evapro jamel_bang aan tb

24
LAPORAN KASUS STASE 6 PROGRAM POKOK PUSKESMAS PERMASALAHAN “PENJANGKAUAN KASUS TB” PADA PROGRAM “P2M” DI PUSKESMAS 1 SOKARAJA Disusun Oleh: Shella Shalis Jamilah G1A212033 Andika Rediputra G1A212036 KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS-

Upload: muhamad-ikbal-ibank

Post on 26-Oct-2015

89 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Evapro Jamel_bang Aan TB

LAPORAN KASUS STASE 6 PROGRAM POKOK PUSKESMAS

PERMASALAHAN “PENJANGKAUAN KASUS TB” PADA PROGRAM

“P2M” DI PUSKESMAS 1 SOKARAJA

Disusun Oleh:

Shella Shalis Jamilah G1A212033

Andika Rediputra G1A212036

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS-ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

PURWOKERTO

2012

Page 2: Evapro Jamel_bang Aan TB

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KASUS STASE 6 PROGRAM POKOK PUSKESMAS

PERMASALAHAN “PENJANGKAUAN KASUS TB” PADA PROGRAM

“P2M” DI PUSKESMAS 1 SOKARAJA

Disusun Oleh:

Shella Shalis Jamilah G1A212033

Andika Rediputra G1A212036

Disusun untuk memenuhi sebagian syarat dari

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Komunitas/

Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Dan Ilmu-Ilmu Kesehatan

Universitas Jenderal Soedirman

Purwokerto

Telah dipresentasikan dan disetujui

Tanggal ……………….

Preseptor Lapangan

dr. Sugeng Rahadi

NIP.19601028.198912.1.001

Page 3: Evapro Jamel_bang Aan TB

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan…………………………………………………… i

Daftar Isi……………………………………………………………….. ii

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang……………….....……………………………… 1

B. Tujuan Penulisan………………………………………………. 2

C. Manfaat Penulisan……………………………………………... 2

II. ANALISIS POTENSI DAN IDENTIFIKASI ISU STRATEGIS

A. Analisis Potensi………………………………………………… 3

B. Analisis Penyebab Masalah…………………………………….. 5

C. Analisis Lingkungan Penyebab Masalah………………………. 6

D. Analisis Output..………………………………………………... 7

E. Identifikasi Aspek Isu Strategis dari Hasil Analisis SWOT…….8

III. PEMBAHASAN ISU STRATEGIS DAN ALTERNATIF YANG

DAPAT DILAKUKAN UNTUK MENGANTISIPASI ISU

STRATEGIS TERSEBUT

A. Isu Strategis……………………………………………………... 10

B. Antisipasi

Strategis……………………………………………….11

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan………………………………………………..…… 13

B. Saran……………………………………………….…………... 13

DAFTAR PUSTAKA

Page 4: Evapro Jamel_bang Aan TB

1. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan menurut World Health Organization (WHO) adalah

keadaan baik fisik, mental dan sosial, tidak hanya bebas dari penyakit dan

cacat juga dapat diukur dari produktivitas dalam arti mempunyai pekerjaan

atau secara ekonomi. Hal ini juga diatur dalam Undang-Undang RI No. 36

tahun 2009 tentang Batasan Kesehatan dan Keadaan Sejahtera Badan, Jiwa,

dan Sosial yang menyatakan bahwa setiap orang berhak hidup produktif

secara sosial dan ekonomi (Notoatmodjo, 2007).

Keberhasilan pembangunan kesehatan dipengaruhi oleh tersedianya

sumber daya manusia yang sehat, terampil dan ahli. Pembangunan

kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban ganda (double burden),

karena penyakit menular masih merupakan masalah yang utama, sementara

perkembangan penyakit degeneratif juga muncul menambah masalah

kesehatan bagi Indonesia (Kep Menkes, 2004).

