Download - Case Varicella
INFEKSI VARICELLA ZOSTER DENGAN
HEMOPTOE
KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT ANAK
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BUDHI ASIH
Pembimbing:
dr. Harmon, SpA.
Oleh:
Ageng Budiananti (030.09.002)
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
MEI 2014
1
LEMBAR PENGESAHAN
INFEKSI VARICELLA ZOSTER DENGAN HEMOPTOE
Case ini diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam mengikuti dan menyelesaikan
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Anak
Rumah Sakit Umum Daerah Budhi Asih
Periode 24 Maret – 31 Mei 2014
Oleh:
1. Nama :Ageng Budiananti
NIM : 030.09.002
Telah diterima dan disetujui oleh penguji,
Jakarta, 3 Mei 2014
dr. Harmon, SpA.
KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT ANAK
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BUDHI ASIH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan YME atas rahmat-Nya sehingga saya dapat
menyelesaikan case dengan judul “INFEKSI VARICELLA ZOSTER DENGAN
HEMOPTOE”.Case ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mengikuti dan menyelesaikan
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Anak di Rumah Sakit Umum Daerah Budhi Asih.
Saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada dokter pembimbing, dr.
Harmon, SpA. yang telah memberikan bimbingannya dalam proses penyelesaian case ini,
juga untuk dukungannya baik dalam bentuk moril maupun dalam penyusunan case sehingga
menjadi lebih baik.
Saya menyadari bahwa dalam kurangnya pengetahuan dan pengalaman penulis sehingga
penulisan case ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, saya sangat terbuka
untuk menerima segala kritik dan saran yang diberikan demi kesempurnaan case ini. Saya
berharap agar case ini dapat bermanfaat dan memberikan sumbangan ilmu pengetahuan bagi
pihak yang memerlukan, khususnya bagi kami sendiri.
Jakarta, 7 Mei 2014
Penulis
3
BAB I
PENDAHULUAN
Virus Varicella zoster merupakan famili dari human herpes virus. Virus ini merupakan suatu
virus yang mengandung DNA double-stranded dan dibungkus oleh glikoprotein yang dapat
menyebabkan 2 penyakit, yaitu varicella (chickenpox) dan herpes zoster. Gejala klinis
varicela dapat ditemukan pada kulit kepala, muka, badan, biasanya sangat gatal, berupa
makula kemerahan, yang kemudian dapat berubah menjadi lesi-lesi vesikel.1
Penyakit cacar air (varicela) mungkin sudah tidak asing lagi dan merupakan penyakit yang
mendunia. Varicela merupakan penyakit menular yang dapat menyerang siapa saja, terutama
mereka yang belum mendapatkan imunisasi. Di Indonesia, tidak banyak data yang mencatat
kasus varicela atau cacar air secara nasional. Data yang tercatat merupakan data epidemi
cacar air pada daerah tertentu saja. Tahun 2007, Kepala Bidang Pemberantasan Penyakit
Menular dan Penyehatan Lingkungan Dinkes mengatakan terdapat lebih dari lima ratus
penderita, akan tetapi jumlah tersebut menurun dibandingkan tahun 2006. Data Dinkes tahun
2006 mencatat, jumlah penderita penyakit cacar air sebanyak 1.771 orang.1
Berdasarkan data-data tersebut, diperlukan adanya usaha pencegahan dengan vaksinasi yang
telah terbukti sangat efektif untuk mengontrol penyebaran penyakit varicela. Vaksin ini
mempunyai kemampuan 70-90% untuk mencegah varicela dengan efektifitas 95% dalam
mencegah varicela berat.2
4
BAB II
LAPORAN KASUS
I. Identitas Pasien
Nama : An. H
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 11 tahun 8 bulan
Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta/ 27 Juli 2002
Alamat : Jl. Bangka Raya Gg. Amal I No. 15, Kel. Pela
Mampang, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan
Agama : Islam
Tanggal Datang ke RS : 16 April 2014
Identitas Ayah Pasien
Nama : Tn. M
Usia : 37 tahun
Alamat : Jl. Bangka Raya Gg. Amal I No. 15, Kel. Pela
Mampang, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan
Pekerjaan : Pengangguran
Penghasilan : (-)
Identitas Ibu Pasien
Nama : Ny. S
Usia : 32 tahun
Alamat : Jl. Bangka Raya Gg. Amal I No. 15, Kel. Pela
Mampang, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Penghasilan : (-)
II. Anamnesis
5
(Dilakukan secara auto dan aloanamnesis dengan pasien dan Ayah kandung pasien di
Bangsal 5 Timur Ruang 513, pada hari Rabu, 16 April 2014 pukul 23.30 WIB)
Keluhan Utama : Batuk mengeluarkan darah sebanyak 3 kali pada sore hari
SMRS
Keluhan Tambahan : Timbul bintik-bintik seperti bisul kecil pada wajah sejak 1
hari SMRS
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien dibawa ke IGD RSUD Budhi Asih dengan keluhan batuk mengeluarkan
darah pada sore hari SMRS. Batuk yang mengeluarkan darah sebanyak 3 kali.
Darah yang dikeluarkan tiap kali batuk kurang lebih sebanyak 1/4-1/2 gelas aqua
berwarna merah segar, tidak disertai seperti cairan/ lendir menyerupai busa,tidak
ada dahak dan ada sedikit gumpalan darah kehitaman saat batuk. Batuk disertai
darah apabila batuknya kencang. Pasien mengaku mengalami mimisan sesaat saat
batuk mengeluarkan darah tetapi darah yang keluar melalui hidung tidak banyak
dan mimisan berhenti sendiri. Pasien mengaku mengalami nyeri menelan sejak saat
batuk dan sebelumnya terdapat batuk kering sejak 2 minggu SMRS. Terdapat
demam sejak 3 hari SMRS, teraba hangat dengan tangan, tetapi sebelumnya pasien
sering demam naik-turun sejak satu bulan SMES. Nyeri dada dan sesak napas
disangkal. Penurunan berat badan dan keringat saat malam hari disangkal. Tidak
ada keluhan seperti mual, muntah, nyeri perut, gangguan BAK/ BAB. Pasien juga
mengeluh timbul bintik-bintik kecil seperti bisul yang ukurannya kurang lebih 0,3
cm sejak sehari SMRS. Bisul timbul mulai dari wajah, ke leher, dada dan
punggung. Bisul terasa gatal dan sangat nyeri terutama bila disentuh. Pasien tidak
pernah mengalami hal ini sebelumnya.
Riwayat Kehamilan/ Kelahiran:
Kehamilan Morbiditas kehamilan Hipertensi (-), DM (-), Asma (-), Cacar (-),
Penyakit paru (-)
Perawatan antenatal Rutin kontrol di Puskesmas satu bulan satu
kali, dan dua minggu sekali pada 3 bulan
terakhir suntik TT 2x saat hamil
Kelahiran Tempat kelahiran Rumah sakit
Penolong persalinan Bidan
Cara persalinan Persalinan pervaginam, spontan, tanpa
6
menggunakan alat bantu
Masa gestasi 38 minggu
Keadaan bayi Berat lahir: 3800 gr
Panjang: 48 cm
Langsung menangis, tidak pucat/biru, tidak
kuning/ikterik
Kesimpulan riwayat kehamilan/ persalinan: os lahir dengan cara persalinan normal.
