“pemeriksaan kadar trigliserida pada penderita diabetes ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/287/1/kti...

of 77 /77
i “PEMERIKSAAN KADAR Trigliserida PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2(Studi di Puskesmas Mojoagung Kabupaten Jombang) KARYA TULIS ILMIAH IRMA AYULIA KARTINI 141310054 PROGAM STUDI DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN SEKOLAH TINGGI KESEHATAN INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG 2017

Author: others

Post on 03-Dec-2019

2 views

Category:

Documents


0 download

Embed Size (px)

TRANSCRIPT

  • i

    “PEMERIKSAAN KADAR Trigliserida PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2”

    (Studi di Puskesmas Mojoagung Kabupaten Jombang)

    KARYA TULIS ILMIAH

    IRMA AYULIA KARTINI

    141310054

    PROGAM STUDI DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN SEKOLAH TINGGI KESEHATAN

    INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG

    2017

  • ii

    PEMERIKSAAN KADAR TRIGLISERIDA PADA PENDERITA

    DIABETES MELLITUS TIPE 2

    ( Studi di Puskesmas Mojoagung Kabupaten Jombang)

    Karya Tulis Ilmiah

    Diajukan dalam rangka memenuhi persyaratan menyelesaikan

    Studi Diploma III Analis Kesehatan pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

    Insan Cendekia Medika Jombang

    IRMA AYULIA KARTINI

    141310054

    PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN

    SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INSAN CENDEKIA MEDIKA

    JOMBANG 2017

  • iii

    ABSTRAK

    PEMERIKSAAN KADAR TRIGLISERIDA PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2

    (Studi di Puskesmas Mojoagung Kabupaten Jombang)

    Oleh: Irma Ayulia Kartini

    Diabetes Mellitus Tipe 2 merupakan keadaan yang banyak di alami masyarakat, dimana keadaan glukosa dalam darah meningkat dan menimbulkan gangguan metabolisme lemak, sehingga mempercepat peningkatan kadar trigliserida dalam hati. Kadar trigliserida akan meningkat ketika mengalami peningkatan berat badan dan komsumsi makanan dengan kadar gula tinggi, pada keadaan diabetes melitus mengalami peningkatan kadar trigliserida yang di sebut hipertrigliseridemia. Rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana kadar trigliserida pada penderita diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas Mojoagung Jombang. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui kadar trigliserida pada penderita diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas Mojoagung Jombang. Desain penelitian adalah Deskriptif. Populasi dalam penelitian ini semua penderita diabetes melitus tipe 2 sejumlah 61 penderita, Sampel dalam penelitian ini adalah 20 penderita diabetes mellitus tipe 2 di puskesmas mojoagung jombang, yang di ambil secara Accidental Sampling. Variabel dalam penelitian ini adalah kadar trigliserida dengan menggunakan alat ukur berupa observasi. Berdasarkan penelitian ini diketahui bahwa dari 20 responden sebagian besar responden memiliki kadar triglisrida normal sejumlah 13 responden (65%), sebagian kecil responden memiliki kadar trigliserida ambang batas tinggi sejumlah 5 responden (20%), dan sebagian kecil responden memiliki kadar trigliserida tinggi sejumlah 2 responden (10%). Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagian besar penderita diabetes melitus tipe 2 di puskesmas mojoagung, jombangg memiliki kadar trigliserida normal Kata Kunci: DM Tipe 2, Hipertrigliseridemia, Kadar trigliserida.

  • iv

    ABSTRACT

    EXAMINATION OF TRIGLYCERIDES LEVEL TO PATIENT OF DIABETES MELLITUS TYPE 2

    (Study in Puskesmas Mojoagung Kabupaten Jombang)

    By: Irma Ayulia Kartini

    Diabetes Mellitus Type 2 was a condition that many faced by people, where glucose level in blood increasing and cause disturbance of fat metabolism, so that speed up the increasing of triglycerides level in heart. Triglycerides level will increase when weight is increasing and consume food with high glucose level, in Diabetes Mellitus

    condition occur the increasing of Triglycerides level which is called hipertrigliseridemia. Problem Formulation of this research is how Triglycerides level to patient of Diabetes Mellitus Type 2 in Puskesmas of Mojoagung Jombang. The purpose of this research to

    know Triglycerides level to patient of Diabetes Mellitus Type 2 in Puskesmas of Mojoagung Jombang Research design was descriptive. Population in this research were all patients of Diabetes Mellitus Type 2 a number of 61 patients, samples in this research were 20 patients of Diabetes Mellitus Type 2 in Puskesmas of Mojoagung Jombang, that taken by

    Accidental Sampling. Variable in this research was Triglycerides level by using measurement instrument in the form of observation Based on this research was known that from 20 respondents, most respondents

    had normal level of Triglycerides a number of 13 respondents (65%), A little part respondents had Triglycerides level of high threshold a number of 5 respondents (20%), and other respondents had high level of Triglycerides a number of 2 respondents (10%) Conclusion of this research was known that most of patients of Diabetes Mellitus

    Type 2 in Puskesmas of Mojoagung Jombang had normal level of Triglycerides

    Keywords : DM type 2, Hipertriglyceridemia, Triglycerides level, DM type 2

  • v

  • vi

  • vii

  • viii

    RIWAYAT HIDUP

    Penulis dilahirkan di Pamekasan, 22 Juli 1996dari pasangan ibu Sulastri

    dan bapak Karminto. Penulis merupakan putri pertama dari tiga bersaudara.

    Tahun 2008 penulis lulus dari SDN Tamberu 1 Pamekasan, tahun 20011

    penulis lulus dari SMP Negeri 1 Waru - Pamekasan, tahun 2014 penulis lulus

    dari SMANegeri 4 Pamekasan dan penulis masuk STIKes “Insan Cendekia

    Medika” Jombang melalui jalur mandiri. Penulis memilih Program Studi DIII

    Analis Kesehatan dari lima pilihan program studi yang ada di STIKes “Insan

    Cendekia Medika” Jombang.

    Demikian riwayat hidup ini dibuat dengan sebenarnya.

    Jombang, 3 Juli 2017

    Irma Ayulia Kartini

    14.131.0054

  • ix

    MOTTO

    “Patuh pada kedua orang tua, berusaha, berdoa dan ikhlas,

    kesuksesan di depan mata”.

  • x

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia-Nya

    sehingga karya tulis ilmiah ini berhasil terselesaikan. Karya tulis ilmiah ini

    diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan Diploma III Analis

    Kesehatan STIKes ICMe Jombang yang berjudul “ Pemeriksaan Kadar

    Trigliserida Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 (studi di Puskesmas

    Mojoagung Kabupaten Jombang) ”.

    Untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini adalah suatu hal yang mustahil

    apabila penulis tidak mendapatkan bantuan dan kerjasama dari berbagai

    pihak.Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada H.

    Bambang Tutuko, SH., S.Kep. Ns.,MH selaku Ketua STIKes ICMe Jombang, Erni

    Setyorini, S.KM.,MM selaku Kaprodi D-III Analis Kesehatan, Inayatur

    Rosidah,S.Kep.Ns.,M.Kep selaku pembimbing utama dan Umaysaroh,S.ST.

    selaku pembimbing anggota karya tulis ilmiah yang banyak memberikan saran

    dan masukan sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan, kedua orang tua

    saya yang selalu mendukung secara materil dan ketulusan do’anya sehingga

    penulis mampu menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan baik, serta teman-

    teman seperjuanganku yang selalu memberikan dukungannya.

    Karya tulis ilmiah ini belum sempurna, oleh sebab itu kritik dan saran

    yang dapat mengembangkan karya tulis ilmiah sangat penulis harapkan guna

    menambah pengetahuan dan manfaat bagi perkembangan ilmu kesehatan.

    Jombang, 3 Juli 2017

    Irma Ayulia Kartini

  • xi

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ............................................................................... i

    HALAMAN JUDUL DALAM .................................................................. ii

    ABSTRAK ............................................................................................. iii

    ABSTRAK ............................................................................................. vi

    LEMBAR PERSETUJUAN KTI ............................................................ v

    LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI .................................................... vi

    SURAT KEASLIAN .............................................................................. vii

    RIWAYAT HIDUP ................................................................................ viii

    MOTTO ............................................................................................... ix

    KATA PENGANTAR ............................................................................ x

    DAFTAR ISI ......................................................................................... xi

    DAFTAR TABEL .................................................................................. xiii

    DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xiv

    DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xv

    DAFTAR SINGKATAN ......................................................................... xvi

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang ................................................................... 1

    1.2 Rumusan Masalah .............................................................. 4

    1.3 TujuanPenelitian ................................................................. 4

    1.4 ManfaatPenelitian ............................................................... 5

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Konsep Diabetes Melitus .................................................... 6

    2.2 Konsep Trigliserida ............................................................. 15

    2.3 Hubungan DM Tipe 2 dengan Kadar Trigliserida................ 21

    Halaman

  • xii

    BAB III KERANGKA KONSEPTUAL

    3.1 Kerangka Konseptual ......................................................... 22

    3.2 PenjelasanKerangkaKonsep ............................................... 23

    BAB IV METODE PENELITIAN

    4.1 Waktu dan Tempat Penelitian ............................................. 24

    4.2 Desain Penelitian ................................................................ 24

    4.3 Populasi, Sampel dan Sampling ......................................... 24

    4.4 Intrumen Penelitian ............................................................. 25

    4.5 Teknik Pengolahan dan Analisa Data ................................. 27

    4.6 Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel ..................... 29

    4.7 Kerangka Kerja ................................................................... 31

    4.8 Etika Penelitian .................................................................. 32

    BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

    5.1 Hasil Penelitian ..................................................................... 33

    5.2 Pembahasan ......................................................................... 37

    BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

    6.1 Kesimpulan ........................................................................... 41

    6.2 Saran .................................................................................... 41

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • xiii

    DAFTAR TABEL

    2.1 Tabel Klasifikasi Diabetes Melitus .................................................... 6

    2.2 Tabel Klasifkasi Kadar Trigliserida ................................................... 16

    4.4.2 Tabel Prosedur Pemeriksaan Trigliserida ........................................ 26

    4.6 Tabel Definisi Operasional Variabel ................................................. 30

    5.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Responden ................... .... 34

    5.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin ......................... .... 34

    5.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Riwayat Keturunan ................. .... 35

    5.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Lama Menderita ..................... .... 35

    5.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Olah Raga .............................. .... 35

    5.6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Konsumsi Obat Diabetes

    Mellitus ......................................................................................... .... 36

    5.7 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Rutin Mengontrol Kadar Gula ...... 36

    5.8 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kadar Trigliserida pada

    Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 .............................................. .... 37

