bab i,ii,iii evapro mayang

Upload: mayanglarasati1

Post on 06-Jul-2015

512 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUAN

1.1

LATAR BELAKANG Dalam rangka mewujudkan tujuan pembangunan kesehatan yang berupa kemampuan

untuk hidup sehat bagi setiap penduduk pada khususnya, maupun

masyarakat pada

umumnya, baik kesehatan jasmani maupun kesehatan mental sosial, diperlukan pembinaan kesehatan masyarakat. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah dalam pembinaan kesehatan masyarakat, adalah dengan menyelenggarakan Pembinaan Usaha Kesehatan Sekolah. Pembinaan yang dimaksud dilakukan terhadap segala usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kesehatan anak usia sekolah/masyarakat sekolah atau semua masyarakat yang berada di lingkungan sekolah.1 Pembinaan Usaha Kesehatan Sekolah tersebut meliputi kegiatan-kegiatan pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan, pembinaan lingkungan kehidupan sekolah yang sehat dan program khusus pendidikan dan kesehatan/PKS, dokter kecil, dan sebagainya.1 Untuk dapat mengoptimalkan pembinaan usaha kegiatan sekolah, dilakukan upaya untuk menetapkan pelayanan minimal bidang kesehatan di kabupaten/kota. Dari standar pelayanan minimal tersebut salah satu program yang dilakukan adalah Program Penjaringan Kesehatan Anak Sekolah Dasar. Penjaringan kesehatan merupakan suatu prosedur pemeriksaan kesehatan yang dilakukan untuk memilih (screening) anak yang sehat dan tidak sehat serta dapat dimanfaatkan untuk pemetaan kesehatan peserta didik.2 Anak usia sekolah merupakan sasaran strategis untuk pelaksanaan program kesehatan, selain jumlahnya yang besar (30%) dari jumlah penduduk, mereka juga merupakan sasaran yang mudah dijangkau karena terorganisir dengan baik. Masalah kesehatan yang dialami peserta didik sangat kompleks dan bervariasi. Pada peserta didik Sekolah Dasar (SD) atau Madrasah Ibtidaiyah (MI) pada umumnya lebih banyak terkait dengan masalah perilaku hidup bersih dan sehat, sedangkan pada peserta didik sekolah lanjutan berkaitan dengan perilaku beresiko.3 Dari beberapa penelitian diketahui bahwa sebagian anak SD/MI masih mengalami masalah gizi yang cukup serius. Hasil pengukuran Tinggi Badan Anak Baru Masuk Sekolah 1

(TBABS) tahun 1998, menunjukkan bahwa 37,8% anak SD/MI menderita Kurang Energi Protein (KEP), Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), diderita oleh 11,1% anak SD/MI (2002), SKRT menunjukkan bahwa 47,2% anak usia sekolah menderita anemia gizi. Disamping, masalah gizi kurang di beberapa daerah perkotaan terjadi masalah gizi lebih atau kegemukan pada anak SD/MI.3 Prevalensi kecacingan pada anak SD (Depkes, 2000) sebesar 60-80%, karies dan penyakit periodontal pada anak SD 74,4% (SKRT, 2001). Survey kesehatan indra penglihatan dan pendengaran pada anak usia sekolah yang dilakukan oleh Depkes pada tahun 1997 ditemukan kelainan refraksi sebesar 5%.3 Berdasarkan kondisi permasalahan tersebut, perlu pemeriksaan penjaringan kesehatan siswa Sekolah Dasar dan setingkat ( kelas 1 ). Standarisasi pemeriksaan penjaringan kesehatan dilakukan sesuai dengan pedoman di wilayah kerja tertentu.3 Kegiatan-kegiatan Program Penjaringan Kesehatan Anak Sekolah Dasar Kelas 1 di Kecamatan Sukmajaya Kota Depok tahun 2010 yang telah diselenggarakan, perlu dilakukan evaluasi terhadap program tersebut. Evaluasi program yang dimaksud dilaksanakan untuk penyempurnaan dimasa yang akan datang. Evaluasi tersebut meliputi kegiatan-kegiatan pemerikasaan status gizi, pemeriksaan status hemoglobin, test kesegaran jasmani, pemeriksaan kesehatan antara lain meliputi : observasi, pengobatan, rujuk ke spesialis, rehabilitasi, normal dan pemeriksaan 10 penyakit, yaitu : penyakit gigi dan mulut, penyakit infeksi saluran pernafasan, penyakit sistem saraf dan anggota gerak, penyakit kulit dan kelamin, penyakit telinga, hidung dan tenggorokan, penyakit anemia gizi, penyakit mata, penyakit diare/gastritis, penyakit kardiovaskuler dan kecacingan. Dari kegiatan-kegiatan tersebut, Program Penjaringan Kesehatan Anak Sekolah Dasar di Kecamatan Sukmajaya Kota Depok dilakukan terhadap anak-anak sekolah dari tingkat Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menegah Pertama dan Sekolah Menengah Atas serta Madrasah, Tsanawiyah dan Aliyah. Sesuai dengan cakupan Penjaringan Kesehatan Anak Sekolah Dasar ditetapkan indikator kinerja dan target 100 %, maka evaluasi program akan dilakukan untuk rincian kegiatan yang terkait dengan data anak Sekolah Dasar kelas 1, baik negeri atau swasta. 1.2 MASALAH 2

Dalam melakukan evaluasi terhadap Program Penjaringan Kesehatan Anak Sekolah Dasar Kelas 1, dapat ditemukan permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan program tersebut, yaitu, Bagaimanakah pelaksanaan program penjaringan kesehatan anak sekolah kelas 1 yang telah dilakukan di Puskesmas Sukmajaya Kota Depok ? 1.3 TUJUAN Evaluasi Program Penjaringan Kesehatan Anak Sekolah Dasar Kelas 1 di Puskesmas Sukmajaya Kota Depok dilakukan dengan tujuan sebagai berikut : 1.3.1 TUJUAN UMUM Mengevaluasi pelaksanaan program penjaringan kesehatan anak sekolah yang dilakukan di Puskesmas Sukmajaya Kota Depok. 1.3.2 TUJUAN KHUSUSa.

b.

c.