Ibu dan bayi dalam keadaan sehat selama kehamilan dan persalinan.
Riwayat Perkembangan:
o Pertumbuhan gigi: 8 bulan
o Psikomotor:
- Tengkurap: 4 bulan
- Duduk: 8 bulan
- Berdiri: 11 bulan
- Berjalan: 12 bulan
- Berbicara: 10 bulan
- Membaca dan menulis: 6 tahun
o Perkembangan Pubertas:
- Rambut pubis: - (P1)
- Payudara: M2
- Menarche: -
o Gangguan perkembangan mental/emosi: Tidak terdapat gangguan
perkembangan/ mental maupun emosi.
Riwayat Makanan
Umur (bln) ASI/PASI Buah/biscuit Bubur susu Nasi tim
0-2 On demand (-) (-) (-)
2-4 On demand (-) (-) (-)
4-6 On demand 1x (2-3 keping) (-) (-)
6-8 On demand 1x (2- 3
keping)
3x/hari (-)
8-10 On demand 1x (2-3 keping) 3x/hari (-)
10-12 On demand 1x (2-3 keping) 1x/hari 2x/hari
7
Umur diatas 1 tahun:
Jenis Makanan Frekuensi dan Jumlah
Nasi/ pengganti 2x/hari
Sayur 2x/hari
Daging 1x/1-2minggu
Telur 2x/hari
Ikan 1x/minggu
Tahu 2x/hari (@ 2 potong)
Tempe 2x/hari (@ 2 potong)
Susu (merk) 1 gelas/hari (susu Bendera)
Lain lain (-)
Kesulitan makan: Os tidak memiliki kesulitan makan, tetapi asupan seperti daging
atau ikan jarang dikonsumsi.
Riwayat Imunisasi:
Vaksin Dasar Ulangan
BCG 0
DPT/DT 2 3 4
Polio 0 2 3
Campak 9 bln
Hepatitis B 0 1 6
MMR (-)
TIPA (-)
Riwayat Keluarga
- Corak reproduksi:
No. Tanggal Lahir Jenis
Kelamin
Hidup Lahir
Mati
Abortus Mati
(Sebab)
Keterangan
Kesehatan
1. 27 Juli 2002 Perempuan (+) Pasien
2. 7 Nov’ 2011 Perempuan (+) Sehat
3. 3 Mei 2003 Perempuan (+) Sehat
8
- Riwayat pernikahan:
Ayah Ibu
Nama Tn. M Ny. S
Perkawinan ke 1 1
Umur saat menikah 25 tahun 20 tahun
Pendidikan terakhir SMEA SMA
Agama Islam Islam
Suku bangsa Betawi Betawi
Kosanguinitas (-) (-)
Keadaan kesehatan Sering batuk-batuk
berdahak sejak 2 bulan
yang lalu
Sehat
Penyakit, bila ada (-) (-)
- Riwayat keluarga orang tua pasien:
Ayah pasien sering batuk-batuk sejak 2 bulan yang lalu, batuk berdahak
warna putih tanpa pernah ada darah, tidak disertai demam, sesak, nyeri dada,
penurunan berat badan dan keringat malam hari serta benjolan di daerah
leher, ketiak dan lipat paha disangkal. Ayah pasien juga merokok.
- Riwayat anggota keluarga lain yang serumah:
Anggota keluarga pasien yang tinggal satu rumah tidak memiliki riwayat
penyakit yang sama dengan pasien, tidak ada yang batuk-pilek atau sedang
menderita penyakit tertentu, tidak ada yang pernah menjalani pengobatan
paru selama berbulan-bulan atau minum obat dalan jangka waktu yang lama.
Riwayat Lingkungan Perumahan:
- Perumahan: rumah menyewa
- Keadaan rumah: ventilasi rumah kurang karena jendela kurang banyak,
pencahayaan kurang karena masih memerlukan lampu pada siang hari, air
yang digunakan dari air PAM. Di dalam satu rumah, ada 7 orang yang tinggal
didalamnya.
- Daerah/lingkungan: cukup padat penduduk, sampah dibuang didepan rumah
dan diambil tiap 2-3 hari sekali, tidak banjir saat musim hujan.
9
- Kesimpulan keadaan lingkungan: lingkungan tempat pasien tinggal memiliki
sirkulasi udara maupun pencahayaanyang kurang baik,walaupun bebas banjir
dengan lingkungan yang kebersihannya cukup terjaga.
Riwayat Penyakit Yang Pernah Diderita
Penyakit Umur Penyakit Umur Penyakit Umur
Alergi (-) Difteria (-) Peny. Jantung (-)
Cacingan (-) Diare (-) Peny. Ginjal (-)
DBD (-) Kejang (-) Peny. Darah (-)
Demam tifoid (-) Kecelakaan (-) Radang paru (-)
Otitis (-) Morbilli (-) Tuberkulosis (-)
Parotitis (-) Operasi (-) Lain lain Batuk
darah
2
mingg
u
SMRS
Kesimpulan riwayat penyakit dahulu:
Pasien pernah mengalami batuk darah sebelumnya untuk pertama kali sekitar 2
minggu SMRS sebanyak 1x dengan jumlah darah hanya sedikit dan sebelumnya
pasien memang sedang batuk kering dan terdapat nyeri tenggorokan.
III. Pemeriksaan Fisik (Tanggal: 16 April 2014, Pukul: 23.30)
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Data Antropometri:
- Berat badan: 37 kg
- Tinggi badan: 140 cm
- Lingkar kepala: 52 cm
- Lingkar Lengan Atas: 21,5 cm
Tanda Vital:
- Tekanan darah : 110/70 mmHg
- Nadi : 120 x/menit
- Laju pernafasan : 32 x/menit
10
- Suhu : 38,70C
Status Generalis:
- Kepala : Normosefali (52 cm), wajah tidak tampak sembab,
tampak lesi pada kulit berupa vesikel pada wajah, hiperemis di
sekitarnya berjumlah 6 buah dengan ukuran masing-masing ± 0,3cm.
o Rambut: warna hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut
o Mata : Sklera ikterik -/- Konjungtiva anemis -/-
Oedem palpebrae -/- Cekung -/-
Refleks cahaya +/+ Pupil bulat, isokor, d = 2mm
o Hidung : Pernafasan cuping hidung (-)
Deviasi septum (-)
Konka tidak hiperemis, eutrofi
Sekret -/-
o Mulut : Trismus (-), Bibir tidak tampak sianosis dan tidak kering,
warna merah muda, karies pada gigi (-)
o Telinga : Normotia, liang telinga lapang, serumen +/+, membran
timpani intak, reflex cahaya pukul 5 dan pukul 7
o Lidah : Typhoid tongue (-), tremor (-), strawberry tongue (-)
o Tonsil : T1-T1, tonsil tidak tampak hiperemis, kripta tidak melebar
o Tenggorokan: Mukosa faring hiperemis (+) tampak granuler
Arkus faring simetris +/+
Uvula tampak di tengah
- Leher : KGB tidak teraba membesar, JVP 5±0 cmH2O, angulus
mandibula
baik dan kelenjar tiroid tidak teraba membesar.
