“pemeriksaan kadar trigliserida pada penderita diabetes ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/287/1/kti...
Embed Size (px)
TRANSCRIPT
-
i
“PEMERIKSAAN KADAR Trigliserida PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2”
(Studi di Puskesmas Mojoagung Kabupaten Jombang)
KARYA TULIS ILMIAH
IRMA AYULIA KARTINI
141310054
PROGAM STUDI DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN SEKOLAH TINGGI KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG
2017
-
ii
PEMERIKSAAN KADAR TRIGLISERIDA PADA PENDERITA
DIABETES MELLITUS TIPE 2
( Studi di Puskesmas Mojoagung Kabupaten Jombang)
Karya Tulis Ilmiah
Diajukan dalam rangka memenuhi persyaratan menyelesaikan
Studi Diploma III Analis Kesehatan pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Insan Cendekia Medika Jombang
IRMA AYULIA KARTINI
141310054
PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG 2017
-
iii
ABSTRAK
PEMERIKSAAN KADAR TRIGLISERIDA PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2
(Studi di Puskesmas Mojoagung Kabupaten Jombang)
Oleh: Irma Ayulia Kartini
Diabetes Mellitus Tipe 2 merupakan keadaan yang banyak di alami masyarakat, dimana keadaan glukosa dalam darah meningkat dan menimbulkan gangguan metabolisme lemak, sehingga mempercepat peningkatan kadar trigliserida dalam hati. Kadar trigliserida akan meningkat ketika mengalami peningkatan berat badan dan komsumsi makanan dengan kadar gula tinggi, pada keadaan diabetes melitus mengalami peningkatan kadar trigliserida yang di sebut hipertrigliseridemia. Rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana kadar trigliserida pada penderita diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas Mojoagung Jombang. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui kadar trigliserida pada penderita diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas Mojoagung Jombang. Desain penelitian adalah Deskriptif. Populasi dalam penelitian ini semua penderita diabetes melitus tipe 2 sejumlah 61 penderita, Sampel dalam penelitian ini adalah 20 penderita diabetes mellitus tipe 2 di puskesmas mojoagung jombang, yang di ambil secara Accidental Sampling. Variabel dalam penelitian ini adalah kadar trigliserida dengan menggunakan alat ukur berupa observasi. Berdasarkan penelitian ini diketahui bahwa dari 20 responden sebagian besar responden memiliki kadar triglisrida normal sejumlah 13 responden (65%), sebagian kecil responden memiliki kadar trigliserida ambang batas tinggi sejumlah 5 responden (20%), dan sebagian kecil responden memiliki kadar trigliserida tinggi sejumlah 2 responden (10%). Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagian besar penderita diabetes melitus tipe 2 di puskesmas mojoagung, jombangg memiliki kadar trigliserida normal Kata Kunci: DM Tipe 2, Hipertrigliseridemia, Kadar trigliserida.
-
iv
ABSTRACT
EXAMINATION OF TRIGLYCERIDES LEVEL TO PATIENT OF DIABETES MELLITUS TYPE 2
(Study in Puskesmas Mojoagung Kabupaten Jombang)
By: Irma Ayulia Kartini
Diabetes Mellitus Type 2 was a condition that many faced by people, where glucose level in blood increasing and cause disturbance of fat metabolism, so that speed up the increasing of triglycerides level in heart. Triglycerides level will increase when weight is increasing and consume food with high glucose level, in Diabetes Mellitus
condition occur the increasing of Triglycerides level which is called hipertrigliseridemia. Problem Formulation of this research is how Triglycerides level to patient of Diabetes Mellitus Type 2 in Puskesmas of Mojoagung Jombang. The purpose of this research to
know Triglycerides level to patient of Diabetes Mellitus Type 2 in Puskesmas of Mojoagung Jombang Research design was descriptive. Population in this research were all patients of Diabetes Mellitus Type 2 a number of 61 patients, samples in this research were 20 patients of Diabetes Mellitus Type 2 in Puskesmas of Mojoagung Jombang, that taken by
Accidental Sampling. Variable in this research was Triglycerides level by using measurement instrument in the form of observation Based on this research was known that from 20 respondents, most respondents
had normal level of Triglycerides a number of 13 respondents (65%), A little part respondents had Triglycerides level of high threshold a number of 5 respondents (20%), and other respondents had high level of Triglycerides a number of 2 respondents (10%) Conclusion of this research was known that most of patients of Diabetes Mellitus
Type 2 in Puskesmas of Mojoagung Jombang had normal level of Triglycerides
Keywords : DM type 2, Hipertriglyceridemia, Triglycerides level, DM type 2
-
v
-
vi
-
vii
-
viii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pamekasan, 22 Juli 1996dari pasangan ibu Sulastri
dan bapak Karminto. Penulis merupakan putri pertama dari tiga bersaudara.
Tahun 2008 penulis lulus dari SDN Tamberu 1 Pamekasan, tahun 20011
penulis lulus dari SMP Negeri 1 Waru - Pamekasan, tahun 2014 penulis lulus
dari SMANegeri 4 Pamekasan dan penulis masuk STIKes “Insan Cendekia
Medika” Jombang melalui jalur mandiri. Penulis memilih Program Studi DIII
Analis Kesehatan dari lima pilihan program studi yang ada di STIKes “Insan
Cendekia Medika” Jombang.
Demikian riwayat hidup ini dibuat dengan sebenarnya.
Jombang, 3 Juli 2017
Irma Ayulia Kartini
14.131.0054
-
ix
MOTTO
“Patuh pada kedua orang tua, berusaha, berdoa dan ikhlas,
kesuksesan di depan mata”.
-
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia-Nya
sehingga karya tulis ilmiah ini berhasil terselesaikan. Karya tulis ilmiah ini
diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan Diploma III Analis
Kesehatan STIKes ICMe Jombang yang berjudul “ Pemeriksaan Kadar
Trigliserida Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 (studi di Puskesmas
Mojoagung Kabupaten Jombang) ”.
Untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini adalah suatu hal yang mustahil
apabila penulis tidak mendapatkan bantuan dan kerjasama dari berbagai
pihak.Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada H.
Bambang Tutuko, SH., S.Kep. Ns.,MH selaku Ketua STIKes ICMe Jombang, Erni
Setyorini, S.KM.,MM selaku Kaprodi D-III Analis Kesehatan, Inayatur
Rosidah,S.Kep.Ns.,M.Kep selaku pembimbing utama dan Umaysaroh,S.ST.
selaku pembimbing anggota karya tulis ilmiah yang banyak memberikan saran
dan masukan sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan, kedua orang tua
saya yang selalu mendukung secara materil dan ketulusan do’anya sehingga
penulis mampu menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan baik, serta teman-
teman seperjuanganku yang selalu memberikan dukungannya.
Karya tulis ilmiah ini belum sempurna, oleh sebab itu kritik dan saran
yang dapat mengembangkan karya tulis ilmiah sangat penulis harapkan guna
menambah pengetahuan dan manfaat bagi perkembangan ilmu kesehatan.
Jombang, 3 Juli 2017
Irma Ayulia Kartini
-
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................... i
HALAMAN JUDUL DALAM .................................................................. ii
ABSTRAK ............................................................................................. iii
ABSTRAK ............................................................................................. vi
LEMBAR PERSETUJUAN KTI ............................................................ v
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI .................................................... vi
SURAT KEASLIAN .............................................................................. vii
RIWAYAT HIDUP ................................................................................ viii
MOTTO ............................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ............................................................................ x
DAFTAR ISI ......................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xv
DAFTAR SINGKATAN ......................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................. 4
1.3 TujuanPenelitian ................................................................. 4
1.4 ManfaatPenelitian ............................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Diabetes Melitus .................................................... 6
2.2 Konsep Trigliserida ............................................................. 15
2.3 Hubungan DM Tipe 2 dengan Kadar Trigliserida................ 21
Halaman
-
xii
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL
3.1 Kerangka Konseptual ......................................................... 22
3.2 PenjelasanKerangkaKonsep ............................................... 23
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Waktu dan Tempat Penelitian ............................................. 24
4.2 Desain Penelitian ................................................................ 24
4.3 Populasi, Sampel dan Sampling ......................................... 24
4.4 Intrumen Penelitian ............................................................. 25
4.5 Teknik Pengolahan dan Analisa Data ................................. 27
4.6 Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel ..................... 29
4.7 Kerangka Kerja ................................................................... 31
4.8 Etika Penelitian .................................................................. 32
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian ..................................................................... 33
5.2 Pembahasan ......................................................................... 37
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ........................................................................... 41
6.2 Saran .................................................................................... 41
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
-
xiii
DAFTAR TABEL
2.1 Tabel Klasifikasi Diabetes Melitus .................................................... 6
2.2 Tabel Klasifkasi Kadar Trigliserida ................................................... 16
4.4.2 Tabel Prosedur Pemeriksaan Trigliserida ........................................ 26
4.6 Tabel Definisi Operasional Variabel ................................................. 30
5.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Responden ................... .... 34
5.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin ......................... .... 34
5.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Riwayat Keturunan ................. .... 35
5.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Lama Menderita ..................... .... 35
5.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Olah Raga .............................. .... 35
5.6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Konsumsi Obat Diabetes
Mellitus ......................................................................................... .... 36
5.7 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Rutin Mengontrol Kadar Gula ...... 36
5.8 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kadar Trigliserida pada
Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 .............................................. .... 37
Halaman Nomor Tabel Judul Tabel
-
xiv
DAFTAR GAMBAR
2.2 Gugus Trigliserida ........................................................... 16
3.1 Kerangka Konseptual Pemeriksaan Kadar Trigliserida
padaPenserita Diabetes Melitus Tipe 2 ........................... 22
4.7 Kerangka Kerja dari Gambaran Kadar Trigliserida pada
Diabetes Mellitus Tipe 2 ................................................ 31
Halaman Nomor Gambar Judul Gambar
-
xv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Formulir pernyataan bersedia menjadi respoden
2. Lembar kuesioner
3. Lembar SOP (Stadart Operasional Prosedur)
4. Lembar Observasi
5. Lembar Keaslian
6. Lembar tabulasi hasil data umum
7. Lembar surat izin penelitian dari STIKES ICME Jombang
8. Lembar surat izin penelitian dari Dinas Kesehatan Jombang
9. Lembar surat izin penelitian dari Puskesmas Mojoagung Jombang
10. Lembar Konsultasi
11. Lembar Pernyataan bebas plagiasi
12. Lembar Dokumentasi
Nomor Lampiran Judul Lampiran
-
xvi
DAFTAR SINGKATAN
ATP : Adenosina trifosfat ADP : Adenosin difosfat AL : Asidosis Laktat ADA : Asidosis Diabetes Amerika ApoB : Apopoliptotein B DEPKES : Departemen Kesehatan DM : Diabetes Millitus DPP-4 : Dipeptidyl Peptidase-4 FFA : Free Fatty Acid GPO-PAP : Glycerol-3-Phosphate Oksidasephenol aminophenazone GLUT10 : Glucose Transporter type 10 GLP-1 : Glucagon Like Peptide 1 GIP : Gastric inhibitory polypeptide CO2 : Karbondioksida HDL : High Density Lipoprotein HbA1c : Hemoglobin A1c HNK : Hiperosmolar Non Ketotik HGP : Hepatic Glicose Production H2O : Air IDDM : Insulin Dependen Diabetes Melitus IDF : International Diabetes Federation KAD : Keto Asidosis Diabetik LDL : Low Density Lipoprotein MENKES : Menteri Kesehatan NIDDM : Non-Insulin Dependen Diabetes Melitus NCEP-ATP III : National Cholesterol Education-Adult Treatment Panel III NADH : Nikotinamida Adenosin Dinukleotida Hidrogen NAD : Nikotinamida Adenina Dinukleotida PJK : Penyakit Jantung Koroner PP : Peraturan Pemerintah PERKENI : Perkumpulan Endokrinologi Indonesia PERKI : Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar RBP4 : Retinol Binding Protein Gene SGLT1 : Sodium Glucose Transporter-1 SGLT2 : Sodium Glucose co-Transporter UV : Ultraviolet VLDL : Very Low Density Lipoprotein WHO : World Health Organization
-
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Trigliserida merupakan salah satu senyawa penyusun setiap lipoprotein,
dimana setiap lipoprotein berbeda ukuran, densitas, komposisi lemak dan
komposisi apoprotein. Low Density Lipoprotein (LDL) dan High
DensityLipoprotein (HDL) merupakan lipoprotein yang sangat berperan dalam
pembentukan aterosklerosis (Yulia dan Suryanto, 2012). Trigliserida normalnya
≤150 mg/dl, selain ketiga unsur tadi, pasien dianjurkan dokter untuk untuk
memerhatikan kolesterol total yang berkadar normal di bawah 200 mg/dl. Andai
kata LDL, kolesterol total, dan trigliserida di atas normal, peluang terjadinya
serangan stroke terbuka (Sutrisno. 2007). Konsentrasi trigliserida yang tinggi
sering di sertai dengan konsentrasi kolesterol HDL rendah dan konsentrasi small
dense LDL yang tinggi sehingga di perkirakan hipertrigliseridemia dapat
berpengaruh terhadap risiko kardiovaskuler. Berbagai studi prospektif
menunjukkan apoB mampu memprediksi risiko kardiovaskuler lebih baik dari
kolerterol LDL terutama pada keadaan dimana terdapat hipertrigliseridemia yang
menyertai diabetes melitus (PERKI. 2013).