Mengetahui pelaksanaan dan pencapaian program penjaringan kesehatan anak sekolah di Puskesmas Sukmajaya pada tahun 2010 sebagai dasar perencanaan program selanjutnya Mengetahui masalah dan faktor penyebab masalah dalam pelaksanaan program penjaringan kesehatan anak sekolah di Puskesmas Sukmajaya pada tahun 2010 Merumuskan saran-saran untuk menenetapkan pemecahan masalah dalam pelaksanaan program penjaringan kesehatan anak sekolah di Puskesmas Sukmajaya pada tahun 2010

1.4

MANFAAT

Hasil dari evaluasi Program Penjaringan Kesehatan Anak Sekolah Dasar Kelas 1 di Puskesmas Sukmajaya Kota Depok bermanfaat bagi peneliti, perguruan tinggi dan Puskesmas. Manfaat evaluasi dari program tersebut, antara lain sebagai berikut : 1.4.1 Manfaat bagi Peneliti Melatih mahasiswa/i melakukan evaluasi suatu program Puskesmas dan mampu menentukan prioritas terhadap penyelesaian permasalahan yang ditemukan dalam melakukan evaluasi program yang dimaksud. 3

1.4.2 Manfaat bagi Perguruan Tinggi a. Mengamalkan tridarma perguruan tinggi.b. Meningkatkan kerjasama dan saling berbagi pengetahuan antar mahasiswa dan

staf pengajar serta Puskesmas.c. Menjadi masukan bagi penelitian evaluasi program Puskesmas selanjutnya.

1.4.3 Manfaat bagi Puskesmasa.

Memberikan informasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi

Program Penjaringan Kesehatan Anak Sekolah Dasar Kelas 1 dan saran dalam pemecahan serta penyelesaian permasalahan.b.

Sebagai bahan kajian bagi penentu kebijakan dalam pelaksanan Program

Penjaringan Kesehatan Anak Sekolah Dasar Kelas 1 di Puskesmas Sukmajaya Kota Depok, dalam upaya peningkatan kinerja dan kualitas pekerjaan. 1.4.4 Manfaat bagi sekolaha.

Memberikan informasi mengenai tingkat kesehatan para siswa di masing-

masing Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah secara dini sehingga dapat dilakukan tindakan secepatnya untuk mencegah keadaan yang lebih buruk.b.

Memberikan informasi dalam menilai perkembangan kesehatan anak untuk dijadikan pertimbangan dalam menyusun

sekolah

perencanaan/pemantauan program UKS.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA2.1 PROGRAM PENJARINGAN KESEHATAN ANAK SEKOLAH 2.1.1 Definisi 4

Menurut

Peraturan

Menteri

Kesehatan

Republik

Indonesia

Nomor

741/MENKES/PER/VII/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota, disebutkan bahwa Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan selanjutnya disebut SPM Kesehatan adalah tolok ukur kinerja pelayanan kesehatan yang diselenggarakan Daerah Kabupaten/Kota.4 Penjaringan Kesehatan Anak Sekolah merupakan salah satu program standar minimal pelayanan kesehatan, yang dalam pelaksanaannya termasuk kedalam 11 indikator dasar pelayanan kesehatan ibu dan anak. Program ini telah disepakati untuk dilaksanakan sejak Pertemuan Nasional (PERNAS) program kesehatan anak yang dilaksanakan di bandung pada tanggal 17-19 Maret 2010. Menurut Pedoman Kerja Puskesmas tahun 1991, disebutkan bahwa Penjaringan kesehatan anak sekolah diuraikan sebagai berikut : 2.1.2 Sifat dan Bentuk Kegiatan Pelayanan Kesehatan di sekolah diutamakan pada upaya meningkatkan kesehatan ( upaya promotif ) dan upaya pencegahan penyakit ( upaya preventif ). Dalam rangka upaya preventif, antara lain dilaksanakan kegiatan penjaringan kesehatan ( screening kesehatan ) anak sekolah. Penjaringan kesehatan adalah sejumlah prosedur pemeriksaan kesehatan tetapi tidak membuat diagnosa, tujuannya memisahkan anak yang tidak sehat. Dalam hal ini pengertian tidak sehat, adalah lebih luas dari sakit, karena mencakup kondisi lain yang menyebabkan menurunnya produktivitas belajar anak yang bersangkutan.2 2.1.3 Sasaran Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 741/MENKES/PER/VII/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten / Kota, disebutkan bahwa sasaran penjaringan kesehatan anak sekolah adalah peserta didik atau murid kelas 1 Sekolah Dasar dan setingkat.4 Penjaringan kesehatan anak sekolah merupakan bagian dari pelayanan dasar kesehatan sebagai kegiatan wajib pemerintah daerah Kabupaten/Kota, dengan target kinerja 100%. Penjaringan dilakukan 1 tahun sekali pada awal tahun pelajaran terhadap murid kelas 1 Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah, baik negeri maupun swasta. Penjaringan Kesehatan Anak Sekolah Dasar termasuk dalam Usaha Kesehatan Sekolah 5

