evapro revisi

Upload: henriksardi

Post on 06-Jul-2015

476 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

LAPORAN KASUS STASE 6 PROGRAM POKOK PUSKESMAS

PERMASALAHAN PADA PROGRAM PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR (P2M) DI PUSKESMAS I TAMBAK

Disusun oleh: Fika Afianti Septina Kautsari M. Yogi Rahma K1A003012 K1A003035 K1A003031

Pembimbing : dr. Dri Kusrini NIP. 19720112.2002122.004

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN KOMUNITASILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PURWOKERTO 2009

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KASUS STASE 6 PROGRAM POKOK PUSKESMAS

PERMASALAHAN PADA PROGRAM PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR (P2M) MALARIA DI PUSKESMAS I TAMBAK

Disusun Oleh Fika Afianti Septina Kautsari M. Yogi Rahma K1A003012 K1A003035 K1A003031

Disusun untuk memenuhi syarat mengikuti program pendidikan profesi dokter Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran KomunitasIlmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Dan Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto

Telah dipresentasikan dan disetujui Tanggal .

Preseptor Lapangan Tanda tangan dan stempel institusi

dr. Dri Kusrini NIP. 19720112.2002122.004

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG Kesehatan merupakan salah satu layanan sosial dasar yang harus dipenuhi oleh pemerintah sebagai kewajibannya untuk menjaga kesejahteraan masyarakat. Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu diselenggarakan pembangunan kesehatan secara menyeluruh dan berkesinambungan. Berdasarkan Kepmenkes no. 128 tahun 2004 Puskesmas adalah penanggung jawab penyelenggara upaya kesehatan untuk jenjang tingkat pertama. Puskesmas merupakan unit organisasi pelayanan kesehatan terdepan yang mempunyai misi sebagai pusat pengembangan pelayanan, yang melaksanakan pembinaan dan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu untuk masyarakat yang tinggal disuatu wilayah kerja tertentu. Wilayah kerja puskesmas pada mulanya ditetapkan satu kecamatan, kemudian dengan semakin berkembangnya kemampuan dana yang dimiliki oleh pemerintah untuk membangun puskesmas, wilayah kerja puskesmas ditetapkan berdasarkan jumlah penduduk di satu kecamatan, kepadatan dan mobilitasnya. Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/ kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Puskesmas sebagai pusat pembangunan kesehatan memegang peranan yang penting karena fungsi dari puskesmas adalah mengembangkan dan membina kesehatan masyarakat serta menyelenggarakan pelayanan kesehatan terdepan dan terdekat dengan masyarakat dalam bentuk kegiatan pokok yang menyeluruh dan terpadu di wilayah kerjanya. Puskesmas sebagai pelayanan kesehatan dasar pada masyarakat, dalam pelaksanaan kegiatannya dijalankan dalam bentuk 6 program pokok Puskesmas. Namun pada umumnya program pokok Puskesmas ini belum dapat dilaksanakan secara optimal. Adanya keterbatasan dan hambatan baik di Puskesmas maupun masyarakat dalam pelaksanaan program pokok Puskesmas maka untuk mengatasinya harus berdasarkan skala prioritas sesuai

permasalahan yang ada, dengan memanfaatkan potensi yang ada di masyarakat dengan melakukan pemberdayaan masyarakat. Dalam tatanan Otonomi Daerah di bidang Kesehatan, Sistim Informasi Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat penting artinya bagi suatu wilayah itu sendiri misalnya di Wilayah Kerja Puskesmas I Tambak, yaitu sebagai sarana penyedia indikator-indikator yang menunjukkan tercapai atau tidaknya kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan. Salah satu hal yang menjadi masalah di Wilayah Kerja Puskesmas I Tambak adalah program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular (P2M). Pemilihan program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular sebagai salah satu masalah dalam program Puskesmas I Tambak adalah karena meningatnya angka kejadian malaria di Desa Watuagung Kecamatan Tambak untuk tahun 2008, program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular muncul sebagai program dengan prioritas masalah no 1. Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular memiliki tujuan menanggulangi dan mencegah timbulnya penyakit menular di masyarakat. Penyelenggaraan pembangunan kesehatan di Indonesia berpedoman pada Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yang ditetapkan pada tahun 1992. Sistem Kesehatan Nasional (SKN) menggambarkan keadaan dan masalah kesehatan. Di Indonesia dalam dua dekade terakhir sampai menjelang tahun 2000 secara menyeluruh dan mencakup berbagai segi yang sangat luas dan komplek, yang di kelompokan dalam beberapa kategori prioritas sebagai berikut : a. Peran serta masyarakat dan kerjasama lintas sektoral. b. Pendidikan kesehatan masyarakat. c. Angka kesakitan dan kematian yang masih tinggi. d. Manajemen dan pelaksanaan upaya kesehatan. e. Sumber daya, terutama tenaga dan dana yang masih terbatas. f. Hal-hal yang dapat menyebabkan cacat fisik dan gangguan jiwa.

