evapro finish

52
LAPORAN KASUS STASE 6 PROGRAM POKOK PUSKESMAS PENINGKATAN PROGRAM “KIA” DI PUSKESMAS JATILAWANG Disusun Oleh: Ferra Nurul Hidayani G1A211035 Novie Nuridasari G1A211044 Pembimbing: dr. Suripto KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS-

Upload: cha-anriz

Post on 08-Aug-2015

248 views

Category:

Documents


19 download

TRANSCRIPT

Page 1: Evapro Finish

LAPORAN KASUS STASE 6 PROGRAM POKOK PUSKESMASPENINGKATAN PROGRAM “KIA”

DI PUSKESMAS JATILAWANG

Disusun Oleh:

Ferra Nurul Hidayani G1A211035

Novie Nuridasari G1A211044

Pembimbing:

dr. Suripto

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS-ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

PURWOKERTO

2011

Page 2: Evapro Finish

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KASUS STASE 6 PROGRAM POKOK PUSKESMASPERMASALAHAN PADA PROGRAM “KIA”

DI PUSKESMAS JATILAWANG

Disusun Oleh:

Ferra Nurul Hidayani G1A211035

Novie Nuridasari G1A211044

Disusun untuk memenuhi syarat mengikuti program pendidikan profesi dokterKepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Komunitas-

Ilmu Kesehatan MasyarakatFakultas Kedokteran Dan Ilmu-Ilmu Kesehatan

Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto

Telah dipresentasikan dan disetujui

Tanggal ……………….

Pembimbing Fakultas

Dr. Joko Mulyanto, M. ScNIP. 19790512.200412.1.001

Pembimbing Lapangan

dr. SuriptoNIP. 19681017.200604.1.006

Page 3: Evapro Finish

DAFTAR ISI

Lembar

Pengesahan………………………………………………………… i

Daftar

Isi…………………………………………………………………….. ii

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang……………….....……………………………….. 1

1. Gambaran Umum Puskesmas Jatilawang……….......………. 4

2. Pencapaian Program Kesehatan……………………………... 6

3. Permasalahan Program Puskesmas……..………………….. 15

B. Tujuan Penulisan………………………………………………. 17

C. Manfaat Penulisan……………………………………………... 18

II. ANALISIS POTENSI DAN IDENTIFIKASI ISU STRATEGIS

A. Input…………………………………………………………… 19

B. Proses………………………………………………………….. 20

C. Output…………………………………………………………. 21

D. Effect…………………………………………………………... 21

E. Outcome (Impact)……………………………………………... 21

III. IDENTIFIKASI ISU STRATEGIS DARI HASIL ANALISIS

SWOT

Analisis SWOT……………………………………………………... 22

IV. PEMBAHASAN ISU STRATEGIS DAN ALTERNATIF

PEMECAHAN MASALAH

A. Pembahasan Isu…………………………………………………. 25

B. Alternatif Pemecahan Masalah…………………………………. 44

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan………………………………………………..…… 46

B. Saran……………………………………………….…………... 46

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 4: Evapro Finish

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kesehatan menurut World Health Organization (WHO) adalah keadaan

baik fisik, mental dan sosial, tidak hanya bebas dari penyakit dan cacat juga

dapat diukur dari produktivitas dalam arti mempunyai pekerjaan atau secara

ekonomi. Hal ini juga diatur dalam Undang-Undang RI No. 23 1992 tentang

Batasan Kesehatan dan Keadaan Sejahtera Badan, Jiwa, dan Sosial yang

menyatakan bahwa setiap orang berhak hidup produktif secara sosial dan

ekonomi (Notoatmodjo, 2007).

Pembangunan kesehatan merupakan penyelenggaraan upaya kesehatan

oleh bangsa Indonesia untuk mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap

penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal

sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan nasional.

Pembangunan kesehatan berkembang dengan cepat dan menyentuh seluruh

segi kehidupan sehingga perlu disusun tatanan upaya kesehatan (Departemen

Kesehatan RI, 2001)

Upaya kesehatan tersebut dilaksanakan dalam bentuk pelayanan dasar

Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), peran serta masyarakat dan

rujukan kesehatan. Upaya kesehatan melalui Puskesmas merupakan upaya

menyeluruh dan terpadu yang meliputi peningkatan, pencegahan, pengobatan,

dan pemulihan. Departemen Kesehatan, Departemen Dalam Negeri serta Tim

Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga telah merumuskan

tatanan tersebut yang dilaksanakan dalam bentuk Pos Pelayanan Terpadu

(Posyandu), yang diselenggarakan oleh masyarakat untuk masyarakat secara

rutin setiap bulannya (Departemen Kesehatan RI, 2001).

Berdasarkan Kepmenkes No. 128 tahun 2004 Puskesmas adalah

penanggung jawab penyelenggara upaya kesehatan untuk jenjang tingkat

pertama. Puskesmas merupakan unit oraganisasi pelayanan kesehatan terdepan

yang mempunyai misi sebagai pusat pengembangan pelayanan, yang

melaksanakan pembinaan dan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan

Page 5: Evapro Finish

terpadu untuk masyarakat yang tinggal di suatu wilayah kerja tertentu.

Wilayah kerja puskesmas pada mulanya ditetapkan satu kecamatan, kemudian

dengan semakin berkembangnya kemampuan dana yang dimiliki oleh

pemerintah untuk membangun puskesmas, wilayah kerja puskesmas

ditetapkan berdasarkan jumlah penduduk di satu kecamatan, kepadatan dan

mobilitasnya.

Visi Puskesmas Jatilawang yang ditetapkan sejak tahun 2010 adalah

”Terwujudnya Pelayanan Prima dan Masyarakat Sehat Mandiri dan

Berkeadilan Menuju Kecamatan Sehat Tahun 2015”. Untuk mewujudkan visi

tersebut maka ditetapkan misi yang antara lain :

Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar paripurna yang bermutu,

merata, terjangkau, dan berkeadilan kepada seluruh lapisan masyarakat.

1. Meningkatkan kinerja dan kompetensi sumber daya manusia.

2. Meningkatkan sarana dan prasarana kesehatan yang memadai.

3. Mendorong peran serta dan kemandirian perorangan, keluarga, dan

masyarakat untuk hidup sehat.

4. Membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat kepada seluruh lapisan

masyarakat.

5. Menjalin kemitraan dengan berbagai pihak terkait dengan kesehatan.

6. Meningkatkan kesejahteraan seluruh karyawan puskesmas

Menuju terlaksananya visi dan misi tersebut perlu dilakukan analisis

situasi kesehatan khususnya di Puskesmas Jatilawang sebagai puskesmas

rawat inap satu-satunya di wilayah Jatilawang dan sekitarnya. Disamping

letaknya sangat strategis, dukungan lintas sektoral dan dukungan wilayah

sekitar Jatilawang menjadikan pengembangan Puskesmas Jatilawang

diharapkan mampu melaksanakan misi tersebut dan menjadi kebangggaan

bagi masyarakat Jatilawang dan sekitarnya dibidang kesehatan.

Penyelenggaraan pembangunan kesehatan di Indonesia berpedoman pada

Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yang ditetapkan pada tahun 1992. Sistem

Kesehatan Nasional (SKN) menggambarkan keadaan dan masalah kesehatan.