(UKS). Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), adalah upaya terpadu lintas program dan lintas sektor dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan serta membentuk perilaku hidup sehat anak usia sekolah yang berada di sekolah.1 Fokus dari kegiatan tersebut adalah untuk mengetahui secara dini status/kondisi kesehatan anak sekolah, antara lain status gizi anak, status Hemoglobin, kesegaran jasmani, kesehatan indra penglihatan dan pendengaran dan sebagainya, yang merupakan faktor penting bagi anak dalam proses pembelajaran.1 2.1.4 Pelaksanaan1 Dalam pelaksanaannya penjaringan kesehatan anak sekolah dilakukan dengan kegiatan, antara lain persiapan dan pelaksanaan. Persiapan dan pelaksanaan penjaringan kesehatan anak sekolah tersebut, adalah sebagai berikut : 2.1.4.1 Persiapan Dinas Kesehatan Dati II mengadakan pertemuan lintas sektoral dengan tim Pembina UKS Dati II membahas tentang penjaringan kesehatan anak sekolah untuk menghasilkan hal-hal sebagai berikut :

Pernyataan kesepakatan tentang penjaringan kesehatan anak sekolah Inventarisasi tenaga, sarana termasuk dana yang ada untuk kebutuhan Identifikasi masalah operasional dalam kegiatan penjaringan kesehatan

pelaksanaan penjaringan kesehatan anak sekolah anak sekolah dan mencari serta menentukan upaya pemecahannya untuk memperlancar pelaksanaan penjaringan kesehatan anak sekolah

Persiapan yang diperlukan untuk pelaksanaan penjaringan kesehatan anak

sekolah, termasuk menentukan Puskesmas pelaksana, jumlah sekolah per Puskesmas, persiapan administratif dan sebagainya. 2.1.4.2 Pimpinan Puskesmas mengadakan pertemuan1. Pimpinan Puskesmas mengadakan pertemuan dengan tim Pembina UKS maupun

unsur lain yang dipandang perlu untuk menghasilkan :

6

Penyatuan pengertian dan kesepakatan tentang penjaringan kesehatan anak inventarisasi data tentang jumlah sekolah, penyebaran sekolah, serta Rencana kerja penjaringan kesehatan, yang mencakup penetapan jumlah

sekolah. penyebaran jumlah peserta didik kelas I. dan lokasi sekolah sasaran penjaringan kesehatan, pada prinsipnya semua sekolah dalam wilayah kerja puskesmas harus dicakup, namun bila kondisi puskesmas tidak memungkinkan hal ini maka perlu ditentukan jumlah sekolah sasaran dan perlu diperhitungkan kemampuan Puskesmas menjangkau sekolah tersebut.

Jadwal kerja, mencakup kegiatan persiapan dan pelaksanaan penjaringan

kesehatan menurut sekolah sasaran.2. Pimpinan puskesmas mengadakan pertemuan dengan sekolah yang besangkutan

(Kepala Sekolah, guru Pembina UKS, wakil POMG) dengan tujuan :

Adanya penyatuan pengertian dan kesepakatan tentang penjaringan Adanya kesepakatan bersama tentang rencana pelaksanaan penjaringan Adanya kejelasan tentang prosedur penjaringan kesehatan serta tugas

kesehatan anak sekolah. kesehatan anak di masing-masing sekolah. masing-masing anggota tim, dan apabila diperlukan dapat diselenggarakan pelatihan keterampilan.

2.1.4.3 Pelaksanaan Penjaringan Kesehatan Anak Sekolah Dalam pelaksanaan penjaringan kesehatan anak sekolah dibentuk tim Penjaringan Kesehatan Anak Sekolah. Tim yang dimaksud minimal terdiri atas :

Satu Dokter Tiga tenaga paramedik : (1) perawat umum, (2) tenaga laborat, (3) tenaga Dua guru : (1) guru kelas/wali kelas, (2) Pembina UKS (guru bidang studi 7

paramedik lain, misalnya perawat gigi olah raga kesehatan)

Dalam pelaksanaan penjaringan kesehatan anak sekolah prosedur yang dilakukan adalah secara bertahap, yaitu : Pada tahap awal penjaringan kesehatan akan dilakukan disekolah oleh guru,

meliputi pengenalan gejala sederhana, baik melalui pengamatan dengan cara wawancara dengan peserta didik dan atau orang tua murid yang bersangkutan. Pada tahap kedua penjaringan kesehatan dilakukan oleh tenaga medis dengan

prosedur pemeriksaan fisik yang sederhana maupun dengan cara pengamatan. Pada tahap ketiga, penjaringan kesehatan dilakukan oleh dokter, dan akan jelas

memisahkan kasus yang telah dideteksi pada tahap pertama dan kedua, kemudian menetapkan tindak lanjut pengamatan kasus tersebut. Tahap keempat adalah tes kesegaran jasmani, dilakukan oleh guru yang sudah

terlatih. Disamping itu dalam pelaksanaan penjaringan kesehatan anak sekolah dilakukan pula pencatatan terhadap hasil pelaksanaan penjaringan. Dengan demikian hasil yang dicatat dalam penjaringan, antara lain :

Mencatat parameter yang sifatnya memberi petunjuk tentang kelainan yang mempunyai indikasi, seperti : prevalensi tinggi, kelainan yang langsung mengganggu proses belajar, serta kelainan fisik, mental, dan sosial serta kematian. Selain itu perlu diperhatikan kelainan atau penyakit yang menjadi kekhususan di suatu daerah.

Dengan telah ditetapkan paket pelayanan kesehatan minimal sebagai standar dasar pelayanan kesehatan dari UKS, maka untuk penjaringan kesehatan ditentukan jenis data minimal, sehingga perlu dicatat sebagai dasar untuk menetapkan kondisi anak didik serta tindak lanjutnya.

