case varicella

48
INFEKSI VARICELLA ZOSTER DENGAN HEMOPTOE KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT ANAK RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BUDHI ASIH Pembimbing: dr. Harmon, SpA. Oleh: Ageng Budiananti (030.09.002) FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI JAKARTA 1

Upload: ageng-budiananti

Post on 23-Apr-2017

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Case Varicella

INFEKSI VARICELLA ZOSTER DENGAN

HEMOPTOE

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT ANAK

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BUDHI ASIH

Pembimbing:

dr. Harmon, SpA.

Oleh:

Ageng Budiananti (030.09.002)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

JAKARTA

MEI 2014

1

Page 2: Case Varicella

LEMBAR PENGESAHAN

INFEKSI VARICELLA ZOSTER DENGAN HEMOPTOE

Case ini diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam mengikuti dan menyelesaikan

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Anak

Rumah Sakit Umum Daerah Budhi Asih

Periode 24 Maret – 31 Mei 2014

Oleh:

1. Nama :Ageng Budiananti

NIM : 030.09.002

Telah diterima dan disetujui oleh penguji,

Jakarta, 3 Mei 2014

dr. Harmon, SpA.

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT ANAK

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BUDHI ASIH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

2

Page 3: Case Varicella

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan YME atas rahmat-Nya sehingga saya dapat

menyelesaikan case dengan judul “INFEKSI VARICELLA ZOSTER DENGAN

HEMOPTOE”.Case ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mengikuti dan menyelesaikan

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Anak di Rumah Sakit Umum Daerah Budhi Asih.

Saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada dokter pembimbing, dr.

Harmon, SpA. yang telah memberikan bimbingannya dalam proses penyelesaian case ini,

juga untuk dukungannya baik dalam bentuk moril maupun dalam penyusunan case sehingga

menjadi lebih baik.

Saya menyadari bahwa dalam kurangnya pengetahuan dan pengalaman penulis sehingga

penulisan case ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, saya sangat terbuka

untuk menerima segala kritik dan saran yang diberikan demi kesempurnaan case ini. Saya

berharap agar case ini dapat bermanfaat dan memberikan sumbangan ilmu pengetahuan bagi

pihak yang memerlukan, khususnya bagi kami sendiri.

Jakarta, 7 Mei 2014

Penulis

3

Page 4: Case Varicella

BAB I

PENDAHULUAN

Virus Varicella zoster merupakan famili dari human herpes virus. Virus ini merupakan suatu

virus yang mengandung DNA double-stranded dan dibungkus oleh glikoprotein yang dapat

menyebabkan 2 penyakit, yaitu varicella (chickenpox) dan herpes zoster. Gejala klinis

varicela dapat ditemukan pada kulit kepala, muka, badan, biasanya sangat gatal, berupa

makula kemerahan, yang kemudian dapat berubah menjadi lesi-lesi vesikel.1

Penyakit cacar air (varicela) mungkin sudah tidak asing lagi dan merupakan penyakit yang

mendunia. Varicela merupakan penyakit menular yang dapat menyerang siapa saja, terutama

mereka yang belum mendapatkan imunisasi. Di Indonesia, tidak banyak data yang mencatat

kasus varicela atau cacar air secara nasional. Data yang tercatat merupakan data epidemi

cacar air pada daerah tertentu saja. Tahun 2007, Kepala Bidang Pemberantasan Penyakit

Menular dan Penyehatan Lingkungan Dinkes mengatakan terdapat lebih dari lima ratus

penderita, akan tetapi jumlah tersebut menurun dibandingkan tahun 2006. Data Dinkes tahun

2006 mencatat, jumlah penderita penyakit cacar air sebanyak 1.771 orang.1

Berdasarkan data-data tersebut, diperlukan adanya usaha pencegahan dengan vaksinasi yang

telah terbukti sangat efektif untuk mengontrol penyebaran penyakit varicela. Vaksin ini

mempunyai kemampuan 70-90% untuk mencegah varicela dengan efektifitas 95% dalam

mencegah varicela berat.2

4

Page 5: Case Varicella

BAB II

LAPORAN KASUS

I. Identitas Pasien

Nama : An. H

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 11 tahun 8 bulan

Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta/ 27 Juli 2002

Alamat : Jl. Bangka Raya Gg. Amal I No. 15, Kel. Pela

Mampang, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan

Agama : Islam

Tanggal Datang ke RS : 16 April 2014

Identitas Ayah Pasien

Nama : Tn. M

Usia : 37 tahun

Alamat : Jl. Bangka Raya Gg. Amal I No. 15, Kel. Pela

Mampang, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan

Pekerjaan : Pengangguran

Penghasilan : (-)

Identitas Ibu Pasien

Nama : Ny. S

Usia : 32 tahun

Alamat : Jl. Bangka Raya Gg. Amal I No. 15, Kel. Pela

Mampang, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Penghasilan : (-)

II. Anamnesis

5

Page 6: Case Varicella

(Dilakukan secara auto dan aloanamnesis dengan pasien dan Ayah kandung pasien di

Bangsal 5 Timur Ruang 513, pada hari Rabu, 16 April 2014 pukul 23.30 WIB)

Keluhan Utama : Batuk mengeluarkan darah sebanyak 3 kali pada sore hari

SMRS

Keluhan Tambahan : Timbul bintik-bintik seperti bisul kecil pada wajah sejak 1

hari SMRS

Riwayat Penyakit Sekarang:

Pasien dibawa ke IGD RSUD Budhi Asih dengan keluhan batuk mengeluarkan

darah pada sore hari SMRS. Batuk yang mengeluarkan darah sebanyak 3 kali.

Darah yang dikeluarkan tiap kali batuk kurang lebih sebanyak 1/4-1/2 gelas aqua

berwarna merah segar, tidak disertai seperti cairan/ lendir menyerupai busa,tidak

ada dahak dan ada sedikit gumpalan darah kehitaman saat batuk. Batuk disertai

darah apabila batuknya kencang. Pasien mengaku mengalami mimisan sesaat saat

batuk mengeluarkan darah tetapi darah yang keluar melalui hidung tidak banyak

dan mimisan berhenti sendiri. Pasien mengaku mengalami nyeri menelan sejak saat

batuk dan sebelumnya terdapat batuk kering sejak 2 minggu SMRS. Terdapat

demam sejak 3 hari SMRS, teraba hangat dengan tangan, tetapi sebelumnya pasien

sering demam naik-turun sejak satu bulan SMES. Nyeri dada dan sesak napas

disangkal. Penurunan berat badan dan keringat saat malam hari disangkal. Tidak

ada keluhan seperti mual, muntah, nyeri perut, gangguan BAK/ BAB. Pasien juga

mengeluh timbul bintik-bintik kecil seperti bisul yang ukurannya kurang lebih 0,3

cm sejak sehari SMRS. Bisul timbul mulai dari wajah, ke leher, dada dan

punggung. Bisul terasa gatal dan sangat nyeri terutama bila disentuh. Pasien tidak

pernah mengalami hal ini sebelumnya.