Sebagai Primary Health Care, Puskesmas 1 Sokaraja saat ini harus

lebih mengoptimalkan fungsinya sebagai lini terdepan dalam bidang

kesehatan masyarakat. Dalam hal ini, Puskesmas 1 Sokaraja sebagai salah

PHC harus dapat mengembangkan dan membina kesehatan masyarakat serta

menyelenggarakan pelayanan kesehatan terdepan dan terdekat dengan

masyarakat wilayah kerja Puskesmas 1 Sokaraja dalam bentuk kegiatan

pokok yang menyeluruh dan terpadu di wilayah kerjanya.

Kegiatan pokok yang telah rutin dilaksanakan adalah enam program

pokok Puskesmas yang meliputi KIA-KB, Balai Pengobatan, Pembrantasan

Penyakit Menular (P2), Gizi Masyarakat, Kesehatan Lingkungan, dan

Promosi Kesehatan (Promkes) (Profil Puskesmas 1 Sokaraja, 2011).

Enam program pokok yang telah dijalankan, salah satu program yaitu

Pembrantasan Penyakit Menular (P2) masih memiliki beberapa kendala.

Kendala ini terkait masih tingginya prevalensi penyakit menular di

Kecamatan 1 Sokaraja, seperti TBC, diare, ISPA, dan penyakit menular

Page 5: Evapro Jamel_bang Aan TB

lainnya. Berdasarkan data yang ada, P2 yang saat ini masih bermasalah

adalah tentang pembrantasan penyakit TB pulmo yang sampai sekarang

belum maksimal bahkan ada 4 pasien TB yang masuk ke kategori MDR

(Multi Drug Resistant) (Profil Puskesmas 1 Sokaraja, 2011).

Permasalahan yang saat ini dihadapi Puskesmas 1 Sokaraja dalam

pemberantasan TB adalah penemuan deteksi kasus masih bersifat pasif.

Artinya penemuan kasus hanya mengandalkan pasien yang berkunjung ke

BP saja dan memiliki tanda dan gejala TB. Sementara deteksi secara aktif

dengan melibatkan masyarakat, terutama kader kesehatan belum berjalan

dengan baik.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mengetahui masalah-masalah kesehatan yang terjadi di Puskesmas 1

Sokaraja terkait pelaksanaan 6 Program Pokok Puskesmas.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kejadian

penyakit TB di Puskesmas 1 Sokaraja

b. Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan tidak maksimalnya

pemberantasan TB

c. Mengetahui upaya-upaya yang telah dilakukan Puskesmas dalam

melaksanakan pemberantasan penyakit TB .

C. Manfaat

1. Sebagai bahan wacana bagi puskesmas untuk memperbaiki kekurangan

yang mungkin masih ada dalam 6 program pokok Puskesmas Jatilawang.

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi puskesmas untuk melakukan evaluasi

dalam kinerja Puskesmas.

3. Sebagai bahan untuk perbaikan Puskesmas kearah yang lebih baik guna

mengoptimalkan mutu pelayanan kepada masyarakat

Page 6: Evapro Jamel_bang Aan TB

BAB II

ANALISIS POTENSI DAN IDENTIFIKASI ISU STRATEGIS

A. Analisis Potensi

1. Input

a. Man

a) Kelebihan

b) Kekurangan

1) Belum adanya petugas yang bekerja khusus sebagai petugas

penanggulangan TB di Puskesmas 1 Sokaraja karena petugas

yang menjadi koordinator penanggulangan TB merangkap juga

dalam membantu di balai pengobatan untuk lansia.

2) Kurang optimalnya pemanfaatan kader kesehatan atau bidan

desa setempat sehingga kegiatan pemantauan tidak dapat

dilakukan secara maksimal.

b. Money

a) Kelebihan

Dana untuk kegiatan program Puskesmas 1 Sokaraja berasal dari

Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) untuk transportasi dalam

penjaringan kasus TB.

b) Kekurangan

Tidak adanya dana khusus untuk petugas yang melakukan

pemeriksaan dahak, yang mengirim sampel dahak bila hasil

pemeriksaan BTA (+) serta jika seorang pasien TB sembuh sehingga

petugas tidak terlalu termotivasi dalam penjaringan suspek TB.

c. Material

a) Kelebihan

1) Puskesmas 1 Sokaraja memiliki mobil ambulans, mobil

puskesmas keliling, dan 2 sepeda motor sebagai alat

transportasi ke masyarakat.

