evapro sokaraja final

66
LAPORAN KASUS STASE 6 PROGRAM POKOK PUSKESMAS PERMASALAHAN ISPA PADA PROGRAM P2M DI PUSKESMAS I SOKARAJA Disusun Oleh Melan Mulyana G1A211030 Nur Rakhman Pratama G1A211036 Pembimbing : dr. Sugeng Rahadi KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS- 1

Upload: astrid-indriati

Post on 13-Aug-2015

208 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

evaluasi program pokok puskesmas

TRANSCRIPT

Page 1: Evapro Sokaraja Final

LAPORAN KASUS STASE 6 PROGRAM POKOK PUSKESMASPERMASALAHAN ISPA PADA PROGRAM P2M

DI PUSKESMAS I SOKARAJA

Disusun Oleh

Melan Mulyana G1A211030

Nur Rakhman Pratama G1A211036

Pembimbing :

dr. Sugeng Rahadi

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS-ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

PURWOKERTO

FEBRUARI 2012

1

Page 2: Evapro Sokaraja Final

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KASUS STASE 6 PROGRAM POKOK PUSKESMASPERMASALAHAN “ISPA” PADA PROGRAM “P2M”

DI PUSKESMAS I SOKARAJA

Disusun Oleh

Melan Mulyana G1A211030

Nur Rakhman Pratama G1A211036

Disusun untuk memenuhi syarat mengikuti program pendidikan profesi dokterKepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Komunitas-

Ilmu Kesehatan MasyarakatFakultas Kedokteran Dan Ilmu-Ilmu Kesehatan

Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto

Telah dipresentasikan dan disetujui

Tanggal ……………….

Pembimbing Lapangan

dr. Sugeng Rahadi NIP. 19601028 198912 1 001

Pembimbing Fakultas

dr. Diah Krisnansari, M.SiNIP. 19770202 200501 2 001

2

Page 3: Evapro Sokaraja Final

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan...............................................................................................2

Daftar Isi.................................................................................................................3

I. Pendahuluan....................................................................................................4

A. Latar Belakang............................................................................................4

B. Tujuan Penulisan.......................................................................................22

C. Manfaat Penulisan.....................................................................................23

II. ANALISIS POTENSI DAN IDENTIFIKASI ISU STRATEGIS.............24

A. Analisis SWOT.........................................................................................24

B. Identifikasi Aspek Isu Strategis dari Hasil Analisis SWOT.....................27

III. PEMBAHASAN ISU STRATEGIS DARI HASIL ANALISIS SWOT ..29

IV. KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................39

Daftar Pustaka .....................................................................................................40

Lampiran .............................................................................................................41

3

Page 4: Evapro Sokaraja Final

I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kesehatan merupakan salah satu layanan sosial dasar yang harus

dipenuhi oleh pemerintah sebagai kewajibannya untuk menjaga kesejahteraan

masyarakat. Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi

untuk keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu diselenggarakan

pembangunan kesehatan secara menyeluruh dan berkesinambungan.

Berdasarkan Kepmenkes No. 128 tahun 2004 Puskesmas adalah

penanggung jawab penyelenggara upaya kesehatan untuk jenjang tingkat

pertama. Puskesmas merupakan unit oraganisasi pelayanan kesehatan

terdepan yang mempunyai misi sebagai pusat pengembangan pelayanan, yang

melaksanakan pembinaan dan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan

terpadu untuk masyarakat yang tinggal disuatu wilayah kerja tertentu.

Puskesmas sebagai pelayanan kesehatan dasar pada masyarakat,

dalam pelaksanaan kegiatannya dijalankan dalam bentuk 6 program pokok

Puskesmas. Namun pada umumnya program pokok Puskesmas ini belum

dapat dilaksanakan secara optimal. Adanya keterbatasan dan hambatan baik

di Puskesmas maupun masyarakat dalam pelaksanaan program pokok

Puskesmas maka untuk mengatasinya harus berdasarkan skala prioritas sesuai

permasalahan yang ada, dengan memanfaatkan potensi yang ada di

masyarakat dengan melakukan pemberdayaan masyarakat.

Dalam tatanan Otonomi Daerah di bidang Kesehatan, Sistim

Informasi Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat penting artinya bagi

suatu wilayah itu sendiri misalnya di Kecamatan Sokaraja, yaitu sebagai

sarana penyedia indikator-indikator yang menunjukkan tercapai atau tidaknya

kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan.

Salah satu hal yang menjadi masalah di Puskesmas I Sokaraja adalah

program Pemberantasan Penyakit Menular (P2M). Program P2M memiliki

tujuan menemukan kasus penyakit menular sedini mungkin, dan mengurangi

4

Page 5: Evapro Sokaraja Final

berbagai faktor resiko lingkungan masyarakat yang memudahkan terjadinya

penyebaran suatu penyakit menular. Permasalahan yang muncul pada bagian

Pemberantasan Penyakit Menular berdasarkan 10 penyakit menular yang

tertinggi di Puskesmas I Sokaraja tahun 2011 yaitu penyakit Infeksi Saluran

Pernafasan Akut (ISPA).

Jumlah kasus ISPA yang ditemukan di wilayah Puskesmas I Sokaraja

tahun 2011 sebanyak 5917 kasus, dengan rincian 1894 kasus terjadi pada

balita dan 3023 terjadi pada anak di atas 5 tahun sampai orang tua. Insidensi

kasus terbanyak pada balita adalah di Desa Karangnanas sebanyak 552 kasus,

diikuti oleh Desa Sokaraja Kulon sebanyak 335 kasus, Desa Sokaraja Tengah

sebanyak 314 kasus, Desa Sokaraja Wetan sebanyak 309 kasus, Desa

Sokaraja Kidul sebanyak 264 kasus, Desa Wiradadi sebanyak 264 kasus,

Desa Pamijen sebanyak 241 kasus, Desa Karang Kedawung sebanyak 229

kasus, Desa Kali Kidang sebanyak 211 kasus dan Desa Karang Rau sebanyak

215 kasus. Kasus yang ditemukan di Desa Karangnanas tertinggi dari 10 desa

lainnya. Sebagian besar kasus ISPA adalah balita.

Berdasarkan masalah diatas maka perlu dianalisa ulang mengenai

kekurangan dalam pelaksanaan program-program puskesmas terutama

program P2M mengenai penyakit ISPA di Puskesmas I Sokaraja.

Beberapa kategori prioritas sebagai berikut :

a. Peran serta masyarakat dan kerjasama lintas sektoral

b. Pendidikan kesehatan masyarakat

c. Angka kesakitan yang masih tinggi

d. Sumber daya, terutama tenaga dan dana yang masih terbatas.

Puskesmas I Sokaraja berada di wilayah Kecamatan Sokaraja. Wilayah

Puskesmas I Sokaraja meliputi 10 desa dari sejumlah 18 desa yang ada di

kecamatan Sokaraja. Luas wilayah Kecamatan Sokaraja 29,92 Km2 dengan

ketinggian dari permukaan laut berkisar antara 140-600 m.

Wilayah Kecamatan Sokaraja dibatasi oleh :

Sebelah Utara: Kembaran

Sebelah Selatan : Kecamatan Kalibagor

5

Page 6: Evapro Sokaraja Final

Sebelah Timur : Kabupaten Purbalingga

Sebelah Barat : Kecamatan Purwokerto Timur

Penggunaan lahan di wilayah Kecamatan Sokaraja dapat dirinci sebagai

berikut :

Tanah sawah : 3.129,871 Ha

Tanah pekarangan : 1.317,227 Ha

Tanah perkebunan : 733.752 Ha

Kolam : 28.484 Ha

Lain-lain : 73 Ha

1. Keadaan Demografi

a. Pertumbuhan Penduduk

Berdasarkan data dari kecamatan sokaraja pada akhir tahun 2010,

jumlah penduduk di wilayah Puskesmas I Sokaraja sebanyak 48.594

jiwa yang terdiri dari 24.031 laki-laki (49,45%) dan 24.563 perempuan

(50,55%) tergabung dalam 12.317 rumah tangga / KK.

Jumlah penduduk tertinggi di Desa Karangnanas sebesar 6.804

jiwa sedangkan terendah di Desa Karang Kedawung sebesar 2.694 jiwa.

b. Jumlah Penduduk Menurut Golongan Umur

Jumlah penduduk di wilayah Puskesmas I Sokaraja berdasarkan

golongan umur dan jenis kelamin pada tahun 2010 dapat dilihat pada

tabel berikut :

Tabel 2.1. Jumlah Penduduk Menurut Golongan Umur Di Wilayah

Puskesmas I Sokaraja Tahun 2010

No Golongan Umur

Jumlah Penduduk JumlahLaki-laki Perempuan

1 < 1 557 569 11262 1-4 1721 1610 33313 5-9 2167 2126 43294 10-14 2300 2299 45995 15-19 2665 2481 51476 20-24 2399 2257 46567 25-29 1966 1965 39318 30-34 1895 1965 38609 35-39 1729 1809 3538

6

Page 7: Evapro Sokaraja Final

10 40-44 1574 1682 325611 45-49 1342 1290 263212 50-54 952 1035 198713 55-59 771 844 161514 60-64 699 701 140015 65-69 579 587 116616 70-74 464 545 100917 75+ 251 761 1012

Sumber: Data Sekunder Puskesmas I Sokaraja 2010

Jika dilihat dari jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur

pada table di atas, maka jumlah penduduk dalam kelompok umur 15-19

tahun adalah tertinggi yaitu sebesar 5.147 jiwa atau sebesar 10,59%.

c. Kepadatan Penduduk

Penduduk di wilayah Puskesmas I Sokaraja adalah bervariasi

kepadatannya. Desa terpadat penduduknya adalah Desa Wiradadi

dengan tingkat kepadatan sebesar 6.367 jiwa setiap kilometer persegi,

sedangkan yang tingkat kepadatannya paling rendah adalah Desa

Karang Kedawung yaitu sebesar 1.662 jiwa setiap kilometer persegi.

d. Keadaan Sosial Ekonomi

1. Tingkat pendidikan

Data pendidikan penduduk di Wilayah Puskesmas I Sokaraja

dapat dilihat pada tabel 2.2.