Riwayat Kehamilan/ Kelahiran:

Kehamilan Morbiditas kehamilan Hipertensi (-), DM (-), Asma (-), Cacar (-),

Penyakit paru (-)

Perawatan antenatal Rutin kontrol di Puskesmas satu bulan satu

kali, dan dua minggu sekali pada 3 bulan

terakhir suntik TT 2x saat hamil

Kelahiran Tempat kelahiran Rumah sakit

Penolong persalinan Bidan

Cara persalinan Persalinan pervaginam, spontan, tanpa

6

Page 7: Case Varicella

menggunakan alat bantu

Masa gestasi 38 minggu

Keadaan bayi Berat lahir: 3800 gr

Panjang: 48 cm

Langsung menangis, tidak pucat/biru, tidak

kuning/ikterik

Kesimpulan riwayat kehamilan/ persalinan: os lahir dengan cara persalinan normal.

Ibu dan bayi dalam keadaan sehat selama kehamilan dan persalinan.

Riwayat Perkembangan:

o Pertumbuhan gigi: 8 bulan

o Psikomotor:

- Tengkurap: 4 bulan

- Duduk: 8 bulan

- Berdiri: 11 bulan

- Berjalan: 12 bulan

- Berbicara: 10 bulan

- Membaca dan menulis: 6 tahun

o Perkembangan Pubertas:

- Rambut pubis: - (P1)

- Payudara: M2

- Menarche: -

o Gangguan perkembangan mental/emosi: Tidak terdapat gangguan

perkembangan/ mental maupun emosi.

Riwayat Makanan

Umur (bln) ASI/PASI Buah/biscuit Bubur susu Nasi tim

0-2 On demand (-) (-) (-)

2-4 On demand (-) (-) (-)

4-6 On demand 1x (2-3 keping) (-) (-)

6-8 On demand 1x (2- 3

keping)

3x/hari (-)

8-10 On demand 1x (2-3 keping) 3x/hari (-)

10-12 On demand 1x (2-3 keping) 1x/hari 2x/hari

7

Page 8: Case Varicella

Umur diatas 1 tahun:

Jenis Makanan Frekuensi dan Jumlah

Nasi/ pengganti 2x/hari

Sayur 2x/hari

Daging 1x/1-2minggu

Telur 2x/hari

Ikan 1x/minggu

Tahu 2x/hari (@ 2 potong)

Tempe 2x/hari (@ 2 potong)

Susu (merk) 1 gelas/hari (susu Bendera)

Lain lain (-)

Kesulitan makan: Os tidak memiliki kesulitan makan, tetapi asupan seperti daging

atau ikan jarang dikonsumsi.

Riwayat Imunisasi:

Vaksin Dasar Ulangan

BCG 0

DPT/DT 2 3 4

Polio 0 2 3

Campak 9 bln

Hepatitis B 0 1 6

MMR (-)

TIPA (-)

Riwayat Keluarga

- Corak reproduksi:

No. Tanggal Lahir Jenis

Kelamin

Hidup Lahir

Mati

Abortus Mati

(Sebab)

Keterangan

Kesehatan

1. 27 Juli 2002 Perempuan (+) Pasien

2. 7 Nov’ 2011 Perempuan (+) Sehat

3. 3 Mei 2003 Perempuan (+) Sehat

8

Page 9: Case Varicella

- Riwayat pernikahan:

Ayah Ibu

Nama Tn. M Ny. S

Perkawinan ke 1 1

Umur saat menikah 25 tahun 20 tahun

Pendidikan terakhir SMEA SMA

Agama Islam Islam

Suku bangsa Betawi Betawi

Kosanguinitas (-) (-)

Keadaan kesehatan Sering batuk-batuk

berdahak sejak 2 bulan

yang lalu

Sehat

Penyakit, bila ada (-) (-)

- Riwayat keluarga orang tua pasien:

Ayah pasien sering batuk-batuk sejak 2 bulan yang lalu, batuk berdahak

warna putih tanpa pernah ada darah, tidak disertai demam, sesak, nyeri dada,

penurunan berat badan dan keringat malam hari serta benjolan di daerah

leher, ketiak dan lipat paha disangkal. Ayah pasien juga merokok.

- Riwayat anggota keluarga lain yang serumah:

Anggota keluarga pasien yang tinggal satu rumah tidak memiliki riwayat

penyakit yang sama dengan pasien, tidak ada yang batuk-pilek atau sedang

menderita penyakit tertentu, tidak ada yang pernah menjalani pengobatan

paru selama berbulan-bulan atau minum obat dalan jangka waktu yang lama.

Riwayat Lingkungan Perumahan:

- Perumahan: rumah menyewa

- Keadaan rumah: ventilasi rumah kurang karena jendela kurang banyak,

pencahayaan kurang karena masih memerlukan lampu pada siang hari, air

yang digunakan dari air PAM. Di dalam satu rumah, ada 7 orang yang tinggal

didalamnya.

- Daerah/lingkungan: cukup padat penduduk, sampah dibuang didepan rumah

dan diambil tiap 2-3 hari sekali, tidak banjir saat musim hujan.

9

Page 10: Case Varicella

- Kesimpulan keadaan lingkungan: lingkungan tempat pasien tinggal memiliki

sirkulasi udara maupun pencahayaanyang kurang baik,walaupun bebas banjir

dengan lingkungan yang kebersihannya cukup terjaga.

Riwayat Penyakit Yang Pernah Diderita

Penyakit Umur Penyakit Umur Penyakit Umur

Alergi (-) Difteria (-) Peny. Jantung (-)

Cacingan (-) Diare (-) Peny. Ginjal (-)

DBD (-) Kejang (-) Peny. Darah (-)

Demam tifoid (-) Kecelakaan (-) Radang paru (-)

Otitis (-) Morbilli (-) Tuberkulosis (-)

Parotitis (-) Operasi (-) Lain lain Batuk

darah

2

mingg

u

SMRS

Kesimpulan riwayat penyakit dahulu:

Pasien pernah mengalami batuk darah sebelumnya untuk pertama kali sekitar 2

minggu SMRS sebanyak 1x dengan jumlah darah hanya sedikit dan sebelumnya

pasien memang sedang batuk kering dan terdapat nyeri tenggorokan.

III. Pemeriksaan Fisik (Tanggal: 16 April 2014, Pukul: 23.30)

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

Data Antropometri:

- Berat badan: 37 kg

- Tinggi badan: 140 cm

- Lingkar kepala: 52 cm

- Lingkar Lengan Atas: 21,5 cm

Tanda Vital:

- Tekanan darah : 110/70 mmHg

- Nadi : 120 x/menit

- Laju pernafasan : 32 x/menit

10

Page 11: Case Varicella

- Suhu : 38,70C

Status Generalis:

- Kepala : Normosefali (52 cm), wajah tidak tampak sembab,

tampak lesi pada kulit berupa vesikel pada wajah, hiperemis di

sekitarnya berjumlah 6 buah dengan ukuran masing-masing ± 0,3cm.

o Rambut: warna hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut

o Mata : Sklera ikterik -/- Konjungtiva anemis -/-

Oedem palpebrae -/- Cekung -/-

Refleks cahaya +/+ Pupil bulat, isokor, d = 2mm

o Hidung : Pernafasan cuping hidung (-)

Deviasi septum (-)

Konka tidak hiperemis, eutrofi

Sekret -/-

o Mulut : Trismus (-), Bibir tidak tampak sianosis dan tidak kering,

warna merah muda, karies pada gigi (-)

o Telinga : Normotia, liang telinga lapang, serumen +/+, membran

timpani intak, reflex cahaya pukul 5 dan pukul 7

o Lidah : Typhoid tongue (-), tremor (-), strawberry tongue (-)

o Tonsil : T1-T1, tonsil tidak tampak hiperemis, kripta tidak melebar

o Tenggorokan: Mukosa faring hiperemis (+) tampak granuler

Arkus faring simetris +/+

Uvula tampak di tengah

- Leher : KGB tidak teraba membesar, JVP 5±0 cmH2O, angulus

mandibula

baik dan kelenjar tiroid tidak teraba membesar.