    Halaman Nomor Tabel Judul Tabel

  • xiv

    DAFTAR GAMBAR

    2.2 Gugus Trigliserida ........................................................... 16

    3.1 Kerangka Konseptual Pemeriksaan Kadar Trigliserida

    padaPenserita Diabetes Melitus Tipe 2 ........................... 22

    4.7 Kerangka Kerja dari Gambaran Kadar Trigliserida pada

    Diabetes Mellitus Tipe 2 ................................................ 31

    Halaman Nomor Gambar Judul Gambar

  • xv

    DAFTAR LAMPIRAN

    1. Formulir pernyataan bersedia menjadi respoden

    2. Lembar kuesioner

    3. Lembar SOP (Stadart Operasional Prosedur)

    4. Lembar Observasi

    5. Lembar Keaslian

    6. Lembar tabulasi hasil data umum

    7. Lembar surat izin penelitian dari STIKES ICME Jombang

    8. Lembar surat izin penelitian dari Dinas Kesehatan Jombang

    9. Lembar surat izin penelitian dari Puskesmas Mojoagung Jombang

    10. Lembar Konsultasi

    11. Lembar Pernyataan bebas plagiasi

    12. Lembar Dokumentasi

    Nomor Lampiran Judul Lampiran

  • xvi

    DAFTAR SINGKATAN

    ATP : Adenosina trifosfat ADP : Adenosin difosfat AL : Asidosis Laktat ADA : Asidosis Diabetes Amerika ApoB : Apopoliptotein B DEPKES : Departemen Kesehatan DM : Diabetes Millitus DPP-4 : Dipeptidyl Peptidase-4 FFA : Free Fatty Acid GPO-PAP : Glycerol-3-Phosphate Oksidasephenol aminophenazone GLUT10 : Glucose Transporter type 10 GLP-1 : Glucagon Like Peptide 1 GIP : Gastric inhibitory polypeptide CO2 : Karbondioksida HDL : High Density Lipoprotein HbA1c : Hemoglobin A1c HNK : Hiperosmolar Non Ketotik HGP : Hepatic Glicose Production H2O : Air IDDM : Insulin Dependen Diabetes Melitus IDF : International Diabetes Federation KAD : Keto Asidosis Diabetik LDL : Low Density Lipoprotein MENKES : Menteri Kesehatan NIDDM : Non-Insulin Dependen Diabetes Melitus NCEP-ATP III : National Cholesterol Education-Adult Treatment Panel III NADH : Nikotinamida Adenosin Dinukleotida Hidrogen NAD : Nikotinamida Adenina Dinukleotida PJK : Penyakit Jantung Koroner PP : Peraturan Pemerintah PERKENI : Perkumpulan Endokrinologi Indonesia PERKI : Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar RBP4 : Retinol Binding Protein Gene SGLT1 : Sodium Glucose Transporter-1 SGLT2 : Sodium Glucose co-Transporter UV : Ultraviolet VLDL : Very Low Density Lipoprotein WHO : World Health Organization

  • 1

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Trigliserida merupakan salah satu senyawa penyusun setiap lipoprotein,

    dimana setiap lipoprotein berbeda ukuran, densitas, komposisi lemak dan

    komposisi apoprotein. Low Density Lipoprotein (LDL) dan High

    DensityLipoprotein (HDL) merupakan lipoprotein yang sangat berperan dalam

    pembentukan aterosklerosis (Yulia dan Suryanto, 2012). Trigliserida normalnya

    ≤150 mg/dl, selain ketiga unsur tadi, pasien dianjurkan dokter untuk untuk

    memerhatikan kolesterol total yang berkadar normal di bawah 200 mg/dl. Andai

    kata LDL, kolesterol total, dan trigliserida di atas normal, peluang terjadinya

    serangan stroke terbuka (Sutrisno. 2007). Konsentrasi trigliserida yang tinggi

    sering di sertai dengan konsentrasi kolesterol HDL rendah dan konsentrasi small

    dense LDL yang tinggi sehingga di perkirakan hipertrigliseridemia dapat

    berpengaruh terhadap risiko kardiovaskuler. Berbagai studi prospektif

    menunjukkan apoB mampu memprediksi risiko kardiovaskuler lebih baik dari

    kolerterol LDL terutama pada keadaan dimana terdapat hipertrigliseridemia yang

    menyertai diabetes melitus (PERKI. 2013).

    Hipertrigliseridemia merupakan salah satu factor pemicu timbulnya

    aterosklerosis dan progresivitas proses aterosklerosis dinding pembuluh darah,

    maka lumen pembuluh darah akan mengalami penyempitan dan mengakibatkan

    iskemik jaringan bila penyempitan lumen pembuluh darahmencapai >75%

    diameter pembuluh darah (Haryanto. 2004). Kadar trigliserida akan meningkat

    ketika mengalami peningkatan berat badan dan mengkonsumsi makanan

    dengan kadar gula tinggi. Pada keadaan tertentu, seperti Diabetes Mellitus,

    hypertensi dan obesitas mengalami peningkatan kadar trigliserida yang disebut

    1

  • 2

    Hypertriglyceridemia (Suiraoka. 2012). Diabetes melitus merupakan keadaan

    yang banyak di alami masyarakat, dimana keadaan glukosa dalam darah

    meningkat dan menimbulkan gangguan metabolisme lemak, sehingga

    mempercepat peningkatan kadar trigliserida dalam hati. Apabila hal ini tidak

    terkendali dapat menimbulkan faktor resiko terjadinya aterosklerosis dan

    komplikasi lainnya (Hasdianah. 2012). Berdasarkan penelitian yang dilakukan

    oleh Ekawati tahun 2012 dengan judul “Hubungan Kadar Glukosa Darah

    terhadap Hypertriglyceridemia pada Penderita Diabetes Mellitus”, menunjukkan

    bahwa 20 penderita diabetes mellitus mengalami peningkatan kadar trigliserida

    lebih dari nilai normal, dan berdasarkan penelitian oleh Yulia dan Suryanto tahun

    2012 dengan judul “Perbedaan Kadar Trigliserida pada Penderita Diabetes

    Melitus Tipe 2 Terkontrol dengan Diabetes Melitus Tipe 2 Tidak Terkontrol”,

    menunjukkan bahwa penderita diabetes melitus tipe 2 tidak terkontrol didapatkan

    hasil kadar trigliserida lebih tinggi di bandingkan dengan penderita diabetes

    mellitus yang terkontrol dengan faktor resiko komplikasi yang cukup besar.

    Diabetes melitus di Indonesia merupakan ancaman serius bagi

    pembangunan kesehatan dan pertumbuhan ekonomi nasional. Jumlah penderita

    diabetes melitus setiap tahun selalu meningkat. Berbagai penelitian epidemiologi

    menunjukkan adanya kecendrungan peningkatan angka insidensi dan prevalensi

    Diabetes melitus di berbagai penjuru dunia. World Health Organization (WHO)

    memprediksi kenaikan jumlah penyandang Diabetes melitus di Indonesia

    diperkirakan 152% dengan jumlah penderita 8.420.000 orang pada tahun 2000

    menjadi sekitar 21.517.000 orang pada tahun 2030. International Diabetes

    Federation (IDF) pada tahun 2014, memprediksi kenaikan jumlah penyandang

    diabetes melitus dari 382 juta orang yang hidup dengan diabetes melitus pada

    tahun 2013 menjadi 592 juta orang pada tahun 2035. Riset Kesehatan Dasar

    (Riskesdas) tahun 2013 berdasarkan provinsi di dapatkan proporsi Jawa Timur di

  • 3

    dapatkan 2,1% pada tahun 2007 dan meningkat sekitar 3,1% pada tahun 2013.

    (Kemenkes, 2014). Kabupaten Jombang memiliki persentase 4,76% penderita

    diabetes melitus pada urutan ke-8 yang termasuk 10 penyakit terbesar di

    kabupaten jombang pada tahun 2014 (Profil kesehatan Jombang,

    2014).Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Jombang tahun 2015 penderita

    diabetes melitus tipe 2 terbanyak didapat pada Kelurahan/Desa Janti, kecamatan

    Mojoagung, kabupaten Jombang.

    Penderita diabetes melitus tipe 2 sekreri insulin mungkin normal atau bahkan

    meningkat, tetapi sel-sel sasaran insulin kurang peka terhadap hormon ini

    dibandingkan dengan normal, hal ini obesitas, diet tinggi lemak da rendah

    karbohidrat (Fauziah dan Susanti, 2012). Trigliserida merupakan senyawa yang

    terdiri dari tiga asam lemak teresterifikasi menjadi gliserol. Trigliserida memiliki

    dua sumber utama yaitu, eksogen dimana trigliserida diperoleh dari sumber

    makanan yang pada awalnya dikemas dalam bentuk kilomikron, sementara

    endogen disintesa oleh hati yang dikemas dalam VLDL. Kadar glukosa yang

    tinggi merangsang pembentukan glikogen dari glukosa, sintesis asam lemak.

    Kadar glukosa darah yang tinggi dapat mempercepat pembentukan trigliserida

    dalam hati. Trigliserida merupakan salah satu bagian komposisi lemak yang ada

    dalam tubuh. Dimana jika kadar trigliserida dalam batas normal, tidak melebihi

    kadar 200 mg/dl mempunyai fungsi sebagai sumber energi. Pada keadaan

    tertentu, seperti Diabetes Mellitus dan obesitas, kadar trigliserida dapat

    meningkat melebihi 200 mg/dl, yang disebut Hypertriglyceridemia (Evy, 2012).

    Dampak buruk dari penderita diabetes melitus tipe 2 pada fase lanjut, dimana

    pada fase ini, kelebihan glukosa dalam darah disimpan dalam bentuk lemak,

    khususnya trigliserida. Sehingga jika kendali glikemik buruk, akan menimbulkan

    peningkatan kadar glukosa dalam darah. Selanjutnya glukosa diubah menjadi

    trigliserida, sehingga terjadi peningkatan kadar trigliserida, HDL rendah dan LDL

  • 4

    meningkat, keadaan ini bersifat sangat aterogenik. Pada keadaan resisten insulin

    juga terjadi ketidakmampuan kerja enzim lipoprotein lipase endothelium yang

    menyebabkan klirens VLDL dari plasma menjadi lebih lambat, dengan kata lain

    plasma meningkat. Hal tersebut dapat meningkatkan kejadian terjadinya

    komplikasi pada penderita diabetes melitus tipe 2, terutama terjadinya

    aterosklerosis yang menyebabkan PJK pada penderita diabetes melitus tipe 2

    (Yulia dan Suryanto. 2012).

    Tingginya kadar trigliserida pada penderita diabetes melitus tipe 2 dapat

    dicegah dengan cara terapi awal penurunan kadar glukosa darah dan penurunan

    kadar trigliserida dengan pengaturan diet. Mengurangi makanan jenis hidrat

    arang seperti nasi, golongan tepung-tepungan, dan jenis manis-manisan lainnya.

    Dengan mengkonsumsi sayuran dapat memperlambat penyerapan hidrat arang

    dari usus ke dalam darah, sehingga proses pembentukan trigliserida dalam hati

    dapat di perlambat (Evy. 2012). Penderita diabetes melitus tipe 2 juga rutin

    memeriksakan kadar profil lipid khususnya kadar kolesterol dan kadar trigliserida

    serta cukup olah raga (Yulia dan Suryanto. 2012).

    Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin meneliti tentang kadar Trigliserida

    pada penderita Diabetes Melitus tipe 2 di Puskesmas Mojoagung Kabupaten

    Jombang.

    1.2 Rumusan Masalah

    Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai

    berikut: “Bagaimanakah kadar trigliserida pada penderita diabetes melitus tipe 2

    di Puskesmas Mojoangung Kabupaten Jombang?”.

    1.3 Tujuan Penelitian

    Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini untuk

    mengetahui kadar trigliserida pada penderita diabetes melitus tipe 2 di

    Puskesmas Mojoagung Kabupaten Jombang.

  • 5

    1.4 Manfaat Penelitian

    1.4.1 Manfaat Teoritis

    Diharapkan Karya Tulis Ilmiah ini dapat memberikan informasi pada

    perkembangan ilmu kesehatan khususnya di bidang kimia klinik.

    1.4.2 Manfaat Praktis

    1.4.2.1 Bagi Penderita Diabetes Millitus tipe 2

    Diharapkan dengan hasil penelitian ini penderita DM tipe 2 melakukan

    pemeriksaan kadar trigliserida secara rutin untuk mencegah terjadinya

    komplikasi.

    1.4.2.2 Bagi Analis Kesehatan

    Diharapkan tenaga analis kesehatan dapat memperoleh reverensi

    dan melakukan pemantauan kadar trigliserida pada penderita diabetes

    melitus tipe 2

    1.4.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya

    Diharapkan Karya Tulis Ilmiah ini dapat menjadi referensi bagi

    peneliti selanjutnya dan untuk pengembangan penelitian selanjutnya

    dengan tema pengontrolan kadar trigliserida pada penderita diabetes

    melitus tipe 2.

