yang besar kepada jalur laut.

    Dengan kesulitan-kesulitan seperti transportasi yang mahal, keadaan cuaca dan minimnya sarana serta tenaga kesehatan di daerah-daerah terpencil membuat angka kematian ibu hamil cukup tinggi di Kabupaten Maluku Tenggara Barat (MTB). Tahun 2007 jumlah Angka Kematian Ibu (AKI) mencapai 21 orang. Dengan penduduk di pulau rata-rata 10.000 maka jumlah angka kematian ibu dengan angka tersebut memiliki rasio tinggi. Maka perlu program terpadu untuk mengatasi masalah ini.

    RUMAH TUNGGUKehamilan dan kelahiran yang lebih aman di Maluku Tenggara Barat, Maluku

    Rumah tunggu sendiri adalah rumah yang disediakan oleh masyarakat sendiri sebagai tempat ibu untuk menunggu persalinan. Masyarakat diajak turut serta agar ada rasa kepemilikan dan partisipasi aktif dari mereka. Selain itu, beban pemerintah dapat difokuskan kepada biaya operasional rumah tunggu selama digunakan oleh ibu hamil. Lama menggunakan rumah tunggu adalah 1-2 minggu. Ibu hamil yang bertempat tinggal dengan akses dan transportasi terbatas dapat menggunakan rumah tunggu. Kriteria ibu hamil beresiko sendiri dibuat agar penggunaannya diperuntukkan untuk ibu hamil yang beresiko tinggi, sehingga pertolongan pertama tidak terlambat lagi. Layanan yang disediakan di Rumah Tunggu meliputi; layanan kesehatan ibu dan anak pasca melahirkan, pemeriksaan antenatal, persalinan, pemeriksaan laboratorium, imunisasi ibu dan bayi baru lahir, dan dukungan fasilitas kesehatan yaitu ambulans. Akomodasi bagi ibu hamil beresiko tinggi dan satu

    4

    orang penunggu meliputi; kamar, makan dan minum, perlengkapan mandi serta perlengkapan mencuci.

    Rumah Tunggu dibuat untuk mengatasi persoalan 'Tiga Terlambat' yaitu terlambat untuk mengetahui persoalan, terlambat merujuk dan terlambat penanganan. Karena 'Tiga Terlambat' ini banyak ibu hamil yang meninggal, ujar Dr. Juliana Ratuanak, Kepala Dinas Kesehatan, MTB. Menurut Dr. Jul, begitu panggilannya, program dengan konsep Rumah Tunggu ini sudah berhasil khususnya di Kecamatan Selaru. Kekuatan sosialisasi dan mobilisasi Rumah Tunggu dilakukan dengan pendekatan budaya, kekeluargaan dan agama. Disinilah letak keunikan dan keberhasilan dari program ini, ujar Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten MTB ini. Ada istilah Duan Lolat dimana masyarakat disini lebih nyaman untuk tinggal di rumah kerabat atau

    Joria Parmin adalah seorang Bidan di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur. Di daerahnya berasal, angka kematian ibu dan bayi tergolong tinggi. Berjuang mengatasi ini, Dinas Kesehatan Kabupaten Flores Timur melansir program 2H2, sebuah program yang memanfaatkan jaringan telepon selular untuk persiapan persalinan. H dalam nama program tersebut berarti hari. Dengan program 2H2 ini, seorang ibu hamil memperoleh pengawasan ketat dua hari sebelum hari persalinan dan dua hari setelah persalinan, melalui jaringan ponsel yang memiliki jangkauan yang luas mulai dari daerah

    pedesaan terpencil sampai ke ibu kota Larantuka.

    Sebagai Kepala 2H2, Joria beserta stafnya memantau pesan SMS 24 jam sehari untuk memastikan setiap persalinan yang melaporkan kondisinya ke Puskesmas atau Pustu. Melalui pesan teks yang tercatat dalam database pusat, bidan di desa-desa menginformasikan bidan di puskesmas tentang siapa yang hamil dan kapan waktu persalinan. Bidan di Puskesmas kemudian menginformasikan Rumah Sakit Kabupaten wanita yang perlu dirujuk. Hasilnya adalah kumpulan data semua ibu hamil, jadwal persalinan. Dampaknya, kini lebih banyak ibu melahirkan di tangan para petugas kesehatan yang terampil di fasilitas yang lebih baik.

    Joria ParminJoria Parmin naik ke atas panggung

    diiringi lagu Bang SMS, Bang sms siapa ini bang......SMS Sang Penyelamat

    Bidan Puskesmas Kabupaten Flores Timur

    Datang satu....Pulang harus dua, tiga pun boleh. Asal jangan datang satu pulang satu atau tidak ada yang pulang Joria Parmin

    rumah saudaranya atau bahkan di rumah orang yang memiliki satu bahasa dengan mereka, sehingga Rumah Tunggu adalah rumah yang dimiliki masyarakat agar si ibu hamil pun betah tinggal disana, sampai proses persalinan terjadi, lanjutnya.

    5

    Tidak pernah ada kata menyerah, alam bukan tantangan kalau ada keinginan dan kemauan semua jalan pasti terbukaJuliana Ratuanak

    LAPORAN KEGIATAN FESTIVAL FORUM KAWASAN TIMUR INDONESIA Merajut Inspirasi, Persembahan dari Timur untuk IndonesiaLAPORAN KEGIATAN FESTIVAL FORUM KAWASAN TIMUR INDONESIA Merajut Inspirasi, Persembahan dari Timur untuk Indonesia

  • Pendidikan Harmoni pada awalnya diterapkan sebagai sebuah program pemulihan pasca konflik kemanusiaan bagi anak-anak usia sekolah di Tentena, Poso dan Palu. Seiring dengan berjalannya waktu, dalam dua tahun terakhir ini, Pendidikan Harmoni bertransformasi sebagai pendekatan untuk membangun karakter anak bangsa.

    Hasil penelitian awal Wahana Visi Indonesia di Palu dan Poso tahun 2009 ditemukan bahwa pemahaman akan perbedaan suku dan agama yang ada di masyarakat masih lemah. Di Palu, 35 persen anak menyatakan tidak mau berteman dengan mereka yang berbeda agama dan 14,2 persen tidak tahu. Di Poso, 10,8 persen anak tidak mau berteman dan 15 persen tidak tahu.

    Pendidikan Harmoni kemudian dipilih untuk menjadi pendidikan kontekstual dengan tujuan membangun dan mengembangkan nilai-

    PENDIDIKAN HARMONI Menyebarkan

    Perdamaian dari Sekolah ke Sekolah

    di Sulawesi Tengah

    6

    Berasal dari daerah Langgur, Maluku Tenggara, Brigitta terlibat dalam aktivitas perdamaian pasca konflik di Maluku 1999 silam. Konflik Maluku merupakan pengalaman pertamanya bekerja dalam keadaan darurat. Ia konsen membantu kaum perempuan dan anak yang seringkali memendam trauma pasca konflik. ''Trauma healing membantu mereka keluar dari trauma,'' ujar Brigitta. Teknik healing yang mengeksplorasi energi positif seseorang diyakini mampu membawa energi damai. Selain menebar energi damai dengan trauma healing, Brigitta bersama kelompok LSM dan pemerintah menyusun kurikulum bersaudara untuk membangun perdamaian sejak dini di sekolah-sekolah. ''Tugas kami di Ambon membangun pendidikan damai dari pendidikan anak usia dini dengan kurikulum orang bersaudara,'' ujar Brigitta. Bersama rekan-rekannya, Brigitta mendidik sejumlah tutor pendidikan damai anak usia dini dengan menggunakan bahasa sehari-hari anak.

    Kini, hari-hari Suster Brigitta selalu diisi berbagai kegiatan sosial seperti mendampingi perempuan korban kekerasan, anak-anak korban konflik dan bencana. Bimbingan psikologis dan pendekatan untuk saling berbagi juga dilakoninya. Sang suster juga menakhodai tiga yayasan sosial yakni Yayasan Kasih Mandiri Ambon, Yayasan Astidharma yang memperjuangkan nasib anak dan pendidikan, serta Gerakan Peduli Perempuan. Rumah sederhananya di kawasan Batumeja pun tak pernah sepi. Hingga larut malam, pintu selalu terbuka untuk siapa saja yang membutuhkan uluran tangan.

