varicella new

16
RESPONSI ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN VARICELLA Penyusun : Dhanin Witedja 2015.04.2.0038 FAKULTAS KEDOKTERAN UMUM

Upload: bramasthajupiteraverdevillage

Post on 31-Jan-2016

257 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

..

TRANSCRIPT

Page 1: Varicella New

RESPONSI

ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN

VARICELLA

Penyusun :

Dhanin Witedja 2015.04.2.0038

FAKULTAS KEDOKTERAN UMUM

UNIVERSITAS HANG TUAH

RSAL DR. RAMELAN SURABAYA

2015

Page 2: Varicella New

I. IDENTITAS PENDERITA

Nama : An. BN

Jenis kelamin : perempuan

Umur : 9 tahun

Alamat : Gadung 41 Surabaya

Pekerjaan : pelajar

Agama : Islam

Tgl. Periksa : 11 September 2015

II. ANAMNESA

1. Keluhan Utama :

Muncul bintik – bintik merah.

2. Keluhan tambahan :

Gatal, greges, pusing.

3. Riwayat Penyakit Sekarang (Autoanamnesa)

Pasien datang ke poli kulit kelamin RSAL Dr. Ramelan Surabaya

pada tanggal 11 September 2015 dengan keluhan muncul bintik – bintik

merah tidak disertai rasa gatal sejak 2 hari sebelum datang ke Poli Kulit

Kelamin RSAL dr. Ramelan (9 September 2015). Saat itu pasien juga

merasakan tidak enak badan, pusing dan keluar bintik pertama di daerah

lengan bawah kanan.

2

RESPONSI

ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN

Nama : Dhanin Witedja

NIM : 2015.04.2.0038

Page 3: Varicella New

Hari kedua penderita memium paracetamol dengan dosis 125 mg

(1/4 tablet). Keluar bintik baru di daerah leher, dahi dan lengan bawah

kiri.

Hari ketiga penderita dibawa ke poli kulit dan kelamin RSAL Dr.

Ramelan untuk berobat.

Penderita menyangkal bahwa ada orang di sekitarnya baik teman

kerja maupun keluarga yang menderita penyakit yang sama. Pendeita

menyangkal bahwa dirinya terkena gigitan serangga. Mengaku belum

terkena cacar air, namun telah menjalani vaksinasi.

4. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya

Riwayat alergi makanan dan obat-obatan disangkal

Asma disangkal

5. Riwayat Penyakit Keluarga

Keluarga tidak ada yang mengalami sakit seperti ini

Riwayat alergi makanan, obat – obatan disangkal

6. Riwayat Psikososial

Pasien adalah seorang siswa kelas 3 SD

Pasien mandi 2-3x sehari menggunakan air PDAM dan memakai

sabun mandi.

Penderita mengganti pakaian yang digunakan sehari-hari 2x dan

memakai handuk sendiri tidak bergantian dengan anggota keluarga

lain.

III. PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis

Keadaan Umum : Tampak Baik

Kesadaran : Compos mentis

Status Gizi : Baik (BMI= 23)

3

Page 4: Varicella New

A/I/C/D : -/-/-/-

Kepala : Dalam Batas Normal

Leher : Dalam Batas Normal

Thorax : Dalam Batas Normal

Abdomen : Dalam Batas Normal

Ekstremitas : Dalam Batas Normal

Status Dermatologi

1. Regio facial

Efforesensi : single vesikel dengan dasar eritematus

2. Regio leher

Efforesensi : papul eritematosa multipel, vesikel pecah yang

meninggalkan gambaran erosi

4

Page 5: Varicella New

3. Regio extremitas atas

Efforesensi : multipel papul dan vesikel dengan dasar eritematus, vesikel pecah

yang meninggalkan gambaran erosi

IV. RESUME

Anamnesa

Pasien datang ke poli kulit kelamin RSAL Dr. Ramelan Surabaya

pada tanggal 11 September 2015 dengan keluhan muncul bintik – bintik

merah tidak disertai rasa gatal sejak 2 hari sebelum datang ke Poli Kulit

Kelamin RSAL dr. Ramelan (9 September 2015). Saat itu pasien juga

merasakan tidak enak badan, pusing dan keluar bintik pertama di daerah

lengan bawah kanan.

5

Page 6: Varicella New

Hari kedua penderita memium paracetamol dengan dosis 125 mg

(1/4 tablet). Keluar bintik baru di daerah leher, dahi dan lengan bawah

kiri.

Hari ketiga penderita dibawa ke poli kulit dan kelamin RSAL Dr.

Ramelan untuk berobat.

Penderita menyangkal bahwa ada orang di sekitarnya baik teman

kerja maupun keluarga yang menderita penyakit yang sama. Pendeita

menyangkal bahwa dirinya terkena gigitan serangga. Mengaku belum

terkena cacar air, namun telah menjalani vaksinasi.