Page 7: Evapro Jamel_bang Aan TB

2) Tersedianya laboratorium sebagai sarana untuk pemeriksaan

dahak suspek TB.

3) Tersedianya alat untuk pemeriksaan fisik suspek TB seperti

stetoskop, spigmomanometer, termometer.

4) Tersedianya peralatan untuk pembuatan preparat S-P-S (pot

sputum, objek glass, lampu spritus, mikroskop, zat pewarna,

dan lain – lain).

b) Kekurangan

1) Masih minimnya media promosi yang ada (misalnya poster).

2) Belum semua orang dengan kriteria tersangka TB yang

terjaring di balai pengobatan puskesmas maupun pustu dapat

diperiksa dahaknya dikarenakan dahak tidak keluar.

d. Metode

a) Kelebihan

Untuk melaksanakan upaya pemeriksaan suspek TB paru di

puskesmas ada SOP tersendiri. Ketrampilan petugas diperoleh dari

pendidikan dan dari pelatihan-pelatihan yang diadakan oleh Dinas

Kesehatan Kabupaten Banyumas yang diadakan secara insidensil

yang hanya berfungsi sebagai refreshing ilmu-ilmu baru.

b) Kekurangan

1) Metode yang digunakan adalah passieve case finding

e. Minute

Waktu pelaksanaan kegiatan tidak ada jadwal khusus yang diterapkan.

Bagian P2 hanya menunggu pasien yang datang atau laporan dari bidan

desa kemudian dijaring. Hal itu merupakan metode pasif karena hanya

menunggu pasien yang datang berobat ke puskesmas.

f. Market

Sasaran dari P2 ini merupakan khususnya bagian penyakit-penyakit

menular. Seluruh masyarakat di wilayah kerja Puskesmas 1 Sokaraja

merupakan sasaran seluruhnya dalam penjaringan TB.

2. Proses

Page 8: Evapro Jamel_bang Aan TB

Proses adalah semua kegiatan sistem melalui proses akan diubah dari

input menjadi output. Proses dari sistem pelayanan terpadu adalah semua

kegiatan pelayanan terpadu mulai dari persiapan tempat dan kelompok

penduduk sasaran yang dilakukan staf puskesmas bekerjasama seharusnya

dengan seluruh kader kesehatan atau bidan desa dalam menjaring pasien

dengan positif TB.

3. Output

Jumlah yang menjadi sasaran yang terlapor ke puskesmas pada tahun 2011

terdapat 30 kasus (terdiri dari 17 kasus laki-laki dan 13 kasus perempuan)

dan 4 kasus TB paru lama (kambuhan). Target sasaran bagi P2 terutama

kasus TB adalah berusaha untuk meningkatkan jangkauan penemuan

penderita TB paru positif khususnya dengan bidan desa dan yang lainnya.

4. Effect

Dapat lebih menarik minat masyarakat di wilayah kerja Puskesmas 1

Sokaraja untuk lebih berperan aktif dalam keikutsertaan dalam kegiatan

kesehatan, tidak hanya bidan desa atau kader kesehatan.

5. Outcome (Impact)

Dampak program yang diharapkan adalah meningkatkan peran

serta aktif masyarakat wilayah kerja Puskesmas 1 Sokaraja dalam kegiatan

menjaring pasien dengan TB dan melibatkan seluruh kader kesehatan serta

bidan desa yang ada.

B. Analisis proses penyebab masalah

1. Perencanaan

a. Kelebihan

1) Penjaringan suspek penderita TB dilaksanakan dengan

menggunakan metode passive case finding karena dianggap lebih

memungkinkan dalam hal pembiayaan.

2) Rencana pelaksanaan program P2 TB bekerja sama lintas program

seperti promkes dan pengobatan.

b. Kekurangan

Menggunakan metode passive case finding.

Page 9: Evapro Jamel_bang Aan TB

2. Pelaksanaan

a. Kelebihan

1) Petugas balai pengobatan melakukan rujukan ke laboratorium jika

ada pasien suspek TB.

