evapro isi

28
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator derajat kesehatan sebuah negara termasuk Indonesia. Angka kematian ibu juga menjadi salah satu target yang telah ditentukan dalam tujuan pembangunan millenium yaitu tujuan ke 5 meningkatkan kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi sampai 75% resiko jumlah kematian ibu. Dari hasil survei yang dilakukan AKI telah menunjukkan penurunan dari waktu ke waktu, namun demikian upaya untuk mewujudkan target tujuan pembangunan millenium masih membutuhkan komitmen dan usaha keras yang terus menerus. AKI di Indonesia termasuk salah satu angka tertinggi dibandingkan dengan negara – negara ASEAN lainnya. Berbagai faktor yang terkait dengan resiko

Upload: awansunset

Post on 25-Sep-2015

17 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Evapro Isi

TRANSCRIPT

18

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangAngka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator derajat kesehatan sebuah negara termasuk Indonesia. Angka kematian ibu juga menjadi salah satu target yang telah ditentukan dalam tujuan pembangunan millenium yaitu tujuan ke 5 meningkatkan kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi sampai 75% resiko jumlah kematian ibu. Dari hasil survei yang dilakukan AKI telah menunjukkan penurunan dari waktu ke waktu, namun demikian upaya untuk mewujudkan target tujuan pembangunan millenium masih membutuhkan komitmen dan usaha keras yang terus menerus.AKI di Indonesia termasuk salah satu angka tertinggi dibandingkan dengan negara negara ASEAN lainnya. Berbagai faktor yang terkait dengan resiko terjadinya komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan dan cara pencegahannya telah diketahui, namun demikian jumlah kematian ibu dan bayi masih tetap tinggi (Depkes RI, 2010). Berdasarkan data SDKI, Riskesdas dan Laporan Rutin KIA pada tahun 2010 jumlah kematian ibu di Indonesia mencapai 11.534 kematian dengan AKI 214/100.000 kelahiran hidup. AKI pada tahun 2010 ini belum mencapai target yang diinginkan pemerintah yaitu sebesar 180/100.000 kelahiran hidup. Dari total AKI tersebut 50% berasal dari 5 provinsi yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Timur, Banten dan Jawa Timur. Provinsi Jawa tengah pada tahun 2010 menyumbang angka 15,3% yaitu 1.765 kasus dari total keseluruhan kasus kematian ibu di Indonesia. Dari jumlah tersebut didapatkan bahwa AKI di Provinsi Jawa Tengah sebesar 280/100.000 kelahiran hidup. Jumlah kematian ibu di Kabupaten Banyumas pada tahun 2010 adalah sebanyak 33 kasus yang berarti rata-rata tiap bulannya terdapat 2-3 kasus kematian ibu di kabupaten Banyumas. AKI di Kabupaten Banyumas pada tahun 2010 yaitu 116,8/100.000 kelahiran hidup. Pada wilayah kerja Puskesmas I Wangon tidak terdapatnya AKI pada tahun 2010 dan 2011.Penyebab langsung kematian maternal yang paling banyak ditemukan di Indonesia adalah perdarahan 27%, eklamsi 23%, dan infeksi 11%. Salah satu upaya yang dilakukan Departemen Kesehatan dalam mempercepat penurunan AKI adalah mendekatkan pelayanan kebidanan kepada setiap ibu yang membutuhkannya. Penempatan bidan di desa adalah upaya untuk menurunkan AKI, bayi dan anak balita. Masih tingginya AKI menunjukkan bahwa pelayanan kesehatan masih belum memadai dan belum menjangkau masyarakat banyak, khususnya dipedesaan. Namun bidan di desa yang sudah ditempatkan belum didayagunakan secara optimal dalam upaya menurunkan AKI (Palutturi, 2007).Salah satu permasalahan yang masih terdapat di wilayah kerja Puskesmas I Wangon adalah masih terdapatnya angka kematian Ibu. Angka tersebut terdapat pada tahun 2012 sampai bulan April walaupun hanya berjumlah 1 orang. Beberapa penelitian sudah jelas menyatakan bahwa terdapatnya angka kematian ibu merupakan permasalahan serius yang harus segera ditanggulangi. Angka kematian Ibu ini harus ditekan seminimal mungkin dan mencapai angka 0 sehingga tidak terdapat angka kematian ibu pada setiap tahunnya. Hal tersebut menggambarkan bahwa program KIA yang salah satu sub programnya menanggulangi angka kematian Ibu di wilayah kerja Puskesmas I Wangon perlu dievaluasi dan mendapatkan masukan-masukan sehingga dapat berjalan dengan lebih optimal.B. Tujuan1. Tujuan UmumMengindentifikasi dan mencari solusi permasalahan program pokok Puskesmas I Wangon.2. Tujuan Khususa. Mengetahui AKI di Puskesmas I Wangon b. Mengetahui faktor-faktor yang menjadi penyebab utama terjadinya AKI di wilayah kerja Puskesmas I Wangonc. Melakukan analisis SWOT terhadap AKI yang terjadi di wilayah kerja Puskesmas I Wangon d. Memberi masukan alternatif solusi untuk permasalahan AKI dan pencegahan di masa yang akan datang.C. Manfaat1. Manfaat bagi MahasiswaMenambah wawasan mahasiswa dalam bidang Kesehatan Ibu khususnya dalam hal kesehatan ibu hamil dan melahirkan2. Manfaat bagi FakultasMenjadi salah satu bahan referensi dalam bidang obstetri sosial dan kesehatan masyarakat yang dapat dikembangkan dalam penelitian-penilian selanjutnya.3. Manfaat bagi Puskesmasa. Menjadi bahan evaluasi pada bidang Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) khususnya dalam menangani AKIb. Menjadi masukan dan pertimbangan untuk meningkatkan kinerja dalam hal penanggulangan AKIc. Menjadi pertimbangan bagi Puskesmas I Wangon dalam merancang strategi untuk mencapai target sesuai yang telah dicanangkan pemerintahd. Membantu pemerintah dalam mewujudkan target Millenium Development Goals (MDG) pada tahun 2015.