  • 6

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Konsep Diabetes Mellitus

    2.1.1 Definisi dan Klasifikasi Diabetes Mellitus

    Diabetes Melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan

    karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja

    insulin atau kedua-duanya. Bila hal ini dibiarkan tidak terkendali dapat terjadi

    komplikasi metabolik akut maupun komplikasi vaskuler jangka panjang, baik

    mikroangiopati maupun makroangiopati. Diabetes Mellitus merupakan suatu

    gangguan kronis yang ditandai dengan metabolisme karbohidrat dan lemak

    yang relatif kekurangan insulin. Diabetes Mellitus yang utama di klasifikasikan

    menjadi diabetes melitus tipe 1 Insulin Dependen Diabetes Mellitus (IDDM)

    dan Tipe 2 Non Insulin Dependen Diabetes Mellitus (NIDDM). Diabetes

    Mellitus merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai oleh kadar

    glukosa darah melebihi normal dan gangguan metabolisme karbohidrat,

    lemak dan protein yang disebabkan oleh kekuranagn hormon insulin secara

    relatif maupun absolud (Hasdianah. 2012). Berdasarkan PERKENI

    Konsensus pengolahan dan pencegahan diabetes mellitus tipe 2 di Indonesia

    2015 diabetes mellitus di klasifikasikan sebagai berikut.

    Tabel 2.1.1 Klasifikasi Diabetes Mellitus

    Diabetes Mellitus Tipe 1 Destruksi sel beda, umumnya menjurus ke difisiensi insulin absolud 1. Autoimun 2. Idiopatik

    Diabetes Mellitus Tipe 2 Bervariasi, mulai yang dominan resisten insulin disertai defisiensi insulin relatif sampai yang dominan defek sekresi insulin disertai resisten insulin.

    Diabetes Mellitus Tipe Lain

    1. Defek genetik fungsi sel beta 2. Defek genetik kerja insulin 3. Penyakit eksokrin pankreas 4. Endrokrinopati 5. Karena obat atau zat kimia 6. Infeksi 7. Sebab imunologi yang jarang 8. Sindrom genetik lain yang berkaitan dengan dengan DM

    Diabetes Mellitus Gestasional

    6

  • 7

    2.1.2 Diabetes Mellitus Tipe 2

    Diabetes Mellitus Tipe 2 (Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus,

    INDDM) merupaka diabetes melitus yang terjadi bukan disebabkan oleh rasio

    insulin di dalam sirkulasi darah, melainkan merupakan kelainan metabolisme

    yang disebabkan oleh mutasi pada banyak gen termasuk yang

    mengekspresikan disfungsi sel beta, gangguan sekresi hormon insulin,

    resisten sel terhadap insulin yang disebabkan oleh disfungsi GLUT10 dengan

    kofaktor hormon resisten yang menyebabkan sel jaringan, terutama pada hati

    menjadi kurang peka terhadap insulin. Pada NIDDM ditemukan ekspresi

    SGLT1 yang tinggi, rasio RBP4 dan hormon resistin yang tinggi, peningkatan

    laju metabolisme glikogenolisis dan glukoneogenesis pada hati, penurunan

    laju reaksi oksidari dan peningkatan laru reaksi esterifikasi pada hati NIDDM

    juga dpat disebabkan oleh dislipidemia, lipodistrofi, dan sindrom resisten

    insulin. Hiperglisemia dapat di atasi dengan obat anti diabetes yang dapat

    meningkatkan sensitifitas terhadap insulin atau mengurangi produksi glukosa

    dari hepar, namun semakin parah penyakit, sekresi insulin pun semakin

    berkurang, dan terapi dengan insulin kadang dibutuhkan. Ada beberapa teori

    yang menyebutkan penyebab pasti dan mekanisme terjadinya resisten insulin,

    namun obesitas sentral diketahui sebagai faktor predisposisi terjadinya

    resisten terhadap insulin (Hasidiah. 2012).

    2.1.3 Patogenesis Diabetes Mellitus Tipe 2

    Resistensi insulin pada otot dan liver serta kegagalan sel beta pankreas

    telah dikenal sebagai patofisiologi kerusakan sentral dari DM tipe-2

    Belakangan diketahui bahwa kegagalan sel beta terjadi lebih dini dan lebih

    berat daripada yang diperkirakan sebelumnya. Selain otot, liver dan sel beta,

    organ lain seperti: jaringan lemak (meningkatnya lipolisis), gastrointestinal

    (defisiensiincretin), sel alpha pancreas (hiperglukagonemia), ginjal

  • 8

    (peningkatan absorpsi glukosa), dan otak (resistensi insulin), kesemuanya ikut

    berperan dalam menimbulkan terjadinya gangguan toleransi glukosa pada DM

    tipe-2. Delapan organ penting dalam gangguan toleransi glukosa ini (ominous

    octet) penting dipahami karena dasar patofisiologi ini memberikan konsep

    tentang:

    1. Pengobatan harus ditujukan guna memperbaiki gangguan patogenesis,

    bukan hanya untuk menurunkan HbA1c saja

    2. Pengobatan kombinasi yang diperlukan harus didasari atas kinerja obat

    pada gangguan multipel dari patofisiologi DM tipe 2.

    3. Pengobatan harus dimulai sedini mungkin untuk mencegah atau

    memperlambat progresivitas kegagalan sel beta yang sudah terjadi pada

    penyandang gangguan toleransi glukosa.

    Secara garis besar patogenesis DM tipe-2 disebabkan oleh delapan hal

    (omnious octet) berikut:

    1) Kegagalan sel beta pancreas: Pada saat diagnosis DM tipe-2 ditegakkan,

    fungsi sel beta sudah sangat berkurang. Obat anti diabetik yang bekerja

    melalui jalur ini adalah sulfonilurea, meglitinid, GLP-1 agonis dan DPP-4

    inhibitor.

    2) Liver: Pada penderita DM tipe-2 terjadi resistensi insulin yang berat dan

    memicu gluconeogenesis sehingga produksi glukosa dalam keadaan

    basal oleh liver (HGP=hepatic glucose production) meningkat. Obat yang

    bekerja melalui jalur ini adalah metformin, yang menekan proses

    gluconeogenesis.

    3) Otot: Pada penderita DM tipe-2 didapatkan gangguan kinerja insulin yang

    multiple di intramioselular, akibat gangguan fosforilasi tirosin sehingga

    timbul gangguan transport glukosa dalam sel otot, penurunan sintesis

  • 9

    glikogen, dan penurunan oksidasi glukosa. Obat yang bekerja di jalur ini

    adalah metformin, dan tiazolidindion.

    4) Sel lemak: Sel lemak yang resisten terhadap efek antilipolisis dari insulin,

    menyebabkan peningkatan proses lipolysis dan kadar asam lemak bebas

    (FFA=Free Fatty Acid) dalam plasma. Penigkatan FFA akan merangsang

    proses glukoneogenesis, dan mencetuskan resistensi insulin di liver dan

    otot. FFA juga akan mengganggu sekresi insulin. Gangguan yang

    disebabkan oleh FFA ini disebut sebagai lipotoxocity. Obat yang bekerja

    dijalur ini adalah tiazolidindion.

    5) Usus: Glukosa yang ditelan memicu respon insulin jauh lebih besar

    dibanding kalau diberikan secara intravena. Efek yang dikenal sebagai

    efek incretin ini diperankan oleh 2 hormon GLP-1 (glucagon-like

    polypeptide-1) dan GIP (glucose-dependent insulinotrophic polypeptide

    atau disebut juga gastric inhibitory polypeptide). Pada penderita DM tipe

    2 didapatkan defisiensi GLP-1 dan resisten terhadap GIP. Disamping hal

    tersebut incretin segera dipecah oleh keberadaan ensim DPP-4, sehingga

    hanya bekerja dalam beberapa menit. Obat yang bekerja menghambat

    kinerja DPP-4 adalah kelompok DPP-4 inhibitor. Saluran pencernaan juga

    mempunyai peran dalam penyerapan karbohidrat melalui kinerja ensim

    alfa-glukosidase yang memecah polisakarida menjadi monosakarida yang

    kemudian diserap oleh usus dan berakibat meningkatkan glukosa darah.

    setelah makan. Obat yang bekerja untuk menghambat kinerja ensim alfa

    glukosidase adalah akarbosa.

    6) Sel Alpha Pancreas: Sel-α pancreas merupakan organ ke-6 yang

    berperan dalam hiperglikemia dan sudah diketahui sejak 1970. Sel-α

    berfungsi dalam sintesis glukagon yang dalam keadaan puasa kadarnya

    di dalam plasma akan meningkat. Peningkatan ini menyebabkan HGP

  • 10

    dalam keadaan basal meningkat secara signifikan dibanding individu

    yang normal. Obat yang menghambat sekresi glukagon atau

    menghambat reseptor glukagon meliputi GLP-1 agonis, DPP- 4 inhibitor

    dan amylin.

    7) Ginjal: Ginjal merupakan organ yang diketahui berperan dalam

    pathogenesis DM tipe-2. Ginjal memfiltrasi sekitar 163 gram glukosa

    sehari. Sembilan puluh persen dari glukosa terfiltrasi ini akan diserap

    kembali melalui peran SGLT-2 (Sodium Glucose co-Transporter) pada

    bagian convulated tubulus proksimal. Sedang 10% sisanya akan di

    absorbsi melalui peran SGLT-1 pada tubulus desenden dan asenden,

    sehingga akhirnya tidak ada glukosa dalam urine. Pada penderita DM

    terjadi peningkatan ekspresi gen SGLT-2. Obat yang menghambat kinerja

    SGLT-2 ini akan menghambat penyerapan kembali glukosa di tubulus

    ginjal sehingga glukosa akan dikeluarkan lewat urine. Obat yang bekerja

    di jalur ini adalah SGLT-2 inhibitor. Dapaglifozin adalah salah satu contoh

    obatnya.

    8) Otak: Insulin merupakan penekan nafsu makan yang kuat. Pada

    individu yang obes baik yang DM maupun non-DM, didapatkan

    hiperinsulinemia yang merupakan mekanisme kompensasi dari resistensi

    insulin. Pada golongan ini asupan makanan justru meningkat akibat

    adanya resistensi insulin yang juga terjadi di otak. Obat yang bekerja di

    jalur Ini adalah GLP-1 agonis, amylin dan bromokriptin (Perkeni. 2015).

    2.1.4 Faktor Resiko Diabetes Mellitus

    Diabetes merupakan salah satu penyakit yang diturunkan dari orang tua

    kepada anaknya secara genetik. Bila orang tua menderita diabetes, maka

    anak-anaknya akan menderita diabetes, tetapi faktor keturunan saja tidak

    cukup, diperlukan adanya faktor pencetus atau faktor risiko seperti pola

  • 11

    makan yang salah, gaya hidup, aktifitas kurang gerak, infeksi dan lain-lain.

    Secara garis besar faktor risiko Diabetes dikelompokkan menjadi 2 yaitu :

    1. Faktor risiko yang tidak bisa diubah :

    1) Umur: merupakan faktor pada orang dewasa, dengan semakin

    bertambahnya umur kemampuan jaringan mengambil glukosa darah

    semakin menurun. Penyakit ini lebih banyak terdapat pada orang berumur

    di atas 40 tahun daripada orang yang lebih muda.

    2) Keturunan: Diabetes melitus bukan penyakit menular tetapi diturunkan.

    Namun bukan berarti anak dari kedua orang tua yang diabetes pasti akan

    mengidap diabetes juga, sepanjang bisa menjaga dan menghindari faktor

    resiko yang lain. Sebagai faktor resiko secara genetik yang perlu

    diperhatiakan apabila kedua atau salah seorang dari orang tua, saudara

    kandung, anggota keluarga dekat mengidap diabetes. Pola genetik yang

    kuat pada diabetes melitus tipe 2. Seseorang memiliki saudara kandung

    mengidap diabetes tipe 2 memiliki resiko yang jauh lebih tinggi menjadi

    pengidap diabetes. Uraian di atas telah mengarahkan kesimpulan bahwa

    resiko diabetes tersebut adalah kondisi keturunan.