- Thorax : Tampak efloresensi berupa vesikel berjumlah 5 buah dengan
ukuran
rata-rata 3-4mm dan hiperemis (+)
o Paru : Gerakan nafas simetris
SN vesikuler +/+ Rhonki +/- Wheezing -/-
Perkusi sonor, tidak ditemukan batas garis Ellis pada saat
pasien duduk
11
Vocal fremitus sama kuat
o Jantung : BJ I-II regular murmur (-) gallop (-)
Ictus cordis teraba di ICS 5 midklavikularis kiri
- Abdomen : Tampak datar
Tampak efloresensi berupa vesikel berjumlah 2 buah dengan
ukuran rata-rata 3-4mm dan hiperemis (+)
Bising usus (+) 4x/menit
Nyeri tekan (-), teraba supel, hepar dan lien tidak teraba
membesar
Perkusi timpani
Shifting dullness (-)
Ballotement -/-
Nyeri ketuk CVA -/-
- Genitalia : Jenis kelamin perempuan
Labia minor dan klitoris tertutup
Oedem labia -/-
Rambut pubis (-)
Tanda radang (-)
- Ekstremitas : Atas : Hangat +/+ Oedem -/-
Bawah : Hangat +/+ Oedem -/-
- Tulang belakang: Tidak terdapat deviasi seperti kifosis, lordosis, atau
skoliosis.
Tidak terdapat gibus.
Tidak tampak rambut, meningokel dan omfalokel.
- Kulit: Warna sawo matang
Tampak efloresensi berupa lesi vesicular dan popular serta pustul pada
wajah, leher, dada, punggung dan perut berukuran rata-rata 3mm,
hiperemis (+) di sekeliling vesikel dan NT (+).
Status Neurologis:
Refleks Kanan Kiri
Biseps + +
Triseps + +
Patella + +
12
Achilles + +
Babinski - -
Chaddock - -
Oppenheim - -
Gordon - -
Schaeffer - -
TRM Kanan Kiri
Kaku kuduk (-)
Brudzinsky I - -
Brudzinksy II - -
Kernicke - -
Laseque - -
Saraf cranialis Hasil
N. I (Olfaktorius) Tidak dilakukan pemeriksaan
N. II & III (Optikus dan Okulomotorius) Pupil bulat isokor 2 mm/2 mm, RCL
+/+RCTL +/+
N. IV & VI (Troklearis dan Abducens) Dalam batas normal
N. VII (Fascialis) Wajah tampak simetris
N. VIII (Vestibulokoklearis) Tidak dilakukan pemeriksaan
N. IX & X (Glosofaringeus dan Vagus) Dalam batas normal
N. XI (Aksesorius) Dalam batas normal
N. XII (Hipoglosus) Dalam batas normal
Status Gizi:
BB/U : 37/37 x 100% = 100% = Gizi baik
TB/U : 140/145 x 100% = 96,5% = Normal
BB/TB : 37/34 x 100% = 96,5% = Normal
LLA : 21,5/ x 100% = 90% = Gizi baik
IV. Pemeriksaan Penunjang
13
Darah Rutin:
o Lekosit : 8000
o Eritrosit : 4,3 juta
o Hb : 12,8
o Ht : 36%
o Trombosit : 153000
o MCV : 85
o MCH : 29,9
o MCHC : 35,3
o RDW : 13,1%
Foto Thorax (Puskesmas Kec. Mamp. Prapatan tanggal 2/4/2014):
o Aorta dan mediastinum superior tidak melebar, trakea di tengah, hilus tidak
menebal
o Infiltrat di paracardial paru kanan
o Sinus constrofrenicus lancip, diafragma licin
o Tulang dan jaringan lunak dinding dada baik
V. Resume
Pasien mengeluh batuk darah berwarna merah segar sebanyak 1/4-1/2 gelas aqua
dengan disertai sedikit gumpalan darah tiap kali batuk kencang. Batu kering sejak 2
minggu SMRS disertai nyeri menelan/ nyeri tenggorokan. Pasien sering demam sejak
satu bulan SMRS tetapi tidak tinggi. Demam terasa mulai meninggi sejak 3 hari
SMRS (sejak hari Minggu). Pasien pernah mengalami batuk darah sebanyak 1x pada
2 minggu SMRS tetapi darah hanya sedikit dan juga tidak disertai dahak. Timbul
bintik-bintik seperti bisul pada wajah lalu ke leher dan dada serta puinggung sejak 1
hari SMRS, bintik terasa gatal dan nyeri. Ayah pasien juga mengalami batuk-batuk
lama sejak 2 bulan yang lalu, batuk berdahak putih.Pada pemeriksaan fisik didapatkan
faring hiperemis dan granuler dan lesi vesikular pada daerah wajah, leher, thorax
14
anterior dan posterior dengan tepi hiperemis ukuran masing-masing 3-4mm dan NT
(+). Pada foto thorax didapatkan adanya bercak infiltrat pada paracardial paru kanan.
VI. Diagnosis:
- Diagnosis Banding:
Hemoptoe et causa ISPA
Hemoptoe et cause susp. Bronkopneumonia
Hemoptoe et causa susp. TB
Epistaksis
Demam et causa infeksi virus Varicella zoster
Vesicopapular rash et causa infeksi Varicella zoster
- Diagnosis Kerja:
Infeksi Varicella zoster dengan hemoptoe ec ISPA DD/ Bronkopneumonia
VII. Penatalaksanaan:
- Medikamentosa:
o IVFD KAEN1B 3cc/kgbb/jam
o PCT 400mg (jika perlu)
o Inj. Transamin 3x250mg
o Inj. Ampicillin 4x1gr
o Inj. Colsan 4x500mg
o Ambroxol 20mg dan Salbutamol 1mg 3x1
o Dapat dianjurkan pemakaian lotio calamine
- Non-medikamentosa:
o Edukasi pada pasien agar tidak menggaruk luka, memotong kuku agar
pendek dan bersih, mandi dan mengompres lesi dengan air dingin
o Edukasi pada orangtua pasien untuk memeriksakan diri mengenai batuk-
batuk berdahak lama yang dideritanya
o Observasi hemoptoe
VIII. Prognosis:
- Ad vitam : ad bonam
- Ad fungsionam : dubia ad bonam
- Ad sanationam : dubia ad malam
15
Riwayat Perjalanan Penyakit
Tanggal S O A P
17/4/14 Demam (-)
Batuk darah (-)
Mimisan (-)
Mual (+)
Nyeri
tenggorokan (+)
Sesak (-)
Belum BAB 3
hari
TSS; CM
N: 100x, R: 24x, S:
37,50C, TD: 90/60
Normosefali
SI -/-. CA -/-
NCH (-), sianosis (-)
Faring hiperemis (+)
KGB tidak teraba
membesar
SN ves +/+ rh +/- wh
-/-
BJ I-II reg m(-) g(-)
BU (+), NT (+) pada
epigastrium, supel
Keempat akral
hangat, oedem pada
keempat ekstremitas
(-)
Vesikel (+) pada
wajah, leher, dada,
perut
Obs.