    Brigitta Renyaan

    Perempuan Pembangun Perdamaian di Maluku

    Aktivis Perempuan

    nilai spiritual, moral, dan sosial yang diintegrasikan dengan nilai-nilai budaya dan kearifan lokal untuk memunculkan lingkungan pembelajaran yang ramah agar anak dapat bertumbuh dan berkembang dengan baik dalam penghargaan terhadap alam dan nilai-nilai lokal sambil tetap berpikir dalam skala nasional. Pendidikan harmoni lahir dari semangat apresiasi dalam keberagaman, jelas Frida Siregar yang bertugas sebagai Education Officer Region Sulawesi pada Wahana Visi Indonesia.

    Terdapat tiga pilar utama yang ditekankan dalam Pendidikan Harmoni, yakni harmoni diri dalam kesadaran sebagai makhluk ciptaan Sang Ilahi, harmoni sesama, dan harmoni alam. Nilai-nilai harmoni yang dikembangkan dalam harmoni diri adalah tanggung jawab, keyakinan pada ajaran agama, kepercayaan. Pada harmoni

    sesama nilai-nilai yang dikembangkan adalah penghargaan, kejujuran, kepedulian, dan pada harmoni alam adalah ramah lingkungan, melindungi, kewarganegaraan. Pendidikan harmoni sejatinya adalah pada pendidikan damai. Pendekatan ini ingin memastikan nilai-nilai perdamaian, multikulturalisme, kemanusiaan, perlindungan anak, dan hak asasi manusia terintegrasi dalam kurikulum SD, imbuh Frida.Pendidikan Harmoni berbasis penghargaan pada multikulturalisme yang berlandaskan Pancasila dan dikembangkan dengan pengarusutamaan nilai-nilai perdamaian dan perlindungan anak yang terintegrasi dalam kurikulum dan terimplementasi dalam proses belajar mengajar. Hal ini sebenarnya sangat bergantung pada kita, sebagai orang dewasa yang semestinya tidak mewariskan kepahitan dari konflik kemanusiaan itu. Biarlah anak-anak kita itu hidup di era baru, ujar Ani Dako, Kepala Sekolah SDN 7 Poso.

    7LAPORAN KEGIATAN FESTIVAL FORUM KAWASAN TIMUR INDONESIA Merajut Inspirasi, Persembahan dari Timur untuk IndonesiaLAPORAN KEGIATAN FESTIVAL FORUM KAWASAN TIMUR INDONESIA Merajut Inspirasi, Persembahan dari Timur untuk Indonesia

  • Pendidikan Harmoni pada awalnya diterapkan sebagai sebuah program pemulihan pasca konflik kemanusiaan bagi anak-anak usia sekolah di Tentena, Poso dan Palu. Seiring dengan berjalannya waktu, dalam dua tahun terakhir ini, Pendidikan Harmoni bertransformasi sebagai pendekatan untuk membangun karakter anak bangsa.

    Hasil penelitian awal Wahana Visi Indonesia di Palu dan Poso tahun 2009 ditemukan bahwa pemahaman akan perbedaan suku dan agama yang ada di masyarakat masih lemah. Di Palu, 35 persen anak menyatakan tidak mau berteman dengan mereka yang berbeda agama dan 14,2 persen tidak tahu. Di Poso, 10,8 persen anak tidak mau berteman dan 15 persen tidak tahu.

    Pendidikan Harmoni kemudian dipilih untuk menjadi pendidikan kontekstual dengan tujuan membangun dan mengembangkan nilai-

    PENDIDIKAN HARMONI Menyebarkan

    Perdamaian dari Sekolah ke Sekolah

    di Sulawesi Tengah

    6

    Berasal dari daerah Langgur, Maluku Tenggara, Brigitta terlibat dalam aktivitas perdamaian pasca konflik di Maluku 1999 silam. Konflik Maluku merupakan pengalaman pertamanya bekerja dalam keadaan darurat. Ia konsen membantu kaum perempuan dan anak yang seringkali memendam trauma pasca konflik. ''Trauma healing membantu mereka keluar dari trauma,'' ujar Brigitta. Teknik healing yang mengeksplorasi energi positif seseorang diyakini mampu membawa energi damai. Selain menebar energi damai dengan trauma healing, Brigitta bersama kelompok LSM dan pemerintah menyusun kurikulum bersaudara untuk membangun perdamaian sejak dini di sekolah-sekolah. ''Tugas kami di Ambon membangun pendidikan damai dari pendidikan anak usia dini dengan kurikulum orang bersaudara,'' ujar Brigitta. Bersama rekan-rekannya, Brigitta mendidik sejumlah tutor pendidikan damai anak usia dini dengan menggunakan bahasa sehari-hari anak.

    Kini, hari-hari Suster Brigitta selalu diisi berbagai kegiatan sosial seperti mendampingi perempuan korban kekerasan, anak-anak korban konflik dan bencana. Bimbingan psikologis dan pendekatan untuk saling berbagi juga dilakoninya. Sang suster juga menakhodai tiga yayasan sosial yakni Yayasan Kasih Mandiri Ambon, Yayasan Astidharma yang memperjuangkan nasib anak dan pendidikan, serta Gerakan Peduli Perempuan. Rumah sederhananya di kawasan Batumeja pun tak pernah sepi. Hingga larut malam, pintu selalu terbuka untuk siapa saja yang membutuhkan uluran tangan.

    Brigitta Renyaan

    Perempuan Pembangun Perdamaian di Maluku

    Aktivis Perempuan

    nilai spiritual, moral, dan sosial yang diintegrasikan dengan nilai-nilai budaya dan kearifan lokal untuk memunculkan lingkungan pembelajaran yang ramah agar anak dapat bertumbuh dan berkembang dengan baik dalam penghargaan terhadap alam dan nilai-nilai lokal sambil tetap berpikir dalam skala nasional. Pendidikan harmoni lahir dari semangat apresiasi dalam keberagaman, jelas Frida Siregar yang bertugas sebagai Education Officer Region Sulawesi pada Wahana Visi Indonesia.

    Terdapat tiga pilar utama yang ditekankan dalam Pendidikan Harmoni, yakni harmoni diri dalam kesadaran sebagai makhluk ciptaan Sang Ilahi, harmoni sesama, dan harmoni alam. Nilai-nilai harmoni yang dikembangkan dalam harmoni diri adalah tanggung jawab, keyakinan pada ajaran agama, kepercayaan. Pada harmoni

    sesama nilai-nilai yang dikembangkan adalah penghargaan, kejujuran, kepedulian, dan pada harmoni alam adalah ramah lingkungan, melindungi, kewarganegaraan. Pendidikan harmoni sejatinya adalah pada pendidikan damai. Pendekatan ini ingin memastikan nilai-nilai perdamaian, multikulturalisme, kemanusiaan, perlindungan anak, dan hak asasi manusia terintegrasi dalam kurikulum SD, imbuh Frida.Pendidikan Harmoni berbasis penghargaan pada multikulturalisme yang berlandaskan Pancasila dan dikembangkan dengan pengarusutamaan nilai-nilai perdamaian dan perlindungan anak yang terintegrasi dalam kurikulum dan terimplementasi dalam proses belajar mengajar. Hal ini sebenarnya sangat bergantung pada kita, sebagai orang dewasa yang semestinya tidak mewariskan kepahitan dari konflik kemanusiaan itu. Biarlah anak-anak kita itu hidup di era baru, ujar Ani Dako, Kepala Sekolah SDN 7 Poso.

    7LAPORAN KEGIATAN FESTIVAL FORUM KAWASAN TIMUR INDONESIA Merajut Inspirasi, Persembahan dari Timur untuk IndonesiaLAPORAN KEGIATAN FESTIVAL FORUM KAWASAN TIMUR INDONESIA Merajut Inspirasi, Persembahan dari Timur untuk Indonesia

  • Mengawali Presentasi Praktik Cerdas Kelompok Wanita Tani Tapawala Ba'di, Ibu Corlina Konda Ngguna, Ketua Kelompok Tani menari bersama Pak John Pati Ndamung, pendamping Kelompok Tani.

    Pada awal berdiri duabelas tahun lalu, Kelompok Wanita Tani (KWT) Tapawala Ba'di hanya beranggotakan empat orang. Dua tahun kelompok ini belajar menenun sampai akhirnya menarik perhatian ibu-ibu lain untuk bergabung.