BAB IIANALISIS SITUASI

A. Analisis Potensi1. Keadaan GeografisPuskesmas 1 Wangon merupakan salah satu bagian wilayah kabupaten Banyumas dengan luas 40 km2. Wilayah Puskesmas 1 Wangon terbagi dalam 7 desa, sedangkan desa yang memiliki wilayah paling luas adalah desa Randegan dengan luas 10,4 km2, yang paling sempit adalah desa Banteran dengan luas 2,5 km2. Batas wilayah Puskesmas 1 Wangon yaitu : 1. Di sebelah Utara: Wilayah Puskesmas II Wangon2. Di sebelah Selatan: Wilayah Kabupaten Cilacap3. Di sebelah Barat: Wilayah Puskesmas Lumbir4. Di sebelah Timur: Wilayah Puskesmas JatilawangLuas lapangan lahan di wilayah Puskesmas I Wangon dapat diperinci sebagai berikut:1. Tanah sawah: 8695,00 Ha2. Tanah pekarangan: 57,16 Ha3. Tanah tegalan: 1899,79 Ha4. Tanah hutan Negara: 2009,00 Ha5. Tanah perkebunan rakyat: 85,00 Ha6. Lain-lain: 241,00 Ha2. Keadaan Demografi1. Pertumbuhan PendudukBerdasarkan data dari Kecamatan/Desa untuk wilayah Puskesmas I Wangon, jumlah penduduk akhir tahun 2011 adalah 51.583 jiwa, yang terdiri dari 24.795 jiwa laki-laki dan 26.788 jiwa perempuan yang tergabung dalam 15779 KK. Jumlah penduduk tahun 2011 yang tertinggi adalah desa Klapagading Kulon sebanyak 10941 jiwa sedangkan terendah di desa Banteran sebanyak 4722 jiwa. 2. Jumlah penduduk menurut golongan umurJumlah penduduk menurut golongan umur di Wilayah Puskesmas I Wangon tahun 2011 dapat dilihat pada table berikut Table I. Jumlah penduduk menurut golongan umur di wilayah Puskesmas I Wangon tahun 2011NoGolongan umur (Tahun)Laki-lakiPerempuanJumlah