B. 6 PROGRAM PUSKESMAS Berdasarkan hasil data sekunder yang diperoleh dari Puskesmas I Tambak tentang 6 program pokok Puskesmas I Tambak pada tahun 2008, maka diperoleh data sebagai berikut : 1. Promosi Kesehatan Program kerjanya adalah melaksanakan penyuluhan kepada masyarakat, biasanya penyuluhan diakukan oleh bidan desa serta petugas kesehatan lainnya. Sasaran dari program promosi kesehatan ini adalah seluruh warga masyarakat di kecamatan tambak. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada program Promosi Kesehatan penyuluhan-penyuluhan yang diakukan terhadap sekelompok masyarakat maupun secara masa. Penyuluhan penyuluhan meliputi : a. Penyuluhan Perilaku Hidup Sehat b. c. Penyuluhan Bayi Mendapat Asi Eksklusif. Mendorong Masyarakat. Berdasarkan data yang telah diperoleh dari profil Puskesmas I Tambak 2008, prosentase rumah tangga yang telah berperilaku hidup sehat mencapai mencapai 20 %. Pencapaian bayi yang mendapat ASI eksklusif mencapai 29,25 %. Dalam Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) di wilayah kerja Puskesmas I Tambak telah memiliki 7 buah Desa Siaga, 6 buah POSKESDES, serta 49 Posyandu. Di tahun 2008 Puskesmas tambak telah melakukan penyuluhan kesehatan sebanyak 4 kali. Penyuluhan ini telah dilakukan di desa Plagkapan sebanyak 2 kali dan di desa Gumelar Lor sebanyak 2 kali. Secara umum pelaksanaan program pokok promosi kesehatan dapat terlaksana dengan baik. 2. Kesehatan lingkungan meliputi a. Penyehatan Air Berdasarkan data yang diperoleh dari profil Puskesmas I Tambak, presentase Jumlah Rumah Sehat menurut desa Puskesmas 1 Tambak pada Terbentuknya Upaya Kesehatan Bersumber

tahun 2008 sebanyak 326 rumah (46,57 %) dari jumlah seluruhnya 7262 rumah. Sedangkan presentase jumlah keluarga yang mempunyai akses air bersih puskesmas I Tambak pada tahun 2008 sebanyak 7392(127,27 %) dari jumlah seluruhnya 7262 keluarga. b. Hygiene dan sanitasi makanan dan minuman Presentase tempat umum dan pengelolaan makanan (TPUM) sehat menurut desa puskesmas I Tambak adalah 39 (35,45%). c. Penyehatan tempat pembuangan sampah dan limbah Presentase Jumlah keluarga yang memiliki pengolahan air limbah sehat sebanyak 688 (95,70%). d. Penyehatan lingkungan pemukiman dan jamban keluarga Presentase Jumlah keluarga yang memiliki jamban sehat sebanyak 643 (58,829%) dari jumlah KK seluruhnya 7262. sedangkan keluarga yang memiliki tempat sampah sehat sebanyak 561 (50,22 %). 3. KIA Perilaku masyarakat merupakan hal yang paling penting dalam meningkatkan kesehatan masyarakat. Pendidikan dan pengetahuan mengenai kesehatan harus ditanamkan agar terjadi perubahan menjadi perilaku sehat. Terjadinya perilaku sehat membutuhkan waktu yang lama, oleh sebab itu program KIA seharusnya lebih merupakan prioritas dalam setiap pengambilan kebijakan pelayanan kesehatan. Perilaku yang sehat mendorong masyarakat untuk berperan aktif menuju masyarakat yang sehat, sehingga akan tercapai penurunan angka kematian bayi. Pencapaian program perilaku masyarakat khususnya program KIA pada Puskesmas I Tambak adalah sebagai berikut: a.K4 b. % c.Persalinan oleh nakes d. Cakupan Neonatal e.Resti masyarakat : 61,07 % : 66,68 % : 5,76 % ; target : 63,2 % ; target : 60 % ; target : 8 % Resti nakes : 56,35% : 13.67 % ; target : 60 % ; target : 13,28

f. Akses Ibu hamil

: 67,4%

; target : 63,2 %

4. Program Gizi Masyarakat Di Puskesmas I Tambak

Upaya perbaikan gizi masyarakat : 1. Pemberian capsul vitamin A (dosis 200.000 SI) pada balita 2 kali/tahun. 2. Pemberian tablet besi 90 tablet pada ibu hamil 3. Pemberian PMT pemulihan balita gizi buruk pada gakin 4. Balita naik berat badannya 5. Balita bawah garis meraha.