7

Page 8: Evapro Sokaraja Final

Tabel 2.2. Data Pendidikan Penduduk Puskesmas I Sokaraja Tahun 2010 (10 Tahun Ke Atas)

No Jenis Pendidikan

Desa01 02 03 04 05 06 07 08 09 10

1 Tidak Sekolah2 Belum Tamat

SD565 2880 1959 2313 1384 1169 1332 771 1113 1073

3 Tamat SD/MI 913 1966 1250 1544 885 1183 2357 1452 1425 9784 Tamat

SMP/MTS350 799 378 398 306 1148 1347 859 784 515

5 Tamat SMU/SLTA

639 546 353 258 305 1271 1427 1074 7969 3356 Diploma 99 51 33 14 29 145 137 88 90 947 Universitas 81 55 51 16 32 146 142 99 89 45Sumber: Data Sekunder Puskesmas I Sokaraja 2010

8

Page 9: Evapro Sokaraja Final

Berdasarkan data yang ada di kecamatan Sokaraja, jumlah

penduduk yang berusia 10 tahun ke atas mengikuti pendidikan di

Wilayah Kecamatan Sokaraja yang termasuk wilayah kerja Puskesmas I

Sokaraja sebanyak 44.780 orang; meliputi penduduk yang tamat SD

sebanyak 14.603 (31,61 %), yang tamat SMP sebanyak 6.884 (15,37%),

sedang yang tamat SMU sebanyak 7.004 (15,64%) tingkat perguruan

tinggi sebanyak 1.538 (3.43%) sedangkan yang tidak atau belum tamat

SD adalah 14.751 (32,94%).

2. Pencapaian Program Kesehatan

Pembangunan kesehatan di Kabupaten Banyumas pada umumnya,

dan di wilayah Puskesmas I Sokaraja hususnya di arahkan pada masih

rendahnya derajat kesehatan, status gizi dan kesejahteraan sosial. Maka

pembangunan kesehatan diarahkan dalam upaya perbaikan kesehatan

masyarakat melalui perbaikan gizi, kebersihan lingkungan, pemberantasan

penyakit menular, penyediaan air bersih serta pelayanan kesehatan ibu dan

anak.

Pembangunan kesehatan di wilayah Puskesmas I Sokaraja yang telah

dilaksanakan sampai saat ini sebagian besar dapat dikatakan berhasil yang

ditandai dengan menurunnya angka kematian bayi, angka kematian ibu

serta makin sadarnya masyarakat Sokaraja akan arti pentingnya perilakuk

hidup bersih dan sehat (PHBS).

Hasil-hasil yang dicapai pada pembangunan kesehatan di wilayah

Puskesmas I Sokaraja dapat dilihat dari indikator indikator di bidang

derajat kesehatan perilaku masyarakat, kesehatan lingkungan serta

pelayanan kesehatan.

A. Derajat Kesehatan Masyarakat

1. Penyakit menular dini

a. Demam Berdarah Dengue (DBD)

Jumlah kasus DBD yang ditemukan di wilayah Puskesmas I

Sokaraja sebanyak 20 kasus, sedangkan pada tahun 2009 kasus

DBD yang ditemukan di wilayah Puskesmas I Sokaraja adalah

Page 10: Evapro Sokaraja Final

sebanyak 73 kasus, dan pada tahun 2010 sebanyak 20 kasus,

dengan demikian maka terjadi penurunnan kasus.

i. Penderita DBD yang ditangani

Jumlah penderita DBD yang ditangani di wilayah

Puskesmas I Sokaraja adalah sebanyak 20 kasus atau sebesar

100%. Target IS 2010 adalah 100%

ii. Angka kematian DBD (CFR)

Kematian karena DBD di wilayah Puskesmas I

Sokaraja adalah 0, sedangkan target Indonesia Sehat 2010

adalah 0%.

b. Malaria

i. Malaria positif

Tidak ditemukan kasus malaria posotif di wilayah

Puskesmas I Sokaraja tahun 2010 dan tahun 2011. Sedangkan

kasus malaria positif tahun 2009 adalah sebanyak 1 kasus.

Dengan demikian terjadi penurunan kasus.

ii. Malaria klinis

Pada tahun 2011 ditemukan 4 kasus. Sedangkan jumlah

kasus malaria klinis yang ditemukan di wilayah Puskesmas I

Sokaraja pada tahun 2009 adalah sebanyak 8 kasus atau

sebesar 16 per 100.000 penduuduk. Sedangkan pada tahun

2008 adalah sebanyak 6 kasus.

iii. Penderita malaria yanng diobati’

Jika ada kasus malaria maka akan diobati secara tuntas.

c. TB paru

Jumlah kasus penderita TB paru Positif di wilayah

Puskesmas I Sokaraja pada tahun 2011 sebanyak 81 kasus.

Sedangkan jumlah kasus penderita TB paru pada tahun 2010

adalah sebanyak 47 kasus. Dengan demikian terjadi peningkatan

kasus penderita tuberkulosis.

10

Page 11: Evapro Sokaraja Final

Adapun terget penemuan baru TB paru dengan BTA

positif adalah 80% dari perkiraan jumlah penderita TB paru BTA

postif yaitu sebanyak 115/100.000X49,594 = 56 kasus. Dengan

demikian bila dibandingkan dengan target IS 2009 maka CDR

untuk Puskesmas I Sokaraja = 83,9% sudah memenuhi target

penemuan hal ini karena masih makin maksimal nya pelaksanaan

program p2 TB paru, khususnya karena semakin dioptimalkannya

jejaring P2 TB paru untuk dapat meningkatkan jangkauan

penemuan penderita TB paru positif khususnya dengan bidan desa

dan yang lain.

d. Hepatitis

Kasus Hepatitis tidak ditemukan di wilayah Puskesmas I

Sokaraja pada tahun 2011.

e. Infeksi Saluran pernafasan Akut (ISPA)

Jumlah kasus ISPA yang ditemukan di wilayah Puskesmas

I Sokaraja tahun 2011 sebanyak 5917 kasus, dengan rincian 1894

kasus terjadi pada balita dan 3023 terjadi pada anak di atas 5

tahun sampai orang tua. Insidensi kasus terbanyak pada balita

adalah di Desa Karangnanas sebanyak 552 kasus, diikuti oleh

Desa Sokaraja Kulon sebanyak 335 kasus, Desa Sokaraja Tengah

sebanyak 314 kasus, Desa Sokaraja Wetan sebanyak 309 kasus,

Desa Sokaraja Kidul sebanyak 264 kasus, Desa Wiradadi

sebanyak 264 kasus, Desa Pamijen sebanyak 241 kasus, Desa

Karang Kedawung sebanyak 229 kasus, Desa Kali Kidang

sebanyak 211 kasus dan Desa Karang Rau sebanyak 215 kasus.

Kasus yang ditemukan di Desa Karangnanas tertinggi dari 10

desa lainnya. Sebagian besar kasus ISPA adalah balita.

f. Diare

Jumlah kasus diare yang ditemukan di wilayah Puskesmas

I Sokaraja pada tahun 2011 sebanyak 1059 kasus.

11

Page 12: Evapro Sokaraja Final

B. Angka Kematian

1. Angka Kematian Bayi

Jumlah bayi lahir mati di wilayah Puskesmas I Sokaraja pada

tahun 2010 adalah 1 bayi, sedangkan jumlah bayi lahir mati pada

tahun 2009 sebanyak 66 bayi. Hal ini berarti terjadi penurunan,

sedangkan target IS 2010 sebesar 40 per 1.000 kelahiran hidup.

Jumlah bayi lahir hidup pada tahun 2010 sebanyak 951 bayi.

Sedangkan jumlah lahir hidup pada tahun 2009 sebanyak 1108 bayi

ini berarti terjadi penuruan angka kelahiran sebanyak 157 bayi.

2. Angka Kematian Ibu Melahirkan Maternal

Pada tahun 2010 tidak ada kematian ibu melahirkan. Jumlah

angka kematian di wilayah Puskesmas I Sokaraja tahun 2009

sebanyak 1 orang atau sebesar 0,09% dari jumlah ibu yang

melahirkan, ini berarti ada penurunan angka kematian ibu

melahirkan.