Hipertrigliseridemia merupakan salah satu factor pemicu timbulnya
aterosklerosis dan progresivitas proses aterosklerosis dinding pembuluh darah,
maka lumen pembuluh darah akan mengalami penyempitan dan mengakibatkan
iskemik jaringan bila penyempitan lumen pembuluh darahmencapai >75%
diameter pembuluh darah (Haryanto. 2004). Kadar trigliserida akan meningkat
ketika mengalami peningkatan berat badan dan mengkonsumsi makanan
dengan kadar gula tinggi. Pada keadaan tertentu, seperti Diabetes Mellitus,
hypertensi dan obesitas mengalami peningkatan kadar trigliserida yang disebut
1
-
2
Hypertriglyceridemia (Suiraoka. 2012). Diabetes melitus merupakan keadaan
yang banyak di alami masyarakat, dimana keadaan glukosa dalam darah
meningkat dan menimbulkan gangguan metabolisme lemak, sehingga
mempercepat peningkatan kadar trigliserida dalam hati. Apabila hal ini tidak
terkendali dapat menimbulkan faktor resiko terjadinya aterosklerosis dan
komplikasi lainnya (Hasdianah. 2012). Berdasarkan penelitian yang dilakukan
oleh Ekawati tahun 2012 dengan judul “Hubungan Kadar Glukosa Darah
terhadap Hypertriglyceridemia pada Penderita Diabetes Mellitus”, menunjukkan
bahwa 20 penderita diabetes mellitus mengalami peningkatan kadar trigliserida
lebih dari nilai normal, dan berdasarkan penelitian oleh Yulia dan Suryanto tahun
2012 dengan judul “Perbedaan Kadar Trigliserida pada Penderita Diabetes
Melitus Tipe 2 Terkontrol dengan Diabetes Melitus Tipe 2 Tidak Terkontrol”,
menunjukkan bahwa penderita diabetes melitus tipe 2 tidak terkontrol didapatkan
hasil kadar trigliserida lebih tinggi di bandingkan dengan penderita diabetes
mellitus yang terkontrol dengan faktor resiko komplikasi yang cukup besar.
Diabetes melitus di Indonesia merupakan ancaman serius bagi
pembangunan kesehatan dan pertumbuhan ekonomi nasional. Jumlah penderita
diabetes melitus setiap tahun selalu meningkat. Berbagai penelitian epidemiologi
menunjukkan adanya kecendrungan peningkatan angka insidensi dan prevalensi
Diabetes melitus di berbagai penjuru dunia. World Health Organization (WHO)
memprediksi kenaikan jumlah penyandang Diabetes melitus di Indonesia
diperkirakan 152% dengan jumlah penderita 8.420.000 orang pada tahun 2000
menjadi sekitar 21.517.000 orang pada tahun 2030. International Diabetes
Federation (IDF) pada tahun 2014, memprediksi kenaikan jumlah penyandang
diabetes melitus dari 382 juta orang yang hidup dengan diabetes melitus pada
tahun 2013 menjadi 592 juta orang pada tahun 2035. Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2013 berdasarkan provinsi di dapatkan proporsi Jawa Timur di
-
3
dapatkan 2,1% pada tahun 2007 dan meningkat sekitar 3,1% pada tahun 2013.
(Kemenkes, 2014). Kabupaten Jombang memiliki persentase 4,76% penderita
diabetes melitus pada urutan ke-8 yang termasuk 10 penyakit terbesar di
kabupaten jombang pada tahun 2014 (Profil kesehatan Jombang,
2014).Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Jombang tahun 2015 penderita
diabetes melitus tipe 2 terbanyak didapat pada Kelurahan/Desa Janti, kecamatan
Mojoagung, kabupaten Jombang.
Penderita diabetes melitus tipe 2 sekreri insulin mungkin normal atau bahkan
meningkat, tetapi sel-sel sasaran insulin kurang peka terhadap hormon ini
dibandingkan dengan normal, hal ini obesitas, diet tinggi lemak da rendah
karbohidrat (Fauziah dan Susanti, 2012). Trigliserida merupakan senyawa yang
terdiri dari tiga asam lemak teresterifikasi menjadi gliserol. Trigliserida memiliki
dua sumber utama yaitu, eksogen dimana trigliserida diperoleh dari sumber
makanan yang pada awalnya dikemas dalam bentuk kilomikron, sementara
endogen disintesa oleh hati yang dikemas dalam VLDL. Kadar glukosa yang
tinggi merangsang pembentukan glikogen dari glukosa, sintesis asam lemak.
Kadar glukosa darah yang tinggi dapat mempercepat pembentukan trigliserida
dalam hati. Trigliserida merupakan salah satu bagian komposisi lemak yang ada
dalam tubuh. Dimana jika kadar trigliserida dalam batas normal, tidak melebihi
kadar 200 mg/dl mempunyai fungsi sebagai sumber energi. Pada keadaan
tertentu, seperti Diabetes Mellitus dan obesitas, kadar trigliserida dapat
meningkat melebihi 200 mg/dl, yang disebut Hypertriglyceridemia (Evy, 2012).
Dampak buruk dari penderita diabetes melitus tipe 2 pada fase lanjut, dimana
pada fase ini, kelebihan glukosa dalam darah disimpan dalam bentuk lemak,
khususnya trigliserida. Sehingga jika kendali glikemik buruk, akan menimbulkan
peningkatan kadar glukosa dalam darah. Selanjutnya glukosa diubah menjadi
trigliserida, sehingga terjadi peningkatan kadar trigliserida, HDL rendah dan LDL
-
4
meningkat, keadaan ini bersifat sangat aterogenik. Pada keadaan resisten insulin
juga terjadi ketidakmampuan kerja enzim lipoprotein lipase endothelium yang
menyebabkan klirens VLDL dari plasma menjadi lebih lambat, dengan kata lain
plasma meningkat. Hal tersebut dapat meningkatkan kejadian terjadinya
komplikasi pada penderita diabetes melitus tipe 2, terutama terjadinya
aterosklerosis yang menyebabkan PJK pada penderita diabetes melitus tipe 2
(Yulia dan Suryanto. 2012).
Tingginya kadar trigliserida pada penderita diabetes melitus tipe 2 dapat
dicegah dengan cara terapi awal penurunan kadar glukosa darah dan penurunan
kadar trigliserida dengan pengaturan diet. Mengurangi makanan jenis hidrat
arang seperti nasi, golongan tepung-tepungan, dan jenis manis-manisan lainnya.
Dengan mengkonsumsi sayuran dapat memperlambat penyerapan hidrat arang
dari usus ke dalam darah, sehingga proses pembentukan trigliserida dalam hati
dapat di perlambat (Evy. 2012). Penderita diabetes melitus tipe 2 juga rutin
memeriksakan kadar profil lipid khususnya kadar kolesterol dan kadar trigliserida
serta cukup olah raga (Yulia dan Suryanto. 2012).
Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin meneliti tentang kadar Trigliserida
pada penderita Diabetes Melitus tipe 2 di Puskesmas Mojoagung Kabupaten
Jombang.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut: “Bagaimanakah kadar trigliserida pada penderita diabetes melitus tipe 2
di Puskesmas Mojoangung Kabupaten Jombang?”.
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini untuk
mengetahui kadar trigliserida pada penderita diabetes melitus tipe 2 di
Puskesmas Mojoagung Kabupaten Jombang.
-
5
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Diharapkan Karya Tulis Ilmiah ini dapat memberikan informasi pada
perkembangan ilmu kesehatan khususnya di bidang kimia klinik.
1.4.2 Manfaat Praktis
1.4.2.1 Bagi Penderita Diabetes Millitus tipe 2
Diharapkan dengan hasil penelitian ini penderita DM tipe 2 melakukan
pemeriksaan kadar trigliserida secara rutin untuk mencegah terjadinya
komplikasi.
1.4.2.2 Bagi Analis Kesehatan
Diharapkan tenaga analis kesehatan dapat memperoleh reverensi
dan melakukan pemantauan kadar trigliserida pada penderita diabetes
melitus tipe 2
1.4.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan Karya Tulis Ilmiah ini dapat menjadi referensi bagi
peneliti selanjutnya dan untuk pengembangan penelitian selanjutnya
dengan tema pengontrolan kadar trigliserida pada penderita diabetes
melitus tipe 2.
-
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Diabetes Mellitus
2.1.1 Definisi dan Klasifikasi Diabetes Mellitus
Diabetes Melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja
insulin atau kedua-duanya. Bila hal ini dibiarkan tidak terkendali dapat terjadi
komplikasi metabolik akut maupun komplikasi vaskuler jangka panjang, baik
mikroangiopati maupun makroangiopati. Diabetes Mellitus merupakan suatu
gangguan kronis yang ditandai dengan metabolisme karbohidrat dan lemak
yang relatif kekurangan insulin. Diabetes Mellitus yang utama di klasifikasikan
menjadi diabetes melitus tipe 1 Insulin Dependen Diabetes Mellitus (IDDM)
dan Tipe 2 Non Insulin Dependen Diabetes Mellitus (NIDDM). Diabetes
Mellitus merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai oleh kadar
glukosa darah melebihi normal dan gangguan metabolisme karbohidrat,
lemak dan protein yang disebabkan oleh kekuranagn hormon insulin secara
relatif maupun absolud (Hasdianah. 2012). Berdasarkan PERKENI
Konsensus pengolahan dan pencegahan diabetes mellitus tipe 2 di Indonesia
2015 diabetes mellitus di klasifikasikan sebagai berikut.