    2. Faktor resiko yang dapat dimodifikasi atau di ubah:

    1) Pola makan yang salah: Pola makan yang salah dan cenderung berlebih

    menyebabkan timbulnya obesitas. Obesitas sendiri merupakan faktor

    predisposisi utama dari penyakit diabetes melitus.

    2) Aktivitas fisik kurang gerak: Kurangnya aktivitas fisik menyebabkan

    kurangnya pembakaran energi oleh tubuh sehingga kelebihan energi

    dalam tubuh akan disimpan dalam bentuk lemak dalam tubuh.

    Penyimpanan yang berlebih akan mengakibatkan obesitas.

    3) Obesitas: Diabetes terutama diabetes melitus tipe 2 sangat erat

    hubungannya dengan obesitas. Laporan International Diabetes

  • 12

    Federation (IDF) tahun 2004 menyebutkan 80 persen dari penderita

    diabetes ternyata mempunyai berat badan yang berlebihan.

    4) Stres: Reaksi setiap orang ketika stres melanda berbeda-beda. Beberapa

    orang mungkin kehilangan nafsu makan sedangkan orang lainnya

    cenderung makan lebih banyak. Stres mengarah pada kenaikan berat

    badan terutama karena kortisol, hormon stres utama. Kortisol yang tinggi

    menyebabkan peningkatan trigliserida darah dan penurunan gula tubuh,

    manifestasinya meningkatkan trigliserida dan gula darah atau yang

    dikenal dengan istilah hiperglikemia (Suiraoka. 2012).

    5) Pemakaian obat-obatan: Memiliki riwayat menggunakan obat golongan

    kartikosteroid dalam jangka waktu lama (Suiraoka. 2012).

    2.1.5 Komplikasi Diabetes Mellitus Tipe 2

    Komplikasi-komplikasi pada Diabetes Mellitus dapat dibagi menjadi dua

    yaitu:

    1. Komplikasi Metabolik Akut

    Terdiri dari dua bentuk yaitu hipoglikemia dan hiperglikemia

    1) Hiperglikemia dapat berupa, Keto Asidosis Diabetek (KAD), Hiperosmolar

    Non Ketotik (HNK) dan Asidosis Laktat (AL). Hiperglikemia yaitu apabila

    kadar gula darah lebih dari 250 mg% dan gejala yang muncul yaitu poliuri,

    polidipsi pernafasan kussmaul, mual muntah, penurunan kesadaran

    sampai koma. KAD menepati peringkat pertama komplikasi akut disusul

    oleh hipoglikemia. Komplikasi akut ini masih cukup tinggi.

    2) Hipoglikemia meruakan salah satu komplikasi akut Diabetes Mellitus

    (DM). Hipoglikemia adalah menurunnya kadar gula dalam darah.

    Hipoglikemia murni adalah menurunnya kadar gula dalam darah <

    60mg/dl yang dapat terjadi penurunan kesadaran sampai koma.

  • 13

    2. Komplikasi Kronik

    1) Ketoasidosis diabetikum keadaan dimana terjadi tiba-tiba dan bisa

    berkembang dengan cepat dalam suatu keadaan yang disebut dengan

    ketoasidosis diabetikum. Kadar gula di dalam darah adalah tinggi tetapi

    karena sebagian besar sel tidak dapat menggunakan gula tanpa insulin,

    maka sel-sel ini mengambil energi dari sumber yang lain. Sel lemak

    dipecah dan menghasilkan keton, yang merupakan senyawa kimia

    beracun yang bisa menyebabkan darah menjadi asam (ketoasidosis).

    2) Kardiopati diabetik adalah gangguan jantung akibat diabetes. Glukosa

    darah yang tinggi dalam jangka waktu panjang akan menaikan kadar

    kolesterol dan trigliserida darah. Lama kelaman akan terjadi

    aterosklerosis atau penyempitan pembuluh darah. Maka bagi para

    penderita diabet perlu pemeriksaan kadar kolesterol dan trigliserida darah

    secara rutin. Sebagaimana rekomendari Asidosis Diabetes Amerika

    (ADA) serta perkumpulan sejenis di Eropa atau Indonesia (Perkumpulan

    Endokrinologi Indonesia/Perkemi), penderita diabetes melitus diharapkan

    mengendalikan semua faktor secara bersama-sama untuk mendapatkan

    hasil yang optimal. Tekana darah harus diturunkan secara agresif

    dibawah 130/80 mmHg, trigliserida dibawah 150mg/dl, LDL (kolesterol

    buruk) kurang dari 100mg/dl, HDL (kolesterol baik) di atas 40 mg/dl. Hal

    ini memberikan proteksi lebih baik pada jantung.

    3) Gangren dan Impotinsi yaitu infeksi yang akan menyebabkan

    pembusukan pada bagian luka kerena karena tidak mendapat aliran

    darah. Pasalnya, pembuluh darah penderita diabetes banyak tersumbat

    atau menyempit. Sedangkan impotensi disebabkan pembuluh darah yang

    mengalami kebocoran sehingga penis tidak bia ereksi. Impotensi pada

  • 14

    penderita diabetes juga bisa disebabkan oleh faktor psikologu atau

    gabungan organik dan psikologis.

    4) Nefropati diabetik adalah gangguan fngsi ginjal akibat kebocoran selaput

    penyaring darah. Kadar gula darah tinggi secara perlahan akan merusak

    selaput penyaring (glomerulus). Gula yang tinggi dalam darah akan

    bereaksi dengan protein sehingga mengubah struktur dan fungsi sel,

    termasuk membran basal glomerulus. Akibatnya, penghalang protein

    rusak dan terjadi kebocoran protein ke urin (albuminuria).

    5) Retinopati diabetik adalah gangguan pada mata. Keadaan ini, disebabkan

    rusaknya pembuluh darah yang memberi makan retina. Bila pembuluh

    darah mata bocor atau terbentuk jaringan perut retina, bayangan yang

    dikirim ke otak menjadi kabur (Suiraoka. 2012).

    2.1.6 Pengobatan

    Intervensi diet dan gaya hidup penting untuk pasien dengan semua jenis

    diabetes melitus (lihat pola makan untuk Penderita Diabetes Mellitus).

    Pendidikan untuk menejemen diri-diabetes, yang mencakup pemantauan diri

    gula darah, merupakan komponen penting dari pengobatan. Untuk semua

    jenis diabetes, kontrol gula darah yang baik menurunkan risiko komplikasi.

    Peran Olahraga, pada orang dengan diabetes, olahraga mengurangi tingkat

    gula darah. Olahraga juga mengurangi komplikasi kardiovaskuler akibat

    diabetes, termasuk tekanan darah tinggi, penyakit jantung, dan peradangan.

    2.1.7 Pencegahan

    Tindakan yang perlu dilakukan untuk mencegah timbulnya diabetes

    mellitus adalah melakukan modifikasis gaya hidup, diantaranya menurunkan

    berat badan, latihan fisik dan mengurangi konsumsi lemak dan kalori.

    Pencegahan primer bertujuan mencegah seseorang terserang penyakit

    diabetes dengan membiasakan makan dengan pola makan gizi seimbang.

  • 15

    Mempertahankan berat badan dalam batas normal, dengan melakukan

    pengukuran berat badan harus dilakuakn secara berkala. Pencegahan

    sekunder, pencegahan ini bertujuan mendeteksi diabetes secara dini,

    mencegah penyakit tidak menjadi lebih parah dan mencegah timbulnya

    kompliksi, hal yang perlu dilakukan yaitu, tetap melakukan pencegahan

    primer, pengendalian gula darah agar tidak terjadi komplikasi diabetes, dan

    mengatasi gula darah dengan obat-obatan baik oral maupun suntikan.

    Pencegahan tersier bertujuan mencegah kecacatan lebih lanjut dari

    komplikasi yang sudah terjadi, seperti pemeriksaan pembuluh darah pada

    mata (pemeriksaan otak, ginjal serta tungkai) (Suiraiko).

    2.2 Konsep Trigliserida.

    2.2.1 Definisi Trigliserida dan Klasifikasi

    Trigliserida atau lemak netral adalah suatu ester antara asam lemak dan

    gliserol yang ketiga radikal hidroksilnya diesterkan. Jadi, jelas bahwa lemak

    adalah suatu trigliserida (triasil gliserol). Selain trigliserida, juga dikenal

    digliserida (diasilgliserol) dan monogliserida (monoasil gliserol). Digliserida

    dan monogliserida, walaupun merupakan suatu ester, keduanya bukan lemak.

    Dalam sel-sel tubuh manusia, hewan atau tanaman, lemak atau trigliserida ini

    banyak kita jumpai. Lemak kasar yang diperoleh dari sel-sel hewan atau

    tanaman tidak murni dan kemungkinan mengandung hidrokarbon, fosfolipid,

    sterol, pigmen-pigmen yang larut, dan asam lemak bebas. Untuk

    mendapatkan lemak yang baik, lemak kasar di murnikan terlebih dahulu

    (Sumardjo. 2009).

    Trigliserida adalah simpanan lemak tubuh, juga terdapat pada aliran

    darah. Trigliserida adalah sumber energi, peningkatan kadar trigliserida

    merupakan faktor resiko penyakit jantung dan strok, terutama karena

    hubungannya dengan kadar kolesterol LDL tinggi dan atau resintensi insulin

  • 16

    (Peter, 2009). Trigliserida yaitu senyawa kimia yang terdiri dari ikatan gliserol

    dengan ikatan 3 molekul asam lemak.

    Gambar 2.2.1 Gugus Trigliserida (Erma. 2011)

    Asam-asam lemak dapat berasal dari tipe yang sama maupun yang tidak

    sama. Sifat trigliserida akan tergantung pada perbedaan asam-asam lemak

    yang bergabung untuk membentuk trigliserida. Perbedaan asam-asam lemak

    ini tergantung pada panjang rantai dan derajat kejenuhannya. Asam lemak

    yang memiliki rantai pendek memiliki titik leleh (melting point) yang lebih

    rendah dan lebih mudah larut dalam air. Sebaliknya, semakin panjang rantai

    asam-asam lemak,akan menyebabkan titik leleh yang lebih tinggi. Titik leleh

    juga tergantung pada derajat ketidak jenuhan. Asam-asam yang tidak jenuh

    memiliki titik leleh yang lebih rendah dibandingkan dengan asam-asam lemak

    jenuh yang memiliki panjang rantai serupa (Pahan. 2006). Menurut NCEP-

    ATP III kadar trigliserida di klasifikasikan sebagai berikut.

    Tabel 2.2.1 Klasifikasi Kadar Trigliserida

    Total Trigliserida (mg/dl) Katagori

  • 17

    Trigliserida akan meningkat dan mencapai puncaknya setelah 4-6 jam setelah

    makan dan kembali ke keadaan semula setelah 12 jam. Lipoprotein dangan

    trigliserida tinggi berasal dari dua sumber, yaitu usus dan hati. Usus

    memproduksi kilomikron setelah mencerna makanan yang mengandung

    lemak. Dalam peredarannya, trigliserida dari kilomikron dihidrolisa oleh

    lipoprotein lipase yang memecah lipoprotein ini menjadi kilomikron

    remnant.Kilomikron remnant lalu menuju hati memproduksi VLDL. VLDL

    mengalami lipolysis oleh lipoprotein lipase menjadi VLDL remnant. VLDL

    remnant sebagian menuju ke hati dan sebagian lag di ubah menjadi LDL. LDL

    sebagian besar ke hati dan sebagian lagi ke jaringan lain.