3. Status Gizi

a. Status Gizi Bayi Baru Lahir

Bayi lahir hidup dengan BBLR pada tahun 2010 sebanyak

26 bayi dari 951 bayi lahir hidup. Sedangkan jumlah bayi yang

lahir hidup pada tahun 2009 sebanyak 1108 dan ditemukan bayi

lahir hidup dengan berat badan lahir rendah 42 bayi. Ini berarti

ada penurunan yang cukup signifikan. Ini disebabkan karena

adanya kesadaran akan gizi balita yang semakin meningkat.

b. Status Gizi Balita

Pada tahun 2010 jumlah balita yang ada di wilayah

Puskesmas I Sokaraja sebanyak 4.022 balita dengan perincian

sebagai berikut :

1. Balita datang ditimbang D/S

Di wilayah Puskesmas I Sokaraja pada tahun 2010 balita

yang ditimbang adalah sebanyak 3.053 orang atau sebesar

75,90% adapun target IS 2010 adalah 80%

12

Page 13: Evapro Sokaraja Final

2. Bailta yang baik berat badannya atau N/D

Pada tahun 2010 di wilayah Puskesmas I Sokaraja balita

yang naik berat badannya adalah sebanyak 2.052 orang sebesar

67,21% dari balita yang ditimbang. Sedangkan target IS 2010

adalah 80

3. Balita di bawah garis merah/BGM

Di wilayah Puskesmas I Sokaraja pada tahun 2010 balita

yang status gizi nya di bawah garis merah adalah sebanyak 37

orang atau sebesar 1,21%. Sedangkn target IS 2010 adalah

<15%.

C. Perilaku Masyarakat

Perilaku masyarakat ditekankan pada peran serta masyarakat

dibidang kesehatan melalui penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

(PHBS) baik di masyarakat maupun institusi dalam rangka penurunan

angka kematian bayi, balita dan ibu serta berbagai upaya mewujudkan

derajat kesehatan yang tinggi.

1. Desa yang melaksanakan PHBS

Dari jumlah 12.317 rumah tangga yang ada, rumah tangga

yang dipantau pada tahun 2010 sebanyak 1.963 rumah tangga yang

ber PHBS strata pratama sebanyak 2 rumah tangga (1%), strata

madya sebanyak 283 rumah tangga (14,42%), strata utama sebanyak

1.634 (83,24%) dan strata paripurna sebanyak 44 rumah tangga

(2,24%)

2. Posyandu

Di wilayah Puskesmas I Sokaraja terdapat 72 buah posyandu,

adapun menurut tingkat perkembangan posyandu daat dirinci sebagai

berikut :

a. Posyandu Pratama

Dari 72 posyandu yang ada di wilayah Puskesmas I

Sokaraja terdapat 14 posyandu pratama atau sebesar 19,72 %.

13

Page 14: Evapro Sokaraja Final

Sedangkan pada tahun 2009 sebanyak 31 posyandu, ini berarti

terjadi penurunan posyandu pratama sebanyak 17 posyandu.

b. Posyandu Madya

Dari 72 posyandu yang ada di wilayah Puskesmas I

Sokaraja terdapat 33 posyandu madya atau sebesar 46,48%.

Sedangkan pada tahun 2009 posyandu madya sebesar 40

posyandu.

c. Posyandu Purnama

Dari 72 posyandu yang ada di wilayah Puskesmas I

Sokaraja terdapat 14 posyandu purnama atau sebesar 19,72 %.

Sedangkan pada tahun 2009 posyandu purnama sebanyak 12

buah. Dengan demikian ada peningkatan sebanyak 2 buah

posyandu.

d. Posyandu Mandiri

Dari 72 Posyandu yang ada di Wilayah Puskesmas I

Sokaraja I terdapat 10 Posyandu Mandiri atau sebesar 14,08 %.

Sedangkan pada tahun 2009 Posyandu Purnama sebanyak 13

buah. Dengan demikian ada penurunan sebanyak 3 buah

posyandu.

D. Penduduk Yang Menggunakan Sarana Kesehatan

Dari jumlah penduduk sebanyak 48.594 orang yang

menggunakan Sarana Pelayanan Kesehatan di Puskesmas pada tahun

2010 adalah yang berobat rawat jalan sebanyak 23.784 kunjungan baru

sedangkan kunjungan lama adalah 35.678 dari total kunjungan sebesar

63.766 orang. Sedangkan target Indonesia Sehat 2010 adalah 15 %

penduduk yang menggunakan pelayanan kesehatan.

Jumlah kunjungan Rawat Inap pada tahun 2010 adalah 3.878

kunjungan baru dan 433 kunjungan pasien lama.

E. Kesehatan Lingkungan

Keadaan lingkungan sangat berperan dalam penentuan derajat

kesehatan di samping perilaku dari masyarakat itu sendiri sebagai upaya

14

Page 15: Evapro Sokaraja Final

untuk meningkatkan kesehatan lingkungan masyarakat. Beberapa

indikator penting yang dapat mempengaruhi kesehatan lingkungan

adalah sebagai berikut :

1. Rumah dan Sarana Pendidikan

a. Rumah Sehat

Dari 13.667 rumah yang diperiksa ternyata yang memenuhi

kriteria rumah sehat sebanyak 12.457 rumah atau sebesar 91,15

%. Sedangkan target Indonesia Sehat adalah 65 %.

b. Sekolah Sehat

Jumlah sekolah yang ada di wilayah Puskesmas I Sokaraja I

adalah sebanyak 22 buah Sekolah Dasar. Dari jumlah sekolah

tersebut sebanyak 22 sekolah adalah sekolah sehat atau sebesar

100 %. Dan terdapat 4 buah SLTP serta % buah SLTA yang

semuanya termasuk dalam kategori sekolah sehat atau memenuhi

syarat kesehatan.

2. Tempat Umum (TUPM) dan Pengelolaan Makanan Sehat

a. Hotel

Jumlah hotel yang ada di Wilayah Puskesmas I Sokaraja I

sebanyak 2 buah.

b. Restoran/Rumah Makan

Jumlah restoran atau rumah makan yang ada di Wilayah

Puskesmas I Sokaraja I sebanyak 3 buah, sedangkan yang

memenuhi syarat kesehatan sebanyak 3 buah atau 100 %.

c. Pasar

Jumlah pasar yang ada di Wilayah Puskesmas I Sokaraja I

sebanyak 2 buah dan yang memenuhi syarat kesehatan sebanyak

2 buah atau 100 %.

d. TUPM lainnya

Jumlah TUPM lainnya yang ada di Wilayah Puskesmas I

Sokaraja I sebanyak 8 buah, dan yang memenuhi syarat kesehatan

adalah 8 buah atau 100 %.

15

Page 16: Evapro Sokaraja Final

3. Keluarga yang Memiliki Akses Air Bersih

Pembuangan air limbah dan tinja yang tidak memenuhi syarat

kesehatan dapat menyebabkan rendahnya kualitas air dan dapat

menimbulkan penyakit di lingkungan masyarakat. Dari 14.079

rumah tangga yang ada di Wilayah Puskesmas I Sokaraja I dan dari

5403 buah rumah yang diperiksa diperoleh jumlah keluarga yang

memiliki akses air bersih sebagai berikut:

a. Ledeng

Dari 5403 buah rumah yang diperiksa, yang memiliki

ledeng sebanyak 300 rumah atau sebesar 5,55 %.

b. Sumur gali

Dari 5403 buah rumah yang diperiksa, yang memiliki sumur

gali sebanyak 3206 rumah atau sebesar 91,44 %.

c. Kemasan

Dari 5403 buah rumah yang diperiksa tidak ditemukan

rumah yang memiliki air kemasan.

d. Lainnya

Dari 5403 buah rumah yang diperiksa akses air bersih

lainnya sebanyak 0.

4. Keluarga dengan Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar

a. Persediaan Air Bersih

Pada tahun 2010 di Wilayah Puskesmas I Sokaraja I jumlah

yang diperiksa sebanyak 5.403 KK dari 14.079 KK yang ada dan

yang mempunyai persediaan air bersih sebanyak 3.506 KK atau

sebesar 64,89 %.

b. Jamban

Pada tahun 2010 di Wilayah Puskesmas I Sokaraja I jumlah

KK yang diperiksa sebanyak 5.403 dan yang mempunyai jamban

sebanyak 2.403 KK atau sebesar 44,48 %.

16

Page 17: Evapro Sokaraja Final

c. Tempat Sampah

Pada tahun 2010 di Wilayah Puskesmas I Sokaraja I jumlah

KK yang diperiksa sebanyak 5.403 dan yang mempunyai tempat

sampah sebanyak 4.689 KK atau sebesar 86,79 %.

d. Pengelolaan Air Limbah

Pada tahun 2010 di Wilayah Puskesmas I Sokaraja I jumlah

KK yang diperiksa sebanyak 5.403 dan yang mempunyai

pengelolaan air limbah sebanyak 1.764 KK atau sebesar 32,96 %.

F. PELAYANAN KESEHATAN

1. Pelayanan Persalinan

Perkiraan jumlah persalinan yang ada di Wilayah Puskesmas I

Sokaraja I sebanyak 1.248 persalinan, adapun persalinan pada tahun

2011 sebanyak 1201 persalinan yang semuanya ditolong oleh tenaga

kesehatan (100 %). Sedangkan target Indonesia Sehat 2010 adalah

77 %.

2. Bayi yang telah diimunisasi

a. BCG

Bayi yang diimunisasi BCG yang dilayani di Posyandu

sebanyak 1.089 bayi dari perkiraan jumlah bayi 2011 sebanyak

1.133 atau sebesar 96 %

b. DPT 1

Bayi yang diimunisasi DPT 1 yang dilayani di Posyandu

sebanyak 1118 bayi atau sebesar 98,7 %

c. DPT 3

Bayi yang diimunisasi DPT 3 yang dilayani di Posyandu

sebanyak 1.129 bayi atau 99,6 %

d. Polio 4

Bayi yang diimunisasi DPT 1 yang dilayani di Posyandu

sebanyak 1.021 bayi atau sebesar 90,28 %

17

Page 18: Evapro Sokaraja Final

e. Campak

Bayi yang diimunisasi campak yang dilayani di Posyandu

sebanyak 1.151 bayi atau sebesar 104,69 %.

f. Hepatitis B

Bayi yang diimunisasi hepatitis B yang dilayani di

Posyandu sebanyak 1.020 bayi atau sebesar 90,1 %

3. Peserta KB terhadap PUS

Jumlah PUS berdasarkan data dari BAPERMASPKB

Kecamatan Sokaraja untuk Wilayah Puskesmas I Sokaraja 1 adalah

sebanyak 9.185 PUS, sedangkan jumlah peserta KB baru sebanyak

1.185 orang atau 12,9 % dari PUS dan jumlah peserta KB aktif

sebanyak 7025 atau sebesar 76,4 % dari PUS.