Tabel 2.1.1 Klasifikasi Diabetes Mellitus
Diabetes Mellitus Tipe 1 Destruksi sel beda, umumnya menjurus ke difisiensi insulin absolud 1. Autoimun 2. Idiopatik
Diabetes Mellitus Tipe 2 Bervariasi, mulai yang dominan resisten insulin disertai defisiensi insulin relatif sampai yang dominan defek sekresi insulin disertai resisten insulin.
Diabetes Mellitus Tipe Lain
1. Defek genetik fungsi sel beta 2. Defek genetik kerja insulin 3. Penyakit eksokrin pankreas 4. Endrokrinopati 5. Karena obat atau zat kimia 6. Infeksi 7. Sebab imunologi yang jarang 8. Sindrom genetik lain yang berkaitan dengan dengan DM
Diabetes Mellitus Gestasional
6
-
7
2.1.2 Diabetes Mellitus Tipe 2
Diabetes Mellitus Tipe 2 (Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus,
INDDM) merupaka diabetes melitus yang terjadi bukan disebabkan oleh rasio
insulin di dalam sirkulasi darah, melainkan merupakan kelainan metabolisme
yang disebabkan oleh mutasi pada banyak gen termasuk yang
mengekspresikan disfungsi sel beta, gangguan sekresi hormon insulin,
resisten sel terhadap insulin yang disebabkan oleh disfungsi GLUT10 dengan
kofaktor hormon resisten yang menyebabkan sel jaringan, terutama pada hati
menjadi kurang peka terhadap insulin. Pada NIDDM ditemukan ekspresi
SGLT1 yang tinggi, rasio RBP4 dan hormon resistin yang tinggi, peningkatan
laju metabolisme glikogenolisis dan glukoneogenesis pada hati, penurunan
laju reaksi oksidari dan peningkatan laru reaksi esterifikasi pada hati NIDDM
juga dpat disebabkan oleh dislipidemia, lipodistrofi, dan sindrom resisten
insulin. Hiperglisemia dapat di atasi dengan obat anti diabetes yang dapat
meningkatkan sensitifitas terhadap insulin atau mengurangi produksi glukosa
dari hepar, namun semakin parah penyakit, sekresi insulin pun semakin
berkurang, dan terapi dengan insulin kadang dibutuhkan. Ada beberapa teori
yang menyebutkan penyebab pasti dan mekanisme terjadinya resisten insulin,
namun obesitas sentral diketahui sebagai faktor predisposisi terjadinya
resisten terhadap insulin (Hasidiah. 2012).
2.1.3 Patogenesis Diabetes Mellitus Tipe 2
Resistensi insulin pada otot dan liver serta kegagalan sel beta pankreas
telah dikenal sebagai patofisiologi kerusakan sentral dari DM tipe-2
Belakangan diketahui bahwa kegagalan sel beta terjadi lebih dini dan lebih
berat daripada yang diperkirakan sebelumnya. Selain otot, liver dan sel beta,
organ lain seperti: jaringan lemak (meningkatnya lipolisis), gastrointestinal
(defisiensiincretin), sel alpha pancreas (hiperglukagonemia), ginjal
-
8
(peningkatan absorpsi glukosa), dan otak (resistensi insulin), kesemuanya ikut
berperan dalam menimbulkan terjadinya gangguan toleransi glukosa pada DM
tipe-2. Delapan organ penting dalam gangguan toleransi glukosa ini (ominous
octet) penting dipahami karena dasar patofisiologi ini memberikan konsep
tentang:
1. Pengobatan harus ditujukan guna memperbaiki gangguan patogenesis,
bukan hanya untuk menurunkan HbA1c saja
2. Pengobatan kombinasi yang diperlukan harus didasari atas kinerja obat
pada gangguan multipel dari patofisiologi DM tipe 2.
3. Pengobatan harus dimulai sedini mungkin untuk mencegah atau
memperlambat progresivitas kegagalan sel beta yang sudah terjadi pada
penyandang gangguan toleransi glukosa.
Secara garis besar patogenesis DM tipe-2 disebabkan oleh delapan hal
(omnious octet) berikut:
1) Kegagalan sel beta pancreas: Pada saat diagnosis DM tipe-2 ditegakkan,
fungsi sel beta sudah sangat berkurang. Obat anti diabetik yang bekerja
melalui jalur ini adalah sulfonilurea, meglitinid, GLP-1 agonis dan DPP-4
inhibitor.
2) Liver: Pada penderita DM tipe-2 terjadi resistensi insulin yang berat dan
memicu gluconeogenesis sehingga produksi glukosa dalam keadaan
basal oleh liver (HGP=hepatic glucose production) meningkat. Obat yang
bekerja melalui jalur ini adalah metformin, yang menekan proses
gluconeogenesis.
3) Otot: Pada penderita DM tipe-2 didapatkan gangguan kinerja insulin yang
multiple di intramioselular, akibat gangguan fosforilasi tirosin sehingga
timbul gangguan transport glukosa dalam sel otot, penurunan sintesis
-
9
glikogen, dan penurunan oksidasi glukosa. Obat yang bekerja di jalur ini
adalah metformin, dan tiazolidindion.
4) Sel lemak: Sel lemak yang resisten terhadap efek antilipolisis dari insulin,
menyebabkan peningkatan proses lipolysis dan kadar asam lemak bebas
(FFA=Free Fatty Acid) dalam plasma. Penigkatan FFA akan merangsang
proses glukoneogenesis, dan mencetuskan resistensi insulin di liver dan
otot. FFA juga akan mengganggu sekresi insulin. Gangguan yang
disebabkan oleh FFA ini disebut sebagai lipotoxocity. Obat yang bekerja
dijalur ini adalah tiazolidindion.
5) Usus: Glukosa yang ditelan memicu respon insulin jauh lebih besar
dibanding kalau diberikan secara intravena. Efek yang dikenal sebagai
efek incretin ini diperankan oleh 2 hormon GLP-1 (glucagon-like
polypeptide-1) dan GIP (glucose-dependent insulinotrophic polypeptide
atau disebut juga gastric inhibitory polypeptide). Pada penderita DM tipe
2 didapatkan defisiensi GLP-1 dan resisten terhadap GIP. Disamping hal
tersebut incretin segera dipecah oleh keberadaan ensim DPP-4, sehingga
hanya bekerja dalam beberapa menit. Obat yang bekerja menghambat
kinerja DPP-4 adalah kelompok DPP-4 inhibitor. Saluran pencernaan juga
mempunyai peran dalam penyerapan karbohidrat melalui kinerja ensim
alfa-glukosidase yang memecah polisakarida menjadi monosakarida yang
kemudian diserap oleh usus dan berakibat meningkatkan glukosa darah.
setelah makan. Obat yang bekerja untuk menghambat kinerja ensim alfa
glukosidase adalah akarbosa.
6) Sel Alpha Pancreas: Sel-α pancreas merupakan organ ke-6 yang
berperan dalam hiperglikemia dan sudah diketahui sejak 1970. Sel-α
berfungsi dalam sintesis glukagon yang dalam keadaan puasa kadarnya
di dalam plasma akan meningkat. Peningkatan ini menyebabkan HGP
-
10
dalam keadaan basal meningkat secara signifikan dibanding individu
yang normal. Obat yang menghambat sekresi glukagon atau
menghambat reseptor glukagon meliputi GLP-1 agonis, DPP- 4 inhibitor
dan amylin.
7) Ginjal: Ginjal merupakan organ yang diketahui berperan dalam
pathogenesis DM tipe-2. Ginjal memfiltrasi sekitar 163 gram glukosa
sehari. Sembilan puluh persen dari glukosa terfiltrasi ini akan diserap
kembali melalui peran SGLT-2 (Sodium Glucose co-Transporter) pada
bagian convulated tubulus proksimal. Sedang 10% sisanya akan di
absorbsi melalui peran SGLT-1 pada tubulus desenden dan asenden,
sehingga akhirnya tidak ada glukosa dalam urine. Pada penderita DM
terjadi peningkatan ekspresi gen SGLT-2. Obat yang menghambat kinerja
SGLT-2 ini akan menghambat penyerapan kembali glukosa di tubulus
ginjal sehingga glukosa akan dikeluarkan lewat urine. Obat yang bekerja
di jalur ini adalah SGLT-2 inhibitor. Dapaglifozin adalah salah satu contoh
obatnya.
8) Otak: Insulin merupakan penekan nafsu makan yang kuat. Pada
individu yang obes baik yang DM maupun non-DM, didapatkan
hiperinsulinemia yang merupakan mekanisme kompensasi dari resistensi
insulin. Pada golongan ini asupan makanan justru meningkat akibat
adanya resistensi insulin yang juga terjadi di otak. Obat yang bekerja di
jalur Ini adalah GLP-1 agonis, amylin dan bromokriptin (Perkeni. 2015).
2.1.4 Faktor Resiko Diabetes Mellitus
Diabetes merupakan salah satu penyakit yang diturunkan dari orang tua
kepada anaknya secara genetik. Bila orang tua menderita diabetes, maka
anak-anaknya akan menderita diabetes, tetapi faktor keturunan saja tidak
cukup, diperlukan adanya faktor pencetus atau faktor risiko seperti pola
-
11
makan yang salah, gaya hidup, aktifitas kurang gerak, infeksi dan lain-lain.
Secara garis besar faktor risiko Diabetes dikelompokkan menjadi 2 yaitu :
1. Faktor risiko yang tidak bisa diubah :
1) Umur: merupakan faktor pada orang dewasa, dengan semakin
bertambahnya umur kemampuan jaringan mengambil glukosa darah
semakin menurun. Penyakit ini lebih banyak terdapat pada orang berumur
di atas 40 tahun daripada orang yang lebih muda.
2) Keturunan: Diabetes melitus bukan penyakit menular tetapi diturunkan.
Namun bukan berarti anak dari kedua orang tua yang diabetes pasti akan
mengidap diabetes juga, sepanjang bisa menjaga dan menghindari faktor
resiko yang lain. Sebagai faktor resiko secara genetik yang perlu
diperhatiakan apabila kedua atau salah seorang dari orang tua, saudara
kandung, anggota keluarga dekat mengidap diabetes. Pola genetik yang
kuat pada diabetes melitus tipe 2. Seseorang memiliki saudara kandung
mengidap diabetes tipe 2 memiliki resiko yang jauh lebih tinggi menjadi
pengidap diabetes. Uraian di atas telah mengarahkan kesimpulan bahwa
resiko diabetes tersebut adalah kondisi keturunan.
2. Faktor resiko yang dapat dimodifikasi atau di ubah:
1) Pola makan yang salah: Pola makan yang salah dan cenderung berlebih
menyebabkan timbulnya obesitas. Obesitas sendiri merupakan faktor
predisposisi utama dari penyakit diabetes melitus.