Balita ditimbang (D/S) berdasarkan sumber profil puskesmas I tambak tahun 2008, jumlah balita ditimbang sebanyak 1343 (66,72%) dari total balita yang ada sebanyak 2013, hal ini berarti belum mencapai target (D/S) sebanyak 75% pada tahun 2008.

b. Balita BB naik (N/S) berdasarkan sumber profil puskesmas I tambak tahun 2008, jumlah balita yang datang dan ditimbang sebanyak 1235 (91,96%) dari total balita yang ada sebanyak 2013, hal ini berarti telah mencapai target (N/S) sebanyak 55% pada tahun 2008. c. BGM (bawah garis merah) berdasarkan sumber profil puskesmas I tambak tahun 2008, jumlah balita bawah garis merah sebanyak 5 (0,37%) dari total balita yang ada sebanyak 2013. d. Gizi buruk berdasarkan sumber profil puskesmas I tambak tahun 2008, jumlah balita dengan gizi buruk sebanyak 1 (0,07%) dari total balita yang ada sebanyak 2013. e. Pemberian tablet Fe 1 pada ibu hamil berdasarkan sumber profil puskesmas I tambak tahun 2008, sebanyak 487 (96,25%) dari total ibu hamil yang ada sebanyak 506. f. Pemberian tablet Fe 3 pada ibu hamil berdasarkan sumber profil puskesmas I tambak tahun 2008, sebanyak 469 (92,69%) dari ibu hamil yang ada sebanyak 506. g. Jumlah bayi yang diberi ASI eksklusif berdasarkan profil puskesmas I tambak tahun 2008, sebanyak 43 bayi (29,25%) dari total bayi yang ada sebanyak 147. 5. Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular (P2M)

a.

TB Paru Jumlah kasus TB Paru Positif tahun 2008 sebanyak 26 kasus atau sebesar CDR sebesar 16 per 1000 dari perkiraan penemuan 140 kasus, jika dibandingkan dengan tahun 2007 yaitu 19 kasus berarti mengalami kanaikan sebesar 36 %. Dengan kasus TB paru sembuh pada tahun 2008 sebesar 94,74%, Dari data ini menunjukkan hasil yang baik.

b. Diare Angka kesakitan diare sebesar 11,23% dan diare pada balita ditangani sebesar 14,79%. c. Malaria Angka kesakitan malaria tahun 2008 sebesar 2,66. Dengan perincian jumlah seluruh penderita malaria klinis sebanyak 80 orang dengan positif malaria 23 orang. Persentase malaria positif sebesar 29%. d. Kusta Jumlah penderita kusta 1 orang. 6. Pengobatan Pada program puskesmas yang ke enam yaitu pengobatan dapat kita lihat melalui jumlah kunjungan rawat jalan, rawat inap, jumlah kasus tidak menular yang ada serta ketersediaan obat di puskesmas. Jumlah kunjungan baru rawat inap sebanyak 30.088, jumlah kunjungan rawat jalan sebanyak 23.243. Jumlah kasus tidak menular di puskesmas I tambak sebagai berikut : (1) Hipertensi esensial sebanyak 339 kasus, (2) Insulin dependent DM sebanyak 41 kasus, (3) Dekomp kordis sebanyak 3 kasus, (4) Ganguan mental dan perilaku sebanyak 2 kasus, (5) Angina pectoris sebanyak 2 kasus, (6) Ca mamae sebanyak 1 kasus, (7) Ca paru sebanyak 1 kasus, dan (8) Noninsulin DM sebanyak 1 kasus. Ketersediaan obat di Puskesmas I Tambak dalam persentase hampir sebagian besar mencapai 100% dari angka kebutuhan, dan yang lainnya di atas 50 %. Ada beberapa obat yang jumlah ketersediaannya kurang dari 50% antara lain : deksametason 0%, dipenhidramin Injeksi 33,3%, dogoxin 7,5%, GG 2,5%, hydrocortisone SK 30%, salbutamol 40%, deksametason injeksi 0%, clorampenicol sirup 48%, dan colcetine sirup 48%.

Dari data sekunder yang didapatkan, kami mengangkat permasalahan tentang program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular sebagai salah satu masalah dalam program Puskesmas I Tambak, oleh karena meningkatnya angka kejadian malaria di Desa Watuagung di bidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular untuk tahun 2008. C. TUJUAN PENULISAN 1. Tujuan Umum Mengetahui, menganalisis, dan memberi metode pemecahan prioritas masalah dari 6 program pokok Puskesmas I Tambak. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui gambaran umum keadaan kesehatan di wilayah Kecamatan I Tambak. b. Mengenal dan mengetahui gambaran umum Puskesmas I Tambak sebagai pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama. c. Mengetahui secara umum program dan cakupan program Puskesmas I Tambak. d. Mengetahui pelaksanaan dan keberhasilan program-program kesehatan di Puskesmas I Tambak Kabupaten Banyumas. e. Menganalisis kekurangan dan kelebihan pelaksanaan programprogram Puskesmas I Tambak. f. Menentukan alternatif pemecahan masalah dari prioritas masalah pada program-program kesehatan di Puskesmas I Tambak Kabupaten Banyumas. D. MANFAAT PENULISAN a. Sebagai bahan wacana bagi Puskesmas untuk memperbaiki kekurangan yang mungkin masih ada dalam 6 program pokok Puskesmas I Tambak. b. Sebagai bahan pertimbangan bagi Puskesmas untuk melakukan evaluasi dalam kinerja Puskesmas.

c. Sebagai bahan untuk perbaikan Puskesmas kearah yang lebih baik guna mengoptimalkan mutu pelayanan kepada masyarakat pada umumnya dan individu pada khususnya. d. Sebagai bahan untuk memperbaiki kekurangan yang masih dimiliki oleh Puskesmas.