4. Cakupan Desa UCI

Pada tahun 2011 Wilayah Puskesmas I Sokaraja 1 pencapaian

dsa UCI adalah 100 % secara keseluruhan.

5. Ibu Hamil yang Mendapat Pelayanan Fe 1, Fe 3, Imunisasi TT4 dan

TT5 menurut Desa

Pada tahun 2011 di Wilayah Puskesmas 1 Sokaraja terdapat

ibu hamil sebanyak 1.248 orang dan yang mendapatkan pelayanan

Fe 1 sebanyak 1.261 orang atau sebesar 93,4 % pada kunjungan

pertama (KI) dan ibu hamil yang mendapatkan pelayanan TT4

sebanyak 562 atau sebesar 45,03 %. Sedangkan jumlah ibu hamil

yang mendapatkan pelayanan Fe 3 sebanyak 1.186 orang atau

sebesar 92,3 %. Pada kunjungan keempat (K4) dan ibu hamil yang

mendapatkan pelayanan TT5 sebanyak 717 orang atau sebesar

57,45 %.

6. Bayi yang Diberi ASI Ekslusif

Pada tahun 2011 di Puskesmas 1 Sokaraja terdapat 380 bayi

yang berusia 0-6 bulan dan yang mendapat ASI ekslusif sebanyak 17

bayi atau sebesar 4,47 %

18

Page 19: Evapro Sokaraja Final

7. Pelayanan Kesehatan Gizi dn Mulut

a. Pelayanan Dasar Gigi

Pada tahun 2010 di Puskesmas 1 Sokaraja jumlah penderia

dengan tumpatan gigi tetap sebanyak 195 orang dan pencabutan

gigi tetap sebanyak 255 dengan demikian rasio tambal/cabut

sebesar 1.10.

b. UKGS (PROM-PREV)

Pada tahun 2010 di Wilayah Puskesmas 1 Sokaraja

terdapat jumlah murid SD sebanyak 5.385 orang, sedangkan

murid SD yang diperiksa adalah sebanyak 1.522 orang, murid SD

yang perlu perawatan sebanyak 344 orang dan yang mendapat

perawatan sebanyak 344 orang atau 100%.

8. KK Miskin Mendapat Pelayanan Kesehatan

Pada tahun 2010 di Puskesmas 1 Sokaraja jumlah KK miskin

sebanyak 20.536 orang dan keluarga yang mendapat pelayanan

kesehatan sebanyak 17.290 orang atau sebesar 84%.

9. Penduduk Peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan

Pada tahun 2010 jumlah penduduk yang menjadi peserta

jaminan pemeliharaan Kesehatan adalah sebagai berikut:

a. Peserta ASKES sebanyak 2.191 orang atau sebesar 7.32%.

b. Peserta Kartu Sehat sebanyak 725 orang atau 2.42%.

10. Peserta KB Aktif Menurut Jenis Kontrasepsi

a. Jumlah Peserta KB Aktif

1) MKJP

a) IUD

Pada tahun 2011 di Puskesmas 1 Sokaraja peserta KB

IUD sebanyak 964 orang atau sebesar 13,6 %.

b) MOP/MOW

Pada tahun 2011 di Puskesmas 1 Sokaraja peserta KB

MOP/MOW sebanyak 303 orang atau sebesar 4,3 %.

19

Page 20: Evapro Sokaraja Final

c) Implant

Pada tahun 2011 di Puskesmas 1 Sokaraja sebanyak

505 orang atau sebesar 7,2%.

2) Non MKJP

a) Suntik

Pada tahun 2011 di Puskesmas 1 Sokaraja peserta KB

Suntik sebanyak 4271 orang atau sebesar 60,8 %.

b) Obat Vagina

Pada tahun 2011 di Puskesmas 1 Sokaraja peserta KB

Obat Vagina adalah 0 orang.

c) Pil

Pada tahun 2011 di Puskesmas 1 Sokaraja peserta KB

Pil sebanyak 781 orang atau sebesar 11.11 %.

d) Kondom

Pada tahun 2011 di Puskesmas 1 Sokaraja sebanyak

201 orang atau sebesar 2.94 %.

e) Lainnya

Pada tahun 2011 di Puskesmas 1 Sokaraja pesera KB

Lainnya adalah sebanyak 0 orang atau sebesar 0%.

b. Jumlah Peserta KB Baru

1) MKJP

a) IUD

Pada tahun 2011 di Puskesmas 1 Sokaraja peserta KB

IUD sebanyak 164 orang atau sebesar 13,8 %%.

b) MOP/MOW

Pada tahun 2011 di Puskesmas 1 Sokaraja peserta KB

MOP/MOW sebanyak 25 orang atau sebesar 2,1 %.

c) Implant

Pada tahun 2011 di Puskesmas 1 Sokaraja sebanyak

142 orang atau sebesar 11,98 %.

20

Page 21: Evapro Sokaraja Final

2) Non MKJP

a) Suntik

Pada tahun 2011 di Puskesmas 1 Sokaraja peserta KB

Suntik sebanyak 723 orang atau sebesar 61,1 %.

b) Obat Vagina

Pada tahun 2011 di Puskesmas 1 Sokaraja peserta KB

Obat Vagina adalah 0 orang atau sebesar 0 %.

c) Pil

Pada tahun 2011 di Puskesmas 1 Sokaraja peserta KB

Pil sebanyak 340 orang atau sebesar 28,7 %.

d) Kondom

Pada tahun 2011 di Puskesmas 1 Sokaraja sebanyak

191 orang atau sebesar 16,1 %.

e) Lainnya

Pada tahun 2011 di Puskesmas 1 Sokaraja pesera KB

Lainnya adalah sebanyak 0 orang atau sebesar 0%.

G. KEJADIAN KECELAKAAN LALU LINTAS

1. Jumlah Kecelakaan

Pada tahun 2010 di Puskesmas 1 Sokaraja kecelakaan yang ada

sebanyak 420 kejadian.

2. Jumlah Korban

a. Mati

Pada tahun 2010 di Puskesmas 1 Sokaraja korban

meninggal karena kecelakaan sebanyak 12 orang atau sebesar

2.85 %.

b. Luka Berat

Pada tahun 2010 di Puskesmas 1 Sokaraja korban

kecelakaan dengan luka berat sebanyak 121 orang atau sebesar

28.81 %.

21

Page 22: Evapro Sokaraja Final

c. Luka Ringan

Pada tahun 2010 di Puskesmas 1 Sokaraja korban

kecelakaan dengan luka ringan sebanyak 287 orang atau sebesaar

68.33 %.

H. KEBUTUHAN, PENGADAAN DAN KETERSEDIAAN OBAT

ESENSIAL

Pada tahun 2010 di Puskesmas 1 Sokaraja kebutuhan, pengadaan

dan ketersediaan obat hanya terpenuhi sebesar 20.79 %

Kesehatan adalah suatu masalah yang kompleks yang merupakan hasil

dari berbagai masalah, termasuk masalah lingkungan (alamiah maupun

buatan), sosial budaya, perilaku penduduk, genetika, dan sebagainya.

Menurut H. L. Blum, derajat kesehatan masyarakat merupakan hasil

dari empat faktor, yaitu lingkungan; perilaku dihubungkan dengan ecological

balance; keturunan yang dipengaruhi oleh populasi, distribusi penduduk, dan

sebagainya; serta health care service yang berupa program kesehatan yang

bersifat preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Dari keempat faktor tersebut,

lingkungan dan perilaku merupakan faktor yang paling besar pengaruhnya

(dominan) terhadap tinggi rendahnya derajat kesehatan masyarakat.

B. TUJUAN PENULISAN

1. Tujuan Umum

Mengetahui, menganalisis, dan memberi metode pemecahan

prioritas masalah dari 6 program pokok Puskesmas I Sokaraja.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran umum keadaan kesehatan di wilayah

Kecamatan Sokaraja.

b. Mengenal dan mengetahui gambaran umum Puskesmas I Sokaraja

sebagai pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama.

c. Mengetahui secara umum program dan cakupan program Puskesmas I

Sokaraja.

22

Page 23: Evapro Sokaraja Final

d. Mengetahui pelaksanaan dan keberhasilan program-program kesehatan

di Puskesmas I Sokaraja Kabupaten Banyumas.

e. Menganalisis kekurangan dan kelebihan pelaksanaan program-

program Puskesmas I Sokaraja.

f. Menentukan alternatif pemecahan masalah dari prioritas masalah pada

program-program kesehatan di Puskesmas I Sokaraja Kabupaten

Banyumas.

C. MANFAAT PENULISAN

a. Sebagai bahan wacana bagi Puskesmas untuk memperbaiki kekurangan

yang mungkin masih ada dalam 6 program pokok Puskesmas I Sokaraja.

b. Sebagai bahan pertimbangan bagi puskesmas untuk melakukan evaluasi

dalam kinerja puskesmas.

c. Sebagai bahan untuk perbaikan puskesmas kearah yang lebih baik guna

mengoptimalkan mutu pelayanan kepada masyarakat pada umumnya dan

individu pada khususnya.

d. Sebagai bahan untuk memperbaiki kekurangan yang masih dimiliki oleh

Puskesmas.