    Seiring berjalannya waktu, hasil tenun KWT Tapawala Ba'di mulai dikenal warga desa sekitar Mbatakapidu dan Kota Waingapu. Pesanan kain mulai berdatangan namun sulitnya mencari sumber pewarna alami mulai merisaukan kelompok ini. Daripada susah mencari di kebun dan hutan, kami coba tanam mengkudu, kunyit, dadap, landu kaka, dan kemiri di pekarangan. Ternyata tanaman itu tidak susah tumbuh, asalkan rajin dipelihara, jelas Daruga Lila, Sekretaris Kelompok.

    KELOMPOK WANITA TANI TAPAWALA BA'DI Menenun untuk Perubahan

    8

    Pak Raden adalah kepala sebuah pusat kegiatan masyarakat (Community Centre) di Desa Mambalan, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat. Sebagai seorang pemuka adat di desanya, Pak Raden menyadari bahwa budaya patriarkal lokal yang turun temurun mengakibatkan perempuan menjadi terpinggirkan dan diperlakukan tidak adil di Lombok Barat. Pak Raden melihat undang-undang nasional yang melindungi hak-hak perempuan masih tidak menyelesaikan masalah yang dihadapi masyarakatnya. Terdorong untuk mengubah keadaan itu, Pak Raden menelaah hukum adat setempat dan melihat ini sebagai sebuah jalan keluar. Hasil telaahnya menunjukkan sejumlah adat bersifat sensitif gender dan mendukung hak-hak perempuan. Ia pun membentuk Lembaga Adat Paer Mambal untuk menyatukan masyarakat menerapkan kebiasaan tradisional (awig-awig) untuk meningkatan standar minimum pelayanan khususnya bagi perempuan di klinik-klinik kesehatan, khususnya perawatan antenatal.

    Adat Penggerak Perlindungan Perempuan dan Anak di Desa Mambalan, Lombok Barat, NTB

    Jadilah kelompok ini memperluas fokus belajar dan kerja mereka dari menenun ke kegiatan pertanian. Pada mulanya, setelah mendapatkan sedikit dana dari menenun dan kegiatan lainnya, saya ajak ibu-ibu untuk mulai menyisihkan sedikit dari pendapatan itu dan menyimpannya di kas kelompok. Lama kelamaan, dana yang disimpan di kas kelompok semakin besar. Akhirnya kami memilih untuk membuka tabungan pendidikan di bank, kenang Marlina seraya menunjukkan buku tabungan Bank NTT. Rekening dalam buku tabungan itu atas nama anak dari anggota KWT Tapawala Ba'di dengan saldo awal 250 ribu rupiah di bulan Juni 2011 telah menjadi satu juta rupiah setahun kemudian.

    Sekarang setiap anggota KWT Tapawala Ba'di wajib menyisihkan hasil usaha mereka setiap bulan ke tabungan pendidikan anak. Tabungan ini baru boleh kami ambil jika nanti anak-anak sudah tamat SMA, jelas Nur Aini yang bangga bisa membuka jalan bagi anaknya

    Raden Mohamad RaisTokoh Adat Mambalan

    untuk melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi. Hebatnya lagi, sejak awal 2012, program tabungan pendidikan yang digagas KWT Tapawala Ba'di juga bisa diikuti oleh orang lain yang bukan anggota.

    Selain tabungan untuk pendidikan, kelompok ini juga menyisihkan untuk 'asuransi' kesehatan. Asuransi kesehatan yang dimaksudkan adalah biaya yang dikumpulkan kolektif secara reguler untuk diberikan kepada anggota yang sakit dan dirawat di rumah sakit. Sekarang kami tidak lagi meminjam uang di rentenir jika butuh biaya berobat di rumah sakit, jelas Nur Aini. Hingga akhir 2011, dana kas kelompok KWT Tapawala Ba'di berjumlah tak kurang dari 22 juta rupiah dan Sisa Hasil Usaha berkisar 8 juta rupiah. Di masa depan, jika semua aset kami sudah bisa menghasilkan, kami tidak perlu lagi bergantung pada datangnya bantuan. Dana bantuan itu bisa dialihkan pada kelompok lain yang membutuhkan, ujar Nur Aini sambil tersenyum lepas.

    9LAPORAN KEGIATAN FESTIVAL FORUM KAWASAN TIMUR INDONESIA Merajut Inspirasi, Persembahan dari Timur untuk IndonesiaLAPORAN KEGIATAN FESTIVAL FORUM KAWASAN TIMUR INDONESIA Merajut Inspirasi, Persembahan dari Timur untuk Indonesia

  • Mengawali Presentasi Praktik Cerdas Kelompok Wanita Tani Tapawala Ba'di, Ibu Corlina Konda Ngguna, Ketua Kelompok Tani menari bersama Pak John Pati Ndamung, pendamping Kelompok Tani.

    Pada awal berdiri duabelas tahun lalu, Kelompok Wanita Tani (KWT) Tapawala Ba'di hanya beranggotakan empat orang. Dua tahun kelompok ini belajar menenun sampai akhirnya menarik perhatian ibu-ibu lain untuk bergabung.

    Seiring berjalannya waktu, hasil tenun KWT Tapawala Ba'di mulai dikenal warga desa sekitar Mbatakapidu dan Kota Waingapu. Pesanan kain mulai berdatangan namun sulitnya mencari sumber pewarna alami mulai merisaukan kelompok ini. Daripada susah mencari di kebun dan hutan, kami coba tanam mengkudu, kunyit, dadap, landu kaka, dan kemiri di pekarangan. Ternyata tanaman itu tidak susah tumbuh, asalkan rajin dipelihara, jelas Daruga Lila, Sekretaris Kelompok.

    KELOMPOK WANITA TANI TAPAWALA BA'DI Menenun untuk Perubahan

    8

    Pak Raden adalah kepala sebuah pusat kegiatan masyarakat (Community Centre) di Desa Mambalan, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat. Sebagai seorang pemuka adat di desanya, Pak Raden menyadari bahwa budaya patriarkal lokal yang turun temurun mengakibatkan perempuan menjadi terpinggirkan dan diperlakukan tidak adil di Lombok Barat. Pak Raden melihat undang-undang nasional yang melindungi hak-hak perempuan masih tidak menyelesaikan masalah yang dihadapi masyarakatnya. Terdorong untuk mengubah keadaan itu, Pak Raden menelaah hukum adat setempat dan melihat ini sebagai sebuah jalan keluar. Hasil telaahnya menunjukkan sejumlah adat bersifat sensitif gender dan mendukung hak-hak perempuan. Ia pun membentuk Lembaga Adat Paer Mambal untuk menyatukan masyarakat menerapkan kebiasaan tradisional (awig-awig) untuk meningkatan standar minimum pelayanan khususnya bagi perempuan di klinik-klinik kesehatan, khususnya perawatan antenatal.

    Adat Penggerak Perlindungan Perempuan dan Anak di Desa Mambalan, Lombok Barat, NTB

    Jadilah kelompok ini memperluas fokus belajar dan kerja mereka dari menenun ke kegiatan pertanian. Pada mulanya, setelah mendapatkan sedikit dana dari menenun dan kegiatan lainnya, saya ajak ibu-ibu untuk mulai menyisihkan sedikit dari pendapatan itu dan menyimpannya di kas kelompok. Lama kelamaan, dana yang disimpan di kas kelompok semakin besar. Akhirnya kami memilih untuk membuka tabungan pendidikan di bank, kenang Marlina seraya menunjukkan buku tabungan Bank NTT. Rekening dalam buku tabungan itu atas nama anak dari anggota KWT Tapawala Ba'di dengan saldo awal 250 ribu rupiah di bulan Juni 2011 telah menjadi satu juta rupiah setahun kemudian.

    Sekarang setiap anggota KWT Tapawala Ba'di wajib menyisihkan hasil usaha mereka setiap bulan ke tabungan pendidikan anak. Tabungan ini baru boleh kami ambil jika nanti anak-anak sudah tamat SMA, jelas Nur Aini yang bangga bisa membuka jalan bagi anaknya

    Raden Mohamad RaisTokoh Adat Mambalan

    untuk melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi. Hebatnya lagi, sejak awal 2012, program tabungan pendidikan yang digagas KWT Tapawala Ba'di juga bisa diikuti oleh orang lain yang bukan anggota.