Masing-masing anggota tim penjaringan kesehatan mencatat data sebagai berikut:-

Guru kelas/ Wali kelas mencatat data : keadaan umum, penglihatan, pendengaran, penampilan. Paramedik mencatat data : keadaan umum, mata, telinga, mulut, kardiovaskuler, laborat Dokter, mencatat data : hasil pemeriksaan yang didapat Guru Orkes, melaksanakan pencatatan data tes kesegaran jasmani 8

-

-

2.1.4.4 Pengolahan data dan Laporan Pengolahan data dalam pelaksanaan penjaringan kesehatan anak sekolah dilakukan bertahap, yaitu : Puskesmas mengumpulkan dan mengolah data dari semua sekolah dengan

penjaringan kesehatan, untuk mendapat gambaran tentang kondisi kesehatan anak yang baru masuk sekolah. Data yang diolah tersebut diteruskan ke Dinas Kesehatan Dati II. Pada Dinas

kesehatan dati II dilakukan kompilasi dan menganalisa data dari puskesmas untuk mendapatkan gambaran tentang kondisi kesehatan anak baru masuk sekolah per propinsi. Dinas Kesehatan Dati II meneruskan informasi tentang penjaringan kesehatan

tersebut kepada Ditjen Pembinaan Kesehatan Masyarakat Kementrian Kesehatan, cq direktorat Bina Kesehatan Keluarga melalui Kantor Wilayah Kementrian Kesehatan. Data yang dilapaporkan oleh Puskesmas kepada Dinas Kesehatan Dati II adalah Data umum Data umum berkaitan dengan jumlah sekolah tingkat dasar dan tingkat lanjutan (termasuk madrasah) dan jumlah peserta didik kelas I dalam wilayah kerja Puskesmas. Jumlah sekolah yang menjadi sasaran penjaringan kesehatan dan jumlah peserta didik yang menjalani penjaringan kesehatan, terbagi menurut jenis kelamin dan rentang umur serta umur rata-rata. Data Khusus Data khusus berkaitan dengan jumlah peserta didik menurut jenis kelamin dengan kondisi gizi kurang, gizi baik dan gizi lebih. Untuk menentukan kelompok gizi peserta didik dipakai model standar berat badan terhadap tinggi badan menurut jenis kelamin kurva, sesuai petunjuk pada kegiatan pokok perbaikan gizi. Jumlah peserta didik menurut jenis kelamin, dikelompokan dengan klasifikasi normal, perlu observasi, perlu pengobatan, perlu pelayanan spesialistik, perlu rehabilitasi, dengan menjelaskan jenis tindak lanjut yang diperlukan : tindak lanjut medik, psikologik, atau medik dan psikologik. 9

Untuk peserta didik wanita di sekolah tingkat lanjutan rentang umur mendapat haid. Dalam hal ini yang dimaksud dengan perlu pengobatan, adalah peserta didik dengan masalah kesehatan / kelainan yang sepenuhnya dapat diselesaikan dengan pengobatan dasar di puskesmas dan selanjutnya perlu rujukan medik, atau sepenuhnya memerlukan rujukan medik, sedangkan yang diartikan dengan perlu rehabilitasi medik, adalah peserta didik dengan kecacatan menetap yang belum direhabilitasi. Klasifikasi tersebut diatas dilaksanakan atas dasar kelainan terberat. Data penyakit / kelainan menurut urutan prevalensi. Data penyakit tersebut didasarkan pada hasil pemeriksaan oleh dokter. Data kesegaran jasmani berupa jumlah peserta didik menurut jenis kelamin dan kelompok umur, dengan klasifikasi : tidak boleh mengikuti tes kesegaran jasmani dan yang mengikuti tes kesegaran jasmani serta berdasarkan hasil tes dikategorikan menjadi sangat baik, baik, sedang, buruk dan sangat buruk. Informasi tentang pelaksaan operasional, meliputi hal-hal : - Laporan singkat tentang pelaksaan penjaringan kesehatan, termasuk waktu yang

diperlukan, beban kerja perhari, tenaga yang diikutsertakan, dan sebagainya. - Hambatan yang ditemui dengan pelaksanaan penjaringan kesehatan anak sekolah, dan upaya jalan keluar yang telah diambil.- Pelaksanaan tindak lanjut terhadap hasil penjaringan kesehatan anak sekolah,

antara lain mencakup :

Hal yang dapat diselesaikan oleh Puskesmas dan

keperluan rujukan kesehatan untuk meningkatkan fungsi Puskesmas dalam menagani tindak lanjut penjaringan kesehatan.- Kesimpulan dan saran dari hasil pelaksanaan operasional penjaringan.

2.2

SISTEM5 Pengertian sistem Terdapat beberapa macam pengertian dari sistem yang dikemukakan, antara lain:

2.2.1

10

1. Sistem adalah gabungan dari elemen-elemen yang saling dihubungkan oleh suatu proses atau struktur dan berfungsi sebagai satu kesatuan organisasi dalam upaya menghasilkan sesuatu yang telah ditetapkan. (Ryans). 2. Sistem adalah suatu struktur konseptual yang terdiri dari fungsi-fungsi yang saling berhubungan yang bekerja sebagai satu unit organik untuk mencapai keluaran yang diinginkan secara efektif dan efisien. (John McManama). 3. Sistem adalah kumpulan dari bagian-bagian yang berhubungan dan membentuk satu kesatuan yang majemuk, dimana masing-masing bagian bekerja sama secara bebas dan terkait untuk mencapai sasaran kesatuan dalam suatu situasi yang majemuk pula. 4. Sistem adalah suatu kesatuan yang utuh dan terpadu dari berbagai elemen yang berhubungan serta saling memepengaruhi yang dengan sadar dipersiapkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sesuatu disebut sebagai sistem apabila ia memiliki beberapa ciri pokok sistem. Ciri-ciri pokok yang dinaksud banyak macamnya, jika disederhanakan dapat dibedakan atas empat macam, yaitu: 1. Dalam sistem terdapat bagian atau elemen yang satu sama lain saling berhubungan dan mempengaruhi yang kesemuanya membentuk satu kesatuan, dalam arti semuanya berfungsi untuk mencapai tujuan yang sama yang telah ditetapkan. 2. Fungsi yang diperankan oleh masing-masing bagian atau elemen yang membentuk satu kesatuan tersebut adalah dalam rangka mengubah masukan menjadi keluaran yang direncanakan. 3. Dalam melaksanakan fungsi tersebut, semuanya bekerja sama secara bebas namun terkait, dalam arti terdapat mekanisme pengendalian yang mengarahkannya agar tetap berfungsi sebagaimana yang telah direncanakan. 4. Sekalipun sistem merupakan satu kesatuan yang terpadu, bukan berarti ia tertutup terhadap lingkungan. 2.2.2 Unsur Sistem 11