2) Aktivitas fisik kurang gerak: Kurangnya aktivitas fisik menyebabkan
kurangnya pembakaran energi oleh tubuh sehingga kelebihan energi
dalam tubuh akan disimpan dalam bentuk lemak dalam tubuh.
Penyimpanan yang berlebih akan mengakibatkan obesitas.
3) Obesitas: Diabetes terutama diabetes melitus tipe 2 sangat erat
hubungannya dengan obesitas. Laporan International Diabetes
-
12
Federation (IDF) tahun 2004 menyebutkan 80 persen dari penderita
diabetes ternyata mempunyai berat badan yang berlebihan.
4) Stres: Reaksi setiap orang ketika stres melanda berbeda-beda. Beberapa
orang mungkin kehilangan nafsu makan sedangkan orang lainnya
cenderung makan lebih banyak. Stres mengarah pada kenaikan berat
badan terutama karena kortisol, hormon stres utama. Kortisol yang tinggi
menyebabkan peningkatan trigliserida darah dan penurunan gula tubuh,
manifestasinya meningkatkan trigliserida dan gula darah atau yang
dikenal dengan istilah hiperglikemia (Suiraoka. 2012).
5) Pemakaian obat-obatan: Memiliki riwayat menggunakan obat golongan
kartikosteroid dalam jangka waktu lama (Suiraoka. 2012).
2.1.5 Komplikasi Diabetes Mellitus Tipe 2
Komplikasi-komplikasi pada Diabetes Mellitus dapat dibagi menjadi dua
yaitu:
1. Komplikasi Metabolik Akut
Terdiri dari dua bentuk yaitu hipoglikemia dan hiperglikemia
1) Hiperglikemia dapat berupa, Keto Asidosis Diabetek (KAD), Hiperosmolar
Non Ketotik (HNK) dan Asidosis Laktat (AL). Hiperglikemia yaitu apabila
kadar gula darah lebih dari 250 mg% dan gejala yang muncul yaitu poliuri,
polidipsi pernafasan kussmaul, mual muntah, penurunan kesadaran
sampai koma. KAD menepati peringkat pertama komplikasi akut disusul
oleh hipoglikemia. Komplikasi akut ini masih cukup tinggi.
2) Hipoglikemia meruakan salah satu komplikasi akut Diabetes Mellitus
(DM). Hipoglikemia adalah menurunnya kadar gula dalam darah.
Hipoglikemia murni adalah menurunnya kadar gula dalam darah <
60mg/dl yang dapat terjadi penurunan kesadaran sampai koma.
-
13
2. Komplikasi Kronik
1) Ketoasidosis diabetikum keadaan dimana terjadi tiba-tiba dan bisa
berkembang dengan cepat dalam suatu keadaan yang disebut dengan
ketoasidosis diabetikum. Kadar gula di dalam darah adalah tinggi tetapi
karena sebagian besar sel tidak dapat menggunakan gula tanpa insulin,
maka sel-sel ini mengambil energi dari sumber yang lain. Sel lemak
dipecah dan menghasilkan keton, yang merupakan senyawa kimia
beracun yang bisa menyebabkan darah menjadi asam (ketoasidosis).
2) Kardiopati diabetik adalah gangguan jantung akibat diabetes. Glukosa
darah yang tinggi dalam jangka waktu panjang akan menaikan kadar
kolesterol dan trigliserida darah. Lama kelaman akan terjadi
aterosklerosis atau penyempitan pembuluh darah. Maka bagi para
penderita diabet perlu pemeriksaan kadar kolesterol dan trigliserida darah
secara rutin. Sebagaimana rekomendari Asidosis Diabetes Amerika
(ADA) serta perkumpulan sejenis di Eropa atau Indonesia (Perkumpulan
Endokrinologi Indonesia/Perkemi), penderita diabetes melitus diharapkan
mengendalikan semua faktor secara bersama-sama untuk mendapatkan
hasil yang optimal. Tekana darah harus diturunkan secara agresif
dibawah 130/80 mmHg, trigliserida dibawah 150mg/dl, LDL (kolesterol
buruk) kurang dari 100mg/dl, HDL (kolesterol baik) di atas 40 mg/dl. Hal
ini memberikan proteksi lebih baik pada jantung.
3) Gangren dan Impotinsi yaitu infeksi yang akan menyebabkan
pembusukan pada bagian luka kerena karena tidak mendapat aliran
darah. Pasalnya, pembuluh darah penderita diabetes banyak tersumbat
atau menyempit. Sedangkan impotensi disebabkan pembuluh darah yang
mengalami kebocoran sehingga penis tidak bia ereksi. Impotensi pada
-
14
penderita diabetes juga bisa disebabkan oleh faktor psikologu atau
gabungan organik dan psikologis.
4) Nefropati diabetik adalah gangguan fngsi ginjal akibat kebocoran selaput
penyaring darah. Kadar gula darah tinggi secara perlahan akan merusak
selaput penyaring (glomerulus). Gula yang tinggi dalam darah akan
bereaksi dengan protein sehingga mengubah struktur dan fungsi sel,
termasuk membran basal glomerulus. Akibatnya, penghalang protein
rusak dan terjadi kebocoran protein ke urin (albuminuria).
5) Retinopati diabetik adalah gangguan pada mata. Keadaan ini, disebabkan
rusaknya pembuluh darah yang memberi makan retina. Bila pembuluh
darah mata bocor atau terbentuk jaringan perut retina, bayangan yang
dikirim ke otak menjadi kabur (Suiraoka. 2012).
2.1.6 Pengobatan
Intervensi diet dan gaya hidup penting untuk pasien dengan semua jenis
diabetes melitus (lihat pola makan untuk Penderita Diabetes Mellitus).
Pendidikan untuk menejemen diri-diabetes, yang mencakup pemantauan diri
gula darah, merupakan komponen penting dari pengobatan. Untuk semua
jenis diabetes, kontrol gula darah yang baik menurunkan risiko komplikasi.
Peran Olahraga, pada orang dengan diabetes, olahraga mengurangi tingkat
gula darah. Olahraga juga mengurangi komplikasi kardiovaskuler akibat
diabetes, termasuk tekanan darah tinggi, penyakit jantung, dan peradangan.
2.1.7 Pencegahan
Tindakan yang perlu dilakukan untuk mencegah timbulnya diabetes
mellitus adalah melakukan modifikasis gaya hidup, diantaranya menurunkan
berat badan, latihan fisik dan mengurangi konsumsi lemak dan kalori.
Pencegahan primer bertujuan mencegah seseorang terserang penyakit
diabetes dengan membiasakan makan dengan pola makan gizi seimbang.
-
15
Mempertahankan berat badan dalam batas normal, dengan melakukan
pengukuran berat badan harus dilakuakn secara berkala. Pencegahan
sekunder, pencegahan ini bertujuan mendeteksi diabetes secara dini,
mencegah penyakit tidak menjadi lebih parah dan mencegah timbulnya
kompliksi, hal yang perlu dilakukan yaitu, tetap melakukan pencegahan
primer, pengendalian gula darah agar tidak terjadi komplikasi diabetes, dan
mengatasi gula darah dengan obat-obatan baik oral maupun suntikan.
Pencegahan tersier bertujuan mencegah kecacatan lebih lanjut dari
komplikasi yang sudah terjadi, seperti pemeriksaan pembuluh darah pada
mata (pemeriksaan otak, ginjal serta tungkai) (Suiraiko).
2.2 Konsep Trigliserida.
2.2.1 Definisi Trigliserida dan Klasifikasi
Trigliserida atau lemak netral adalah suatu ester antara asam lemak dan
gliserol yang ketiga radikal hidroksilnya diesterkan. Jadi, jelas bahwa lemak
adalah suatu trigliserida (triasil gliserol). Selain trigliserida, juga dikenal
digliserida (diasilgliserol) dan monogliserida (monoasil gliserol). Digliserida
dan monogliserida, walaupun merupakan suatu ester, keduanya bukan lemak.
Dalam sel-sel tubuh manusia, hewan atau tanaman, lemak atau trigliserida ini
banyak kita jumpai. Lemak kasar yang diperoleh dari sel-sel hewan atau
tanaman tidak murni dan kemungkinan mengandung hidrokarbon, fosfolipid,
sterol, pigmen-pigmen yang larut, dan asam lemak bebas. Untuk
mendapatkan lemak yang baik, lemak kasar di murnikan terlebih dahulu
(Sumardjo. 2009).
Trigliserida adalah simpanan lemak tubuh, juga terdapat pada aliran
darah. Trigliserida adalah sumber energi, peningkatan kadar trigliserida
merupakan faktor resiko penyakit jantung dan strok, terutama karena
hubungannya dengan kadar kolesterol LDL tinggi dan atau resintensi insulin
-
16
(Peter, 2009). Trigliserida yaitu senyawa kimia yang terdiri dari ikatan gliserol
dengan ikatan 3 molekul asam lemak.
Gambar 2.2.1 Gugus Trigliserida (Erma. 2011)
Asam-asam lemak dapat berasal dari tipe yang sama maupun yang tidak
sama. Sifat trigliserida akan tergantung pada perbedaan asam-asam lemak
yang bergabung untuk membentuk trigliserida. Perbedaan asam-asam lemak
ini tergantung pada panjang rantai dan derajat kejenuhannya. Asam lemak
yang memiliki rantai pendek memiliki titik leleh (melting point) yang lebih
rendah dan lebih mudah larut dalam air. Sebaliknya, semakin panjang rantai
asam-asam lemak,akan menyebabkan titik leleh yang lebih tinggi. Titik leleh
juga tergantung pada derajat ketidak jenuhan. Asam-asam yang tidak jenuh
memiliki titik leleh yang lebih rendah dibandingkan dengan asam-asam lemak
jenuh yang memiliki panjang rantai serupa (Pahan. 2006). Menurut NCEP-
ATP III kadar trigliserida di klasifikasikan sebagai berikut.
Tabel 2.2.1 Klasifikasi Kadar Trigliserida
Total Trigliserida (mg/dl) Katagori
-
17
Trigliserida akan meningkat dan mencapai puncaknya setelah 4-6 jam setelah
makan dan kembali ke keadaan semula setelah 12 jam. Lipoprotein dangan
trigliserida tinggi berasal dari dua sumber, yaitu usus dan hati. Usus
memproduksi kilomikron setelah mencerna makanan yang mengandung
lemak. Dalam peredarannya, trigliserida dari kilomikron dihidrolisa oleh
lipoprotein lipase yang memecah lipoprotein ini menjadi kilomikron
remnant.Kilomikron remnant lalu menuju hati memproduksi VLDL. VLDL
mengalami lipolysis oleh lipoprotein lipase menjadi VLDL remnant. VLDL
remnant sebagian menuju ke hati dan sebagian lag di ubah menjadi LDL. LDL
sebagian besar ke hati dan sebagian lagi ke jaringan lain.