Hemoptoe
dan
epistaksis ec
susp. BP
DD/ TB paru
Varicella
ISPA
IVFD KAEN1B
3cc/kgbb/jam
PCT 400mg jika
perlu
Inj. Transamin
3x250 mg
Inj. Ampisilin 4x1gr
Inj. Colsan 4x50mg
Ambroxol 20mg,
Salbutamol 1mg
(3x1)
Acyclovir 3x400mg
Cek BTA sputum
Skoring TB:
Kontak: 0
Darah Lengkap:
- Lekosit: 7900
Urine Lengkap:
- Warna: kuning
16
Batuk: 0
Demam: 1
KGB membesar: 0
Pembengkakan sendi: 0
Gizi: 0
Uji Tuberkulin: 0
Foto: 1
2 (<= 6)
- Eritrosit: 4juta
- Hb: 11,5
- Ht: 35%
- Trombosit: 203000
- LED: 5
- MCV: 87
- MCH: 28,5
- MCHC: 32,9
- RDW: 14,7
-B/E/NB/NS/L/M:
2/1/0/62/29/6
- PT: 17,7"
- APTT: 36,8"
- Kejernihan: jernih
- Glukosa: (-)
- Bilirubin: (-)
- Keton: +1
- pH: 7.0
- BJ: 1015
- Albumin: (-)
- Urobilinogen: 1
- Nitrit: (-)
- Darah: (-)
- Esterase lekosit: (-)
- Sedimen lekosit: 1-2
- Sed. Eritrosit: 0-1
- Epitel: (+)
- Kristal: (-)
- Silinder: (-)
- Bakteri: (-)
- Jamur: (-)
18/4/14 Demam (+)
Batuk (+)
Batuk darah (-)
Nyeri
tenggorokan (+)
Sesak (-)
Mual (+)
Mimisan (-)
TSS; CM
N: 100x, R: 28x, S:
380C, TD: 100/60
Normosefali
SI -/-. CA -/-
NCH (-), sianosis (-)
Faring hiperemis (+)
KGB tidak teraba
membesar
SN ves +/+ rh +/- wh
-/-
BJ I-II reg m(-) g(-)
BU (+), NT (+) pada
epigastrium, supel
Keempat akral
Obs.
Hemoptoe
dan
epistaksis ec
susp. TB
paru
Varicella
ISPA
IVFD KAEN1B
3cc/kgbb/jam
PCT 400mg jika
perlu
Inj. Transamin
3x250 mg
Inj. Ampisilin 4x1gr
Inj. Colsan 4x50mg
Ambroxol 20mg,
Salbutamol 1mg
(3x1)
Acyclovir 3x400mg
Cek sputum BTA
bila bahan (+)
Diet TKTP
17
hangat, oedem pada
keempat ekstremitas
(-)
Vesikel (+) pada
wajah, leher, dada,
perut
Anjuran: konsul
SpTHT
19/4/14 Demam (+)
Batuk (+)
berkurang, tanpa
darah
Nyeri
tenggorokan (+)
Mual (+)
BAB (+) tidak
hitan, tidak
mencret
Sesak (-)
TSS; CM
N: 80x, R: 20x, S:
36,70C, TD: 100/70
Normosefali
SI -/-. CA -/-
NCH (-), sianosis (-)
Faring hiperemis (+)
KGB tidak teraba
membesar
SN ves +/+ rh +/- wh
-/-
BJ I-II reg m(-) g(-)
BU (+), NT (+) pada
epigastrium, supel
Keempat akral
hangat, oedem pada
keempat ekstremitas
(-)
Vesikel (+) pada
wajah, leher, dada,
perut
Obs.
Hemoptoe
dan
epistaksis ec
susp. TB
paru
Varicella
ISPA
IVFD KAEN1B
3cc/kgbb/jam
PCT 400mg jika
perlu
Inj. Transamin
3x250 mg
Inj. Ampisilin 4x1gr
Inj. Colsan 4x50mg
Ambroxol 20mg,
Salbutamol 1mg
(3x1)
Acyclovir 3x400mg
Diet TKTP
20/4/14 Demam (-)
Batuk (-)
Nyeri
tenggorokan
berkurang
Sesak (-)
TSS; CM
N: 100x, R: 24x, S:
37,10C, TD: 110/70
Normosefali
SI -/-. CA -/-
NCH (-), sianosis (-)
Obs.
Hemoptoe ec
ISPA dd/ BP
Varicella
IVFD KAEN1B
3cc/kgbb/jam
PCT 400mg jika
perlu
Inj. Transamin
3x250 mg
18
Faring hiperemis (+)
KGB tidak teraba
membesar
SN ves +/+ rh -/- wh
-/-
BJ I-II reg m(-) g(-)
BU (+), NT (-), supel
Keempat akral
hangat, oedem pada
keempat ekstremitas
(-)
Vesikel (+) pada
wajah, leher, dada,
perut, lengan,
tungkai
Inj. Ampisilin 4x1gr
Inj. Colsan 4x50mg
Ambroxol 20mg,
Salbutamol 1mg
(3x1)
Acyclovir 3x400mg
Diet TKTP
21/4/14 Demam (-)
Batuk (-)
Nyeri
tenggorokan (-)
Sesak (-)
Nafsu makan baik
TSS; CM
N: 120x, R: 20x, S:
36,80C, TD: 120/60
Normosefali
SI -/-. CA -/-
NCH (-), sianosis (-)
Faring hiperemis (+)
KGB tidak teraba
membesar
SN ves +/+ rh -/- wh
-/-
BJ I-II reg m(-) g(-)
BU (+), NT (-), supel
Keempat akral
hangat, oedem pada
keempat ekstremitas
(-)
Vesikel (+) krusta
Riw.
Hemoptoe ec
ISPA dd/
susp. BP
Varicella
Boleh pulang
Amoxicillin
3x500mg (untuk 3
hari)
Acyclovir 3x400mg
(untuk 3 hari)
19
(+) pada wajah,
leher, dada,
punggung, perut,
lengan, tungkai
Feses Lengkap:
- Warna: coklat
- Konsistensi: lunak
- Lendir: (-) - Lemak: (-)
- Darah: (-) - Serat: (-)
- Lekosit: (-) - Amilum: (-)
- Eritrosit: (-) - Sel Ragi: (-)
- Amoeba coli: (-)
- Amoeba histolitica: (-)
- Telur cacing: (-)
Hasil kultur sputum:
- BTA 1: (-)
- BTA 2: (-)
- BTA 3: (-)
20
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
I. Varisela
1. Definisi
Varisela merupakan suatu penyakit infeksi virus, yaitu VZV (Varicella-Zoster-
Virus). Penyakit ini pada umumnya menyerang anak dan terkenal dengan nama
chickenpox atau cacar air. Dari virus yang sama, dapat juga terjadi infeksi
endogen atau reaktivasi pada periode laten VZV yang umumnya menyerang orang
dewasa mauopun anak dengan penurunan fungsi sistem imun/ defisiensi imun.
Varisela merupakan penyakit yang sangat menular, dimana penularan terjadi pada
fase sebelum tibul ruam sampai saat mulai terbentuk keropeng (kira-kira 7 hari).