Sistem terbentuk dari bagian atau elemen yang saling berhubungan dan mempengaruhi. Adapun yang dimaksud dengan bagian atau elemen tersebut adalah sesuatu yang mutlak harus ditemukan, yang jika tidak demikian, maka tidak ada yang disebut dengan sistem tersebut. Bagian atau elemen tersebut banyak macamnya yang jika disederhanakan dapat dikelompokan ke dalam enam unsur, yaitu:1. Masukan (input)

Masukan adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan yang diperlukan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut.2. Proses (process)

Proses adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan yang berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang direncanakan.3. Keluaran (output)

Keluaran

adalah kumpulan

bagian atau elemen

yang dihasilkan

dari

berlangsungnya proses dalam sistem.4. Umpan balik (feed back)

Umpan balik adalah kumpulan bagian atau elemen yang merupakan keluaran dari sistem dan sekaligus sebagai masukan bagi sistem tersebut.5. Dampak (impact)

Dampak adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran suatu sistem.6. Lingkungan (environment)

Lingkungan adalah dunia diluar sistem yang tidak dikelola olah sistem tetapi mempunyai pengaruh besar terhadap sistem. Gambar 1. Analisis Sistem

Lingkunga n Masukan Proses Keluaran Dampa k

12

Umpan balikSumber : Administrasi Kesehatan, Azrul azwar

2.2.3

Pendekatan Sistem Dibentuknya suatu sistem pada dasarnya untuk mencapai suatu tujuan tertentu

yang telah ditetapkan. Untuk terbentuknya sistem tersebut perlu dirangkai berbagai unsur atau elemen sedemikian rupa sehingga secara keseluruhan membentuk suatu kesatuan dan secara bersama-sama berfungsi untuk mencapai tujuan kesatuan. Apabila prinsip pokok atau cara kerja sistem ini diterapkan pada waktu menyelenggarakan pekerjaan administrasi, maka prinsip pokok atau cara kerja ini dikenal dengan nama pendekatan sistem (system approach). Pada sistem ini batasan tentang pendekatan sistem banyak macamnya, beberapa yang terpenting adalah : 1. Pendekatan sistem adalah penerapan suatu prosedur yang

logis dan rasional dalam merancang suatu rangkaian komponen-komponen yang berhubungan sehingga dapat berfungsi sebagai satu kesatuan mencapai tujuan yang telah ditetapkan (L.James Harvey). 2. Pendekatan sistem adalah suatu strategi yang menggunakan metode analisis, desain dan manajemen untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien. 3. Pendekatan sistem adalah penerapan dari cara berpikir yang sistematis dan logis dalam membahas dan mencari pemecahan dari suatu masalah atau keadaan yang dihadapi. 2.2.4 Evaluasi program Menurut The American Public Association definisi evaluasi adalah suatu proses untuk menentukan nilai atau jumlah keberhasilan dari pelaksanaan suatu program dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, sedangkan menurut The International Clearing House on Adolescent Fertility Control For Population Options, evaluasi adalah suatu 13

yang teratur dan sistematis dalam membandingkan hasil yang dicapai dengan tolok ukur dan kriteria yang telah ditetapkan, dilanjutkan dengan pengambilan kesimpulan serta penyusunan saran-saran, yang dapat dilakukan pada setiap tahap dari pelaksanaan program. Menurut Riecken, evaluasi adalah pengukuran terhadap akibat yang ditimbulkan dari dilaksanakannya program dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Evaluasi dapat dilakukan pada setiap tahap program tergantung tujuannya, yakni: 1. Evaluasi formatif (dilakukan pada tahap perencanaan program) Tujuannya adalah meyakinkan bahwa rencana yang akan disusun benar-benar telah sesuai dengan masalah yang ditemukan sehingga nantinya dapat menyelesaikan masalah tersebut. 2. Evaluasi promotif (pada tahap pelaksanaan program) Tujuannya untuk mengukur apakah program yang sedang dilaksanakan tersebut telah sesuai dengan rencana atau tidak dan apakah terjadi penyimpangan yang dapat merugikan tujuan program. 3. Evaluasi sumatif (dilakukan pada tahap akhir program) Tujuannya untuk mengukur keluaran atau dampak bila memungkinkan. Jenis evaluasi ini yang dilakukan dalam makalah ini Ruang lingkup evaluasi program secara sederhana dibedakan menjadi 4 kelompok, yakni evaluasi terhadap masukan, proses, keluaran dan dampak secara umum. Evaluasi bertujuan untuk menilai keberhasilan program serta meningkatkan keberhasilan program di masa yang akan datang Langkah-langkah yang ditempuh dalam melakukan evaluasi terhadap suatu program meliputi : 1. Penetapan indikator dari unsur keluaran 2. Penetapan tolok ukur dari tiap indikator keluaran 3. Membandingan pencapaian masing-masing indikator keluaran program dengan tolok ukurnya 4. Penetapan prioritas masalah 14

