evapro desky bias ke 2

Upload: vionasawitri

Post on 07-Jul-2015

293 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbesar didunia. Pada tahun 2000, Indonesia memiliki penduduk sebanyak 206.264.595 jiwa dan menempati peringkat ke empat dalam hal jumlah penduduk terbesar setelah Republik Rakyat Cina, India, dan Amerika Serikat. Di Indonesia, golongan anak-anak, yaitu penduduk yang berumur sampai 18 tahun, masih merupakan golongan penduduk yang sangat besar. Pada tahun 2000 golongan anak-anak di Indonesia berjumlah 77.808.000 jiwa atau 37,05 % dari seluruh penduduk. Sementara itu, golongan usia sekolah dasar (6-12 tahun) berjumlah 40.947.823 jiwa atau sebesar 20,34 % dari total jumlah penduduk. Pembangunan nasional jangka panjang menitik beratkan pada kualitas hidup sumber daya manusia yang prima. Untuk itu kita bertumpu pada generasi muda dewasa ini yang memerlukan asuhan dan perlindungan terhadap penyakit yang mungkin dapat menghambat tumbuh kembangnya menuju masa dewasa yang berkualitas tinggi, guna meneruskan pembangunan nasional dengan masyarakat yang sehat, sejahtera, bahagia. 1 Pengembangan program imunisasi (PPI) merupakan program pemerintah dalam bidang imunisasi guna mencapai komitmen internasional Universal Child Immunization (UCI) pada akhir 1990. Pada tahun 1990 Indonesia telah mencapai lebih dari 90% imunisasi dasar tersebut yang dikenal sebagai Universal Child Immunization (UCI). Kemudian secara regional dilakukan juga imunisasi terhadap hepatitis B yang masih dalam pelaksanaan sampai saat ini. Ditambah lagi dengan gerakan PIN (Pekan Imunisasi Nasional) terhadap penyakit polio pada tahun 1995-1997 secara berturut-turut serentak di seluruh Indonesia. 2 Sejak tahun 1983 anak sekolah dasar (SD) merupakan salah satu sasaran program imunisasi untuk mencegah penyakit difteri dan tetanus. Sejak tahun 1990 program imunisasi telah menjangkau lebih dari 80% sasaran bayi dengan imunisasi dasar DPT 3 dosis, yang dapat memberikan kekebalan selama 3-5 tahun. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa lebih dari 80% anak masuk sekolah pada tahun 1997 telah memiliki kekebalan terhadap difteri dan tetanus. 3 Imunisasi pada anak sekolah menjadi program kegiatan rutin setiap bulan november sejak 1998 yang dikenal dengan istilah Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) berupa pemberian vaksin DT untuk kelas I Sekolah Dasar (SD) / Madrasah Ibtidaiyah (MI), dan 1

TT untuk kelas II dan III. Pada BIAS tahun 1999, disamping pemberian DT dan TT diberikan juga imunisasi polio pada kelas III sampai kelas VI SD/MI. Kemudian pada pelaksanaan BIAS tahun 2000 khusus untuk DKI Jakarta dan Jawa Barat telah dilaksanakan Catch Up Campaign campak pada anak SD/MI untuk mereduksi campak. 4 Pemberian imunisasi tidak hanya memberikan kekebalan dan pencegahan terhadap bayi atau anak yang divaksinasi, namun dapat juga memberikan dampak yang jauh lebih luas kepada masyarakat karena akan mencegah terjadinya penularan yang luas dengan adanya peningkatan kekebalan secara umum. Oleh karena itu pandangan serta sikap setiap dokter atau orang tua sangat penting untuk meemahami tentang arti imunisasi bagi setiap anak di Indonesia. 2 1.2. Permasalahan Walaupun program BIAS telah rutin dilaksanakan, namun masih terdapat masalah antara lain belum diketahuinya keberhasilan program Bulan Imunisasi Anak Sekolah di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Johar Baru II, sehingga perlu diketahui prioritas masalah, penyebab masalah dan penyelesaian masalah. 1.3. Tujuan a. Tujuan Umum Terlaksananya evaluasi program Bulan Imunisasi Anak Sekolah di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Johar Baru II Periode Januari-Desember 2006 yang bertujuan untuk meningkatkan keberhasilan program tersebut pada tahun-tahun berikutnya. b. Tujuan Khusus 1. Diketahuinya pelaksanaan program Bulan Imunisasi Anak Sekolah di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Johar Baru II. 2. Diketahuinya masalah-masalah yang timbul pada pelaksanaan program Bulan Imunisasi Anak Sekolah di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Johar Baru II. 3. Diketahuinya faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan program Bulan Imunisasi Anak Sekolah 4. Tersusunnya cara penyelesaian masalah program Bulan Imunisasi Anak Sekolah di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Johar Baru II.

2

1.4. Manfaat a. Bagi Instansi Pendidikan Mempunyai lulusan dokter yang berkualitas dan memiliki wawasan tentang program BIAS, mampu menjalankan program BIAS serta dapat melakukan evaluasi terhadap program BIAS. b. Bagi Puskesmas Dapat mengatasi masalah pada pelaksanaan program BIAS dengan cara melaksanakan berbagai alternatif pemecahan masalah yang telah disusun.

3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Immunisasi Prinsip pemberantasan penyakit menular adalah memutuskan rantai penularan. Host yang rentan terhadap penyakit menular diusahakan menjadi kebal dengan jalan memberikan imunisasi. 2 Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen yang serupa, tidak terjadi penyakit. Dilihat dari cara timbulnya maka terdapat dua jenis kekebalan, yaitu kekebalan aktif dan kekebalan pasif. Kekebalan aktif adalah kekebalan yang dibuat oleh tubuh sendiri akibat terpajan pada antigen seperti pada imunisasi, atau terpajan secara alamiah. Kekebalan aktif biasanya berlangsung lebih lama karena adanya memori imunologik. Kekebalan pasif adalah kekebalan yang diperoleh dari luar tubuh, bukan dibuat oleh individu itu sendiri. Contohnya adalah kekebalan pada janin yang diperoleh dari ibu, atau kekebalan yang diperoleh setelah pemberian suntikan imunoglobulin. Kekebalan pasif tidak berlangsung lama karena akan dimetabolisme oleh tubuh. Waktu paruh IgG misalnya adalah 28 hari, sedangkan waktu paruh imunoglobulin lainnya lebih pendek. 2 2.1.1 Tujuan Imunisasi Tujuan imunisasi adalah untuk mencegah penyakit tertentu pada seseorang, dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat (populasi) atau bahkan menghilangkan penyakit tertentu dari dunia seperti pada imuniasi cacar. Keadaan yang terakhir ini lebih mungkin terjadi pada jenis-jenis penyakit yang transmisinya bergantung kepada manusia, seperti misalnya penyakit difteria. Agar dapat lebih mudah mengerti mengenai proses imunologik yang terjadi pada vaksinasi maka terlebih dahulu perlu diketahui tentang respons imun dan mekanisme pertahanan tubuh. 2 2.1.2 Respon Imun Terdapat dua macam respon imun yaitu : a. Respon imun primer Adalah respon imun yang terjadi pada pajanan pertama kali dengan antigen. Antibodi yang terbentuk kebanyakan adalah IgM dengan titer yang lebih rendah 4

dibanding dengan respon imun sekunder, demikian juga dengan daya afinitasnya. Waktu antara antigen masuk sampai timbul antibodi lebih lama bila dibanding dengan respon imun sekunder. 2 b. Respon imun sekunder Antibodi yang dibentuk terutama adalah IgG. Pada imunisasi, respon imun sekunder inilah yang kelak diharapkan akan memberi respon adekuat bila terpajan dengan antigen yang serupa. Untuk mendapat titer antibodi yang cukup tinggi dan mencapai nilai protektif, sifat respon imun sekunder ini diterapkan dengan memberikan vaksinasi berulang beberapa kali. 2 2.1.3 Sasaran Imunisasi Yang menjadi sasaran imunisasi adalah : 5 a. Bayi (0-11 bulan) b. Anak kelas sekolah dasar (sekolah tingkat dasar termasuk SD, MI Negeri atau swasta) c. Calon pengantin wanita d. Ibu hamil e. Wanita usia subur (15-39 tahun) 2.1.4 Keberhasilan Imunisasi Keberhasilan imunisasi tergantung beberapa faktor, yaitu status imun pejamu, faktor genetik pejamu serta kualitas dan kuantitas vaksin. a. Status Imun Pejamu Status imun pejamu mempengaruhi hasil imunisasi. Individu yang mendapat obat imunosupresan, menderita defisiensi imun kongenital, atau menderita penyakit yang menimbulkan defisiensi imun sekunder seperti pada penyakit keganasan juga akan mempengaruhi keberhasilan vaksinasi. Bahkan adanya defisiensi imun merupakan indikasi kontra pemberian vaksin hidup karena dapat menimbulkan penyakit pada individu tersebut. Demikian pula vaksinasi pada individu yang menderita penyakit infeksi sistemik seperti campak, tuberkulosis milier akan mempengaruhi pula keberhasilan vaksinasi. 2 Keadaan gizi yang buruk akan menurunkan fungsi sel sistem imun seperti makrofag dan limfosit. Imunitas seluler menurun dan imunitas humoral spesifisitasnya rendah. Meskipun kadar globulin-Y normal atau bahkan meninggi, 5