.

Pemeriksaan Fisik

Status generalis : Dalam batas normal.

Status Dermatologi

4. Regio facial

Efforesensi : single vesikel dengan dasar eritematus

5. Regio leher

Efforesensi : papul eritematosa multipel, vesikel pecah yang

meninggalkan gambaran erosi

6. Regio extremitas atas

Efforesensi : multipel papul dan vesikel dengan dasar eritematus, vesikel

pecah yang meninggalkan gambaran erosi

V. DIAGNOSA KERJA

Varicella

VI. DIAGNOSA BANDING

variola

Pityriasis Lichenoides et Varioliformis Acuta

6

Page 7: Varicella New

VII. PLANNING

TERAPI

Non medikamentosa:

Edukasi kepada pasien tentang penyakitnya

o Menyarankan supaya menghindari kontak dengan

anggota keluarganya dan memisahkan alat mandi dan

alat pribadi lainnya.

Banyak makan dan istirahat yang cukup

Medikamentosa:

Topikal

Calamine lotion

Sistemik

Paracetamol 500 mg p.r.n

CTM 3 x 4 mg

Acyclovir 4 x 800 mg selama 5 hari.

MONITORING

Keluhan penderita berkurang, tetap atau makin memberat.

Ada tidaknya lesi baru yang muncul di bagian tubuh lain.

Komplikasi yang dapat muncul

VIII. PROGNOSIS

Bonam

7

Page 8: Varicella New

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. Definisi

Infeksi akut primer oleh virus varisela – zoster yang meyerang

kulit dan mukosa, manifestasi klinis didahului gejala konstitusi, kelainan

kulit polimorf, terutama berlokasi di bagian sentral tubuh. (1)

II. Etiologi

Penyebab varisela adalah virus varisela zoster (VVZ).

Penamaan tersebut memberi pengertian bahwa infeksi primer virus ini

menyebabkan penyakit varisela, sedangkan reaktivasinya menyebabkan

herpes zoster. VVZ merupakan anggota famili herpes virus. Virion VVZ

berbentuk bulat, berdiameter 150 – 200 nm, DNA terletak diantara

nukleokapsid, dan dikelilingi oleh selaput membran luar dengan sedikitnya

terdapat tiga tonjolan glikoprotein mayor. Glikoprotein ini yang menjadi

target imunitas humoral dan seluler (1)

III. Epidemiologi

Varisela tersebar kosmopolit, menyerang terutama anak-anak, tetapi

dapat juga menyerang orang dewasa. Transmisi penyakit ini secara

aerogen. Masa penularannya lebih kurang 7 hari dihitung dari timbulnya

gejala kulit.(1)

IV. Patogenesis

VZV masuk melalui mukosa saluran nafas atas dan orofaring.

Multiplikasi awal dari virus terjadi di port de entry dan menyebabkan

diseminasi virus dalam jumlah kecil melalui darah dan saluran limfa

(viremia primer). Virus kemudian dibersihkan oleh sel – sel sistem

retikuloendotelial, yang menjadi situs utama replikasi virus selama sisa

masa inkubasi. Selama masa inkubasi ini, innate host defense (interferon,

sel NK) secara parsial menekan infeksi dan sekaligus terjadi

perkembangan dari respon imun spesifik VZV. Namun pada sebagian

besar manusia, replikasi virus menang terhadap pertahanan host ini,

8

Page 9: Varicella New

sehingga kurang lebih 2 minggu setelah infeksi akan terjadi viremia

sekunder yang diasosiasikan dengan gejala dan munculnya lesi pada kulit.

Viremia sekunder biasanya teratasi kurang lebih dalam 3 hari oleh sistem

imun humeral dan selular spesifik VZV dari host. Respon imun host sangat

berperan dalam menghilangkan viremia dan membatasi progresi dari lesi

varisela pada kulit. Imunitas humeral terhadap VZV melindungi terhadap

VZV. Manusia yang memeliki kadar serum antibodi yang dapat dideteksi

biasanya tidak sakit setelah terpapar oleh virus ini. Imunitas seluler juga

berkembang selama perjalanan penyakit, dan bertahan selama bertahun –

tahun, melindungi terhadap infeksi yang berat.(5)

V. Gejala Klinis

Masa inkubasi penyait ini berlangsung 14 smpai 21 hari. Gejala

klinis dimulai dengan gejala prodormal, yakni demam yang tidakk terlalu

tinggi, malaise, dan nyeri kepala, kemudian disusul timbulnya erupsi kulit

berupa papul eritematosa yang dalam waktu beberapa jam berubah

menjadi vesikel. Bentuk vesikel ini khas mirip tetesan embun (tear drops)

di atas dasar yang eritematosa. Vesikel akan berubah menjadi keruh

menyerupai pustul dan kemudian menjadi krusta. Sementara proses ini

berlangsung, timbul lagi vesikel – vesikel baru sehingga pada satu saat

yang bersamaan akan tampak gambaran polimorfi.

