evapro sokaraja final
DESCRIPTION
evaluasi program pokok puskesmasTRANSCRIPT
LAPORAN KASUS STASE 6 PROGRAM POKOK PUSKESMASPERMASALAHAN ISPA PADA PROGRAM P2M
DI PUSKESMAS I SOKARAJA
Disusun Oleh
Melan Mulyana G1A211030
Nur Rakhman Pratama G1A211036
Pembimbing :
dr. Sugeng Rahadi
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS-ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
FEBRUARI 2012
1
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KASUS STASE 6 PROGRAM POKOK PUSKESMASPERMASALAHAN “ISPA” PADA PROGRAM “P2M”
DI PUSKESMAS I SOKARAJA
Disusun Oleh
Melan Mulyana G1A211030
Nur Rakhman Pratama G1A211036
Disusun untuk memenuhi syarat mengikuti program pendidikan profesi dokterKepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Komunitas-
Ilmu Kesehatan MasyarakatFakultas Kedokteran Dan Ilmu-Ilmu Kesehatan
Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto
Telah dipresentasikan dan disetujui
Tanggal ……………….
Pembimbing Lapangan
dr. Sugeng Rahadi NIP. 19601028 198912 1 001
Pembimbing Fakultas
dr. Diah Krisnansari, M.SiNIP. 19770202 200501 2 001
2
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan...............................................................................................2
Daftar Isi.................................................................................................................3
I. Pendahuluan....................................................................................................4
A. Latar Belakang............................................................................................4
B. Tujuan Penulisan.......................................................................................22
C. Manfaat Penulisan.....................................................................................23
II. ANALISIS POTENSI DAN IDENTIFIKASI ISU STRATEGIS.............24
A. Analisis SWOT.........................................................................................24
B. Identifikasi Aspek Isu Strategis dari Hasil Analisis SWOT.....................27
III. PEMBAHASAN ISU STRATEGIS DARI HASIL ANALISIS SWOT ..29
IV. KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................39
Daftar Pustaka .....................................................................................................40
Lampiran .............................................................................................................41
3
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kesehatan merupakan salah satu layanan sosial dasar yang harus
dipenuhi oleh pemerintah sebagai kewajibannya untuk menjaga kesejahteraan
masyarakat. Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi
untuk keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu diselenggarakan
pembangunan kesehatan secara menyeluruh dan berkesinambungan.
Berdasarkan Kepmenkes No. 128 tahun 2004 Puskesmas adalah
penanggung jawab penyelenggara upaya kesehatan untuk jenjang tingkat
pertama. Puskesmas merupakan unit oraganisasi pelayanan kesehatan
terdepan yang mempunyai misi sebagai pusat pengembangan pelayanan, yang
melaksanakan pembinaan dan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan
terpadu untuk masyarakat yang tinggal disuatu wilayah kerja tertentu.
Puskesmas sebagai pelayanan kesehatan dasar pada masyarakat,
dalam pelaksanaan kegiatannya dijalankan dalam bentuk 6 program pokok
Puskesmas. Namun pada umumnya program pokok Puskesmas ini belum
dapat dilaksanakan secara optimal. Adanya keterbatasan dan hambatan baik
di Puskesmas maupun masyarakat dalam pelaksanaan program pokok
Puskesmas maka untuk mengatasinya harus berdasarkan skala prioritas sesuai
permasalahan yang ada, dengan memanfaatkan potensi yang ada di
masyarakat dengan melakukan pemberdayaan masyarakat.
Dalam tatanan Otonomi Daerah di bidang Kesehatan, Sistim
Informasi Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat penting artinya bagi
suatu wilayah itu sendiri misalnya di Kecamatan Sokaraja, yaitu sebagai
sarana penyedia indikator-indikator yang menunjukkan tercapai atau tidaknya
kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan.
Salah satu hal yang menjadi masalah di Puskesmas I Sokaraja adalah
program Pemberantasan Penyakit Menular (P2M). Program P2M memiliki
tujuan menemukan kasus penyakit menular sedini mungkin, dan mengurangi
4
berbagai faktor resiko lingkungan masyarakat yang memudahkan terjadinya
penyebaran suatu penyakit menular. Permasalahan yang muncul pada bagian
Pemberantasan Penyakit Menular berdasarkan 10 penyakit menular yang
tertinggi di Puskesmas I Sokaraja tahun 2011 yaitu penyakit Infeksi Saluran
Pernafasan Akut (ISPA).
Jumlah kasus ISPA yang ditemukan di wilayah Puskesmas I Sokaraja
tahun 2011 sebanyak 5917 kasus, dengan rincian 1894 kasus terjadi pada
balita dan 3023 terjadi pada anak di atas 5 tahun sampai orang tua. Insidensi
kasus terbanyak pada balita adalah di Desa Karangnanas sebanyak 552 kasus,
diikuti oleh Desa Sokaraja Kulon sebanyak 335 kasus, Desa Sokaraja Tengah
sebanyak 314 kasus, Desa Sokaraja Wetan sebanyak 309 kasus, Desa
Sokaraja Kidul sebanyak 264 kasus, Desa Wiradadi sebanyak 264 kasus,
Desa Pamijen sebanyak 241 kasus, Desa Karang Kedawung sebanyak 229
kasus, Desa Kali Kidang sebanyak 211 kasus dan Desa Karang Rau sebanyak
215 kasus. Kasus yang ditemukan di Desa Karangnanas tertinggi dari 10 desa
lainnya. Sebagian besar kasus ISPA adalah balita.
Berdasarkan masalah diatas maka perlu dianalisa ulang mengenai
kekurangan dalam pelaksanaan program-program puskesmas terutama
program P2M mengenai penyakit ISPA di Puskesmas I Sokaraja.
Beberapa kategori prioritas sebagai berikut :
a. Peran serta masyarakat dan kerjasama lintas sektoral
b. Pendidikan kesehatan masyarakat
c. Angka kesakitan yang masih tinggi
d. Sumber daya, terutama tenaga dan dana yang masih terbatas.
Puskesmas I Sokaraja berada di wilayah Kecamatan Sokaraja. Wilayah
Puskesmas I Sokaraja meliputi 10 desa dari sejumlah 18 desa yang ada di
kecamatan Sokaraja. Luas wilayah Kecamatan Sokaraja 29,92 Km2 dengan
ketinggian dari permukaan laut berkisar antara 140-600 m.
Wilayah Kecamatan Sokaraja dibatasi oleh :
Sebelah Utara: Kembaran
Sebelah Selatan : Kecamatan Kalibagor
5
Sebelah Timur : Kabupaten Purbalingga
Sebelah Barat : Kecamatan Purwokerto Timur
Penggunaan lahan di wilayah Kecamatan Sokaraja dapat dirinci sebagai
berikut :
Tanah sawah : 3.129,871 Ha
Tanah pekarangan : 1.317,227 Ha
Tanah perkebunan : 733.752 Ha
Kolam : 28.484 Ha
Lain-lain : 73 Ha
1. Keadaan Demografi
a. Pertumbuhan Penduduk
Berdasarkan data dari kecamatan sokaraja pada akhir tahun 2010,
jumlah penduduk di wilayah Puskesmas I Sokaraja sebanyak 48.594
jiwa yang terdiri dari 24.031 laki-laki (49,45%) dan 24.563 perempuan
(50,55%) tergabung dalam 12.317 rumah tangga / KK.
Jumlah penduduk tertinggi di Desa Karangnanas sebesar 6.804
jiwa sedangkan terendah di Desa Karang Kedawung sebesar 2.694 jiwa.
b. Jumlah Penduduk Menurut Golongan Umur
Jumlah penduduk di wilayah Puskesmas I Sokaraja berdasarkan
golongan umur dan jenis kelamin pada tahun 2010 dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel 2.1. Jumlah Penduduk Menurut Golongan Umur Di Wilayah
Puskesmas I Sokaraja Tahun 2010
No Golongan Umur
Jumlah Penduduk JumlahLaki-laki Perempuan
1 < 1 557 569 11262 1-4 1721 1610 33313 5-9 2167 2126 43294 10-14 2300 2299 45995 15-19 2665 2481 51476 20-24 2399 2257 46567 25-29 1966 1965 39318 30-34 1895 1965 38609 35-39 1729 1809 3538
6
10 40-44 1574 1682 325611 45-49 1342 1290 263212 50-54 952 1035 198713 55-59 771 844 161514 60-64 699 701 140015 65-69 579 587 116616 70-74 464 545 100917 75+ 251 761 1012
Sumber: Data Sekunder Puskesmas I Sokaraja 2010
Jika dilihat dari jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur
pada table di atas, maka jumlah penduduk dalam kelompok umur 15-19
tahun adalah tertinggi yaitu sebesar 5.147 jiwa atau sebesar 10,59%.
c. Kepadatan Penduduk
Penduduk di wilayah Puskesmas I Sokaraja adalah bervariasi
kepadatannya. Desa terpadat penduduknya adalah Desa Wiradadi
dengan tingkat kepadatan sebesar 6.367 jiwa setiap kilometer persegi,
sedangkan yang tingkat kepadatannya paling rendah adalah Desa
Karang Kedawung yaitu sebesar 1.662 jiwa setiap kilometer persegi.
d. Keadaan Sosial Ekonomi
1. Tingkat pendidikan
Data pendidikan penduduk di Wilayah Puskesmas I Sokaraja
dapat dilihat pada tabel 2.2.