- Thorax : Tampak efloresensi berupa vesikel berjumlah 5 buah dengan

ukuran

rata-rata 3-4mm dan hiperemis (+)

o Paru : Gerakan nafas simetris

SN vesikuler +/+ Rhonki +/- Wheezing -/-

Perkusi sonor, tidak ditemukan batas garis Ellis pada saat

pasien duduk

11

Page 12: Case Varicella

Vocal fremitus sama kuat

o Jantung : BJ I-II regular murmur (-) gallop (-)

Ictus cordis teraba di ICS 5 midklavikularis kiri

- Abdomen : Tampak datar

Tampak efloresensi berupa vesikel berjumlah 2 buah dengan

ukuran rata-rata 3-4mm dan hiperemis (+)

Bising usus (+) 4x/menit

Nyeri tekan (-), teraba supel, hepar dan lien tidak teraba

membesar

Perkusi timpani

Shifting dullness (-)

Ballotement -/-

Nyeri ketuk CVA -/-

- Genitalia : Jenis kelamin perempuan

Labia minor dan klitoris tertutup

Oedem labia -/-

Rambut pubis (-)

Tanda radang (-)

- Ekstremitas : Atas : Hangat +/+ Oedem -/-

Bawah : Hangat +/+ Oedem -/-

- Tulang belakang: Tidak terdapat deviasi seperti kifosis, lordosis, atau

skoliosis.

Tidak terdapat gibus.

Tidak tampak rambut, meningokel dan omfalokel.

- Kulit: Warna sawo matang

Tampak efloresensi berupa lesi vesicular dan popular serta pustul pada

wajah, leher, dada, punggung dan perut berukuran rata-rata 3mm,

hiperemis (+) di sekeliling vesikel dan NT (+).

Status Neurologis:

Refleks Kanan Kiri

Biseps + +

Triseps + +

Patella + +

12

Page 13: Case Varicella

Achilles + +

Babinski - -

Chaddock - -

Oppenheim - -

Gordon - -

Schaeffer - -

TRM Kanan Kiri

Kaku kuduk (-)

Brudzinsky I - -

Brudzinksy II - -

Kernicke - -

Laseque - -

Saraf cranialis Hasil

N. I (Olfaktorius) Tidak dilakukan pemeriksaan

N. II & III (Optikus dan Okulomotorius) Pupil bulat isokor 2 mm/2 mm, RCL

+/+RCTL +/+

N. IV & VI (Troklearis dan Abducens) Dalam batas normal

N. VII (Fascialis) Wajah tampak simetris

N. VIII (Vestibulokoklearis) Tidak dilakukan pemeriksaan

N. IX & X (Glosofaringeus dan Vagus) Dalam batas normal

N. XI (Aksesorius) Dalam batas normal

N. XII (Hipoglosus) Dalam batas normal

Status Gizi:

BB/U : 37/37 x 100% = 100% = Gizi baik

TB/U : 140/145 x 100% = 96,5% = Normal

BB/TB : 37/34 x 100% = 96,5% = Normal

LLA : 21,5/ x 100% = 90% = Gizi baik

IV. Pemeriksaan Penunjang

13

Page 14: Case Varicella

Darah Rutin:

o Lekosit : 8000

o Eritrosit : 4,3 juta

o Hb : 12,8

o Ht : 36%

o Trombosit : 153000

o MCV : 85

o MCH : 29,9

o MCHC : 35,3

o RDW : 13,1%

Foto Thorax (Puskesmas Kec. Mamp. Prapatan tanggal 2/4/2014):

o Aorta dan mediastinum superior tidak melebar, trakea di tengah, hilus tidak

menebal

o Infiltrat di paracardial paru kanan

o Sinus constrofrenicus lancip, diafragma licin

o Tulang dan jaringan lunak dinding dada baik

V. Resume

Pasien mengeluh batuk darah berwarna merah segar sebanyak 1/4-1/2 gelas aqua

dengan disertai sedikit gumpalan darah tiap kali batuk kencang. Batu kering sejak 2

minggu SMRS disertai nyeri menelan/ nyeri tenggorokan. Pasien sering demam sejak

satu bulan SMRS tetapi tidak tinggi. Demam terasa mulai meninggi sejak 3 hari

SMRS (sejak hari Minggu). Pasien pernah mengalami batuk darah sebanyak 1x pada

2 minggu SMRS tetapi darah hanya sedikit dan juga tidak disertai dahak. Timbul

bintik-bintik seperti bisul pada wajah lalu ke leher dan dada serta puinggung sejak 1

hari SMRS, bintik terasa gatal dan nyeri. Ayah pasien juga mengalami batuk-batuk

lama sejak 2 bulan yang lalu, batuk berdahak putih.Pada pemeriksaan fisik didapatkan

faring hiperemis dan granuler dan lesi vesikular pada daerah wajah, leher, thorax

14

Page 15: Case Varicella

anterior dan posterior dengan tepi hiperemis ukuran masing-masing 3-4mm dan NT

(+). Pada foto thorax didapatkan adanya bercak infiltrat pada paracardial paru kanan.

VI. Diagnosis:

- Diagnosis Banding:

Hemoptoe et causa ISPA

Hemoptoe et cause susp. Bronkopneumonia

Hemoptoe et causa susp. TB

Epistaksis

Demam et causa infeksi virus Varicella zoster

Vesicopapular rash et causa infeksi Varicella zoster

- Diagnosis Kerja:

Infeksi Varicella zoster dengan hemoptoe ec ISPA DD/ Bronkopneumonia

VII. Penatalaksanaan:

- Medikamentosa:

o IVFD KAEN1B 3cc/kgbb/jam

o PCT 400mg (jika perlu)

o Inj. Transamin 3x250mg

o Inj. Ampicillin 4x1gr

o Inj. Colsan 4x500mg

o Ambroxol 20mg dan Salbutamol 1mg 3x1

o Dapat dianjurkan pemakaian lotio calamine

- Non-medikamentosa:

o Edukasi pada pasien agar tidak menggaruk luka, memotong kuku agar

pendek dan bersih, mandi dan mengompres lesi dengan air dingin

o Edukasi pada orangtua pasien untuk memeriksakan diri mengenai batuk-

batuk berdahak lama yang dideritanya

o Observasi hemoptoe

VIII. Prognosis:

- Ad vitam : ad bonam

- Ad fungsionam : dubia ad bonam

- Ad sanationam : dubia ad malam

15

Page 16: Case Varicella

Riwayat Perjalanan Penyakit

Tanggal S O A P

17/4/14 Demam (-)

Batuk darah (-)

Mimisan (-)

Mual (+)

Nyeri

tenggorokan (+)

Sesak (-)

Belum BAB 3

hari

TSS; CM

N: 100x, R: 24x, S:

37,50C, TD: 90/60

Normosefali

SI -/-. CA -/-

NCH (-), sianosis (-)

Faring hiperemis (+)

KGB tidak teraba

membesar

SN ves +/+ rh +/- wh

-/-

BJ I-II reg m(-) g(-)

BU (+), NT (+) pada

epigastrium, supel

Keempat akral

hangat, oedem pada

keempat ekstremitas

(-)

Vesikel (+) pada

wajah, leher, dada,

perut

Obs.