imuniglobulin yang terbentuk tidak dapat mengikat antigen dengan baik karena terdapat kekurangan asam amino yang dibutuhkan untuk sintesis antibodi. Kadar komplemen juga berkurang dan mobilisasi makrofag berkurang, akibatnya respons terhadap vaksin atau tosoid juga berkurang. 2 b. Faktor genetik pejamu Interaksi antara sel-sel imun dipengaruhi oleh variabilitas genetik. Secara genetik respons imun manusia dapat dibagi atas responder baik, cukup, dan rendah terhadap antigen tertentu. Ia dapat memberikan respons rendah terhadap antigen tertentu, tetapi terhadap antigen lain dapat lebih tinggi. Karena itu tidak heran bila kita menemukan keberhasilan vaksinasi yang tidak 100%. Banyak faktor-faktor yang menyokong adanya peran genetik dalam respons imun, hanya saja mekanisme yang sebenarnya belum diketahui. 2 c. Kualitas dan kuantitas vaksin Cara pemberian vaksin akan mempengaruhi respons imun yang timbul. Misalnya vaksin polio oral akan memberikan imunitas lokal dan sistemik, sedangkan vaksin polio parenteral hanya akan memberikan imunitas sistemik saja. Dosis vaksin terlalu tinggi atau terlalu rendah juga mempengaruhi respons imun yang terjadi. Dosis terlalu tinggi akan menghambat respons imun yang diharapkan, sedangkan dosis terlalu rendah tidak merangsang sel-sel imunokompeten. Dosis yang tepat dapat diketahui dari hasil uji klinis, karena itu dosis vaksin harus sesuai dengan dosis yang direkomendasikan. Frekuensi dan jarak pemberian akan mempengaruhi respon imun yang terjadi. Bila pemberian vaksin berikutnya diberikan pada saat kadar antibodi spesifik masih tinggi, maka antigen yang masuk segera dinetralkan oleh antibodi spesifik yang masih tinggi tersebut sehingga tidak sempat merangsang sel imunokompeten. Karena itu pemberian ulang (booster) sebaiknya mengikuti apa yang dianjurkan sesuai dengan hasil uji klinis. Vaksin hidup akan menimbulkan respons imun lebih baik dibanding vaksin mati atau yang diinaktivasi atau bagian (komponen) dari mikroorganisme. 2 2.1.5 Jadwal Pemberian Imunisasi Berdasarkan kelompok usia sasaran, imunisasi rutin dapat dibagi menjadi : (1) Imunisasi rutin pada bayi, (2) Imunisasi pada wanita usia subur (WUS), (3) Imunisasi rutin pada anak sekolah. 6

Tabel 1. Jadwal Pemberian Imunisasi Rutin pada Bayi 5No. 1 2 3 4 5 Vaksin BCG DPT Polio Hep. B Campak Pemberian 1x 3x 4x 3x 1x Jarak Pemberian 4 mgg 4 mgg 4 mgg Umur 0-11 bln 2-11 bln 0-11 bln 0-11 bln 9-11 bln Dosis 0,05 cc 0,5 cc 2 tetes 0,5 cc 0,5 cc Cara Intrakutan di insersio m. Deltoideus kanan IM/SC dalam Oral IM otot paha IM/SC dalam lengan kiri atas

Tabel 2. Jadwal Pemberian Imunisasi pada Calon Pengantin dan Ibu Hamil 5No. Vaksin TT Calon 1. Pengantin (Catin) TT Ibu 2. Hamil (Bumil)* 2x 4 mgg 2x 4 mgg Pemberian Jarak Pemberian Umur Sebelum akad nikah Sebelum kehamilan Dosis Cara IM/SC dalam lengan atas, paha, bokong IM/SC dalam lengan atas, paha, bokong

0,5 cc

0,5 cc

*) Bila bumil sewaktu calon pengantin atau kehamilan sebelumnya baru mendapat TT 1 kali, atau belum mendapat TT, maka selama kehamilan ini mendapat TT 2 kali. Bila bumil pada kehamilan sebelumnya telah mendapat TT 2 kali, maka selama kehamilan ini cukup 1 kali.

Tabel 3. Jadwal Pemberian Imunisasi pada Anak Sekolah 2No. 1 2 3 Vaksin DT BIAS TT BIAS Polio BIAS Pemberian 1x 1x 1x Jarak Pemberian Umur Anak kelas I SD/MI Anak kelas IIVI SD/MI Anak kelas III-VI SD/MI Anak kelas IVI SD/MI Dosis 0,5 cc 0,5 cc 2 tts Cara IM/SC dalam lengan atas, paha, bokong IM/SC dalam lengan atas, paha, bokong Oral IM/SC dalam lengan 4 Campak BIAS 1x 0,5 cc atas sedikit dibawah insersio musculus Deltoideus

2.1.6

Jenis Vaksin

7

Vaksin adalah mikroorganisme atau toksoid yang diubah sedemikian rupa sehingga patogenitas atau toksisitasnya hilang tetapi masih tetap mengandung sifat antigenitas. Pada dasarnya vaksin dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu : 2 Live attenuated (bakteri atau virus hidup yang dilemahkan) Inactivated (bakteri, virus atau komponennya yang dibuat tidak aktif) 2.1.7 Vaksin Hidup Attenuated Vaksin hidup dibuat dari virus atau bakteri liar (wild) penyebab penyakit. Virus atau bakteri liar ini dilemahkan di laboratorium, biasanya dengan pembiakan berulangulang. Walaupun vaksin hidup attenuated menyebabkan penyakit, umumnya bersifat ringan dibanding dengan penyakit alamiah dan itu dianggap sebagai kejadian samping. Respons imun terhadap vaksin hidup attenuated pada umunya sama dengan yang diakibatkan oleh infeksi alamiah. Vaksin virus hidup attenuated secara teoritis dapat berubah menjadi bentuk patogenik seperti semula. Hal ini hanya terjadi pada vaksin polio hidup. 2 Imunitas aktif dari vaksin hidup tidak dapat berkembang karena pengaruh antibodi yang beredar. Antibodi dari sumber apapun (misalnya Transplasental, transfusi) dapat mempengaruhi perkembangan mikroorganisme vaksin dan menyebabkan tidak terjadi respons. Virus hidup attenuated bersifat labil dan dapat mengalami kerusakan bila terkena panas dan sinar, maka harus dilakukan pengelolaan dan penyimpanan dengan baik dan hati-hati. 2 Vaksin hidup attenuated yang tersedia saat ini adalah: 2 2.1.8 Vaksin yang berasal dari virus hidup contoh vaksin campak, gondongan, rubella, polio, rotavirus, demam kuning. Vaksin yang berasal dari bakteri contohnya BCG dan vaksin tifoid oral. Vaksin Inactivated Vaksin Inactivated dihasilkan dengan membiakkan bakteri atau virus dalam medias pembiakan, kemudian dibuat tidak aktif (inactivated) dengan pemanasan atau bahan kimia. Tidak seperti antigen hidup, antigen inactivated umumnya tidak dipengaruhi oleh antibodi yang beredar dan dapat diberikan saat antibodi di dalam sirkulasi darah. 2 Vaksin inactivated selalu membutuhkan dosis ganda. Pada umumnya, pada dosis pertama tidak dihasilkan imunitas protektif, tetapi haanya memacu atau menyiapkan sistem imun. Respons imunoprotektif baru timbul setelah dosis kedua atau ketiga. 2 8