2) Pasien dengan keluhan batuk (kemungkinan TB) digali riwayat

batuknya lebih dalam.

3) Petugas P2 melakukan pemantauan pada pasien yang tidak datang

pada jadwal kontrol melalui telepon atau kunjungan ke rumah

penderita TB.

b. Kekurangan

1) Belum semua orang dengan kriteria tersangka TB yang terjaring di

balai pengobatan (dahak tidak keluar).

2) Penyuluhan dilakukan jika ditemukan suspek penderita TB dan

hanya dilakukan kepada kader kesehatan sehingga kader yang

menyampaikan kepada penderita TB.

3. Pengawasan dan pengendalian

a. Kelebihan

Laporan program P2 TB dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten

Banyumas tiap sebulan dan triwulan, disertai dengan data pencapaian

program. Evaluasi program dilakukan setiap 3 bulan sekali.

b. Kekurangan

C. Analisis lingkungan penyebab masalah

Berdasarkan pengamatan, analisis lingkungan yang bisa menjadi

penyebab jangkauan suspek TB masih rendah adalah:

1. Masih rendahnya tingkat pengetahuan dan pemahaman tentang TB

sehingga masyarakat kurang peduli.

2. Pasien TB seringkali merasa malu atau minder apabila diketahui sebagai

penderita tuberkulosis, karena penyakit ini menular.

3. Suspek penderita TB tidak bisa mengeluarkan dahak, karena kurang

memahami cara mengeluarkan dahak yang benar.

Page 10: Evapro Jamel_bang Aan TB

4. Kurangnya kesadaran pada suspek penderita TB dan keluarga suspek TB

untuk memeriksakan dahaknya ke laboratorium.

D. Analisis output

Berdasarkan data yang ada dapat diketaui bahwa hasil kegiatan

indikator kinerja jangkauan TB Puskesmas 1 Sokaraja belum memenuhi target

pencapaian yang ditetapkan Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas untuk

tahun 2011 dikarenakan belum maksimalnya pelaksanaan program P2 TB

paru.

Apabila kita menggunakan analisa SWOT mengenai maslah P2

penyakit TB, maka didapat informasi sebagai berikut :

a. Strength

1) Puskesmas 1 Sokaraja memiliki letak yang strategis, yaitu berada di

pusat kecamatan sehingga memudahkan akses layanan kesehatan.

2) Tersedianya koordinator program untuk mendeteksi dan menangani

penderita TB di Puskesmas 1 Sokaraja.

3) Memiliki sarana non kesehatan yang cukup memadai yaitu dua sepeda

motor, satu mobil ambulans, dan satu mobil puskesmas keliling.

b. Weakness

1) Tenaga kesehatan di bidang P2 khususnya yang menangani masalah TB

hanya satu orang sehingga kurang optimal dalam penemuan penderita

TB.

2) Sistem deteksi penyakit TB masih dilakukan secara pasif, yaitu hanya

mengandalkan pasien yang datang ke puskesmas yang memiliki tanda

dan gejala TB serta laporan dari beberapa bidan desa. Deteksi penderita

secara aktif, penyuluhan kesehatan ke desa-desa dan pembentukan

kader kesehatan khusus TB dalam penanganan TB belum berjalan.

3) Pengetahuan penderita yang kurang mengenai penyakit TB paru, cara

pengobatan dan bahaya akibat berobat tidak adekuat.

4) Belum adanya kader TB di tiap desa.

c. Opportunity

Page 11: Evapro Jamel_bang Aan TB

1) Warga wilayah kerja Puskesmas 1 Sokaraja mudah diajak kerjasama

dalam masalah kesehatan, hal ini terlihat dari mereka sangat mudah

dikumpulkan dalam acara kesehatan, misalnya Posyandu Balita,

Posyandu Lansia, maupun perkumpulan PKK.

d. Threat

1) Ada beberapa warga wilayah kerja Puskesmas 1 Sokaraja yang tidak

mengetahui tentang penyakit TB, baik faktor risiko, cara penularan,

maupun tanda dan gejala.