Apabila infeksi mengenai anak yang sehat, maka gejala klinis yang timbul tidak
berat dan sangat sedikit menimbulkan penyulit. Akan tetapi, bila infeksi
menyerang individu dengan defisiensi imun (seperti anak yang sedang menderita
leukemia, anemia aplastik, atau sedang mendapat pengobatan imunosupresan)
maka akan mudah menderita penyulit dan mengakibatkan kematian.3
2. Epidemiologi
Di Indonesia, penyakit ini banyak menyerang individu pada saat peralihan musim
antara musim panas ke musim hujan ataupun sebaliknya.
Varisela sangat mudah menular terutama melalui kontak langsung, droplet atau
aerosol dari lesi vesikuler maupun melalui sekret dari saluran napas. Varisela
dapat menyerang semua golongan usia termasuk neonatus, 90% kasus berusia 10
tahun dan terbanyak pada usia 5-9 tahun. Viremia terjadi pada masa prodormal
sehingga transmisi virus dapat terjadi pada fetus intrauterin atau melalui transfusi
darah. Pasien dapat menularkan penyakit selama 1-2 hari sebelum lesi kulit timbul
21
hingga lesi menjadi krusta (pada 7-8 hari). Seseorang hanya bisa menderita
varisela satu kali seumur hidup. Serangan kedua dapat timbul berupa penyebaran
ke kulit pada herpes zoster.3
3. Patogenesis
Virus varicella-zoster merupakan salah satu dari herpesvirus yang merupakan
famili herpesviridae. Dimana virus ini merupakan cirus DNA alfa herpesvirus dan
mempunyai 3 wild type.
Virus ini masuk melalui mukosa saluran napas bagian atas atau orofaring. Pada
lokasi masuknya virus, akan terjadi replikasi yang akan menyebar melalui
pembuluh darah dan linfe (viremia pertama). Selanjutnya virus akan berkembang
di sel retikuloendotelial. Kebanyakan virus dapat mengatasi pertahanan
nonspesifik seperti interferon dan respons imun. Satu minggu kemudian, virus
kembali menyebar secara hematogen (viremia kedua) dan akan timbul demam
serta malaise. Penyebaran tersebut terjadi di seluruh tubh dan terutama kulit serta
mukosa. Lesi pada kulit terjadi sesuai dengan siklus viremia/ tidak bersamaan.
Pada keadaan normal, siklus ini berakhir setelah 3 hari karena adanya kekebalan
humoral dan selular spesifik. Tetapi bila sistem imun gagal mengatasi replikasi
dan penyebaran virus, maka dapat terjadi penyulit seperti pneumonia.3
4. Gejala Klinis
Gejala yang tampak pada pasien dengan infeksi varicella terbagi menjadi 3
stadium:
- Stadium Prodromal
Gejala prodromal timbul setelah 14-15 hari masa inkubasi, dengan timbulnya
ruam kulit disertai demam yang tidak terlalu tinggi dan malaise. Pada anak
besar dan dewasa, ruam didahului dengan demam 2-3 hari sebelumnya,
malaise, anoreksia, nyeri punggung dan nyeri tenggorok serta batuk pada
beberapa kasus.
- Stadium Erupsi
Pada stadium ini, ruam akan muncul di muka dan kulit kepala lalu dengan
cepat menyebar ke badan dan ekstremitas (penyebaran bersifat sentrifugal).
Ruam tampak lebih jelas pada bagian tubuh yang tertutup. Gambaran yang
menonjol adalah perubahan yang cepat dari makula kemerahan menjadi
papula, vesikel, pustul lalu menjadi krusta, dimana perubahan tersebut terjadi
hanya dalam 8-12 jam. Gambaran vesikel khas, superfisial (pada epidermis
22
sehingga tidak menembus membran basal kulit dan tidak menimbulkan bekas),
berdinding tipis dan tampak seperti tetesan air dengan ukuran 2-3 mm. Cairan
pada vesikel awalnya jernih lalu kemudian menjadi keruh karena serbukan sel
radang dan akhirnya membentuk krusta. Krusta akan lepas dalam waktu 1-3
minggu tergantung dari kedalaman lesi kulit. Bekasnya akan membentuk
cekungan dangkal merah muda yang kemudian akan hilang. Akan tetapi bila
terdapat penyulit, maka akan membentuk jaringan parut.
Vesikel juga dapat timbul pada mukosa mulut/ palatum yang dengan cepat
pecah tetapi bekasnya masih dapat terlihat berupa ulkus dangkal diameter 2-3
mm. Selain pada mukosa mulut, vesikel dapat juga muncul pada mukosa
hidung, faring, laring, trakea, saluran cerna, saluran kemih, vagina dan
konjungtiva.
Demam hingga 39-40,50C pada kasus yang berat. Gejala yang menonjol
lainnya adalah rasa gatal saat fase erupsi sehingga dapat dijumpai lesi bekas
garukan.
5. Penyulit
Angka mortalitas yang terjadi pada anak sehat berusia 1-14 tahun diperkirakan
2/100.000 kasus, tetapi mencapai 30% pada neonatus. Penyulit yang sering terjadi
diakibatkan oleh adanya infeksi sekunder yang masuk melalui lesi dari kulit,
diantaranya disebabkan oleh Stafilokokus aureus dan Streptokokus beta
hemolitikus grup A (impetigo, furunkel, selulitis, erysipelas, dan gangrene)
dimana lesi ini selanjutnya dapat meninggalkan jaringan parut. Infeksi sekunder
lain dapat pula bersifat invasive, seperti pneumonia, arthritis, osteomielitis,
fascilitis dan bahkan sepsis. Selain itu dapat juga terjadi infeksi yang menyerang
susunan saraf pusat (ataksia serebelar) pada 1/4000 kasus sampai dengan
meningoensefalitis, meningitis dan vaskulitis.3
Komplikasi lebih banyak terjadi pada anak remaja dan orang dewasa, dimana
angka kejadiannya 25 kali lebih tinggi, dan penyebab komplikasi terbanyak adalah
pneumonia. Mekanisme terjadinya pneumonia masih belum jelas, akan tetapi
terdapat beberapa factor yang dapat mencetuskan timbulnya pneumonia pada
infeksi varisela, diantaranya adalah jumlah lesi > 100, perokok, riwayat kontak,
kehamilan trimester tiga, dan hal ini diduga terjadi akibat rendahnya paparan
terhadap virus varisela (seperti di Negara iklim tropis), jumlah individu pada tiap
keluarga sedikit, ataupun tingginya virulensi virus.
23
Varisela merupakan ancaman bagi ibu maupun janin pada kehamilan yang dapat
menyebabkan infeksi varisela intrauterine dan menyebabkan infeksi congenital.
Apabila terjadi pada 20 minggu pertama kehamilan dapat menimbulkan 5%
malformasi kogenital seperti hipoplasia salah satu ekstremitas, parut pada kulit,
katarak, koriorenitis, mikrosefali, atrofi korteks serebri dan bayi berat badan lahir
rendah. Jika infeksi terjadi pada periode perinatal (0-4 hari prapersalinan), gejala
klinis yang terjadi pada bayi akan menjadi lebih berat sekitar 26-30%. Saat
berbahaya adalah lima hari sebelum dan dua hari setelah melahirkan, pada saat ini
bayi belum memiliki kekebalan pasif transplasenta dari ibu.