Hemoptoe

dan

epistaksis ec

susp. BP

DD/ TB paru

Varicella

ISPA

IVFD KAEN1B

3cc/kgbb/jam

PCT 400mg jika

perlu

Inj. Transamin

3x250 mg

Inj. Ampisilin 4x1gr

Inj. Colsan 4x50mg

Ambroxol 20mg,

Salbutamol 1mg

(3x1)

Acyclovir 3x400mg

Cek BTA sputum

Skoring TB:

Kontak: 0

Darah Lengkap:

- Lekosit: 7900

Urine Lengkap:

- Warna: kuning

16

Page 17: Case Varicella

Batuk: 0

Demam: 1

KGB membesar: 0

Pembengkakan sendi: 0

Gizi: 0

Uji Tuberkulin: 0

Foto: 1

2 (<= 6)

- Eritrosit: 4juta

- Hb: 11,5

- Ht: 35%

- Trombosit: 203000

- LED: 5

- MCV: 87

- MCH: 28,5

- MCHC: 32,9

- RDW: 14,7

-B/E/NB/NS/L/M:

2/1/0/62/29/6

- PT: 17,7"

- APTT: 36,8"

- Kejernihan: jernih

- Glukosa: (-)

- Bilirubin: (-)

- Keton: +1

- pH: 7.0

- BJ: 1015

- Albumin: (-)

- Urobilinogen: 1

- Nitrit: (-)

- Darah: (-)

- Esterase lekosit: (-)

- Sedimen lekosit: 1-2

- Sed. Eritrosit: 0-1

- Epitel: (+)

- Kristal: (-)

- Silinder: (-)

- Bakteri: (-)

- Jamur: (-)

18/4/14 Demam (+)

Batuk (+)

Batuk darah (-)

Nyeri

tenggorokan (+)

Sesak (-)

Mual (+)

Mimisan (-)

TSS; CM

N: 100x, R: 28x, S:

380C, TD: 100/60

Normosefali

SI -/-. CA -/-

NCH (-), sianosis (-)

Faring hiperemis (+)

KGB tidak teraba

membesar

SN ves +/+ rh +/- wh

-/-

BJ I-II reg m(-) g(-)

BU (+), NT (+) pada

epigastrium, supel

Keempat akral

Obs.

Hemoptoe

dan

epistaksis ec

susp. TB

paru

Varicella

ISPA

IVFD KAEN1B

3cc/kgbb/jam

PCT 400mg jika

perlu

Inj. Transamin

3x250 mg

Inj. Ampisilin 4x1gr

Inj. Colsan 4x50mg

Ambroxol 20mg,

Salbutamol 1mg

(3x1)

Acyclovir 3x400mg

Cek sputum BTA

bila bahan (+)

Diet TKTP

17

Page 18: Case Varicella

hangat, oedem pada

keempat ekstremitas

(-)

Vesikel (+) pada

wajah, leher, dada,

perut

Anjuran: konsul

SpTHT

19/4/14 Demam (+)

Batuk (+)

berkurang, tanpa

darah

Nyeri

tenggorokan (+)

Mual (+)

BAB (+) tidak

hitan, tidak

mencret

Sesak (-)

TSS; CM

N: 80x, R: 20x, S:

36,70C, TD: 100/70

Normosefali

SI -/-. CA -/-

NCH (-), sianosis (-)

Faring hiperemis (+)

KGB tidak teraba

membesar

SN ves +/+ rh +/- wh

-/-

BJ I-II reg m(-) g(-)

BU (+), NT (+) pada

epigastrium, supel

Keempat akral

hangat, oedem pada

keempat ekstremitas

(-)

Vesikel (+) pada

wajah, leher, dada,

perut

Obs.

Hemoptoe

dan

epistaksis ec

susp. TB

paru

Varicella

ISPA

IVFD KAEN1B

3cc/kgbb/jam

PCT 400mg jika

perlu

Inj. Transamin

3x250 mg

Inj. Ampisilin 4x1gr

Inj. Colsan 4x50mg

Ambroxol 20mg,

Salbutamol 1mg

(3x1)

Acyclovir 3x400mg

Diet TKTP

20/4/14 Demam (-)

Batuk (-)

Nyeri

tenggorokan

berkurang

Sesak (-)

TSS; CM

N: 100x, R: 24x, S:

37,10C, TD: 110/70

Normosefali

SI -/-. CA -/-

NCH (-), sianosis (-)

Obs.

Hemoptoe ec

ISPA dd/ BP

Varicella

IVFD KAEN1B

3cc/kgbb/jam

PCT 400mg jika

perlu

Inj. Transamin

3x250 mg

18

Page 19: Case Varicella

Faring hiperemis (+)

KGB tidak teraba

membesar

SN ves +/+ rh -/- wh

-/-

BJ I-II reg m(-) g(-)

BU (+), NT (-), supel

Keempat akral

hangat, oedem pada

keempat ekstremitas

(-)

Vesikel (+) pada

wajah, leher, dada,

perut, lengan,

tungkai

Inj. Ampisilin 4x1gr

Inj. Colsan 4x50mg

Ambroxol 20mg,

Salbutamol 1mg

(3x1)

Acyclovir 3x400mg

Diet TKTP

21/4/14 Demam (-)

Batuk (-)

Nyeri

tenggorokan (-)

Sesak (-)

Nafsu makan baik

TSS; CM

N: 120x, R: 20x, S:

36,80C, TD: 120/60

Normosefali

SI -/-. CA -/-

NCH (-), sianosis (-)

Faring hiperemis (+)

KGB tidak teraba

membesar

SN ves +/+ rh -/- wh

-/-

BJ I-II reg m(-) g(-)

BU (+), NT (-), supel

Keempat akral

hangat, oedem pada

keempat ekstremitas

(-)

Vesikel (+) krusta

Riw.

Hemoptoe ec

ISPA dd/

susp. BP

Varicella

Boleh pulang

Amoxicillin

3x500mg (untuk 3

hari)

Acyclovir 3x400mg

(untuk 3 hari)

19

Page 20: Case Varicella

(+) pada wajah,

leher, dada,

punggung, perut,

lengan, tungkai

Feses Lengkap:

- Warna: coklat

- Konsistensi: lunak

- Lendir: (-) - Lemak: (-)

- Darah: (-) - Serat: (-)

- Lekosit: (-) - Amilum: (-)

- Eritrosit: (-) - Sel Ragi: (-)

- Amoeba coli: (-)

- Amoeba histolitica: (-)

- Telur cacing: (-)

Hasil kultur sputum:

- BTA 1: (-)

- BTA 2: (-)

- BTA 3: (-)

20

Page 21: Case Varicella

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

I. Varisela

1. Definisi

Varisela merupakan suatu penyakit infeksi virus, yaitu VZV (Varicella-Zoster-

Virus). Penyakit ini pada umumnya menyerang anak dan terkenal dengan nama

chickenpox atau cacar air. Dari virus yang sama, dapat juga terjadi infeksi

endogen atau reaktivasi pada periode laten VZV yang umumnya menyerang orang

dewasa mauopun anak dengan penurunan fungsi sistem imun/ defisiensi imun.