5. Pembuatan kerangka konsep dari masalah yang diprioritaskan 6. Identifikasi penyebab masalah 7. Pembuatan alternatif pemecahan masalah 8. Penentuan prioritas cara pemecahan masalah yang dirangkum dalam kesimpulan dan saran

BAB III BAHAN DAN METODE EVALUASI3.1 Bahan Evaluasi Pengumpulan data dilakukan dengan cara: Data Primer

Wawancara dengan koordinator Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) Puskesmas Sukmajaya Kota Depok Wawancara dengan koordinator kesehatan anak Dinas Kesehatan Kota Depok Laporan tahunan Program Penjaringan Kesehatan Anak Sekolah di Puskesmas Sukmajaya Kota Depok tahun 2010.

Data Sekunder

3.2. Indikator dan Tolok Ukur Keberhasilan 3.2.1. Penetapan Indikator dan Tolok Ukur Penilaian 15

Evaluasi dilakukan pada program Penjaringan Kesehatan Anak Sekolah di Puskesmas Sukmajaya tahun 2010. Sumber rujukan untuk tolok ukur evaluasi diperoleh dari: Profil Kesehatan Puskesmas Sukmajaya Tahun 2009 Wawancara dengan koordinator Penjaringan kesehatan Anak Sekolah Puskesmas

Sukmajaya Wawancara dengan koordinator kesehatan anak Dinas Kesehatan Kota Depok Permenkes no 741 tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang

kesehatan target tahun 2010. Petunjuk tenis penjaringan kesehatan anak sekolah tahun 2008 Pedoman Kerja Puskesmas

3.2.2.Penetapan Masalah Masalah adalah kesenjangan antara apa yang telah ditemukan (observed) dengan apa yang diharapkan atau semestinya terjadi (expected). Tolak ukur merupakan harapan sedangkan keluaran program dan keadaan yang sebenarnya merupakan pencapaian di lapangan. Masalah terjadi apabila pencapaian indikator keluaran memperlihatkan hasil yang lebih buruk atau lebih rendah dari tolak ukur yang ingin dicapai. Masalah dapat lebih dari satu tergantung banyaknya indikator yang dipakai untuk mengukur keluaran program. 3.2.3.Penentuan Prioritas masalah Penetapan prioritas masalah dilakukan apabila terdapat lebih dari satu masalah pada suatu evaluasi program. Hal ini bertujuan agar masalah yang paling besar dan mudah diintervensi merupakan masalah yang pertama kali dan terutama dicari alternatif pemecahannnya. Dalam menentuka prioritas masalah dibuat sistem skor menggunakan tekhnik kriteria matriks sebagai berikut : Priority = Importancy x Technical Feasibility x Resources AvaibilityP=IxTxR

16

Keterangan :(1)

Pentingnya Masalah (Importancy)

Makin penting suatu masalah, maka makin diprioritaskan masalah tersebut untuk diselesaikan. Untuk dapat menentukan seberapa penting suatu masalah, dapat digunakan patokan-patokan sebagai berikut : - Besarnya masalah (prevalence) - Akibat yang ditimbulkan oleh masalah (severity) - Kenaikan besarnya masalah (rate of increase) - Derajat keingintahuan masyarakat yang tidak Terpenuhi (degree of unmeet need) - Keuntungan sosial karena terselesainya Masalah (social benefit) - Rasa Prihatin masyarakat terhadap masalah (public concern) - Suasana Politik (Political climate)(2)

:P :S : RI : DU : SB

: PB : PC

Kelayakan Teknologi (Technical feability) Pemilihan prioritas masalah harus mempertimbangkan penguasaan ilmu

dan ketersediaan teknologi yang sekiranya dapat membantu menyelesaikan masalah. Masalah yang memiliki teknologi layak dan mampu membantu menyelesaikan masalah tersebut akan menjadi prioritas utama. Makin layak teknologi yang tersedia dan dapat dipakai untuk mengatasi masalah, makin diprioritaskan masalah tersebut.(3)

Sumber daya yang tersedia (Resources avaibility) Pemilihan prioritas masalah juga harus mempertimbangkan ketersediaan kemampuan sumber daya yang dimiliki untuk dapat membantu

dan

menyelesaikan masalah. Sumber daya tersebut mencakup tenaga (man), dana (money), dan sarana (material). Makin tersedia sumber daya yang dapat menyelesaikan masalah, makin diprioritaskan masalah tersebut. 17

Semua masalah tersebut kemudian dimasukkan ke dalam tabel pemilihan prioritas masalah dengan teknik kriteria matriks. Untuk setiap kriteria diberikan nilai dalam rentang 1 (tidak penting) hingga 5 (sangat penting). Masalah yang menjadi prioritas utama ialah masalah dengan nilai tertinggi. 3.2.4.Menyusun Kerangka Konsep Kerangka konsep berguna untuk menentukan penyebab masalah yang telah diprioritaskan. Tujuannya adalah untuk menentukan faktor-faktor penyebab masalah yang berasal dari komponen sistem yang lain, yaitu komponen input, proses, lingkungan dan umpan balik. Dengan menggunakan kerangka konsep diharapkan semua faktor penyebab masalah dapat diketahui dan diidentifikasi sehingga tidak ada yang tertinggal.