    Selain tabungan untuk pendidikan, kelompok ini juga menyisihkan untuk 'asuransi' kesehatan. Asuransi kesehatan yang dimaksudkan adalah biaya yang dikumpulkan kolektif secara reguler untuk diberikan kepada anggota yang sakit dan dirawat di rumah sakit. Sekarang kami tidak lagi meminjam uang di rentenir jika butuh biaya berobat di rumah sakit, jelas Nur Aini. Hingga akhir 2011, dana kas kelompok KWT Tapawala Ba'di berjumlah tak kurang dari 22 juta rupiah dan Sisa Hasil Usaha berkisar 8 juta rupiah. Di masa depan, jika semua aset kami sudah bisa menghasilkan, kami tidak perlu lagi bergantung pada datangnya bantuan. Dana bantuan itu bisa dialihkan pada kelompok lain yang membutuhkan, ujar Nur Aini sambil tersenyum lepas.

    9LAPORAN KEGIATAN FESTIVAL FORUM KAWASAN TIMUR INDONESIA Merajut Inspirasi, Persembahan dari Timur untuk IndonesiaLAPORAN KEGIATAN FESTIVAL FORUM KAWASAN TIMUR INDONESIA Merajut Inspirasi, Persembahan dari Timur untuk Indonesia

  • Sumberdaya laut di Selayar pernah mengalami masa eksploitasi yang berlebihan. Hal ini terutama didorong dari minimnya pengetahuan nelayan di sana akan dampak dari aktivitas destruktif mereka. Memang, mayoritas nelayan Selayar adalah nelayan tradisional. Dulu kami sering mengambil karang di laut untuk dijadikan bahan membangun rumah. Kami tidak menyangka itu bisa mempengaruhi jumlah ikan di perairan kami, kisah Andi Eti, seorang ibu di desa Bontolebang.

    Praktik penangkapan ikan yang merusak dan aktivitas pengambilan karang memang sempat meningkatkan pendapatan nelayan di Selayar. Namun berbagai persoalan mulai muncul belakangan. Setidaknya dalam satu dasawarsa terakhir, masyarakat Selayar mulai menghadapi penurunan ketersediaan stok ikan dan rusaknya terumbu karang yang nota bene menjadi rumah bagi banyak jenis ikan.

    Menyadari bahwa tugas menjaga dan melestarikan keanekaragaman hayati adalah tanggung jawab bersama Pemerintah dan masyarakat, sejak tahun 2008 Pemerintah Kabupaten Selayar melalui Dinas Kelautan dan Perikanan menerapkan Program Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD).

    WILAYAH KONSERVASI LAUT DESA Membatasi Daerah Penangkapan Ikan, Menjadikan Tangkapan Lebih Banyak di Selayar, Sulawesi Selatan

    10

    Saidah, ibu rumah tangga, yang sehari-hari tampil sederhana, pantang menyerah melindungi lingkungan. Pembom ikan adalah musuh utamanya. Saidah yang menggantungkan hidup di laut sejak kecil tak gentar menangkap para pelaku pembom ikan. ''Jika laut sehat, ikannya banyak. Jika terumbu karang bagus, ikan akan banyak,'' ujar Saidah berprinsip. Prinsip ini membuatnya kuat menghadapi perusak lingkungan. Ia tak ingin sumber daya laut punah karena

    SaidahAnggota Masyarakat Buton

    Pada setiap desa dibentuk kelompok masyarakat yang bertugas mengawasi setiap Daerah Perlindungan Laut (DPL) di desa masing-masing. Pengawasan DPL dilakukan sebagai usaha kolaboratif dengan memanfaatkan bantuan dana dari program pemerintah. Selain menetapkan DPL dan zonasi untuk membedakan wilayah penangkapan dan wilayah perlindungan, Program KKLD juga melaksanakan kegiatan untuk mencegah kegiatan yang berpotensi merusak terumbu karang dengan menggunakan pendekatan budaya setempat. Pendekatan ini diterapkan di Desa Parak, lima kilometer di utara kota Benteng, ibukota Kabupaten Selayar.

    Oleh karena tujuan akhir dari setiap program pelestarian adalah menjaga ketersedian stok ikan agar mata pencaharian nelayan tetap terjamin, Program KKLD pun memberi perhatian besar pada upaya-upaya memperkenalkan mata pencaharian alternatif bagi masyarakat pesisir yang selama ini hanya menggantungkan hidup dari menangkap ikan. Upaya memperkenalkan mata pencaharian alternatif pun dimulai dengan mengidentifikasi jenis mata pencaharian yang kira-kira paling sesuai dengan budaya masyarakat Selayar. Andi Penrang, Koordinator CBM Dinas Kelautan Perikanan mengatakan, Kami melakukan pendekatan untuk mengidentifikasi potensi mata pencaharian alternatif di setiap desa. Salah satu potensi mata pencaharian alternatif yang teridentifikasi adalah keramba tancap.

    Kisah menarik lainnya datang dari Desa Parak. Menurunnya aktivitas pengeboman ikan justru memotivasi masyarakat untuk melakukan diversifikasi pekerjaan. Agar efektif, pembentukan DPL juga ditunjang oleh Peraturan Desa (Perdes). Perdes ini lah yang menjadi landasan pemberian sanksi bagi siapapun yang melanggar peraturan pemanfaatan sumberdaya terumbu karang dan ekosistem didalamnya. Dengan keberadaan KKLD di Kabupaten Selayar, target untuk menjadi kabupaten konservasi di tahun 2014 dapat tercapai, pungkas Marjani Sultan.

    Bila laut lestari, ikan akan berlimpah, dan ikan yang berlimpah akan membawa kesejahteraan bagi masyarakat

    Membebaskan Terumbu Karang dari Bom Ikan

    11LAPORAN KEGIATAN FESTIVAL FORUM KAWASAN TIMUR INDONESIA Merajut Inspirasi, Persembahan dari Timur untuk IndonesiaLAPORAN KEGIATAN FESTIVAL FORUM KAWASAN TIMUR INDONESIA Merajut Inspirasi, Persembahan dari Timur untuk Indonesia

  • Sumberdaya laut di Selayar pernah mengalami masa eksploitasi yang berlebihan. Hal ini terutama didorong dari minimnya pengetahuan nelayan di sana akan dampak dari aktivitas destruktif mereka. Memang, mayoritas nelayan Selayar adalah nelayan tradisional. Dulu kami sering mengambil karang di laut untuk dijadikan bahan membangun rumah. Kami tidak menyangka itu bisa mempengaruhi jumlah ikan di perairan kami, kisah Andi Eti, seorang ibu di desa Bontolebang.

    Praktik penangkapan ikan yang merusak dan aktivitas pengambilan karang memang sempat meningkatkan pendapatan nelayan di Selayar. Namun berbagai persoalan mulai muncul belakangan. Setidaknya dalam satu dasawarsa terakhir, masyarakat Selayar mulai menghadapi penurunan ketersediaan stok ikan dan rusaknya terumbu karang yang nota bene menjadi rumah bagi banyak jenis ikan.

    Menyadari bahwa tugas menjaga dan melestarikan keanekaragaman hayati adalah tanggung jawab bersama Pemerintah dan masyarakat, sejak tahun 2008 Pemerintah Kabupaten Selayar melalui Dinas Kelautan dan Perikanan menerapkan Program Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD).

    WILAYAH KONSERVASI LAUT DESA Membatasi Daerah Penangkapan Ikan, Menjadikan Tangkapan Lebih Banyak di Selayar, Sulawesi Selatan

    10

    Saidah, ibu rumah tangga, yang sehari-hari tampil sederhana, pantang menyerah melindungi lingkungan. Pembom ikan adalah musuh utamanya. Saidah yang menggantungkan hidup di laut sejak kecil tak gentar menangkap para pelaku pembom ikan. ''Jika laut sehat, ikannya banyak. Jika terumbu karang bagus, ikan akan banyak,'' ujar Saidah berprinsip. Prinsip ini membuatnya kuat menghadapi perusak lingkungan. Ia tak ingin sumber daya laut punah karena

    SaidahAnggota Masyarakat Buton

    Pada setiap desa dibentuk kelompok masyarakat yang bertugas mengawasi setiap Daerah Perlindungan Laut (DPL) di desa masing-masing. Pengawasan DPL dilakukan sebagai usaha kolaboratif dengan memanfaatkan bantuan dana dari program pemerintah. Selain menetapkan DPL dan zonasi untuk membedakan wilayah penangkapan dan wilayah perlindungan, Program KKLD juga melaksanakan kegiatan untuk mencegah kegiatan yang berpotensi merusak terumbu karang dengan menggunakan pendekatan budaya setempat. Pendekatan ini diterapkan di Desa Parak, lima kilometer di utara kota Benteng, ibukota Kabupaten Selayar.