    Pada penderita kencing manis, terdapat dua ketidak normalan sistem

    metabolisme trigliserida, yaitu kelebihan produksi kolesterol jahat yang

    berbentuk kecil dan padat (VLDL), dan kelebihan pemecahan lemak sehingga

    lemak dalam aliran darah beredar bebas dalam jumlah yang banyak atau

    disebut sebagai lipolisis yang tidak efektif oleh lipoprotein lipase. Kedua

    kelainan ini akhirnya menyebabkan terjadinya peningkatan kadar trigliserida di

    atas normal atau di sebut sebagai hipertrigliseridemia. Trigliserida terletak di

    dalam tubuh manusia sebagai jaringan lemak (adipose) yang terserap oleh

    usus kemudian secara luas didistribusikan dan di sera di dalam tubuh.

    Sebelum diserap, trigliserida terlebih dahulu mengalami proses pemecahan

    atau hidrolisis menjadi glisel dan asam lemak bebas. Trigliserida yang

    terkandung di dalam makanan manusia berasal dari tumbuhan dan hewan.

    Apabila tubuh membutuhkan energi, maka enzim yang ada di dalam sel lemak

    tubuh (lipase) memecah trigliserida menjadi gliserol dan asam lemak lalu

    melepasnya ke dalam pembuluh darah, terutama pada sel-sel yang

    membutuhkan komponen ini. Trigliserida yang ada di pembuluh darah

    kemudian di bakar untuk menghasilkan energi, karbondioksida (CO2) dan air

  • 18

    (H2O). Trigliserida kemudian masuk ke dalam plasma darah dalam dua

    bentuk, yaitu sebagai kilomikron yang berasal dari penyerapan usus setalah

    makan lemak dan sebagai kolesterol jahat yang sangat kecil dan padat yang

    disebut sebagai VLDL. VLDL ini di bentuk oleh hati dengan bantuan insulin.

    Pada penderita diabetes melitus tipe 1 akibat kerusakan sel beta

    pankreas, kekurangan insulin akan menghambat kerja lipoprotein lipase

    sehingga katabolisme VLDL dan kilomikron berkurang, akibatnya trigliserida

    dan kolesterol menjadi meningkat dan kolesterol jahat berubah menjadi lebih

    padat atau kecil. Sedangkan pada penderita diabetes melitus tipe 2 terjadi

    karena resisten insulin perifer. Dampak dislipidemia adalah meningkatkan

    kilomikron, VLDL, trigliserida, LDL dan menurunkan HDL. Semakin insulin

    resisten, maka semakin meningkatkan produksi trigliserida dan VLDL di dalam

    hati.

    2.2.3 Kelainan Dislipidemia

    Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lemak yang ditandai dengan

    meningkat dan menurunnya kadar lemak berupa lipid atau lipoprotein dalam

    plasma darah. Lipid atau lemak adalah zat makanan yang dibutuhkan oleh

    tubuh dalam kadar tertentu. Dislipidemia yang utama adalah kenaikan kadar

    kolesterol total, kolesterol LDL, dan trigliserida disertai dengan penurunan

    kadar kolesterol HDL. Dislipidemia pada penderita diabetes melitus disebut

    sebagai dyslipidemia diabetik. Pada penderita diabetes melitus dengan kadar

    gula darah yang tinggi dan berlangsung lama di dalam darah, akan

    menyebabkan kerusakan jangka panjang, kegagalan fungsi beberapa organ

    tubuh terutama pada mata, ginjal, saraf, dan jantung, yang disebut disfungsi,

    yang banyak terjadinya dislipidemia. Selain itu, dislipidemia juga memicu

    seluruh jaringan yang menyimpan lemak, yang disebut sebagai adipose,

    terutama yang disebut sebagai lemak visceral di dalam tubuh, untuk terjadinya

  • 19

    penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah termasuk arterosklerosis.

    Lemak visceral juga berperan sebagai pengantar menurunkan kemampuan

    kerja insulin dalam menetralisasi kadar gula di dalam darah dengan cara

    meningkatkan kadar asam lemak bebas di dalam darah, yang berakibat

    ketidakseimbangan antara pemakaian dan produksi asam lemak, sehingga

    berdampak pada peningkatan kolesterol, penumpukan lemak pada berbagai

    pembuluh darah organ terutama hati, otot, jantung, pankreas dan ginjal

    (Lukman Waris Marewa. 2015).

    2.2.4 Pemeriksaan Trigliserida

    Pada pemeriksaan trigliserida dapat menggunakan serum ataupun

    plasma. Trigliserida serum di ambil 10µl di tambahkan 1000µ reagen

    trigliserida kemudian di homogenkan dan inkubasi selama 15 menit pada suhu

    25ºC, kemudian di ukur absorbannya pada panjang gelombang 546 nm. Cara

    yang sama juga di lakukan terhadap larutab standar dan blangko. Perhitungan

    konsentrasi trigliserida serum yaitu :

    Trigliserida = Sampel Standar

    Konsentrasi larutan standar yang di gunakan = 200 mg/dl

    Pemeriksaan trigliserida dapat menggunakan metode enzimatik

    kolorimetri dan enzimatik UV. Metode Kolorimetrik ini trigliserida akan

    dihidrolisa dengan enzimatis menjadi gliserol dan asam bebas. Dengan lipase

    khusus akan membentuk kompleks warna yang dapat diukur kadarnya

    menggunakan fotometer.

    Enzimatik Ultraviolet Uji ini menggunakan enzim lipase untuk

    menghidrolisis trigliserida yang menghasilkan gliserol, mono dan digliserida,

    dan asam lemak bebas. Semua menggunakan gliserol kinase (dan ATP)

    untuk memfosforilasi gliserol, membentuk ADP. Metode UV menggunakan

    X Konsentrasi standar

  • 20

    piruvat kinase untuk mengkatalisis transfer fosfat dari fosfoenolpiruvat kembali

    menjadi ADP. Enzim ini membentuk piruvat, yang di reduksi menjadi laktat

    dengan menggunakan laktat dehidrogenase dan NADH. NADH ini membentuk

    NAD (Robert R. 2002).

    2.2.5 Faktor Yang Mempengaruhi Peningkatan Trigliserida.

    1. Faktor kelainan genetik.

    2. Usia.

    3. Jenis kelamin, dalam keadaan normal pria memiliki kadar yang lebih

    tinggi

    4. Riwayat keluarga hiperlipidemia.

    5. Obesitas/kegemukan.

    6. Menu makanan yang mengandung asam lemak jenuh seperti

    mentega, es krim dan keju.

    7. Kurang melakukan olah raga.

    8. Penggunaan alkohol.

    9. Merokok

    10. Diabetes yang tidak terkontrol dengan baik.

    2.2.6 Cara Menurunkan Kadar Trigliserida

    1. Pantang gula dan manis-manisan.

    2. Diet karbohidrat dan komsumsi yang mengandung sayur.

    3. Tidak suntik insulin yang bukan semestinya (salah indikasi)

    4. Menurunkan berat badan.

    5. Pada penderita diabetes, dengan cara mengontrol diabetesnya

    dengan baik.

    6. Melakukan olah raga maksimal lima kali dalam satu minggu (Zulaikah.

    2016)

  • 21

    2.3 Hubungan Diabetes Mellitus Tipe 2 dengan Kadar Trigliserida

    Diabetes melitus merupakan faktor resiko terjadinya arterosklerosis dan PJK

    dimana kadar glukosa yang tinggi merangsang pembentukan glikogen. Sintesis

    asam lemak dan kolesterol dari glukosa, dalam keadaan kadar glukosa yang

    tinggi dan kerja insulin tidak bekerja dengan maksimal atau glukosa tidak dapat

    di serap oleh tubuh maka dapat mempercepat pembentukan trigliserida dalam

    hati sehingga trigliserida berkumpul dan menumpuk dalam darah dan pembuluh

    darah.

    Diabetes melitus tipe 2 ditemukan kadar kolesterol, trigliserida dan LDL

    mengalami peningkatan. Hal ini sesuai dengan teori bahwa resisten insulin pada

    penderita diabetes melitus tipe 2 menyebabkan peningkatan FFA sehingga FFA

    yang dimobilisasi ke hati meningkat. Akibat peningkatan FFA akan menyebabkan

    peningkatan produksi trigliserida dan VLDL di hati. Trigliserida dalam VLDL yang

    masuk dalam sirkulasi akan mengalami pertukaran dengan kolesteril ester pada

    inti LDL dan dihidrolasi oleh lipoprotein lipase maupun lipase hepar membentuk

    LDL. Penderita diabetes melitus tipe 2 rentan terhadap arterosklerosis dan

    komplikasi lainnya yang diperantarai oleh LDL. Pada diabetes melitus terjadi

    gangguan metabolisme lipid yang di tandai dengan peningkatan LDL dan

    trigliserida dan penurunan kadar HDL (Bahrun. 2013). Hasil uji korelatif antara

    kadar trigliserida dengan kadar HDL darah ditemukan korelasi negatif yang

    bermakna. Artinya semakin tinggi kadar trigliserida, semakin rendah kadar HDL

    dalam darah. Kekuatan korelasinya termasu rendah. Hal ini juga karena masih

    ada faktor lain yang mempengaruhi hal ini, sel hidup, dan lain-lain. Selain itu

    ditemukan korelasi positif yang bermakna antara kadar trigliserida dengan kadar

    kolesterol total, dengan kekuatan korelasi sedang. Oleh karena itu, kendali

    glikemik secara tidak langsung juga memberikan pengaruh terhadap penurunan

    HDL dan peningkatan kadar kolesterol (Rheza Priyadi. 2012).

  • 22

    BAB III

    KERANGKA KONSEPTUAL

    3.1 Kerangka Konsep

    Kerangka konsep merupakan model konseptual yang berkaitan dengan

    bagaimana seorang peneliti menyusun teori atau menghubungkan secara logis

    beberapa faktor yang di anggap penting untuk masalah (Novita, Rika, dan Miratu.

    2015).

    Penderita Diabetes Mellitus Diabetes Melitus Tipe 2

    Diabetes Melitus Tipe 1 Diabetes Melitus Tipe Lain

    Keterangan:

    Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Gambaran Trigliserida Pada Penderita

    Diabetes Mellitus Tipe 2

    Hiperglikemia

    Trigliserida LDL HDL

    Normal Ambang batas Tinggi Sangat tinggi

    Hipertrigliseridemia

    1. Arterosklerosis 2. Strok 3. PJK(Penyakit Jantung Koroner)

    Diteliti

    Tidak diteliti

    Mempengaruhi

    Garis hubung

    Pemeriksaan

    Trigliserida Serum

    Fotometer

    Metode GPO

    Dislipidemia

    Kolesterol

    22

  • 23

    3.2 Penjelasan Kerangka Konsep

    Peningkatan Trigliserida merupakan salah satu kelainan dislipidemia yang

    dapat di pengaruhi oleh terjadinya hiperglikemia. Hiperglikemia di bagi dalam

    beberapa tipe yaitu, diabetes melitus tipe 1, diabetes melitus tipe 2 dan diabetes

    melitus tipe lain. Diabetes melitus tipe 2 pada penelitian ini yang akan diteliti

    dengan cara pemeriksaan kadar trigliserida, sampel yang akan diteliti yaitu

    berupa serum penderita dan dibaca kadarnya dengan fotometer metode GPO

    (Gliserol 3-fosfat oksidase) yang akan di dapatkan hasil normal, ambang batas,

    tinggi, dan sangat tinggi. Pada kadar trigliserida yang tinggi dan sangat tinggi di

    sebut hipertrigliseridemia.

    Hipertrigliseridemia merupakan faktor pemicu terjadinya komplikasi

    seperti arterosklerosis, strok dan PJK, namun dalam hal ini tidak kami lakukan

    penelitian lebih lanjut.

  • 24

    BAB IV

    METODE PENELITIAN

    4.1 Waktu dan Tempat Penelitian

    4.2.1 Waktu Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan mulai dari perencanaan (penyusunan

    proposal) sampai dengan penyusunan laporan akhir, yaitu dari bulan

    Desember 2016 sampai bulan Juli 2017.