BAB II ANALISIS POTENSI DAN IDENTIFIKASI ISU STRATEGIS

A. Analisa Sistem Pada Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular (P2M): I. INPUT Man Staf : Puskesmas memiliki 2 dokter umum, 1 dokter gigi, 13 Bidan (4 bidan puskesmas, 8 bidan desa, 4 perawat. Staf administrasi sebanyak 6 orang, petugas obat sebanyak 1 orang, petugas gizi sebanyak 1 orang, petugas promosi kesehatan sebanyak 1 orang, petugas P2M sebanyak 1 orang, petugas KIA dan KB sebanyak 4 orang. Puskesmas memiliki 1 orang petugas penyehatan lingkungan yang merangkap sebagai petugas P2M, dan belum ada kader khusus untuk program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular. Biasanya jika terdapat kegiatan dari program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular, Puskesmas menunjuk kader-kader kesehatan Posyandu untuk membantu kegiatan. Money Dana untuk kegiatan program Puskesmas I Tambak berasal dari APBD Kabupaten Banyumas dan JAMKESMAS. Material Obat berasal dari pihak kantor dinas kesehatan tingkat II Kabupaten Banyumas tiap tiga bulan dan vaksin tiap satu bulan. Jumlah dan jenisnya disesuaikan dengan perencanaan yang telah diajukan oleh Puskesmas. Alat-alat inventaris P2M yaitu: alat spray/semprot 1 buah, mikroskop 1 buah, bubuk abate, kaporit, objek glass dan reagen, vaccum nyamuk, oralit, 2 unit kulkas penyimpan vaksin, dan 7 termos penyimpan vaksin dan kendaraan pribadi petugas P2M Puskesmas I Tambak.

Metode Ketrampilan petugas P2M diperoleh dari pendidikan perguruan tinggi dan dari pelatihan-pelatihan yang diadakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas yang diadakan secara insidensil yang hanya berfungsi sebagai refreshing ilmu-ilmu baru. Prosedur kerja dilakukan berdasarkan kasus yang dilaporkan dari masyarakat ke Balai Pengobatan Puskesmas atau pasien rawat inap untuk kemudian dilaporkan ke Puskesmas I Tambak, seperti penyakit menular (Diare, ISPA, Kusta, Pneumonia, Malaria, dan TB Paru). Bisa juga, dilaporkan langsung dari perorangan atau per instansi ke Puskesmas tanpa melalui perantara BP puskesmas. Kasus yang dilaporkan ini akan ditinjau langsung oleh petugas P2M untuk di cari penyebab dan solusi/penanganan masalah yang muncul pada hari yang sama dengan hari pelaporan kasus atau pada keesokan harinya, paling lambar 2 hari setelah pelaporan kasus. Kebijaksanaan Puskesmas terhadap laporan mayarakat (kasus) bekerja sama dengan dinas kesehatan wilayah Banyumas. Minute Jangka waktu pelaksanaan kegiatan program dilaksanakan sesuai jadwal yang telah direncanakan dari petugas P2M dan DINKES (Dinas Kesehatan), yaitu perbulan untuk register bulanan. Dan harian untuk kasus rawat inap atau kasus Balai Pengobatan Puskesmas I Tambak yang dilaporkan. Market Sasaran masyarakat pada program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular (P2M) tentang eradikasi penyakit yang berhubungan dengan P2M (Diare, ISPA, kusta, pneumonia, Malaria, dan TB Paru) ditujukan kepada seluruh masyarakat di wilayah kerja Puskesmas I Tambak.

II. PROSES Perencanaan (P1) : Untuk mempermudah mencapai visi Puskesmas yaitu Mewujudkan Puskesmas I Tambak dengan Pelayanan Kesehatan Prima Untuk Mendukung Banyumas Sehat 2010,perencanaan mengacu pada Standart Pelayanan Minimal (SPM) untuk program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular yang sudah ditetapkan di tingkat Provinsi. Pengorganisasian (P2) Pertemuan dengan para kader P2M (juru malaria desa Watuagung) dan Bidan Desa untuk menggalang kerjasama dan mengupdate informasi terbaru Menyusun kesepakatan tentang pengendalian penyakit menular seperti malaria di Wilayah Kerja Puskesmas I Tambak Penggerakan dan Pelaksanaan Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular Tim P2M Puskesmas I Tambak bekerjasama dengan masyarakat guna menidaklanjuti penyakit menular (Diare, ISPA,Pneumonia, Kusta, Malaria, dan TB Paru), tetapi pergerakan dan pelaksanaan program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular kurang optimal walaupun dari segi petugas P2M sudah maksimal. Hal ini dikarenakan daerah geografis salah satu desa di wilayah kerja Puskesmas I Tambak yaitu desa Watuagung memiliki profil daerah pengunungan dan perbukitan, sehingga hal ini mempersulit pemberantasan penyakit malaria sendiri karena daerah geografisnya dimana daerah pegunungan merupakan habitat dari vektor penyakit malaria. Jumlah Pemberantasan frekuensi Penyakit penyuluhan Menular tentang Pencegahan akibat dan daerah masih kurang

geografisnya yang berupa pegunungan dan perbukitan sehingga sulit dijangkau oleh petugas P2M sehingga mengakibatkan penyampaian informasi kurang maksimal. Hal ini dapat menyebabkan tingkat kesadaran masyarakat akan kesehatan masih kurang.