    Oleh karena tujuan akhir dari setiap program pelestarian adalah menjaga ketersedian stok ikan agar mata pencaharian nelayan tetap terjamin, Program KKLD pun memberi perhatian besar pada upaya-upaya memperkenalkan mata pencaharian alternatif bagi masyarakat pesisir yang selama ini hanya menggantungkan hidup dari menangkap ikan. Upaya memperkenalkan mata pencaharian alternatif pun dimulai dengan mengidentifikasi jenis mata pencaharian yang kira-kira paling sesuai dengan budaya masyarakat Selayar. Andi Penrang, Koordinator CBM Dinas Kelautan Perikanan mengatakan, Kami melakukan pendekatan untuk mengidentifikasi potensi mata pencaharian alternatif di setiap desa. Salah satu potensi mata pencaharian alternatif yang teridentifikasi adalah keramba tancap.

    Kisah menarik lainnya datang dari Desa Parak. Menurunnya aktivitas pengeboman ikan justru memotivasi masyarakat untuk melakukan diversifikasi pekerjaan. Agar efektif, pembentukan DPL juga ditunjang oleh Peraturan Desa (Perdes). Perdes ini lah yang menjadi landasan pemberian sanksi bagi siapapun yang melanggar peraturan pemanfaatan sumberdaya terumbu karang dan ekosistem didalamnya. Dengan keberadaan KKLD di Kabupaten Selayar, target untuk menjadi kabupaten konservasi di tahun 2014 dapat tercapai, pungkas Marjani Sultan.

    Bila laut lestari, ikan akan berlimpah, dan ikan yang berlimpah akan membawa kesejahteraan bagi masyarakat

    Membebaskan Terumbu Karang dari Bom Ikan

    11LAPORAN KEGIATAN FESTIVAL FORUM KAWASAN TIMUR INDONESIA Merajut Inspirasi, Persembahan dari Timur untuk IndonesiaLAPORAN KEGIATAN FESTIVAL FORUM KAWASAN TIMUR INDONESIA Merajut Inspirasi, Persembahan dari Timur untuk Indonesia

  • ketamakan perusak lingkungan. Prihatin melihat laut rusak akibat penangkapan ikan dengan bom, ia terpanggil untuk melibatkan diri dalam kelompok tani Kaumu Bangkit dan Tim Kerja Kesadaran Kritis PSDA Desa Langkomu, Kecamatan Mawasangka Tengah, Kabupaten Buton.

    Sejak kecil, Saidah telah dilatih oleh sang Ayah untuk berjuang di laut. Ilmu yang diturunkan kepadanya diterapkan hingga kini. Sejak kelas 6 SD, ia telah ditinggal mati ibunya. Ia menghabiskan banyak waktunya di perantauan di Kalimantan, Ambon, dan Kendari. Di Kalimantan, Saidah menikah dan tahun 1996 ia kembali ke kampungnya di Buton. Tahun 2007, Saidah mulai pelihara rumput laut. Menurutnya, racun laut adalah bom ikan. Gerah dengan kondisi laut yang memprihatinkan, 2008 Saidah mengumpulkan semangat untuk menangkap pelaku pembom ikan. Pada tahun yang sama pemerintah daerah juga mendukung. Tahun 2010, Program Sintesa mitra Australian Community Development and Civil Society Strengthening Scheme (ACCESS) masuk dan memberi penyadaran kritis tentang pengelolaan sumber daya alam (SDA). Saidah tak lagi

    Maju tak gentar, tangkap pelaku bom....Maju tak gentar, melindungi lautMari bersama menyusun Perdes-nyaMari bersama untuk pembangunanBergerak bersama, bekerja bersamaDemi keberlanjutan.....

    Menutup hari pertama, Peserta Festival Forum KTI VI diajak untuk sejenak mengingat dan merenungkan pentingnya kewirausahaan sosial untuk Kawasan Timur Indonesia. Harry Widjaja, CEO Papuapreneur dan EMSYK Papua, sebuah sekolah sepak bola yang didirikan bagi anak-anak Papua mengangkat semangat dan mimpinya bagi Papua yang sejahtera, karena masyarakat Papua bisa!

    Harry WidjajaCEO Invest Papua dan EMSYK Uni Papua

    Saya yakin, kawasan timur adalah masa depan Indonesia Harry Widjaja

    sendiri. Untuk menyadarkan para pelaku bom tantangannya sangat besar. Meski begitu, ia tak gentar. ''Jika Tuhan ciptakan manusia dengan akal pikiran, mengapa mereka tidak menjaga lingkungan agar tetap lestari,'' tambah Saidah.

    Kewirausahaan Sosial untukKawasan Timur Indonesia

    12

    Forum Kawasan Timur Indonesia berupaya menciptakan hubungan yang membangun antar pemerintah daerah, pemerintah pusat, lembaga swadaya masyarakat, akademisi, sektor swasta, media, dan mitra pembangunan internasional dalam proses pembangunan.

    Hari kedua Festival Forum KTI diawali dengan pemaparan terkait Pengelolaan Keuangan Publik oleh Bastian Zaini dari Bank Dunia. Bastian memaparkan mengenai Pembangunan Daerah melalui Pengelolaan Keuangan Daerah yang baik. Pemaparan diawali dengan penjelasan mengenai perjalanan program PEACH Analisa Keuangan Publik dan Peningkatan Kapasitas dari tahun 2004-2012. Program PEACH sendiri merupakan salah satu inisiatif yang lahir dari pertemuan Forum KTI I dan saat ini telah diimplementasikan di 8 provinsi di KTI. Manfaat yang diharapkan dari program PEACH adalah adanya dialog berkelanjutan terkait pengelolaan keuangan daerah, peningkatan kapasitas Pengelolaan Keuangan Daerah, keterlibatan aktif para pemangku kepentingan (akademisi, media, dan unsur-unsur masyarakat). Adapun dampak analisis keuangan publik melalui program PEACH adalah adanya pengurangan belanja perjalanan dinas Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara, peningkatan porsi belanja pendidikan di Gorontalo, perbaikan struktur belanja dan pelaksanaan pelatihan Pengelolaan Keuangan Daerah oleh Universitas Cendrawasih bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Papua dan Kementerian Dalam Negeri.

    Meninggalkan pagi, tiga Praktik Cerdas dari Boven Digoel - Papua, Polewali Mandar - Sulawesi Barat, dan Kupang - Nusa Tenggara Timur, mengisi Panggung Inspirasi. Panggung Inspirator hari kedua juga menampilkan tiga Inspirator, yakni Bupati Bantaeng, H. M. Nurdin Abdullah; Pendiri Yayasan Pecinta Budaya Bebali (YPBB), William Ingram; dan Rahman Rahim, Direktur Yayasan Peduli Kelompok Dukungan Sebaya.

    Panggung Inspirasi HARI KEDUA

    Bastian Zaini dari the World Bank memaparkan perkembangan terkini tentang Pengelolaan Keuangan Publik di KTI

    13LAPORAN KEGIATAN FESTIVAL FORUM KAWASAN TIMUR INDONESIA Merajut Inspirasi, Persembahan dari Timur untuk IndonesiaLAPORAN KEGIATAN FESTIVAL FORUM KAWASAN TIMUR INDONESIA Merajut Inspirasi, Persembahan dari Timur untuk Indonesia

  • ketamakan perusak lingkungan. Prihatin melihat laut rusak akibat penangkapan ikan dengan bom, ia terpanggil untuk melibatkan diri dalam kelompok tani Kaumu Bangkit dan Tim Kerja Kesadaran Kritis PSDA Desa Langkomu, Kecamatan Mawasangka Tengah, Kabupaten Buton.