    4.2.2 Tempat Penelitian

    Penelitian ini dilakukan pada penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 di

    Puskesmas Mojoagung Kabupaten Jombang dengan pengujian kadar

    trigliserida pada penderita diabetes melitus tipe 2 yang dilaksanakan di

    laboratorium Puskesmas Mojoagung Kabupaten Jombang.

    4.2 Desain Penelitian

    Desain penelitian merupakan struktur konseptual yang diperlukan peneliti untuk

    menjalankan riset yang merupakan blueprint yang diperlukan untuk

    mengumpulkan, mengukur, dan menganalisis data dengan koefisien (Nasir,

    Muhith & Ideputri. 2011).

    Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif.

    Peneliti menggunakan desain ini, karena peneliti hanya ingin menggambarkan

    kadar trigliserida pada penderita diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas

    Mojoagung Kabupaten Jombang.

    4.3 Populasi, Sampel dan Sampling

    4.3.1 Populasi

    Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian atau objek yang akan

    diteliti (Notoatmodjo. 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

    penderita diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas Mojoagung, dengan jumlah

    24

  • 25

    rata-rata pasien penderita diabetes melitus tipe 2 setiap bulan sejumlah 61

    pasien.

    4.3.2 Sampel

    Sampel merupakan sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti dan

    dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo. 2010). Pada penelitian ini

    sampel yang diambil adalah penderita diabetes melitus tipe 2 di puskesmas

    mojoagung, Jombang yang menghadiri pemeriksaan rutin pada tanggal 15

    juni 2017 sejumlah 20 sampel.

    4.3.3 Sampling

    Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat

    mewakili populasi (Nursalam. 2008). Teknik pengambilan sampling yang di

    gunakan oleh peneliti ini adalah Accidental Sampling, merupakan teknik

    pengambilan kasus atau responden yang kebetulan ada atau tersedia di suatu

    tempat sesuai dengan konteks penelitian (Notoatmodjo. 2010).

    4.4 Intrumen Penelitian dan Prosedur Pemeriksaan

    4.4.1 Intrumen Penelitian

    Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk

    pengumpulan data (Notoatmodjo. 2010). Pada penelitian ini instrumen yang

    digunakan untuk data penunjang penelitian adalah lembar observasi. Lembar

    observasi merupakan pengumpulan data secara formal kepada subjek untuk

    menjawab pertanyaan secara tertulis (Nursalam. 2013). Peneliti memberikan

    lembar persetujan kepada responden, dan responden menjawab pertanyaan

    pada lembar koesioner sebagai syarat penelitian. sedangkan instrumen utama

    adalah pemeriksaan trigliserida, alat dan bahan yang digunakan untuk

    pemeriksaan kadar trigliserida adalah sebagai berikut :

  • 26

    Alat Bahan

    1. Spuit injeksi 3 ml 1. Alkohol 70%

    2. Tourniquet 2. Aquades

    3. Kapas 3. Serum

    4. Tabung reaksi 4. Reagen trigliserida.

    5. Rak tabung reaksi

    6. Pipet tetes

    7. Centrifuge

    8. Tabung serologi

    9. Photometer

    10. Pipet mikrometer 5-50 µl.

    4.4.2 Prosedur Pemeriksaan

    Metode pemeriksaan : gliserol-3-pospat-oksidase (GPO).

    Prinsip : Penentuan trigliserida setelah pemecahan enzimatik dengan

    lipoprotein lipase. Indikatornya adalah quinoneimine yang dihasilkan dari

    4-aminoantipyrine dan 4-chlorophenol oleh hydrogen peroxide di bawah

    aksi katalitik peroksidase.

    Prosedur pemeriksaan trigliserida :

    1. Pengambilan Darah Vena.

    1) Pengambilan darah dilakukan pada salah satu vena cubiti.

    2) Membendung lengan pada bagian atas dengan torniquet supaya vena

    terlihat dengan jelas.

    3) Mengdisinfeksikan lokasi yang akan di ambil dengan alkohol 70% dan

    dibiarkan kering kembali.

    4) Menusukkan jarum pada lokasi yang telah disinfeksi sampai mengenai

    vena, dengan lubangg jarum di atas.

  • 27

    5) Meregangkan bendungan dan perlahan-lahan penghisap spuit ditarik

    sampai didapatkan jumlah darah 3 ml.

    6) Melepaskan pembendung serta meletakkan kapas di atas jarum dengan

    spuit dicabut perlahan-lahan.

    7) Selanjutnya jarum dipisahkan dari spuit dan darah dialirkan ke dalam

    tabung reaksi yang sudah diberi label, bersih, dan kering melalui dinding

    tabung.

    2. Cara Pembuatan Serum

    1) Darah yang telah di masukkan pada tabung dibiarkan selama 10-20

    menit.

    2) Darah disentrifuge selama 15 menit dengan kecepatan 3000 rpm.

    3) Memisahkan serum dari endapan sel darah merah dengan cara dipipet

    dan ditampung dalam tabung reaksi yang bersih dan kering.

    3. Cara Pemeriksaan Trigliserida

    1) Menyiapkan tiga tabung reaksi dan dipipet sebagai berikut:

    Tabel 4.4.2 Prosedur Pemeriksaan Trigliserida

    Tabung Blangko Standar Sampel Monoreagen 1000 µl 1000 µl 1000 µl Sampel - - 10 µl

    Standar - 10 µl -

    2) Mencampur dan menginkubasi selama 15 menit dalam suhu ruang (16-

    25ºC) atau 5 menit dalam suhu 37ºC.

    3) Membaca absorbansi sampel dan standar pada panjang gelombang 546

    nm.

    4.5 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

    4.5.1 Pengolahan Data

    Setelah data terkumpul, maka dilakukan pengolahan data melalui

    tahapan editing, coding, dan tabulating.

  • 28

    1. Editing

    Adalah suatu kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian formolir

    atau kuesioner (Notoatmodjo. 2010). Pada proses editing ini akan diteliti

    lembar formulir kuesioner dengan cara pengecekan kembali setelah lembar

    kuesioner di terima oleh peneliti, pengecekan tersebut di lakukan pada saat

    itu juga dan di tempat itu juga.

    2. Coding.

    Yaitu pengubahan data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka

    atau bilangan (Notoatmodjo. 2010). Pada penelitian ini peneliti memberikan

    kode sebagai berikut.

    1) Responden

    Responden no. 1 kode R1

    Responden no. 2 kode R2

    Responden no. n kode Rn

    2) Jenis Kelamin

    Laki-laki Kode L

    Perempuan Kode P

    3) Umur Kode U

    40-55 Kode U1

    56-75 Kode U2

    3. Tabulating.

    Yaitu membuat tabel data, sesuai dengan tujuan penelitian atau yang

    diinginkan oleh peneliti (Notoatmodjo. 2010). Dalam penelitian ini data

    disajikan dalam bentuk tabel sesuai dengan jenis variabel yang diolah yaitu

    hasil pemeriksaan kadar trigliserida pada penderita diabetes melitus tipe 2.

  • 29

    4.5.2 Analisis Data

    Analisa data dalam penelitian ini akan disajikan dalam bentuk tabel yang

    menunjukkan kadar trigliserida pada penderita diabetes mellitus tipe 2,

    sehinnga menghasilkan tujuan dari penelitian, dan hasil yang diperoleh akan

    dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut ini :

    P = x 100 %

    Keterangan :

    P : Persentase

    f : Frekuensi hasil pemeriksaan peningkatan kadar trigliserida

    N : Jumlah sampel yang diteliti

    Setelah diketahui persentase perhitungan, kemudian ditafsirkan dengan

    kriteria sebagai berikut :

    76-100% : Hampir seluruh responden

    51-75 % : Sebagian besar responden

    50% : Setengah responden

    26-49% : Hampir setengah responden

    1-25% : Sebagian kecil responden

    0% : Tidak ada satupun responden

    4.6 Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel.

    4.6.1 Identifikasi Variabel

    Variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja, yang di

    tetapkan oleh peneliti untuk di pelajari, sehingga di peroleh informasi hal

    tersebut kemudian di tarik kesimpulannya (Asep dan Bahrudin. 2014).

    Variabel yang digunakan dalam pelelitian ini adalah kadar trigliserida pada

    penderita diabetes melitus tipe 2.

  • 30

    4.6.2 Definisi Operasional Variabel.

    Definisi operasional yaitu variabel dapat diukur dengan menggunakan

    instrumen atau alat ukur, maka variabel harus diberi batasan atau definisi

    yang operasioanl (Notoatmodjo. 2010). Definisi operasional variabel pada

    penelitian ini dapat di gambarkan sebagai besrikut :

    Tabel 4.6 Definisi operasional variabel kadar trigliserida pada penderita diabetes melitus tipe 2.

    Variabel Devinisi Operasional

    Alat Ukur Skala Katagori

    Kadar trigliserida pada penderita diabetes melitus tipe 2

    Banyaknya jumlah trigliserida dalam darah vena pada penderita diabetes melitus tipe 2.

    Observasi dengan pemerksaan trigliserida pada Fotometer dengan metode GPO

    Rasio Normal, (

  • 31

    4.7 Kerangka Kerja (Frame Work)

    Kerangka kerja merupakan langkah-langkah dalam aktivitas ilmiah, mulai dari

    penetapan populasi, sampel, dan seterusnya, yaitu kegiatan sejak awal

    dilaksanakannya penelitian (Nursalam. 2008).

    Kerangka kerja dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

    Identifikasi Masalah

    Desain

    PenelitianDeskript

    if

    PopulasiSemua Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Puskesmas Mojoagung, Jombang sejumlah 61

    penderita

    Sampel Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 di Puskesmas Mojoagung, Jombang yang menghadiri

    pemeriksaan rutin pada tanggal 15 Juni 2017 sejumlah 20 sampel

    Sampling Accidental

    Sampling

    Pengumpul Data Pengambilan sampel darah dan pemeriksaan trigliserida

    Pengolahan dan Analisa

    DataEditing, Coding dan

    Tabulating

    Penyusunan Laporan Akhir

    Gambar 4.7 Kerangka kerja pemeriksaan kadar trigliserida pada penderita diabetes

    melitus tipe 2 di Puskesmas Mojoagung, Jombang.

  • 32

    4.8 Etika Penelitan

    4.8.1 Informed Consent (lembar Persetujuan)

    Informed consent diberikan sebelum penelitian dilakukan pada subjek

    penelitian diberitahu tentang maksud dan tujuan penelitian, jika subjek

    bersedia responden menandatangani lembar persetujuan

    4.8.2 Anonymity (Tanpa Nama)

    Responden tidak perlu mencantumkan namanya pada lembar

    pengumpulan data cukup menulis nomor responden atau inisial unuk

    menjamin kerahasiaan identitas.

    4.8.3 Confidentiality (Kerahasiaan)

    Kerahasiaan informasi yang diperoleh dari responden akan dijamin

    kerahasiaan oleh peneliti, penyajian data atau hasil penelitian hanya

    ditampilkan pada forum akademi.

  • 33

    BAB V

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Pada bab ini penulis akan menampilkan data responden dan pembahsan

    dari hasil penelitian dengan judul Pemeriksaan Kadar Trigliserida Pada Penderita

    Diabetes Melitus Tipe 2 yang di laksanakan di Puskesmas Mojoagung, Jombang

    pada bulan juni 2017.

    5.1 Hasil Penelitian

    5.1.1 Gambaran Umum Puskesmas Mojoagung

    Secara geografis, Puskesmas Mojoagung terletak pada bagian

    timur wilayah Kabupaten Jombang yang berbatasan dengan

    Kabupaten Mojokerto di Jalan raya Miagan No.327 Mojoagung

    Jombang 61482. Adapun batas-batas wilayah kerja Puskesmas

    Mojoagung adalah:Sebelah utara berbatasan dengan Kec. Sumobito

    dan Wilayah kerja Puskesmas Gambiran, sebelah timur berbatasan

    dengan Kec. Trowulan Kab. Mojokerto, sebelah barat berbatasan

    dengan Kec. Jogoroto dan, sebelah selatan berbatasan dengan Kec.