Penyulit jelas terjadi pada kasus imunkomprmais termasuk leukemia, penyakit
keganasan yang mendapat terapi kortikosteroid atau kasus defisiensi imun
congenital. Viremia yang hebat dapat menyerang organ seperti hati, saraf pusat
dan paru. Pada kasus imunokompromais, dapat terjadi perdarahan ringan sampai
berat dan fatal seperti purpura maligna. Trombositopenia dapat disebabkan
sebagai akibat penyakit dasar, pengobatan, efek langsung VZV pada sumsum
tulang atau destruksi trombosit karena proses imunologik. Pada kasus varisela
fulminan, kemungkinan terjadi infeksi sel endotel kapiler yang dapat
menyebabkan koagulasi intravascular disieminata (DIC).
Penyulit dari varisela primer yang baru muncul kemudian adalah herpes zoster,
yang timbul setelah periode laten dari VZV di ganglia saraf sensorik tanpa
menimbulkan manifestasi klinis, hingga bila tereaktivasi akan menyebabkan
herpes zoster. Tetapi herpes zoster terjadi lebih sering pada orang dewasa, tetapi
terdapat kemungkinan bahwa di kemudian ari infeksi ini dapat terjadi pada anak.
Di Amerika terdapat 20 (usia 0-4 tahun), 30 (5-9 tahun), 59 (10-14 tahun), dan 63
(15-19 tahun) per 100.000 anak per tahun. Risiko terjadinya herpes zoster
meningkat pada kasus imunokompromais dan pada anak yang menderita varisela
dibawah 1 tahun. Kemungkinan terjadinya infeksi herpes zoster pada kelompok
tersebut disebabkan karena ketidakmampuan system imun mempertahankan
peiode laten dari virus varisela.
6. Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan secara klinis, yaitu: 1). Muncul setelah masa
prodromal yang singkat dan ringan, 2). Lesi berkelompok terutama di bagian
sentral, 3). Perubahan lesi yang cepat dari macula, vesikula, pustula sampai krusta,
4). Terdapatnya semua tingkat lesi kulit dalam waktu bersamaan pada daerah yang
24
sama, 5). Terdapat lesi di mukosa mulut. Diagnosis banding dapat berupa sindrom
Steven-Johnson, herpes zoster generalisaa atau herpes simpleks.
Pemeriksaan laboratorium tidak terlalu diperlukan untuk menegakkan diagnosis,
akan tetapi pada pemeriksaan penunjang dapat ditemukan leukopeni yang diikuti
dengan leukositosis. Antibodi IgA dan IgM dapat dideteksi pada hari pertama dan
kedua pasca ruam. Untuk mengkonfirmasi diagnosis dapa dilakukan dengan
pewarnaan histokimiawi dari lesi kulit. Prosedur ini dilakkan pada pasien risiko
tinggi yang memerlukan konfirmasi cepat. Pemeriksaan laboratorium yang dapat
dilakukan di antaranya isolaso virus (3-5 hari), PCR, ELISA, teknik
imunofluoresensi Fluorescent Antibody to Membrane Antigent (FAMA), yang
merupakan gold standard.
Pemeriksaan foto thoraks dilakukan untuk mengkonfirmasi ataupun untuk
mengeksklusi pneumonia. Gambaran nodul infiltrate difus bilateral umumnya
terjadi pada pneumonia varisela primer, sedangkan infiltrate fokal
mengindikasikan pneumonia bacterial sekundr. Pungsi lumbal dapat dilakukan
pada anak dengan kelainan neurologis.
7. Pengobatan
Pada anak sehat, varisela dapat sembuh sendiri dan cukup hanya dengan diberikan
pengobatan simtomatik. Pada lesi kulit dapat diberikan lotio calamine, kompres
air dingin untuk mengurangi rasa gatal, mandi secara teratur atau dengan
pemberian antihistamin. Salisilat kurang dianjurkan untuk digunakan berhubungan
dengan terjadinya sindroma Reye, sedangkan asetaminofen dapat memberikan
efek yang tidak meringankan gejala melainkan memperpanjang masa sakit. Kuku
dipotong pendek dan bersih untuk mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi
sekunder. Jika terjadi infeksi sekunder maka dapat diberikan antibitoik.
Kortikosteroid tidak dianjurkan. Penyulit perdarahan diatasi sesuai dengan hasil
pemeriksaan system pembekuan dan pemeriksaan sumsum tulang, akan tetapi
karena VZV dapat menyebabkan kerusakan langsung pada endotel pembuluh
darah maka pada varisela fulminan terutama apabila vesikel baru timbul dapat
diberikan obat antivirus. Antivirus juga diberikan pada pasien dengan
imunokompromais. Antivirus yang dapat diberikan diantaranya adalah asiklovir
atau viradabin. Asiklovir dilaporkan mempunyai efek samping minimal karena
obat ini hanya diserap oleh sel hospes yang terinfeksi oleh virus. Efek yang
mungkin timbul pada terapi asiklovir per oral termasuk rasa mual, muntah, diare,
25
dan nyeri kepala. Asiklovir dieksresi di ginjal dan dapat mengkristal pada tubulus
ginjal pada pasien yang dehidrasi, karena itu pasien yang mendapatkan asiklovir
sebaiknya mendapat hidrasi yang cukup. Obat antivirus asiklovir menjadi pilihan
utama untuk pengobatan spesifik untuk infeksi VZV, namun obat ini tidak
mencegah maupun mengobati VZV laten. Asiklovir tersedia dalam bentuk topikal,
oral maupun intravena, namun hanya oral dan intravena yang berguna untuk
melawan VZV. Pada pemberian peroral hanya sekitar 15%-20% asiklovir yang
diserap. Pada anak sehat, AAP tidak merekomendasikan pemberian asiklovir
secara rutin. American Academy of Pediatrics merekomendasikan pemberian
asiklovir per oral pada kelompok dengan risiko tinggi terkena varisela berat atau
penyulitnya seperti pasien sehat dan tidak hamil (usia di atas 13 tahun), anak-anak
di atas 12 bulan dengan penyakit kulit kronis atau kelainan paru atau menerima
terapi salisilat jangka panjang, pengobatan jangka pendek, intermiten atau inhalasi
kortikosteroid. Sedangkan asiklovir intravena direkomendasikan pada anak-anak
imunokompromais (termasuk yang menerima terapi kortikosteroid dosis tinggi)
dan kasus varisela dengan penyulit. Pada pasien imunokompromais, asiklovir
terbukti menurunkan morbiditas dan mortalitas bila diberikan dalam 24 jam
pertama setelah onset ruam. Dosis asiklovir per oral adalah 20 mg/kg per kali
(dosis maksimum 800 mg) empat kali sehari selama lima hari dan dimulai dalam
24 jam setelah onset ruam, sedangkan asiklovir intravena pada umumnya
diberikan dengan dosis 500 mg/m2 setiap 8 jam selama 7-10 hari.4
8. Pencegahan
Semua vaksin varisela yang menggunakan vaksin virus hidup yang telah
dilemahkan (alive attenuated) hanya diberikan pada anak dengan risikoa terjadi
penylit berat, yaitu anak yang menderita penyakit keganasan, mereka yang sedang
mendapat pengobatan imunosupresif, atau menderita defisiensi imun; tetapi dalam
perkembangannya, vaksin ini juga diberikan pada anak yang sehat. Vaksin ini
mempunyai tingkat perlindungan yang tinggi pada anak usia 1-12 tahun (dengan
angka serokonversi positif sebesar 99,3%) dan ditoleransi dengan baik sehingga
mempunyai efek samping yang minimal. Sekarang direkomendasikan pemberian
vaksin varisela dua kali (masing-masing 0,5 mL) subkutan pada anak-anak usia 1-
12 tahun, dengan interval minimum 3 bulan. Tetapi direkomendasikan oleh CDC
bahwa dosis pertama diberikan pada interval usia 12-15 bulan dan dosis kedua
pada usia 4-6 tahun atau dapat diberikan lebih cepat dengan interval yang sama,
26
yaitu 3 bulan. Sedangkan pada yang berusia lebih dari 12 tahun, diberikan dengan
interval 4 minggu.5 Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (PP-IDAI)
masih menganjurkan pemberian vaksin diberikan pada usia diatas 5 thun
mengingat masih tingginya kemungkinan untuk mendapat kekebalan secara
alamiah. Terdapat beberapa komplikasi yang bias terjadi, diantaranya yang ringan
adalah nyeri pada tempat suntikan (1 dari 5 anak atau 1 dari 3 remaja), demam (1
dari 10 orang), ruam ringan yang bertahan hingga beberapa bulan (1 dari 25);
sedang seperti kejang (sangat jarang); dan berat seperti pneumonia/ radang paru
(sangat jarang terjadi).