Di Indonesia dalam dua dekade terakhir sampai menjelang tahun 2000 secara

menyeluruh dan mencakup berbagai segi yang sangat luas dan kompleks.

Page 6: Evapro Finish

Puskesmas sebagai pelayanan kesehatan dasar pada masyarakat, dalam

pelaksanaan kegiatannya dijalankan dalam bentuk 6 program pokok

puskesmas. Namun, pada umumnya program pokok Puskesmas ini belum

dapat dilaksanakan secara optimal. Adanya keterbatasan dan hambatan baik di

puskesmas maupun masyarakat dalam pelaksanaan program pokok puskesmas

maka untuk mengatasinya harus berdasarkan skala prioritas sesuai

permasalahan yang ada, dengan memanfaatkan potensi yang ada di

masyarakat dengan melakukan pemberdayaan masyarakat.

Dalam tatanan Otonomi Daerah di bidang Kesehatan, Sistem Informasi

Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat penting artinya bagi suatu wilayah

itu sendiri misalnya di Kecamatan Jatilawang, yaitu sebagai sarana penyedia

indikator-indikator yang menunjukkan tercapai atau tidaknya kegiatan-

kegiatan yang telah dilaksanakan.

Permasalahan yang muncul pada bagian KIA di Puskesmas Jatilawang

tahun 2010 yaitu pemberian tablet besi atau Fe-3. Permasalahan yang

dihadapi pada pemberian ini adalah ibu hamil trimester terakhir menolak

untuk diberikan tablet Fe ini karena berbagai macam alasan diantaranya bau

yang menyengat, ketidaknyaman setelah minum tablet tersebut diantaranya

muntah dan mual setelah minum ini, sehingga diperlukan edukasi dan

pemberian info yang jelas agar tablet ini dapat dikonsumsi dengan baik.

Berdasarkan masalah diatas maka perlu dianalisis ulang mengenai kekurangan

dalam pelaksanaan program-program puskesmas terutama program KIA

mengenai pemberian tablet besi atau Fe-3 di Puskesmas Jatilawang.

B. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Mengetahui, menganalisis, dan memberi metode pemecahan

prioritas masalah dari 6 program pokok Puskesmas Jatilawang.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran umum keadaan kesehatan di wilayah

Kecamatan Jatilawang.

b. Mengenal dan mengetahui gambaran umum Puskesmas Jatilawang

sebagai pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama.

Page 7: Evapro Finish

c. Mengetahui secara umum program dan cakupan program Puskesmas

Jatilawang.

d. Mengetahui pelaksanaan dan keberhasilan program-program kesehatan

di Puskesmas Jatilawang Kabupaten Banyumas.

e. Menganalisis kekurangan dan kelebihan pelaksanaan program-program

Puskesmas Jatilawang.

f. Menentukan alternatif pemecahan masalah dari prioritas masalah pada

program-program kesehatan di Puskesmas Jatilawang Kabupaten

Banyumas.

C. MANFAAT

a. Sebagai bahan wacana bagi Puskesmas untuk memperbaiki kekurangan

yang mungkin masih ada dalam 6 program pokok Puskesmas Jatilawang.

b. Sebagai bahan pertimbangan bagi Puskesmas untuk melakukan evaluasi

dalam kinerja Puskesmas.

c. Sebagai bahan untuk perbaikan Puskesmas kearah yang lebih baik guna

mengoptimalkan mutu pelayanan kepada masyarakat pada umumnya dan

individu pada khususnya.

Page 8: Evapro Finish

BAB II

ANALISIS POTENSI DAN IDENTIFIKASI ISU STRATEGIS

A. GAMBARAN UMUM PUSKESMAS JATILAWANG

1. Keadaan Geografis

Kecamatan Jatilawang merupakan salah satu bagian wilayah kabupaten

Banyumas dengan luas wilayah kurang lebih 43,23 km2 dan berada pada

ketinggian 18 – 21 m dari permukaan laut dengan curah hujan 2.272

mm/tahun dengan batas wilayah sebagai berikut:

a. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Purwojati

b. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Wangon

c. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Cilacap

d. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Rawalo

Kecamatan Jatilawang terdiri dari 11 desa, 46 dukuh, 56 RW dan 323

RT. Desa terluas adalah Desa Tunjung yaitu 8,32 km2 dan desa tersempit

adalah Margasana dengan luas 1,82 km2. Bila dilihat dari jaraknya maka

Desa Gunungwetan adalah desa terjauh dengan jarak 5 km dari pusat Kota

Jatilawang dan Desa Tunjung merupakan desa terdekat dengan jarak 0,15

km.

2. Keadaan Demografi

Jumlah penduduk di kecamatan Jatilawang pada tahun 2010 adalah

57.485 jiwa yang terdiri dari laki-laki 28.546 jiwa (49,66%) dan

perempuan 28.938 jiwa (50,34%) dengan jumlah kepala keluarga 17.437

KK dan sex ratio sebesar 1080,99. Jumlah penduduk terbanyak ada di

Desa Tinggarjaya yaitu sebesar 9294 jiwa atau sebesar 16,17% dari

keseluruhan jumlah penduduk Kecamatan Jatilawang, sedangkan Desa

Margasana merupakan desa dengan jumlah penduduk terkecil yaitu 2100

(3,82%).

Jumlah penduduk menurut golongan umur di Kecamatan Jatilawang

dibagi menjadi 16 kelompok umur dengan variasi yang tidak begitu besar.

Penduduk terbanyak ada di kelompok umur 10-14 tahun yaitu sebesar

Page 9: Evapro Finish

5.851jiwa (10,18%) dan sebagian besar penduduk berada pada usia

produktif, hal ini merupakan aset sumber daya manusia yang besar.

Tabel 1.1. Jumlah penduduk menurut golongan umur

Kelompok Umur (tahun) Laki-laki Perempuan Jumlah0 – 4 2897 2771 56505 – 9 2913 2815 572810 – 14 3002 2849 585115 – 19 2736 2369 510520 – 24 1943 1921 386425 – 29 1922 2213 413530 – 34 1993 2320 431335 – 39 1994 2335 432940 – 44 1999 2095 409045 – 49 1663 1584 326750 – 54 1337 1302 253955 – 59 1052 1127 217960 – 64 1086 1135 222165 – 69 821 892 171370 – 74 636 654 1290> 75 550 556 1106Jumlah 28.564 28.938 57.485

Sumber: Profil Kesehatan Kecamatan Jatilawang Tahun 2010

Mata pencaharian sebagian besar penduduk Kecamatan Jatilawang

adalah petani, baik petani sendiri maupun hanya sebagai buruh tani, yaitu

sebanyak 33.367 orang (58,04%). Mata pencaharian yang lain adalah

sebagai pengusaha, buruh industri, buruh bangunan, pedagang,

pengangkutan, PNS dan ABRI. Mata pencaharian yang paling sedikit

adalah sebagai nelayan yaitu 10 orang.

Pendidikan penduduk Kecamatan Jatilawang paling banyak adalah

tamat Sekolah Dasar (SD) sebanyak 21.986 orang. Penduduk Kecamatan

Jatilawang yang melanjutkan pendidikan hingga tingkat SLTP berjumlah

6752 orang, SLTA berjumlah 7432 orang, dan Universitas berjumlah 605

orang. Penduduk yang tidak atau belum tamat SD sebesar 12.635 orang.