10-4246124604921

25-14476547129477

315-44118681150523373

445-646657601612673

5>65167416833357

Jumlah247952678851583

Jika dilihat dari jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur, penduduk berumur 15-64 tahun adalah kelompok tertinggi, yaitu sebesar 23.373 jiwa, maka penduduk wilayah kerja Puskesmas I Wangon tergolong padat penduduk usia muda/usia produktif. Sedangkan penduduk usia >65 tahun adalah golongan terendah yaitu 3.357 jiwa.3. Kepadatan PendudukPenduduk di wilayah Puskesmas I Wangon penyebarannya tidak merata terbukti dengan adanya jumlah penduduk yang jumlahnya tinggi dan rendah. Jumlah kepadatan di wilayah I Wangon sebesar 12.241 jiwa /km2 dan di desa terpadat adalah desa Klapagading Kulon sebesar 3126 jiwa setiap km2. Sedangkan kepadatan penduduk terendah di desa Randegan sebesar 633 jiwa/km2.Jumlah tenaga puskesmas I Wangon yang ada menurut data tahun 2011 berjumlah 40 orang dengan rincian pada Tabel 2.2. Tabel 2.2. Jenis Ketenagaan di Puskesmas I Wangon Tahun 2011NoJenis TenagaPNSPTTHonor PuskesmasJmlKeterangan

1.2.3.4.5.6.7.8.9.10.11.12.13.14.15Dokter UmumDokter GigiPerawat UmumPerawat GigiBidan PuskesmasBidan DesaPelaksana GiziPelaksana keslingAnalis Kesehatan SanitarianAnalis FarmasiTUCleaning serviceSopir Ambulance2-7142111114-11-----10-----------3---------1--2-102412111114111S1-1 SPK, 1 S1, 8 D31 SPRG2 D1, 2 D32 D1, 10 D3D3D1D3D3D3 2 SI, 2 SMASDSDSD

Jumlah2610440

Sumber: Puskesmas I Wangon, 2012Tabel 2.2. menunjukkan bahwa ketenagaan yang terdapat di puksesmas I Wangon berjumlah 40 orang yang terdiri dari dokter umum 2 orang, perawat umum 10 orang, perawat gigi 1 orang, bidan 16 orang, analis farmasi 1 orang, analis kesehatan 1 orang, pelaksan gizi 1 orang, pelaksana kesling 1 orang, bagian tata usaha 4 orang, sanitarian 1 orang, cleaning service 1 orang, dan sopir 1 orang. (Puskesmas I Wangon, 2012).Program kerja puskesmas I Wangon meliputi kegiatan sebagai berikut (Puskesmas I Wangon, 2012):a. Program Umum (Basic Six) yaitu Promosi Kesehatan, KIA/KB, Perbaikan Gizi, Kesehatan Lingkungan, P2M, dan Pengobatan)b. Program Pengembangan (meliputi konsultasi gigi dan laboraturium)c. Puskesmas dengan Tempat Perawatan (Puskesmas DTP)

3. Capaian Program dan Derajat Kesehatan Masyarakat yang Berkaitan dengan Angka Kematia Ibu (AKI)Pencapaian program Kesehatan Ibu dan Anak khususnya dalam hal penekanan angka kematian Ibu masih belum memenuhi target yang diharapkan. Target puskesmas yaitu penekanan AKI sampai tidak terdapatnya AKI pada setiap tahunnya. Namun pada tahun 2012 ini yaitu sampai bulan April telah terdapat 1 kasus kematian ibu (Puskesmas I Wangon, 2012).Berdasarkan data sekunder didapatkan angka kunjungan ibu hamil sudah mencapai target yang diinginkan yaitu 100%,. Angka kunjungan ibu hamil tersebut dapat menjadi salah satu faktor yang dapat menekan angka kematian ibu. Program lain ialah persalinan yang di tolong oleh tenaga kesahatan yitu telah mencapai angka 96,06% yang berarti sudah mencapai target. Angka ibu hamil berisiko atau dengan komlikasi yang ditangani oleh tenaga kesehatan di pelayanan kesehatan juga telah mencapai target 100%. Ketiga program tersebut turut berpengaruh dalam penekanan AKI, namun dikarenakan semuanya telah mencapai target yang diinginkan bahwa ada hal lain yang mengakibatkan masih terjadinya kematian ibu di wilayah kerja Puskesmas I Wangon (Puskesmas I Wangon, 2012).