    Sejak kecil, Saidah telah dilatih oleh sang Ayah untuk berjuang di laut. Ilmu yang diturunkan kepadanya diterapkan hingga kini. Sejak kelas 6 SD, ia telah ditinggal mati ibunya. Ia menghabiskan banyak waktunya di perantauan di Kalimantan, Ambon, dan Kendari. Di Kalimantan, Saidah menikah dan tahun 1996 ia kembali ke kampungnya di Buton. Tahun 2007, Saidah mulai pelihara rumput laut. Menurutnya, racun laut adalah bom ikan. Gerah dengan kondisi laut yang memprihatinkan, 2008 Saidah mengumpulkan semangat untuk menangkap pelaku pembom ikan. Pada tahun yang sama pemerintah daerah juga mendukung. Tahun 2010, Program Sintesa mitra Australian Community Development and Civil Society Strengthening Scheme (ACCESS) masuk dan memberi penyadaran kritis tentang pengelolaan sumber daya alam (SDA). Saidah tak lagi

    Maju tak gentar, tangkap pelaku bom....Maju tak gentar, melindungi lautMari bersama menyusun Perdes-nyaMari bersama untuk pembangunanBergerak bersama, bekerja bersamaDemi keberlanjutan.....

    Menutup hari pertama, Peserta Festival Forum KTI VI diajak untuk sejenak mengingat dan merenungkan pentingnya kewirausahaan sosial untuk Kawasan Timur Indonesia. Harry Widjaja, CEO Papuapreneur dan EMSYK Papua, sebuah sekolah sepak bola yang didirikan bagi anak-anak Papua mengangkat semangat dan mimpinya bagi Papua yang sejahtera, karena masyarakat Papua bisa!

    Harry WidjajaCEO Invest Papua dan EMSYK Uni Papua

    Saya yakin, kawasan timur adalah masa depan Indonesia Harry Widjaja

    sendiri. Untuk menyadarkan para pelaku bom tantangannya sangat besar. Meski begitu, ia tak gentar. ''Jika Tuhan ciptakan manusia dengan akal pikiran, mengapa mereka tidak menjaga lingkungan agar tetap lestari,'' tambah Saidah.

    Kewirausahaan Sosial untukKawasan Timur Indonesia

    12

    Forum Kawasan Timur Indonesia berupaya menciptakan hubungan yang membangun antar pemerintah daerah, pemerintah pusat, lembaga swadaya masyarakat, akademisi, sektor swasta, media, dan mitra pembangunan internasional dalam proses pembangunan.

    Hari kedua Festival Forum KTI diawali dengan pemaparan terkait Pengelolaan Keuangan Publik oleh Bastian Zaini dari Bank Dunia. Bastian memaparkan mengenai Pembangunan Daerah melalui Pengelolaan Keuangan Daerah yang baik. Pemaparan diawali dengan penjelasan mengenai perjalanan program PEACH Analisa Keuangan Publik dan Peningkatan Kapasitas dari tahun 2004-2012. Program PEACH sendiri merupakan salah satu inisiatif yang lahir dari pertemuan Forum KTI I dan saat ini telah diimplementasikan di 8 provinsi di KTI. Manfaat yang diharapkan dari program PEACH adalah adanya dialog berkelanjutan terkait pengelolaan keuangan daerah, peningkatan kapasitas Pengelolaan Keuangan Daerah, keterlibatan aktif para pemangku kepentingan (akademisi, media, dan unsur-unsur masyarakat). Adapun dampak analisis keuangan publik melalui program PEACH adalah adanya pengurangan belanja perjalanan dinas Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara, peningkatan porsi belanja pendidikan di Gorontalo, perbaikan struktur belanja dan pelaksanaan pelatihan Pengelolaan Keuangan Daerah oleh Universitas Cendrawasih bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Papua dan Kementerian Dalam Negeri.

    Meninggalkan pagi, tiga Praktik Cerdas dari Boven Digoel - Papua, Polewali Mandar - Sulawesi Barat, dan Kupang - Nusa Tenggara Timur, mengisi Panggung Inspirasi. Panggung Inspirator hari kedua juga menampilkan tiga Inspirator, yakni Bupati Bantaeng, H. M. Nurdin Abdullah; Pendiri Yayasan Pecinta Budaya Bebali (YPBB), William Ingram; dan Rahman Rahim, Direktur Yayasan Peduli Kelompok Dukungan Sebaya.

    Panggung Inspirasi HARI KEDUA

    Bastian Zaini dari the World Bank memaparkan perkembangan terkini tentang Pengelolaan Keuangan Publik di KTI

    13LAPORAN KEGIATAN FESTIVAL FORUM KAWASAN TIMUR INDONESIA Merajut Inspirasi, Persembahan dari Timur untuk IndonesiaLAPORAN KEGIATAN FESTIVAL FORUM KAWASAN TIMUR INDONESIA Merajut Inspirasi, Persembahan dari Timur untuk Indonesia

  • Koperasi Nonggup (Nonggup dalam bahasa lokal artinya kebersamaan atau gotong royong) adalah koperasi yang dibangun oleh masyarakat Kampung Ogenetan sejak tahun 2009. Bermula dari 29 orang warga Kampung Ogenetan yang sepakat untuk mendirikan koperasi dengan modal sejumlah 8-10 juta rupiah.

    Kampung Ogenetan sendiri adalah bagian dari Distrik Iniyandit, Kabupaten Boven Digoel. Menurut data yang diperoleh dari BPS tahun 2010, jumlah penduduk Kampung Ogenetan adalah 179 orang dengan sebagian besar penduduk memiliki mata pencaharian sebagai petani karet.

    Walaupun memiliki sumber mata pencaharian yang cukup baik, tidak berarti masyarakat Kampung Ogenetan sejahtera. Letak geografis yang cukup sulit dan tidak adanya akses transportasi yang memadai membuat mereka memiliki pendapatan yang rendah. Selain itu keberadaan tengkulak mencekik petani-petani karet disana. Mereka terpaksa menjual hasil karet kepada tengkulak dengan harga murah semata-mata untuk membayar hutang mereka.

    Melihat kondisi ini, kelompok masyarakat Ogenetan bersepakat mendirikan sebuah koperasi. Ada ketakutan di masyarakat Kampung Ogenetan, karena sebelum Koperasi Nonggup, sebenarnya sudah ada

    tiga kali usaha mendirikan kelompok bersama dan selalu gagal. Kegagalan yang selalu terjadi adalah ketika uang sudah terkumpul selalu dibawa kabur oleh ketuanya. Namun dengan pendekatan agama yang dilakukan oleh Bruno Etmop dibantu tim dari World Vision Indonesia, koperasi ini terus berjalan hingga kini. Kami siap untuk ke depan dan lebih bagus lagi dari hari ini, ungkap Bruno Etmop.

    Perkembangan Koperasi Nonggup mungkin biasa saja bila dibandingkan koperasi-koperasi besar lainnya di daerah lain di Indonesia, bahkan aset mereka tidak bisa dibandingkan dengan yang lainnya. Namun semangat masyarakat memecahkan masalah secara bersama-sama, mengidentifikasi potensi diri dan modal yang sudah mereka miliki sendiri serta membangkitkan kepercayaan diri bahwa mereka sebenarnya mampu bangkit adalah keunikan dari Koperasi Nonggup. Hal ini mematahkan pandangan bahwa masyarakat asli Papua tidak mau berusaha atau berdagang. Itu tekad saya untuk masyarakat disini membuktikan dirinya, bahwa mereka bisa berusaha berdagang dan lainnya, hanya perlu kesabaran dan mengerti apa yang mereka inginkan, saya mungkin yang paling menentang apabila ada yang bilang masyarakat Papua tidak bisa, karena terbukti mereka bisa, lanjutnya dengan nada bangga.

    KOPERASI NONGGUPEkonomi Sosial Hijau:

    Solusi Ekonomi Mandiri di Boven Digoel, Papua

    14

    Sejak dipimpin oleh H. M. Nurdin Abdullah, Kabupaten Bantaeng mengalami banyak perubahan signifikan. Tidak hanya melepaskan predikat sebagai daerah tertinggal di tahun 2010, Bantaeng bahkan menjadi daerah dengan komoditas lokal yang paling dilirik oleh investor asing.