Penduduk yang tidak pernah menjalani pendidikan berjumlah 1411 orang.

Data tersebut menunjukkan bahwa keinginan atau kesadaran masyarakat

akan pentingnya pendidikan masih kurang.

Page 10: Evapro Finish

Program kerja puskesmas jatilawang meliputi kegiatan sebagai berikut:

a. Program Umum (Basic Six) yaitu Promosi Kesehatan, KIA/KB,

Perbaikan KIA, Kesehatan Lingkungan, P2M, dan Pengobatan)

b. Program Pengembangan (meliputi konsultasi gigi, laboraturium dan

klinik sanitasi)

c. Puskesmas dengan Tempat Perawatan (Puskesmas DTP)

3. Pencapaian Program Kesehatan

Permasalahan kesehatan di kecamatan Jatilawang dapat dilihat dari

terpenuhi atau tidaknya target dari setiap program yang telah disepakati

dengan mengacu pada Standar Pelayanan Minimal (SPM). Terdapat 15

masalah di puskesmas jatilawang yang pencapaian program kesehatan

belum mencapai standar pelayanan minimal (SPM), diantaranya adalah

Pneumonia balita ditangani; Balita ditimbang; Balita berat badan naik;

Persalinan ditolong oleh Nakes; Deteksi tumbuh kembang anak balita pra

sekolah, siswa TK, SD/MI, SLTP, SLTA dan setingkat; Peserta KB aktif;

Ibu hamil mendapat Fe-3; Penemuan penderita baru TB Paru; Bayi diberi

ASI eksklusif; Cakupan jaminan kesehatan prabayar; Cakupan jaminan

kesehatan masyarakat miskin; Murid SD/MI mendapat perawatan

(UKGS); Pelayanan kesehatan pekerja formal; Posyandu aktif; dan KK

memiliki pengelolaan air limbah.

Pada cakupan kesehatan pneumonia balita ditangani didapatkan

sebesar 19,09% dan sangat jauh dari nilai SPM tahun 2010, yaitu sebesar

100%. Sedangkan untuk masalah balita lain seperti balita ditimbang dan

balita berat badan naik, didapatkan presentase sebesar masing-masing

67,3% dan 66,50% dan keduanya masih belum memenuhi nilai SPM tahun

2010 sebesar 80%.

Untuk deteksi tumbuh kembang anak balita prasekolah presentase nilai

yang dicapai sudah sebesar 52%, tetapi belum memenuhi nilai SPM tahun

2010 sebesar 95%. Untuk pemeriksaan kesehatan siswa SD/MI didapatkan

nilai sebesar 3,11% dan jauh dari nilai SPM tahun 2010 sebesar 100%.

Kemudian untuk program perawatan kesehatan murid SD/MI (UKGS)

mempunyai nilai sebesar 33,56% dan masih jauh dari nilai SPM tahun

Page 11: Evapro Finish

2010 sebesar 100%. Sedangkan untuk pemeriksaan kesehatan SLTP-

SLTA setingkat didapatkan nilai sebesar 30,70% dan belum juga

memenuhi SPM tahun 2010 sebesar 80%.

Program peserta KB aktif di Kecamatan Jatilawang didapatkan data

sebesar 72,17%, tetapi masih belum memenuhi SPM tahun 2010 sebesar

80%. Untuk program pemberian tablet besi atau Fe-3, presentase nilai di

cakupan Kecamatan Jatilawang menunjukkan sebesar 78,8% dan masih

belum memenuhi SPM tahun 2010 sebesar 90%. Kemudian untuk

persalinan yang ditolong oleh nakes sudah cukup tinggi, yaitu sebesar

89%, tetapi masih belum memenuhi SPM sebesar 90%. Pemberian ASI

eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan, didapatkan nilai sebesar 32,8% dan

masih jauh dari nilai SPM sebesar 80%.

Untuk permasalahan penemuan penderita baru TB paru pada

kecamatan jatilawang didapatkan nilai sebesar 72,17% dan belum

memenuhi SPM sebesar 80%. Pada program pelayanan kesehatan, dalam

hal ini terutama posyandu aktif, didapatkan nilai sebesar 34,80% dan

belum memenuhi nilai SPM sebesar 40%.

Permasalahan terkait jaminan kesehatan prabayar dan masyarakat

miskin juga masih menunjukkan nilai presentase dibawah SPM tahun

2010. Untuk cakupan jaminan kesehatan prabayar didapatkan nilai

presentase sebesar 8,78%, masih jauh dari nilai SPM tahun 2010 sebesar

80%. Sedangkan cakupan jaminan kesehatan masyarakat miskin

didapatkan nilai presentase sebesar 84,03% dan masih belum memenuhi

SPM tahun 2010 sebesar 100%. Disamping itu, program pelayanan

kesehatan pekerja formal juga masih belum memenuhi standar yang ada,

dimana nilai presentasenya sebesar 78,34% dan masih belum memenuhi

nilai SPM tahun 2010 sebesar 80%. Kemudian untuk permasalahan

penyelenggaraan kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar, dalam hal ini

setiap keluarga memiliki pengelolaan air limbah, memiliki nilai presentase

sebesar 70% dan belum memenuhi nilai SPM tahun 2010 sebesar 85%.

Dari penyelenggaraan program puskesmas serta kesesuaian dengan

SPM tahun 2010, akan dipilih beberapa permasalahan yang dapat

Page 12: Evapro Finish

dijadikan alternatif prioritas di Puskesmas Jatilawang dengan alasan

karena masih terdapat gapantara data primer dengan target SPM

Puskesmas tahun 2010.

Page 13: Evapro Finish

BAB III

ANALISIS POTENSI DAN IDENTIFIKASI ISU STRATEGIS

A. Input

Analisis penyebab masalah dilakukan berdasarkan pendekatan sistem

sehingga dilihat apakah output (skor pencapaian suatu indikator kinerja)

mengalami masalah atau tidak. Apabila ternyata bermasalah, penyebab

masalah tersebut dapat kita analisis dari input dan proses kegiatan tersebut.

Input mencakup indikator yaitu man (sumber daya manusia), money

(sumber dana), method (cara pelaksanaan suatu kegiatan), material

(perlengkapan), minute (waktu) dan market (sasaran). Proses menjelaskan

fungsi manajemen yang meliputi tiga indikator yaitu: P1 (perencanaan), P2

(penyelenggaraan) dan P3 (pengawasan, pemantauan, dan penilaian).

Man

Ketenagaan yang terdapat di Puksesmas Jatilawang berjumlah 53 orang

yang terdiri dari dokter umum 2 orang, dokter gigi 1 orang, perawat umum 9

orang, perawat gigi 1 orang, bidan 24 orang, apoteker 1 orang, pelaksana KIA

1 orang, pelaksana kesling 1 orang, bagian tata usaha 10 orang, juru masak 1

orang, cleaning service 1 orang, dan sopir 1 orang. Puskesmas Jatilawang

tidak memiliki analis, pekarya kesehatan, dan juru imunisasi.

Tabel 3.1. Daftar Tenaga Medis, Paramedis, dan Nonmedis Puskesmas

Jatilawang

No Jenis Tenaga PNS PTT Honor Daerah

Honor Puskesmas

Jml Keterangan

1.2.3.