7
Tabel 2.2. Data Pendidikan Penduduk Puskesmas I Sokaraja Tahun 2010 (10 Tahun Ke Atas)
No Jenis Pendidikan
Desa01 02 03 04 05 06 07 08 09 10
1 Tidak Sekolah2 Belum Tamat
SD565 2880 1959 2313 1384 1169 1332 771 1113 1073
3 Tamat SD/MI 913 1966 1250 1544 885 1183 2357 1452 1425 9784 Tamat
SMP/MTS350 799 378 398 306 1148 1347 859 784 515
5 Tamat SMU/SLTA
639 546 353 258 305 1271 1427 1074 7969 3356 Diploma 99 51 33 14 29 145 137 88 90 947 Universitas 81 55 51 16 32 146 142 99 89 45Sumber: Data Sekunder Puskesmas I Sokaraja 2010
8
Berdasarkan data yang ada di kecamatan Sokaraja, jumlah
penduduk yang berusia 10 tahun ke atas mengikuti pendidikan di
Wilayah Kecamatan Sokaraja yang termasuk wilayah kerja Puskesmas I
Sokaraja sebanyak 44.780 orang; meliputi penduduk yang tamat SD
sebanyak 14.603 (31,61 %), yang tamat SMP sebanyak 6.884 (15,37%),
sedang yang tamat SMU sebanyak 7.004 (15,64%) tingkat perguruan
tinggi sebanyak 1.538 (3.43%) sedangkan yang tidak atau belum tamat
SD adalah 14.751 (32,94%).
2. Pencapaian Program Kesehatan
Pembangunan kesehatan di Kabupaten Banyumas pada umumnya,
dan di wilayah Puskesmas I Sokaraja hususnya di arahkan pada masih
rendahnya derajat kesehatan, status gizi dan kesejahteraan sosial. Maka
pembangunan kesehatan diarahkan dalam upaya perbaikan kesehatan
masyarakat melalui perbaikan gizi, kebersihan lingkungan, pemberantasan
penyakit menular, penyediaan air bersih serta pelayanan kesehatan ibu dan
anak.
Pembangunan kesehatan di wilayah Puskesmas I Sokaraja yang telah
dilaksanakan sampai saat ini sebagian besar dapat dikatakan berhasil yang
ditandai dengan menurunnya angka kematian bayi, angka kematian ibu
serta makin sadarnya masyarakat Sokaraja akan arti pentingnya perilakuk
hidup bersih dan sehat (PHBS).
Hasil-hasil yang dicapai pada pembangunan kesehatan di wilayah
Puskesmas I Sokaraja dapat dilihat dari indikator indikator di bidang
derajat kesehatan perilaku masyarakat, kesehatan lingkungan serta
pelayanan kesehatan.
A. Derajat Kesehatan Masyarakat
1. Penyakit menular dini
a. Demam Berdarah Dengue (DBD)
Jumlah kasus DBD yang ditemukan di wilayah Puskesmas I
Sokaraja sebanyak 20 kasus, sedangkan pada tahun 2009 kasus
DBD yang ditemukan di wilayah Puskesmas I Sokaraja adalah
sebanyak 73 kasus, dan pada tahun 2010 sebanyak 20 kasus,
dengan demikian maka terjadi penurunnan kasus.
i. Penderita DBD yang ditangani
Jumlah penderita DBD yang ditangani di wilayah
Puskesmas I Sokaraja adalah sebanyak 20 kasus atau sebesar
100%. Target IS 2010 adalah 100%
ii. Angka kematian DBD (CFR)
Kematian karena DBD di wilayah Puskesmas I
Sokaraja adalah 0, sedangkan target Indonesia Sehat 2010
adalah 0%.
b. Malaria
i. Malaria positif
Tidak ditemukan kasus malaria posotif di wilayah
Puskesmas I Sokaraja tahun 2010 dan tahun 2011. Sedangkan
kasus malaria positif tahun 2009 adalah sebanyak 1 kasus.
Dengan demikian terjadi penurunan kasus.
ii. Malaria klinis
Pada tahun 2011 ditemukan 4 kasus. Sedangkan jumlah
kasus malaria klinis yang ditemukan di wilayah Puskesmas I
Sokaraja pada tahun 2009 adalah sebanyak 8 kasus atau
sebesar 16 per 100.000 penduuduk. Sedangkan pada tahun
2008 adalah sebanyak 6 kasus.
iii. Penderita malaria yanng diobati’
Jika ada kasus malaria maka akan diobati secara tuntas.
c. TB paru
Jumlah kasus penderita TB paru Positif di wilayah
Puskesmas I Sokaraja pada tahun 2011 sebanyak 81 kasus.
Sedangkan jumlah kasus penderita TB paru pada tahun 2010
adalah sebanyak 47 kasus. Dengan demikian terjadi peningkatan
kasus penderita tuberkulosis.
10
Adapun terget penemuan baru TB paru dengan BTA
positif adalah 80% dari perkiraan jumlah penderita TB paru BTA
postif yaitu sebanyak 115/100.000X49,594 = 56 kasus. Dengan
demikian bila dibandingkan dengan target IS 2009 maka CDR
untuk Puskesmas I Sokaraja = 83,9% sudah memenuhi target
penemuan hal ini karena masih makin maksimal nya pelaksanaan
program p2 TB paru, khususnya karena semakin dioptimalkannya
jejaring P2 TB paru untuk dapat meningkatkan jangkauan
penemuan penderita TB paru positif khususnya dengan bidan desa
dan yang lain.
d. Hepatitis
Kasus Hepatitis tidak ditemukan di wilayah Puskesmas I
Sokaraja pada tahun 2011.
e. Infeksi Saluran pernafasan Akut (ISPA)
Jumlah kasus ISPA yang ditemukan di wilayah Puskesmas
I Sokaraja tahun 2011 sebanyak 5917 kasus, dengan rincian 1894
kasus terjadi pada balita dan 3023 terjadi pada anak di atas 5
tahun sampai orang tua. Insidensi kasus terbanyak pada balita
adalah di Desa Karangnanas sebanyak 552 kasus, diikuti oleh
Desa Sokaraja Kulon sebanyak 335 kasus, Desa Sokaraja Tengah
sebanyak 314 kasus, Desa Sokaraja Wetan sebanyak 309 kasus,
Desa Sokaraja Kidul sebanyak 264 kasus, Desa Wiradadi
sebanyak 264 kasus, Desa Pamijen sebanyak 241 kasus, Desa
Karang Kedawung sebanyak 229 kasus, Desa Kali Kidang
sebanyak 211 kasus dan Desa Karang Rau sebanyak 215 kasus.
Kasus yang ditemukan di Desa Karangnanas tertinggi dari 10
desa lainnya. Sebagian besar kasus ISPA adalah balita.
f. Diare
Jumlah kasus diare yang ditemukan di wilayah Puskesmas
I Sokaraja pada tahun 2011 sebanyak 1059 kasus.
11
B. Angka Kematian
1. Angka Kematian Bayi
Jumlah bayi lahir mati di wilayah Puskesmas I Sokaraja pada
tahun 2010 adalah 1 bayi, sedangkan jumlah bayi lahir mati pada
tahun 2009 sebanyak 66 bayi. Hal ini berarti terjadi penurunan,
sedangkan target IS 2010 sebesar 40 per 1.000 kelahiran hidup.
Jumlah bayi lahir hidup pada tahun 2010 sebanyak 951 bayi.
Sedangkan jumlah lahir hidup pada tahun 2009 sebanyak 1108 bayi
ini berarti terjadi penuruan angka kelahiran sebanyak 157 bayi.
2. Angka Kematian Ibu Melahirkan Maternal
Pada tahun 2010 tidak ada kematian ibu melahirkan. Jumlah
angka kematian di wilayah Puskesmas I Sokaraja tahun 2009
sebanyak 1 orang atau sebesar 0,09% dari jumlah ibu yang
melahirkan, ini berarti ada penurunan angka kematian ibu
melahirkan.
3. Status Gizi
a. Status Gizi Bayi Baru Lahir
Bayi lahir hidup dengan BBLR pada tahun 2010 sebanyak
26 bayi dari 951 bayi lahir hidup. Sedangkan jumlah bayi yang
lahir hidup pada tahun 2009 sebanyak 1108 dan ditemukan bayi
lahir hidup dengan berat badan lahir rendah 42 bayi. Ini berarti
ada penurunan yang cukup signifikan. Ini disebabkan karena
adanya kesadaran akan gizi balita yang semakin meningkat.
b. Status Gizi Balita
Pada tahun 2010 jumlah balita yang ada di wilayah
Puskesmas I Sokaraja sebanyak 4.022 balita dengan perincian
sebagai berikut :
1. Balita datang ditimbang D/S
Di wilayah Puskesmas I Sokaraja pada tahun 2010 balita
yang ditimbang adalah sebanyak 3.053 orang atau sebesar
75,90% adapun target IS 2010 adalah 80%
12
2. Bailta yang baik berat badannya atau N/D
Pada tahun 2010 di wilayah Puskesmas I Sokaraja balita
yang naik berat badannya adalah sebanyak 2.052 orang sebesar
67,21% dari balita yang ditimbang. Sedangkan target IS 2010
adalah 80
3. Balita di bawah garis merah/BGM
Di wilayah Puskesmas I Sokaraja pada tahun 2010 balita
yang status gizi nya di bawah garis merah adalah sebanyak 37
orang atau sebesar 1,21%. Sedangkn target IS 2010 adalah
<15%.