    Nurdin Abdullah memanfaatkan jaringan untuk membuka akses pasar berbagai potensi yang dimiliki daerah ini. Beliau merintis kerjasama permintaan penyediaan Talas Safira dengan perusahaan di Jepang. Komoditas lokal Bantaeng lainnya yang kini mendunia adalah biji kapuk dan tongkol jagung juga adalah komoditi asal Bantaeng yang kini telah dibukakan pasarannya di Korea Selatan. Dengan semakin meningkatnya ekspor komoditas lokas ke manca negara, pertumbuhan ekonomi Bantaeng pada Desember 2011 telah meningkat menjadi 8 persen dari 5 persen di tahun 2008. Sejak dipimpin oleh H. M. Nurdin Abdullah, Kabupaten Bantaeng mengalami banyak perubahan signifikan. Tidak hanya melepaskan predikat sebagai daerah tertinggal di tahun 2010, Bantaeng bahkan menjadi daerah dengan komoditas lokal yang paling dilirik oleh investor asing.

    Nurdin Abdullah memanfaatkan jaringan untuk membuka akses pasar berbagai potensi yang dimiliki daerah ini. Beliau merintis kerjasama permintaan penyediaan Talas Safira dengan perusahaan di

    H. M. Nurdin AbdullahBupati Bantaeng, Sulawesi Selatan

    Safira Devi Amorita, pendongeng cilik asal Makassar mengawali presentasi Bupati Bantaeng, H.M. Nurdin Abdullah di Festival Forum KTI. Lagu Ati Raja menghantar Bupati Bantaeng, H. M. Nurdin Abdullah naik ke panggung untuk berbagi inspirasi kepada kurang lebih 400 peserta Festival Forum KTI VI di hari ke-2.

    Produk Lokal, Produk Unggulan

    Jepang. Komoditas lokal Bantaeng lainnya yang kini mendunia adalah biji kapuk dan tongkol jagung juga adalah komoditi asal Bantaeng yang kini telah dibukakan pasarannya di Korea Selatan. Dengan semakin meningkatnya ekspor komoditas lokasl ke manca negara, pertumbuhan ekonomi Bantaeng pada Desember 2011 telah meningkat menjadi 8 persen dari 5 persen di tahun 2008.

    15LAPORAN KEGIATAN FESTIVAL FORUM KAWASAN TIMUR INDONESIA Merajut Inspirasi, Persembahan dari Timur untuk IndonesiaLAPORAN KEGIATAN FESTIVAL FORUM KAWASAN TIMUR INDONESIA Merajut Inspirasi, Persembahan dari Timur untuk Indonesia

  • Koperasi Nonggup (Nonggup dalam bahasa lokal artinya kebersamaan atau gotong royong) adalah koperasi yang dibangun oleh masyarakat Kampung Ogenetan sejak tahun 2009. Bermula dari 29 orang warga Kampung Ogenetan yang sepakat untuk mendirikan koperasi dengan modal sejumlah 8-10 juta rupiah.

    Kampung Ogenetan sendiri adalah bagian dari Distrik Iniyandit, Kabupaten Boven Digoel. Menurut data yang diperoleh dari BPS tahun 2010, jumlah penduduk Kampung Ogenetan adalah 179 orang dengan sebagian besar penduduk memiliki mata pencaharian sebagai petani karet.

    Walaupun memiliki sumber mata pencaharian yang cukup baik, tidak berarti masyarakat Kampung Ogenetan sejahtera. Letak geografis yang cukup sulit dan tidak adanya akses transportasi yang memadai membuat mereka memiliki pendapatan yang rendah. Selain itu keberadaan tengkulak mencekik petani-petani karet disana. Mereka terpaksa menjual hasil karet kepada tengkulak dengan harga murah semata-mata untuk membayar hutang mereka.

    Melihat kondisi ini, kelompok masyarakat Ogenetan bersepakat mendirikan sebuah koperasi. Ada ketakutan di masyarakat Kampung Ogenetan, karena sebelum Koperasi Nonggup, sebenarnya sudah ada

    tiga kali usaha mendirikan kelompok bersama dan selalu gagal. Kegagalan yang selalu terjadi adalah ketika uang sudah terkumpul selalu dibawa kabur oleh ketuanya. Namun dengan pendekatan agama yang dilakukan oleh Bruno Etmop dibantu tim dari World Vision Indonesia, koperasi ini terus berjalan hingga kini. Kami siap untuk ke depan dan lebih bagus lagi dari hari ini, ungkap Bruno Etmop.

    Perkembangan Koperasi Nonggup mungkin biasa saja bila dibandingkan koperasi-koperasi besar lainnya di daerah lain di Indonesia, bahkan aset mereka tidak bisa dibandingkan dengan yang lainnya. Namun semangat masyarakat memecahkan masalah secara bersama-sama, mengidentifikasi potensi diri dan modal yang sudah mereka miliki sendiri serta membangkitkan kepercayaan diri bahwa mereka sebenarnya mampu bangkit adalah keunikan dari Koperasi Nonggup. Hal ini mematahkan pandangan bahwa masyarakat asli Papua tidak mau berusaha atau berdagang. Itu tekad saya untuk masyarakat disini membuktikan dirinya, bahwa mereka bisa berusaha berdagang dan lainnya, hanya perlu kesabaran dan mengerti apa yang mereka inginkan, saya mungkin yang paling menentang apabila ada yang bilang masyarakat Papua tidak bisa, karena terbukti mereka bisa, lanjutnya dengan nada bangga.

    KOPERASI NONGGUPEkonomi Sosial Hijau:

    Solusi Ekonomi Mandiri di Boven Digoel, Papua

    14

    Sejak dipimpin oleh H. M. Nurdin Abdullah, Kabupaten Bantaeng mengalami banyak perubahan signifikan. Tidak hanya melepaskan predikat sebagai daerah tertinggal di tahun 2010, Bantaeng bahkan menjadi daerah dengan komoditas lokal yang paling dilirik oleh investor asing.

    Nurdin Abdullah memanfaatkan jaringan untuk membuka akses pasar berbagai potensi yang dimiliki daerah ini. Beliau merintis kerjasama permintaan penyediaan Talas Safira dengan perusahaan di Jepang. Komoditas lokal Bantaeng lainnya yang kini mendunia adalah biji kapuk dan tongkol jagung juga adalah komoditi asal Bantaeng yang kini telah dibukakan pasarannya di Korea Selatan. Dengan semakin meningkatnya ekspor komoditas lokas ke manca negara, pertumbuhan ekonomi Bantaeng pada Desember 2011 telah meningkat menjadi 8 persen dari 5 persen di tahun 2008. Sejak dipimpin oleh H. M. Nurdin Abdullah, Kabupaten Bantaeng mengalami banyak perubahan signifikan. Tidak hanya melepaskan predikat sebagai daerah tertinggal di tahun 2010, Bantaeng bahkan menjadi daerah dengan komoditas lokal yang paling dilirik oleh investor asing.

    Nurdin Abdullah memanfaatkan jaringan untuk membuka akses pasar berbagai potensi yang dimiliki daerah ini. Beliau merintis kerjasama permintaan penyediaan Talas Safira dengan perusahaan di

    H. M. Nurdin AbdullahBupati Bantaeng, Sulawesi Selatan

    Safira Devi Amorita, pendongeng cilik asal Makassar mengawali presentasi Bupati Bantaeng, H.M. Nurdin Abdullah di Festival Forum KTI. Lagu Ati Raja menghantar Bupati Bantaeng, H. M. Nurdin Abdullah naik ke panggung untuk berbagi inspirasi kepada kurang lebih 400 peserta Festival Forum KTI VI di hari ke-2.

    Produk Lokal, Produk Unggulan

    Jepang. Komoditas lokal Bantaeng lainnya yang kini mendunia adalah biji kapuk dan tongkol jagung juga adalah komoditi asal Bantaeng yang kini telah dibukakan pasarannya di Korea Selatan. Dengan semakin meningkatnya ekspor komoditas lokasl ke manca negara, pertumbuhan ekonomi Bantaeng pada Desember 2011 telah meningkat menjadi 8 persen dari 5 persen di tahun 2008.

    15LAPORAN KEGIATAN FESTIVAL FORUM KAWASAN TIMUR INDONESIA Merajut Inspirasi, Persembahan dari Timur untuk IndonesiaLAPORAN KEGIATAN FESTIVAL FORUM KAWASAN TIMUR INDONESIA Merajut Inspirasi, Persembahan dari Timur untuk Indonesia

  • Program Wajib Belajar 9 tahun yang digulirkan pada tahun 2004 tidak serta merta berhasil mengembalikan anak-anak usia sekolah ke bangku sekolah. Saat akan diterapkan di Kabupaten Polewali Mandar (Polman), Dinas Pendidikan setempat tidak memiliki data akurat tentang jumlah anak yang berhenti sekolah.