3.2.5.Identifikasi Faktor Penyebab Masalah Langkah-langkah untuk mengidentifikasi penyebab masalah : a. Mengelompokkan faktor-faktor yang diperkirakan berpengaruh terhadap masalah prioritas ke dalam kelompok input, proses, output, umpan balik dan lingkungan. b. c. Menentukan tolok ukur dari faktor-faktor tersebut. Membandingkan kesenjangan antara tolok ukur dan pencapaian dari tiap

faktor yang mempengaruhi. 3.2.6.Mengkonfirmasi Penyebab Masalah Tahapan setelah melakukan identifikasi penyebab masalah adalah mengkonfirmasi penyebab masalah baik secara langsung dengan melakukan wawancara pada petugas pelaksana program, kepala Puskesmas maupun observasi, sedangkan konfirmasi tidak langsung dilakukan dengan menelaah data sekunder hasil pencapaian program. 3.2.7.Daftar Penyebab Masalah Setelah dilakukan konfirmasi akan ditentukan beberapa penyebab masalah kemudian dibuat daftar penyebab masalah. 18

3.2.8.Menetapkan Prioritas Penyebab Masalah Dari daftar penyebab masalah yang telah dibuat, dilakukan penetapan prioritas penyebab masalah dengan kriteria matriks P = CxTxR (Contribution, Technical Feasibility, Resource). Nilai tertinggi ditetapkan sebagai prioritas yang akan dicari alternatif pemecahannya. 3.2.9.Membuat Alternatif Pemecahan Masalah Setelah menetapkan prioritas masalah, tahapan selanjutnya adalah membuat alternatif pemecahan masalah untuk mengatasi penyebab-penyebab masalah tersebut. Alternatif pemecahan masalah ini dibuat dengan memperhatikan kemampuan, situasi dan kondisi puskesmas. 3.2.10.Membuat Prioritas Pemecahan Masalah Tahapan selanjutnya adalah membuat prioritas pemecahan masalah dengan kriteria matriks. Terdapat 2 kriteria yang biasa digunakan : a. Efektivitas Jalan Keluar Prioritas jalan keluar adalah yang nilai efektivitasnya paling tinggi. Untuk setiap masalah diberi angka 1 (paling tidak efektif) sampai 5 (paling efektif). Kriteria tambahan yang digunakan adalah besarnya masalah yang dapat diselesaikan (magnitude,M), semakin besar masalah yang dapat diatasi, semakin tinggi prioritas jalan keluar tersebut. Pentingnya jalan keluar (importancy, I), makin baik dan sejalan terselesaikan suatu masalah, makin penting jalan keluar tersebut. Sensitivitas jalan keluar (vulnerability, V), sensitivitas dikaitkan dengan kecepatan jalan keluar mengatasi masalah, makin cepat masalah teratasi, makin sensitif jalan keluar tersebut. b. Efisiensi Jalan Keluar Nilainya dikaitkan dengan biaya (cost, C) untuk melaksanakan jalan keluar. Diberikan nilai 1 (biaya paling sedikit) sampai 5 (biaya paling besar). Makin besar biaya yang diperlukan maka makin tidak efisien jalan keluar tersebut.

19

Selanjutnya dilakukan penghitungan nilai prioritas (P) untuk setiap masalah, dengan membagi hasil perkalian nilai M x I x V dengan C (Rumus Pahocendes). Masalah dengan nilai P tertinggi adalah menjadi prioritas. 3.3 Metode Evaluasi Cara Penilaian dan Evaluasi dilakukan dengan menggunakan metode pendekatan sistem 1. Penetapan Indikator dan Tolok Ukur Penilaian Evaluasi dilakukan pada program Penjaringan kesehatan anak sekolah di Puskesmas Sukmajaya Kota Depok tahun 2010. Sumber rujukan untuk tolok ukur evaluasi diperoleh dari: Profil Kesehatan Puskesmas Sukmajaya Tahun 2009 Wawancara dengan koordinator penjaringan kesehatan anak sekolah Puskesmas

Sukmajaya Wawancara dengan koordinator kesehatan anak Dinas Kesehatan Kota Depok Permenkes no 741 tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang

kesehatan target tahun 2010. Petunjuk tenis penjaringan kesehatan anak sekolah tahun 2008 Pedoman Kerja Puskesmas Metode Evaluasi yang digunakan yaitu antara lain: Menetapkan indikator dan tolok ukur dari masukan, proses, keluaran, dampak, umpan balik, dan lingkungan berdasarkan nilai standar dari buku Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Membandingkan keluaran dengan tolok ukur untuk mencari adanya kesenjangan yang kemudian ditetapkan sebagai masalah. Menetapkan prioritas masalah dengan cara kriteria matriks. Pada tehnik ini terdapat variabel Importancy/I yang terdiri dari : besarnya masalah/P (Prevalence), akibat yang ditimbulkan masalah/S (Severity), kenaikan besarnya masalah/RI (Rate of increase), derajat keinginan masyarakat yang tidak terpenuhi/DU (Degree of ummet need), keuntungan sosial yang akan diperoleh apabila masalah itu diatasi/SB (social benefit), keprihatinan masyarakat/PB (Public Concern), dan suasana 20

politik/PC (Political climate). Selain itu juga digunakan criteria kelayakan teknologi dan dana untuk mengatasi masalah/T (Technical Feasibility). Makin layak teknologi yang tersedia dan yang dapat dipakai untuk mengatasi masalah, makin diprioritaskan masalah tersebut. Begitu juga dengan sumber daya yang dapat dipakai untuk mengatasi masalah/R (Resources Availability). Setiap variable diberi nilai antara 1 (tidak penting) sampai dengan 5 (sangat penting). Masalah yang dipilih sebagai prioritas adalah yang memiliki nilai I x T x R tertinggi. Membuat kerangka konsep dari permasalahan yang diprioritaskan. Estimasi penyebab masalah. Membandingkan masukan, proses, dampak, umpan balik, dan lingkungan dengan tolak ukur untuk mencari adanya kesenjangan yang kemudian ditetapkan sebagai penyebab masalah. Menetapkan prioritas penyebab masalah.