Karena vaksin inactivated tidak hidup dan tidak dapat replikasi maka seluruh dosis antigen yang dibutuhkan dimasukkan dalam suntikan. Vaksin ini tidak dapat menyebabkan penyakit (walaupun pada orang dengan defisiensi imun) dan tidak dapat mengalami mutasi menjadi bentuk patogenik. Tidak seperti antigen hidup, antigen inactivated umumnya tidak dipengaruhi oleh antibodi yang beredar dan dapat diberikan saat antibodi berada di dalam sirkulasi darah. 2 Vaksin inactivated yang tersedia saat ini berasal dari : 2 2.2 2.2.1 Seluruh sel virus inactivated, contoh influenza, polio, rabies, hepatitis A Seluruh bakteri inactivated, contoh pertusis, tifoid, kolera Vaksin fraksional yang seunit, contoh hepatitis B, influenza, pertusis aseluler, tifoid Vi, Lyme Disease. Polisakarida murni, contoh pneumokokus, meningokokus dan haemophilus influenza tipe b. Gabungan polisakarida (pneumokokus dan haemophilus influenza tipe b) Program Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) Pengertian Program BIAS Imunisasi pada usia sekolah diperlukan sebagai vaksinasi ulang atau booster untuk hampir semua jenis imunisasi yang ada dan diberikan sebagai imunisasi dasar pada usia yang lebih dini. Masa tersebut sangat penting untuk dipantau dalam upaya pemeliharaan kondisi atau kekebalan tubuh terhadap berbagai macam penyakit infeksi kuman, virus maupun parasit dalam perjalanannya menuju dewasa. 2 Di dalam lingkungan sekolah, infeksi dapat terjadi diantara para siswa sekolah melalui jalan nafas dan kontak langsung melalui kulit sebagai lahan penularan penyakit. Guna menjaga penyebaran penyakit menular di sekolah, kiranya sekolah harus memiliki catatan imunisasi sebelumnya dari siswa pada saat pertama kali masuk sekolah tersebut, terutama tentang penyakit yang masuk di dalam daftar PPI. Kesakitan dan kematian karena penyakit yang termasuk di dalam program PPI secara nasional sudah sangat berkurang, terutama karena dilaksanakannya program Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) pada setiap bulan November setiap tahunnya. 2 Terlaksananya Bulan Imunisasi Anak Sekolah berdasarkan atas pertimbangan dan pemikiran telah tercapainya target UCI secara nasional pada tahun 1990, yaitu > 80% bayi yang lahir pada tahun 1990 keatas telah mendapat DPT tiga kali sama dengan

9

statusnya TT2. Maka untuk mencapai status TT5 perlu diberikan tiga kali lagi. Apabila hal ini dapat dilaksanakan maka siswa lulusan SD/MI atau yang sederajat nantinya pada saat hamil tidak perlu lagi mendapat imunisasi TT. 3 2.2.2 Tujuan Program BIAS Program BIAS itu sendiri mempunyai tujuan untuk mengeliminasi tetanus neonatorum dan memberikan perlindungan bagi siswa-siswi SD/MI terhadap tetanus, maupun perlindungan terhadap difteri dengan pemberian Booster difteri. 6 2.2.3 Sasaran Program BIAS Sasaran BIAS adalah seluruh siswa-siswi SD/MI negeri dan swasta, institusi pendidikan setara SD lainnya (pondok pesantren,SDLB) maupun warga belajar paket A setara SD. Untuk tahun 1998-2000 diberikan DT 1 kali pada kelas 1 dan TT 1 kali pada kelas 2, 3, 4, 5 dan kelas 6. Selanjutnya untuk tahun 2001 dan seterusnya diberikan DT 1 kali pada kelas 1 dan TT 1 kali pada kelas 2 dan kelas 3 saja. 6 2.2.4 Jadwal Imunisasi Program BIAS Pada pelaksanaan program BIAS itu sendiri dapat diberikan imunisasi tambahan seperti yang telah dilakukan pada tahun 1999 dengan memberikan imunisasi polio pada murid kelas III, IV, V dan VI. Lebih lengkapnya tampak pada tabel berikut : 6 Tabel 4. Program BIAS di Indonesia tahun 1998-2001 1999 Rutin Khusus Kelas I DT DT II TT TT III TT TT Polio IV TT TT Polio V TT TT Polio VI TT TT Polio 2.2.5 Waktu Pelaksanaan 1998 SD Rutin DT TT TT TT TT TT 2000 Khusus Campak Campak Campak + Polio Campak + Polio Campak + Polio Campak + Polio 2001 DT + Campak TT TT -

Pelayanan imunisasi untuk anak di semua sekolah di seluruh Indonesia dilaksanakan satu kali setiap tahun dalam bulan November. Bulan November untuk selanjutnya disebut sebagai Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS). 6 2.2.6 Pengorganisasian 10

Kegiatan BIAS merupakan salah satu dari kegiatan Tri Program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) yaitu Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan yang melibatkan Depkes, Depdikbud, Depag dan Depdagri. Adapun peran Depkes yaitu : 6 2.2.7 Merumuskan kebijakan tehnis pelayanan Menyiapkan dan melaksanakan pelayanan Mengevaluasi cakupan dan dampak pelayanan Langkah Kegiatan Pendataan Sasaran dan Penjaringan Status Imunisasi

a. Persiapan Pada setiap awal tahun ajaran petugas puskesmas meminta data jumlah siswa SD/MI kepada Pengawas Sekolah di tingkat Kecamatan, untuk menghitung kebutuhan logistik. Penjaringan status imunisasi dilakukan dengan mengisi Data Riwayat Imunisasi Anak serta melampirkan foto kopi kartu imunisasi / KMS balita, kemudian dipindahkan ke Buku Register BIAS oleh Guru. Petugas puskesmas menuliskan status imunisasi siswa di buku register BIAS dan menentukan apakah siswa tersebut dapat menerima dosis berikutnya. 6 Penyiapan Logistik Vaksin Jenis vaksin yang perlu disiapkan adalah vaksin DT dan vaksin TT yang disediakan program munisasi. Petugas puskesmas menentukan jumlah vaksin yang akan dibawa ke sekolah sesuai dengan kebutuhan berdasarkan jumlah sasaran di Buku Register BIAS. 6 Alat suntik Alat suntik yang diperlukan adalah semprit 0,5 ml serta jarum 23 atau 24 G sejumlah sasaran di tambah kira-kira 10 % sebagai cadangan. 6 Kartu TT seumur hidup Adalah alat untuk merekam status imunisasi DPT, DT dan TT, dipakai untuk membantu petugas dalam menentukan apakah pemegang kartu memerlukan suntikan dan kapan suntikan tersebut dapat diberikan. Setiap siswa mendapat kartu TT. 6 Pendanaan

11

Seluruh kebutuhan vaksin, alat suntik, biaya operasional, kartu TT dan format laporan dibebankan pada anggaran rutin APBN, APBD I dan II. 6 b. Pelaksanaan Penyuntikan Menyiapkan vaksin Untuk menjaga vaksin agar tetap poten, vaksin yang belum dipakai harus disimpan dalam lemari es di puskesmas dengan suhu 2 8 0 C. Untuk membawa vaksin harus memakai vaccine carrier atau thermos yang berisi es batu, yang diberi pembatas pembatas antara es batu dengan vaksin agar vaksin tidak rusak karena beku. 6 Penyuntikan Tempat penyuntikan adalah lengan atas, sedikit dibawah insertio M. deltoid. Dosis yang diperlukan untuk vaksin DT/TT adalah 0,5 cc. Untuk mencegah terjadinya abses dingin, vaksin dalam vial yang belum dibuka agar dihangatkan dengan cara menggenggamnya dan dikocok kuat agar merata. 6 Pencatatan Tanggal pemberian vaksin harus dicatat pada kolom yang sesuai di Buku Register BIAS dan kartu TT. Bagi siswa wanita, kartu TT penting untuk melengkapi status TT atau pada saat pemeriksaan kehamilan. 6 Pelaporan Setelah seluruh kegiatan BIAS dalam wilayah kerja puskesmas selesai dilaksanakan, pengiriman laporan dilakukan secara berjenjang dari tingkat puskesmas ke tingkat DATI II, Propinsi dan Pusat dengan menggunakan Formulir Laporan BIAS. Seluruh laporan dari 27 Propinsi harus sudah diterima lengkap di tingkat Pusat sebelum tanggal 31 Desember setiap tahun. 6 c. Pemantauan dan Evaluasi Pemantauan kegiatan BIAS di lakukan di tingkat Kecamatan Dati II, Dati I dan Pusat. Yang dipantau adalah % cakupan DT siswa kelas 1 sebagai indikator jangkauan program, dan % cakupan TT siswa kelas 3 sebagai indikator perlindungan. Kedua indikator tersebut adalah Indikator Kwantitas Program. 6 2.3 Pendekatan Sistem Dibentuknya suatu sistem pada dasarnya untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang telah ditetapkan. Untuk terbentuknya sistem tersebut perlu dirangkai beberapa unsur