    Tahun 2004, Pemerintah Kab. Polman meluncurkan Sistem Informasi Pendidikan Berbasis Masyarakat (SIPBM) yang digagas oleh Nehru Sagena dan Yohannes Piterson, sebuah program untuk membenahi data pendidikan di daerah tersebut. Program ini melibatkan elemen di Dinas Pendidikan, LSM dan dunia pers yang memiliki perhatian besar terhadap dunia pendidikan.

    Tahun 2005, pendataan tuntas dilaksanakan di 7 desa di dua kecamatan. Dan mulai teridentifikasi anak-anak yang putus sekolah termasuk kondisi ekonomi orang tua mereka. Kegiatan pendataan

    Data Membuka Mata dan Hati Pembangunan Efektif di Polewali Mandar, Sulawesi Barat

    16

    juga mengidentifikasi pihak-pihak yang berpotensi memberikan dukungan agar anak-anak tersebut dapat kembali ke sekolah.

    Dengan adanya program SIPBM ini, hingga April 2012, tak kurang dari enam ribu anak di kabupaten Polman bisa kembali sekolah hingga ke jenjang sekolah lanjutan pertama.

    SIPBM bukan semata bagaimana mengumpulkan dan memanfaatkan data, namun lebih penting adalah pendataan berbasis aksi. Pendataan yang dikemas dalam bingkai advokasi, bagaimana membangun kesadaran bersama, bahwa masalah pendidikan, masalah putus sekolah, masalah buta huruf, bukan semata tanggung jawab pemerintah namun semua elemen masyarakat, karena pendidikan dasar adalah hak asasi generasi muda Indonesia.

    Menyediakan data akurat mungkin saja mahal, tetapi membangun tanpa data akan jauh lebih, mahal

    William Ingram adalah pendiri Threads of Life, sebuah usaha fair-trade berbasis di Bali, dan Direktur dari organisasi mitranya, Yayasan Pecinta Budaya Bebali. William Ingram memiliki pengalaman 15 tahun bekerja dengan penenun tradisional di berbagai komunitas di Indonesia. Ia mulai menciptakan sebuah model bagaimana sebuah usaha dapat memiliki misi sosial dan model ini telah berhasil diterapkan oleh 1.000 penenun dan keluarganya di 36 koperasi di 11 pulau. Dia percaya pembangunan berkelanjutan tidak dapat terwujud tanpa seni dan budaya.

    William IngramPendiri YPBB (Yayasan Pecinta Budaya Bebali)

    Jika saya yang bukan orang Indonesia, sangat mencintai kebudayaan Indonesia yang kaya. Bagaimana halnya dengan anda?

    Pentingnya Seni dan Budaya untuk Pembangunan Berkelanjutan

    William Ingram

    Nehru Sagena

    17LAPORAN KEGIATAN FESTIVAL FORUM KAWASAN TIMUR INDONESIA Merajut Inspirasi, Persembahan dari Timur untuk IndonesiaLAPORAN KEGIATAN FESTIVAL FORUM KAWASAN TIMUR INDONESIA Merajut Inspirasi, Persembahan dari Timur untuk Indonesia

  • Program Wajib Belajar 9 tahun yang digulirkan pada tahun 2004 tidak serta merta berhasil mengembalikan anak-anak usia sekolah ke bangku sekolah. Saat akan diterapkan di Kabupaten Polewali Mandar (Polman), Dinas Pendidikan setempat tidak memiliki data akurat tentang jumlah anak yang berhenti sekolah.

    Tahun 2004, Pemerintah Kab. Polman meluncurkan Sistem Informasi Pendidikan Berbasis Masyarakat (SIPBM) yang digagas oleh Nehru Sagena dan Yohannes Piterson, sebuah program untuk membenahi data pendidikan di daerah tersebut. Program ini melibatkan elemen di Dinas Pendidikan, LSM dan dunia pers yang memiliki perhatian besar terhadap dunia pendidikan.

    Tahun 2005, pendataan tuntas dilaksanakan di 7 desa di dua kecamatan. Dan mulai teridentifikasi anak-anak yang putus sekolah termasuk kondisi ekonomi orang tua mereka. Kegiatan pendataan

    Data Membuka Mata dan Hati Pembangunan Efektif di Polewali Mandar, Sulawesi Barat

    16

    juga mengidentifikasi pihak-pihak yang berpotensi memberikan dukungan agar anak-anak tersebut dapat kembali ke sekolah.

    Dengan adanya program SIPBM ini, hingga April 2012, tak kurang dari enam ribu anak di kabupaten Polman bisa kembali sekolah hingga ke jenjang sekolah lanjutan pertama.

    SIPBM bukan semata bagaimana mengumpulkan dan memanfaatkan data, namun lebih penting adalah pendataan berbasis aksi. Pendataan yang dikemas dalam bingkai advokasi, bagaimana membangun kesadaran bersama, bahwa masalah pendidikan, masalah putus sekolah, masalah buta huruf, bukan semata tanggung jawab pemerintah namun semua elemen masyarakat, karena pendidikan dasar adalah hak asasi generasi muda Indonesia.

    Menyediakan data akurat mungkin saja mahal, tetapi membangun tanpa data akan jauh lebih, mahal

    William Ingram adalah pendiri Threads of Life, sebuah usaha fair-trade berbasis di Bali, dan Direktur dari organisasi mitranya, Yayasan Pecinta Budaya Bebali. William Ingram memiliki pengalaman 15 tahun bekerja dengan penenun tradisional di berbagai komunitas di Indonesia. Ia mulai menciptakan sebuah model bagaimana sebuah usaha dapat memiliki misi sosial dan model ini telah berhasil diterapkan oleh 1.000 penenun dan keluarganya di 36 koperasi di 11 pulau. Dia percaya pembangunan berkelanjutan tidak dapat terwujud tanpa seni dan budaya.

    William IngramPendiri YPBB (Yayasan Pecinta Budaya Bebali)

    Jika saya yang bukan orang Indonesia, sangat mencintai kebudayaan Indonesia yang kaya. Bagaimana halnya dengan anda?

    Pentingnya Seni dan Budaya untuk Pembangunan Berkelanjutan

    William Ingram

    Nehru Sagena

    17LAPORAN KEGIATAN FESTIVAL FORUM KAWASAN TIMUR INDONESIA Merajut Inspirasi, Persembahan dari Timur untuk IndonesiaLAPORAN KEGIATAN FESTIVAL FORUM KAWASAN TIMUR INDONESIA Merajut Inspirasi, Persembahan dari Timur untuk Indonesia

  • Sejak tahun 2005, Noverius Nggili bersama rekan-rekannya yang baru menjadi alumni muda Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana melakukan konvoi motor mengunjungi daerah-daerah terpencil di bumi Timor untuk berbagi ilmu. Salah satu yang mendorong mereka melakukan konvoi ini adalah karena mereka prihatin dengan kondisi petani dan peternak di NTT yang sepertinya tak kunjung sejahtera.

    NTT pernah menjadi sentra produksi ternak di era 70-an. Budaya beternak dan bertani telah melekat erat di masyarakat. Namun hingga kini, banyak masalah yang dihadapi para peternak yang belum terjawab oleh maraknya program dan bantuan pemerintah dan badan pembangunan lainnya yang sifatnya periodik. Tutur Noverius

    Tahun 2010, kelompok anak muda ini bertransformasi menjadi sebuah lembaga yang dinamakan Geng Motor iMuT. Kata iMuT adalah singkatan dari Aliansi Masyarakat Peduli Ternak. Syarat minimal untuk menjadi anggota geng ini adalah memiliki dua ekor hewan ternak, bersedia berkelana dengan motor untuk membagi ilmu. Tapeleuk urus ternak atau berkelana urus ternak pun dipilih untuk menjadi semboyan. Setidaknya telah 44 desa dan kelurahan

    Transfer Pengetahuan: Dari geng motor anak muda ke masyarakat NTT

    18

    Rasa percaya diri adalah kunci untuk mengubah hidup kita Rahman Rahim

    Rahman adalah Direktur Yayasan Peduli Kelompok Dukungan Sebaya, sebuah lembaga yang bertujuan mendorong generasi muda mantan pengguna narkoba dan orang-orang yang hidup dengan HIV dan AIDS (ODHA) untuk keluar dari keterpuru