4.5.

6.

Dokter UmumDokter GigiPerawat Umum

Perawat GigiBidan

Apoteker

215

110

1

---

-14

-

---

--

-

--4

--

-

219

124

1

2 S1-

2 SPK, 7 AKPER

DIII7 DI, 15 DIII,

2DIVDIII

Page 14: Evapro Finish

7.8.9.10.11.12.

13.14.15.

Pelaksana KIAPelaksana keslingAnalisPekarya Kes.Juru ImunisasiTU

Juru masak Cleaning serviceSopir

11---9

---

------

---

------

---

-----1

111

11---

10

111

DIIISPPH

---

3 SI, 6 SMA, 2 SDSD

SMPSMA

Jumlah 31 14 - 7 53 Sumber : Data Sekunder Puskesmas Jatilawang 2009

Money

Sumber dana untuk kegiatan program posyandu berasal dari dana swadaya

masyarakat, sehingga dana tersebut dirasa masih kurang untuk membiayai

seluruh kegiatan operasional puskemas.

Material

Logistik, obat, vaksin berasal dari pihak kantor dinas kesehatan tingkat II

dan BKKBN Kabupaten Banyumas. Jumlah dan jenisnya disesuaikan dengan

perencanaan yang telah diajukan oleh Puskesmas. Alat-alat kedokteran : 1 unit

mobil ambulans, 1 unit kulkas penyimpan. vaksin, 7 termos penyimpan

vaksin, dan alat laboratorium sederhana.

Metode

Metode kegiatan posyandu adalah 5 meja yaitu Pendaftaran, Penimbangan,

Pencatatan, Penyuluhan, dan Pelayanan. Metode kegiatan minimal terdapat 3

meja. Kegiatan 5 meja tersebut sudah dilakukan secara berkesinambungan

pada setiap kegiatan puskemas.

Minute

Page 15: Evapro Finish

Jangka waktu pelaksanaan kegiatan program sesuai dengan besarnya kasus

dan demografi/wilayah terdapatnya kasus.

Market

Sasaran masyarakat pada program KIA tentang pemberian tablet Fe

ditujukan kepada seluruh masyarakat wilayah kerja Puskesmas Jatilawang,

khususnya ibu hamil trimester tiga dan keluarganya.

B. PROSES

Perencanaan (P1) :

Arah : Terwujudnya KECAMATAN JATILAWANG SEHAT 2011. Untuk

mempermudah mencapai tersebut, perencanaan mengacu pada Standard

Pelayanan Minimal (SPM) untuk program Kesehatan Lingkungan yang sudah

ditetapkan di tingkat Provinsi.

Pengorganisasian (P2)

1. Penggalangan kerjasama dalam Tim Promosi Kesehatan

2. Penggalangan kerjasama lintas sektoral

3. Penggalangan kerjasama dengan bidan desa Kecamatan Jatilawang

4. Penggalangan Desa Siaga

Mempertimbangkan jumlah tenaga, beban kerja dan sarana Penggerakan

dan pelaksanaan program. Tim Puskesmas Jatilawang bekerjasama dengan

masyarakat khususnya bagian KIA dan kader untuk menindaklanjuti masalah

pemberian tablet Fe pada ibu hamil trimester III sehingga angka pemberian

tablet Fe minimal mencapai target SPM.

Pengawasan dan pengendalian (P3) untuk kelancaran kegiatan

1. Dinas Kesehatan wilayah Bayumas

2. Puskesmas Jatilawang khususnya bagian Promosi Kesehatan

3. Bidan Desa Kecamatan Jatilawang

4. PWS = Pemantauan wilayah setempat

5. Kader atau perangkat desa setempat

C. OUT PUT

Page 16: Evapro Finish

Jumlah kelompok masyarakat yang sudah diberikan pelayanan kesehatan

kurang puas karena sistem yang diberlakukan di KIA Puskesmas Jatilawang

kurang aktif karena bagian ini hanya menindak kasus berdasarkan laporan

masyarakat setempat. Oleh sebab itu diperlukan masyarakat yang aktif dan

peduli terhadap masalah kesehatan yang muncul. Pelayanan yang diberikan

tidak sesuai dengan program pokok Puskesmas (pelayanan kesehatan yang

komprehensif yaitu promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, dan paliatif).

D. EFFECT

Jumlah ibu hamil yang mendapatkan dan mengkonsumsi tablet Fe belum

mencapai SPM.

E. OUTCOME

Ibu hamil yang tidak mendapatkan dan mengkonsumsi tablet Fe memiliki

potensi mengalami anemia defisiensi besi.

Page 17: Evapro Finish

BAB IV

IDENTIFIKASI ISU STRATEGIS DARI HASIL ANALISIS SWOT

A. SWOT

1. Strength

a. Memiliki sarana dan prasarana yang cukup memadai

b. Memiliki tenaga kesehatan yang cukup memadai dan kompeten dalam

bidangnya

2. Weakness

a. Kurangnya pemberian informasi melalui tenaga kesehatan dan

pemasangan poster yang menunjukkan tentang pentingnya pemberian

tablet Fe untuk ibu hamil.

b. Tablet Fe memiliki bau yang menyengat, ketidaknyaman setelah

minum tablet tersebut diantaranya muntah dan mual, sehingga

diperlukan edukasi dan pemberian info yang jelas agar tablet ini dapat

dikonsumsi dengan baik.

3. Opportunity

a. Warga Jatilawang mudah diajak kerjasama dalam masalah kesehatan,

hal ini terlihat dari mereka yang sangat mudah dikumpulkan dalam

acara kesehatan, misalnya penyuluhan dan Posyandu.

b. Banyak warga Jatilawang yang mudah dijadikan kader kesehatan, saat

ini sudah terbentuk kader kesehatan di bidang Imunisasi, KB, dan

Posyandu, baik balita maupun lansia

4. Threat

a. Wilayah di Jatilawang tidak semua mudah dijangkau dan ada yang

jaraknya sangat jauh, sehingga mengakibatkan sulit untuk melakukan

koordinasi.

b. Tingkat pengetahuan dan tingkat pendidikan ibu hamil dan keluarga di

wilayah Jatilawang berbeda-beda, selain itu tingkat usia juga dalam

berbagai tingkat hal inilah yang membuat pemahaman serta pengertian

juga berbeda.

Page 18: Evapro Finish

BAB V

PEMBAHASAN ISU STRATEGIS DARI HASIL ANALISIS SWOT

Dari hasil analisis SWOT, dapat disimpulkan permasalahan yang terjadi

seputar Pemberian tablet Fe, baik dari dalam maupun dari luar Puskesmas.

Kurangnya edukasi dan pengetahuan dari ibu hamil inilah yang mengakibatkan

rendahnya konsumsi dan penolakan yang terjadi saat pemberian Fe 90.

Sementara itu, jika kita melihat ke masyarakat Jatilawang yang lebih

banyak kekuatan yang dapat dioptimalkan. Kondisi ini terlihat dari antusiasme

warga yang sangat tinggi terhadap masalah kesehatan, mereka mudah

dikumpulkan dalam penyuluhan kesehatan. Dari mereka juga banyak yang

menjadi kader kesehatan di desa masing-masing.