Dari estimasi penyebab masalah dilakukan penetapan prioritas masalah dengan kriteria matriks C x T x R. Komponen yang dinilai dalam penetapan prioritas meliputi kontribusi dalam terjadinya masalah (contribution, C), kelayakan teknologi (Technical Feasibility, T), dan Ketersediaan Sumber Daya (Resources Avaibility, R). Komponen C terdiri dari C diperoleh melalui rumus C = P + S + RI + DU + SB+ PC + PC. Masing-masing komponen diberi nilai antara 1 (paling tidak penting) hingga 5 (paling penting). Setelah penyusunan daftar penyebab masalah, langkah berikutnya ialah memilih prioritas penyebab masalah. Hal ini berkaitan dengan rencana berikutnya, yaitu menetapkan alternatif rencana penyelesaian masalah. Rencana tersebut dibuat untuk menyelesaikan penyebab masalah, sehingga otomatis masalah tersebut akan dapat diatasi atau dikurangi.

Membuat alternatif penyelesaian masalah.

Menentukan prioritas penyelesaian masalah dengan M x I x V / C. Dari berbagai alternatif cara pemecahan masalah yang telah dibuat, maka dipilih satu cara pemecahan masalah yang dianggap paling baik dan memungkinkan. Pemilihan/penentuan 21

prioritas cara pemecahan masalah ini dengan memakai tehnik kriteria matriks. Dua kriteria yang lazim digunakan adalah: a. Efektivitas jalan keluar Menetapkan nilai efektivitas (efectivity) untuk setiap alternative jalan keluar, yakni dengan memberikan angka 1 (paling tidak efektif) sampai dengan angka 5 (paling efektif). Prioritas jalan keluar adalah yang nilai efektifitasnya paling tinggi. Untuk menentukan efektivitas jalan keluar, dipergunakan kriteria tambahan sebagai berikut: Besarnya masalah yang dapat diselesaikan (magnitude)

Makin besar masalah yang dapat siatasi, makin tinggi prioritas jalan keluar tersebut. Pentingnya jalan keluar (importancy)

Pentingnya jalan keluar dikaitkan dengan kelanggengan masalah. Makin langgeng selesainya masalah, makin penting jalan keluar tersebut. Sensitivitas jalan keluar (veneberality)

Sensitivitas dikaitkan dengan kecepatan jalan keluar mengatasi masalah. Makin cepat masalah teratasi, makin sensitif jalan keluar tersebut. b. Efisiensi jalan keluar (C) Tetapkanlah nilai jalan keluar (efficiency) untuk setiap alternatif jalan keluar. Nilai efisiensi ini biasanya dikaitkan dengan biaya (cost) yang diperlukan untuk melaksanakan jalan keluar. Makin besar biaya yang diperlukan, makin tidak efisien jalan keluar tersebut. Berikan angka 1 (biaya paling sedikit) sampai dengan 5 (biaya paling besar). Nilai prioritas (P) dihitung untuk setiap alternatif jalan keluar, dengan membagi hasil perkalian nilai MxIxV dengan C, jalan keluar dengan nilai P tertinggi adalah prioritas jalan keluar terpilih. Memberi saran-saran untuk pemecahan masalah. 3.4 Cara Evaluasi 3.4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan cara: Data Primer : 22

Wawancara dengan koordinator UKS Puskesmas Sukmajaya Kota Depok. Wawancara dengan koordinator kesehatan anak Dinas Kesehatan Kota Depok Laporan tahunan Program Penjaringan Kesehatan Anak Sekolah di Puskesmas Sukmajaya Kota Depok tahun 2010.

Data Sekunder :

3.4.2 Pengolahan Data Data diolah dengan menyusun data sedemikian rupa sehingga jelas sifat-sifat yang dimilikinya. Cara pengolahan data dapat secara manual, mekanikal dan elektrikal.

3.4.3 Penyajian Data Data yang telah diolah disajikan secara tekstural, tabular ataupun secara grafikal. 3.5 Tahapan Kerja 3.5.1 Persiapan dan Perencanaan Persiapan yang dilakukan adalah membuat proposal rencana evaluasi program penjaringan kesehatan anak sekolah, kemudian dikonsultasikan kepada pembimbing dan diserahkan kepada pembimbing bila telah disetujui. Berkoordinasi dengan pihak Puskesmas untuk mendapatkan data baik primer maupun sekunder. 3.5.2 Pelaksanaan Pelaksanaan dilakukan pada waktu dan tempat yang telah disepakati dengan mengkonsultasikannya kepada pembimbing secara intensif guna mendapatkan hasil evaluasi yang diharapkan. Data-data yang didapatkan akurat dan sumber-sumber yang terpercaya kemudian dilakukan evaluasi dengan membandingkan pencapaian indikator keluaran dengan tolak ukur keluaran. 3.5.3 Pelaporan Pelaporan hasil evaluasi secara tertulis setelah memperoleh persetujuan pembimbing.

23

3.6

Waktu Evaluasi Waktu evaluasi program pada periode 17 Januari 2011 26 Februari 2011 dalam

rangka membantu evaluasi pelaksanaan subprogram pada laporan tahunan Puskesmas. 3.7 Tempat Evaluasi Puskesmas Sukmajaya Depok

3.8

Pelaksana Evaluasi Pelaksana evaluasi program adalah Mayang Larasati, S.Ked yang sedang

melaksanakan kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat dibantu oleh dr. Ferdiana Yunita dan juga Kepala Puskesmas serta staf Puskesmas dalam pengumpulan data.

24