Penyebaran terutama di daerah badan, kemudian menyebar secara

sentrifugal ke wajah dan ekstremitas, serta dapat menyerang selaput lendir

mata, mulut, dan saluran nafas bagian atas. Jika terdapat infeksi sekunder

terdapat pembesaran kelenjar getah bening regional. Penyakit ini biasanya

disertai rasa gatal.

Infeksi yang timbul pada trimester pertama kehamilan dapat

menimbulkan kelainan kongenital, sedangkan infeksi yang terjadi

beberapa hari menjelang kelahiran dapat menyebabkan varisela kongenital

pada neonatus. (1)

9

Page 10: Varicella New

Jumlah lesi pada anak sehat adalah 250-500, namun pada anak

yang sudah vaksin jumlah lesi menjadi kurang dari 60, jumlah vesikel

lebih sedikit dan kejadian demam jarang terjadi serta lebih ringan

dibandingkan varisela pada umumnya.(5)

VI. Differensial Diagnosa

1) Reaksi obat

2) Dermatitis Venenata

3) Papular Urtikaria

4) Dermatitis Herpertiformis

5) Smallpox / Variola

6) PLEVA (4)

VII. Komplikasi

Komplikasi akut yang dapat terjadi berupa bronkopneumoni,

sedangkan bila virus berhasil dorman dapat menjadi herpes zoster di

kemudian hari.

Komplikasi pada anak – anak umunya jarang timbul dan lebih

sering pada orang dewasa berupa ensefalitis, pnemunoia,

glomerulonefritis, karditis, hepatitis, keratitis, konjungtivitis, otitis,

arteritis, dan kelainan darah (purpura).(1)

VIII. Penatalaksanaan

Pengobatan bersifat asimtomatik dengan antipiretik dan

analgesik. Antipiretik antara lain paracetamol, salisilat dan aspirin

sebaiknya dihindari karena dapat menyebabkan sindrom Reye (1). Dimana

dosis dewasa untuk paracetamol 4 x 500mg / hari, sedangkan pada anak 4

x 10mg / kg / tiap pemberian. Metampiron juga dapat diberikan pada

dewasa dengan dosis 3 x 500 mg / hari (3).

Pada anak normal varisela biasanya bersifat swasirna. Kompres

dingin atau calamine lotion, antihistamin oral dapat digunakan untuk

mengurangi gatal. Infeksi bakterial selulitis biasanya membutuhkan terapi

10

Page 11: Varicella New

antimikrobial sistemik yang efektif terhadap grup staphylococcus aureus

dan grup A streptococcus beta hemolyticus.(5)

Terapi antiviral dengan acyclovir pada anak usia 2 -12 tahun

biasanya efektif apabila dilakukan 24 jam setelah munculnya rash, karena

dapat mengurangi jumlah lesi dan menghambat pembentukan lesi baru

serta mengurangi durasi dari rash, demam dan gejala konstitusional lain.

Treatmen antiviral yang diberikan lewat dari 24 jam setelah onset rash

biasanya kurang efektif namun boleh tetap diberikan untuk mempercepat

resolusi penyakit.(5)

Dosis asiklovir oral pada dewasa sebanyak 5 x 800mg / hari

(selama 7 - 10 hari). Sedangkan dosis pada anak 20mg / kgBB / tiap

pemberian sampai 800mg 4kali / hari (selama 5 hari). (3)

Varicella Zoster Immunoglobuline (VZIG) dapat mencegah atau

meringankan varisela dan diberikan secara intramuskuar dalam empat hari

setelah terpajan. (1).

IX. Prognosis

Perawatan yang teliti dan memperhatikan higiene memberi

prognosis yang baik dan dapat mencegah timbulnya jaringan parut. (1)

11

Page 12: Varicella New

DAFTAR PUSTAKA

1. Aisah Siti, Handoko Ronny. 2015. Varisela dalam buku Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

2. CDC. 2015. Epiddemiology and Preventionof Vaccine – Preventable Disease, 13th Edition.

3. Murtiastutik dkk. 2010. Varisela dalam Atlas penyakit kulit & kelamin. Surabaya : Departemen Kesehatan Kulit dan Kelamin FK Unair

4. Bechtel, A Kirsten. 2015. Pediatric Chickenpox.Diunduh dari : (http://emedicine.medscape.com/article/969773-overview) pada tanggal 20 September 2015

5. Strauss, Stephen E dkk.2008. Fitzpatrick’s dermatology in general medicine 7th edition. USA: the McGraw-hill companies, inc.

12