Jika dilihat kekuatan dan kelemahan yang telah dianalisis, baik dari dalam

dan luar Puskesmas, kader-kader dapat dibimbing untuk memaksimalkan

informasi pentingnya Tablet Fe untuk ibu hamil yang dapat mencakup diseluruh

wilayah Jatilawang.

Salah satu unsur penting dalam proses pembentukan sel darah merah adalah

zat besi. Secara alamiah zat besi diperoleh dari makanan. Kekurangan zat besi

dalam menu makanan sehari-hari dapat menimbulkan penyakit anemia gizi atau

yang dikenal masyarakat sebagai penyakit kurang darah.

Fe terdapat dalam bahan makanan hewani, kacang-kacangan, dan sayuran

berwarna hijau tua. Pemenuhan Fe oleh tubuh memang sering dialami sebab

rendahnya tingkat penyerapan Fe di dalam tubuh, terutama dari sumber Fe nabati

yang hanya diserap 1-2%. Penyerapan Fe asal bahan makanan hewani dapat

Page 19: Evapro Finish

mencapai 10-20%. Fe bahan makanan hewani (heme) lebih mudah diserap

daripada Fe nabati (non heme).

Keanekaragaman konsumsi makanan sangat penting dalam membantu

meningkatkan penyerapan Fe di dalam tubuh. Kehadiran protein hewani, vitamin

C, vitamin A, zink (Zn), asam folat, zat gizi mikro lain dapat meningkatkan

penyerapan zat besi dalam tubuh. Manfaat lain mengkonsumsi makanan sumber

zat besi adalah terpenuhinya kecukupan vitamin A. Makanan sumber zat besi

umumnya merupakan sumber vitamin A.

Anemia gizi besi banyak diderita oleh ibu hamil, menyusui, dan perempuan

usia subur. Perempuan usia subur mempunyai siklus tubuh yang berbeda dengan

lelaki, anak, dan balita sebab mereka harus mengalami haid, hamil, melahirkan,

dan menyusui. Oleh karena itu kebutuhan zat besi (Fe) relatif lebih tinggi. Anak

balita, anak usia sekolah, dan buruh serta tenaga kerja berpenghasilan rendah

ditengarai sering menderita anemia gizi besi.

Tanda-tanda anemia gizi besi antara lain pucat, lemah, lesu, pusing, dan

penglihatan sering berkunang-kunang. Jika dilakukan pemeriksaan kadar Hb

dalam darah maka angka Hb kurang dari normal.

Anemia gizi besi dapat mengakibatkan gangguan kesehatan dari tingkat ringan

sampai berat. Anemia pada ibu hamil akan menambah risiko mendapatkan bayi

yang berat badannya rendah, risiko perdarahan sebelum dan pada saat persalinan,

bahkan dapat menyebabkan kematian ibu dan bayi jika ibu hamil menderita

anemia berat.

Anemia sedang dan ringan dapat menimbulkan gejala lesu, lelah, pusing,

pucat, dan penglihatan sering berkunang-kunang. Bila terjadi pada anak sekolah,

Page 20: Evapro Finish

anemia gizi akan mengurangi kemampuan belajar. Sedangkan pada orang dewasa

akan menurunkan produktivitas kerja. Selain itu, penderita anemia lebih mudah

terserang infeksi. Anemia gizi besi dapat diatasi dengan meminum tablet besi atau

Tablet Tambah Darah (TTD). Kepada ibu hamil umumnya diberikan sebanyak

satu tablet setiap hari berturut-turut selama 90 hari selama masa kehamilan. TTD

mengandung 200 mg ferrosulfat, setara dengan 60 miligram besi elemental dan

0.25 mg asam folat. Penanggulangan anemia pada balita diberikan preparat besi

dalam bentuk sirup.

Pada beberapa orang, pemberian preparat besi ini mempunyai efek samping

seperti mual, nyeri lambung, muntah, kadang diare, dan sulit buang air besar.

Agar tidak terjadi efek samping dianjurkan minum tablet atau sirup besi setelah

makan pada malam hari. Penyerapan besi dapat maksimal apabila saat minum

tablet atau sirup zat besi dengan memakai air minum yang sudah dimasak. Setelah

minum tablet atau sirup zat besi, biasanya kotoran (feses) akan berwarna hitam.

Dengan meminum tablet Fe maka tanda-tanda kurang darah akan menghilang.

Namun, jika tidak menghilang berarti menderita anemia gizi besi jenis lain.

A. Isu Strategis

Anemia Gizi merupakan masalah kesehatan yang berperan dalam

penyebab tingginya angka kematian ibu, angka kematian bayi serta rendahnya

produktivitas kerja, prestasi olahraga dan kemampuan belajar. Oleh karena itu,

penanggulangan anemia gizi menjadi salah satu program potensial untuk

meningkatkan kualitas sumber daya manusia, yang telah dilaksanakan pemerintah

sejak Pembangunan Jangka Panjang I (Depkes, 1996).

Page 21: Evapro Finish

Pada saat ini angka kematian ibu dan angka kematian perinatal di

Indonesia masih sangat tinggi. Menurut Survey Demografi dan Kesehatan

Indonesia (1994) angka kematian ibu adalah 390 per 100.000 kelahiran hidup dan

Angka Kematian Perinatal adalah 40 per 1.000 kelahiran hidup. Jika dibandingkan

dengan negara-negara lain maka angka kematian ibu di Indonesia adalah 15 kali

Angka Kematian Ibu di Malaysia, 10 kali lebih tinggi daripada Thailand, atau 5

kali lebih tinggi dari pada Philipina (Depkes, 2002).

Wanita hamil merupakan salah satu kelompok golongan yang rentan

masalah gizi terutama anemia akibat kekurangan zat besi (Fe). Hasil Survey

Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di Indonesia dari tahun ke tahun yaitu SKRT

1986 menunjukkan tingkat anemia ibu hamil sebesar 73,3%; SKRT 1992

sebanyak 63,5%; dan SKRT 1995 sebanyak 50,9%.

Berbagai kendala dalam pencegahan anemia gizi menjadi faktor penyebab

masih tingginya prevalensi anemia di Indonesia. Triratnawati (1997)

mengungkapkan bahwa salah satu kendala mendasar adalah adanya persepsi yang

salah, baik dikalangan masyarakat, petugas kesehatan maupun pemerintah. Hal

serupa juga diungkapkan oleh Wignjosastro (1997) bahwa keterbatasan dana,

mutu pelayanan, Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) merupakan

penghambat dalam upaya penurunan kejadian anemia (Prosiding, 2002).

Kurangnya asupan zat besi (Fe) yang adekuat mengakibatkan timbulnya

penyakit anemia gizi. Gejalanya tampak melalui kadar Hb di bawah 11 gr %,

pucat, lesu, letih, lemah dan terjadinya pendarahan. Masalah anemia gizi pada

wanita hamil dari 1986 sampai 1995 menunjukkan telah terjadi penurunan

prevalensi anemia. Angka prevalensi tersebut masih termasuk dalam katagori

Page 22: Evapro Finish

tinggi dari target yang diharapkan pada akhir Repelita VI yaitu sebesar 40% .

Dalam lingkup yang lebih kecil misalnya di Jawa Tengah, prevalensi anemia pada

ibu hamil cukup tinggi yaitu sebesar 55% pada tahun 1992 dan menjadi 56,6%

pada tahun 1999.