    Mojowarno.

    Berdasarkan batas wilayah kerja di atas maka wilayah kerja

    Puskesmas Mojoagung meliputi 10 desa/kelurahan antara lain, Desa

    miagan, Desa Mojotrisno, Desa tanggalrejo, Desa dukuh dimoro, Desa

    dukuh mojo, Desa karangwinongan, Desa kademangan, Desa kedung

    lumpang, Desa murukan, Desa saketi.

    Puskesmas ini menjadi salah satu puskesmas yang diunggulkan

    oleh Pemerintah Kabupaten Jombang karena Puskesmas Mojoagung

    memiliki keunggulan yaitu, Pelayanan Kesehatan Komplementer,

    Taman Pemulihan Gizi (TPG), Pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual

    33

  • 34

    dengan Asam Asetat) serta pengobatan Cryo Terapy, General Medical

    Check-Up (GMC), Tb rujukan, Pemdidikan Pelatihan oleh mahasiswa.

    Berdasarkan perencanaan yang telah ditetapkan sejak tahun 2004

    yang lalu maka tahapan puskesmas mojoagung direncanakan sebagai

    berikut, Puskesmas Plus 2004-2005, Puskesmas Idaman 2005-2006,

    Puskesmas Idola 2007-2011 dengan ISO 9001-2008, Puskesmas

    terpercaya 2012 dan saat ini Puskesmas Mojoagung telah

    memperoleh sertifikat sebagai puskesmas terakreditasi.

    Pelayanan laboratorium di Puskesmas Mojoagung meliputi

    pemeriksaan laboratorium sederhana (Darahlengkap, Urin lengkap,

    Feses lengkap, Serologi, BTA, dan Malaria) dan kimia klinik.

    5.1.2 Data Umum

    1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

    Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Responden di Puskesmas Mojoagung Jombang pada Bulan Juni 2017

    No Umur Frekuensi Persentase (%)

    1 40-55 9 45 2 56-75 11 55

    Jumlah 20 100

    Sumber: Data Primer 2017

    Berdasarkan tabel 5.1. menunjukkan bahwa sebagian besar

    responden berumur 56-75 dengan frekuensi 11 responden (55%).

    2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

    Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin Responden di Puskesmas Mojoagung pada Bulan Juni 2017

    No Jenis Kelamin frekuensi Persentase (%)

    1 Laki-laki 5 25

    2 Perempuan 15 75

    Jumlah 20 100

    Sumber: Data Primer 2017

  • 35

    Berdasarkan tabel 5.2 menunjukkan bahwa hampir seluruh

    responden berjenis kelamin perempuan dengan frekuensi 15

    responden (75%)

    3. Karakteristik Responden Berdasarkan Riwayat Keturunan Diabetes

    Melitus

    Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Riwayat Keturunan di Puskesmas Mojoagung Jombang pada Bulan Juni 2017

    No Riwayat Keturunan Frekuensi Persentase (%)

    1 Iya 6 30

    2 Tidak 14 70

    Jumlah 20 100

    Sumber: Data Primer 2017

    Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan bahwa hampir seluruh

    responden tidak memiliki riwayat keturunan dengan frekuensi 14

    responden (70%).

    4. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Menderita Diabetes

    Melitus.

    Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Lama Menderita di Puskesmas Mojoagung Jombang pada Bulan Juni 2017

    No. Lama Menderita Frekuensi Persentase (%)

    1 5 Tahun 12 60

    Jumlah 20 100

    Sumber: Data Primer 2017

    Berdasarkan tabel 5.4 menunjukkan bahwa sebagian besar

    responden menderita >5 tahun dengan frekuensi 12 responden

    (60%).

    5. Karakteristik Responden Berdasarkan Melakukan Olah Raga

    Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Melakukan Olah Raga di Puskesmas Mojoagung Jombang pada Bulan Juni 2017

    No. Olah Raga Frekuensi Persentase (%)

    1 Iya 11 55 2 Tidak 2 10 3 Jarang 7 35

    Jumlah 20 100

    Sumber: Data Primer 2017

  • 36

    Berdasarkan tabel 5.5 menunjukkan bahwa sebagian besar

    responden melakukan olah raga dengan frekuensi 11 responden

    (55%)

    6. Karakteristik Responden Berdasarkan Konsumsi Obat Diabetes

    Melitus

    Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Konsumsi Obat Diabetes Melitus di Puskesmas Mojoagung Jombang pada Bulan Juni

    2017

    No. Konsumsi Obat Frekuensi Persentase (%)

    1 Iya 19 95 2 Tidak 1 5 3 Jarang 0 0

    Jumlah 20 100

    Sumber: Data Primer 2017

    Berdasarkan tabel 5.6 menunjukkan bahwa hampir seluruh

    responden konsumsi obat diabetes dengan frekuensi 19 responden

    (95%).

    7. Karakteristik Responden Berdasarkan Monitoring Secara Rutin

    Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Monitoring Secara Rutin di Puskesmas Mojoagung Jombang pada Bulan juni 2017

    No. Monitoring Secara Rutin

    Frekuensi Persentase (%)

    1 Iya 19 95 2 Tidak 1 5

    Jumlah 20 100

    Sumber: Data Primer 2017

    Berdasarkan tabel 5.7 menunjukkan bahwa hampir seluruh

    responden memonitoring secara rutin dengan frekuensi 19

    responden (95%).

    5.1.3 Data Khusus

    Kadar trigliserida pada penderita diabetes melitus tipe 2

    dikatagorikan menjadi normal, ambang batas, tinggi, dan sangat

    tinggi yang dapat dilihat pada tabel 5.8

  • 37

    Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kadar Trigliserida pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Puskesmas Mojoagung Jombang pada Bulan Juni 2017

    No. Kadar Trigliserida Frekuensi Persentase (%)

    1 Normal 13 65 2 Ambang Batas 5 20 3 Tinggi 2 10 4 Sangat Tinggi 0 0

    Jumlah 20 100

    Sumber: Data Primer 2017

    Berdasarkan tabel 5.8 menunjukkan bahwa sebagian besar

    responden memiliki kadar trigliserida normal dengan 13 frekuensi

    (65%), sebagian kecil responden memiliki kadar trigliserida ambang

    batas tinggi dengan 5 frekuensi (20%), dan sebagian kecil

    responden memiliki kadar trigliserida tinggi dengan 2 frekuensi

    (10%).

    5.2 Pembahasan

    Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.8 yang telah dilakukan peneliti,

    menunjukkan hasil pemeriksaan kadar trigliserida pada penderita diabetes

    melitus tipe 2 sebanyak 20 responden di Puskesmas Mojoagung Jombang yang

    diambil secara Accidental Sampling. Diperoleh sebagian besar responden

    memiliki kadar trigliserida normal sebanyak 13 responden (65%), sebagian kecil

    responden memiliki kadar trigliserida ambang batas tinggi sebanyak 5 responden

    (20%), sebagian kecil responden memiliki kadar trigliserida tinggi sebanyak 2

    responden (10%), dan tidak ada satupun responden memiliki kadar trigliserida

    sangat tinggi sebanyak 0 responden (0%).

    Berdasarkan hasil penelitian sebagian besar responden memiliki kadar

    trigliserida normal, hal tersebut dapat di lihat pada tabel 5.6 menunjukkan bahwa

    hampir seluruh responden konsumsi obat diabetes dan dapat dilihat pada tabel

    5.7 menunjukkan bahwa hampir seluruh responden memonitoring secara rutin,

  • 38

    penderita mengikuti kegiatan yang di programkan oleh Puskesmas untuk

    mengelola penyakit diabetes melitus agar kualiitas hidup penderita diabetes

    melitus lebih baik, seperti kegiatan olah raga, edukasi, mengontrol kadar gula

    secara taratur serta menjalani pengobatan secara teratur, sehingga komplikasi

    diabetes melitus bisa dihindari seperti terjadinya hipertrigliseridemia yang bisa

    mengakibatkan aterosklerosis.

    Menurut Lukman dislipidemia pada penderita diabetes melitus disebut

    sebagai dyslipidemia diabetik dimana keadaan ini memicu seluruh jaringan yang

    menyimpan lemak yang di sebut adipose, terutama yang disebut sebagai lemak

    visceral di dalam tubuh untuk terjadinya penyempitan dan penyumbatan

    pembuluh darah termasuk arterosklerosis (Lukman. 2015). Sedangkan cara

    mencegah dan menurunkan tingginya kadar trigliserida yaitu dengan

    menghindari atau pantang mengkonsumsi gula dan manis-manisan, melakukan

    diet serta banyak mengkomsumsi sayuran, tidak suntik insulin yang bukan

    semestinya, menurunkan berat badan, mengontrol diabetesnya dengan baik

    serta melakukan olah raga maksimal lima kali dalam satu minggu (Zulaikah.

    2016).

    Berdasarkan pada tabel 5.8 menunjukkan bahwa sebagian kecil responden

    memiliki kadar trigliserida katagori ambang batas tinggi sebanyakk 5 responden

    (20%). Hal ini dikarenakan responden tidak menjaga pola makan yang sehat

    serta gaya hidup yang kurang baik.

    Menurut Suiraiko faktor resiko pada penderita diabetes dikelompokkan

    menjadi 2 yaitu, faktor yang tidak bisa di ubah dan faktor yang dimodifikasi atau

    di ubah, pada faktor modifikasi penderita tidak menjaga pola makan cenderung

    berlebih sehingga menyebabkan timbulnya obesitas, aktivitas fisik yang kurang

    gerak menyebabkan kurangnya pembakaran energi oleh tubuh sehingga

    kelebihan energi dalam tubuh akan disimpan dalam bentuk lemak dalam tubuh,

  • 39

    keadaan stres mengarah pada kenaikan berat badan terutama pada kortisol,

    hormon stres utama. Kortisol yang tinggi menyebabkan peningkatan trigliserida

    darah, serta pemkaian obat-obatan golongan kartikosteroid dalam jangka waktu

    lama (Suiraiko. 2012).

    Berdasarkan tabel 5.8 menunjukkan bahwa sebagian kecil responden

    memiliki kadar trigliserida katagori tinggi sebanyak 2 respponden (10%). Hal ini di

    karenakan penderita mengkomsumsi makanan yang banyak mengandung

    karbohidrat serta lemak.

    Menurut Lukman trigliserida merupakan cadangan energi yang penting dari

    lipid yang utama pada manusia, yaitu sekitar 90% jaringan lemak tubuh. Semakin

    tinggi konsenttrasi trigliserida , maka semakin rendah kepadatan dari lipoprotein.

    Trigliserida akan meningkat dan mencapai puncaknya setelah 4-6 jam setelah

    makan dan kembali keadaan semula setelah 12 jam. Lipoprotein dengan

    trigliserida tinggi berasal dari dua sumper yaitu, usus dan hati. Usus

    memproduksi kilomikron setelah mencerna makanan yang mengandung lemak.

    Dalam peredarannya, trigliserida dari kilomikron dihidrolisa oleh lipoprotein lipase

    yang memecah lipoprotein ini menjadi kilomikron remnant. kilomikron remnant

    lalu menuju hati memproduksi VLDL. VLDL mengalami lipolysis oleh lipoprotein

    lipase menjadi VLDL remnant. VLDL remnant sebagian menuju ke hati dan

    sebagian di ubah menjadi LDL. LDL sebagian besar ke hati dan sebagian ke

    jaringan lain. Pada penderita kencing manis, terdapat dua ketidak normalan

    sistem metabolisme trigliserida, yaitu kelebihan produksi kolesterol jahat yang

    berbentuk kecil dan padat (VLDL), dan kelebihan pemecahan lemak sehingga

    lemak dalam aliran darah beredar bebas dalam jumlah yang banyak atau disebut

    sebagai lipolisis yang tidak efektif oleh lipoprotein lipase. Kedua kelaianan ini

    akhirnya menyebabkan terjadinya peningkatan kadar trigliserida di atas normal

    atau disebut sebagai hipertrigliseridemia. Pada penderita diabetes melitus tipe 2

  • 40

    terjadi karena resisten insulin perifer dan bertampak pada kelaina dislipidemia

    yang akan meningkatkan trigliserida, LDL, VLDL, dan menurunnya HDL.