2) Sarana dan prasarana yang belum memadai terutama sumber daya

manusia.

3) Kurangnya motivasi tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugas P2 TB

E. Identifikasi Aspek Isu Strategis dari Hasil Analisis SWOT

Permasalahan yang terjadi seputar P2 TB dapat disimpulkan dari hasil

analisis SWOT baik permasalahan dari dalam maupun dari luar Puskesmas 1

Sokaraja. Puskesmas 1 Sokaraja memiliki kekuatan dalam upaya

melaksanakan program P2 TB yaitu letak puskesmas yang berada di pusat

kecamatan sehingga masyarakat wilayah kerja Puskesmas 1 Sokaraja mudah

menjangkaunya dana ada koordinator programnya selain itu adanya fasilitas

berupa mobil dan sepeda motor puskesmas yang memudahkan petugas P2 TB

dalam melaksanakan tugasnya. Akan tetapi kondisi ini kurang mendukung

karena tenaga kesehatan di bidang P2 sangat terbatas yaitu hanya satu orang

sedangkan wilayah kerja Puskesmas 1 Sokaraja cukup luas yaitu mencakup 10

desa. Kondisi seperti ini mempersulit jangkauan P2 TB secara aktif dengan

terjun langsung ke masyarakat.

Jika kita lihat ke masyarakat wilayah kerja Puskesmas 1 Sokaraja,

sebenarnya lebih banyak kekuatan yang dapat dioptimalkan. Kondisi ini

terlihat dari antusiasme warga yang sangat tinggi terhadap masalah kesehatan,

mereka mudah dikumpulkan dalam acara posyandu, posyandu lansia, dan

perkumpulan PKK. Dari mereka juga banyak yang menjadi kader kesehatan di

desa masing-masing. Hambatan yang terjadi yaitu masalah pengetahuan

kesehatan yang rendah.

Page 12: Evapro Jamel_bang Aan TB

Jika dilihat kekuatan dan kelemahan yang telah dianalisis, baik dari dalam

dan luar Puskesmas, mengajak peran serta masyarakat dalam penanggulangan

TB adalah solusi yang cukup tepat, dibanding hanya mengandalkan peran

petugas kesehatan saja yang jumlahnya terbatas untuk turun langsung ke

masyarakat. Hal ini mengingat mereka, masyarakat wilayah kerja Puskesmas

1 Sokaraja memiliki tingkat partisipatif yang cukup baik di bidang kesehatan

dan dapat diajak kerjasama.

Page 13: Evapro Jamel_bang Aan TB

III. PEMBAHASAN ISU STRATEGIS DAN ALTERNATIF YANG

DAPAT DILAKUKAN UNTUK MENGANTISIPASI ISU

STRATEGIS TERSEBUT

A. Isu Strategis

Indikator-indikator keberhasilan pencapaian program TB paru yang

telah dicapai selama tahun 2011 belum memenuhi target pencapaian nasional.

Hasil tersebut menjadi masalah sehingga diperlukan langkah-langkah untuk

dapat memenuhi pencapaian target nasional tersebut.

Belum tercapainya target yang telah ditentukan Dinas Kesehatan dapat

disebabkan berbagai hal. Selanjutnya akan dilakukan analisis untuk

menentukan kemungkinan penyebab masalah tidak tercapainya target

puskesmas dengan metode pendekatan sistem (input, proses, lingkungan, dan

output) dan keungkinan penyebab yang menimbulkan masalah tersebut

adalah :

1. Metode yang digunakan adalah passive case finding.

2. Belum semua petugas Puskesmas terutama paramedis (perawat, bidan desa)

ikut peran serta dalam menjangkau kasus TB.

3. Kurang optimalnya pemanfaatan kader kesehatan sebagai kader TB,

sehingga belum tersedianya kader-kader TB di setiap desa.

4. Tidak adanya dana khusus untuk petugas yang terlibat langsung dengan

program penjaringan TB.