C. Perilaku Masyarakat
Perilaku masyarakat ditekankan pada peran serta masyarakat
dibidang kesehatan melalui penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) baik di masyarakat maupun institusi dalam rangka penurunan
angka kematian bayi, balita dan ibu serta berbagai upaya mewujudkan
derajat kesehatan yang tinggi.
1. Desa yang melaksanakan PHBS
Dari jumlah 12.317 rumah tangga yang ada, rumah tangga
yang dipantau pada tahun 2010 sebanyak 1.963 rumah tangga yang
ber PHBS strata pratama sebanyak 2 rumah tangga (1%), strata
madya sebanyak 283 rumah tangga (14,42%), strata utama sebanyak
1.634 (83,24%) dan strata paripurna sebanyak 44 rumah tangga
(2,24%)
2. Posyandu
Di wilayah Puskesmas I Sokaraja terdapat 72 buah posyandu,
adapun menurut tingkat perkembangan posyandu daat dirinci sebagai
berikut :
a. Posyandu Pratama
Dari 72 posyandu yang ada di wilayah Puskesmas I
Sokaraja terdapat 14 posyandu pratama atau sebesar 19,72 %.
13
Sedangkan pada tahun 2009 sebanyak 31 posyandu, ini berarti
terjadi penurunan posyandu pratama sebanyak 17 posyandu.
b. Posyandu Madya
Dari 72 posyandu yang ada di wilayah Puskesmas I
Sokaraja terdapat 33 posyandu madya atau sebesar 46,48%.
Sedangkan pada tahun 2009 posyandu madya sebesar 40
posyandu.
c. Posyandu Purnama
Dari 72 posyandu yang ada di wilayah Puskesmas I
Sokaraja terdapat 14 posyandu purnama atau sebesar 19,72 %.
Sedangkan pada tahun 2009 posyandu purnama sebanyak 12
buah. Dengan demikian ada peningkatan sebanyak 2 buah
posyandu.
d. Posyandu Mandiri
Dari 72 Posyandu yang ada di Wilayah Puskesmas I
Sokaraja I terdapat 10 Posyandu Mandiri atau sebesar 14,08 %.
Sedangkan pada tahun 2009 Posyandu Purnama sebanyak 13
buah. Dengan demikian ada penurunan sebanyak 3 buah
posyandu.
D. Penduduk Yang Menggunakan Sarana Kesehatan
Dari jumlah penduduk sebanyak 48.594 orang yang
menggunakan Sarana Pelayanan Kesehatan di Puskesmas pada tahun
2010 adalah yang berobat rawat jalan sebanyak 23.784 kunjungan baru
sedangkan kunjungan lama adalah 35.678 dari total kunjungan sebesar
63.766 orang. Sedangkan target Indonesia Sehat 2010 adalah 15 %
penduduk yang menggunakan pelayanan kesehatan.
Jumlah kunjungan Rawat Inap pada tahun 2010 adalah 3.878
kunjungan baru dan 433 kunjungan pasien lama.
E. Kesehatan Lingkungan
Keadaan lingkungan sangat berperan dalam penentuan derajat
kesehatan di samping perilaku dari masyarakat itu sendiri sebagai upaya
14
untuk meningkatkan kesehatan lingkungan masyarakat. Beberapa
indikator penting yang dapat mempengaruhi kesehatan lingkungan
adalah sebagai berikut :
1. Rumah dan Sarana Pendidikan
a. Rumah Sehat
Dari 13.667 rumah yang diperiksa ternyata yang memenuhi
kriteria rumah sehat sebanyak 12.457 rumah atau sebesar 91,15
%. Sedangkan target Indonesia Sehat adalah 65 %.
b. Sekolah Sehat
Jumlah sekolah yang ada di wilayah Puskesmas I Sokaraja I
adalah sebanyak 22 buah Sekolah Dasar. Dari jumlah sekolah
tersebut sebanyak 22 sekolah adalah sekolah sehat atau sebesar
100 %. Dan terdapat 4 buah SLTP serta % buah SLTA yang
semuanya termasuk dalam kategori sekolah sehat atau memenuhi
syarat kesehatan.
2. Tempat Umum (TUPM) dan Pengelolaan Makanan Sehat
a. Hotel
Jumlah hotel yang ada di Wilayah Puskesmas I Sokaraja I
sebanyak 2 buah.
b. Restoran/Rumah Makan
Jumlah restoran atau rumah makan yang ada di Wilayah
Puskesmas I Sokaraja I sebanyak 3 buah, sedangkan yang
memenuhi syarat kesehatan sebanyak 3 buah atau 100 %.
c. Pasar
Jumlah pasar yang ada di Wilayah Puskesmas I Sokaraja I
sebanyak 2 buah dan yang memenuhi syarat kesehatan sebanyak
2 buah atau 100 %.
d. TUPM lainnya
Jumlah TUPM lainnya yang ada di Wilayah Puskesmas I
Sokaraja I sebanyak 8 buah, dan yang memenuhi syarat kesehatan
adalah 8 buah atau 100 %.
15
3. Keluarga yang Memiliki Akses Air Bersih
Pembuangan air limbah dan tinja yang tidak memenuhi syarat
kesehatan dapat menyebabkan rendahnya kualitas air dan dapat
menimbulkan penyakit di lingkungan masyarakat. Dari 14.079
rumah tangga yang ada di Wilayah Puskesmas I Sokaraja I dan dari
5403 buah rumah yang diperiksa diperoleh jumlah keluarga yang
memiliki akses air bersih sebagai berikut:
a. Ledeng
Dari 5403 buah rumah yang diperiksa, yang memiliki
ledeng sebanyak 300 rumah atau sebesar 5,55 %.
b. Sumur gali
Dari 5403 buah rumah yang diperiksa, yang memiliki sumur
gali sebanyak 3206 rumah atau sebesar 91,44 %.
c. Kemasan
Dari 5403 buah rumah yang diperiksa tidak ditemukan
rumah yang memiliki air kemasan.
d. Lainnya
Dari 5403 buah rumah yang diperiksa akses air bersih
lainnya sebanyak 0.
4. Keluarga dengan Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar
a. Persediaan Air Bersih
Pada tahun 2010 di Wilayah Puskesmas I Sokaraja I jumlah
yang diperiksa sebanyak 5.403 KK dari 14.079 KK yang ada dan
yang mempunyai persediaan air bersih sebanyak 3.506 KK atau
sebesar 64,89 %.
b. Jamban
Pada tahun 2010 di Wilayah Puskesmas I Sokaraja I jumlah
KK yang diperiksa sebanyak 5.403 dan yang mempunyai jamban
sebanyak 2.403 KK atau sebesar 44,48 %.
16
c. Tempat Sampah
Pada tahun 2010 di Wilayah Puskesmas I Sokaraja I jumlah
KK yang diperiksa sebanyak 5.403 dan yang mempunyai tempat
sampah sebanyak 4.689 KK atau sebesar 86,79 %.
d. Pengelolaan Air Limbah
Pada tahun 2010 di Wilayah Puskesmas I Sokaraja I jumlah
KK yang diperiksa sebanyak 5.403 dan yang mempunyai
pengelolaan air limbah sebanyak 1.764 KK atau sebesar 32,96 %.
F. PELAYANAN KESEHATAN
1. Pelayanan Persalinan
Perkiraan jumlah persalinan yang ada di Wilayah Puskesmas I
Sokaraja I sebanyak 1.248 persalinan, adapun persalinan pada tahun
2011 sebanyak 1201 persalinan yang semuanya ditolong oleh tenaga
kesehatan (100 %). Sedangkan target Indonesia Sehat 2010 adalah
77 %.
2. Bayi yang telah diimunisasi
a. BCG
Bayi yang diimunisasi BCG yang dilayani di Posyandu
sebanyak 1.089 bayi dari perkiraan jumlah bayi 2011 sebanyak
1.133 atau sebesar 96 %
b. DPT 1
Bayi yang diimunisasi DPT 1 yang dilayani di Posyandu
sebanyak 1118 bayi atau sebesar 98,7 %
c. DPT 3
Bayi yang diimunisasi DPT 3 yang dilayani di Posyandu
sebanyak 1.129 bayi atau 99,6 %
d. Polio 4
Bayi yang diimunisasi DPT 1 yang dilayani di Posyandu
sebanyak 1.021 bayi atau sebesar 90,28 %
17
e. Campak
Bayi yang diimunisasi campak yang dilayani di Posyandu
sebanyak 1.151 bayi atau sebesar 104,69 %.
f. Hepatitis B
Bayi yang diimunisasi hepatitis B yang dilayani di
Posyandu sebanyak 1.020 bayi atau sebesar 90,1 %
3. Peserta KB terhadap PUS
Jumlah PUS berdasarkan data dari BAPERMASPKB
Kecamatan Sokaraja untuk Wilayah Puskesmas I Sokaraja 1 adalah
sebanyak 9.185 PUS, sedangkan jumlah peserta KB baru sebanyak
1.185 orang atau 12,9 % dari PUS dan jumlah peserta KB aktif
sebanyak 7025 atau sebesar 76,4 % dari PUS.