Pengawasan dan pengendalian (P3) untuk kelancaran kegiatan Dinas Kesehatan wilayah Banyumas Petugas Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular Petugas Penyehatan Lingkungan Puskesmas I Tambak PWS = Pemantauan wilayah setempat Kader P2M (Juru malaria Desa Watuagung) Kecamatan Tambak Perangkat desa setempat Bidan Desa III. OUT PUT Jumlah kelompok masyarakat yang sudah diberikan pelayanan kesehatan puas pada petugas P2M walaupun dari Standar Pelayanan Kesehatan Komprehensif, belum melakukan 1 aspek, yaitu preventif. Proses yang mengarah pada preventif belum dapat dilakukan karena faktor keterbatasan geografis daerah Desa Watuagung sehingga mempersulit promosi kesehatan tentang pnyakit malaria. Rasa puas dari masyarakat ini timbul karena petugas P2M di Puskesmas I Tambak aktif menindaklanjuti setiap laporan yang masuk baik laporan yang datang dari Balai Pengobatan atau rawat inap Puskesmas I Tambak, maupun laporan dari perorangan atau per instansi di wilayah kecamatan I Tambak. IV. EFFECT : Dapat lebih menarik minat masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas I Tambak untuk lebih berperan aktif dalam Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular, menanggulangi timbulnya penyakit menular di masyarakat. V. OUTCOME (IMPACT) Dampak program yang harapkan adalah menurunnya angka kejadian penyakit menular seperti Diare, ISPA, pneumonia, kusta Malaria, dan TB Paru. Untuk mempermudah menilai outcome digunakan indikator,

yaitu: tingkat dan jenis morbiditas (kejadian sakit), dan mortalitas (tingkat kematian spesifik berdasarkan sebab penyakit tertentu).

BAB III IDENTIFIKASI ISU STRATEGIS DARI HASIL ANALISIS SWOT

A. SWOT I. Strenght a. Sumber daya petugas P2M Untuk program P2M Puskesmas I Tambak memiliki seorang tenaga kesehatan yang bertugas sebagai petugas P2M. b. Sarana dan prasarana Alat-alat inventaris P2M yaitu: alat spray/semprot 1 buah, mikroskop 1 buah, bubuk abate, kaporit, objek glass dan reagen, vaccum nyamuk, oralit, 2 unit kulkas penyimpan vaksin, dan 7 termos penyimpan vaksin, formulir kegiatan pelaporan bulanan, kendaraan pribadi petugas Penyehatan Lingkungan puskesmas I Tambak. c. Motivasi Petugas P2M memiliki motivasi yang kuat. d. Pengetahuan dan Keterampilan Pengetahuan dan ketrampilan tenaga petugas P2M baik, tanggap, dan terampil. II. Weakness Hambatan pada sumber daya petugas Penyehatan Lingkungan: 1. Keterbatasan dana mengakibatkan: a. Reward yang kurang sehingga minimnya tenaga pembantu (kader-kader kesehatan) dalam program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular. b. Ruang gerak petugas P2M lebih terbatas sehingga mobilisasi petugas P2M untuk mencapai daerah-daerah yang jauh kurang terfasilitasi. c. d. Peralatan kurang memadai. Frekuensi penyuluhan yang kurang Kurangnya

frekuensi penyuluhan tentang Pencegahan dan Pemberantasan

Penyakit Menular

terutama penyakit malaria kurang sehingga

penyampaian informasi kurang maksimal. Hal ini kurang bisa mengajak masyarakat agar lebih peduli terhadap Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular di sekitarnya. Hambatan yang terjadi pada lingkungan : 1. 2. Sosial ekonomi masyarakat kecamatan I Tambak yang masih Tingkat kesadaran dan partisipasi masyarakat di Wilayah Kerja kurang. Puskesmas I Tambak yang masih kurang. III. Opportunity Pemantauan dari dinas kesehatan berupa feed back yang kurang. Seharusnya feed back datang setiap bulan, tetapi sudah 2 bulan terakhir ini, feed back tidak ada sehingga petugas P2M kurang mengetahui apa prioritas program dari pusat yang harus dilaksanakan oleh petugas P2M. VI. Threat

Masyarakat sulit diajak bekerja sama dalam kegiatan pemberantasan penyakit menular karena kesadaran dan sosial ekonomi yang masih kurang.