5. Penyuluhan dilakukan jika ditemukan suspek penderita TB dan hanya

dilakukan kepada kader kesehatan sehingga kader yang menyampaikan

kepada penderita TB.

6. Belum semua orang dengan kriteria tersangka TB yang terjaring dapat

diperiksa dahaknya (dahak tidak keluar).

7. Tingkat pengetahuan masyarakat mengenai TB masih rendah, dan

kesadaran akan pentingnya kebersihan diri atau perilaku hidup sehat masih

Page 14: Evapro Jamel_bang Aan TB

minim, serta masih berkembangnya stigma negatif tentang tuberkulosis,

karena penderita dianggap menularkan penyakit.

B. Antisipasi Strategis

Isu strategis yang dialami di Puskesmas 1 Sokaraja lebih mengarah ke

peran serta masyarakat dalam deteksi pasien TB Paru secara aktif. Strategi ini

berdasarkan analisis SWOT dianggap paling realistis karena apabila orientasi

pemecahan masalah ini lebih ke arah internal puskesmas, maka lebih banyak

kesulitan, terutama masalah terbatasnya tenaga kesehatan di bidang P2 dan

luasnya wilayah kerja Puskesmas 1 Sokaraja yang mencakup 10 desa. .

Upaya peningkatan program P2 TB paru di Puskesmas 1 Sokaraja dapat

dilakukan dengan cara:

1. Memberikan motivasi kepada tenaga kesehatan Puskesmas 1 Sokaraja

untuk dapat menggencarkan program P2M khususnya yang berkaitan

dengan penjangkauan kasus TB paru.

2. Mengoptimalkan semua kader kesehatan dan bidan desa dalam

menjangkau kasus TB paru.

3. Pembentukan kader TB.

4. Melakukan kerjasama lintas program seperti promosi kesehatan dan

pengobatan.

5. Memperbanyak sarana-sarana untuk promosi kesehatan seperti poster,

leaflet, flip chart, dan lainnya.

6. Melakukan penyuluhan mengenai penyakit tuberkulosis secara berkala

kepada masyarakat baik secara perorangan/ individu maupun kelompok

mengenai pengetian, tanda dan gejala, cara penularan, cara pencegahan,

perlu adanya pembentukan PMO (Pengawas Minum Obat), penjelasan

mengenai pengobatan serta efek samping dari obat tersebut dengan

menggunakan bahasa yang sederhana dan kalimat yang mudah

dimengerti, jika perlu menggunakan alat peraga (brosur, leaflet, dan

lainnya) (PDPI, 2002).

7. Pembentukan PMO ini berasal dari kader kesehatan ataupun tokoh

masyarakat yang dihormati, sehingga ketaatan dan kepatuhan pasien TB

Page 15: Evapro Jamel_bang Aan TB

Paru dalam minum obat semakin membaik. Hal lain yang penting adalah

dengan dibentuknya PMO, maka deteksi kasus dapat ditemukan secara

aktif dengan cost efective yang tinggi, mengingat petugas kesehatan tidak

harus turun langsung ke lapangan untuk mencari kasus (Sukarna et.al.,

2003).

Page 16: Evapro Jamel_bang Aan TB

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

Page 17: Evapro Jamel_bang Aan TB

DAFTAR PUSTAKA

Buku Profil Kesehatan Kecamatan Puskesmas. 2008. Profil Kesehatan Masyarakat Wilayah Kerja Puskesmas 1 Sokaraja Kabupaten Banyumas. Diterbitkan oleh Puskesmas 1 Sokaraja

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1059/MENKES/SK/IX/2004 tentang Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi. 2004. Diunduh dari: http://dinkessulsel.go.id. Tanggal 13 November 2012

Notoatmodjo. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu Seni. Jakarta: Rineka Cipta

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2002. Tuberkulosis, Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. Diunduh dari: http://www.klikpdpi.com. Tanggal 5 Februari 2012

Sukana, Bambang, Heryanto, dan Supraptini. 2003. Pengaruh Penyuluhan Terhadap Pengetahuan Penderita TB Paru di Tangerang. Jurnal Ekologi Kesehatan. Vol 2 (3) : 282-9.