Varisela merupakan penyakit yang sangat menular, dimana penularan terjadi pada

fase sebelum tibul ruam sampai saat mulai terbentuk keropeng (kira-kira 7 hari).

Apabila infeksi mengenai anak yang sehat, maka gejala klinis yang timbul tidak

berat dan sangat sedikit menimbulkan penyulit. Akan tetapi, bila infeksi

menyerang individu dengan defisiensi imun (seperti anak yang sedang menderita

leukemia, anemia aplastik, atau sedang mendapat pengobatan imunosupresan)

maka akan mudah menderita penyulit dan mengakibatkan kematian.3

2. Epidemiologi

Di Indonesia, penyakit ini banyak menyerang individu pada saat peralihan musim

antara musim panas ke musim hujan ataupun sebaliknya.

Varisela sangat mudah menular terutama melalui kontak langsung, droplet atau

aerosol dari lesi vesikuler maupun melalui sekret dari saluran napas. Varisela

dapat menyerang semua golongan usia termasuk neonatus, 90% kasus berusia 10

tahun dan terbanyak pada usia 5-9 tahun. Viremia terjadi pada masa prodormal

sehingga transmisi virus dapat terjadi pada fetus intrauterin atau melalui transfusi

darah. Pasien dapat menularkan penyakit selama 1-2 hari sebelum lesi kulit timbul

21

Page 22: Case Varicella

hingga lesi menjadi krusta (pada 7-8 hari). Seseorang hanya bisa menderita

varisela satu kali seumur hidup. Serangan kedua dapat timbul berupa penyebaran

ke kulit pada herpes zoster.3

3. Patogenesis

Virus varicella-zoster merupakan salah satu dari herpesvirus yang merupakan

famili herpesviridae. Dimana virus ini merupakan cirus DNA alfa herpesvirus dan

mempunyai 3 wild type.

Virus ini masuk melalui mukosa saluran napas bagian atas atau orofaring. Pada

lokasi masuknya virus, akan terjadi replikasi yang akan menyebar melalui

pembuluh darah dan linfe (viremia pertama). Selanjutnya virus akan berkembang

di sel retikuloendotelial. Kebanyakan virus dapat mengatasi pertahanan

nonspesifik seperti interferon dan respons imun. Satu minggu kemudian, virus

kembali menyebar secara hematogen (viremia kedua) dan akan timbul demam

serta malaise. Penyebaran tersebut terjadi di seluruh tubh dan terutama kulit serta

mukosa. Lesi pada kulit terjadi sesuai dengan siklus viremia/ tidak bersamaan.

Pada keadaan normal, siklus ini berakhir setelah 3 hari karena adanya kekebalan

humoral dan selular spesifik. Tetapi bila sistem imun gagal mengatasi replikasi

dan penyebaran virus, maka dapat terjadi penyulit seperti pneumonia.3

4. Gejala Klinis

Gejala yang tampak pada pasien dengan infeksi varicella terbagi menjadi 3

stadium:

- Stadium Prodromal

Gejala prodromal timbul setelah 14-15 hari masa inkubasi, dengan timbulnya

ruam kulit disertai demam yang tidak terlalu tinggi dan malaise. Pada anak

besar dan dewasa, ruam didahului dengan demam 2-3 hari sebelumnya,

malaise, anoreksia, nyeri punggung dan nyeri tenggorok serta batuk pada

beberapa kasus.

- Stadium Erupsi

Pada stadium ini, ruam akan muncul di muka dan kulit kepala lalu dengan

cepat menyebar ke badan dan ekstremitas (penyebaran bersifat sentrifugal).

Ruam tampak lebih jelas pada bagian tubuh yang tertutup. Gambaran yang

menonjol adalah perubahan yang cepat dari makula kemerahan menjadi

papula, vesikel, pustul lalu menjadi krusta, dimana perubahan tersebut terjadi

hanya dalam 8-12 jam. Gambaran vesikel khas, superfisial (pada epidermis

22

Page 23: Case Varicella

sehingga tidak menembus membran basal kulit dan tidak menimbulkan bekas),

berdinding tipis dan tampak seperti tetesan air dengan ukuran 2-3 mm. Cairan

pada vesikel awalnya jernih lalu kemudian menjadi keruh karena serbukan sel

radang dan akhirnya membentuk krusta. Krusta akan lepas dalam waktu 1-3

minggu tergantung dari kedalaman lesi kulit. Bekasnya akan membentuk

cekungan dangkal merah muda yang kemudian akan hilang. Akan tetapi bila

terdapat penyulit, maka akan membentuk jaringan parut.

Vesikel juga dapat timbul pada mukosa mulut/ palatum yang dengan cepat

pecah tetapi bekasnya masih dapat terlihat berupa ulkus dangkal diameter 2-3

mm. Selain pada mukosa mulut, vesikel dapat juga muncul pada mukosa

hidung, faring, laring, trakea, saluran cerna, saluran kemih, vagina dan

konjungtiva.

Demam hingga 39-40,50C pada kasus yang berat. Gejala yang menonjol

lainnya adalah rasa gatal saat fase erupsi sehingga dapat dijumpai lesi bekas

garukan.

5. Penyulit

Angka mortalitas yang terjadi pada anak sehat berusia 1-14 tahun diperkirakan

2/100.000 kasus, tetapi mencapai 30% pada neonatus. Penyulit yang sering terjadi

diakibatkan oleh adanya infeksi sekunder yang masuk melalui lesi dari kulit,

diantaranya disebabkan oleh Stafilokokus aureus dan Streptokokus beta

hemolitikus grup A (impetigo, furunkel, selulitis, erysipelas, dan gangrene)

dimana lesi ini selanjutnya dapat meninggalkan jaringan parut. Infeksi sekunder

lain dapat pula bersifat invasive, seperti pneumonia, arthritis, osteomielitis,

fascilitis dan bahkan sepsis. Selain itu dapat juga terjadi infeksi yang menyerang

susunan saraf pusat (ataksia serebelar) pada 1/4000 kasus sampai dengan

meningoensefalitis, meningitis dan vaskulitis.3

Komplikasi lebih banyak terjadi pada anak remaja dan orang dewasa, dimana

angka kejadiannya 25 kali lebih tinggi, dan penyebab komplikasi terbanyak adalah

pneumonia. Mekanisme terjadinya pneumonia masih belum jelas, akan tetapi

terdapat beberapa factor yang dapat mencetuskan timbulnya pneumonia pada

infeksi varisela, diantaranya adalah jumlah lesi > 100, perokok, riwayat kontak,

kehamilan trimester tiga, dan hal ini diduga terjadi akibat rendahnya paparan

terhadap virus varisela (seperti di Negara iklim tropis), jumlah individu pada tiap

keluarga sedikit, ataupun tingginya virulensi virus.

23

Page 24: Case Varicella

Varisela merupakan ancaman bagi ibu maupun janin pada kehamilan yang dapat

menyebabkan infeksi varisela intrauterine dan menyebabkan infeksi congenital.

Apabila terjadi pada 20 minggu pertama kehamilan dapat menimbulkan 5%

malformasi kogenital seperti hipoplasia salah satu ekstremitas, parut pada kulit,

katarak, koriorenitis, mikrosefali, atrofi korteks serebri dan bayi berat badan lahir

rendah. Jika infeksi terjadi pada periode perinatal (0-4 hari prapersalinan), gejala

klinis yang terjadi pada bayi akan menjadi lebih berat sekitar 26-30%. Saat

berbahaya adalah lima hari sebelum dan dua hari setelah melahirkan, pada saat ini

bayi belum memiliki kekebalan pasif transplasenta dari ibu.