12

atau elemen sedemikian rupa sehingga secara keseluruhan membentuk suatu kesatuan dan secara bersama-sama berfungsi untuk mencapai tujuan. Apabila prinsip pokok atau cara kerja sistem ini diterapkan pada waktu penyelenggaraan pekerjaan administrasi, maka prinsip pokok atau cara kerja ini dikenal dengan nama pendekatan sistem (sistem approach). Dari batasan tentang pendekatan sistem ini, dengan mudah dipahami bahwa prinsip pokok pendekatan sistem dalam pekerjaan administrasi dapat dimanfaatkan untuk dua tujuan : 7 1. Untuk membentuk sesuatu sebagai hasil dari suatu pekerjaan administrasi. 2. Untuk menguraikan sesuatu yang telah ada dalam administrasi. Sistem terbentuk dari bagian atau elemen yang saling berhubungan dan mempengaruhi. Bagian atau elemen tersebut banyak macamnya, namun dapat disederhanakan dengan mengelompokkan dalam 6 unsur saja, yaitu : 7 Masukan / Input Yang dimaksud dengan masukan adalah segala sesuatu yang dibutuhkan untuk terselenggaranya suatu pelayanan kesehatan. Unsur-unsur yang meliputi masukan adalah Tenaga (Man), Dana (Money), Sarana (Material), Metode (Methode), Pasar (Market) dan Mesin (Machinery). Proses / Process Yang dimaksud dengan proses adalah langkah-langkah atau tindakan yang harus dilakukan pada pelayanan kesehatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Keluaran / Output Yang dimaksud dengan keluaran adalah yang dihasilkan dari berlangsungnya suatu proses atau penampilan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan. Umpan Balik / Feed Back Yang dimaksud dengan umpan balik adalah suatu respon yang ditimbulkan terhadap hasil dari keluaran. Dampak / Impact Yang dimaksud dengan dampak adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran. Lingkungan / Environment Yang dimaksud dengan lingkungan adalah keadaan sekitar yang mempengaruhi pelayanan kesehatan.

13

Keenam unsur sistem ini saling berhubungan dan mempengaruhi, yang secara sederhana dapat digambarkan sebagi berikut : 7

Lingkungan

Masukan

Proses

Keluaran

Dampak

Umpan Balik

Gambar : Kerangka Teoritis.

BAB III BAHAN DAN METODE EVALUASI 3.1. Bahan 1. Laporan Tahunan Bulan Imunisasi Anak Sekolah Puskesmas Kelurahan Johar Baru II Periode Januari Desember 2006.

14

2. 3. 4. 5.

Petunjuk Teknis BIAS Bagi Pengelola Program UKS Departemen Keputusan Mentri Kesehatan RI No. 1059 / Menkes / SK / IX / 2004 Stratifikasi Puskesmas tahun 2000 Suku Dinas Kesehatan Kotamadya Hasil wawancara dengan petugas Puskesmas yang terkait dengan program

Kesehatan Tim Pembina UKS Pusat 1998. tentang Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi. Jakpus. BIAS. 3.2. Cara Pengumpulan Data Data-data yang digunakan diperoleh dari: 1. a. Sumber data Sumber data primer Sumber data primer berupa wawancara dengan petugas Puskesmas Kelurahan Johar Baru II yang bertanggung jawab pada pelaksanaan program BIAS. b. Sumber data sekunder Sumber data sekunder dapat berupa Laporan Tahunan Puskesmas Kelurahan Johar Baru II Periode Januari-Desember 2006. c. Jakarta. 2. Cara pengambilan data Data diambil dengan cara pemeriksaan Laporan Tahunan dan wawancara dengan petugas puskesmas yang terkait dengan program. Sumber data tertier Petunjuk Teknis BIAS Modul Kebijaksanaan Program Imunisasi Propinsi DKI Sumber data tertier yang didapat berupa :

3.3. Cara Analisis Evaluasi Program Bulan Imunisasi Anak Sekolah di Puskesmas Kelurahan Johar Baru, dilakukan dengan cara sebagai berikut :

15

1. Menetapkan Indikator dan Tolok Ukur Program 4,6,8,9 Tabel 5. Daftar Tolak Ukur Berdasarkan Masukan (input) Variabel Tolak Ukur Tersedianya tenaga pelaksana yang terdiri dari : Dokter Perawat : 1 Orang : 1 Orang

Tenaga

Dana Sarana Medis

Guru sekolah : 1 Orang Tersedianya dana untuk biaya operasional yang berasal dari : APBN dan APBD Vaksin : DT : 50/ampul = 40/ampul (Dosis Efektif) TT : 10/ampul = 8/ampul (Dosis Efektif) (Kebutuhan Vaksin = Jumlah Siswa : Dosis Efektif + 10 %) Penyimpan rantai dingin baik Vaksinasi set lengkap dan baik

Non Medis Metode

o o

Buku pedoman pelaksanaan imunisasi Buku stok vaksinasi dan data cakupan BIAS

Medis Non Medis

Metode penyimpanan vaksin sesuai standar Metode pemberian imunisasi sesuai standar o o Diadakan penyuluhan imunisasi lanjutan (BIAS) Adanya pencatatan dan pelaporan (tahunan)

Tabel 6. Daftar Tolak Ukur Berdasarkan Proses (process) Variabel Perencanaan Tolak Ukur Terdapat perencanaan program yang tertulis dan jelas memuat aktivitas, target, sasaran, dan biaya kegiatan serta perencanaan program yang terjadwal sesuai dengan pedoman kerja puskesmas. 16

Pendataan siswa dari kelas 1 s/d 3 sekolah dasar (SD) / Madrasah Ibtidaiyah (MI) / Sederajat di wilayah kerja sebelum pelaksanaan BIAS Setiap bulan November Adanya petugas penyuluhan (dokter) yang dilakukan (minimal 1 sebelum minggu pelaksanaan imunisasi terhadap orang tua murid oleh puskesmas sebelumnya) Adanya struktur organisasi, pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas serta tertulis Semua siswa / siswi hadir pada saat pelaksanaan program BIAS Di gedung atau ruang kelas SD Adanya pencatatan dan pelaporan yang teratur dan Penilaian sistematis Ada Supervisi Puskesmas Kelurahan secara berkala Tabel 7. Daftar Tolak Ukur Berdasarkan Keluaran (output) Variabel Cakupan siswa yang mendapat imunisasi Tolak Ukur DT : Target 100 % dari siswa kelas 1 SD TT : Target 100 % dari siswa kelas 2 dan 3 SD

Pengorganisasian

Pelaksanaan

Tabel 8. Daftar Tolak Ukur Berdasarkan Lingkungan Variabel Fisik Tolak Ukur Lokasi mudah dijangkau, Transportasi mudah dan murah Sekolah dan Orang tua murid mendukung dan memberikan persetujuan dilakukannya imunisasi terhadap anaknya dalam program BIAS Terdapat fasilitas kesehatan lain dan dapat menjalin kerja 17

Non Fisik

sama dengan petugas puskesmas Pendidikan, Sosial Ekonomi, Agama, dan Adat Istiadat tidak menjadi faktor penghambat terlaksananya program

Tabel 9. Daftar Tolak Ukur Berdasarkan Umpan Balik Variabel Umpan Balik Tolak Ukur Rapat kerja membahas kegiatan program BIAS

Tabel 10. Daftar Tolak Ukur Berdasarkan Dampak Variabel Dampak Tolak Ukur Menurunnya angka kesakitan dan kematian akibat difteri dan tetanus pada anak

2. Membandingkan hasil pencapaian tiap-tiap indikator program dengan tolok ukur masing-masing. Bila ada kesenjangan, ditetapkan sebagai masalah. 3. Menetapkan Prioritas Masalah Masalah-masalah pada komponen indikator dan tolok ukur program tidak semuanya dapat diatasi secara bersamaan, mengingat keterbatasan kemampuan puskesmas. Selain itu adanya kemungkinan masalah-masalah tersebut berkaitan satu dengan yang lainnya. Dimana bila diselesaikan salah satu masalah yang dianggap paling penting, maka masalah lainnya dapat teratasi pula. Oleh sebab itu, ditetapkan prioritas masalah yang akan dicari solusi untuk memecahkannya

BAB IV PENYAJIAN DATA 4.1. DATA UMUM KECAMATAN JOHAR BARU A. Data Geografi Letak kelurahan Johar Baru II adalah salah satu Kelurahan yang berada di wilayah Kelurahan Johar baru II, kecamatan johar baru Kotamadya Jakarta Pusat, dengan luas wilayah 119,10 Ha dengan batas-batas sebagai berikut : 8 Batas utara : Rt 04, Rw 03, Rw 10, Rw 01 kelurahan johar baru.