BAB IIIIDENTIFIKASI PERMASALAHAN

Analisis SWOT1. Strengtha. Letak Puskesmas I Wangon yang strategis (berada di jalan utama Purwokerto Tasikmalaya) sehingga memudahkan masyarakat dalam melakukan akses pada instansi pelayanan kesehatanb. Terdapatnya koordinator program KIA / KB serta ruangan khusus untuk menangani kegiatan KIAc. Keberadaan bidan desa yang tersebar merata sejumlah 2 orang di setiap desad. Bidan desa dan kader sebagian besar merupakan penduduk asli Wangon sehingga memudahkan dalam pendekatan kepada masyarakat.e. Sosialisasi program pelayanan ibu hamil telah berjalan secara efektif baik melalui kegiatan Posyandu maupun kegiatan yang diadakan oleh Puskesmas.f. Adanya kebijakan internal Puskesmas yang secara sukarela membebaskan biaya tertentu untuk memfasilitasi pasien dengan keadaan ekonomi yang rendah.2. Weaknessa. Masih Kurang efektifnya deteksi dini penyakit yang berpotensi terjadi pada ibu hamil dan melahirkanb. Masih Kurangnya kewaspadaan post natal care oleh bidan desa terhadap ibu yang melahirkanc. Rasio jumlah bidan dibandingkan jumlah penduduk di Kecamatan I Wangon masih dibawah angka ideal 1:1000 penduduk (saat ini 24:57.485 penduduk atau 1:2.395 penduduk)d. Fokus yang terpecah karena permasalahan di bidang KIA bukan hanya permasalahan ibu hamil, namun juga permasalahan pemberian ASI eksklusif, kunjungan neonatus, permasalahan persalinan ditolong oleh Nakes, serta permasalahan Posyandu aktife. Media edukasi tentang pelayanan ibu hamil dan melahirkan kepada masyarakat masih kurang komunikatif3. Opportunitya. Terdapatnya warga desa yang bersedia secara sukarela untuk menjadi kader kesehatan terutama kader Posyandub. Kader Posyandu merupakan warga asli Wangon sehingga mudah dalam membaur dan mengajak masyarakat sekitar untuk memeriksakan kehamilannyac. Terdapatnya beberapa Rumah sakit rujukan yang terjangkau oleh Puskesmas I Wangon 4. Threata. Penanganan pasien yang kurang efektif oleh rumah sakit rujukan yang ditunjukan oleh keterlambatan penegakan diagnosis pasien oleh rumah sakit rujukan terkaitb. Keadaan sosial ekonomi keluarga pasien yang rendah sehingga pasien terlihat ragu dalam setiap mengambil tindakan medis yang disarankan oleh Puskesmasc. Adanya konflik dalam rumah tangga menyebabkan keterlambatan pengambilan keputusan medis d. Masih terpengaruhnya oleh adanya budaya masyarakat yang mempercayai hal-hal magis dan menggunakan pengobatan alternatife. Kurangnya antusias masyarakat tentang kegiatan edukasi yang dilakukan saat petugas puskesmas turun ke masyarakat sehingga informasi yang disampaikan tidak tersebar sesuai targetf. Luas wilayah Kecamatan Wangon yang besar sehingga edukasi ke daerah pelosok sulit dijangkau. Sebaliknya, warga di daerah pelosok juga mengalami kesulitan dalam mendapatkan informasi karena kesulitan dalam mencapai sarana pelayanan kesehatang. Kurangnya kesadaran ibu hamil dan melahirkan terhadap kesehatan yang menyangkut dirinya terutama dalam kepatuhan meminum obat yang telah diberikan