4. Cakupan Desa UCI
Pada tahun 2011 Wilayah Puskesmas I Sokaraja 1 pencapaian
dsa UCI adalah 100 % secara keseluruhan.
5. Ibu Hamil yang Mendapat Pelayanan Fe 1, Fe 3, Imunisasi TT4 dan
TT5 menurut Desa
Pada tahun 2011 di Wilayah Puskesmas 1 Sokaraja terdapat
ibu hamil sebanyak 1.248 orang dan yang mendapatkan pelayanan
Fe 1 sebanyak 1.261 orang atau sebesar 93,4 % pada kunjungan
pertama (KI) dan ibu hamil yang mendapatkan pelayanan TT4
sebanyak 562 atau sebesar 45,03 %. Sedangkan jumlah ibu hamil
yang mendapatkan pelayanan Fe 3 sebanyak 1.186 orang atau
sebesar 92,3 %. Pada kunjungan keempat (K4) dan ibu hamil yang
mendapatkan pelayanan TT5 sebanyak 717 orang atau sebesar
57,45 %.
6. Bayi yang Diberi ASI Ekslusif
Pada tahun 2011 di Puskesmas 1 Sokaraja terdapat 380 bayi
yang berusia 0-6 bulan dan yang mendapat ASI ekslusif sebanyak 17
bayi atau sebesar 4,47 %
18
7. Pelayanan Kesehatan Gizi dn Mulut
a. Pelayanan Dasar Gigi
Pada tahun 2010 di Puskesmas 1 Sokaraja jumlah penderia
dengan tumpatan gigi tetap sebanyak 195 orang dan pencabutan
gigi tetap sebanyak 255 dengan demikian rasio tambal/cabut
sebesar 1.10.
b. UKGS (PROM-PREV)
Pada tahun 2010 di Wilayah Puskesmas 1 Sokaraja
terdapat jumlah murid SD sebanyak 5.385 orang, sedangkan
murid SD yang diperiksa adalah sebanyak 1.522 orang, murid SD
yang perlu perawatan sebanyak 344 orang dan yang mendapat
perawatan sebanyak 344 orang atau 100%.
8. KK Miskin Mendapat Pelayanan Kesehatan
Pada tahun 2010 di Puskesmas 1 Sokaraja jumlah KK miskin
sebanyak 20.536 orang dan keluarga yang mendapat pelayanan
kesehatan sebanyak 17.290 orang atau sebesar 84%.
9. Penduduk Peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Pada tahun 2010 jumlah penduduk yang menjadi peserta
jaminan pemeliharaan Kesehatan adalah sebagai berikut:
a. Peserta ASKES sebanyak 2.191 orang atau sebesar 7.32%.
b. Peserta Kartu Sehat sebanyak 725 orang atau 2.42%.
10. Peserta KB Aktif Menurut Jenis Kontrasepsi
a. Jumlah Peserta KB Aktif
1) MKJP
a) IUD
Pada tahun 2011 di Puskesmas 1 Sokaraja peserta KB
IUD sebanyak 964 orang atau sebesar 13,6 %.
b) MOP/MOW
Pada tahun 2011 di Puskesmas 1 Sokaraja peserta KB
MOP/MOW sebanyak 303 orang atau sebesar 4,3 %.
19
c) Implant
Pada tahun 2011 di Puskesmas 1 Sokaraja sebanyak
505 orang atau sebesar 7,2%.
2) Non MKJP
a) Suntik
Pada tahun 2011 di Puskesmas 1 Sokaraja peserta KB
Suntik sebanyak 4271 orang atau sebesar 60,8 %.
b) Obat Vagina
Pada tahun 2011 di Puskesmas 1 Sokaraja peserta KB
Obat Vagina adalah 0 orang.
c) Pil
Pada tahun 2011 di Puskesmas 1 Sokaraja peserta KB
Pil sebanyak 781 orang atau sebesar 11.11 %.
d) Kondom
Pada tahun 2011 di Puskesmas 1 Sokaraja sebanyak
201 orang atau sebesar 2.94 %.
e) Lainnya
Pada tahun 2011 di Puskesmas 1 Sokaraja pesera KB
Lainnya adalah sebanyak 0 orang atau sebesar 0%.
b. Jumlah Peserta KB Baru
1) MKJP
a) IUD
Pada tahun 2011 di Puskesmas 1 Sokaraja peserta KB
IUD sebanyak 164 orang atau sebesar 13,8 %%.
b) MOP/MOW
Pada tahun 2011 di Puskesmas 1 Sokaraja peserta KB
MOP/MOW sebanyak 25 orang atau sebesar 2,1 %.
c) Implant
Pada tahun 2011 di Puskesmas 1 Sokaraja sebanyak
142 orang atau sebesar 11,98 %.
20
2) Non MKJP
a) Suntik
Pada tahun 2011 di Puskesmas 1 Sokaraja peserta KB
Suntik sebanyak 723 orang atau sebesar 61,1 %.
b) Obat Vagina
Pada tahun 2011 di Puskesmas 1 Sokaraja peserta KB
Obat Vagina adalah 0 orang atau sebesar 0 %.
c) Pil
Pada tahun 2011 di Puskesmas 1 Sokaraja peserta KB
Pil sebanyak 340 orang atau sebesar 28,7 %.
d) Kondom
Pada tahun 2011 di Puskesmas 1 Sokaraja sebanyak
191 orang atau sebesar 16,1 %.
e) Lainnya
Pada tahun 2011 di Puskesmas 1 Sokaraja pesera KB
Lainnya adalah sebanyak 0 orang atau sebesar 0%.
G. KEJADIAN KECELAKAAN LALU LINTAS
1. Jumlah Kecelakaan
Pada tahun 2010 di Puskesmas 1 Sokaraja kecelakaan yang ada
sebanyak 420 kejadian.
2. Jumlah Korban
a. Mati
Pada tahun 2010 di Puskesmas 1 Sokaraja korban
meninggal karena kecelakaan sebanyak 12 orang atau sebesar
2.85 %.
b. Luka Berat
Pada tahun 2010 di Puskesmas 1 Sokaraja korban
kecelakaan dengan luka berat sebanyak 121 orang atau sebesar
28.81 %.
21
c. Luka Ringan
Pada tahun 2010 di Puskesmas 1 Sokaraja korban
kecelakaan dengan luka ringan sebanyak 287 orang atau sebesaar
68.33 %.
H. KEBUTUHAN, PENGADAAN DAN KETERSEDIAAN OBAT
ESENSIAL
Pada tahun 2010 di Puskesmas 1 Sokaraja kebutuhan, pengadaan
dan ketersediaan obat hanya terpenuhi sebesar 20.79 %
Kesehatan adalah suatu masalah yang kompleks yang merupakan hasil
dari berbagai masalah, termasuk masalah lingkungan (alamiah maupun
buatan), sosial budaya, perilaku penduduk, genetika, dan sebagainya.
Menurut H. L. Blum, derajat kesehatan masyarakat merupakan hasil
dari empat faktor, yaitu lingkungan; perilaku dihubungkan dengan ecological
balance; keturunan yang dipengaruhi oleh populasi, distribusi penduduk, dan
sebagainya; serta health care service yang berupa program kesehatan yang
bersifat preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Dari keempat faktor tersebut,
lingkungan dan perilaku merupakan faktor yang paling besar pengaruhnya
(dominan) terhadap tinggi rendahnya derajat kesehatan masyarakat.
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Mengetahui, menganalisis, dan memberi metode pemecahan
prioritas masalah dari 6 program pokok Puskesmas I Sokaraja.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran umum keadaan kesehatan di wilayah
Kecamatan Sokaraja.
b. Mengenal dan mengetahui gambaran umum Puskesmas I Sokaraja
sebagai pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama.
c. Mengetahui secara umum program dan cakupan program Puskesmas I
Sokaraja.
22
d. Mengetahui pelaksanaan dan keberhasilan program-program kesehatan
di Puskesmas I Sokaraja Kabupaten Banyumas.
e. Menganalisis kekurangan dan kelebihan pelaksanaan program-
program Puskesmas I Sokaraja.
f. Menentukan alternatif pemecahan masalah dari prioritas masalah pada
program-program kesehatan di Puskesmas I Sokaraja Kabupaten
Banyumas.
C. MANFAAT PENULISAN
a. Sebagai bahan wacana bagi Puskesmas untuk memperbaiki kekurangan
yang mungkin masih ada dalam 6 program pokok Puskesmas I Sokaraja.
b. Sebagai bahan pertimbangan bagi puskesmas untuk melakukan evaluasi
dalam kinerja puskesmas.
c. Sebagai bahan untuk perbaikan puskesmas kearah yang lebih baik guna
mengoptimalkan mutu pelayanan kepada masyarakat pada umumnya dan
individu pada khususnya.
d. Sebagai bahan untuk memperbaiki kekurangan yang masih dimiliki oleh
Puskesmas.