18

Batas barat

:

Berbatasan dengan jalan kawi-kawi bawah Sepanjang Rel K.A (Kec. Senen). Jl. Perc. Negara Raya (Kec. Cempaka Putih). Berbatasan dengan Rw 09 kelurahan johar baru

Batas selatan : Batas timur : B. Data Demografi

Jumlah penduduk di Wilayah Kelurahan Johar Baru II seluruhnya terdiri dari 32.266 jiwa, yang terdiri dari 7985 kepala keluarga, 174 RT, dan 11 RW, seperti tercantum pada tabel di bawah ini: Tabel 11. Distribusi penduduk menurut jumlah penduduk, Jumlah RW, Jumlah RT dan jumlah.KK 8

Uraian Kel. Johar Baru JUMLAH

Jumlah Penduduk 32.266 32.266

Jumlah RW 11 11

Jumlah RT 174 117

Jumlah KK 7985 7985

Tingkat pendidikan penduduk di Kelurahan Johar Baru II masih tergolong sedang, dimana jumlah penduduk yang sekolahlebih banyak. Hal ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 12. Distribusi penduduk menurut tingkatan pendidikan. 8 Nama Perguruan tinggi SLTA SLTP SD Johar Baru 4.524 9.164 8.196 5.565

19

TK Putus sekolah Tidak sekolah Belum sekolah Jumlah

2.870 410 528 1.079 32.266

Pekerjaan penduduk di Wilayah Kecamatan Johar Baru umumnya adalah wiraswasta dan buruh, selain itu ada juga yang berprofesi sebagai pegawai negeri, pedagang dan lain sebagainya. Hal ini tertera pada tabel di bawah ini: Tabel 13. Distribusi penduduk menurut pekerjaan. 8 Uraian Pegawai negeri ABRI Swasta Pedagang Pensiunan Buruh Lain-lain Jumlah Johar Baru 3019 98 5107 1013 1760 5107 3019 19.123

Pada umumnya penduduk di Wilayah Kecamatan Johar Baru beragama islam, selain itu ada juga yang beragama protestan, katolik, budha maupun hindu. Hal ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 14. Distribusi penduduk menurut Agama 8 Uraian Islam Protestan Katolik Budha Hindu Jumlah Johar Baru 26.135 3.654 1918 379 213 32.266

C. Sarana Pelayanan Kesehatan Sarana pelayanan kesehatan yang terdapat di Wilayah Kecamatan Johar Baru II tergolong baik, dimana terdapat 1 Puskesmas, 3 Praktek Dokter Umum, 0 Praktek Dokter Spesialis, 2 Klinik kesehatan, 4 Jumlah Posyandu, 4 Praktek Bidan Swasta, 1 Apotek.8 D. Keadaan fasilitas umum

20

Fasilitas umum yang menyangkut kesehatan lingkungan di Wilayah Kecamatan Johar Baru relatif baik dan lengkap. Hal ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 15. Fasilitas umum yang menyangkut kesehatan lingkungan 8 Fasilitas Jumlah rumah Total Rumah sehat Kurang sehat Layak huni PAM MCK TPS Jumlah Johar Baru 4.915 3.790 22 1.103 1.005 3 1 5.924

LAPORAN HASIL BIAS KELURAHAN KELURAHAN KECAMATAN KOTAMADYA No Nama Sekolah : ............ : PKM KELURAHAN. JOHAR BARU II : JAKARTA PUSAT Jumlah Sasaran Per Kelas 21 Hasil Imnisasi BIAS

1 1 2 3 SDN 03 Pg. J. Baru SDN 04 Pg. J. Baru SDN 05 Pg. J. Baru Jumlah Jml. Diterima 42 70 59 65 60 184

2 52 54 55 161

3 54 57 59 170

DT

TT

TT

Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3 49 49 49 52 40 51 50 51 52 151 140 152 Jakarta, .200.. Kepala Puskesmas Kelurahan

No Vaksin 1 DT 2 TT 3 Campak

Jml. Dipakai 41 50

(..)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1.No

Identifikasi Masalah Melalui Perbandingan Data Tolok Ukur dengan Hasil Program Kerja BIAS di Kecamatan Johar BaruVariabel KELUARAN Cakupan siswa yang mendapat imunisasi 1. 2. DT TT kelas II kelas I 100% x jumlah murid 100% x jumlah murid (+) (+) 505 / 575 x 100 % = (+) Tolok Ukur Data Puskesmas Masalah

1

82,0 %

648 / 730 x 100 % =

22

100% x jumlah murid kelas III

86,9 %

89,4 %

560 / 564 x 100 % =

2

MASUKAN 1. Tenaga Dokter Perawat : 1 orang : 1 orang seorang (perawat) Dilaksanakan petugas dibantu oleh puskesmas seorang (+)

Guru sekolah : 1 orang

tenaga puskesmas non medis dengan wali kelas siswa 2. Dana Dana bersumber dari APBD DKI Jakarta yang (-) disalurkan melalui puskesmas kecamatan 3. Sarana 3.1 edis M dosis Banyaknya vaksin yang tersedia harus cukup dan sesuai untuk semua sasaran rantai (-)

Tersedia mencukupi

dan

2-8C

Vaksin DT diterima 20 vial. Dipakai 15 vial Vaksin TT diterima. 35 vial, dipakai 30 vial Vaksin dan pelarut

(-)

(murid) yang akan diimunisasi. Penyimpanan dingin baik

(-)

disimpan di lemari es pada suhu dan pada BIAS saat dibawa (-) pelaksanaan

dengan Vaccine Carrier/ termos Vaksinasi set lengkap dan baik dan diisi es Spuit dan jarum suntik sekali pakai jumlahnya cukup 3.2 on Medis Buku pelaksanaan vaksinasi pedoman Puskesmas serta Buku Stok Vaksinasi dan Data Cakupan BIAS 4. Metode Metode penyimpanan memiliki Buku (-) N Diterima 80 ; dipakai 50 (-)

Kebijaksanaan program Imunisasi Pedoman Operasional Program Imunisasi Ada, dari Puskesmas Kecamatan

(-) (-)

4.1edis

M

Sesuai dengan standar Setelah diterima (-)

vaksin sesuai standar

disimpan dilemari es pada suhu 2-8C dan saat pelaksanaan BIAS dibawa dengan Vaccine Metode pemberian Carries/ termos DT / TT diberikan IM

imunisasi sesuia standar

23

pada lengan atas, dosis 0,5 ml

(-)

4.2on Medis

N

Dilakukan penyuluhan imunisasi lanjutan (BIAS) Penyuluhan dilakukan (-) dengan memberikan informasi tentang pentingnya imunisasi kepada siswa atau wali murid Pencatatan pelaporan dan yang hadir

laporan

Pencatatan berdasarkan

dan hasil

pelaporan ditulis didalam buku imunisasi 3 PROSES 1. n Perencanaa Ada program tertulis, yaitu BIAS dan diketahui oleh pihak sekolah dan puskesmas s/d 3 Pendataan siswa kelas 1 SD /MI kerja /Sederajat sebelum setiap (-) (+) Diwilayah Ada, tapi tidak (+) diperlihatkan kepada penulis (-)

Sudah

dilakukan

pendataan (lihat lampiran)

pelaksanaan BIAS Dilaksanakan bulan November yang Adanya dilakukan penyuluhan sebelum

pada

Dilakukan Dilakukan penyuntikan saat imunisasi. terhadap

program sebelum murid pelaksanaan

BIAS pada bulan November

pelaksanaan imunisasi terhadap orang tua murid yang dilakukan oleh petugas kesehatan (dokter) dari puskesmas (minimal 1 mingggu sebelumnya) Ada struktur organisasi dan pembagian tugas yang jelas dan tertulis Semua siswa / siswi hadir pada saat pelaksanaan 3. n Pelaksanaa program BIAS

2. sasian Pengorgani

(-) Puskesmas Johar Baru mempunyai Organisasi yang jelas dan tertulis Tidak semua

(+)

siswa/siswi hadir karena tidak mendapat persetujuan orang tua siswa tersebut Tempat dilakukan kelas divaksinasi siswa pelaksanaan ruangan akan (-) (+) yang

Pelaksanaan dilakukan di gedung atau ruang kelas SD

(-)

didalam

4. Pencatatan

Ada catatan dan laporan pelaksanaan BIAS

Ada, (lihat lampiran)

24

dan Pelaporan 4 LINGKUNGAN 1. Lingkunga n Fisik

berkala

Ada

Supervisi

dari Tidak ada supervisi karena tidak ada dana khusus

puskesmas Kecamatan secara

Lokasi dijangkau serta mudah dan murah

mudah transportasi

umum

Sekolah dijangkau dengan

dapat angkutan

(-) (-)

Sekolah dan Orang Tua mendukung dan memberikan persetujuan terhadap anaknya untuk di imunisasi dalam program BIAS

Sekolah bisa menjalin kerjasama dan mendukung (+)

tua

Sebagian kecil orang tidak memberikan persetujuan karena takut akan bahaya dari imunisasi Tidak tejalin kerjasama dalam hal informasi pencatatan dan pelaporan imunisasi usia anak sekolah di praktek swasta

Terdapat fasilitas lain dan dapat bekerja sama dengan petugas puskesmas

(+)

2.