Pada penderita kencing manis, terdapat dua ketidak normalan sistem
metabolisme trigliserida, yaitu kelebihan produksi kolesterol jahat yang
berbentuk kecil dan padat (VLDL), dan kelebihan pemecahan lemak sehingga
lemak dalam aliran darah beredar bebas dalam jumlah yang banyak atau
disebut sebagai lipolisis yang tidak efektif oleh lipoprotein lipase. Kedua
kelainan ini akhirnya menyebabkan terjadinya peningkatan kadar trigliserida di
atas normal atau di sebut sebagai hipertrigliseridemia. Trigliserida terletak di
dalam tubuh manusia sebagai jaringan lemak (adipose) yang terserap oleh
usus kemudian secara luas didistribusikan dan di sera di dalam tubuh.
Sebelum diserap, trigliserida terlebih dahulu mengalami proses pemecahan
atau hidrolisis menjadi glisel dan asam lemak bebas. Trigliserida yang
terkandung di dalam makanan manusia berasal dari tumbuhan dan hewan.
Apabila tubuh membutuhkan energi, maka enzim yang ada di dalam sel lemak
tubuh (lipase) memecah trigliserida menjadi gliserol dan asam lemak lalu
melepasnya ke dalam pembuluh darah, terutama pada sel-sel yang
membutuhkan komponen ini. Trigliserida yang ada di pembuluh darah
kemudian di bakar untuk menghasilkan energi, karbondioksida (CO2) dan air
-
18
(H2O). Trigliserida kemudian masuk ke dalam plasma darah dalam dua
bentuk, yaitu sebagai kilomikron yang berasal dari penyerapan usus setalah
makan lemak dan sebagai kolesterol jahat yang sangat kecil dan padat yang
disebut sebagai VLDL. VLDL ini di bentuk oleh hati dengan bantuan insulin.
Pada penderita diabetes melitus tipe 1 akibat kerusakan sel beta
pankreas, kekurangan insulin akan menghambat kerja lipoprotein lipase
sehingga katabolisme VLDL dan kilomikron berkurang, akibatnya trigliserida
dan kolesterol menjadi meningkat dan kolesterol jahat berubah menjadi lebih
padat atau kecil. Sedangkan pada penderita diabetes melitus tipe 2 terjadi
karena resisten insulin perifer. Dampak dislipidemia adalah meningkatkan
kilomikron, VLDL, trigliserida, LDL dan menurunkan HDL. Semakin insulin
resisten, maka semakin meningkatkan produksi trigliserida dan VLDL di dalam
hati.
2.2.3 Kelainan Dislipidemia
Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lemak yang ditandai dengan
meningkat dan menurunnya kadar lemak berupa lipid atau lipoprotein dalam
plasma darah. Lipid atau lemak adalah zat makanan yang dibutuhkan oleh
tubuh dalam kadar tertentu. Dislipidemia yang utama adalah kenaikan kadar
kolesterol total, kolesterol LDL, dan trigliserida disertai dengan penurunan
kadar kolesterol HDL. Dislipidemia pada penderita diabetes melitus disebut
sebagai dyslipidemia diabetik. Pada penderita diabetes melitus dengan kadar
gula darah yang tinggi dan berlangsung lama di dalam darah, akan
menyebabkan kerusakan jangka panjang, kegagalan fungsi beberapa organ
tubuh terutama pada mata, ginjal, saraf, dan jantung, yang disebut disfungsi,
yang banyak terjadinya dislipidemia. Selain itu, dislipidemia juga memicu
seluruh jaringan yang menyimpan lemak, yang disebut sebagai adipose,
terutama yang disebut sebagai lemak visceral di dalam tubuh, untuk terjadinya
-
19
penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah termasuk arterosklerosis.
Lemak visceral juga berperan sebagai pengantar menurunkan kemampuan
kerja insulin dalam menetralisasi kadar gula di dalam darah dengan cara
meningkatkan kadar asam lemak bebas di dalam darah, yang berakibat
ketidakseimbangan antara pemakaian dan produksi asam lemak, sehingga
berdampak pada peningkatan kolesterol, penumpukan lemak pada berbagai
pembuluh darah organ terutama hati, otot, jantung, pankreas dan ginjal
(Lukman Waris Marewa. 2015).
2.2.4 Pemeriksaan Trigliserida
Pada pemeriksaan trigliserida dapat menggunakan serum ataupun
plasma. Trigliserida serum di ambil 10µl di tambahkan 1000µ reagen
trigliserida kemudian di homogenkan dan inkubasi selama 15 menit pada suhu
25ºC, kemudian di ukur absorbannya pada panjang gelombang 546 nm. Cara
yang sama juga di lakukan terhadap larutab standar dan blangko. Perhitungan
konsentrasi trigliserida serum yaitu :
Trigliserida = Sampel Standar
Konsentrasi larutan standar yang di gunakan = 200 mg/dl
Pemeriksaan trigliserida dapat menggunakan metode enzimatik
kolorimetri dan enzimatik UV. Metode Kolorimetrik ini trigliserida akan
dihidrolisa dengan enzimatis menjadi gliserol dan asam bebas. Dengan lipase
khusus akan membentuk kompleks warna yang dapat diukur kadarnya
menggunakan fotometer.
Enzimatik Ultraviolet Uji ini menggunakan enzim lipase untuk
menghidrolisis trigliserida yang menghasilkan gliserol, mono dan digliserida,
dan asam lemak bebas. Semua menggunakan gliserol kinase (dan ATP)
untuk memfosforilasi gliserol, membentuk ADP. Metode UV menggunakan
X Konsentrasi standar
-
20
piruvat kinase untuk mengkatalisis transfer fosfat dari fosfoenolpiruvat kembali
menjadi ADP. Enzim ini membentuk piruvat, yang di reduksi menjadi laktat
dengan menggunakan laktat dehidrogenase dan NADH. NADH ini membentuk
NAD (Robert R. 2002).
2.2.5 Faktor Yang Mempengaruhi Peningkatan Trigliserida.
1. Faktor kelainan genetik.
2. Usia.
3. Jenis kelamin, dalam keadaan normal pria memiliki kadar yang lebih
tinggi
4. Riwayat keluarga hiperlipidemia.
5. Obesitas/kegemukan.
6. Menu makanan yang mengandung asam lemak jenuh seperti
mentega, es krim dan keju.
7. Kurang melakukan olah raga.
8. Penggunaan alkohol.
9. Merokok
10. Diabetes yang tidak terkontrol dengan baik.
2.2.6 Cara Menurunkan Kadar Trigliserida
1. Pantang gula dan manis-manisan.
2. Diet karbohidrat dan komsumsi yang mengandung sayur.
3. Tidak suntik insulin yang bukan semestinya (salah indikasi)
4. Menurunkan berat badan.
5. Pada penderita diabetes, dengan cara mengontrol diabetesnya
dengan baik.
6. Melakukan olah raga maksimal lima kali dalam satu minggu (Zulaikah.
2016)
-
21
2.3 Hubungan Diabetes Mellitus Tipe 2 dengan Kadar Trigliserida
Diabetes melitus merupakan faktor resiko terjadinya arterosklerosis dan PJK
dimana kadar glukosa yang tinggi merangsang pembentukan glikogen. Sintesis
asam lemak dan kolesterol dari glukosa, dalam keadaan kadar glukosa yang
tinggi dan kerja insulin tidak bekerja dengan maksimal atau glukosa tidak dapat
di serap oleh tubuh maka dapat mempercepat pembentukan trigliserida dalam
hati sehingga trigliserida berkumpul dan menumpuk dalam darah dan pembuluh
darah.
Diabetes melitus tipe 2 ditemukan kadar kolesterol, trigliserida dan LDL
mengalami peningkatan. Hal ini sesuai dengan teori bahwa resisten insulin pada
penderita diabetes melitus tipe 2 menyebabkan peningkatan FFA sehingga FFA
yang dimobilisasi ke hati meningkat. Akibat peningkatan FFA akan menyebabkan
peningkatan produksi trigliserida dan VLDL di hati. Trigliserida dalam VLDL yang
masuk dalam sirkulasi akan mengalami pertukaran dengan kolesteril ester pada
inti LDL dan dihidrolasi oleh lipoprotein lipase maupun lipase hepar membentuk
LDL. Penderita diabetes melitus tipe 2 rentan terhadap arterosklerosis dan
komplikasi lainnya yang diperantarai oleh LDL. Pada diabetes melitus terjadi
gangguan metabolisme lipid yang di tandai dengan peningkatan LDL dan
trigliserida dan penurunan kadar HDL (Bahrun. 2013). Hasil uji korelatif antara
kadar trigliserida dengan kadar HDL darah ditemukan korelasi negatif yang
bermakna. Artinya semakin tinggi kadar trigliserida, semakin rendah kadar HDL
dalam darah. Kekuatan korelasinya termasu rendah. Hal ini juga karena masih
ada faktor lain yang mempengaruhi hal ini, sel hidup, dan lain-lain. Selain itu
ditemukan korelasi positif yang bermakna antara kadar trigliserida dengan kadar
kolesterol total, dengan kekuatan korelasi sedang. Oleh karena itu, kendali
glikemik secara tidak langsung juga memberikan pengaruh terhadap penurunan
HDL dan peningkatan kadar kolesterol (Rheza Priyadi. 2012).
-
22
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
3.1 Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan model konseptual yang berkaitan dengan
bagaimana seorang peneliti menyusun teori atau menghubungkan secara logis
beberapa faktor yang di anggap penting untuk masalah (Novita, Rika, dan Miratu.
2015).
Penderita Diabetes Mellitus Diabetes Melitus Tipe 2
Diabetes Melitus Tipe 1 Diabetes Melitus Tipe Lain
Keterangan:
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Gambaran Trigliserida Pada Penderita
Diabetes Mellitus Tipe 2
Hiperglikemia
Trigliserida LDL HDL
Normal Ambang batas Tinggi Sangat tinggi
Hipertrigliseridemia
1. Arterosklerosis 2. Strok 3. PJK(Penyakit Jantung Koroner)
Diteliti
Tidak diteliti
Mempengaruhi
Garis hubung
Pemeriksaan
Trigliserida Serum
Fotometer
Metode GPO
Dislipidemia
Kolesterol
22
-
23
3.2 Penjelasan Kerangka Konsep
Peningkatan Trigliserida merupakan salah satu kelainan dislipidemia yang
dapat di pengaruhi oleh terjadinya hiperglikemia. Hiperglikemia di bagi dalam
beberapa tipe yaitu, diabetes melitus tipe 1, diabetes melitus tipe 2 dan diabetes
melitus tipe lain. Diabetes melitus tipe 2 pada penelitian ini yang akan diteliti
dengan cara pemeriksaan kadar trigliserida, sampel yang akan diteliti yaitu
berupa serum penderita dan dibaca kadarnya dengan fotometer metode GPO
(Gliserol 3-fosfat oksidase) yang akan di dapatkan hasil normal, ambang batas,
tinggi, dan sangat tinggi. Pada kadar trigliserida yang tinggi dan sangat tinggi di
sebut hipertrigliseridemia.
Hipertrigliseridemia merupakan faktor pemicu terjadinya komplikasi
seperti arterosklerosis, strok dan PJK, namun dalam hal ini tidak kami lakukan
penelitian lebih lanjut.
-
24
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Waktu dan Tempat Penelitian
4.2.1 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai dari perencanaan (penyusunan
proposal) sampai dengan penyusunan laporan akhir, yaitu dari bulan
Desember 2016 sampai bulan Juli 2017.