BAB IV PEMBAHASAN ISU STRATEGIS DAN ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH

A. PEMBAHASAN ISU Paradigma Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular pada hakekatnya juga merupakan model patogenesis kejadian penyakit. Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular meliputi: (a) Imunisasi, (b) P2 DBD,(c) P2 Diare,(d) P2 Malaria,(e) P2 Filariasis,(f) P2 Flu Burung,(g) P2 ISPA,(h) P2 Penyakit Menular Seksual termasuk HIV dan AIDS,(i) P2 TB Paru dan Kusta,(j) surveilans, (k) membantu kepala puskesmas membuat laporan. Sesuai dengan health reform, fungsi puskesmas yang tadinya lebih berorientasi kepada upaya kuratif dan rehabilitatif, bergeser kepada upaya preventif dan promotif tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif. Fungsi puskesmas juga makin kompleks yakni sebagai pusat pemberdayaan masyarakat, serta pusat pelayanan kesehatan masyarakat strata pertama yaitu meliputi pelayanan kesehatan perorangan (private good) dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif. Tetapi sayangnya, aspek preventif belum dapat dilaksanakan pada program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular Puskesmas I Tambak karena daerah geografis salah satu desa di Wilayah Kerja Puskesmas I Tambak yaitu Desa Watuagung berprofil pegunungan dan perbukitan sehingga upaya preventif belum terinformasikan dengan baik karena sulitnya medan dijangkau oleh petugas P2M dan hal ini mempersulit pemberantasan penyakit malaria sendiri karena daerah geografisnya dimana daerah pegunungan merupakan habitat dari vektor penyakit malaria. Indonesia Sehat 2010, bukanlah sebuah slogan semata. Rangkaian kalimat tersebut merupakan cita-cita (mungkin juga impian) pemerintah dalam pembangunan di bidang kesehatan. Disusun konsepnya pada tanggal 26

Oktober 1998, oleh dr. Ahmad Sujudi, M.Kes (Menteri Kesehatan RI saat itu) dan dicanangkan sejak tahun 1999 oleh Presiden Habibie, pada awalnya hanya berupa visi tentang bagaimana mewujudkan masyarakat Indonesia yang secara mandiri mampu menjaga maupun meningkatkan derajat kesehatan pribadi maupun keluarganya. Baru 4 tahun kemudian, yaitu pada tahun 2003, Depkes beserta jajarannya menetapkan indikator teknis yang menjadi target untuk mewujudkan Visi Indonesia Sehat 2010. Ditetapkan 50 indikator (terbagi dalam 6 program pembangunan kesehatan) yang harus dicapai untuk bisa disebut Indonesia Sehat 2010, yaitu : (1) Lingkungan sehat, perilaku sehat dan pemberdayaan masyarakat, (2) Upaya kesehatan, (3) Perbaikan gizi masyarakat, (4) Sumber daya kesehatan, (5) Obat, makanan dan bahan berbahaya, dan (6) Kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan. Apabila kita kaji lebih jauh, tujuan yang ingin dicapai pemerintah untuk menuju Indonesia Sehat 2010 yaitu : 1. Tersedianya sarana dan prasarana pelayanan kesehatan yang berkualitas, terjangkau masyarakat (baik dari segi tempat maupun pembiayaannya), serta berfungsi secara efektif dan efisien. (kuratif dan rehabilitatif). 2. Terbentuknya kemandirian masyarakat yang memiliki kepedulian terhadap masalah kesehatan (baik untuk dirinya, keluarga, maupun masyarakat di sekitarnya) serta ikut berperan aktif bersama petugas kesehatan di wilayahnya dalam rangka mencegah timbulnya penyakit (promotif dan preventif). 3. Mampu menggalang dukungan dari berbagai pihak (terutama pemerintah daerah) dalam hal penyediaan anggaran maupun penerbitan Perda bidang kesehatan. Tetapi ini tidak akan berarti apabila masyarakat masih belum memiliki kemandirian untuk mewujudkan kesehatannya pribadi maupun keluarganya. Rendahnya kesadaran untuk menjaga Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular, pola makan yang tidak sehat, kebiasaan untuk mencemari lingkungan, serta kurangnya kepedulian masyarakat terhadap masalah kesehatan yang ada di sekitarnya, secara signifikan telah meningkatkan angka