23
II. ANALISIS POTENSI DAN IDENTIFIKASI ISU STRATEGIS
A. Analisis Potensi
1. Input
a. Man
Tenaga kesehatan menurut jenisnya:
1) Tenaga Medis sejumlah : Berjumlah 3 tenaga, dengan 2 tenaga
merupakan dokter umum, dan 1 orang
dokter gigi.
2) Tenaga Perawat : Perawat PNS terdapat 8 tenaga, dengan
perincian 7 tenaga merupakan perawat
umum (6 perawat lulusan D3, dan 1
orang lulusan SPK). Perawat gigi
terdapat 1 tenaga, merupakan lulusan
D3. Perawat honorer terdapat 6 tenaga
dan semuanya merupakan lulusan D3.
3) Tenaga bidan : Bidan PNS berjumlah 5 tenaga (lulusan
D3 ada 2 orang, lulusan D1 ada 3
orang). Bidan honorer berjumlah 13
tenaga dan semuanya merupakan
lulusan D3.
4) Tenaga Sanitasi : 1 orang
5) Tenaga Teknisi Medis : tidak ada
6) Tenaga Kesmas : tidak ada
7) Staf administrasi : 10 orang
8) Petugas obat : 2 orang
9) Petugas gizi : 1 orang
10) Petugas promkes : 1 orang
11) Petugas P2M : 1 orang
12) Petugas KIA dan KB : 1 orang
13) Petugas kesling : 1 orang
24
14) Petugas laboratorium : 1 orang
b. Money
Sumber dana untuk kegiatan program-program Puskesmas I
Sokaraja berasal dari APBD Kabupaten Banyumas.
c. Material
Logistik, obat, vaksin yang ada di Puskesmas 1 Sokaraja
berasal dari pihak kantor dinas kesehatan tingkat II dan BKKBN
Kabupaten Banyumas. Jumlah dan jenisnya yang ada disesuaikan
dengan yang diajukan oleh Puskesmas.
Alat-alat kedokteran, yaitu peralatan medis dokter umum dan
dokter gigi, 1 unit mobil ambulans, 2 unit motor, 3 unit kulkas
penyimpan vaksin, thermos penyimpan vaksin, dan alat laboratorium
sederhana.
d. Metode
Keterampilan petugas diperoleh dari pendidikan perguruan
tinggi dan dari pelatihan-pelatihan yang diadakan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten Banyumas yang diadakan sewaktu-waktu dan
berkala.
Prosedur kerja dilakukan berdasarkan kasus yang dilaporkan
dari masyarakat ke Balai Pengobatan Puskesmas atau pasien rawat
inap untuk kemudian dilaporkan ke badan P2M. Kasus yang
dilaporkan ini akan ditinjau langsung oleh petugas P2M untuk di cari
penyebab dan solusi/penanganan masalah yang muncul.
Kebijaksanaan Puskesmas terhadap laporan mayarakat (kasus)
bekerja sama dengan dinas kesehatan wilayah Banyumas.
e. Minute
Pelaksanaan kegiatan program dilaksanakan sesuai jadwal yang
direncanakan oleh petugas P2M.
25
f. Market
Sasaran masyarakat pada program P2M tentang kejadian ISPA
adalah kepada seluruh masyarakat wilayah kerja Puskesmas 1
Sokaraja.
2. Proses
a. Perencanaan (P1)
Targetnya adalah tercapainya visi dan misi puskesmas. Untuk
mempermudah mencapai tersebut, perencanaan mengacu pada Standar
Pelayanan Minimal (SPM) untuk program P2M yang sudah ditetapkan
di tingkat Provinsi.
b. Pengorganisasian (P2)
1) Penggalangan kerjasama dalam Tim P2M
2) Pertemuan para petugas P2M untuk menggalang kerjasama dan
mengupdate informasi terbaru
3) Rakor bulanan Puskesmas 1 Sokaraja
4) Penggalangan kerjasama lintas sektoral
5) Mempertimbangkan jumlah tenaga, beban kerja dan sarana
c. Penggerakan dan pelaksanaan program
Puskesmas 1 Sokaraja bekerjasama dengan masyarakat
khususnya bagian P2M untuk menindaklanjuti masalah penyakit ISPA.
d. Pengawasan dan pengendalian (P3) untuk kelancaran kegiatan
1) PWS = Pemantauan wilayah setempat
2) Bagian P2M Puskesmas 1 Sokaraja
3) Dinas Kesehatan wilayah Bayumas
4) Kader
5) Perangkat desa setempat
3. Output
Jumlah kelompok masyarakat yang sudah diberikan pelayanan
kesehatan puas pada petugas P2M. Rasa puas dari masyarakat ini timbul
karena petugas P2M di Puskesmas 1 Sokaraja aktif menindaklanjuti setiap
laporan yang masuk baik laporan yang datang dari Balai Pengobatan atau
26
rawat inap Puskesmas 1 Sokaraja, maupun laporan dari perorangan atau
per instansi di wilayah kerja puskesmas tersebut.
4. Effect
Dapat lebih menarik minat masyarakat wilayah kerja Puskesmas 1
Sokaraja untuk lebih berperan aktif dalam keikutsertaan dalam
memberantas penyakit menular, khususnya ISPA, sehingga dapat
menurunkan angka kejadian ISPA.
5. Outcome (Impact)
Dampak program yang harapkan adalah meningkatkan peran serta
masyarakat dalam kegiatan yang memajukan kegiatan kesehatan di
masyarakat, khususnya kegiatan pemberantasan penyakit, sehingga dapat
menurunkan angka kejadian penyakit menular terutama ISPA.
B. Identifikasi Isu Strategis Dari Hasil Analisis Swot
Berikut ini merupakan hasil analisis SWOT :
1. Strenght
a. Sumber daya P2M
Untuk program P2M Puskesmas I Sokaraja hanya memiliki
seorang tenaga kesehatan yang mengurusi masalah pemberantasan
penyakit menular.
b. Sarana dan prasarana
Puskesmas I Sokaraja mempunyai 1 unit mobil ambulans,
kulkas tempat menyimpan vaksin, 2 unit termos penyimpan vaksin.
c. Motivasi
Petugas P2M memiliki motivasi yang kuat.
d. Pengetahuan dan Keterampilan
Pengetahuan dan ketrampilan tenaga petugas P2M baik,
tanggap, dan terampil.
27
2. Weakness
Hambatan pada sumber daya P2M :
1. Pelaksana tenaga P2M masih kurang sehingga mengakibatkan:
a. Sistem pendataan kurang efisien.
b. Belum adanya dokumentasi kegiatan berupa foto sebagai bukti
telah terlaksananya kegiatan P2M.
c. Kurangnya frekuensi penyuluhan tentang P2M sehingga
penyampaian informasi kurang maksimal. Hal ini kurang bisa
mengajak masyarakat agar lebih peduli terhadap kesehatan
lingkungan di sekitarnya.
2. Partisipasi masyarakat kurang
3. Peralatan belum tersedia karena bagian pendanaan kurang
Hambatan yang terjadi pada lingkungan :
1. Masalah tingkat pendidikan yang rendah
2. Sikap dan budaya masyarakat yang kurang kondusif (tabu, masih
percaya mitos)
3. Opportunity
Pemantauan dari dinas kesehatan tentang pemberantasan penyakit
menular.
4. Treat
Masyarakat susah diajak kerja sama dalam kegiatan pemberantasan
penyakit menular. Berdasarkan data tahun jumlah kasus ISPA yang
ditemukan di wilayah Puskesmas I Sokaraja pada tahun 2011 sebanyak
5917 kasus, dengan rincian 1894 kasus terjadi pada balita dan 3023 terjadi
pada anak di atas 5 tahun sampai orang tua.
Alternatifpemecahan dari masalah peningkatan kejadian penyakit
ISPA dengan pembentukan team P2M, supaya lebih aktif dalam
meningkatkan pelayanan program pokok Puskesmas (comprehensive
health care service yaitu promotif, preventif, curative, rehabilitative, dan
terminal stage health care), guna menurunkan angka kejadian penyakit
menular (terutama ISPA).
28
Pembentukan team khusus untuk penanganan kejadian penyakit
diare disini sangat diperlukan guna menurunkan angka kejadian penyakit
diare. Team ini bekerja sama dengan perangkat desa dan seluruh lapisan
masyarakat. Team ini bertugas mencari penyebab, menganalisa, dan
mencari solusi untuk menanggulangi angka kejadian penyakit supaya tidak
meluas, bahkan menurunkan angka kejadian penyakit ISPA. Sekalipun
banyak kekurangan bagian P2M, team berusaha memaksimalkan kegiatan
dengan cara mensosialisasikan mengenai penyebab, penularan,
pencegahan, dan pengobatan penyakit ISPA.
29
III. PEMBAHASAN ISU STRATEGIS DARI HASIL ANALISIS SWOT
Berdasarkan analisis SWOT yang sudah dilakukan maka kami mengambil
permasalahan penyakit ISPA pada program P2M. Beberapa permasalahan
memang menjadi kendala program P2M ini khususnya dalam pemberantasan
penyakit ISPA.
Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan salah satu masalah
kesehatan yang ada di negara berkembang dan negara maju. World Health
Organization (WHO) memperkirakan insidensi Infeksi Saluran Pernapasan Akut
(ISPA) di negara berkembang dengan angka kematian balita di atas 40 per 1000
kelahiran hidup adalah 15%-20% pertahun pada golongan usia balita. Menurut
WHO ± 13 juta anak balita di dunia meninggal setiap tahun dan sebagian besar
kematian tersebut terdapat di negara berkembang dan ISPA merupakan salah satu
penyebab utama kematian dengan membunuh ± 4 juta anak balita setiap tahun
(WHO, 2007).
Di Indonesia, ISPA masih merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat yang utama terutama pada bayi (0-11 bulan) dan balita (1-4 tahun).
Diperkirakan angka kejadian ISPA pada balita di Indonesia yaitu sebesar 10-20%.
Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), penyakit ISPA pada
tahun 1986 berada di urutan keempat (12,4%) sebagai penyebab kematian bayi.
Sedangkan pada tahun 1992 dan 1995 menjadi penyebab kematian bayi yang
utama yaitu 37,7% dan 33,5%. Hasil SKRT pada tahun 1998 juga menunjukkan
bahwa penyakit ISPA merupakan penyebab kematian utama pada bayi (36%) dan
hasil SKRT pada tahun 2001 menunjukkan bahwa prevalensi tinggi ISPA yaitu
sebesar 39% pada bayi dan 42% pada balita (Depkes, 2000).
Data Puskesmas I Sokaraja menunjukkan bahwa ISPA merupakan
penyakit yang menempati peringkat pertama dari sepuluh pola penyakit di
wilayah kerja Puskesmas I Sokaraja. Pada tahun 2011 bulan Januari hingga
Desember tercatat sebanyak 5917 orang menderita Infeksi Saluran Pernapasan
Akut (ISPA) dengan rincian 2894 kasus terjadi pada balita dan 3023 terjadi pada
penduduk usia 5 tahun ke atas. Insidensi kasus terbanyak pada balita adalah di
30
Desa Karangnanas sebanyak 552 kasus, diikuti oleh Desa Sokaraja Kulon
sebanyak 335 kasus, Desa Sokaraja Tengah sebanyak 314 kasus, Desa Sokaraja
Wetan sebanyak 309 kasus, Desa Sokaraja Kidul sebanyak 264 kasus, Desa
Wiradadi sebanyak 264 kasus, Desa Pamijen sebanyak 241 kasus, Desa Karang
Kedawung sebanyak 229 kasus, Desa Kali Kidang sebanyak 211 kasus dan Desa
Karang Rau sebanyak 215 kasus. Kasus yang ditemukan di Desa Karangnanas
tertinggi dari 10 desa lainnya. Sebagian besar kasus ISPA adalah balita. Tingginya
angka kejadian ISPA pada balita di Desa Karangnanas berkaitan dengan faktor
resiko yang ada. Hubungan faktor risiko yang ada dengan kejadian ISPA di Desa
Karangnanas belum pernah diteliti sehingga peneliti tertarik untuk mengkaji
faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian ISPA pada balita di Desa
Karangnanas.
1. Definisi
ISPA (Infeksi sluran pernapassan akut) adalah penyakit akut yang
menyerang salah satu bagian dari atau lebih dari saluran nafas mulai dari
hidung (saluran atas) hingga alveoli saluran bawah, termasuk jaringan
adneksanya seperti sinus-sinus rongga telinga tengah dan pleura (Depkes,
2002).
2. Etiologi
Bakteri adalah penyebab utama infeksi saluran pernapasan bawah, dan
Streptococcus pnemoniae di banyak negara merupakan penyebab paling umum
pnemonia yang didapat dari luar rumah sakit yang disebabkan oleh bakteri.
Bakteri penyebab ISPA antara lain darin genus Streptokokus, Stafilokokus,
Pneumokokus, Hemofillus, Bordetella dan Korinobakterium. Virus penyebAb
ISPA antara lain golongan Mikosovirus, Adenovirus, Koronavirus,
Pikornavirus, Mikoplasma, Herpesvirus. Namun demikian, patogen yang
paling sering menyebabkan ISPA adalah virus, atau infeksi gabungan virus dan
bakteri (WHO, 2007).
3. Faktor risiko
Menurut Depkes RI, faktor resiko terjadinya ISPA secara umum yaitu
faktor lingkungan, faktor individu anak, serta faktor perilaku
31
a. Faktor Lingkungan
1. Pencemaran Udara Dalam Rumah
Kebiasaan merokok dan penggunaan tungku kayu akan
menghasilkan asap dengan konsentrasi yang tinggi dan dapat merusak
mekanisme pertahanan paru sehingga akan memudahkan timbulnya
ISPA. Hal ini dapat terjadi pada rumah yang ventilasinya kurang dan
dapur terletak di dalam rumah, bersatu dengan kamar tidur, ruang
tempat bayi dan balita bermain (Depkes, 2002). Selain itu disebutkan
bahwa, kebiasaan menggunakan obat nyamuk bakar juga dapat
meningkatkan risiko kejadian ISPA (Wiwoho, 2005).
2. Ventilasi Rumah
Ventilasi adalah proses penyediaan udara atau pengarahan
udara ke atau dari ruangan baik secara alami maupun secara mekanis.
Membuat ventilasi udara serta pencahayaan di dalam rumah sangat
diperlukan karena akan mengurangi polusi asap yang ada di dalam
rumah sehingga dapat mencegah seseorang menghirup asap tersebut
yang lama kelamaan bisa menyebabkan terkena penyakit ISPA. Luas
penghawaan atau ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% dari
luas lantai (Depkes, 2002).
3. Kepadatan Hunian Kamar
Kepadatan tempat tinggal yang padat dapat meningkatkan
faktor polusi dalam rumah yang telah ada. Begitu juga keadaan jumlah
kamar yang penghuninya lebih dari dua orang, karena bisa
menghalangi proses pertukaran udara bersih sehingga menjadi
penyebab terjadinya ISPA (Depkes, 2002).
b. Faktor Individu Anak
1. Imunisasi
Imunisasi aktif adalah usaha merangsang individu untuk
membuat respon imun terhadap penyakit-penyakit infeksi, khususnya
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Program
imunisasi aktif sangat efektif untuk mencegaha penyakit virus dan
32
bakteri. Beberapa penyakit P3DI memiliki gejala yang menyerupai
ISPA sehingga imunisasi merupakan usaha yang baik dalam upaya
menurunkan kejadian ISPA, khususnya pnemonia. Vaksin yang
diberikan kepada bayi merupakan suatu zat yang mempunyai sifat
immunogenitas, yaitu suatu zat yang memberikan kemampuan
membangkitkan respon imun spesifik. Kemampuan ini terdiri dari
pembentukan antibodi, pembentukan imunitas seluler, atau kedua-
duanya. (39) Kepentingan imunisasi BCG, DPT, campak pada balita
antara lain adalah untuk memberi kekebalan kepada balita, sehingga
balita tidak rentan terhadappenyakit infeksi khususnya ISPA
(Wiwoho, 2005).
2. Umur Anak
Insidensi penyakit pernapasan oleh virus melonjak pada bayi
dan usia dini pada anak-anak dan tetap menurun terhadap usia. Insiden
ISPA tertinggi pada umur 6-12 bulan (Depkes, 2002). Umur diduga
terkait dengan sistem kekebalan tubuhnya. Bayi dan balita merupakan
kelompok yang kekebalan tubuhnya belum sempurna sehingga masih
rentan terhadap berbagai penyakit infeksi (Wiwoho, 2005).
3. Pemberian Vitamin A
Vitamin A diperlukan untuk mempertahankan keutuhan
struktur dan fungsi epitel. Anak-anak yang mengalami kekurangan
vitamin Amenunjukkan adanya perubahan histologis pada jaringan
dalam saluran pernafasan serta saluran kencing dan alat reproduksi
sehingga peran vitamin A sangat penting dalam sistem pertahanan
tubuh terhadap penyakit infeksi, termasuk infeksi saluran pernafasan
akut dan pnemonia (Pudjiadi, 2000).
4. Pemberian Makanan Pendamping ASI Eksklusif (MP-ASI)
Pemberian makanan tambahan bagi bayi/balita memang
dianjurkan, tetapi pemberiannya setelah bayi berusia 6 bulan. Hal ini
diharapkan tidak menambah masalah dalam program ASI eksklusif.
Kegagalan pemberian ASI eksklusif diduga karena pemberian
33
makanan atau minuman pralakteal diberikan. Pada buku pedoman
pemberantasan penyakit ISPA untuk penanggulangan pnemonia pada
balita disebutkan bahwa pemberian makanan tambahan dini
merupakan faktor risiko untuk terjadinya ISPA khususnya pnemonia
(Wiwoho, 2005).
5. Berat Badan Lahir
Anak-anak dengan riwayat Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
(berat bayi lahir kurang dari 2500 gram) akan mengalami lebih berat
infeksi pada saluran pernapasan. Hal ini dikarenakan pembentukan zat
anti kekebalan kurang sempurna sehingga lebih mudah terkena
penyakit infeksi, terutama pnemonia dan sakit saluran pernapasan
lainnya (Depkes, 2002).
Penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Universitas
Cleveland dan Fakultas Kedokteran Universitas Wastern Cleveland,
USA mendapatkan bahwa ada hubungan yang kuat antara penyakit
paru dengan berat bayi lahir rendah (Wiwoho, 2005).
6. Status Gizi
Balita dengan gizi yang kurang akan lebih mudah terserang
ISPA dibandingkan balita dengan gizi normal karena faktor daya
tahan tubuh yang kurang. Penyakit infeksi sendiri akan menyebabkan
balita tidak mempunyai nafsu makan dan mengakibatkan kekurangan
gizi. Pada keadaan gizi kurang, balita lebih mudah terserang “ ISPA
berat “ bahkan serangannya lebih lama (Depkes, 2002).
c. Faktor Perilaku
Faktor perilaku dalam pencegahan seperti menutup mulut ketika
bersin atau batuk dan penanggulangan penyakit ISPA pada bayi dan balita
dalam hal ini adalah praktek penanganan ISPA di keluarga baik yang
dilakukan oleh ibu ataupun oleh anggota keluarga lainnya. Peran aktif
keluarga atau masyarakat dalam menangani ISPA sangat penting karena
penyakit ISPA merupakan penyakit yang ada sehari-hari di dalam
masyarakat atau keluarga. Hal ini perlu mendapat perhatian serius oleh
34
kita semua karena penyakit ini banyak menyerang balita, sehingga itu
balita dan anggota keluarganya yang sebagian besar dekat dengan balita
mengetahui dan terampil menangani penyakit ISPA ketika anaknya sakit
(Depkes, 2002).
4. Patofisiologi
Timbulnya infeksi saluran pernafasan akut oleh karena masuknya agent
penyakit (virus, jamur, atau bakteri) ke dalam saluran pernafasan, dan tubuh
tidak mampu memberi perlawanan. Pada kondisi BBLR, kejadian ISPA akan
lebih sering terjadi, karena pada kondisi BBLR kekurangan surfaktan (rasio
lesitin/sfingomielin), pertumbuhan dan pengembangan paru yang belum
sempurna, otot pernafasan yang masih lemah dan tulang iga yang mudah
melengkung. Kondisi tersebut di atas dan rendahnya daya tahan tubuh BBLR
terhadap penyakit infeksi, semakin mempermudah timbulnya penyakit infeksi
saluran pernafasan akut (Hoffman et al., 2003); (Wiwoho, 2005).
5. Klasifikasi
Kriteria untuk menggunakan pola tatalaksana penderita ISPA adalah
balita, dengan gejala batuk dan atau kerukaran bernafas,. Pola tata laksana
penderita meliputi 4 bagian, yaitu pemeriksaan, penentuan ada tidaknya tanda
bahaya, penentuan klasifikasi penyakit dan pengobatan/tindakan.
Klasifikasi ISPA pada balita secara praktis dan sederhana
dikembangkan oleh WHO yang kemudian digunakan oleh Departemen
Kesehatan RI. Penggolongan dilakukan berdasarkan tingkat keparahan, melalui
tanda-tanda klinis. Dalam penentuan klasifikasi tersebut dibedakan atas dua
kelompok, yaitu kelompok umur 2 bulan-5 tahun dan kelompok umur <2 bulan
adalah (Wiwoho, 2005).
a. Untuk usia kurang dari 2 bulan
i. Pnemonia berat : bila ditandai minimal satu tanda berikut ini,
frekuensi pernafasan 60 kali/menit atau lebih, atau adanya penarikan
yang kuat pada dinding dada sebelah bawah ke dalam.
ii. Bukan pnemonia: bila tidak menunjukkan gejala/tanda
peningkatanfrekuensi pernafasan dan tidak menunjukkan adanya
35
penarikan dinding dada bagian bawah ke dalam (hanya merupakan
ISPA, batuk pilek, common cold)
b. Untuk usia 2 bulan- 5 tahun, ada tiga klasifikasi, yaitu:
i. Pnemonia berat
Bila disertai nafas cepat, dengan tarikan dinding dada bagian
bawah ke dalam waktu balita menarik nadas. Pengukuran dilakukan
pada saat balita tidak dalam keadaan menangis
ii. Pnemonia
Bila ditandai dengan frekuensi nafas cepat, yaitu: sebanyak 50
kali/menit atau lebih untuk usia 2 bulan sampai dengan 1 tahun dan 40
kali/menit atau lebih untuk usia 1 tahun sampai 5 tahun.
iii. Bukan pnemonia
Bila tidak ditemukan peningkatan frekuensi pernafasan dan
tidak menunjukkan adanya penarikan dinding dadabagian bawah ke
dalam (ISPA biasa, batuk pilek, flu, common cold) (Wiwoho, 2005).
6. Tanda dan Gejala Klinis
Pada umumnya suatu penyakit saluran pernapasan dimulai dengan
keluhan-keluhan dan gejala-gejala yang ringan. Gejala-gejala tersebut di
antaranya adalah batu, pilek, demam tanpa pernafasan cepat atau penarikan
dinding dada (Wiwoho, 2005). Dalam perjalanan penyakit mungkin gejala-
gejala menjadi lebih berat dan bila semakin berat dapat jatuh dalam keadaan
kegagalan pernapasan dan mungkin meninggal. Bila sudah dalam kegagalan
pernapasan maka dibutuhkan penatalaksanaan yang lebih rumit, meskipun
demikian mortalitas masih tinggi, maka perlu diusahakan agar yang ringan
tidak menjadi lebih berat dan yang sudah berat cepat-cepat ditolong dengan
tepat agar tidak jatuh dalam kegagalan pernapasan. Tanda-tanda bahaya dapat
dilihat berdasarkan tanda-tanda klinis dan tanda-tanda laboratoris (Rasmaliah,
2004).
36
Tanda-tanda klinis yaitu :
1. Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea),
retraksi dinding thorak, napas cuping hidung, sianosis, suara napas lemah
atau hilang, grunting expiratoir dan wheezing.
2. Pada sistem cardial adalah: takakirdia, bradikardi, hipertensi, hipotensi dan
cardiac arrest.
3. Pada sistem serebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala,
bingung, papil bendung, kejang dan koma.
4. Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak.
Tanda-tanda laboratoris yaitu :
1. Hipoksemia
2. Hiperkapnia
3. Asidosis (metabolik dan atau respiratorik)
Tanda-tanda bahaya pada anak golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun
adalah: tidak bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor dan gizi buruk,
sedangkan tanda bahaya pada anak golongan umur kurang dari 2 bulan adalah:
kurang bisa minum (kemampuan minumnya menurun ampai kurang dari
setengah volume yang biasa diminumnya), kejang, kesadaran menurun, stridor,
wheezing, demam dan dingin (Rasmaliah, 2004).
7. Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan menjaga keadaan gizi agar tetap
baik, imunisasi, menjaga kebersihan prorangan dan lingkungan, mencegah
anak berhubungan dengan penderita ISPA (Rasmaliah, 2004).
ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH
Melihat hasil analisis SWOT, didapatkan isu strategis yang dapat
dilakukan untuk mendapatkan alternatif pemecahan masalah, meliputi :
1. Penambahan tenaga petugas P2M, agar:
a. Sistem pendataan lebih efisien, akurat, cepat dan tepat
b. Dapat meningkatkan frekuensi kegiatan promosi kesehatan terutama dalam
pemberantasan penyakit menular seperti penyuluhan, pemberian leaflet,
37
dan pembuatan poster terutama untuk memberantas atau mengurangi
angka kejadian ISPA.
2. Penambahan dana program P2M, agar:
a. Dapat menambah media promosi kesehatan sehingga kegiatan promosi
kesehatan terutama dalam pemberantasan penyakit menular seperti
penyuluhan, pemberian leaflet, dan pembuatan poster terutama untuk
memberantas atau mengurangi angka kejadian ISPA dapat semakin
sering dilakukan dan efektif.
b. Dapat menambah peralatan-peralatan yang dibutuhkan untuk
memberantas penyakit ISPA.
3. Peningkatan kesadaran masyarakat
4. Meningkatkan kerjasama antara lintas sektoral
38
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Pemilihan program P2M sebagai salah satu masalah dalam program
Puskesmas I Sokaraja adalah tingginya angka kejadian ISPA di
Kecamatan Sokaraja. Selama tahun 2011 tercatat sebanyak sebanyak 5917
kasus, dengan rincian 1894 kasus terjadi pada balita dan 3023 terjadi pada
anak di atas 5 tahun sampai orang tua di wilayah kerja Puskesmas I
Sokaraja.
2. Beberapa hal yang menjadi dasar kurang tercapainya program P2M di
Puskesmas I Sokaraja adalah :
a. Tenaga petugas P2M masih kurang
b. Keterbatasan dana
c. Kesadaran masyarakat yang masih kurang
3. Kekuatan yang paling mendukung program P2M di Puskesmas I Sokaraja
adalah :
a. Petugas P2M memiliki motivasi yang kuat.
b. Pengetahuan dan ketrampilan tenaga petugas P2M baik, tanggap dan
terampil.
4. Alternatif pemecahan dapat berupa :
a. Penambahan tenaga petugas P2M.
b. Penambahan dana program P2M.
c. Peningkatan kesadaran masyarakat
B. SARAN
1. Untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan adalah dengan
melaksanakan sosialisasi secara terus-menerus kepada masyarakat yang
dilaksanakan oleh petugas Puskesmas bekerja sama dengan lintas program
dan lintas sektoral.