Hasil penelitian yang pernah dilakukan dari 70 wanita hamil menunjukkan

bila digunakan nilai ambang batas 11gr/dl, prevalensi anemia 77,1% namun bila

ambang batas yang dipakai 10,5gr/dl prevalensi anemia 38,6%. Prevalensi

defisiensi besi, seng, B12, dan vitamin A masing-masing sebesar 31,4%, 64,3%,

64,3%, dan 32,9 %.

Menurut United Nation yang dikutip oleh Soegianto (1993), tingginya

prevalensi anemia pada kehamilan melatarbelakangi terjadinya kematian ibu

sewaktu hamil, bersalin atau nifas sebagai akibat komplikasi penanganannya.

Sekitar 50% dari kematian di negara-negara berkembang dilatarbelakangi, baik

secara langsung maupun tidak langsung oleh anemia defisiensi besi. Anemia berat

menyebabkan kegagalan jantung atau kematian pada saat atau sehabis melahirkan

yang bagi ibu sehat tidak membahayakan, bagi ibu hamil dengan anemia berat

dapat menimbulkan kematian. Sekitar 20% kematian maternal di negara

berkembang penyebabnya berkaitan langsung dengan anemia defisiensi besi.

Disamping dapat mengakibatkan kematian, anemia defisiensi besi pada kehamilan

menyebabkan pertumbuhan janin dalam kandungan terganggu, dan munculnya

Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR).

Risiko anemia gizi pada ibu hamil lebih tinggi dibandingkan dengan

wanita tidak hamil. Salah satu penyebabnya adalah pada ibu hamil diperlukan

kebutuhan zat gizi yang meningkat. Selain untuk menutupi kehilangan basal

Page 23: Evapro Finish

(kehilangan zat gizi melalui keringat, urine, dan kulit), juga dibutuhkan untuk

keperluan pembentukan sel-sel darah merah yang bertambah banyak serta untuk

kebutuhan plasenta dan janin dalam kandungan. Menurut Husaini (1989) di

negara-negara sedang berkembang termasuk Indonesia banyak wanita yang

memasuki masa kehamilan dengan cadangan zat besi dalam tubuhnya hanya

sedikit dan sebagian lagi menderita anemia kurang zat besi.

Wanita-wanita tersebut pada masa kehamilannya akan mempunyai kadar

hemoglobin kurang dari normal (< 11 gr/dl) untuk keadaan ini, World

HealthOrganization (1968) menganjurkan untuk memberikan suplementasi Fe

kepada ibu hamil, karena keperluan zat besi pada masa hamil tidak dapat dipenuhi

hanya dari makan saja. Ibu hamil sangat disarankan untuk minum pil besi selama

3 bulan yang harus diminum setiap hari. Pil ini dibagikan secara gratis melalui

kegiatan posyandu. Suatu penelitian menunjukan bahwa wanita hamil yang tidak

minum pil besi mengalami penurunan ferritin (cadangan besi) cukup tajam sejak

minggu ke 12 usia kehamilan (Khomsan, 2003).

Walaupun terdapat sumber makanan nabati yang kaya besi, seperti daun

singkong, kangkung, dan sayuran berwarna hijau lainnya, namun zat Fe dalam

makanan tersebut lebih sulit penyerapannya. Dibutuhkan porsi yang besar dari

sumber nabati tersebut untuk mencukupi kebutuhan zat besi dalam sehari, dan

jumlah tersebut tidak mungkin terkonsumsi. Sehingga dalam kondisi kebutuhan

Fe tidak terpenuhi dari makanan, maka pilihan untuk memberikan tablet besi Folat

dan sirup besi guna mencegah dan menanggulangi anemia menjadi sangat efektif

dan efisien. (Depkes,1999).

Page 24: Evapro Finish

Anemia merupakan kondisi kurangnya sel darah merah (eritrosit) dalam

darah seseorang. Anemia terjadi karena kurangnya hemoglobin yang berarti juga

minimnya oksigen ke seluruh tubuh. Apabila oksigen berkurang tubuh akan

menjadi lemah, lesu dan tidak bergairah (Budiyanto, 2002).

B. Alternatif Pemecahan Masalah

Upaya-upaya dalam penanggulangan anemia gizi terutama pada wanita

hamil telah dilaksanakan oleh pemerintah. Salah satu caranya adalah melalui

suplementasi tablet besi. Suplementasi tablet besi dianggap merupakan cara yang

efektif karena kandungan besinya padat dan dilengkapi dengan asam folat yang

sekaligus dapat mencegah dan menanggulangi anemia akibat kekurangan asam

folat. Cara ini juga efisien karena tablet besi harganya relatif murah dan dapat

dijangkau oleh masyarakat kelas bawah serta mudah didapat (Depkes, 1996).

Masalah yang dihadapi oleh pemerintah Indonesia adalah tingginya

prevalensi anemia ibu hamil yaitu sebesar 50,9% dan sebagian besar penyebabnya

adalah kekurangan zat besi yang diperlukan untuk pembentukan hemoglobin,

sehingga anemia yang ditimbulkan disebut anemia kekurangan besi. Keadaan

kekurangan besi pada ibu hamil dapat menimbulkan gangguan atau hambatan

pada pertumbuhan baik pada sel tubuh maupun sel otak. Pada ibu hamil dapat

mengalami keguguran, lahir sebelum waktunya, bayi berat lahir rendah (BBLR),

perdarahan sebelum serta pada waktu melahirkan dan pada anemia berat yang

dapat menimbulkan kematian ibu dan bayi. Pada anak dapat mengalami gangguan

pertumbuhan, tidak dapat mencapai tinggi yang optimal dan anak menjadi kurang

cerdas (Soekirman, 2000).

Page 25: Evapro Finish

Mengingat dampak anemia tersebut di atas yang dapat menurunkan

kualitas sumber daya manusia di Indonesia, maka perlu penanggulangan

kekurangan zat besi pada ibu hamil dengan segera. Oleh sebab itu pemerintah

Indonesia mulai menerapkan suatu program penambahan zat besi sekitar dua

puluh tahun yang lalu. Program ini didasarkan dengan harapan setiap ibu hamil

secara teratur memeriksakan diri ke Puskesmas atau Posyandu selama masa

kehamilannya. Tablet besi dibagikan oleh petugas kesehatan kepada ibu hamil

secara gratis. Namun bagaimanapun program penambahan zat besi tanpa

pengawasan atau pengontrolan penggunaan tablet secara teratur akan

menghilangkan efektivitas akibat faktor-faktor seperti pembagian tablet yang

tidak teratur dan keberhasilan program yang jelek.

Upaya Untuk menanggulanginya antara lain:

1. Pemberian tablet besi pada ibu hamil secara rutin selama jangka waktu

tertentu untuk meningkatkan kadar hemoglobin secara tepat. Tablet besi

untuk ibu hamil sudah tersedia dan telah didistribusikan ke seluruh provinsi

dan pemberiannya dapat melalui Puskesmas, Puskesmas Pembantu,

Posyandu dan Bidan di Desa.

2. Buku Pedoman pemberian besi bagi petugas, dan poster-poster mengenai

tablet besi sudah dibagikan.