Penyulit jelas terjadi pada kasus imunkomprmais termasuk leukemia, penyakit

keganasan yang mendapat terapi kortikosteroid atau kasus defisiensi imun

congenital. Viremia yang hebat dapat menyerang organ seperti hati, saraf pusat

dan paru. Pada kasus imunokompromais, dapat terjadi perdarahan ringan sampai

berat dan fatal seperti purpura maligna. Trombositopenia dapat disebabkan

sebagai akibat penyakit dasar, pengobatan, efek langsung VZV pada sumsum

tulang atau destruksi trombosit karena proses imunologik. Pada kasus varisela

fulminan, kemungkinan terjadi infeksi sel endotel kapiler yang dapat

menyebabkan koagulasi intravascular disieminata (DIC).

Penyulit dari varisela primer yang baru muncul kemudian adalah herpes zoster,

yang timbul setelah periode laten dari VZV di ganglia saraf sensorik tanpa

menimbulkan manifestasi klinis, hingga bila tereaktivasi akan menyebabkan

herpes zoster. Tetapi herpes zoster terjadi lebih sering pada orang dewasa, tetapi

terdapat kemungkinan bahwa di kemudian ari infeksi ini dapat terjadi pada anak.

Di Amerika terdapat 20 (usia 0-4 tahun), 30 (5-9 tahun), 59 (10-14 tahun), dan 63

(15-19 tahun) per 100.000 anak per tahun. Risiko terjadinya herpes zoster

meningkat pada kasus imunokompromais dan pada anak yang menderita varisela

dibawah 1 tahun. Kemungkinan terjadinya infeksi herpes zoster pada kelompok

tersebut disebabkan karena ketidakmampuan system imun mempertahankan

peiode laten dari virus varisela.

6. Diagnosis

Diagnosis dapat ditegakkan secara klinis, yaitu: 1). Muncul setelah masa

prodromal yang singkat dan ringan, 2). Lesi berkelompok terutama di bagian

sentral, 3). Perubahan lesi yang cepat dari macula, vesikula, pustula sampai krusta,

4). Terdapatnya semua tingkat lesi kulit dalam waktu bersamaan pada daerah yang

24

Page 25: Case Varicella

sama, 5). Terdapat lesi di mukosa mulut. Diagnosis banding dapat berupa sindrom

Steven-Johnson, herpes zoster generalisaa atau herpes simpleks.

Pemeriksaan laboratorium tidak terlalu diperlukan untuk menegakkan diagnosis,

akan tetapi pada pemeriksaan penunjang dapat ditemukan leukopeni yang diikuti

dengan leukositosis. Antibodi IgA dan IgM dapat dideteksi pada hari pertama dan

kedua pasca ruam. Untuk mengkonfirmasi diagnosis dapa dilakukan dengan

pewarnaan histokimiawi dari lesi kulit. Prosedur ini dilakkan pada pasien risiko

tinggi yang memerlukan konfirmasi cepat. Pemeriksaan laboratorium yang dapat

dilakukan di antaranya isolaso virus (3-5 hari), PCR, ELISA, teknik

imunofluoresensi Fluorescent Antibody to Membrane Antigent (FAMA), yang

merupakan gold standard.

Pemeriksaan foto thoraks dilakukan untuk mengkonfirmasi ataupun untuk

mengeksklusi pneumonia. Gambaran nodul infiltrate difus bilateral umumnya

terjadi pada pneumonia varisela primer, sedangkan infiltrate fokal

mengindikasikan pneumonia bacterial sekundr. Pungsi lumbal dapat dilakukan

pada anak dengan kelainan neurologis.

7. Pengobatan

Pada anak sehat, varisela dapat sembuh sendiri dan cukup hanya dengan diberikan

pengobatan simtomatik. Pada lesi kulit dapat diberikan lotio calamine, kompres

air dingin untuk mengurangi rasa gatal, mandi secara teratur atau dengan

pemberian antihistamin. Salisilat kurang dianjurkan untuk digunakan berhubungan

dengan terjadinya sindroma Reye, sedangkan asetaminofen dapat memberikan

efek yang tidak meringankan gejala melainkan memperpanjang masa sakit. Kuku

dipotong pendek dan bersih untuk mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi

sekunder. Jika terjadi infeksi sekunder maka dapat diberikan antibitoik.

Kortikosteroid tidak dianjurkan. Penyulit perdarahan diatasi sesuai dengan hasil

pemeriksaan system pembekuan dan pemeriksaan sumsum tulang, akan tetapi

karena VZV dapat menyebabkan kerusakan langsung pada endotel pembuluh

darah maka pada varisela fulminan terutama apabila vesikel baru timbul dapat

diberikan obat antivirus. Antivirus juga diberikan pada pasien dengan

imunokompromais. Antivirus yang dapat diberikan diantaranya adalah asiklovir

atau viradabin. Asiklovir dilaporkan mempunyai efek samping minimal karena

obat ini hanya diserap oleh sel hospes yang terinfeksi oleh virus. Efek yang

mungkin timbul pada terapi asiklovir per oral termasuk rasa mual, muntah, diare,

25

Page 26: Case Varicella

dan nyeri kepala. Asiklovir dieksresi di ginjal dan dapat mengkristal pada tubulus

ginjal pada pasien yang dehidrasi, karena itu pasien yang mendapatkan asiklovir

sebaiknya mendapat hidrasi yang cukup. Obat antivirus asiklovir menjadi pilihan

utama untuk pengobatan spesifik untuk infeksi VZV, namun obat ini tidak

mencegah maupun mengobati VZV laten. Asiklovir tersedia dalam bentuk topikal,

oral maupun intravena, namun hanya oral dan intravena yang berguna untuk

melawan VZV. Pada pemberian peroral hanya sekitar 15%-20% asiklovir yang

diserap. Pada anak sehat, AAP tidak merekomendasikan pemberian asiklovir

secara rutin. American Academy of Pediatrics merekomendasikan pemberian

asiklovir per oral pada kelompok dengan risiko tinggi terkena varisela berat atau

penyulitnya seperti pasien sehat dan tidak hamil (usia di atas 13 tahun), anak-anak

di atas 12 bulan dengan penyakit kulit kronis atau kelainan paru atau menerima

terapi salisilat jangka panjang, pengobatan jangka pendek, intermiten atau inhalasi

kortikosteroid. Sedangkan asiklovir intravena direkomendasikan pada anak-anak

imunokompromais (termasuk yang menerima terapi kortikosteroid dosis tinggi)