4.2.2 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 di
Puskesmas Mojoagung Kabupaten Jombang dengan pengujian kadar
trigliserida pada penderita diabetes melitus tipe 2 yang dilaksanakan di
laboratorium Puskesmas Mojoagung Kabupaten Jombang.
4.2 Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan struktur konseptual yang diperlukan peneliti untuk
menjalankan riset yang merupakan blueprint yang diperlukan untuk
mengumpulkan, mengukur, dan menganalisis data dengan koefisien (Nasir,
Muhith & Ideputri. 2011).
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif.
Peneliti menggunakan desain ini, karena peneliti hanya ingin menggambarkan
kadar trigliserida pada penderita diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas
Mojoagung Kabupaten Jombang.
4.3 Populasi, Sampel dan Sampling
4.3.1 Populasi
Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian atau objek yang akan
diteliti (Notoatmodjo. 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
penderita diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas Mojoagung, dengan jumlah
24
-
25
rata-rata pasien penderita diabetes melitus tipe 2 setiap bulan sejumlah 61
pasien.
4.3.2 Sampel
Sampel merupakan sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti dan
dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo. 2010). Pada penelitian ini
sampel yang diambil adalah penderita diabetes melitus tipe 2 di puskesmas
mojoagung, Jombang yang menghadiri pemeriksaan rutin pada tanggal 15
juni 2017 sejumlah 20 sampel.
4.3.3 Sampling
Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat
mewakili populasi (Nursalam. 2008). Teknik pengambilan sampling yang di
gunakan oleh peneliti ini adalah Accidental Sampling, merupakan teknik
pengambilan kasus atau responden yang kebetulan ada atau tersedia di suatu
tempat sesuai dengan konteks penelitian (Notoatmodjo. 2010).
4.4 Intrumen Penelitian dan Prosedur Pemeriksaan
4.4.1 Intrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk
pengumpulan data (Notoatmodjo. 2010). Pada penelitian ini instrumen yang
digunakan untuk data penunjang penelitian adalah lembar observasi. Lembar
observasi merupakan pengumpulan data secara formal kepada subjek untuk
menjawab pertanyaan secara tertulis (Nursalam. 2013). Peneliti memberikan
lembar persetujan kepada responden, dan responden menjawab pertanyaan
pada lembar koesioner sebagai syarat penelitian. sedangkan instrumen utama
adalah pemeriksaan trigliserida, alat dan bahan yang digunakan untuk
pemeriksaan kadar trigliserida adalah sebagai berikut :
-
26
Alat Bahan
1. Spuit injeksi 3 ml 1. Alkohol 70%
2. Tourniquet 2. Aquades
3. Kapas 3. Serum
4. Tabung reaksi 4. Reagen trigliserida.
5. Rak tabung reaksi
6. Pipet tetes
7. Centrifuge
8. Tabung serologi
9. Photometer
10. Pipet mikrometer 5-50 µl.
4.4.2 Prosedur Pemeriksaan
Metode pemeriksaan : gliserol-3-pospat-oksidase (GPO).
Prinsip : Penentuan trigliserida setelah pemecahan enzimatik dengan
lipoprotein lipase. Indikatornya adalah quinoneimine yang dihasilkan dari
4-aminoantipyrine dan 4-chlorophenol oleh hydrogen peroxide di bawah
aksi katalitik peroksidase.
Prosedur pemeriksaan trigliserida :
1. Pengambilan Darah Vena.
1) Pengambilan darah dilakukan pada salah satu vena cubiti.
2) Membendung lengan pada bagian atas dengan torniquet supaya vena
terlihat dengan jelas.
3) Mengdisinfeksikan lokasi yang akan di ambil dengan alkohol 70% dan
dibiarkan kering kembali.
4) Menusukkan jarum pada lokasi yang telah disinfeksi sampai mengenai
vena, dengan lubangg jarum di atas.
-
27
5) Meregangkan bendungan dan perlahan-lahan penghisap spuit ditarik
sampai didapatkan jumlah darah 3 ml.
6) Melepaskan pembendung serta meletakkan kapas di atas jarum dengan
spuit dicabut perlahan-lahan.
7) Selanjutnya jarum dipisahkan dari spuit dan darah dialirkan ke dalam
tabung reaksi yang sudah diberi label, bersih, dan kering melalui dinding
tabung.
2. Cara Pembuatan Serum
1) Darah yang telah di masukkan pada tabung dibiarkan selama 10-20
menit.
2) Darah disentrifuge selama 15 menit dengan kecepatan 3000 rpm.
3) Memisahkan serum dari endapan sel darah merah dengan cara dipipet
dan ditampung dalam tabung reaksi yang bersih dan kering.
3. Cara Pemeriksaan Trigliserida
1) Menyiapkan tiga tabung reaksi dan dipipet sebagai berikut:
Tabel 4.4.2 Prosedur Pemeriksaan Trigliserida
Tabung Blangko Standar Sampel Monoreagen 1000 µl 1000 µl 1000 µl Sampel - - 10 µl
Standar - 10 µl -
2) Mencampur dan menginkubasi selama 15 menit dalam suhu ruang (16-
25ºC) atau 5 menit dalam suhu 37ºC.
3) Membaca absorbansi sampel dan standar pada panjang gelombang 546
nm.
4.5 Teknik Pengolahan dan Analisis Data
4.5.1 Pengolahan Data
Setelah data terkumpul, maka dilakukan pengolahan data melalui
tahapan editing, coding, dan tabulating.
-
28
1. Editing
Adalah suatu kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian formolir
atau kuesioner (Notoatmodjo. 2010). Pada proses editing ini akan diteliti
lembar formulir kuesioner dengan cara pengecekan kembali setelah lembar
kuesioner di terima oleh peneliti, pengecekan tersebut di lakukan pada saat
itu juga dan di tempat itu juga.
2. Coding.
Yaitu pengubahan data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka
atau bilangan (Notoatmodjo. 2010). Pada penelitian ini peneliti memberikan
kode sebagai berikut.
1) Responden
Responden no. 1 kode R1
Responden no. 2 kode R2
Responden no. n kode Rn
2) Jenis Kelamin
Laki-laki Kode L
Perempuan Kode P
3) Umur Kode U
40-55 Kode U1
56-75 Kode U2
3. Tabulating.
Yaitu membuat tabel data, sesuai dengan tujuan penelitian atau yang
diinginkan oleh peneliti (Notoatmodjo. 2010). Dalam penelitian ini data
disajikan dalam bentuk tabel sesuai dengan jenis variabel yang diolah yaitu
hasil pemeriksaan kadar trigliserida pada penderita diabetes melitus tipe 2.
-
29
4.5.2 Analisis Data
Analisa data dalam penelitian ini akan disajikan dalam bentuk tabel yang
menunjukkan kadar trigliserida pada penderita diabetes mellitus tipe 2,
sehinnga menghasilkan tujuan dari penelitian, dan hasil yang diperoleh akan
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut ini :
P = x 100 %
Keterangan :
P : Persentase
f : Frekuensi hasil pemeriksaan peningkatan kadar trigliserida
N : Jumlah sampel yang diteliti
Setelah diketahui persentase perhitungan, kemudian ditafsirkan dengan
kriteria sebagai berikut :
76-100% : Hampir seluruh responden
51-75 % : Sebagian besar responden
50% : Setengah responden
26-49% : Hampir setengah responden
1-25% : Sebagian kecil responden
0% : Tidak ada satupun responden
4.6 Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel.
4.6.1 Identifikasi Variabel
Variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja, yang di
tetapkan oleh peneliti untuk di pelajari, sehingga di peroleh informasi hal
tersebut kemudian di tarik kesimpulannya (Asep dan Bahrudin. 2014).
Variabel yang digunakan dalam pelelitian ini adalah kadar trigliserida pada
penderita diabetes melitus tipe 2.
-
30
4.6.2 Definisi Operasional Variabel.
Definisi operasional yaitu variabel dapat diukur dengan menggunakan
instrumen atau alat ukur, maka variabel harus diberi batasan atau definisi
yang operasioanl (Notoatmodjo. 2010). Definisi operasional variabel pada
penelitian ini dapat di gambarkan sebagai besrikut :
Tabel 4.6 Definisi operasional variabel kadar trigliserida pada penderita diabetes melitus tipe 2.
Variabel Devinisi Operasional
Alat Ukur Skala Katagori
Kadar trigliserida pada penderita diabetes melitus tipe 2
Banyaknya jumlah trigliserida dalam darah vena pada penderita diabetes melitus tipe 2.
Observasi dengan pemerksaan trigliserida pada Fotometer dengan metode GPO
Rasio Normal, (
-
31
4.7 Kerangka Kerja (Frame Work)
Kerangka kerja merupakan langkah-langkah dalam aktivitas ilmiah, mulai dari
penetapan populasi, sampel, dan seterusnya, yaitu kegiatan sejak awal
dilaksanakannya penelitian (Nursalam. 2008).
Kerangka kerja dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Identifikasi Masalah
Desain
PenelitianDeskript
if
PopulasiSemua Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Puskesmas Mojoagung, Jombang sejumlah 61
penderita
Sampel Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 di Puskesmas Mojoagung, Jombang yang menghadiri
pemeriksaan rutin pada tanggal 15 Juni 2017 sejumlah 20 sampel
Sampling Accidental
Sampling
Pengumpul Data Pengambilan sampel darah dan pemeriksaan trigliserida
Pengolahan dan Analisa
DataEditing, Coding dan
Tabulating
Penyusunan Laporan Akhir
Gambar 4.7 Kerangka kerja pemeriksaan kadar trigliserida pada penderita diabetes
melitus tipe 2 di Puskesmas Mojoagung, Jombang.
-
32
4.8 Etika Penelitan
4.8.1 Informed Consent (lembar Persetujuan)
Informed consent diberikan sebelum penelitian dilakukan pada subjek
penelitian diberitahu tentang maksud dan tujuan penelitian, jika subjek
bersedia responden menandatangani lembar persetujuan
4.8.2 Anonymity (Tanpa Nama)
Responden tidak perlu mencantumkan namanya pada lembar
pengumpulan data cukup menulis nomor responden atau inisial unuk
menjamin kerahasiaan identitas.
4.8.3 Confidentiality (Kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi yang diperoleh dari responden akan dijamin
kerahasiaan oleh peneliti, penyajian data atau hasil penelitian hanya
ditampilkan pada forum akademi.
-
33
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan menampilkan data responden dan pembahsan
dari hasil penelitian dengan judul Pemeriksaan Kadar Trigliserida Pada Penderita
Diabetes Melitus Tipe 2 yang di laksanakan di Puskesmas Mojoagung, Jombang
pada bulan juni 2017.
5.1 Hasil Penelitian
5.1.1 Gambaran Umum Puskesmas Mojoagung
Secara geografis, Puskesmas Mojoagung terletak pada bagian
timur wilayah Kabupaten Jombang yang berbatasan dengan
Kabupaten Mojokerto di Jalan raya Miagan No.327 Mojoagung
Jombang 61482. Adapun batas-batas wilayah kerja Puskesmas
Mojoagung adalah:Sebelah utara berbatasan dengan Kec. Sumobito
dan Wilayah kerja Puskesmas Gambiran, sebelah timur berbatasan
dengan Kec. Trowulan Kab. Mojokerto, sebelah barat berbatasan
dengan Kec. Jogoroto dan, sebelah selatan berbatasan dengan Kec.