Lingkunga n non Fisik

Pendidikan,

Sosial

Pendidikan,

Sosial

(-)

Ekonomi, Agama, dan Adat Istiadat tidak menjadi faktor penghambat terlaksananya program Rapat kerja membahas 6 DAMPAK kegiatan program BIAS Menurunya Angka Kesakitan dan Kematian akibat Penyakit Difteri dan Tetanus pada Anak

Ekonomi, Agama dan Adat Istiadat tidak menjadi faktor penghambat program Dilakukan sebelum dan sesudah pelaksanaan imunisasi (-) (-) terlaksananya

5

UMPAN BALIK

Belum dapat dinilai

Sumber : Laporan tahunan Puskesmas Kelurahan Johar Baru II Tahun 2006 Wawancara dengan petugas puskesmas yang terkait dalam program BIAS

5.2.

Penetapan masalah Berdasarkan data yang diperoleh dari tabel di atas, maka dapat dilihat masalah yang terjadi dalam pelaksanaan Program BIAS di Puskesmas Kelurahan Johar Baru II. Tampak adanya kesenjangan antara pencapaian dalam pelaksanaan Program (BIAS) dengan tolok ukur yang hendak dicapai. Kesenjangan tersebut merupakan hal yang ditetapkan sebagai masalah dalam pelaksanaan program BIAS, yaitu sebagai berikut : Masalah yang ditemukan pada elemen keluaran Program BIAS di Puskesmas Kelurahan Johar Baru II periode Januari Desember 2006 adalah :

25

Pencapaian cakupan imunisasi DT pada kelas I, yaitu 82,0 % Pencapaian cakupan imunisasi TT pada kelas II, yaitu 86,9 % Pencapaian cakupan imunisasi TT pada kelas III, yaitu 89,4 %

tidak sesuai dengan target cakupan imunisasi DT pada kelas I yaitu 100 % tidak sesuai dengan target cakupan imunisasi TT pada kelas II yaitu 100 % tidak sesuai dengan target cakupan imunisasi TT pada kelas III yaitu 100 % 5.3. Penetapan Prioritas Masalah Penetapan prioritas masalah dilakukan dengan teknik skoring. Kriteria yang dinilai dalam menetapkan prioritas masalah adalah : a. benefit) b. Rasa prihatin masyarakat terhadap masalah (public concern) Suasana politik (political climate) Kelayakan teknologi (technical feasibility) Makin layak teknologi yang tersedia dan yang dapat dipakai untuk mengatasi masalah (technical feasibility), makin diprioritaskan masalah tersebut. Kelayakan teknologi yang dimaksud disitu adalah menunjuk pada penguasaan ilmu dan teknologi yang sesuai. c. Sumber daya yang tersedia (resources) Makin tersedia sumber daya yang dapat dipakai untuk mengatasi masalah (resources availability), makin diprioritaskan masalah tersebut. Sumber daya yang dimaksud disini adalah yang menunjuk pada tenaga (man), dana (money) dan sarana (material). Pentingnya masalah (importancy) Besarnya masalah (prevalence) Akibat yang ditimbulkan masalah (severity) Kenaikan besarnya masalah (rate of increase) Derajat keingintahuan masyarakat yang tidak terpenuhi Keuntungan sosial dari terselesaikannya masalah (social

(degree of un-meet need)

26

Tabel 16. Penetapan Prioritas MasalahNO MASALAH P 1 Jumlah imunisasi DT Kelas I Jumlah imunisasi TT Kelas II Jumlah imunisasi TT Kelas III 4 S 4 IMPORTANCY RI 4 D 2 SB 4 PO 2 PC 2 2 2 8192 T R IxTxR

2

5

5

5

3

4

2

2

2

2

24000

3

3

3

3

2

3

2

2

2

2

2592

Berdasarkan perhitungan pada tabel 16, maka dapat diperoleh masalah yang ditetapkan sebagai Prioritas Masalah Program BIAS di Wilayah Kerja puskesmas Kelurahan Johar Baru II periode Januari Desember 2006 adalah tidak tercapainya target cakupan imunisasi TT kelas II. Berdasarkan besarnya masalah, tidak tercapainya target cakupan imunisasi TT kelas II merupakan suatu masalah yang dinilai sangat penting untuk diatasi sebab angka pencapaian cakupan imunisasi TT kelas II merupakan yang paling rendah bila dibandingkan dengan angka cakupan imunisasi DT/TT kelas III. Berdasarkan dampak yang ditimbulkan oleh masalah, penyakit tetanus pada anak mempunyai angka mortalitas yang lebih besar dibandingkan dengan penyakit difteri. Karena itu imunisasi tetanus dinilai sangat penting. Tercapainya target cakupan imunisasi tetanus pada anak merupakan hal yang sangat diharapkan oleh masyarakat, sehingga pemberian imunisasi tetanus mendapat penilaian yang lebih tinggi dibandingkan dengan imunisasi Difteri. Berdasarkan keuntungan sosial jika masalah teratasi maka pemberian imunisasi DT atau TT sama-sama memberikan keuntungan yang sama besar bagi masyarakat. Sosial politik tidak memberikan pengaruh yang besar terhadap pemberian imunisasi DT atau TT. Berdasarkan kriteria kelayakan teknologi pemberian imunisasi DT atau TT mendapatkan penilaian yang sama karena sama-sama membutuhkan sarana yang memadai.

27

5.4

Kerangka Konsep Masalah

Umpan Balik

Masukan Ketersediaan Vaksin

Lingkungan

Rapat Kerja membahas laporan keg. BIAS

Dana Operasional

Kekhawatiran orang tua akan bahaya / efek samping dari imnisasi

Tenaga MetodeKurangnya tenaga pelaksana program BIAS karena tanpa didampingi dokter sebagai kepala puskesmas

Fisik Tidak ada kerjasama dengan fasilitas kesehatan lain

Non Fisik

Sarana

Pencatatan dan pelaporan Angka kesakitan Tidak ada supervisi secara berkala Pelaksanaan Angka KematianTidak semua siswa/siswi hadir karena tidak mendapat persetujuan orang tua Penyuluhan dilakukan sesaat sebelum pelaksanaan BIAS Program kerja tertulis tentang BIAS yang tidak diperlihatkan kepada penulis

Tidak tercapai target pada cakupan imunisasi TT pada murid kelas II SD/MI/sederajat di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Johar Baru

Perencanaan

Pengorganisasian Dampak Proses

28

5.5.

Identifikasi penyebab masalah program BIAS di wilayah kerja puskesmas kelurahan Johar Baru II periode Januari Desember 2006 Melalui kerangka konsep dari masalah yang di prioritaskan, ditemukan beberapa penyebab masalah, yaitu dari unsur input, proses, lingkungan.