BAB IVPEMBAHASAN

A. Pembahasan MasalahBerdasarkan hasil analisis SWOT, permasalahan kematian ibu di wilayah kerja Puskesmas I Wangon disebabkan oleh berbagai faktor. Faktor utama kasus kematian ibu di wilayah kerja Puskesmas I Wangon dimungkinkan karena masih kurang efektifnya deteksi dini dan kewaspadaan kemungkinan penyakit yang menyertai ibu hamil dan melahirkan oleh tenaga kesehatan yang berada di puskesmas, bidan desa dan rumah sakit rujukan. Kurang efektifnya deteksi dini tersebut menyebabkan keterlambatan diagnosis dan penangangan penyakit yang menyertai ibu hamil dan melahirkan. Selain peran dari tenaga kesehatan yang terkait, edukasi yang berkesinambungan juga sangat penting untuk membangun kesadaran masyarakat, terutama ibu, untuk mencegah terjadinya risiko penyakit khususnya setelah persalinan. Kesinambungan edukasi akan sangat sulit untuk direalisasikan apabila jumlah tenaga kesehatan yang mampu melakukan edukasi terbatas.Faktor lain yang menyebabkan terjadinya kematian ibu hamil dan melahirkan adalah kurangnya kesadaran para ibu hamil terhadap kesehatan dirinya sendiri terutama setelah menjalani proses persalinan dan kepercaayaan terhadap hal-hal magis. Para ibu hamil masih kurang memahami bahwa kemungkinan-kemungkinan penyakit yang menimpa ibu hamil pasca melahirkan masih tetap ada. Hal tersebut menandakan bahwa pengetahuan ibu hamil terhadap risiko penyakit pasca melahirkan masih kurang. Perhatian dan dukungan psikologis keluarga terhadap kondisi ibu pasca melahirkan juga masih rendah, hal tersebut semakin meningkatkan angka kejadian kematian ibu. Kepercayaan terhadap hal-hal magis menyebabkan keterlambatan deteksi dan penanganan penyakit. Edukasi yang berkesinambungan sangat diperlukan dalam membangun kesadaran masyarakat untuk mencegah angka kematian ibu, karena sebenarnya pengetahuan ibu, keluarga dan kepercayaan masyarakat kepada tenaga medis sangat bermanfaat baik bagi ibu, bayi, maupun keluarga. Berdasarkan hal tersebut pemerintah Indonesia berupaya seoptimal mungkin dalam menekan AKI. Pemerintah melalui Menteri Kesehatan memiliki lima strategi yaitu kegiatan akselerasi dan inovasi tahun 2011, upaya yang dilakukan Kementerian Kesehatan dalam menekan AKI diantaranya :1. Kerjasama dengan sektor terkait dan pemerintah daerah telah menindaklanjuti Inpres no. 1 Tahun 2010 Tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional dan Inpres No. 3 tahun 2010 Tentang Program Pembangunan Yang Berkeadilan melalui kegiatan sosialisasi, fasilitasi dan advokasi terkait percepatan pencapaian MDGs. Akhir tahun 2011, diharapkan propinsi dan kabupaten/kota telah selesai menyusun Rencana Aksi Daerah dalam percepatan pencapaian MDGs yaitu mengentaskan kemiskinan ekstrim dan kelaparan, mengurangi tingkat kematian anak, meningkatkan kesehatan ibu, memerangi HIV/AIDS dan penyakit menular lainnya.2. Pemberian Bantuan Operasional Kesehatan (BOK), mulai tahun 2011 setiap Puskesmas mendapat BOK, yang besarnya bervariasi dari Rp 75 juta sampai 250 juta per tahun. Dengan adanya BOK, pelayanan outreach di luar gedung terutama pelayanan KIA-KB dapat lebih mendekati masyarakat yang membutuhkan.3. Menetapkan Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM) berupa indikator komposit (status kesehatan, perilaku, lingkungan dan akses pelayanan kesehatan) yang digunakan untuk menetapkan kabupaten/kota yang mempunyai masalah kesehatan. Ada 130 kab/kota yang ditetapkan sebagai DBK yang tahun ini akan didampingi dan difasilitasi Kementerian Kesehatan.4. Penempatan tenaga strategis (dokter dan bidan) dan penyediaan fasilitas kesehatan di Daerah Terpencil, Perbatasan, Kepulauan (DTPK), termasuk dokter plus, mobile team.5. Akan diluncurkan 2 Peraturan Menteri Kesehatan terkait dengan standar pelayan KB berkualitas, sebagaimana diamanatkan UU no 52 tahun 2009 Tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga.