Mojowarno.
Berdasarkan batas wilayah kerja di atas maka wilayah kerja
Puskesmas Mojoagung meliputi 10 desa/kelurahan antara lain, Desa
miagan, Desa Mojotrisno, Desa tanggalrejo, Desa dukuh dimoro, Desa
dukuh mojo, Desa karangwinongan, Desa kademangan, Desa kedung
lumpang, Desa murukan, Desa saketi.
Puskesmas ini menjadi salah satu puskesmas yang diunggulkan
oleh Pemerintah Kabupaten Jombang karena Puskesmas Mojoagung
memiliki keunggulan yaitu, Pelayanan Kesehatan Komplementer,
Taman Pemulihan Gizi (TPG), Pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual
33
-
34
dengan Asam Asetat) serta pengobatan Cryo Terapy, General Medical
Check-Up (GMC), Tb rujukan, Pemdidikan Pelatihan oleh mahasiswa.
Berdasarkan perencanaan yang telah ditetapkan sejak tahun 2004
yang lalu maka tahapan puskesmas mojoagung direncanakan sebagai
berikut, Puskesmas Plus 2004-2005, Puskesmas Idaman 2005-2006,
Puskesmas Idola 2007-2011 dengan ISO 9001-2008, Puskesmas
terpercaya 2012 dan saat ini Puskesmas Mojoagung telah
memperoleh sertifikat sebagai puskesmas terakreditasi.
Pelayanan laboratorium di Puskesmas Mojoagung meliputi
pemeriksaan laboratorium sederhana (Darahlengkap, Urin lengkap,
Feses lengkap, Serologi, BTA, dan Malaria) dan kimia klinik.
5.1.2 Data Umum
1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Responden di Puskesmas Mojoagung Jombang pada Bulan Juni 2017
No Umur Frekuensi Persentase (%)
1 40-55 9 45 2 56-75 11 55
Jumlah 20 100
Sumber: Data Primer 2017
Berdasarkan tabel 5.1. menunjukkan bahwa sebagian besar
responden berumur 56-75 dengan frekuensi 11 responden (55%).
2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin Responden di Puskesmas Mojoagung pada Bulan Juni 2017
No Jenis Kelamin frekuensi Persentase (%)
1 Laki-laki 5 25
2 Perempuan 15 75
Jumlah 20 100
Sumber: Data Primer 2017
-
35
Berdasarkan tabel 5.2 menunjukkan bahwa hampir seluruh
responden berjenis kelamin perempuan dengan frekuensi 15
responden (75%)
3. Karakteristik Responden Berdasarkan Riwayat Keturunan Diabetes
Melitus
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Riwayat Keturunan di Puskesmas Mojoagung Jombang pada Bulan Juni 2017
No Riwayat Keturunan Frekuensi Persentase (%)
1 Iya 6 30
2 Tidak 14 70
Jumlah 20 100
Sumber: Data Primer 2017
Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan bahwa hampir seluruh
responden tidak memiliki riwayat keturunan dengan frekuensi 14
responden (70%).
4. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Menderita Diabetes
Melitus.
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Lama Menderita di Puskesmas Mojoagung Jombang pada Bulan Juni 2017
No. Lama Menderita Frekuensi Persentase (%)
1 5 Tahun 12 60
Jumlah 20 100
Sumber: Data Primer 2017
Berdasarkan tabel 5.4 menunjukkan bahwa sebagian besar
responden menderita >5 tahun dengan frekuensi 12 responden
(60%).
5. Karakteristik Responden Berdasarkan Melakukan Olah Raga
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Melakukan Olah Raga di Puskesmas Mojoagung Jombang pada Bulan Juni 2017
No. Olah Raga Frekuensi Persentase (%)
1 Iya 11 55 2 Tidak 2 10 3 Jarang 7 35
Jumlah 20 100
Sumber: Data Primer 2017
-
36
Berdasarkan tabel 5.5 menunjukkan bahwa sebagian besar
responden melakukan olah raga dengan frekuensi 11 responden
(55%)
6. Karakteristik Responden Berdasarkan Konsumsi Obat Diabetes
Melitus
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Konsumsi Obat Diabetes Melitus di Puskesmas Mojoagung Jombang pada Bulan Juni
2017
No. Konsumsi Obat Frekuensi Persentase (%)
1 Iya 19 95 2 Tidak 1 5 3 Jarang 0 0
Jumlah 20 100
Sumber: Data Primer 2017
Berdasarkan tabel 5.6 menunjukkan bahwa hampir seluruh
responden konsumsi obat diabetes dengan frekuensi 19 responden
(95%).
7. Karakteristik Responden Berdasarkan Monitoring Secara Rutin
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Monitoring Secara Rutin di Puskesmas Mojoagung Jombang pada Bulan juni 2017
No. Monitoring Secara Rutin
Frekuensi Persentase (%)
1 Iya 19 95 2 Tidak 1 5
Jumlah 20 100
Sumber: Data Primer 2017
Berdasarkan tabel 5.7 menunjukkan bahwa hampir seluruh
responden memonitoring secara rutin dengan frekuensi 19
responden (95%).
5.1.3 Data Khusus
Kadar trigliserida pada penderita diabetes melitus tipe 2
dikatagorikan menjadi normal, ambang batas, tinggi, dan sangat
tinggi yang dapat dilihat pada tabel 5.8
-
37
Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kadar Trigliserida pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Puskesmas Mojoagung Jombang pada Bulan Juni 2017
No. Kadar Trigliserida Frekuensi Persentase (%)
1 Normal 13 65 2 Ambang Batas 5 20 3 Tinggi 2 10 4 Sangat Tinggi 0 0
Jumlah 20 100
Sumber: Data Primer 2017
Berdasarkan tabel 5.8 menunjukkan bahwa sebagian besar
responden memiliki kadar trigliserida normal dengan 13 frekuensi
(65%), sebagian kecil responden memiliki kadar trigliserida ambang
batas tinggi dengan 5 frekuensi (20%), dan sebagian kecil
responden memiliki kadar trigliserida tinggi dengan 2 frekuensi
(10%).
5.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.8 yang telah dilakukan peneliti,
menunjukkan hasil pemeriksaan kadar trigliserida pada penderita diabetes
melitus tipe 2 sebanyak 20 responden di Puskesmas Mojoagung Jombang yang
diambil secara Accidental Sampling. Diperoleh sebagian besar responden
memiliki kadar trigliserida normal sebanyak 13 responden (65%), sebagian kecil
responden memiliki kadar trigliserida ambang batas tinggi sebanyak 5 responden
(20%), sebagian kecil responden memiliki kadar trigliserida tinggi sebanyak 2
responden (10%), dan tidak ada satupun responden memiliki kadar trigliserida
sangat tinggi sebanyak 0 responden (0%).
Berdasarkan hasil penelitian sebagian besar responden memiliki kadar
trigliserida normal, hal tersebut dapat di lihat pada tabel 5.6 menunjukkan bahwa
hampir seluruh responden konsumsi obat diabetes dan dapat dilihat pada tabel
5.7 menunjukkan bahwa hampir seluruh responden memonitoring secara rutin,
-
38
penderita mengikuti kegiatan yang di programkan oleh Puskesmas untuk
mengelola penyakit diabetes melitus agar kualiitas hidup penderita diabetes
melitus lebih baik, seperti kegiatan olah raga, edukasi, mengontrol kadar gula
secara taratur serta menjalani pengobatan secara teratur, sehingga komplikasi
diabetes melitus bisa dihindari seperti terjadinya hipertrigliseridemia yang bisa
mengakibatkan aterosklerosis.
Menurut Lukman dislipidemia pada penderita diabetes melitus disebut
sebagai dyslipidemia diabetik dimana keadaan ini memicu seluruh jaringan yang
menyimpan lemak yang di sebut adipose, terutama yang disebut sebagai lemak
visceral di dalam tubuh untuk terjadinya penyempitan dan penyumbatan
pembuluh darah termasuk arterosklerosis (Lukman. 2015). Sedangkan cara
mencegah dan menurunkan tingginya kadar trigliserida yaitu dengan
menghindari atau pantang mengkonsumsi gula dan manis-manisan, melakukan
diet serta banyak mengkomsumsi sayuran, tidak suntik insulin yang bukan
semestinya, menurunkan berat badan, mengontrol diabetesnya dengan baik
serta melakukan olah raga maksimal lima kali dalam satu minggu (Zulaikah.
2016).
Berdasarkan pada tabel 5.8 menunjukkan bahwa sebagian kecil responden
memiliki kadar trigliserida katagori ambang batas tinggi sebanyakk 5 responden
(20%). Hal ini dikarenakan responden tidak menjaga pola makan yang sehat
serta gaya hidup yang kurang baik.
Menurut Suiraiko faktor resiko pada penderita diabetes dikelompokkan
menjadi 2 yaitu, faktor yang tidak bisa di ubah dan faktor yang dimodifikasi atau
di ubah, pada faktor modifikasi penderita tidak menjaga pola makan cenderung
berlebih sehingga menyebabkan timbulnya obesitas, aktivitas fisik yang kurang
gerak menyebabkan kurangnya pembakaran energi oleh tubuh sehingga
kelebihan energi dalam tubuh akan disimpan dalam bentuk lemak dalam tubuh,
-
39
keadaan stres mengarah pada kenaikan berat badan terutama pada kortisol,
hormon stres utama. Kortisol yang tinggi menyebabkan peningkatan trigliserida
darah, serta pemkaian obat-obatan golongan kartikosteroid dalam jangka waktu
lama (Suiraiko. 2012).
Berdasarkan tabel 5.8 menunjukkan bahwa sebagian kecil responden
memiliki kadar trigliserida katagori tinggi sebanyak 2 respponden (10%). Hal ini di
karenakan penderita mengkomsumsi makanan yang banyak mengandung
karbohidrat serta lemak.
Menurut Lukman trigliserida merupakan cadangan energi yang penting dari
lipid yang utama pada manusia, yaitu sekitar 90% jaringan lemak tubuh. Semakin
tinggi konsenttrasi trigliserida , maka semakin rendah kepadatan dari lipoprotein.
Trigliserida akan meningkat dan mencapai puncaknya setelah 4-6 jam setelah
makan dan kembali keadaan semula setelah 12 jam. Lipoprotein dengan
trigliserida tinggi berasal dari dua sumper yaitu, usus dan hati. Usus
memproduksi kilomikron setelah mencerna makanan yang mengandung lemak.