dan kasus varisela dengan penyulit. Pada pasien imunokompromais, asiklovir

terbukti menurunkan morbiditas dan mortalitas bila diberikan dalam 24 jam

pertama setelah onset ruam. Dosis asiklovir per oral adalah 20 mg/kg per kali

(dosis maksimum 800 mg) empat kali sehari selama lima hari dan dimulai dalam

24 jam setelah onset ruam, sedangkan asiklovir intravena pada umumnya

diberikan dengan dosis 500 mg/m2 setiap 8 jam selama 7-10 hari.4

8. Pencegahan

Semua vaksin varisela yang menggunakan vaksin virus hidup yang telah

dilemahkan (alive attenuated) hanya diberikan pada anak dengan risikoa terjadi

penylit berat, yaitu anak yang menderita penyakit keganasan, mereka yang sedang

mendapat pengobatan imunosupresif, atau menderita defisiensi imun; tetapi dalam

perkembangannya, vaksin ini juga diberikan pada anak yang sehat. Vaksin ini

mempunyai tingkat perlindungan yang tinggi pada anak usia 1-12 tahun (dengan

angka serokonversi positif sebesar 99,3%) dan ditoleransi dengan baik sehingga

mempunyai efek samping yang minimal. Sekarang direkomendasikan pemberian

vaksin varisela dua kali (masing-masing 0,5 mL) subkutan pada anak-anak usia 1-

12 tahun, dengan interval minimum 3 bulan. Tetapi direkomendasikan oleh CDC

bahwa dosis pertama diberikan pada interval usia 12-15 bulan dan dosis kedua

pada usia 4-6 tahun atau dapat diberikan lebih cepat dengan interval yang sama,

26

Page 27: Case Varicella

yaitu 3 bulan. Sedangkan pada yang berusia lebih dari 12 tahun, diberikan dengan

interval 4 minggu.5 Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (PP-IDAI)

masih menganjurkan pemberian vaksin diberikan pada usia diatas 5 thun

mengingat masih tingginya kemungkinan untuk mendapat kekebalan secara

alamiah. Terdapat beberapa komplikasi yang bias terjadi, diantaranya yang ringan

adalah nyeri pada tempat suntikan (1 dari 5 anak atau 1 dari 3 remaja), demam (1

dari 10 orang), ruam ringan yang bertahan hingga beberapa bulan (1 dari 25);

sedang seperti kejang (sangat jarang); dan berat seperti pneumonia/ radang paru

(sangat jarang terjadi).

Rekapitulasi rekomendasi ACIP untuk pengendalian varisela3

Kategori Rekomendasi

Vaksinasi rutin pada anak Direkomendasikan dalam 2 kali pemberian:

I: 12-15 bulan

II: 4-6 tahun

Remaja >= 13 tahun dan dewasa Dalam 2x pemberian, interval 4-8 minggu.

Direkomendasikan pada semua remaja dang

dewasa tanpa bukti imunitas.

Dosis kedua direkomedasikan untuk semua

orang yang telah menerima satu dosis

sebelumnya

Vaksinasi kejar pasien HIV Dua dosis dengan interval 3 bulan

Sebaiknya diberikan pada anak dengan IV

dengan presentasi CD4 >=200 sel/uL

Skrining antenatal Direkomendasikan evaluasi prenatal dan

vaksinasi postpartum.

Pengendalian wabah Direkomendasikan pemberian 2 dosis

Pascapajanan Diberikan dalam kurun waktu 3-5 hari

Lingkup vaksinasi Direkomendasikan untuk anak-anak di pusat

penitipan anak, sekolah, dan institusi pendidikan

lainnya.

9. Profilaksis Pasca Pajanan

Varicella zoster Immunoglobulin (VZIG) diindikasikan untuk:

27

Page 28: Case Varicella

- Yang dikontraindikasikan mendapat vaksinasi varisela (Kongenital

imunodefisiensi, leukemia, limpoma, atau keganasaaan lain, infeksi HIV

simptomatik, kortikosteroid dosis tinggi, kehamilan, alergi neomisin, asam

salisilat lebih dari 6 minggu)

- Neonatus yang ibunya mengalami gejala varisela dalam 5 hari sebelum – 2

hari setelah pajanan

- Pajanan pasca natal pada bayi premature (usia gestasi < 28 minggu atau BBL

< 1000 gram)

- Ibu hamil yang terpajan

- Petugas rumah sakit yang rentan terkena infeksi

- Anak sehat yang berisiko sakit

VZIG dikontraindikasikan pada pasien yang sudah menerima vaksinasi varisela

atau sudah seropositif. Dosis VZIG yang diberikan adalah 125 unit/10 kgBB (min

125 U dan maksimal 625 U) secara intramuscular.3

II. Infeksi Saluran Pernapasan

Gejala yang menggambarkan kelainan pada system respirasi adalah batuk, dahak

(sputum), batuk darah (hemoptysis), sesak napas (dyspnea), nyeri dada, dan mengik

(wheezing). Batuk merupakan keluhan yang lazim dari kelainan system respirasi,

biasanya terjadi dengan diawali inspirasi yang dalam diikuti dengan ekspirasi yang

eksplosif, sehingga saluran napas dapat dibersihkan dari sekresi dan benda asing.

Batuk dapat terjadi bila sel di sepanjang saluran napas teriritasi dan terpicu oleh

serangkaian peristiwa sehingga udara dalam paru dengan tekanan tinggi didorong

mengalir keluar. Batuk yang bersifat menggonggong mungkin terkait dengan

inflamasi epiglottis. Batuk yang keras adalah karena penekanan pada trakea (missal

karena tumor). Batuk yang menjadi lebih parah pada malam hari dapat berkaitan

dengan asma dan gagal jantung. Batuk yang timbul segera setelah makan atau minum

adalah mungkin karena fistula trakeo-esofageal atau refluks esophageal. Batuk yang

timbul terutama bila disertai oleh demam dan gejala pernapasan lain mungkin

disebabkan oleh bronchitis akut atau pneumonia. Batuk kronik disertai mengik

mungkin karena asma. Batuk kering kronik dan iritatif dapat disebabkan karena

refluks esophageal dann iritasi asam di paru, dapat juga oleh fibrosis interstitial paru

atau disebabkan pemberian antihipertensi (ACE inhibitor). Batuk yang produktif

dengan sputum purulen bervolume banyak dengan warna kuning kehijaan

28

Page 29: Case Varicella

kemungkinan besar karena bronkiektasis. Sputum berbau dan berwarna gelap

kehitaman mungkin karena abses paru oleh kuman anaerobic.

Batuk darah (hemoptysis) adalah ekspektorasi darah atau terdapatnya darah dalam

sputum yang berasal dari saluran pernapasan. Perdarahan dapat berasal dari 2 jenis

sirkulasi yaitu arteri pulmonalis yang berjumlah sedikit (minimal) dan arteri

bronkialis yang biasanya dalam jumlah lebih banyak karena mempunyai tekanan

hidrostatik yang lebih tinggi. Hemoptisis massif bila jumlah darah lebih dari 8

mL/kg/24 jam. Hemoptisis yang berwarna merah karat dengan pH alkali perlu

dibedakan dengan hematemesis. Diagnosis banding anak dengan hemoptisis, antara

lain adalah:

o Infeksi (40% disebabkan oleh karena infeksi akut saluran napas bawah)

o Trauma (aspirasi, teratogenik dan iatrogenic)

o Bronkiektasis

o Kelainan pembuluhh darah

o Kardiovaskular

o Neoplasma (sangat jarang)

Terapi hemotisis ditujukan pada menghentikan perdarahan, mencegah aspirasi, dan

pengobatan penyakit primer.

- Infeksi Akut Sistem Pernapasan Atas

Infeksi akut system pernapasan atas yang sering menjadi masalah bagi anak dan

menyebabkan anak dibawa ke dokter yang 1/3 nya disertai dengan keluhan nyeri

tenggorok atau disebut juga faringitis akut. Penyebabnya diantara lain adalah

adenovirus, coronavirus, respiratory synctial virus, EBV, enterovirus, rhinovirus,

HSV dan streptokokus beta hemolitikus grup A dan dapat juga disebabkan oleh

beberapa mikroorganisme lain.