    Semakin insulin resisten maka semakin meningkatkan produksi trigliserida dan

    VLDL di dalam hati (Lukman. 2015).

  • 41

    BAB VI

    KESIMPULAN DAN SARAN

    6.1 Kesimpulan

    Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dari 20 responden sebagian

    besar responden memiliki kadar trigliserida normal.

    6.2 Saran

    6.2.1 Bagi Penderita Diabetes Millitus tipe 2

    Diharapkan penderita diabetes mellitus tipe 2 dengan kadar trigliserida

    katagori normal tetap mempertahankan kadar trigliserida dan tetap secara

    rutin memeriksakan dan mengontrol kadar gula darah, sedangkan pada

    penderita diabetes melitus tipe 2 dengan kadar trigliserida katagori ambang

    batas tinggi dan kadar trigliserida katagori tinggi diharapkan dapat menjaga

    pola makan, olah raga, melakukan diet, menghindari makanan yang banyak

    mengandung karbohidrat, komsumsi obat dan memeriksakan kadar

    trigliserida secara berkala, sehingga dapat mencegah trigliserida dalam darah

    meningkat dan menghindari faktor resiko terhadap penyakit komplikasi akibat

    hipetrigliseridemia.

    6.2.2 Bagi Analis Kesehatan

    Diharapkan tenaga analis kesehatan dapat melakukan pemeriksaan

    dengan benar dan teliti agar didapat hasil yang tepat dan akurat serta dapat

    memberikan edukasi tentang hipertrigliseridemia pada penderita diabetes

    melitus tipe 2.

    6.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya

    Diharapkan dapat menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya dan untuk

    pengembangan penelitian selanjutnya dengan tema faktor-faktor yang

    41

  • 42

    mempengaruhi peningkatan trigliserida pada penderita diabetes melitus tipe

    2.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Alfred Dr. Sutrisno Sp. BS (2007). Stroke???Sebaiknya Anda Tahu sebelum

    Anda Terserang Stroke.

    Apriaji, dan Sumantri. (2014). Hypercoagulable State dan Diabetes Melitus Tipe

    2: Korelasi antara Fibrinogen dan HbA1c.

    Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang 2012, Profil Kesehatan Kabupaten

    Jombang, Jombang, Diakses tanggal 19 Nopember 2016.

    Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang 2013, Profil Kesehatan Kabupaten

    Jombang, Jombnag, Diakses tanggal 19 Nopember 2016.

    Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang 2014, Profil Kesehatan Kabupaten

    Jombang, Jomang, Diakses tanggal 20 Nopember 2016.

    Ratnasari Ekawati E (2012). Hubungan Kadar Glukosa darah Terhadap

    Hypertriglyceridemia Pada Penderita Diabetes Mellitus. Fakultas Sains

    dan Teknologi, Universitas Airlangga. Surabaya.

    Fauziah dan Suryanto (2012). Perbedaan Kadar Trigliserid pada Penderita

    Diabetes Melitus Tipe 2 Terkontrol dengan Diabetes Melitus Tipe 2 Tidak

    Terkontrol. Fakultas Kedokteran dan Ilmu kesehatan, Universitas

    Muhammadiyah Yogyakarta.

    Haryanto Jane (2012). Efek Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.)

    Terhadap Kadar Trigliserida Tikus Jantan Wistar.

    Hasdianah Dr. H.R. (2012). Mengenal Diabetes Mellitus Pada Orang Dewasa

    dan Anak-anak dengan Solusi Herbal. Penerbit: Nuha Medika, Cetakan I,

    Yogyakarta

    Kurniawan, Bahrun. (2013). Kadar oxLDL pada Penderita Diabetes Melitus Tipe

    2 Terkontrol dan Tidak Terkontrol. Universitas Hasanuddin Makasar.

    Kementerian Kesehatan RI 2014, Situasi dan Analisis Diabetes, Jakarta Selatan.

    Konsensus Pengolahan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia

    201 Penerbit PB PERKENI. Di Akses tangal 22 Desember 2016.

    http://pbperkeni.or.id/newperkeni/panduan-guideline/ .

    Nisfatul, dan Suryanto. (2012). Perbedaan Kadar Trigliserida pada Penderita

    Diabetes Melitus Tipe 2 Terkontrol dengan Diabetes Melitus Tipe 2

    Tidak Terkontrol. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

    Nursalam (2008), Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu

    Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta.

    Notoadmodjo, S. Prof. Dr (2010), Metodelogi Penelitian Kesehatan. Penerbit PT Rineka Cipta, Jakarta.

    Perkumpulan Endrokinologi Indonesia (2015). Pengolahan Dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Indonesia. Penerbit: PB PERKENI.

    http://pbperkeni.or.id/newperkeni/panduan-guideline/

  • Priyadi, dan Ratna. (2012). Hubungan Antara Kendali Glikemik dengan Profil

    Lipid pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2. Denpasar:

    Parning, Horale, & Tiopan (2006), KIMIA. Yudistira.

    Pahan, I (2006), Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Puspa Swara, Jakarta.

    Peter, Dr. J. , D’Adamo, dan Catherine, W (2009), Memerangi Diabetes Melalui

    Diet Golongan Darah. Cetakan I, Penerbit PT Bentang Pusta,

    Yogyakarta.

    Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia (2013). Pedoman

    Tatalaksana Dislipidemia.

    Ratnasari, E. (2012). Hubungan Kadar Glukosa Darah Terhadap

    Hypertriglyceridemia pada Penderita Diabetes Mellitus.Universitas

    Airlangga.

    Rubenstein, Wayne, D. , & John (2007), Lecture Notes Kedokteran Klinis. Edisi

    Keenam, Peterbit Erlangga.

    Suiraoka IP. (2012). Penyakit Degeneratif Mengenaln Mencegah, dan

    Mengurangi Faktor Resiko 9 Penyakit Degeneratif. Penerbit: Nuha

    Medika, Cetakan I, Yogyakarta

    Syahrizal (2014), Hubungan Kadar Trigliserida dengan Kejadian Stroke Iskemik

    di RSUD SUKOHARJO. Fakultas Kedokteran Universitas

    Muhammadiyah: Surakarta.

    Sumardjo, D (2009), Pengantar Kimia Buku Panduan Kuliah Mahasiswa

    Kedokteran dan Program Strata I Fakultas Bioeksakta. Cetakan

    Pertama, Penerbit Buku Kedokteran EGC.

    Saepul Hamdi, dan Bahruddin, E (2014), Metode Pendidikan Kuantitatif Aplikasi

    Dalam Pendidikan. Edisi Pertama, Penerbit Deepublish.

    Waris, dan Lukman. (2015), Kencing Manis(Diabetes Melitus) di Sulawesi

    Selatan. Edisi Pertama, Penerbit Yayasan Pustaka Obor Indonesia,

    Jakarta.

    Zulaika, S (2016), Pola Hubungan Antara Kadar Kolesterol dengan Trigliserida. Prodi Analis Kesehatan-AAKMAL, Malang.

  • INFORMED CONSENT

    (Lembar Persetujuan)

    Pernyataan Kesediaan menjadi Responden Penelitian :

    Pemeriksaan Kadar Trigliserida Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2

    (studi di Puskesmas Mojoagung Kabupaten Jombang)

    Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

    No Responden : ...............................................................................

    Alamat : ...............................................................................

    Menyatakan bersedia dan berpartisipasi menjadi responden

    penelitian yang akan dilakukan oleh Irma Ayulia Kartini, mahasiswa dari

    Program Studi DIII Analis Kesehatan STIKes ICMe Jombang.

    Dengan pernyataan ini saya tanda tangani untuk dapat dipergunakan

    seperlunya dan apabila di kemudian hari terdapat perubahan atau

    keberatan, maka saya dapat mengajukan kembali hal keberatan tersebut.

    Jombang, Juni 2017

    Responden

    Lampiran 1

  • KUESIONER SECARA UMUM

    IDENTITAS RESPONDEN

    No. Responden :

    Jenis Kelamin :

    I. Aspek Perilaku Penderita DM Tipe 2 responden

    Berilah tanda centang ( √ ) pada kolom di bawah ini.

    1) Apakah mempunyai keturunan Diabetes Melitus?

    1. Ya

    2. Tidak

    2) Berapakah umur penderita diabetes melitus tipe 2?

    1. 40-55 Tahun

    2. 56-75 Tahun

    3) Berapa tahun menderita Diabetes Melitus?

    1. 5 Tahun

    4) Apakah melakukan olah raga rutin?

    1. Iya

    2. Tidak

    3. Jarang

    5) Apakah mengkonsumsi obat-obatan Diabetes Melitus secara

    teratur?

    1. Iya

    2. Tidak

    3. Jarang

    6) Apakah melakukan monitoring gula darah secara rutin?Tiap

    bulan?

    1. Iya

    2. Tidak

    Lampiran 2

  • STANDART OPERASIONAL PROSEDUR

    PEMERIKSAAN KADAR TRIGLISERIDA PADA PENDERITA

    DIABETES MELITUS TIPE 2

    (Studi di Puskesma Mojoagung Kabupaten Jombang)

    A. Prosedur Pemeriksaan Kadar Trigliserida.

    4. Pengambilan Darah Vena.

    8) Pengambilan darah dilakukan pada salah satu vena cubiti.

    9) Membendung lengan pada bagian atas dengan torniquet supaya

    vena terlihat dengan jelas.

    10) Mengdisinfeksikan lokasi yang akan di ambil dengan alkohol 70%

    dan dibiarkan kering kembali.

    11) Menusukkan jarum pada lokasi yang telah disinfeksi sampai

    mengenai vena, dengan lubangg jarum di atas.

    12) Meregangkan bendungan dan perlahan-lahan penghisap spuit

    ditarik sampai didapatkan jumlah darah 3 ml.

    13) Melepaskan pembendung serta meletakkan kapas di atas jarum

    dengan spuit dicabut perlahan-lahan.

    14) Selanjutnya jarum dipisahkan dari spuit dan darah dialirkan ke

    dalam tabung reaksi yang sudah diberi label, bersih, dan kering

    melalui dinding tabung.

    5. Cara Pembuatan Serum

    4) Darah yang telah di masukkan pada tabung dibiarkan selama 10-20

    menit.

    5) Darah disentrifuge selama 15 menit dengan kecepatan 3000 rpm.

    Lampiran 3

  • 6) Memisahkan serum dari endapan sel darah merah dengan cara

    dipipet dan ditampung dalam tabung reaksi yang bersih dan kering.

    6. Cara Pemeriksaan Trigliserida

    4) Menyiapkan tiga tabung reaksi dan dipipet sebagai berikut:

    Tabel 2.2.6 Prosedur Pemeriksaan Trigliserida

    Tabung Blangko Standar Sampel Monoreagen 1000 µl 1000 µl 1000 µl Sampel - - 10 µl

    Standar - 11 µl -

    5) Mencampur dan menginkubasi selama 15 menit dalam suhu ruang

    (16-25ºC) atau 5 menit dalam suhu 37ºC.

    6) Membaca absorbansi sampel dan standar pada panjang

    gelombang 546 nm.

    Lampiran 3

  • LEMBAR OBSERVASI

    Pemeriksaan Kadar Trigliserida pada Penderita Dia