Dalam peredarannya, trigliserida dari kilomikron dihidrolisa oleh lipoprotein lipase
yang memecah lipoprotein ini menjadi kilomikron remnant. kilomikron remnant
lalu menuju hati memproduksi VLDL. VLDL mengalami lipolysis oleh lipoprotein
lipase menjadi VLDL remnant. VLDL remnant sebagian menuju ke hati dan
sebagian di ubah menjadi LDL. LDL sebagian besar ke hati dan sebagian ke
jaringan lain. Pada penderita kencing manis, terdapat dua ketidak normalan
sistem metabolisme trigliserida, yaitu kelebihan produksi kolesterol jahat yang
berbentuk kecil dan padat (VLDL), dan kelebihan pemecahan lemak sehingga
lemak dalam aliran darah beredar bebas dalam jumlah yang banyak atau disebut
sebagai lipolisis yang tidak efektif oleh lipoprotein lipase. Kedua kelaianan ini
akhirnya menyebabkan terjadinya peningkatan kadar trigliserida di atas normal
atau disebut sebagai hipertrigliseridemia. Pada penderita diabetes melitus tipe 2
-
40
terjadi karena resisten insulin perifer dan bertampak pada kelaina dislipidemia
yang akan meningkatkan trigliserida, LDL, VLDL, dan menurunnya HDL.
Semakin insulin resisten maka semakin meningkatkan produksi trigliserida dan
VLDL di dalam hati (Lukman. 2015).
-
41
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dari 20 responden sebagian
besar responden memiliki kadar trigliserida normal.
6.2 Saran
6.2.1 Bagi Penderita Diabetes Millitus tipe 2
Diharapkan penderita diabetes mellitus tipe 2 dengan kadar trigliserida
katagori normal tetap mempertahankan kadar trigliserida dan tetap secara
rutin memeriksakan dan mengontrol kadar gula darah, sedangkan pada
penderita diabetes melitus tipe 2 dengan kadar trigliserida katagori ambang
batas tinggi dan kadar trigliserida katagori tinggi diharapkan dapat menjaga
pola makan, olah raga, melakukan diet, menghindari makanan yang banyak
mengandung karbohidrat, komsumsi obat dan memeriksakan kadar
trigliserida secara berkala, sehingga dapat mencegah trigliserida dalam darah
meningkat dan menghindari faktor resiko terhadap penyakit komplikasi akibat
hipetrigliseridemia.
6.2.2 Bagi Analis Kesehatan
Diharapkan tenaga analis kesehatan dapat melakukan pemeriksaan
dengan benar dan teliti agar didapat hasil yang tepat dan akurat serta dapat
memberikan edukasi tentang hipertrigliseridemia pada penderita diabetes
melitus tipe 2.
6.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan dapat menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya dan untuk
pengembangan penelitian selanjutnya dengan tema faktor-faktor yang
41
-
42
mempengaruhi peningkatan trigliserida pada penderita diabetes melitus tipe
2.
-
DAFTAR PUSTAKA
Alfred Dr. Sutrisno Sp. BS (2007). Stroke???Sebaiknya Anda Tahu sebelum
Anda Terserang Stroke.
Apriaji, dan Sumantri. (2014). Hypercoagulable State dan Diabetes Melitus Tipe
2: Korelasi antara Fibrinogen dan HbA1c.
Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang 2012, Profil Kesehatan Kabupaten
Jombang, Jombang, Diakses tanggal 19 Nopember 2016.
Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang 2013, Profil Kesehatan Kabupaten
Jombang, Jombnag, Diakses tanggal 19 Nopember 2016.
Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang 2014, Profil Kesehatan Kabupaten
Jombang, Jomang, Diakses tanggal 20 Nopember 2016.
Ratnasari Ekawati E (2012). Hubungan Kadar Glukosa darah Terhadap
Hypertriglyceridemia Pada Penderita Diabetes Mellitus. Fakultas Sains
dan Teknologi, Universitas Airlangga. Surabaya.
Fauziah dan Suryanto (2012). Perbedaan Kadar Trigliserid pada Penderita
Diabetes Melitus Tipe 2 Terkontrol dengan Diabetes Melitus Tipe 2 Tidak
Terkontrol. Fakultas Kedokteran dan Ilmu kesehatan, Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.
Haryanto Jane (2012). Efek Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.)
Terhadap Kadar Trigliserida Tikus Jantan Wistar.
Hasdianah Dr. H.R. (2012). Mengenal Diabetes Mellitus Pada Orang Dewasa
dan Anak-anak dengan Solusi Herbal. Penerbit: Nuha Medika, Cetakan I,
Yogyakarta
Kurniawan, Bahrun. (2013). Kadar oxLDL pada Penderita Diabetes Melitus Tipe
2 Terkontrol dan Tidak Terkontrol. Universitas Hasanuddin Makasar.
Kementerian Kesehatan RI 2014, Situasi dan Analisis Diabetes, Jakarta Selatan.
Konsensus Pengolahan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia
201 Penerbit PB PERKENI. Di Akses tangal 22 Desember 2016.
http://pbperkeni.or.id/newperkeni/panduan-guideline/ .
Nisfatul, dan Suryanto. (2012). Perbedaan Kadar Trigliserida pada Penderita
Diabetes Melitus Tipe 2 Terkontrol dengan Diabetes Melitus Tipe 2
Tidak Terkontrol. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Nursalam (2008), Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu
Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta.
Notoadmodjo, S. Prof. Dr (2010), Metodelogi Penelitian Kesehatan. Penerbit PT Rineka Cipta, Jakarta.
Perkumpulan Endrokinologi Indonesia (2015). Pengolahan Dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Indonesia. Penerbit: PB PERKENI.
http://pbperkeni.or.id/newperkeni/panduan-guideline/
-
Priyadi, dan Ratna. (2012). Hubungan Antara Kendali Glikemik dengan Profil
Lipid pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2. Denpasar:
Parning, Horale, & Tiopan (2006), KIMIA. Yudistira.
Pahan, I (2006), Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Puspa Swara, Jakarta.
Peter, Dr. J. , D’Adamo, dan Catherine, W (2009), Memerangi Diabetes Melalui
Diet Golongan Darah. Cetakan I, Penerbit PT Bentang Pusta,
Yogyakarta.
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia (2013). Pedoman
Tatalaksana Dislipidemia.
Ratnasari, E. (2012). Hubungan Kadar Glukosa Darah Terhadap
Hypertriglyceridemia pada Penderita Diabetes Mellitus.Universitas
Airlangga.
Rubenstein, Wayne, D. , & John (2007), Lecture Notes Kedokteran Klinis. Edisi
Keenam, Peterbit Erlangga.
Suiraoka IP. (2012). Penyakit Degeneratif Mengenaln Mencegah, dan
Mengurangi Faktor Resiko 9 Penyakit Degeneratif. Penerbit: Nuha
Medika, Cetakan I, Yogyakarta
Syahrizal (2014), Hubungan Kadar Trigliserida dengan Kejadian Stroke Iskemik
di RSUD SUKOHARJO. Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah: Surakarta.
Sumardjo, D (2009), Pengantar Kimia Buku Panduan Kuliah Mahasiswa
Kedokteran dan Program Strata I Fakultas Bioeksakta. Cetakan
Pertama, Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Saepul Hamdi, dan Bahruddin, E (2014), Metode Pendidikan Kuantitatif Aplikasi
Dalam Pendidikan. Edisi Pertama, Penerbit Deepublish.
Waris, dan Lukman. (2015), Kencing Manis(Diabetes Melitus) di Sulawesi
Selatan. Edisi Pertama, Penerbit Yayasan Pustaka Obor Indonesia,
Jakarta.
Zulaika, S (2016), Pola Hubungan Antara Kadar Kolesterol dengan Trigliserida. Prodi Analis Kesehatan-AAKMAL, Malang.
-
INFORMED CONSENT
(Lembar Persetujuan)
Pernyataan Kesediaan menjadi Responden Penelitian :
Pemeriksaan Kadar Trigliserida Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2
(studi di Puskesmas Mojoagung Kabupaten Jombang)
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
No Responden : ...............................................................................
Alamat : ...............................................................................
Menyatakan bersedia dan berpartisipasi menjadi responden
penelitian yang akan dilakukan oleh Irma Ayulia Kartini, mahasiswa dari
Program Studi DIII Analis Kesehatan STIKes ICMe Jombang.
Dengan pernyataan ini saya tanda tangani untuk dapat dipergunakan
seperlunya dan apabila di kemudian hari terdapat perubahan atau
keberatan, maka saya dapat mengajukan kembali hal keberatan tersebut.
Jombang, Juni 2017
Responden
Lampiran 1
-
KUESIONER SECARA UMUM
IDENTITAS RESPONDEN
No. Responden :
Jenis Kelamin :
I. Aspek Perilaku Penderita DM Tipe 2 responden
Berilah tanda centang ( √ ) pada kolom di bawah ini.
1) Apakah mempunyai keturunan Diabetes Melitus?
1. Ya
2. Tidak
2) Berapakah umur penderita diabetes melitus tipe 2?
1. 40-55 Tahun
2. 56-75 Tahun
3) Berapa tahun menderita Diabetes Melitus?
1. 5 Tahun
4) Apakah melakukan olah raga rutin?
1. Iya
2. Tidak
3. Jarang
5) Apakah mengkonsumsi obat-obatan Diabetes Melitus secara
teratur?
1. Iya
2. Tidak
3. Jarang
6) Apakah melakukan monitoring gula darah secara rutin?Tiap
bulan?
1. Iya
2. Tidak
Lampiran 2
-
STANDART OPERASIONAL PROSEDUR
PEMERIKSAAN KADAR TRIGLISERIDA PADA PENDERITA
DIABETES MELITUS TIPE 2
(Studi di Puskesma Mojoagung Kabupaten Jombang)
A. Prosedur Pemeriksaan Kadar Trigliserida.
4. Pengambilan Darah Vena.
8) Pengambilan darah dilakukan pada salah satu vena cubiti.
9) Membendung lengan pada bagian atas dengan torniquet supaya
vena terlihat dengan jelas.
10) Mengdisinfeksikan lokasi yang akan di ambil dengan alkohol 70%
dan dibiarkan kering kembali.
11) Menusukkan jarum pada lokasi yang telah disinfeksi sampai
mengenai vena, dengan lubangg jarum di atas.
12) Meregangkan bendungan dan perlahan-lahan penghisap spuit
ditarik sampai didapatkan jumlah darah 3 ml.
13) Melepaskan pembendung serta meletakkan kapas di atas jarum
dengan spuit dicabut perlahan-lahan.
14) Selanjutnya jarum dipisahkan dari spuit dan darah dialirkan ke
dalam tabung reaksi yang sudah diberi label, bersih, dan kering
melalui dinding tabung.
5. Cara Pembuatan Serum
4) Darah yang telah di masukkan pada tabung dibiarkan selama 10-20
menit.
5) Darah disentrifuge selama 15 menit dengan kecepatan 3000 rpm.
Lampiran 3
-
6) Memisahkan serum dari endapan sel darah merah dengan cara
dipipet dan ditampung dalam tabung reaksi yang bersih dan kering.
6. Cara Pemeriksaan Trigliserida
4) Menyiapkan tiga tabung reaksi dan dipipet sebagai berikut:
Tabel 2.2.6 Prosedur Pemeriksaan Trigliserida
Tabung Blangko Standar Sampel Monoreagen 1000 µl 1000 µl 1000 µl Sampel - - 10 µl
Standar - 11 µl -
5) Mencampur dan menginkubasi selama 15 menit dalam suhu ruang
(16-25ºC) atau 5 menit dalam suhu 37ºC.
6) Membaca absorbansi sampel dan standar pada panjang
gelombang 546 nm.
Lampiran 3
-
LEMBAR OBSERVASI
Pemeriksaan Kadar Trigliserida pada Penderita Dia