kesakitan di wilayahnya. Penyuluhan kesehatan oleh petugas maupun program-program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular yang sudah dianggarkan (jamban sehat, warung sehat, jumat bersih, dan lain sebagainya) tidak bisa memberikan hasil maksimal. Padahal, di sisi inilah pokok masalah yang sebenarnya. Pada tataran promosi dan pencegahan, sangat dibutuhkan peran serta masyarakat secara aktif. Menkes membuat pernyataan bahwa pembangunan kesehatan akan dapat dicapai dengan memberdayakan masyarakat agar mampu secara mandiri memenuhi kebutuhan kesehatan yang berkesinambungan termasuk dalam menjaga Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular di sekitarnya. Tetapi, kesadaran masyarakat di Wilayah kerja Puskesmas I Tambak yaitu Desa Watuagung akan Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular masih kurang karena profil daerahnya pegunungan sehingga hal ini mempersulit pemberantasan penyakit malaria sendiri karena daerah geografisnya dimana daerah pegunungan merupakan habitat dari vektor penyakit malaria. Tugas rangkap adalah beban beberapa tugas yang diberikan pada 1 orang, artinya petugas melaksanakan tugas pokok dan juga malaksanakan tugas lain yang diberikan pada hari yang sama seperti di Balai Pengobatan, Laboratorium, dan Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular (P2M). Misalnya, pagi petugas melakukan pekerjaan pokok melayani pasien di Puskesmas kemudian sekitar jam-jam sembilan, turun ke lapangan setelah itu kembali lagi ke Puskesmas. Pelaksana program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular sebagai tugas pokok Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular yang berkunjung ke desa, kemudian setelah selesai dari desa akan kembali ke Puskesmas untuk melaksanakan tugas lainnya, yaitu perencanaan dan tugas di bagian P2M. Dengan beban tugas yang seperti ini, pencapaian tugas di lapangan akan kurang maksimal, sehingga membutuhkan tenaga pembantu seperti kader dan Bidan Desa. Tetapi, dana di Puskesmas I Tambak masih kurang sehingga untuk pembiayaan kader tidak ada, dan ini berimbas kepada tugas lapangan

yang tidak bisa mencakup wilayah kecamatan I Tambak secara keseluruhan (hanya bisa mengambil beberapa titik sebagai sampel). B. ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH Melihat hasil analisis SWOT, didapatkan isu strategis yang dapat dilakukan untuk mendapatkan alternatif pemecahan masalah, meliputi : 1. Penambahan dana program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular, agar: a. Dapat memberi reward pada tenaga pembantu dalam program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular, yang diharapkan dapat meningkatkan kinerja petugas P2M. b. Dapat memfasilitasi pergerakan dan pelaksanaan program P2M untuk mencapai daerah-daerah yang jauh sehingga memperluas ruang gerak pendataan. c. Dapat menambah frekuensi penyuluhan tentang Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular tentang penyakit malaria sehingga penyampaian informasi lebih maksimal yang berimbas kepada peningkatan kesadaran masyarakat akan Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular. d. Meningkatkan jumlah peralatan sehingga dapat lebih

mempermudah kinerja petugas Penyehatan Lingkungan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN 1. Pemilihan program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular sebagai salah satu masalah dalam program Puskesmas I Tambak adalah karena tingginya kejadian malaria di Desa Watuagung di bidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular untuk tahun 2009. 2. Dampak program yang harapkan adalah menurunnya angka kejadian penyakit yang berbasis pada lingkungan Diare, ISPA, Pneumonia, Kusta, Malaria, dan TB Paru). 3. Beberapa hal yang menjadi dasar kurang tercapainya program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular di Puskesmas I Tambak adalah: a. Letak geografis Desa b. Keterbatasan dana. c. Kesadaran masyarakat yang masih kurang. 4. Kekuatan yang paling mendukung program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular di Puskesmas I Tambak adalah: a. Petugas P2M memiliki motivasi yang kuat. b. Pengetahuan dan ketrampilan tenaga petugas Penyehatan Lingkungan baik, tanggap, dan terampil. 5. Alternatif pemecahan dapat berupa: a. Penambahan dana program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular. b. Peningkatan penyuluhan tentang P2M terutama tentang malaria

B. SARAN 1. Tetap mempertahankan kinerja program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular yang telah ada, karena walau hanya dengan tenaga 1 orang dengan beban tugas yang begitu banyak, sudah memberikan hasil yang cukup memuaskan bagi masyarakat di wilayah kerja puskesmas I Tambak. 2. Mulai mencoba melangkah ke aspek preventif untuk melengkapi kinerja comprehensive health care lainnya yang telah ada, seperti promotif, kuratif, dan rehabilitatif.

DAFTAR PUSTAKA

1. Azwar, A, Pengantar Administrasi Kesehatan, Edisi Ketiga, Bina rupa aksara, Jakarta. 1996. 2. Departemen Kesehatan RI, Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat, Jakarta, 2004. 3. Muninjaya, Manajemen Kesehatan, EGC, Jakarta. 2004. 4. Notoatmojo Soekidjo, Prof Dr. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat PrinsipPrinsip Dasar. PT. Rineka Cipta ; jakarta. 5. PROFIL KESEHATAN PUSKESMAS I I TAMBAK TAHUN 2008.