23

Page 24: Evapro Sokaraja Final

II. ANALISIS POTENSI DAN IDENTIFIKASI ISU STRATEGIS

A. Analisis Potensi

1. Input

a. Man

Tenaga kesehatan menurut jenisnya:

1) Tenaga Medis sejumlah : Berjumlah 3 tenaga, dengan 2 tenaga

merupakan dokter umum, dan 1 orang

dokter gigi.

2) Tenaga Perawat : Perawat PNS terdapat 8 tenaga, dengan

perincian 7 tenaga merupakan perawat

umum (6 perawat lulusan D3, dan 1

orang lulusan SPK). Perawat gigi

terdapat 1 tenaga, merupakan lulusan

D3. Perawat honorer terdapat 6 tenaga

dan semuanya merupakan lulusan D3.

3) Tenaga bidan : Bidan PNS berjumlah 5 tenaga (lulusan

D3 ada 2 orang, lulusan D1 ada 3

orang). Bidan honorer berjumlah 13

tenaga dan semuanya merupakan

lulusan D3.

4) Tenaga Sanitasi : 1 orang

5) Tenaga Teknisi Medis : tidak ada

6) Tenaga Kesmas : tidak ada

7) Staf administrasi : 10 orang

8) Petugas obat : 2 orang

9) Petugas gizi : 1 orang

10) Petugas promkes : 1 orang

11) Petugas P2M : 1 orang

12) Petugas KIA dan KB : 1 orang

13) Petugas kesling : 1 orang

24

Page 25: Evapro Sokaraja Final

14) Petugas laboratorium : 1 orang

b. Money

Sumber dana untuk kegiatan program-program Puskesmas I

Sokaraja berasal dari APBD Kabupaten Banyumas.

c. Material

Logistik, obat, vaksin yang ada di Puskesmas 1 Sokaraja

berasal dari pihak kantor dinas kesehatan tingkat II dan BKKBN

Kabupaten Banyumas. Jumlah dan jenisnya yang ada disesuaikan

dengan yang diajukan oleh Puskesmas.

Alat-alat kedokteran, yaitu peralatan medis dokter umum dan

dokter gigi, 1 unit mobil ambulans, 2 unit motor, 3 unit kulkas

penyimpan vaksin, thermos penyimpan vaksin, dan alat laboratorium

sederhana.

d. Metode

Keterampilan petugas diperoleh dari pendidikan perguruan

tinggi dan dari pelatihan-pelatihan yang diadakan oleh Dinas

Kesehatan Kabupaten Banyumas yang diadakan sewaktu-waktu dan

berkala.

Prosedur kerja dilakukan berdasarkan kasus yang dilaporkan

dari masyarakat ke Balai Pengobatan Puskesmas atau pasien rawat

inap untuk kemudian dilaporkan ke badan P2M. Kasus yang

dilaporkan ini akan ditinjau langsung oleh petugas P2M untuk di cari

penyebab dan solusi/penanganan masalah yang muncul.

Kebijaksanaan Puskesmas terhadap laporan mayarakat (kasus)

bekerja sama dengan dinas kesehatan wilayah Banyumas.

e. Minute

Pelaksanaan kegiatan program dilaksanakan sesuai jadwal yang

direncanakan oleh petugas P2M.

25

Page 26: Evapro Sokaraja Final

f. Market

Sasaran masyarakat pada program P2M tentang kejadian ISPA

adalah kepada seluruh masyarakat wilayah kerja Puskesmas 1

Sokaraja.

2. Proses

a. Perencanaan (P1)

Targetnya adalah tercapainya visi dan misi puskesmas. Untuk

mempermudah mencapai tersebut, perencanaan mengacu pada Standar

Pelayanan Minimal (SPM) untuk program P2M yang sudah ditetapkan

di tingkat Provinsi.

b. Pengorganisasian (P2)

1) Penggalangan kerjasama dalam Tim P2M

2) Pertemuan para petugas P2M untuk menggalang kerjasama dan

mengupdate informasi terbaru

3) Rakor bulanan Puskesmas 1 Sokaraja

4) Penggalangan kerjasama lintas sektoral

5) Mempertimbangkan jumlah tenaga, beban kerja dan sarana

c. Penggerakan dan pelaksanaan program

Puskesmas 1 Sokaraja bekerjasama dengan masyarakat

khususnya bagian P2M untuk menindaklanjuti masalah penyakit ISPA.

d. Pengawasan dan pengendalian (P3) untuk kelancaran kegiatan

1) PWS = Pemantauan wilayah setempat

2) Bagian P2M Puskesmas 1 Sokaraja

3) Dinas Kesehatan wilayah Bayumas

4) Kader

5) Perangkat desa setempat

3. Output

Jumlah kelompok masyarakat yang sudah diberikan pelayanan

kesehatan puas pada petugas P2M. Rasa puas dari masyarakat ini timbul

karena petugas P2M di Puskesmas 1 Sokaraja aktif menindaklanjuti setiap

laporan yang masuk baik laporan yang datang dari Balai Pengobatan atau

26

Page 27: Evapro Sokaraja Final

rawat inap Puskesmas 1 Sokaraja, maupun laporan dari perorangan atau

per instansi di wilayah kerja puskesmas tersebut.

4. Effect

Dapat lebih menarik minat masyarakat wilayah kerja Puskesmas 1

Sokaraja untuk lebih berperan aktif dalam keikutsertaan dalam

memberantas penyakit menular, khususnya ISPA, sehingga dapat

menurunkan angka kejadian ISPA.

5. Outcome (Impact)

Dampak program yang harapkan adalah meningkatkan peran serta

masyarakat dalam kegiatan yang memajukan kegiatan kesehatan di

masyarakat, khususnya kegiatan pemberantasan penyakit, sehingga dapat

menurunkan angka kejadian penyakit menular terutama ISPA.

B. Identifikasi Isu Strategis Dari Hasil Analisis Swot

Berikut ini merupakan hasil analisis SWOT :

1. Strenght

a. Sumber daya P2M

Untuk program P2M Puskesmas I Sokaraja hanya memiliki

seorang tenaga kesehatan yang mengurusi masalah pemberantasan

penyakit menular.

b. Sarana dan prasarana

Puskesmas I Sokaraja mempunyai 1 unit mobil ambulans,

kulkas tempat menyimpan vaksin, 2 unit termos penyimpan vaksin.

c. Motivasi

Petugas P2M memiliki motivasi yang kuat.

d. Pengetahuan dan Keterampilan

Pengetahuan dan ketrampilan tenaga petugas P2M baik,

tanggap, dan terampil.

27

Page 28: Evapro Sokaraja Final

2. Weakness

Hambatan pada sumber daya P2M :

1. Pelaksana tenaga P2M masih kurang sehingga mengakibatkan:

a. Sistem pendataan kurang efisien.

b. Belum adanya dokumentasi kegiatan berupa foto sebagai bukti

telah terlaksananya kegiatan P2M.

c. Kurangnya frekuensi penyuluhan tentang P2M sehingga

penyampaian informasi kurang maksimal. Hal ini kurang bisa

mengajak masyarakat agar lebih peduli terhadap kesehatan

lingkungan di sekitarnya.

2. Partisipasi masyarakat kurang

3. Peralatan belum tersedia karena bagian pendanaan kurang

Hambatan yang terjadi pada lingkungan :

1. Masalah tingkat pendidikan yang rendah

2. Sikap dan budaya masyarakat yang kurang kondusif (tabu, masih

percaya mitos)

3. Opportunity

Pemantauan dari dinas kesehatan tentang pemberantasan penyakit

menular.

4. Treat

Masyarakat susah diajak kerja sama dalam kegiatan pemberantasan

penyakit menular. Berdasarkan data tahun jumlah kasus ISPA yang

ditemukan di wilayah Puskesmas I Sokaraja pada tahun 2011 sebanyak

5917 kasus, dengan rincian 1894 kasus terjadi pada balita dan 3023 terjadi

pada anak di atas 5 tahun sampai orang tua.

Alternatifpemecahan dari masalah peningkatan kejadian penyakit

ISPA dengan pembentukan team P2M, supaya lebih aktif dalam

meningkatkan pelayanan program pokok Puskesmas (comprehensive

health care service yaitu promotif, preventif, curative, rehabilitative, dan

terminal stage health care), guna menurunkan angka kejadian penyakit

menular (terutama ISPA).

28

Page 29: Evapro Sokaraja Final

Pembentukan team khusus untuk penanganan kejadian penyakit

diare disini sangat diperlukan guna menurunkan angka kejadian penyakit

diare. Team ini bekerja sama dengan perangkat desa dan seluruh lapisan

masyarakat. Team ini bertugas mencari penyebab, menganalisa, dan

mencari solusi untuk menanggulangi angka kejadian penyakit supaya tidak

meluas, bahkan menurunkan angka kejadian penyakit ISPA. Sekalipun

banyak kekurangan bagian P2M, team berusaha memaksimalkan kegiatan

dengan cara mensosialisasikan mengenai penyebab, penularan,

pencegahan, dan pengobatan penyakit ISPA.

29

Page 30: Evapro Sokaraja Final

III. PEMBAHASAN ISU STRATEGIS DARI HASIL ANALISIS SWOT

Berdasarkan analisis SWOT yang sudah dilakukan maka kami mengambil

permasalahan penyakit ISPA pada program P2M. Beberapa permasalahan

memang menjadi kendala program P2M ini khususnya dalam pemberantasan

penyakit ISPA.

Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan salah satu masalah

kesehatan yang ada di negara berkembang dan negara maju. World Health

Organization (WHO) memperkirakan insidensi Infeksi Saluran Pernapasan Akut

(ISPA) di negara berkembang dengan angka kematian balita di atas 40 per 1000

kelahiran hidup adalah 15%-20% pertahun pada golongan usia balita. Menurut

WHO ± 13 juta anak balita di dunia meninggal setiap tahun dan sebagian besar

kematian tersebut terdapat di negara berkembang dan ISPA merupakan salah satu

penyebab utama kematian dengan membunuh ± 4 juta anak balita setiap tahun

(WHO, 2007).

Di Indonesia, ISPA masih merupakan salah satu masalah kesehatan

masyarakat yang utama terutama pada bayi (0-11 bulan) dan balita (1-4 tahun).

Diperkirakan angka kejadian ISPA pada balita di Indonesia yaitu sebesar 10-20%.

Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), penyakit ISPA pada

tahun 1986 berada di urutan keempat (12,4%) sebagai penyebab kematian bayi.

Sedangkan pada tahun 1992 dan 1995 menjadi penyebab kematian bayi yang

utama yaitu 37,7% dan 33,5%. Hasil SKRT pada tahun 1998 juga menunjukkan

bahwa penyakit ISPA merupakan penyebab kematian utama pada bayi (36%) dan

hasil SKRT pada tahun 2001 menunjukkan bahwa prevalensi tinggi ISPA yaitu

sebesar 39% pada bayi dan 42% pada balita (Depkes, 2000).

Data Puskesmas I Sokaraja menunjukkan bahwa ISPA merupakan

penyakit yang menempati peringkat pertama dari sepuluh pola penyakit di

wilayah kerja Puskesmas I Sokaraja. Pada tahun 2011 bulan Januari hingga

Desember tercatat sebanyak 5917 orang menderita Infeksi Saluran Pernapasan

Akut (ISPA) dengan rincian 2894 kasus terjadi pada balita dan 3023 terjadi pada

penduduk usia 5 tahun ke atas. Insidensi kasus terbanyak pada balita adalah di

30

Page 31: Evapro Sokaraja Final

Desa Karangnanas sebanyak 552 kasus, diikuti oleh Desa Sokaraja Kulon

sebanyak 335 kasus, Desa Sokaraja Tengah sebanyak 314 kasus, Desa Sokaraja

Wetan sebanyak 309 kasus, Desa Sokaraja Kidul sebanyak 264 kasus, Desa

Wiradadi sebanyak 264 kasus, Desa Pamijen sebanyak 241 kasus, Desa Karang

Kedawung sebanyak 229 kasus, Desa Kali Kidang sebanyak 211 kasus dan Desa

Karang Rau sebanyak 215 kasus. Kasus yang ditemukan di Desa Karangnanas

tertinggi dari 10 desa lainnya. Sebagian besar kasus ISPA adalah balita. Tingginya

angka kejadian ISPA pada balita di Desa Karangnanas berkaitan dengan faktor

resiko yang ada. Hubungan faktor risiko yang ada dengan kejadian ISPA di Desa

Karangnanas belum pernah diteliti sehingga peneliti tertarik untuk mengkaji

faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian ISPA pada balita di Desa

Karangnanas.

1. Definisi

ISPA (Infeksi sluran pernapassan akut) adalah penyakit akut yang

menyerang salah satu bagian dari atau lebih dari saluran nafas mulai dari

hidung (saluran atas) hingga alveoli saluran bawah, termasuk jaringan

adneksanya seperti sinus-sinus rongga telinga tengah dan pleura (Depkes,

2002).

2. Etiologi

Bakteri adalah penyebab utama infeksi saluran pernapasan bawah, dan

Streptococcus pnemoniae di banyak negara merupakan penyebab paling umum

pnemonia yang didapat dari luar rumah sakit yang disebabkan oleh bakteri.

Bakteri penyebab ISPA antara lain darin genus Streptokokus, Stafilokokus,

Pneumokokus, Hemofillus, Bordetella dan Korinobakterium. Virus penyebAb

ISPA antara lain golongan Mikosovirus, Adenovirus, Koronavirus,

Pikornavirus, Mikoplasma, Herpesvirus. Namun demikian, patogen yang

paling sering menyebabkan ISPA adalah virus, atau infeksi gabungan virus dan

bakteri (WHO, 2007).

3. Faktor risiko

Menurut Depkes RI, faktor resiko terjadinya ISPA secara umum yaitu

faktor lingkungan, faktor individu anak, serta faktor perilaku

31

Page 32: Evapro Sokaraja Final

a. Faktor Lingkungan

1. Pencemaran Udara Dalam Rumah

Kebiasaan merokok dan penggunaan tungku kayu akan

menghasilkan asap dengan konsentrasi yang tinggi dan dapat merusak

mekanisme pertahanan paru sehingga akan memudahkan timbulnya

ISPA. Hal ini dapat terjadi pada rumah yang ventilasinya kurang dan

dapur terletak di dalam rumah, bersatu dengan kamar tidur, ruang

tempat bayi dan balita bermain (Depkes, 2002). Selain itu disebutkan

bahwa, kebiasaan menggunakan obat nyamuk bakar juga dapat

meningkatkan risiko kejadian ISPA (Wiwoho, 2005).

2. Ventilasi Rumah

Ventilasi adalah proses penyediaan udara atau pengarahan

udara ke atau dari ruangan baik secara alami maupun secara mekanis.

Membuat ventilasi udara serta pencahayaan di dalam rumah sangat

diperlukan karena akan mengurangi polusi asap yang ada di dalam

rumah sehingga dapat mencegah seseorang menghirup asap tersebut

yang lama kelamaan bisa menyebabkan terkena penyakit ISPA. Luas

penghawaan atau ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% dari

luas lantai (Depkes, 2002).

3. Kepadatan Hunian Kamar

Kepadatan tempat tinggal yang padat dapat meningkatkan

faktor polusi dalam rumah yang telah ada. Begitu juga keadaan jumlah

kamar yang penghuninya lebih dari dua orang, karena bisa

menghalangi proses pertukaran udara bersih sehingga menjadi

penyebab terjadinya ISPA (Depkes, 2002).

b. Faktor Individu Anak

1. Imunisasi

Imunisasi aktif adalah usaha merangsang individu untuk

membuat respon imun terhadap penyakit-penyakit infeksi, khususnya

penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Program

imunisasi aktif sangat efektif untuk mencegaha penyakit virus dan

32

Page 33: Evapro Sokaraja Final

bakteri. Beberapa penyakit P3DI memiliki gejala yang menyerupai

ISPA sehingga imunisasi merupakan usaha yang baik dalam upaya

menurunkan kejadian ISPA, khususnya pnemonia. Vaksin yang

diberikan kepada bayi merupakan suatu zat yang mempunyai sifat

immunogenitas, yaitu suatu zat yang memberikan kemampuan

membangkitkan respon imun spesifik. Kemampuan ini terdiri dari

pembentukan antibodi, pembentukan imunitas seluler, atau kedua-

duanya. (39) Kepentingan imunisasi BCG, DPT, campak pada balita

antara lain adalah untuk memberi kekebalan kepada balita, sehingga

balita tidak rentan terhadappenyakit infeksi khususnya ISPA

(Wiwoho, 2005).

2. Umur Anak

Insidensi penyakit pernapasan oleh virus melonjak pada bayi

dan usia dini pada anak-anak dan tetap menurun terhadap usia. Insiden

ISPA tertinggi pada umur 6-12 bulan (Depkes, 2002). Umur diduga

terkait dengan sistem kekebalan tubuhnya. Bayi dan balita merupakan

kelompok yang kekebalan tubuhnya belum sempurna sehingga masih

rentan terhadap berbagai penyakit infeksi (Wiwoho, 2005).

3. Pemberian Vitamin A

Vitamin A diperlukan untuk mempertahankan keutuhan

struktur dan fungsi epitel. Anak-anak yang mengalami kekurangan

vitamin Amenunjukkan adanya perubahan histologis pada jaringan

dalam saluran pernafasan serta saluran kencing dan alat reproduksi

sehingga peran vitamin A sangat penting dalam sistem pertahanan

tubuh terhadap penyakit infeksi, termasuk infeksi saluran pernafasan

akut dan pnemonia (Pudjiadi, 2000).

4. Pemberian Makanan Pendamping ASI Eksklusif (MP-ASI)

Pemberian makanan tambahan bagi bayi/balita memang

dianjurkan, tetapi pemberiannya setelah bayi berusia 6 bulan. Hal ini

diharapkan tidak menambah masalah dalam program ASI eksklusif.

Kegagalan pemberian ASI eksklusif diduga karena pemberian

33

Page 34: Evapro Sokaraja Final

makanan atau minuman pralakteal diberikan. Pada buku pedoman

pemberantasan penyakit ISPA untuk penanggulangan pnemonia pada

balita disebutkan bahwa pemberian makanan tambahan dini

merupakan faktor risiko untuk terjadinya ISPA khususnya pnemonia

(Wiwoho, 2005).

5. Berat Badan Lahir

Anak-anak dengan riwayat Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

(berat bayi lahir kurang dari 2500 gram) akan mengalami lebih berat

infeksi pada saluran pernapasan. Hal ini dikarenakan pembentukan zat

anti kekebalan kurang sempurna sehingga lebih mudah terkena

penyakit infeksi, terutama pnemonia dan sakit saluran pernapasan

lainnya (Depkes, 2002).

Penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Universitas

Cleveland dan Fakultas Kedokteran Universitas Wastern Cleveland,

USA mendapatkan bahwa ada hubungan yang kuat antara penyakit

paru dengan berat bayi lahir rendah (Wiwoho, 2005).

6. Status Gizi

Balita dengan gizi yang kurang akan lebih mudah terserang

ISPA dibandingkan balita dengan gizi normal karena faktor daya

tahan tubuh yang kurang. Penyakit infeksi sendiri akan menyebabkan

balita tidak mempunyai nafsu makan dan mengakibatkan kekurangan

gizi. Pada keadaan gizi kurang, balita lebih mudah terserang “ ISPA

berat “ bahkan serangannya lebih lama (Depkes, 2002).

c. Faktor Perilaku

Faktor perilaku dalam pencegahan seperti menutup mulut ketika

bersin atau batuk dan penanggulangan penyakit ISPA pada bayi dan balita

dalam hal ini adalah praktek penanganan ISPA di keluarga baik yang

dilakukan oleh ibu ataupun oleh anggota keluarga lainnya. Peran aktif

keluarga atau masyarakat dalam menangani ISPA sangat penting karena

penyakit ISPA merupakan penyakit yang ada sehari-hari di dalam

masyarakat atau keluarga. Hal ini perlu mendapat perhatian serius oleh

34

Page 35: Evapro Sokaraja Final

kita semua karena penyakit ini banyak menyerang balita, sehingga itu

balita dan anggota keluarganya yang sebagian besar dekat dengan balita

mengetahui dan terampil menangani penyakit ISPA ketika anaknya sakit

(Depkes, 2002).

4. Patofisiologi

Timbulnya infeksi saluran pernafasan akut oleh karena masuknya agent

penyakit (virus, jamur, atau bakteri) ke dalam saluran pernafasan, dan tubuh

tidak mampu memberi perlawanan. Pada kondisi BBLR, kejadian ISPA akan

lebih sering terjadi, karena pada kondisi BBLR kekurangan surfaktan (rasio

lesitin/sfingomielin), pertumbuhan dan pengembangan paru yang belum

sempurna, otot pernafasan yang masih lemah dan tulang iga yang mudah

melengkung. Kondisi tersebut di atas dan rendahnya daya tahan tubuh BBLR

terhadap penyakit infeksi, semakin mempermudah timbulnya penyakit infeksi

saluran pernafasan akut (Hoffman et al., 2003); (Wiwoho, 2005).

5. Klasifikasi

Kriteria untuk menggunakan pola tatalaksana penderita ISPA adalah

balita, dengan gejala batuk dan atau kerukaran bernafas,. Pola tata laksana

penderita meliputi 4 bagian, yaitu pemeriksaan, penentuan ada tidaknya tanda

bahaya, penentuan klasifikasi penyakit dan pengobatan/tindakan.

Klasifikasi ISPA pada balita secara praktis dan sederhana

dikembangkan oleh WHO yang kemudian digunakan oleh Departemen

Kesehatan RI. Penggolongan dilakukan berdasarkan tingkat keparahan, melalui

tanda-tanda klinis. Dalam penentuan klasifikasi tersebut dibedakan atas dua

kelompok, yaitu kelompok umur 2 bulan-5 tahun dan kelompok umur <2 bulan

adalah (Wiwoho, 2005).

a. Untuk usia kurang dari 2 bulan

i. Pnemonia berat : bila ditandai minimal satu tanda berikut ini,

frekuensi pernafasan 60 kali/menit atau lebih, atau adanya penarikan

yang kuat pada dinding dada sebelah bawah ke dalam.

ii. Bukan pnemonia: bila tidak menunjukkan gejala/tanda

peningkatanfrekuensi pernafasan dan tidak menunjukkan adanya

35

Page 36: Evapro Sokaraja Final

penarikan dinding dada bagian bawah ke dalam (hanya merupakan

ISPA, batuk pilek, common cold)

b. Untuk usia 2 bulan- 5 tahun, ada tiga klasifikasi, yaitu:

i. Pnemonia berat

Bila disertai nafas cepat, dengan tarikan dinding dada bagian

bawah ke dalam waktu balita menarik nadas. Pengukuran dilakukan

pada saat balita tidak dalam keadaan menangis

ii. Pnemonia

Bila ditandai dengan frekuensi nafas cepat, yaitu: sebanyak 50

kali/menit atau lebih untuk usia 2 bulan sampai dengan 1 tahun dan 40

kali/menit atau lebih untuk usia 1 tahun sampai 5 tahun.

iii. Bukan pnemonia

Bila tidak ditemukan peningkatan frekuensi pernafasan dan

tidak menunjukkan adanya penarikan dinding dadabagian bawah ke

dalam (ISPA biasa, batuk pilek, flu, common cold) (Wiwoho, 2005).

6. Tanda dan Gejala Klinis

Pada umumnya suatu penyakit saluran pernapasan dimulai dengan

keluhan-keluhan dan gejala-gejala yang ringan. Gejala-gejala tersebut di

antaranya adalah batu, pilek, demam tanpa pernafasan cepat atau penarikan

dinding dada (Wiwoho, 2005). Dalam perjalanan penyakit mungkin gejala-

gejala menjadi lebih berat dan bila semakin berat dapat jatuh dalam keadaan

kegagalan pernapasan dan mungkin meninggal. Bila sudah dalam kegagalan

pernapasan maka dibutuhkan penatalaksanaan yang lebih rumit, meskipun

demikian mortalitas masih tinggi, maka perlu diusahakan agar yang ringan

tidak menjadi lebih berat dan yang sudah berat cepat-cepat ditolong dengan

tepat agar tidak jatuh dalam kegagalan pernapasan. Tanda-tanda bahaya dapat

dilihat berdasarkan tanda-tanda klinis dan tanda-tanda laboratoris (Rasmaliah,

2004).

36

Page 37: Evapro Sokaraja Final

Tanda-tanda klinis yaitu :

1. Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea),

retraksi dinding thorak, napas cuping hidung, sianosis, suara napas lemah

atau hilang, grunting expiratoir dan wheezing.

2. Pada sistem cardial adalah: takakirdia, bradikardi, hipertensi, hipotensi dan

cardiac arrest.

3. Pada sistem serebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala,

bingung, papil bendung, kejang dan koma.

4. Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak.

Tanda-tanda laboratoris yaitu :

1. Hipoksemia

2. Hiperkapnia

3. Asidosis (metabolik dan atau respiratorik)

Tanda-tanda bahaya pada anak golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun

adalah: tidak bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor dan gizi buruk,

sedangkan tanda bahaya pada anak golongan umur kurang dari 2 bulan adalah:

kurang bisa minum (kemampuan minumnya menurun ampai kurang dari

setengah volume yang biasa diminumnya), kejang, kesadaran menurun, stridor,

wheezing, demam dan dingin (Rasmaliah, 2004).

7. Pencegahan

Pencegahan dapat dilakukan dengan menjaga keadaan gizi agar tetap

baik, imunisasi, menjaga kebersihan prorangan dan lingkungan, mencegah

anak berhubungan dengan penderita ISPA (Rasmaliah, 2004).

ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH

Melihat hasil analisis SWOT, didapatkan isu strategis yang dapat

dilakukan untuk mendapatkan alternatif pemecahan masalah, meliputi :

1. Penambahan tenaga petugas P2M, agar:

a. Sistem pendataan lebih efisien, akurat, cepat dan tepat

b. Dapat meningkatkan frekuensi kegiatan promosi kesehatan terutama dalam

pemberantasan penyakit menular seperti penyuluhan, pemberian leaflet,

37

Page 38: Evapro Sokaraja Final

dan pembuatan poster terutama untuk memberantas atau mengurangi

angka kejadian ISPA.

2. Penambahan dana program P2M, agar:

a. Dapat menambah media promosi kesehatan sehingga kegiatan promosi

kesehatan terutama dalam pemberantasan penyakit menular seperti

penyuluhan, pemberian leaflet, dan pembuatan poster terutama untuk

memberantas atau mengurangi angka kejadian ISPA dapat semakin

sering dilakukan dan efektif.

b. Dapat menambah peralatan-peralatan yang dibutuhkan untuk

memberantas penyakit ISPA.

3. Peningkatan kesadaran masyarakat

4. Meningkatkan kerjasama antara lintas sektoral

38

Page 39: Evapro Sokaraja Final

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Pemilihan program P2M sebagai salah satu masalah dalam program

Puskesmas I Sokaraja adalah tingginya angka kejadian ISPA di

Kecamatan Sokaraja. Selama tahun 2011 tercatat sebanyak sebanyak 5917

kasus, dengan rincian 1894 kasus terjadi pada balita dan 3023 terjadi pada

anak di atas 5 tahun sampai orang tua di wilayah kerja Puskesmas I

Sokaraja.

2. Beberapa hal yang menjadi dasar kurang tercapainya program P2M di

Puskesmas I Sokaraja adalah :

a. Tenaga petugas P2M masih kurang

b. Keterbatasan dana

c. Kesadaran masyarakat yang masih kurang

3. Kekuatan yang paling mendukung program P2M di Puskesmas I Sokaraja

adalah :

a. Petugas P2M memiliki motivasi yang kuat.

b. Pengetahuan dan ketrampilan tenaga petugas P2M baik, tanggap dan

terampil.

4. Alternatif pemecahan dapat berupa :

a. Penambahan tenaga petugas P2M.

b. Penambahan dana program P2M.

c. Peningkatan kesadaran masyarakat

B. SARAN

1. Untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan adalah dengan

melaksanakan sosialisasi secara terus-menerus kepada masyarakat yang

dilaksanakan oleh petugas Puskesmas bekerja sama dengan lintas program

dan lintas sektoral.