Tabel 17. Identifikasi dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :Penyebab Masalah MASUKAN 1. Kurangnya tenaga pelaksana program BIAS karena tanpa didampingi dokter sebagai kepala puskesmas PROSES 2. namun diperkenankan diperlihatkan penulis 3. tidak siswa 4. Tidak ada Tertulis puskesmas bersangkutan Tidak ada data (+) dan yang pencatatan dan pelaporan tentang imunisasi anak usia sekolah yang dilakukan oleh fasilitas kesehatan lain Tidak semua mendapat Tertulis puskesmas bersangkutan dan yang Tidak ada data (+) siswa/siswi hadir karena persetujuan dari orangtua Program kerja tidak untuk kepada wawancara dengan petugas Data program terlampir pada (+) Tertulis puskesmas bersangkutan dan yang Data program terlampir pada (+) tertulis tentang BIAS ada, waawncara dengan petugas tabel indikator dan tolok ukur dan petugas Konfirmasi Tertulis wawancara puskesmas dengan yang oleh Hasil Dilaksanakan seorang petugas (+) puskesmas (perawat) dibantu seorang tenaga puskesmas non medis dengan wali kelas siswa untuk tiap-tiap sekolah

bersangkutan

tabel indikator dan tolok ukur

wawancara dengan petugas

5.

Tidak

ada Tertulis puskesmas bersangkutan Tertulis puskesmas bersangkutan dan yang wawancara dengan petugas dan yang pada Saat tidak murid pelaksanaan melibatkan program orangtua BIAS terhadap murid saja, Penyuluhan dilakukan (+) wawancara dengan petugas

pengawasan / supervisi secara berkala terhadap program BIAS 6. Tidak dilakukannya penyuluhan terhadap orangtua murid mengenai program BIAS minimal sebelumnya LINGKUNGAN 7. Lingkungan fisik 1 minggu

29

a. Pengetahuan orangtua murid rendah tergolong mengenai

Tertulis puskesmas bersangkutan

dan yang

Sebagian memberikan

kecil

tidak

(+)

wawancara dengan petugas

persetujuan

karena kekhawatiran orang tua akan bahaya / efek samping dari imunisasi Tidak sama dalam pencatatan terjalin hal dan kerja (+)

imunisasi anak sekolah b. Tidak ada kerjasama dengan dengan fasilitas kesehatan lain dalam hal pencatatan pelaporan anak sekolah informasi dan imunisasi

Tertulis puskesmas bersangkutan

dan yang

informasi pelaporan

wawancara dengan petugas

imunisasi usia anak sekolah di praktek swasta

Setelah ditemukannya penyebab masalah, maka tidak semua masalah tersebut harus diselesaikan karena mungkin ada penyebab masalah yang saling berkaitan dan adanya keterbatasan kemampuan dalam memecahkan atau mencari solusi dari penyebab masalah tersebut. 5.6. Alternatif Penentuan Prioritas Pemecahan Masalah Melalui kerangka konsep dan analisa masalah serta mengggunakan pendekatan sistem, penyebab masalah tidak tercapainya target pada cakupan imunisasi TT pada murid kelas II SD/MI/sederajat di Wilayah Kelurhan Johar Baru II, adalah dari komponen masukan, proses dan lingkungan. Adapun penyebab masalah ini sesuai yang tercantum dari tabel 18. terutama dari komponen proses, yaitu tidak dilakukannya penyuluhan terhadap orang tua murid mengenai program BIAS minimal 1 minggu sebelum pelaksanaan. Mengingat pada pelaksanaan program ini tidak semua siswa/siswi hadir karena tidak mendapat persetujuan dari orang tua. Hal ini mungkin disebabkan tingkat pengetahuan orang tua murid tentang pentingnya imunisasi anak sekolah yang tergolong rendah menyebabkan terhambatnya keberhasilan pencapaian program. Dengan tingkat pengetahuan dan kesadaran yang rendah, orang tua murid yang seperti ini tidak akan mengizinkan anaknya untuk diimunisasi dengan berbagai alasan, di antaranya anaknya sedang sakit atau bahkan takut anaknya menjadi sakit setelah diimunisasi. Selain itu juga ada beberapa orang tua murid yang tidak percaya kepada petugas kesehatan dari puskesmas dalam memberikan imunisasi kepada anaknya dan mereka lebih memilih untuk memberikan imunisasi anaknya di tempat praktek swasta dokter

30

spesialis. Untuk mengatasinya maka diperlukan suatu

penyuluhan kepada

orang tua murid mengenai pentingnya imunisasi anak usia sekolah minimal 1 minggu sebelumnya untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran mereka tentang pentingnya imunisasi anak usia sekolah, yang dilakukan minimal 1 minggu sebelum penyuntikan sehingga seluruh siswa hadir dan mau diimunisasi pada pelaksanaan program BIAS, selain itu dapat juga dengan menghadirkan seorang dokter dalam pelaksanaan program BIAS untuk tiap-tiap sekolah guna menanamkan rasa percaya orang tua murid akan kesehatan anaknya sehingga mengizinkan anaknya untuk diimunisasi. Atau dapat juga dilakukan suatu kerjasama dengan fasilitas kesehatan lain baik milik pemerintah maupun swasta yang berada di wilayah kerja Kelurahan Johar Baru II dalam hal pencatatan dan pelaporan imunisasi anak usia sekolah guna mengantisipasi ketidak hadiran murid-murid karena sudah mendapat imunisasi di fasilitas kesehatan lain sebelumnya. 5.7 Penetapan Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah Cara untuk menentukan prioritas penyelesaian masalah banyak macamnya. Cara yang dianjurkan adalah memakai teknik kriteria matriks. Untuk ini ada dua kriteria yang lazim dipergunakan. kriteria yang dimaksud adalah : 1. Efektifitas jalan keluar Tetapkanlah nilai efektifitas untuk setiap alternatif jalan keluar, yaitu dengan memberikan nilai 1 (paling tidak efektif) sampai dengan angka 5 (paling efektif). Prioritas jalan keluar adalah yang nilai efektifitasnya paling tinggi. Untuk menentukan efektifitas jalan keluar, pergunakanlah kriteria tambahan sebagai berikut: Besarnya masalah yang dapat diselesaikan Hitunglah besarnya masalah (magnitude) yang dapat diatasi apabila jalan keluar tersebut dilaksanakan, untuk setiap alternatif Makin besar masalah dapat diatasi, makin tinggi prioritas jalan keluar tersebut. Pentingnya jalan keluar Hitunglah pentingnya jalan keluar (importancy) dalam mengatasi masalah yang dihadapi untuk setiap alternatif Pentingnya jalan keluar yang

31

dimaksud disini dikaitkan dengan kelanggengan selesainya masalah. Makin langgeng masalah makin penting jalan keluar tersebut.

Sensitifitas jalan keluar Hitunglah sensitifitas jalan keluar (vunerability) dalam mengatasi masalah yang dihadapi untuk setiap alternatif. Sensitifitas yang dimaksud di sini dikaitkan dengan kecepatan jalan keluar mengatasi masalah. Makin cepat masalah teratasi makin sensitif jalan keluar tersebut. 2. Efisiensi jalan keluar Tetapkanlah nilai efisiensi (efficiency) untuk setiap alternatif jalan keluar. Nilai efisiensi biasanya dikaitkan dengan biaya (cost) yang diperlukan untuk melaksanakan jalan keluar. Makin besar biaya makin tidak efisien jalan keluar tersebut diberikan nilai 1 jika biaya yang dikeluarkan paling sedikit dan diberi nilai 5 jika biaya yang dikeluarkan paling besar. Kemudian hitunglah nilai P (prioritas) untuk setiap alternatif jalan keluar, dengan membagi hasil perkalian nilai M x I x V dengan nilai C. jalan keluar dengan nilai P tertinggi adalah prioritas jalan keluar terpilih. Tabel. 18. Prioritas pemecahan masalah.No. Daftar Alternatif pemecahan masalah Penyuluhan kepada orangtua murid 1. terhadap mengenai pentingnya murid 5 5 5 3 41,66 imunisasi anak usia sekolah orangtua minimal 1 minggu sebelum pelaksanaan program BIAS Menghadirkan seorang dokter 2.3.