Lampiran 1 PRIORITAS MASALAH PROGRAM KESEHATAN PUSKESMAS I TAMBAK A. Program Kesehatan Puskesmas Sebagai salah satu cara mengukur keberhasilan pembangunan kesehatan diperlukan indikator, antara lain Indikator Indonesia Sehat dan indikator kinerja Standar Pelayanan Minimal di bidang kesehatan. Program yang dimaksud adalah: a. b. c. d. Promosi Kesehatan Nakes (KIA) BGM (Gizi) P2M Malaria Penentuan prioritas masalah di Puskesmas I Tambak dengan menggunakan metode Hanlon Kuantitatif. Untuk keperluan ini digunakan 4 kelompok kriteria, yaitu: 1. 2. 3. 4. Kelompok kriteria A : besarnya masalah Kelompok kriteria B : kegawatan masalah, penilaian terhadap dampak, urgensi dan biaya Kelompok kriteria C : kemudahan dalam penanggulangan, yaitu penilaian terhadap tingkat kesulitan penanggulangan masalah Kelompok kriteria D : PEARL faktor, yaitu penilaian terhadap propriety, economic, acceptability, resources availability, legality Adapun perincian masing-masing bobot criteria pada prioritas masalah di Puskesmas I Tambak adalah sebagai berikut:

B. Prioritas Masalah

C.1.

Kriteria A (besarnya masalah) Untuk menentukan besarnya masalah kesehatan diukur dari

besarnya penduduk yang terkena efek langsung. Tabel 1. Kriteria A (besarnya masalah) Masalah kesehatan P2M Malaria Nakes (Pertolongan dengan tenaga kesehatan) BGM Promkes C.2. 1. 2. 3. 4. 5. Besarnya masalah dari data sekunder Puskesmas I Tambak (%) 0-20 21-40 41-60 61-80 81-100 (1) (2) (3) (4) (5) X X Nilai

2 3

X X

2 1

Kriteria B (kegawatan masalah) Kegawatan : (paling cepat mengakibatkan kematiaan)

Tidak gawat Kurang gawat Cukup gawat Gawat Sangat gawat Urgensi: (harus segera ditangani, apabila tidak ditangani dapat menyebabkan kematian) 1. Tidak urgen 2. Kurang urgen 3. Cukup urgen 4. Urgen 5. Sangat urgen Biaya: (biaya penanggulangan) 1. Sangat murah 2. Murah 3. Cukup mahal 4. Mahal 5. Sangat mahal

Tabel 2. Kriteria B (kegawatan masalah) Masalah P2M Malaria Nakes BGM Promkes C.3. Kegawatan 4 3 3 2 Urgensi 4 4 4 2 Biaya 3 4 2 3 Nilai 12 11 9 7

Kriteria C (penaggulangan masalah) Untuk menilai kemudahan dalam penanggulangan, pertanyaan yang harus dijawab adalah apakah sumber-sumber dan teknologi yang tersedia mampu menyelesaikan masalah: makin sulit dalam penanggulangan, skor yang diberikan makin kecil. 1. Sangat sulit di tanggulangi 2. Sulit ditanggulangi 3. Cukup bisa ditanggulangi 4. Mudah ditanggulangi 5. Sangat mudah ditanggulangi Pada tahap ini dilakukan pengambilan suara dari 4 orang yang kemudian dirata-rata untuk menentukan skor, dimana skor tertinggi merupakan masalah yang paling mudah ditanggulangi. Adapun hasil konsensus tersebut adalah sebagai berikut : P2M Malaria (3+4+3)/3 = 3,3 Nakes (3+3+3)/3 = 3 BGM (3+3+3)/3= 3 Promkes (3+2+3)/3 = 2.6

C.4.

Kriteria D (PEARL faktor) Propriety Econimic Acceptability : kesesuaian (1/0) : ekonomi murah (1/0) : dapat diterima (1/0)

Resources availability : tersedianya sumber daya (1/0) Legality : legalitas terjamin (1/0)

Tabel 3. Kriteria D (PEARL faktor) Masalah P2M Malaria Nakes BGM Promkes Penetapan nilai Setelah nilai kriteria A, B, C, dan D didapatkan kemudian nilai tersebut dimasukkan ke dalam formula sebagai berikut : Nilai prioritas dasar (NPD) = (A+B) x C Nilai prioritas total (NPT) = (A+B) x C x D Tabel 4. Penetepan nilai Masalah BGM Promkes Nakes P2M Malaria A 2 2 2 2 B 12 11 14 15 C 3,3 3,3 3 3 P 1 1 1 1 E 1 1 1 1 D A 1 1 1 1 NPD R 1 1 1 1 L 1 1 1 1 46,2 42,9 48 51 NPT 46,2 42,9 48 51 Urutan prioritas III IV II I P 1 1 1 1 E 1 1 1 1 A 1 1 1 1 R 1 1 1 1 L 1 1 1 1 Hasil Perkalian 1 1 1 1

Prioritas pertama masalah diperoleh dengan nilai NPT tertinggi. Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode Hanlon kuantitatif urutan prioritas masalahnya adalah sebagai berikut : 1. P2M Malaria 2. Pelayananan Persalinan oleh tenaga kesehatan 3. Bawah garis merah pada program Gizi 4. Promosi Kesehatan pada desa siaga Dari hasil penentuan prioritas masalah dengan metode Hanlon kuantitatif maka diperoleh prioritas masalah kesehatan pertama di Puskesmas I Tambak yaitu pelayanan Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular Malaria.