3. Buku Pedoman Operasional Penanggulangan Anemia Gizi bagi petugas.

4. Sejak tahun 1993 kemasan Fe yang tadinya menimbulkan bau kurang sedap

sebaiknya menggunakan tablet salut yang dikemas sebanyak 30 tablet per

bungkus aluminium dengan komposisi yang sama.

Page 26: Evapro Finish

5. Namun, melihat program di lapangan menunjukan bahwa belum semua ibu

hamil mendapatkan tablet besi sesuai yang diharapkan program yaitu 90

tablet.

Defisiensi Fe di Indonesia merupakan problema defisiensi nasional dan

perlu ditanggulangi secara serius dengan liputan nasional pula. Upaya pencegahan

belum diprogramkan secara menyeluruh, baru diberikan suplemen preparat Ferro

kepada para ibu hamil yang memeriksakan diri ke Puskesmas, rumah sakit dan

dokter (Sediaoetama, 2000).

Faktor utama yang menyebabkan sulitnya penurunan prevalensi anemia ini

antara lain karena rendahnya cakupan distribusi dan kepatuhan ibu mengkonsumsi

tablet besi. Survei Kesehatan Rumah Tangga melaporkan bahwa distribusi tablet

besi sebesar 27% dan kepatuhan ibu mengkonsumsi tablet besi sebanyak 23%

(Ernawati, 2000).

Di Puskesmas Jatilawang program pemberian tablet besi dalam rangka

menanggulangi anemia telah dilakukan beberapa tahun yang lalu. Menurut data

Profil Kesehatan Puskesmas Jatilawang cakupan ibu hamil yang mendapat tablet

Fe 3 78,8% pada tahun 2010. Adapun target yang harus dicapai untuk cakupan Fe

1 adalah sebesar 90% dan cakupan untuk Fe 3 adalah sebesar 90%. Berdasarkan

data-data di atas maka secara program Puskesmas Jatilawang dikatakan belum

mencapai target, maka timbul pertanyaan faktor-faktor apa saja yang membuat

rendahnya cakupan Fe ibu hamil, sehingga penulis berminat untuk

mengetahuinya. Selain itu hal lain yang mendorong penulis untuk meneliti tentang

hal ini adalah bahwa penelitian tentang rendahnya cakupan Fe ibu hamil belum

pernah dilakukan di Kecamatan Jatilawang.

Page 27: Evapro Finish

Untuk mengetahui berapa jumlah sasaran yang tercakup dalam program

penggulangan anemia adalah dengan cara memantau jumlah tablet besi oleh

wanita hamil yang dikaitkan dengan distribusi dan logistiknya. Adapun cara

memantau jumlah pemakaian tablet besi ini sudah dituangkan secara jelas dalam

buku pedoman yang sudah diberikan yaitu mulai dari tingkat Pusat sampai ke

tingkat Puskesmas.

Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 21 tahun 1994 tentang struktur

organisasai Dinas Kesehatan menyatakan bahwa Dinas Kesehatan berkewajiban

membina unsur-unsur pelaksana di wilayahnya. Mengingat Puskesmas adalah

Unit Pelaksana Teknis dari Dinas Kesehatan, maka pembinaan terhadap

Puskesmas merupakan suatu kewajiban dari Dinas Kesehatan. Pembinaan

dimaksud meliputi pembinaan administrasi, teknis dan keterampilan manajerial

yang dapat dilaksanakan kepada kepala Puskesmas dan atau petugas Puskesmas

sesuai dengan program atau kegiatan yang dikelola. Pembinaan yang dilakukan

oleh Dinas Kesehatan antara lain adalah pertemuan di tingkat Kabupaten,

permintaan laporan, dan kunjungan ke Puskesmas.

Page 28: Evapro Finish

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Kekuatan internal yang paling mendukung program KIA di Puskesmas

Jatilawang adalah sarana, prasarana, dan tenaga kesehatan yang kompeten.

Selain itu kekuatan eksternal yang mendukung program KIA adalah

antusiasme warga dan kader-kader yang aktif.

2. Permasalahan yang muncul adalah tingkat pengetahuan dan tingkat

pendidikan ibu hamil dan keluarga di wilayah Jatilawang berbeda-beda,

selain itu tingkat usia juga dalam berbagai tingkat hal inilah yang

membuat pemahaman serta pengertian juga berbeda.

3. Alternatif pemecahan dapat berupa :

a. Pemberian tablet besi pada ibu hamil secara rutin selama jangka waktu

tertentu untuk meningkatkan kadar hemoglobin secara tepat. Tablet besi

untuk ibu hamil sudah tersedia dan telah didistribusikan ke seluruh

provinsi dan pemberiannya dapat melalui Puskesmas, Puskesmas

Pembantu, Posyandu dan Bidan di Desa.

b. Buku Pedoman pemberian besi bagi petugas, dan poster-poster

mengenai tablet besi sudah dibagikan.

c. Buku Pedoman Operasional Penanggulangan Anemia Gizi bagi

petugas.

d. Sejak tahun 1993 kemasan Fe yang tadinya menimbulkan bau kurang

sedap sebaiknya menggunakan tablet salut yang dikemas sebanyak 30

tablet per bungkus aluminium dengan komposisi yang sama.

Page 29: Evapro Finish

B. SARAN

1. Untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan adalah dengan

melaksanakan sosialisasi secara terus-menerus kepada masyarakat yang

dilaksanakan oleh petugas Puskesmas bekerja sama dengan lintas program

dan lintas sektoral.

2. Monitoring dan evaluasi kegiatan secara rutin untuk dapat diketahui

perkembangan kegiatan yang telah dilaksanakan dan segera mengetahui

permasalahan yang ditemukan dalam bentuk laporan.

3. Adapun kegiatan yang perlu disusun dalam Rencana Tindak Lanjut (RTL)

dalam kegiatan Penyusunan Profil Kesehatan antara lain: validasi data,

koordinasi lintas program dan sektoral dan penguasaan data bagi masing-

masing pemegang program, sehingga dalam pemecahan masalah dan

penyusunan rencana kegiatan bisa sesuai dengan kebutuhan yang ada.

Page 30: Evapro Finish

DAFTAR PUSTAKA

Guyton, Arthur C. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta : EGC. 53-61.

Hoffbrand MA, A.V., J.E. Petit. 1999. Kapita Selekta Haematologi. Edisi 2. Jakarta: EGC.

Notoadmojo. S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta.

Price, Sylvia A., Lorraine M. Wilson, Cathrine M. Baldy. 2001. Sel Darah Merah. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jilid 1. Edisi 4. Jakarta : EGC. 231-238.

Profil Kesehatan Puskesmas Jatilawang Tahun 2009.

Reksodiputro, A.Harryanto, Nugroho Prayogo. 2001. Eritropoesis. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi 3. Jakarta : FKUI. 493-496.

Salonder, Hans. Anemia Aplastik. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi 3. Jakarta : FKUI. 501-507.

Page 31: Evapro Finish

Lampiran

Tabel 1. Daftar Masalah Bidang KIA Januari-Oktober 2011

No. MasalahAngka

PencapaianSPM

1. ASI Eksklusif 32,8 % 80 %2. Pneumonia Balita Ditangani 19,09 % 100 %3. Balita Ditimbang 67,3 % 80 %4. Posyandu Aktif 34,8 % 40 %5.6.7.8.9.