Efektifitas M I V

Efisiensi C

Jumlah MxIxV C

dalam

pelaksanaan

program

43

43

43

54

12,86,75

BIAS untuk tiap-tiap sekolahDilakukan suatu kerjasama dengan fasilitas kesehatan lain baik milik pemerintah maupun swasta yang berada di wilayah kerja Kecamatan Johar Baru dalam hal pencatatan dan pelaporan imunisasi anak usia

32

sekolah

Berdasarkan tabel 18 di atas, telah didapatkan prioritas pemecahan masalah yaitu dengan melakukan penyuluhan kepada orang tua murid minimal 1 minggu sebelum pelaksanaan program. Walaupun membutuhkan waktu dan dana tambahan untuk menjalankan penyuluhan, namun cara ini tetap dinilai yang terbaik, sebab berdasarkan besarnya masalah yang dapat diselesaikan dan pentingnya jalan keluar dalam mengatasi masalah, alternatif ini memperoleh penilaian yang terbaik. Sebab dengan melakukan penyuluhan yang tepat sasaran akan dapat membangkitkan kesadaran orang tua murid terhadap pentingnya imunisasi anak usia sekolah. Dengan demikian orang tua murid dengan sendirinya tidak akan ragu lagi untuk memberikan ijin kepada anak-anaknya untuk mendapatkan imunisasi di sekolah, sehingga target pencapaian program akan dapat terpenuhi. 5.8 Alternatif Program/Kegiatan Pemecahan Masalah Dengan telah ditetapkannya penyuluhan terhadap orang tua murid sebagai prioritas penyelesaian masalah, maka disusunlah suatu program untuk merealisasikan penyuluhan tersebut sebagai prioritas penyelesaian masalah. Penyuluhan ini dapat diagendakan sebagai suatu kegiatan bulanan puskesmas Kelurahan Johar Baru II yang dilaksanakan secara bergantian di sekolah yang menjadi sasaran program BIAS di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Johar Baru II. Program/kegiatan yang dianjurkan guna mengatasi penyebab masalah adalah : 1. 2. 3. 4. 5. 6. Pertemuan Koordinasi Tujuan : Terlaksananya koordinasi lintas setoral dalam rangka Sasaran : SD seKelurahan Johar Baru II. Kegiatan : Pertemuan rutin untuk membahas persiapan dan Waktu dan Tempat : Setiap enam bulan, tempat dapat bergantian Pelaksana : Puskesmas Kelurahan Johar Baru II. Alat dan Bahan : Ruang pertemuan, OHP, materi dalam bentuk persiapan, pelaksanaan dan evaluasi program BIAS DT TT.

evaluasi program BIAS DT TT. di Puskesmas, Sudin Dikdas, maupun di SD.

transparansi, sound system.

33

7.

Biaya Kegiatan : APBN, APBD atau swadana. Sosialisasi/Penyuluhan

1. Tujuan: Tujuan Umum : Untuk meningkatkan cakupan imunisasi pada Program BIAS khususnya tetanus. Tujuan Khusus : Untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan kesadaran orang tua murid tentang pentingnya pemberian imunisasi pada anak usia sekolah khususnya bagi orang tua murid yang tidak memberikan persetujuan kepada anaknya untuk mendapatkan imunisasi di sekolah 2. Sasaran : Seluruh orang tua murid yang anaknya akan di imunisasi, khususnya bagi orang tua murid yang tidak setuju anaknya mendapat imunisasi. (kecuali yang tidak setuju karena anaknya telah mendapat imunisasi di unit kesehatan lainnya) 3. Bentuk Kegiatan : Penyuluhan tentang pentingnya pemberian imunisasi pada anak usia sekolah Pemberian lembar kuesioner yang berisi tentang persetujuan orang tua murid apabila anaknya mendapatkan imunisasi di sekolah oleh petugas kesehatan puskesmas. Lembar kuesioner dikumpulkan pada hari itu juga. 4. Tempat kegiatan : Di sekolah yang menjadi sasaran program BIAS berdasarkan wilayah kerja 5. Frekuensi : 1 kali untuk tiap-tiap sekolah, dilakukan secara bergiliran 6. Waktu kegiatan : Dilakukan setelah jam sekolah, dimulai sejak 1 bulan sebelum pelaksanaan program BIAS, dengan perincian sebagai berikut: Penyuluhan di sekolah X dilakukan 1 bulan sebelum pelaksanaan BIAS Penyuluhan di sekolah Y dilakukan 1 Minggu setelah penyuluhan di sekolah X Penyuluhan di sekolah Z dilakukan 1 Minggu setelah penyuluhan di sekolah Y 7. Metode : Dilakukan penyuluhan dalam bentuk ceramah kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya jawab, juga komentar dari orang tua murid yang

34

berhubungan dengan imunisasi dengan mempergunakan alat bantu peraga semenarik mungkin agar jalannya penyuluhan lebih hidup dan lebih menarik. 8. Materi Tujuan imunisasi : Pentingnya imunisasi, alat dan bahan yang digunakan, cara pemberian, manfaat imunisasi pada anak usia sekolah, dampak negatif apabila tidak mendapat imunisasi, efek setelah pemberian imunisasi, waktu pelaksanaan program, tempat pelaksanaan. 9. Biaya : Mandiri (kas puskesmas/swadana) 10. Indikator Keberhasilan : Tercapainya target sasaran imunisasi yaitu, 100 % dari jumlah siswa yang akan diimunisasi. (kecuali siswa yang telah melakukan imunisasi di fasilitas kesehatan lain)

35

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 KESIMPULAN 1. Pelaksanaan Program BIAS di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Johar Baru II periode Januari - Desember tahun 2006 dilaksanakan pada bulan November untuk DT/TT bagi kelas I, II dan III dan dilaksanakan di dalam jam sekolah. 2. Masalah pada Program BIAS di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Johar Baru II periode Januari - Desember tahun 2006 adalah jumlah cakupan imunisasi TT pada siswa/siswi kelas II SD/MI/sederajat sebesar 86,9 % tidak sesuai dengan tolok ukur sebesar 100% 3. Penyebab masalah pada program BIAS di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Johar Baru II Periode Januari Desember Tahun 2006 adalah penyuluhan yang dilaksanakan pada saat pelaksanaan imunisasi, sehingga ada sebagian orang tua murid yang tidak mengizinkan anaknya untuk di imunisasi karena takut anaknya akan menjadi sakit setelah di imunisasi. 4. Prioritas pemecahan masalah pada Program BIAS di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Johar Baru II periode Januari-Desember tahun 2006 adalah dengan memberikan penyuluhan kepada orang tua/wali murid guna meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan kesadaran orang tua murid tentang pentingnya pemberian imunisasi pada anak usia sekolah khususnya bagi orang tua murid yang tidak memberikan persetujuan kepada anaknya untuk mendapatkan imunisasi di sekolah. Penyuluhan ini dilaksanakan 1 bulan sebelum pelaksanaan BIAS dengan harapan seluruh murid yang terkait dapat mengikuti program BIAS. 6.2 SARAN 1. Bagi Puskesmas Kelurahan Puskesmas Kelurahan Johar Baru II diharapkan dapat memberikan penyuluhan secara bertahap kepada orang tua/wali murid di samping pemberitahuan secara tertulis seperti yang telah dilakukan, guna mengatasi masalah cakupan imunisasi TT pada siswa kelas II SD/MI/sederajat agar dapat mencapai target. 2. Guru Sekolah 36

Diharapkan para guru sekolah dapat menghimbau para orang tua murid untuk dapat membawa putra/putrinya mengikuti program BIAS. DAFTAR PUSTAKA 1. Badan Pusat Statistik. Ulasan singkat nasional hasil sensus penduduk tahun 2000. (disitasi tanggal 02 Desember 2006). Dari : URL : http://www.bps.go.id/sector/population/Popindo.htm 2. Ranuh I.G.N, Soeyitno H, Hadinegoro SS, Kartasasmita C, Buku Imunisasi di Indonesia, Edisi 2, Satgas Imunisasi-Ikatan Dokter Anak Indonesia, Jakarta, 2005 3. Isbagio D.W, Handayani S, Siburian F, Sumarmo, Buletin Penelitian Kesehatan dalam: Pengaruh Status Imunisasi Difteri, Pertusis dan Tetanus terhadap Respon Kekebalan Difteri dan Tetanus pada Murid Kelas I Sekolah Dasar di Kecamatan Cimandala, Depkes RI, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Jakarta, 2004 4. Departeman kesehatan RI. Keputusan Mentri Kesehatan RI No. 1059 / Menkes / SK / IX / 2004 tentang Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi. (disitasi tanggal 02 Desember 2006). Dari : URL : http://pribadi.or.id/files/KMK-Imunisasi-10592004.pdf 5. Departemen Kesehatan RI, Pedoman Kerja Puskesmas, Jilid ke-2 DEPKES RI, Jakarta 1999 6. Petunjuk Teknis BIAS. Bagi Pengelola UKS. Departemen Kesehatan. Tim Pembina UKS Pusat. 1998 7. Azwar A, Pengantar Administrasi Kesehatan, Edisi Ketiga, Binarupa Aksara, Jakarta, 1996 8. Buku Laporan Tahunan 2005 Puskesmas Kelurahan Johar Baru II Jakarta Pusat 9. Suku Dinas Kesehatan Kotamadya Jakarta Pusat. Stratifikasi Puskesmas Tahun 2000.

37