Rekapitulasi rekomendasi ACIP untuk pengendalian varisela3
Kategori Rekomendasi
Vaksinasi rutin pada anak Direkomendasikan dalam 2 kali pemberian:
I: 12-15 bulan
II: 4-6 tahun
Remaja >= 13 tahun dan dewasa Dalam 2x pemberian, interval 4-8 minggu.
Direkomendasikan pada semua remaja dang
dewasa tanpa bukti imunitas.
Dosis kedua direkomedasikan untuk semua
orang yang telah menerima satu dosis
sebelumnya
Vaksinasi kejar pasien HIV Dua dosis dengan interval 3 bulan
Sebaiknya diberikan pada anak dengan IV
dengan presentasi CD4 >=200 sel/uL
Skrining antenatal Direkomendasikan evaluasi prenatal dan
vaksinasi postpartum.
Pengendalian wabah Direkomendasikan pemberian 2 dosis
Pascapajanan Diberikan dalam kurun waktu 3-5 hari
Lingkup vaksinasi Direkomendasikan untuk anak-anak di pusat
penitipan anak, sekolah, dan institusi pendidikan
lainnya.
9. Profilaksis Pasca Pajanan
Varicella zoster Immunoglobulin (VZIG) diindikasikan untuk:
27
- Yang dikontraindikasikan mendapat vaksinasi varisela (Kongenital
imunodefisiensi, leukemia, limpoma, atau keganasaaan lain, infeksi HIV
simptomatik, kortikosteroid dosis tinggi, kehamilan, alergi neomisin, asam
salisilat lebih dari 6 minggu)
- Neonatus yang ibunya mengalami gejala varisela dalam 5 hari sebelum – 2
hari setelah pajanan
- Pajanan pasca natal pada bayi premature (usia gestasi < 28 minggu atau BBL
< 1000 gram)
- Ibu hamil yang terpajan
- Petugas rumah sakit yang rentan terkena infeksi
- Anak sehat yang berisiko sakit
VZIG dikontraindikasikan pada pasien yang sudah menerima vaksinasi varisela
atau sudah seropositif. Dosis VZIG yang diberikan adalah 125 unit/10 kgBB (min
125 U dan maksimal 625 U) secara intramuscular.3
II. Infeksi Saluran Pernapasan
Gejala yang menggambarkan kelainan pada system respirasi adalah batuk, dahak
(sputum), batuk darah (hemoptysis), sesak napas (dyspnea), nyeri dada, dan mengik
(wheezing). Batuk merupakan keluhan yang lazim dari kelainan system respirasi,
biasanya terjadi dengan diawali inspirasi yang dalam diikuti dengan ekspirasi yang
eksplosif, sehingga saluran napas dapat dibersihkan dari sekresi dan benda asing.
Batuk dapat terjadi bila sel di sepanjang saluran napas teriritasi dan terpicu oleh
serangkaian peristiwa sehingga udara dalam paru dengan tekanan tinggi didorong
mengalir keluar. Batuk yang bersifat menggonggong mungkin terkait dengan
inflamasi epiglottis. Batuk yang keras adalah karena penekanan pada trakea (missal
karena tumor). Batuk yang menjadi lebih parah pada malam hari dapat berkaitan
dengan asma dan gagal jantung. Batuk yang timbul segera setelah makan atau minum
adalah mungkin karena fistula trakeo-esofageal atau refluks esophageal. Batuk yang
timbul terutama bila disertai oleh demam dan gejala pernapasan lain mungkin
disebabkan oleh bronchitis akut atau pneumonia. Batuk kronik disertai mengik
mungkin karena asma. Batuk kering kronik dan iritatif dapat disebabkan karena
refluks esophageal dann iritasi asam di paru, dapat juga oleh fibrosis interstitial paru
atau disebabkan pemberian antihipertensi (ACE inhibitor). Batuk yang produktif
dengan sputum purulen bervolume banyak dengan warna kuning kehijaan
28
kemungkinan besar karena bronkiektasis. Sputum berbau dan berwarna gelap
kehitaman mungkin karena abses paru oleh kuman anaerobic.
Batuk darah (hemoptysis) adalah ekspektorasi darah atau terdapatnya darah dalam
sputum yang berasal dari saluran pernapasan. Perdarahan dapat berasal dari 2 jenis
sirkulasi yaitu arteri pulmonalis yang berjumlah sedikit (minimal) dan arteri
bronkialis yang biasanya dalam jumlah lebih banyak karena mempunyai tekanan
hidrostatik yang lebih tinggi. Hemoptisis massif bila jumlah darah lebih dari 8
mL/kg/24 jam. Hemoptisis yang berwarna merah karat dengan pH alkali perlu
dibedakan dengan hematemesis. Diagnosis banding anak dengan hemoptisis, antara
lain adalah:
o Infeksi (40% disebabkan oleh karena infeksi akut saluran napas bawah)
o Trauma (aspirasi, teratogenik dan iatrogenic)
o Bronkiektasis
o Kelainan pembuluhh darah
o Kardiovaskular
o Neoplasma (sangat jarang)
Terapi hemotisis ditujukan pada menghentikan perdarahan, mencegah aspirasi, dan
pengobatan penyakit primer.
- Infeksi Akut Sistem Pernapasan Atas
Infeksi akut system pernapasan atas yang sering menjadi masalah bagi anak dan
menyebabkan anak dibawa ke dokter yang 1/3 nya disertai dengan keluhan nyeri
tenggorok atau disebut juga faringitis akut. Penyebabnya diantara lain adalah
adenovirus, coronavirus, respiratory synctial virus, EBV, enterovirus, rhinovirus,
HSV dan streptokokus beta hemolitikus grup A dan dapat juga disebabkan oleh
beberapa mikroorganisme lain.