39
2. Petugas P2M perlu ditambah agar pencapaian program P2M lebih
maksimal
3. Pentingnya dilakukan penyuluhan agar kesadaran masyarakan terhadap
kesehatan semakin baik.
4. Perlunya dilakukan monitoring dan evaluasi kegiatan secara rutin.
40
DAFTAR PUSTAKA
Depkes. (2000). Informasi Tentang ISPA pada Anak Balita. Jakarta: Pusat
Penyuluhan Kesehatan Masyarakat.
Depkes. (2002). Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan
Akut Untuk Penanggulangan Pneumonia Pada Balita. Jakarta: Depkes.
Depkes. (2009). Pneumonia, Penyebab Utama Kematian Balita. Dipetik Februari
6, 2012, dari http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/410-
pneumonia-penyebab-kematian-utama-balita.html
Hoffman, J., Mason, E., Schulze, G., & Tan, T. (2003). Streptococcus Pnemoniae
Infections in the Neonate. Article Pediatrics , 112 (15), 1095.
Permatasari, C. A. (2009). Faktor Risiko Kejadian Gejala ISPA Ringan pada
Baduta di Kelurahan Rangkapan Jaya Baru Kota Depok Tahun 2008.
Pudjiadi, S. (2000). Ilmu Gizi klinis pada Anak (4 ed.). Jakarta: Gaya Baru Press.
Rasmaliah. (2004). Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dan
Penanggulangannya. USU Digital Library .
WHO. (2007). Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang Cenderung Epidemi
dan Pandemi Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan.
Wiwoho, S. (2005). Bayi Berat Lahir Rendah Sebagai Salah Satu Faktor Risiko
Infeksi Saluran Pernafasan Akut Pada Bayi. Semarang: UNDIP.
41
Lampiran-lampiran
Penentuan Prioritas Masalah
A. Daftar Permasalahan Kesehatan Yang Ada
Tabel 1. Prevalensi 10 Penyakit Tertinggi di Wilayah Kerja Puskesmas I Sokaraja Periode Januari-Desember 2011
No Penyakit Jumlah1 ISPA 59172 Diare 10593 Asma Bronkial 3274 Hipertensi 3145 Angina Pectoris 2966 Diabetes Mellitus 2727 Decompensatio Cordis 1668 Tuberkulosis 819 Demam Berdarah Dengue 2010 Malaria 4Sumber: Data Sekunder Puskesmas I Sokaraja 2011
B. Penentuan Prioritas Masalah (Berdasarkan Metode Tertentu)
Penentuan prioritas masalah di Kecamatan Sokaraja dengan
menggunakan metode Hanlon Kuantitatif. Untuk keperluan ini digunakan 4
kelompok kriteria, yaitu:
1. Kelompok kriteria A : besarnya masalah
2. Kelompok kriteria B : kegawatan masalah, penilaian terhadap
dampak, urgensi dan biaya
3. Kelompok kriteria C : kemudahan dalam penanggulangan, yaitu
penilaian terhadap tingkat kesulitan
penanggulangan masalah
4. Kelompok kriteria D : PEARL faktor, yaitu penilaian terhadap
propriety, economic, acceptability,
resources availability, legality
Adapun perincian masing-masing bobot kriteria pada prioritas masalah di
Puskesmas I Sokaraja adalah sebagai berikut :
42
1. Kriteria A (besarnya masalah)
Untuk menentukan besarnya masalah kesehatan diukur dari
besarnya penduduk yang terkena efek langsung.
Tabel 2. Kriteria A, Besarnya Masalah Penyakit di Puskesmas I Sokaraja Periode Januari-Desember 2012
Masalah kesehatan Besarnya Masalah Dari Data Sekunder Puskesmas I Sokaraja (%)
Nilai
0-20(1)
21-40(2)
41-60(3)
61-80(4)
81-100(5)
ISPA X 4Diare X 1
Asma Bronkial X 1
Hipertensi X 1
Angina Pectoris X 1
Diabetes Mellitus X 1
Decompensatio
Cordis
1
Tuberkulosis 1
Demam Berdarah
Dengue
X 1
Malaria X 1
Sumber: Data Sekunder Puskesmas I Sokaraja 2011
2. Kriteria B (kegawatan masalah)
Kegawatan (paling cepat mengakibatkan kematian)
1. Tidak gawat
2. Kurang gawat
3. Cukup gawat
4. Gawat
5. Sangat gawat
Urgensi (harus segera ditangani, apabila tidak ditangani dapat
menyebabkan kematian)
1. Tidak urgen
2. Kurang urgen
3. Cukup urgen
43
4. Urgen
5. Sangat urgen
Biaya (biaya penanggulangan)
1. Sangat murah
2. Murah
3. Cukup mahal
4. Mahal
5. Sangat mahal
Tabel 3. Kriteria B (Kegawatan Masalah)Masalah Kegawatan Urgensi Biaya Nilai
ISPA 3 4 2 9Diare 4 4 2 10
Asma Bronkial 4 4 3 11
Hipertensi 3 2 2 7
Angina Pectoris 3 3 3 10
Diabetes Mellitus 3 2 3 8
Decompensatio
Cordis
3 4 3 10
Tuberkulosis 3 2 2 7
Demam Berdarah
Dengue
4 4 2 10
Malaria 3 3 2 8
3. Kriteria C (penanggulangan masalah)
Untuk menilai kemudahan dalam penanggulangan, pertanyaan
yang harus dijawab adalah apakah sumber-sumber dan teknologi yang
tersedia mampu menyelesaikan masalah: makin sulit dalam
penanggulangan, skor yang diberikan makin kecil.
1. Sangat sulit ditanggulangi
2. Sulit ditanggulangi
3. Cukup bisa ditanggulangi
4. Mudah ditanggulangi
5. Sangat mudah ditanggulangi
44
Pada tahap ini dilakukan pengambilan suara dari 2 orang yang
kemudian dirata-rata untuk menentukan skor, dimana skor tertinggi
merupakan masalah yang paling mudah ditanggulangi.
Adapun hasil konsensus tersebut adalah sebagai berikut :
ISPA
(4+4)/2 = 4
Diare
(4+4)/2 = 3,7
Asma
(4+3)/3 = 3,5
Hipertensi
(2+2)/2 = 2
Angina Pectoris
(2+2)/2 = 2
Diabetes Mellitus
(2+1)/2 = 1,5
Decompensatio Cordis
(1+1)/2 = 1
Tuberkulosis
(3+3)/2 = 3
Demam Berdarah Dengue
(4+4)/2 = 4
Malaria
(3+3)/2 = 3
4. Kriteria D (PEARL faktor)
Propriety : Kesesuaian (1/0)
Economic : Ekonomi murah (1/0)
Acceptability : Dapat diterima (1/0)
Resources availability : Tersedianya sumber daya (1/0)
Legality : Legalitas terjamin (1/0)
45
Tabel 4. Kriteria PEARL
Masalah P E A R L Hasil ISPA 1 1 1 1 1 1Diare 1 1 1 1 1 1Asma Bronkial 1 1 1 1 1 1Hipertensi 1 1 1 1 1 1Angina Pectoris 1 1 1 1 1 1Diabetes Mellitus 1 1 1 1 1 1Decompensatio Cordis 1 1 1 1 1 1Tuberkulosis 1 1 1 1 1 1Demam Berdarah Dengue
1 1 1 1 1 1Malaria 1 1 1 1 1 1
Penetapan nilai
Setelah nilai kriteria A, B, C, dan D didapatkan kemudian nilai tersebut
dimasukkan ke dalam formula sebagai berikut :
Nilai prioritas dasar (NPD) = (A+B) x C
Nilai prioritas total (NPT) = (A+B) x C x D
Tabel 5. Urutan Prioritas Masalah
Masalah A B CD
NPD NPTUrutan
prioritasP E A R LISPA 4 9 4 1 1 1 1 1 52 52 IDiare 1 10 3,7 1 1 1 1 1 40,7 40,7 IIIAsma Bronkial
1 11 3,2 1 1 1 1 1 38,4 38,4 IV
Hipertensi 1 7 2 1 1 1 1 1 16 16 VIIIAngina Pectoris
1 10 2 1 1 1 1 1 22 22 VII
Diabetes Mellitus
1 8 1,5 1 1 1 1 1 13,5 13,5 IX
Decompensatio Cordis
1 10 1 1 1 1 1 1 11 11 X
Tuberkulosis
1 7 3 1 1 1 1 1 24 24 VI
Demam Berdarah Dengue
1 10 4 1 1 1 1 1 44 44 II
Malaria 1 8 3 1 1 1 1 1 27 27 V
46
Prioritas pertama masalah diperoleh dengan nilai NPT tertinggi.
Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode Hanlon kuantitatif urutan
prioritas masalahnya adalah sebagai berikut :
1. ISPA
2. Demam Berdarah Dengue
3. Diare
4. Asma Bronkial
5. Malaria
6. Tuberkulosis
7. Angina Pectoris
8. Hipertensi
9. Diabetes Mellitus
10. Decompensatio Cordis
47