Manifestasi klinik bila disebabkan streptokokus maka onset penyakit seing

berlangsung cepat setelah masa inkubas 2-5 hari. Anak mengalami demam, nyeri

tenggorok, nyeri kepala, muntah dan nyeri perut. Faring dan sekitarnya merah,

tonsil membesar, dengan eksudat warna kuning kemerahan. Pada palatum dan

dinding faring terdapat petekiae dan lesi berbentuk donat. Kelenjar limfe di leher

bengkak dan nyeri. Onset faringitis jika disebabkan oleh virus berlangsung

perlahan, termasuk rhinore, batuk, diare, dapat disertai konjuntivitis, koryza dan

suara parau (bila disebabkan adenovirus), dan pada EBV disertai dengan

29

Page 30: Case Varicella

pembesaran kelenjar limfe serta tonsil dengan eksudasi. Terapi terutama ditujukan

terhadap streptokokus terutama untuk menghindari komplikasi lebih lanjut. Selain

itu, jika disebabkan oleh virus, maka dapat diberikan antivirus.

- Infeksi Saluran Pernapasan Bagian Bawah

Infeksi saluran napas bagian bawah terjadi inflamasi pada saluran napas bagian

bawah diantaranya bronkus, bronkiolus, dan parenkim. Inflamasi pada parenkim

dapat terjadi diantaranya bronkopneumonia ataupun pneumonia.

Pneumonia merupakan suatu proses inflamasi pada paru-paru disebabkan oleh

mikroorganisme dan non-mikroorganisme yaitu aspirasi makanan/ isi lambung

hidrokarbon, bahan lipoid, reaksi hipersensitifitas, imbas obat dan radiasi. Adapun

mikroorganisme penyebab pneumonia adalah Streptococcus pneumonia (paling

sering), kemudian Chlamidia pneumonia dan Mycoplasma pneumonia serta

mikroorganisme lainnya. Pada bayi dan anak berusia < 5 tahun, penyebab

tersering adalah virus influenza dan respiratory syncytial virus, dan penyebab

lainnya adalah parainfluensa virus, adenovirus, rhinovirus, dan metapneumovirus.

Manifestasi klinik dari pneumonia ialah beberapa hari sebelum terjadi pneumonia

anak sering mengaami infeksi system pernapasan atas berupa batuk dan pilek.

Kemudian suhu tubuh dengan cepat meningkat sering disertai menggigil, laju

napas meningkat, tanda sesak napas (napas cuping hidung atau retraksi), tampak

gelisah, batuk keras tidak berdahak dan pada kasus yang berat disertai sianosis

sirkumoral. Anak akan lebih nyaman dalam posisi berbaring pada dada yang

terkena dan sambil menekuk tungkai kearah dada. Pada pemeriksaan fisik

didapatkan suara pernapasan vesikuler yang melemah disertai rhonki pada daerah

lesi. Pada bayi dengan pneumonia yang disebabkan oleh virus, leukosit tidak

meningkat terlalu banyak (<20000) dan yang dominan adalah limfosit, sedang

pada pneumonia bacterial, leukosit mencapai 15000-40000/mm3 dan yang

dominan adalah granulosit. Foto rontgen dada bermanfaat untuk menetapkan

adanya lesi pneumonia dan komplikasi yang mungkin terjadi. Pemeriksaan

lainnya untuk mengetahui jenis mikroorganisme penyebab juga dapat dilakukan.

Jenis antibiotic bila diperlukan sesuai dengan penyebab yang ditemukan.

Kompliasi tergantung pada penyebaran kuman, antara lain ialah efusi pleura,

empiema, perikarditis, dan bakteriemia.

Terapi kasus ringan dapat diberi amoxicillin (80-90mg/kg/hari) dengan pilihan

lainnya adalah cefuroxime axetill atau amoxicillin/kalvulanat. Pada anak usia

30

Page 31: Case Varicella

sekolah yang dianjurkan adalah golongan makrolid seperti azytromisin sebagai

pilihan yang sesuai. Pada anak remaja dapat diberikan fluorokuinolon (untuk

pneumonia atipikal).

Pada kasus yang lebih berat atau memerlukan rawat inap dapat diberikan

cefuroxime atau ceftriaxone parenteral 150 mg/kg/hari, dan bila ada diperkirakan

adanya stafilokokus dapat disertakan dengan pemberian vankomisin atau

klindamisin. Pneumonia viral yang ringan tidak perlu segera mendapat antibiotic,

kecuali bila secara klinik tidak ada perbaikan. Terapi suprotif dan simtomatik

diberikan sesuai dengan indikasi.6

BAB IV

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dari anamnesis, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan-pemeriksaan

penunjang yang telah dilakukan pada pasien, maka dapat disimpulkan bahwa diagnosis kerja

atas pasien adalah infeksi varisela yang disertai dengan hemoptoe ec ISPA dan Pneumonia.

Varisela merupakan suatu infeksi yang disebabkan oleh suatu virus bernama varicella-zoster-

virus (VZV) yang adalah penyakit primer VZV dan pada umunya menyerang anak.

Hemoptoe pada kasus ini kemungkinan besar disebabkan oleh ISPA (Infeksi Saluran

Pernapasan Atas) dan disertai dengan adanya Pneumonia berdasarkan hasil foto thorax

pasien.

Penatalaksanaan yang dapat diberikan pada pasien ini adalah terapi anti-viral (Acyclovir),

antibiotik sebagai penatalaksanaan dari Pneumonia, serta penatalaksanaan akan hemoptoe

pada pasien ini yaitu dengan pemberian asam traneksamat.

Prognosis dari penyakit infeksi varisela secara ad vitam bonam, demikian juga secara ad

fungsionam pada pasien ini dubia ad bonam dan sanationam dubia ad bonam berhubungan

dengan tidak adanya defisit imun. Meskipun begitu, kekambuhan dari infeksi ini masih dapat

terjadi, begitu juga dengan kemungkinan terjadinya infeksi sekunder berupa pneumonia dan

infeksi herpes zoster.

31

Page 32: Case Varicella

Daftar Pustaka

1. Pusat Data dan Informasi Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 22 November

2007. Available at: www.depkes.go.id. Accessed on April 17th 2014.

2. Comitee on Infectious Diseases. Varicella Vaccine Update. Pediatrics 2000; 105: 136-

141

3. Soedarmo S. S. P., Garna H., Hadinegoro S. R. S., Satari H. I. Buku Ajar Infeksi &

Pediatri Tropis. Ed 2. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia: 2010. P. 134-42.

4. Hadinegoro S. R. S., Theresia. Terapi Asiklovir pada Anak dengan Varisela Tanpa

Penyulit. Sari Pediatri, Vol. 11, No. 6, April 2010.

5. Vaksinasi Cacar Air Yang Perlu Anda Ketahui. Available at: www.cdc.gov/vaccines.

Accessed on April 18th, 2014.

6. Widagdo. Tatalaksana Masalah Penyakit Anak Dengan Batuk/Batuk Darah. Ed 1.

Sagung Seto: Jakarta: 2014. P. 6-7; 27-8; 42-3; 126-7.

32