Manifestasi klinik bila disebabkan streptokokus maka onset penyakit seing
berlangsung cepat setelah masa inkubas 2-5 hari. Anak mengalami demam, nyeri
tenggorok, nyeri kepala, muntah dan nyeri perut. Faring dan sekitarnya merah,
tonsil membesar, dengan eksudat warna kuning kemerahan. Pada palatum dan
dinding faring terdapat petekiae dan lesi berbentuk donat. Kelenjar limfe di leher
bengkak dan nyeri. Onset faringitis jika disebabkan oleh virus berlangsung
perlahan, termasuk rhinore, batuk, diare, dapat disertai konjuntivitis, koryza dan
suara parau (bila disebabkan adenovirus), dan pada EBV disertai dengan
29
pembesaran kelenjar limfe serta tonsil dengan eksudasi. Terapi terutama ditujukan
terhadap streptokokus terutama untuk menghindari komplikasi lebih lanjut. Selain
itu, jika disebabkan oleh virus, maka dapat diberikan antivirus.
- Infeksi Saluran Pernapasan Bagian Bawah
Infeksi saluran napas bagian bawah terjadi inflamasi pada saluran napas bagian
bawah diantaranya bronkus, bronkiolus, dan parenkim. Inflamasi pada parenkim
dapat terjadi diantaranya bronkopneumonia ataupun pneumonia.
Pneumonia merupakan suatu proses inflamasi pada paru-paru disebabkan oleh
mikroorganisme dan non-mikroorganisme yaitu aspirasi makanan/ isi lambung
hidrokarbon, bahan lipoid, reaksi hipersensitifitas, imbas obat dan radiasi. Adapun
mikroorganisme penyebab pneumonia adalah Streptococcus pneumonia (paling
sering), kemudian Chlamidia pneumonia dan Mycoplasma pneumonia serta
mikroorganisme lainnya. Pada bayi dan anak berusia < 5 tahun, penyebab
tersering adalah virus influenza dan respiratory syncytial virus, dan penyebab
lainnya adalah parainfluensa virus, adenovirus, rhinovirus, dan metapneumovirus.
Manifestasi klinik dari pneumonia ialah beberapa hari sebelum terjadi pneumonia
anak sering mengaami infeksi system pernapasan atas berupa batuk dan pilek.
Kemudian suhu tubuh dengan cepat meningkat sering disertai menggigil, laju
napas meningkat, tanda sesak napas (napas cuping hidung atau retraksi), tampak
gelisah, batuk keras tidak berdahak dan pada kasus yang berat disertai sianosis
sirkumoral. Anak akan lebih nyaman dalam posisi berbaring pada dada yang
terkena dan sambil menekuk tungkai kearah dada. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan suara pernapasan vesikuler yang melemah disertai rhonki pada daerah
lesi. Pada bayi dengan pneumonia yang disebabkan oleh virus, leukosit tidak
meningkat terlalu banyak (<20000) dan yang dominan adalah limfosit, sedang
pada pneumonia bacterial, leukosit mencapai 15000-40000/mm3 dan yang
dominan adalah granulosit. Foto rontgen dada bermanfaat untuk menetapkan
adanya lesi pneumonia dan komplikasi yang mungkin terjadi. Pemeriksaan
lainnya untuk mengetahui jenis mikroorganisme penyebab juga dapat dilakukan.
Jenis antibiotic bila diperlukan sesuai dengan penyebab yang ditemukan.
Kompliasi tergantung pada penyebaran kuman, antara lain ialah efusi pleura,
empiema, perikarditis, dan bakteriemia.
Terapi kasus ringan dapat diberi amoxicillin (80-90mg/kg/hari) dengan pilihan
lainnya adalah cefuroxime axetill atau amoxicillin/kalvulanat. Pada anak usia
30
sekolah yang dianjurkan adalah golongan makrolid seperti azytromisin sebagai
pilihan yang sesuai. Pada anak remaja dapat diberikan fluorokuinolon (untuk
pneumonia atipikal).
Pada kasus yang lebih berat atau memerlukan rawat inap dapat diberikan
cefuroxime atau ceftriaxone parenteral 150 mg/kg/hari, dan bila ada diperkirakan
adanya stafilokokus dapat disertakan dengan pemberian vankomisin atau
klindamisin. Pneumonia viral yang ringan tidak perlu segera mendapat antibiotic,
kecuali bila secara klinik tidak ada perbaikan. Terapi suprotif dan simtomatik
diberikan sesuai dengan indikasi.6
BAB IV
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dari anamnesis, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan-pemeriksaan
penunjang yang telah dilakukan pada pasien, maka dapat disimpulkan bahwa diagnosis kerja
atas pasien adalah infeksi varisela yang disertai dengan hemoptoe ec ISPA dan Pneumonia.
Varisela merupakan suatu infeksi yang disebabkan oleh suatu virus bernama varicella-zoster-
virus (VZV) yang adalah penyakit primer VZV dan pada umunya menyerang anak.
Hemoptoe pada kasus ini kemungkinan besar disebabkan oleh ISPA (Infeksi Saluran
Pernapasan Atas) dan disertai dengan adanya Pneumonia berdasarkan hasil foto thorax
pasien.
Penatalaksanaan yang dapat diberikan pada pasien ini adalah terapi anti-viral (Acyclovir),
antibiotik sebagai penatalaksanaan dari Pneumonia, serta penatalaksanaan akan hemoptoe
pada pasien ini yaitu dengan pemberian asam traneksamat.
Prognosis dari penyakit infeksi varisela secara ad vitam bonam, demikian juga secara ad
fungsionam pada pasien ini dubia ad bonam dan sanationam dubia ad bonam berhubungan
dengan tidak adanya defisit imun. Meskipun begitu, kekambuhan dari infeksi ini masih dapat
terjadi, begitu juga dengan kemungkinan terjadinya infeksi sekunder berupa pneumonia dan
infeksi herpes zoster.
31
Daftar Pustaka
1. Pusat Data dan Informasi Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 22 November
2007. Available at: www.depkes.go.id. Accessed on April 17th 2014.
2. Comitee on Infectious Diseases. Varicella Vaccine Update. Pediatrics 2000; 105: 136-
141
3. Soedarmo S. S. P., Garna H., Hadinegoro S. R. S., Satari H. I. Buku Ajar Infeksi &
Pediatri Tropis. Ed 2. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia: 2010. P. 134-42.
4. Hadinegoro S. R. S., Theresia. Terapi Asiklovir pada Anak dengan Varisela Tanpa
Penyulit. Sari Pediatri, Vol. 11, No. 6, April 2010.
5. Vaksinasi Cacar Air Yang Perlu Anda Ketahui. Available at: www.cdc.gov/vaccines.
Accessed on April 18th, 2014.
6. Widagdo. Tatalaksana Masalah Penyakit Anak Dengan Batuk/Batuk Darah. Ed 1.
Sagung Seto: Jakarta: 2014. P. 6-7; 27-8; 42-3; 126-7.
32