B. Alternatif Pemecahan MasalahAlternatif pemecahan masalah yang dapat dilakukan berdasarkan analisis SWOT yang telah dilakukan antara lain:1. Edukasi tentang kewaspadaan berbagai kemungkinan penyakit pasca melahirkan perlu ditingkatkan. Petugas pelayanan kesehatan perlu menggencarkan edukasi pengenalan gejala-gejala penyakit setalah melahirkan, misalnya dengan memanfaatkan event kunjungan ibu hamil pasca melahirkan, Posyandu, serta di waktu senggang lainnya.2. Menambah jumlah petugas KIA di Puskesmas maupun jumlah bidan di tiap desa sehingga kuantitas tenaga kesehatan yang ada mencukupi untuk melakukan edukasi serta monitoring terkait kondisi ibu pasca melahirkan secara berkesinambungan3. Mencari dan memodifikasi media edukasi tentang risiko penyakit pada ibu pasca melahirkan yang lebih interaktif dan komunikatif di mata masyarakat4. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang pentingnya pertolongan medis dalam upaya kesehatan. 5. Mengajak dan merangkul berbagai elemen masyarakat untuk ikut turut serta mendukung program post natal care baik serta meningkatkan dukungan sosial dalam rangka menekan angka kematian ibu di Kecamatan I Wangon.6. Mengupayakan pertemuan rutin antar institusi Puskesmas dengan pihak Rumah sakit rujukan agar terjalinnya kerajasama lintas sektoral yang baik.7. Memberikan evaluasi kepada Rumah sakit rujukan mengenai kejadian yang telah terjadi khususnya dalam hal keterlambatan penanganan sehingga tidak terjadi hal yang sama di kemudian hari.

BAB IVKESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan1. AKI masih menjadi permasahan di wilayah kerja Puskesmas I Wangon karena memiliki jumlah kematian ibu 1 orang sampai bulan April 2012.2. Faktor yang menjadi penyebab terjadinya kematian ibu adalah:a. Kurangnya tenaga kesehatan bidang KIA Puskesmas I Wangonb. Kurangnya rasio jumlah tenaga bidan dibandingkan jumlah penduduk Kecamatan I Wangon (saat ini 24:57.485 penduduk atau 1:2.395 penduduk dari rasio ideal 1:1.000 penduduk)c. Sosialisasi tentang pengenalan risiko-risio penyakit pasca melahirkan belum dilaksanakan secara berkesinambungan baik karena kurangnya antusias maupun luasnya wilayah kerja yang harus diampu.d. Keterlambatan diagnosis dan penanganan secara dini dari berbagai pihak baik dari dalam maupun dari rumah sakit rujukane. Masih adanya kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal magisf. Rendahnya status sosial ekonomi pasien serta kurangnya perhatian dan dukungan psikologis keluarga terhadap pasieng. Kurangnya kesadaran dan pengetahuan dari ibu pasca melahirkan, keluarga serta masyarakat terkait kemungkinan risiko penyakit pasca ibu melahirkan

B. SaranDemi tercapainya program KIA dalam menekan AKI maka terdapat beberapa alternatif pemecahan masalah yang dapat dilakukan, diantaranya:1. Edukasi tentang kewaspadaan berbagai kemungkinan penyakit pasca melahirkan perlu ditingkatkan. Petugas pelayanan kesehatan perlu menggencarkan edukasi pengenalan gejala-gejala penyakit setalah melahirkan, misalnya dengan memanfaatkan event kunjungan ibu hamil pasca melahirkan, Posyandu, serta di waktu senggang lainnya.2. Menambah jumlah petugas KIA di Puskesmas maupun jumlah bidan di tiap desa sehingga kuantitas tenaga kesehatan yang ada mencukupi untuk melakukan edukasi serta monitoring terkait kondisi ibu pasca melahirkan secara berkesinambungan3. Mencari dan memodifikasi media edukasi tentang risiko penyakit pada ibu pasca melahirkan yang lebih interaktif dan komunikatif di mata masyarakat4. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang pentingnya pertolongan medis dalam upaya kesehatan. 5. Mengajak dan merangkul berbagai elemen masyarakat untuk ikut turut serta mendukung program post natal care baik serta meningkatkan dukungan sosial dalam rangka menekan angka kematian ibu di Kecamatan Wangon.6. Meningkatkan kerjasama lintas sektoral khususnya terhadap Rumah sakit rujukan dengan mengadakan pertemuan antara pihak Puskesmas dan Rumah Sakit rujukan terkait.