39

Page 40: Evapro Sokaraja Final

2. Petugas P2M perlu ditambah agar pencapaian program P2M lebih

maksimal

3. Pentingnya dilakukan penyuluhan agar kesadaran masyarakan terhadap

kesehatan semakin baik.

4. Perlunya dilakukan monitoring dan evaluasi kegiatan secara rutin.

40

Page 41: Evapro Sokaraja Final

DAFTAR PUSTAKA

Depkes. (2000). Informasi Tentang ISPA pada Anak Balita. Jakarta: Pusat

Penyuluhan Kesehatan Masyarakat.

Depkes. (2002). Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan

Akut Untuk Penanggulangan Pneumonia Pada Balita. Jakarta: Depkes.

Depkes. (2009). Pneumonia, Penyebab Utama Kematian Balita. Dipetik Februari

6, 2012, dari http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/410-

pneumonia-penyebab-kematian-utama-balita.html

Hoffman, J., Mason, E., Schulze, G., & Tan, T. (2003). Streptococcus Pnemoniae

Infections in the Neonate. Article Pediatrics , 112 (15), 1095.

Permatasari, C. A. (2009). Faktor Risiko Kejadian Gejala ISPA Ringan pada

Baduta di Kelurahan Rangkapan Jaya Baru Kota Depok Tahun 2008.

Pudjiadi, S. (2000). Ilmu Gizi klinis pada Anak (4 ed.). Jakarta: Gaya Baru Press.

Rasmaliah. (2004). Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dan

Penanggulangannya. USU Digital Library .

WHO. (2007). Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang Cenderung Epidemi

dan Pandemi Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan

Kesehatan.

Wiwoho, S. (2005). Bayi Berat Lahir Rendah Sebagai Salah Satu Faktor Risiko

Infeksi Saluran Pernafasan Akut Pada Bayi. Semarang: UNDIP.

41

Page 42: Evapro Sokaraja Final

Lampiran-lampiran

Penentuan Prioritas Masalah

A. Daftar Permasalahan Kesehatan Yang Ada

Tabel 1. Prevalensi 10 Penyakit Tertinggi di Wilayah Kerja Puskesmas I Sokaraja Periode Januari-Desember 2011

No Penyakit Jumlah1 ISPA 59172 Diare 10593 Asma Bronkial 3274 Hipertensi 3145 Angina Pectoris 2966 Diabetes Mellitus 2727 Decompensatio Cordis 1668 Tuberkulosis 819 Demam Berdarah Dengue 2010 Malaria 4Sumber: Data Sekunder Puskesmas I Sokaraja 2011

B. Penentuan Prioritas Masalah (Berdasarkan Metode Tertentu)

Penentuan prioritas masalah di Kecamatan Sokaraja dengan

menggunakan metode Hanlon Kuantitatif. Untuk keperluan ini digunakan 4

kelompok kriteria, yaitu:

1. Kelompok kriteria A : besarnya masalah

2. Kelompok kriteria B : kegawatan masalah, penilaian terhadap

dampak, urgensi dan biaya

3. Kelompok kriteria C : kemudahan dalam penanggulangan, yaitu

penilaian terhadap tingkat kesulitan

penanggulangan masalah

4. Kelompok kriteria D : PEARL faktor, yaitu penilaian terhadap

propriety, economic, acceptability,

resources availability, legality

Adapun perincian masing-masing bobot kriteria pada prioritas masalah di

Puskesmas I Sokaraja adalah sebagai berikut :

42

Page 43: Evapro Sokaraja Final

1. Kriteria A (besarnya masalah)

Untuk menentukan besarnya masalah kesehatan diukur dari

besarnya penduduk yang terkena efek langsung.

Tabel 2. Kriteria A, Besarnya Masalah Penyakit di Puskesmas I Sokaraja Periode Januari-Desember 2012

Masalah kesehatan Besarnya Masalah Dari Data Sekunder Puskesmas I Sokaraja (%)

Nilai

0-20(1)

21-40(2)

41-60(3)

61-80(4)

81-100(5)

ISPA X 4Diare X 1

Asma Bronkial X 1

Hipertensi X 1

Angina Pectoris X 1

Diabetes Mellitus X 1

Decompensatio

Cordis

1

Tuberkulosis 1

Demam Berdarah

Dengue

X 1

Malaria X 1

Sumber: Data Sekunder Puskesmas I Sokaraja 2011

2. Kriteria B (kegawatan masalah)

Kegawatan (paling cepat mengakibatkan kematian)

1. Tidak gawat

2. Kurang gawat

3. Cukup gawat

4. Gawat

5. Sangat gawat

Urgensi (harus segera ditangani, apabila tidak ditangani dapat

menyebabkan kematian)

1. Tidak urgen

2. Kurang urgen

3. Cukup urgen

43

Page 44: Evapro Sokaraja Final

4. Urgen

5. Sangat urgen

Biaya (biaya penanggulangan)

1. Sangat murah

2. Murah

3. Cukup mahal

4. Mahal

5. Sangat mahal

Tabel 3. Kriteria B (Kegawatan Masalah)Masalah Kegawatan Urgensi Biaya Nilai

ISPA 3 4 2 9Diare 4 4 2 10

Asma Bronkial 4 4 3 11

Hipertensi 3 2 2 7

Angina Pectoris 3 3 3 10

Diabetes Mellitus 3 2 3 8

Decompensatio

Cordis

3 4 3 10

Tuberkulosis 3 2 2 7

Demam Berdarah

Dengue

4 4 2 10

Malaria 3 3 2 8

3. Kriteria C (penanggulangan masalah)

Untuk menilai kemudahan dalam penanggulangan, pertanyaan

yang harus dijawab adalah apakah sumber-sumber dan teknologi yang

tersedia mampu menyelesaikan masalah: makin sulit dalam

penanggulangan, skor yang diberikan makin kecil.

1. Sangat sulit ditanggulangi

2. Sulit ditanggulangi

3. Cukup bisa ditanggulangi

4. Mudah ditanggulangi

5. Sangat mudah ditanggulangi

44

Page 45: Evapro Sokaraja Final

Pada tahap ini dilakukan pengambilan suara dari 2 orang yang

kemudian dirata-rata untuk menentukan skor, dimana skor tertinggi

merupakan masalah yang paling mudah ditanggulangi.

Adapun hasil konsensus tersebut adalah sebagai berikut :

ISPA

(4+4)/2 = 4

Diare

(4+4)/2 = 3,7

Asma

(4+3)/3 = 3,5

Hipertensi

(2+2)/2 = 2

Angina Pectoris

(2+2)/2 = 2

Diabetes Mellitus

(2+1)/2 = 1,5

Decompensatio Cordis

(1+1)/2 = 1

Tuberkulosis

(3+3)/2 = 3

Demam Berdarah Dengue

(4+4)/2 = 4

Malaria

(3+3)/2 = 3

4. Kriteria D (PEARL faktor)

Propriety : Kesesuaian (1/0)

Economic : Ekonomi murah (1/0)

Acceptability : Dapat diterima (1/0)

Resources availability : Tersedianya sumber daya (1/0)

Legality : Legalitas terjamin (1/0)

45

Page 46: Evapro Sokaraja Final

Tabel 4. Kriteria PEARL

Masalah P E A R L Hasil ISPA 1 1 1 1 1 1Diare 1 1 1 1 1 1Asma Bronkial 1 1 1 1 1 1Hipertensi 1 1 1 1 1 1Angina Pectoris 1 1 1 1 1 1Diabetes Mellitus 1 1 1 1 1 1Decompensatio Cordis 1 1 1 1 1 1Tuberkulosis 1 1 1 1 1 1Demam Berdarah Dengue

1 1 1 1 1 1Malaria 1 1 1 1 1 1

Penetapan nilai

Setelah nilai kriteria A, B, C, dan D didapatkan kemudian nilai tersebut

dimasukkan ke dalam formula sebagai berikut :

Nilai prioritas dasar (NPD) = (A+B) x C

Nilai prioritas total (NPT) = (A+B) x C x D

Tabel 5. Urutan Prioritas Masalah

Masalah A B CD

NPD NPTUrutan

prioritasP E A R LISPA 4 9 4 1 1 1 1 1 52 52 IDiare 1 10 3,7 1 1 1 1 1 40,7 40,7 IIIAsma Bronkial

1 11 3,2 1 1 1 1 1 38,4 38,4 IV

Hipertensi 1 7 2 1 1 1 1 1 16 16 VIIIAngina Pectoris

1 10 2 1 1 1 1 1 22 22 VII

Diabetes Mellitus

1 8 1,5 1 1 1 1 1 13,5 13,5 IX

Decompensatio Cordis

1 10 1 1 1 1 1 1 11 11 X

Tuberkulosis

1 7 3 1 1 1 1 1 24 24 VI

Demam Berdarah Dengue

1 10 4 1 1 1 1 1 44 44 II

Malaria 1 8 3 1 1 1 1 1 27 27 V

46

Page 47: Evapro Sokaraja Final

Prioritas pertama masalah diperoleh dengan nilai NPT tertinggi.

Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode Hanlon kuantitatif urutan

prioritas masalahnya adalah sebagai berikut :

1. ISPA

2. Demam Berdarah Dengue

3. Diare

4. Asma Bronkial

5. Malaria

6. Tuberkulosis

7. Angina Pectoris

8. Hipertensi

9. Diabetes Mellitus

10. Decompensatio Cordis

47