Balita Berat Badan NaikDeteksi Tumbang Anak Balita PrasekolahKB AktifPemberian Tablet Besi (Fe-3)Persalinan yang Ditolong oleh Nakes

66,5 %52 %

72,17 %78,8 %89 %

80 %95 %80 %90 %90 %

Sumber: Data Sekunder, 2010

Penentuan Prioritas Masalah

Penentuan prioritas masalah di Kecamatan Jatilawang dengan menggunakan

metode Hanlon Kuantitatif. Untuk keperluan ini digunakan 4 kelompok kriteria,

yaitu:

1. Kelompok kriteria A: besarnya masalah.

2. Kelompok kriteria B: kegawatan masalah, penilaian terhadap dampak, urgensi

dan biaya.

3. Kelompok kriteria C: kemudahan dalam penanggulangan, yaitu penilaian

terhadap tingkat kesulitan penanggulangan masalah.

4. Kelompok kriteria D: PEARL faktor, yaitu penilaian terhadap propriety,

economic, acceptability, resources availability, legality

Adapun perincian masing-masing bobot kriteria pada prioritas masalah di

Puskesmas Jatilawang adalah sebagai berikut :

1. Kriteria A (besarnya masalah)

Untuk menentukan besarnya masalah kesehatan diukur dari besarnya

penduduk yang terkena efek langsung.

Page 32: Evapro Finish

Tabel 2. Besarnya Masalah Bidang KIA Januari-Oktober 2011

Masalah Kesehatan Besarnya masalah dari data sekunder Puskesmas Jatilawang (%)

Nilai

0-20 (1)

21-40 (2)

41-60 (3)

61-80 (4)

81-100 (5)

ASI Eksklusif X 3Pneumonia Balita Ditangani

X 5

Balita Ditimbang X 1Posyandu Aktif X 1Balita Berat Badan NaikDeteksi Tumbang Anak Balita PrasekolahKB AktifPemberian Tablet Besi (Fe-3)Persalinan yang Ditolong oleh Nakes

X

XX

X

X12

11

1

2. Kriteria B (kegawatan masalah)

Kegawatan: (paling cepat mengakibatkan kematian)

1. Tidak gawat

2. Kurang gawat

3. Cukup gawat

4. Gawat

5. Sangat gawat

Urgensi: (harus segera ditangani, apabila tidak ditangani dapat menyebabkan

kematian)

1. Tidak urgen

2. Kurang urgen

3. Cukup urgen

4. Urgen

5. Sangat urgen

Biaya: (biaya penanggulangan)

1. Sangat murah

2. Murah

Page 33: Evapro Finish

3. Cukup mahal

4. Mahal

5. Sangat mahal

Tabel 3. Kegawatan Masalah Bidang KIA Januari-Oktober 2011

No. Masalah Kegawatan Urgensi Biaya Nilai1. ASI Eksklusif 4 5 4 132. Pneumonia Balita

Ditangani5 3 3 11

3. Balita Ditimbang 1 4 1 64. Posyandu Aktif 3 5 3 135.

6.

7.8.

9.

Balita Berat Badan NaikDeteksi Tumbang Anak Balita PrasekolahKB AktifPemberian Tablet Besi (Fe-3)Persalinan yang Ditolong oleh Nakes

1

4

24

4

4

4

44

4

3

4

44

2

8

12

1012

10

3. Kriteria C (penanggulangan masalah)

Untuk menilai kemudahan dalam penanggulangan, pertanyaan yang harus

dijawab adalah apakah sumber-sumber dan teknologi yang tersedia mampu

menyelesaikan masalah: makin sulit dalam penanggulangan, skor yang

diberikan makin kecil.

1. Sangat sulit ditanggulangi

2. Sulit ditanggulangi

3. Cukup bisa ditanggulangi

4. Mudah ditanggulangi

5. Sangat mudah ditanggulangi

Pada tahap ini dilakukan pengambilan suara dari 2 orang yang kemudian

dirata-rata untuk menentukan skor, skor tertinggi merupakan masalah yang

paling mudah ditanggulangi.

Adapun hasil konsensus tersebut adalah sebagai berikut :

1. ASI Eksklusif

(3+3)/2 = 3

Page 34: Evapro Finish

2. Pneumonia Balita Ditangani

(2+2)/2 = 2

3. Balita Ditimbang

(5+5)/2 = 5

4. Posyandu Aktif

(3+4)/2 = 3,5

5. Balita Berat Badan Naik

(3+2)/2 = 2,5

6. Deteksi Tumbang Anak Balita Prasekolah

(3+4)/2 = 3,5

7. KB Aktif

(2+2)/2 = 2

8. Pemberian Tablet Besi (Fe-3)

(4+5)/2 = 4,5

9. Persalinan yang Ditolong oleh Nakes

(4+3)/2 = 3,5

4. Kriteria D (PEARL faktor)

Propriety : kesesuaian (1/0)

Econimic : ekonomi murah (1/0)

Acceptability : dapat diterima (1/0)

Resources availability : tersedianya sumber daya (1/0)

Legality : legalitas terjamin (1/0)Tabel 4. PEARL Faktor Masalah Bidang KIA Januari-Oktober 2011

No. Masalah P E A R LHasil

Perkalian1. ASI Eksklusif 1 1 1 1 1 12. Pneumonia Balita Ditangani 1 1 1 1 1 13. Balita Ditimbang 1 1 1 1 1 14. Posyandu Aktif 1 1 1 1 1 15.6.

7.8.9.

Balita Berat Badan NaikDeteksi Tumbang Anak Balita PrasekolahKB AktifPemberian Tablet Besi (Fe-3)Persalinan yang Ditolong oleh Nakes

11

111

11

111

11

111

11

111

11

111

11

111

Page 35: Evapro Finish

Penetapan nilai

Setelah nilai kriteria A, B, C, dan D didapatkan kemudian nilai tersebut

dimasukkan ke dalam formula sebagai berikut :

Nilai prioritas dasar (NPD) = (A+B)x C

Nilai prioritas total (NPT) = (A+B) x C x D

Tabel 5. Urutan Prioritas Masalah Bidang KIA Januari-Oktober 2011

Prioritas pertama masalah diperoleh dengan nilai NPT tertinggi. Berdasarkan hasil

perhitungan dengan metode Hanlon kuantitatif urutan prioritas masalahnya adalah

sebagai berikut :

1. Pemberian Tablet Besi (Fe-3

2. Deteksi Tumbang Anak Balita Prasekolah

3. Posyandu Aktif

4. ASI Eksklusif

5. Persalinan yang Ditolong oleh Nakes

6. Balita Ditimbang

7. Pneumonia Balita Ditangani

8. Balita Berat Badan Naik

9. KB Aktif

No. Masalah A B C D NPD NPTUrutan

Prioritas1. ASI Eksklusif 3 13 3 1 48 48 42. Pneumonia Balita Ditangani 5 11 2 1 32 32 73. Balita Ditimbang 1 6 5 1 35 35 64. Posyandu Aktif 1 13 3,5 1 49 49 35.6.

7.8.9.

Balita Berat Badan NaikDeteksi Tumbang Anak Balita PrasekolahKB AktifPemberian Tablet Besi (Fe-3)Persalinan yang Ditolong oleh Nakes

13

111

812

101210

2,53,5

24,53,5

11

111

22,552,5

2258,538,5

22,552,5

2258,538,5

82

915